• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ekonomi Pembangunan Kelautan Pertahanan (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Ekonomi Pembangunan Kelautan Pertahanan (1)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PESISIR DENGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN

EKONOMI MASYARAKAT PESISIR

Prof. Dr. H. Agus Sukrityanto Isu-isu Yang Berkembang

Oleh:

Ery Sucipto

NIM: 72122025

FAKULTAS MAGISTER ILMU ADMINISTRASI

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945

(2)

PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PESISIR DENGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN

EKONOMI MASYARAKAT PESISIR

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari sekitar 17.504 pulau dengan panjang garis pantai kurang lebih 81.000 km. Di sepanjang garis

pantai ini terdapat wilayah pesisir yang relatif sempit tetapi memiliki potensi sumber daya alam hayati dan non-hayati; sumber daya buatan; serta jasa lingkungan yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat. Potensi-potensi

tersebut perlu dikelola secara terpadu agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. Wilayah pesisir secara ekologis merupakan daerah pertemuan

antara ekosistem darat dan laut. Ke arah darat meliputi bagian tanah, baik yang kering maupun yang terendam air laut, dan masih dipengaruhi oleh sifat-sifat fisik laut seperti pasang surut, ombak dan gelombang serta perembesan air laut. Yang

ke arah laut mencakup bagian perairan laut yang dipengaruhi oleh proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar dari sungai maupun

yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan, pembuangan limbah, perluasan permukiman serta intensifikasi pertanian.

Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki potensi

laut yang sangat besar. Namun, selama ini potensi laut tersebut belum termanfaatkan dengan baik dalam meningkatkan kesejahteraan bangsa pada

(3)

nelayan asing yang memiliki perlengkapan modern dan beroperasi hingga perairan

Indonesia secara ilegal. Dalam konteks inilah upaya pemanfaatan laut Indonesia secara maksimal tidak saja tepat tetapi juga merupakan suatu keharusan.

Pertanyaan yang timbul kemudian adalah pemanfaatan laut yang bagaimana? Seharusnya adalah pemanfaatan laut yang dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya pada masyarakat secara lestari. Dalam konteks inilah kerjasama dalam

pengelolaan potensi sumberdaya tersebut sangat diperlukan, karena yang diinginkan bukan saja peningkatan hasil pemanfaatan laut, tetapi juga pemerataan

hasil pemanfaatan yang dinikmati seluas-luasnya oleh masyarakat.

Sebagai salah satu indikator kesejahteraan masyarakat pesisir, tujuan jangka panjang pembangunan kesehatan Indonesia adalah peningkatan kesadaran,

kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap warga negara Indonesia agar terwujud derajat kesehatan masyarakat di masa depan yang ingin dicapai melalui

pembangunan kesehatan masyarakat yang semaksimal mungkin. Pemerintah melalui instansi terkait telah merumuskan program jangka menengah mengenai keadaan masyarakat yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan yakni

melalui program “Visi Indonesia Sehat 2012”. Dalam visi Indonesia Sehat 2012, bermaterikan gambaran masyarakat, bangsa dan negara yang penduduknya hidup

(4)

Dari penjelasan diatas, maka perlu adanya suatu solusi yang mutakhir

dalam memanfaatkan berbagai kekayaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sehinnga dapat mensejahterakan masyarakat pesisir.

Rumusan Masalah

1. Apa saja potensi sumber daya pesisir dan laut yang dimiliki oleh Indonesia?

2. Apa saja prinsip-prinsip pengelolaan PEMP?

Tujuan Penulisan

1. Mengetahui potensi sumber daya pesisir dan laut yang ada di Indonesia.

2. Mengimplementasikan prinsip-prinsip pengelolaan pemberdayaan masyarakat

pesisir.

A. Potensi Sumber Daya Kelautan 1. Potensi Fisik

Potensi wilayah pesisir dan lautan Indonesia dipandang dari segi fisik,

terdiri dari Perairan Nusantara seluas 2.8 juta km2, Laut Teritorial seluas 0.3 juta km2. Perairan Nasional seluas 3,1 juta km2, Luas Daratan sekitar 1,9 juta km2,

(5)

2. Potensi Pembangunan

Potensi Wilayah pesisir dan laut Indonesia dipandang dari segi Pembangunan adalah sebagai berikut (Tridoyo dan Satria, 2000):

a. Sumberdaya yang dapat diperbaharui seperti; Perikanan (Tangkap, Budidaya,

dan Pascapanen), Hutan mangrove, Terumbu karang, Industri Bioteknologi Kelautan dan Pulau-pulau kecil.

b. Sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui seperti; Minyak bumi dan Gas,

Bahan tambang dan mineral lainnya serta Harta Karun.

c. Energi Kelautan seperti; Pasang-surut, Gelombang, Angin, OTEC (Ocean

Thermal Energy Conversion).

d. Jasa-jasa Lingkungan seperti; Pariwisata, Perhubungan dan Kepelabuhanan

serta Penampung (Penetralisir) limbah.

3. Potensi Sumberdaya Pulih (Renewable Resource)

Potensi wilayah pesisir dan lautan lndonesia dipandang dari segi Perikanan meliputi; Perikanan Laut (Tuna/Cakalang, Udang, Demersal, Pelagis Kecil, dan

lainnya) sekitar 4.948.824 ton/tahun, dengan taksiran nilai US$ 15.105.011.400, Mariculture (rumput laut, ikan, dan kerang-kerangan serta Mutiara sebanyak

528.403 ton/tahun, dengan taksiran nilai US$ 567.080.000, Perairan Umum 356.020 ton/tahun, dengan taksiran nilai US$ 1.068.060.000, Budidaya Tambak 1.000.000 ton/tahun, dengan taksiran nilai US$ 10.000.000.000, Budidaya Air

(6)

potensi Sumberdaya Perikanan Indonesia senilai US$ 71.935.651.400 dan yang

baru sempat digali sekitar US$ 17.620.302.800 atau 24,5 %. Potensi tersebut belum termasuk hutan mangrove, terumbu karang serta energi terbarukan serta

jasa seperti transportasi, pariwisata bahari yang memiliki peluang besar untuk dikembangkan (Kusumastanto Tridoyo,2001).

4. Potensi Sumberdaya Tidak Pulih (Non Renewable Resource)

Pesisir dari Laut Indonesia memiliki cadangan minyak dan gas, mineral

dan bahan tambang yang besar. Dari hasil penelitian BPPT (1998) dari 60 cekungan minyak yang terkandung dalam alam Indonesia, sekitar 70 persen atau sekitar 40 cekungan terdapat di laut. Dari 40 cekungan itu 10 cekungan telah

diteliti secara intensif, 11 baru diteliti sebagian, sedangkan 29 belum terjamah. Diperkirakan ke-40 cekungan itu berpotensi menghasilkan 106,2 miliar barel

setara minyak, namun baru 16,7 miliar barel yang diketahui dengan pasti, 7,5 miliar barel di antaranya sudah dieksploitasi. Sedangkan sisanya sebesar 89,5 miliar barel berupa kekayaan yang belum terjamah. Cadangan minyak yang belum

terjamah itu diperkirakan 57,3 miliar barel terkandung di lepas pantai, yang lebih dari separuhnya atau sekitar 32,8 miliar barel terdapat di laut dalam. Sementara itu

untuk sumberdaya gas bumi, cadangan yang dimiliki Indonesia sampai dengan tahun 1998 mencapai 136,5 Triliun Kaki Kubik (TKK). Cadangan ini mengalami kenaikan bila dibandingkan tahun 1955 yang hanya sebesar 123,6 Triliun Kaki

(7)

lain sebagainya yang sampai sekarang belum teridentifikasi dengan baik sehingga

diperlukan teknologi yang maju untuk mengembangkan potensi tersebut (Tridoyo dan Ramli, 2000).

5. Potensi Geopolitis

Indonesia memiliki posisi strategis, antar benua yang menghubungkan

negaranegara ekonomi maju, posisi geopolitis strategis tersebut memberikan peluang Indonesia sebagai jalur ekonomi, misalnya beberapa selat strategis jalur

perekonomian dunia berada di wilayah NKRI yakni Selat Malaka, Selat Sunda, Selat Lombok, Selat Makasar dan Selat Ombai-Wetar. Potensi geopolitis ini dapat digunakan Indonesia sebagai kekuatan Indonesia dalam percaturan politik dan

ekonomi antar bangsa (Tridoyo dan Karim, 2000).

6. Potensi Sumberdaya Manusia

Potensi wilayah pesisir dan lautan Indonesia dipandang dari segi SDM adalah sekitar 60 % penduduk Indonesia bermukim di wilayah pesisir, sehingga

pusat kegiatan perekonomian seperti: Perdagangan, Perikanan tangkap, Perikanan Budidaya, Pertambangan, Transportasi laut, dan Pariwisata bahari. Potensi

(8)

Bab III

Program PEMP Suatu Contoh Pemberdayaan Masyarakat

Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) selama dua tahun terakhir

menyelenggarakan suatu program nasional yang bernama Program Pemberdayan Ekonomi Masyarakat Pesisir (Program PEMP). Pada tahun 2000, dengan dana JPS, program ini dilakukan di 26 Kabupaten, tujuh propinsi. Pada tahun 2001

melalui Program Penanggulangan Dampak Pengurangan Sumbsidi Energi (PPD-PSE) yang dialokasikan ke tujuh program, PEMP dilaksanakan di 125

kabupaten/kota di 30 propinsi di Indonesia. Program PEMP ini bisa dikatakan sebagai suatu program usaha perikanan terpadu, mulai dari tahapan perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi. Keterpaduan juga terwujud dalam hal kegiatan

ekonomi produktif yang dilakukan masyarakat yang memang tidak terfokus pada kegiatan tertentu namun tersebar ke dalam kelompok kegiatan yang saling terkait.

Demikian pula keterpaduan diwujudkan melalui pelibatan stakeholder

yang berasal dari berbagai pihak, instansi pemerintah, masyarakat dan swasta. Berikut ini adalah uraian singkat tentang PEMP yang kiranya dapat memberikan

gambaran tentang baik keterpaduan pengelolaan perikanan maupun keterpaduan produksi perikanan (Departemen Kelautan dan Perikanan, 2004).

Tujuan dan Spektrum PEMP

Tujuan PEMP adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui

(9)

menjamin kelangsungan ketersediaan sumberdaya serta kelangsungan usaha

perikanan yang berbasis masyarakat.

Setidaknya ada enam poin tujuan dari pelaksanaan PEMP (Departemen

Kelautan dan Perikanan, 2004):

a. Mereduksi pengaruh kenaikan harga BBM dan inflasi secara keseluruhan terhadap kondisi sosial ekonomi nelayan, melalui peningkatan dan penciptaan

usaha produktif secara berkesinambungan.

b. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan,

pengawasan dan pengembangan kegiatan ekonomi masyarakat.

c. Memperkuat kelembagaan ekonomi masyarakat dalam mendukung pembangunan daerah.

d. Memicu usaha ekonomi produktif di desa pesisir.

e. Mendorong terlaksananya mekanisme manajemen pembangunan masyarakat

yang partisipatif dan transparan.

f. Meningkatkan kemampuan aparat dan masyarakat pesisir dalam mengelola pembangunan di wilayahnya.

PEMP memiliki 4 kegiatan utama yaitu (Victor, 2001):

a. Pengembangan lembaga keuangan mikro di tingkat masyarakat yang bernama

lembaga Mikro Mitra Mina (M3). Lembaga ini pada awalnya adalah lembaga informal yang didirikan sendiri oleh masyarakat serta dijalankan atau diorganisir oleh mereka sendiri.

(10)

aspirasi dan tujuan. Kegiatan ekonomi produktif yang dilakukan tentu saja

berdasarkan atas potensi sumberdaya alam yang tersedia, peluang pasar, kemampuan dan penguasaan teknologi oleh masyarakat, serta dukungan adat

dan budaya. Bentuk-bentuk kegiatan ekonomi produktif meliputi usaha budidaya ikan, penangkapan ikan, pengolahan ikan, pemasaran ikan, serta usaha jasa yang mendukung seperti perbengkelan atau penyediaan sarana

produksi lainnya.

c. Pelatihan dan pengembangan kapasitas kelembagaan masyarakat lokal.

Kegiatan ini dilakukan untuk mempersiapkan masyarakat menjalankan program yang dilaksanakan. Agenda pelatihan lebih banyak bermuatan non-teknis seperti peningkatan motivasi, kerjasama kelompok, serta bagaimana

merumuskan masalah dan menyampaikan pendapatan secara tertulis maupun tidak tertulis.

d. Pengembangan model pemberdayaan pasca program yang diarahkan pada pengembangan jaringan usaha antara masyarakat sasaran dengan kelompok lain, LSM, swasta, serta pemerintah daerah.

Proses PEMP

Proses PEMP menyangkut penentuan daerah sasaran, penentuan kelompok sasaran, pelibatan stakeholder, penentuan kegiatan ekonomi produktif, pelaksanaan kegiatan ekonomi produktif, serta evaluasi dan pemantauan sebagai

(11)

jumlah nelayan (penduduk) miskin, potensi sumberdaya perikanan yang dimiliki,

penggunaan potensi perikanan yang dimaksud, kerusakan habitat, serta ada tidaknya kemauan pemerintah dalam memprioritaskan pembangunan perikanan.

Hasil seleksi DKP dikomunikasikan dengan Bappenas dan DPR-RI. Pertimbangan lain dalam pemilihan kabupaten/kota adalah distribusi seluruh Indonesia, artinya bahwa seluruh propinsi harus merupakan daerah sasaran

meskipun jumlah kabupaten/kota sasaran di setiap propinsi bisa berbeda (Begen, 2001).

DKP, sebagai instansi pemerintah pusat, hanya menentukan kabupaten dan kota sasaran. Penunjukkan kecamatan dan desa serta kelompok masyarakat penerima program adalah merupakan tanggung jawab pemerintah daerah, dalam

hal ini secara khusus merupakan tanggung jawab instansi perikanan kabupaten/kota. Desa yang ditentukan sebagai sasaran berdasarkan atas kriteria

yang dikembangkan sendiri oleh pemerintah kabupaten/kota. Kriteria utama yang harus dipertimbangkan adalah jumlah orang miskin yang ada di setiap desa. Pemerintah bersama masyarakat desa menentukan kelompok sasaran program

PEMP ini. Mereka yang mungkin merupakan sasaran kelompok ini adalah mereka yang paling rentan kegiatan ekonominya akibat memburuknya situasi ekonomi

negara pada akhir-akhir ini (Begen, 2004).

Pertimbangan lain adalah mereka yang memiliki kemauan untuk memperbaiki diri sehingga bisa keluar dari kesulitan dan kemiskinan yang

(12)

oleh LSM atau konsultan lokal yang ditunjuk sebagai pendamping masyarakat.

LSM atau konsultan lokal ini dibiayai oleh program PEMP, namun mereka diminta untuk bekerja di luar batas-batas proyek, terutama pada pasca program

nanti. Karena itu maka LSM dan konsultan lokal diprioritaskan. Masyarakat terlibat penuh pada pengadaan sarana dan prasarana produksi. Untuk itu, merekalah yang menentukan dimana harus membeli barang-barang yang

dibutuhkan mereka (Begen, 2004).

Demikian juga mereka berhak menjual barang yang dihasilkan.

Keterlibatan stakeholder perikanan yaitu sejak perencanaan hingga evaluasi dan pengembangan program. Stakeholder utama adalah nelayan atau masyarakat. Stakeholder lainnya adalah LSM, konsultan, swasta lokal, serta instansi

pemerintah baik di pusat maupun di daerah (Victor, 2001).

Prinsip Pengelolaan PEMP

Prinsip-prinsip pengelolaan dan pengembangan Program PEMP adalah sebagai berikut (Victor, 2001):

a. Pilihan kegiatan berdasarkan musyawarah sehingga memperoleh dukungan masyarakat (acceptability)

b. Pengelolaan kegiatan dilakukan secara terbuka dan diketahui oleh masyarakat

(transparancy).

c. Pengelolaan kegiatan harus dipertanggung jawabkan kepada masyarakat

(13)

d. Pengelolaan kegiatan dapat memberikan manfaat kepada masyarakat secara

berkelanjutan, (sustainability).

e. Kegiatan dilaksanakan sebagai bentuk kepedulian atas beban penduduk

miskin (responsiveness).

f. Penyampaian bantuan kepada masyarakat sasaran secara cepat (Quick Disbursement).

g. Proses pemilihan peserta dan kegiatan PEMP dilakukan secara musyawarah

(Democracy).

h. Pemberian kesempatan kepada kelompok lain yang belum memperoleh kesempatan, agar semua masyarakat merasakan manfaat langsung (Equality). i. Setiap ketentuan dalam pemanfaatan Dana Ekonomi Produktif masyarakat

diharapkan dapatmendorong terciptanya kompetisi yang sehat dan jujur dalam mengajukan usulan kegiatan yang layak (Competitiveness).

Pengembangan Program

Jumlah desa yang merupakan target program ini yaitu 370 di seluruh

Indonesia. Sementara jumlah rumah tangga yang dijangkau sekitar 15.000 hingga 20.000 keluarga. Mereka ini merupakan kelompok yang akan diberdayakan

seterusnya. Model yang sama dengan PEMP ini juga dikembangkan untuk daerah-derah lain. Dengan mempertimbangkan sifat dan potensi daerah maka beberapa varian pengembangan dan pemberdayaan masyarakat pesisir atau nelayan adalah

(14)

a. Pemberdayaan perempuan nelayan.

b. Pemberdayaan masyarakat yang tergabung dalam organisasi keagamaan. c. Pemberdayaan pemuda nelayan.

d. Pemberdayaan LSM nelayan.

e. Pengembangan akses pasar ke daerah yang memiliki kesamaan komoditas. f. Pengembangan usaha non-perikanan sebagai bagian dari diversifikasi

kegiatan ekonomi masyarakat pesisir.

DAFTAR PUSTAKA

Bengen, D.G. 2001. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir Secara Terpadu,

Berkelanjutan dan Berbasis Masyarakat. Makalah pada Sosialisasi

Pengelolaan Sumberdaya Berbasis Masyarakat. Bogor, 21-22 September

2001.

Departemen Perikanan dan Kelautan. 2004. Keputusan Menteri Perikanan dan

Kelautan RI No 18 Tentang Program PEMP. Jakarta.

Kusumastanto, T. 2001. Pemberdayaan Sumberdaya Kelautan, Perikanan dan

Perhubungan Laut dalam Abad XXI. Bogor: IPB Darmaga.

Victor, Nikijuluw. 2001. Populasi dan Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir serta Strategi Pemberdayaan Mereka Dalam Konteks Pengelolaan Sumberdaya

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur di panjatkan kepada kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas rahmat dan hidayahnya sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan jidul ― Penerapan Model

Perguruan Tinggi : Institut Teknologi Sepuluh Nopember Dengan ini menyatakan bahwa Tugas Akhir dengan judul “Rancang Bangun Sistem Pengendali Kadar Oksigen Terlarut dengan

109 WIDIYANTI, SH 480129747 P PEMKAB SUMEDANG BAG PEMERINTAHAN SETDA JABAR JAKARTA 110 MOHAMMAD FARID HADI 480129752 L PEMKOT BANDUNG BAPPEDA BANDUNG JABAR JAKARTA 111 AGUS SUSILO

Fungsi Gedung ini untuk menyimpan Kareta Naga Barong sebagai replica dari Kareta Naga Paksi peninggalan Pangeran Soeria Koesoemah Adinata / Pangeran Sugih dan kereta

Daya dukung lingkungan dapat ditingkatkan oleh manusia dengan memanfaatkan teknologi. Misalnya suatu areal dapat mendukung hanya 500 ekor sapi, daya dukung ini dapat

Berdasarkan nilai efisiensi pemupukan diketahui bahwa pemupukan tanaman semangka di lahan pasir pantai dengan pupuk campuran relatif lebih efisien dari pada pupuk hayati.. Kata kunci

Berdasarkan hasil uji anova 2010 menunjukan bahwa terjadi penurunan rata-rata harga saham manufaktur antara sebelum, pada saat dan terjadi kenaikan sesudah pengungkapan

Dalam hal inipemberian pupuk guano sebagai sumber kalium memberikan hasil tertinggi pada peningkatan jumlah daun, sedangkan yang terendah adalah perlakuan dengan pupuk