• Tidak ada hasil yang ditemukan

ILMU ALAMIAH DASAR (IAD)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ILMU ALAMIAH DASAR (IAD)"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

34

BUKU AJAR

ILMU ALAMIAH DASAR (IAD)

Disusun Oleh:

Ida Bagus Putu Arnyana

I Wayan Suastra

Nyoman Subratha

Maruli Simamora

I Gusti Lanang Wiratma

Gede Iwan Setiabudi

UNIT MPK (MKU)

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA

(2)

1

BAB I

PERKEMBANGAN ALAM PIKIRAN MANUSIA

A. Kompetensi Dasar

(1) Memahami perkembangan alam pikiran manusia sejak adanya mitos sampai zaman kontemporer.

B. Indikator Hasil Belajar

(1) Mengidentifikasi ciri-ciri unik manusia bila dibandingkan dengan mahluk hidup lainnya

(2) Mengemukakan alasan timbulnya mitos

(3) Memaparkan sejarah perkembangan ilmu dari zaman pra Yunani Kuno sampai zaman kontenporer

C. Uraian Materi

Pengantar

Tuhan telah menciptakan dua macam mahluk, yaitu satu benda mati yang sifatnya anorganis dan yang lain mahluk yang bersifat organis. Untuk membedakannya, sering yang pertama disebut benda mati dan yang kedua sebagai mahluk hidup.

Benda yang ada di muka bumi ini tunduk pada hukum alam (deterministik), sedangkan mahluk hidup tunduk pada hukum kehidupan (biologios). Masing-masing memiliki tingkatan dalam perwujudannya. Benda dapat berupa padat, cair, dan gas. Mahluk hidup dibedakan atas tumbuhan, binatang, dan manusia. Manusia memiliki ciri khas dibandingkan dengan mahluk lainnya di muka bumi ini, di mana manusia merupakan mahluk tertinggi, lebih sempurna dibandingkan mahluk lainnya.

Ciri Unik Manusia

Manusia sebagai bagian mahluk hidup memiliki ciri-ciri unik sebagai berikut.

1. Organ tubuhnya kompleks dan sangat khusus, terutama otaknya sehingga manusia merupakan mahluk yang cerdas dan bijaksana (homo sapiens). Dengan kelebihan kemampuannya dalam berpikir, manusia melakukan sesuatu dalam wujud budaya manusia yang kemudian diikuti budaya lain berupa tindakan/perilaku yang sesuai dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat.

2. Mengadakan metabolisme atau pertukaran zat, yakni adanya zat yang masuk dan ada yang keluar.

(3)

2

3. Memberikan tanggapan terhadap rangsangan dari dalam dan luar.

4. Memiliki potensi untuk berkembang biak. 5. Tumbuh dan bergerak.

6. Berinteraksi dengan lingkungannya, artinya :

a. Manusia dapat membuat alat-alat dan menggunakannya sehingga disebut sebagai manusia kerja (homo faber). Contoh: diciptakannya mikroskop untuk melihat benda kecil, teropong untuk melihat benda jauh, Radio, TV, telepon untuk media komunikasi.

b. Manusia dapat berbicara (homo longuen) sehingga apa yang menjadi pemikiran dalam otaknya dapat disampaikan melalui bahasa kepada manusia lainnya.

c. Manusia dapat bermasyarakat (homo socius), tidak bergerombol seperti binatang yang hanya mengenal hukum rimba, “siapa yang kuat dialah yang berkuasa”

d. Manusia dapat mengadakan usaha dengan menggunakan dasar ekonomi (homo aeconomicus).

7. Bila tiba saatnya, manusia pasti akan mati. Oleh karena itu, manusia menyadari adanya kekuatan gaib yang memiliki kemampuan/kekuatan lebih hebat dari mansuia sehingga menjadikannya manusia memiliki keyakinan/kepercayaan atau beragama (homo religieus)

Kelebihan manusia adalah rohaninya, yakni akal budi dan kemauannya yang sangat kuat sehingga ia dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Contohnya, manusia dapat membuat pesawat ulang alik untuk pergi ke planet lain, dapat membuat nuklir untuk sumber energi yang sangat kuat dan sebagainya. Akal budi dan kemauan yang sangat kuat inilah yang merupakan sifat unik manusia.

Mitos dan Rasa Ingin Tahu Manusia

Manusia selalu merasa ingin tahu, maka ia akan selalu mencari jawaban rasa ingin tahunya terutama terhadap fenomena (gejala) alam. Perkembangan lebih lanjut dari rasa ingin tahu manusiaadalah untuk memenuhi kebutuhan non-fisik atau kebutuhan alam pikirannya. Untuk memuaskan alam pikirannya, manusia mereka-reka sendiri jawabannya.

(4)

3

Berdasarkan sejarah perkembangan manusia, menurut August Comte membagi menjadi tiga tahap, yaitu : (1) tahap teologi atau tahap metafisika, (2) tahap filsafat, dan (3) tahap positif atau tahap ilmu.

Mitos termasuk dalam tahap teologi atau tahap metafisika. Mitologi berarti pengetahuan tentang mitos yang merupakan kumpulan cerita-cerita mitos. Manusia menyusun mitos untuk mengenal realita atau kenyataan, yakni pengetahuan yang tidak obyektif melainkan subyektif. Mitos diciptakan untuk memuaskan rasa ingin tahu manusia untuk menjawab keterbatasan manusia tentang alam. Dalam alam pikiran mitos, rasio atau penalaran belum terbentuk, yang bekerja hanya daya khayal, intuisi atau imajinasi. Menurut van Peursen mitos adalah suatu cerita yang memberikan pedoman atau arah tertentu kepada sekelompok orang. Cerita itu dapat ditularkan, dapat pula diungkapkan melalui tari-tarian, pementasan wayang, sendratari, drama dan sebagainya.

Secara garis besarnya, mitos dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu :

a. Mitos sebenarnya

Manusia berusaha dengan sungguh-sungguh dan dengan imajinasinya menerangkan gejala alam yang ada, meskipun belum tepat. Hal ini disebabkan karena keterbatasan pengetahaunnya sehingga untuk hal tersebut orang mengaitkan dengan tokoh tertentu atau dewa-dewa.

Contoh :

Pelangi dianggap sebagai selendang bidadari atau naga yang sedang

meminum air. Jadi muncul pengetahuan baru yaitu bidadari dan naga.

Gempa bumi diduga terjadi karena naga yang sedang memegang bumi

bergeser dari tempatnya sehingga bumi bergetar.

Gerhana bulan dianggap sebagai kejadian bulan dimakan raksasa kala rahu (raksasa hanya memiliki kepala saja) sehingga orang-orang memukul

kentongan agar bulan tidak habis dimakan.

Bunyi guntur dianggap sebagai kereta para dewa yang sedang melintas di

angkasa.

b. Cerita Rakyat

Mitos yang berupa cerita rakyat adalah cerita yang mengisahkan peristiwa penting berkenaan dengan kehidupan manusia yang disampaikan dari mulut ke mulut dari satu generasi ke generasi berikutnya.

(5)

4

Contoh : Jaya Prana dari daerah Buleleng (Bali), Lutung Kasarung dari daerah Pasundan, Timun Emas dari daerah Jawa Tengah.

c. Legenda

Legenda adalah cerita rakyat yang seorang tokohnya dikaitkan dengan nama suatu daerah. Apakah tokoh tersebut pernah ada atau tidak, namun tokoh tersebut dihubungkan dengan apa yang terdapat di suatu lingkungan, sebagai bukti kebenaran suatu legenda.

Contoh : Sangkuriang dikaitkan dengan Gunung Tangkuban Perahu di Jawa Barat.

Pada jaman dahulu mitos sangat berpengaruh, bahkan sampai saat inipun kepercayaan terhadap mitos masih belum sepenuhnya hilang. Pencarian jawaban atas masalah seperti itu belum dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah. Beberapa hal sebagai penyebab timbulnya mitos antara lain :

1. Keterbatasan pengetahuan manusia

Karena keterbatasan pengetahuan manusia maka mereka mencoba mereka-reka dengan khayalan dan imajinasinya untuk memperoleh jawaban atas permasalahan tersebut. Pengetahuan yang diperoleh dan belum tentu kebenarannya kemudian diceritakan kembali kepada orang lain atau generasi berikutnya.

2. Keterbatasan penalaran manusia

Manusia pada awalnya memang mampu berpikir, namun pemikirannya belum terlatih. Pemikiran dapat benar dan dapat pula salah. Dengan perkembangan pemikiran manusia lama kelamaan pemikiran yang salah akan ditinggalkan orang, sedangkan yang benar akan terus bertahan sampai ada kebenaran baru yang muncul.

3. Keingintahuan manusia yang telah dipenuhi untuk sementara

Kebenaran memang harus dapat diterima oleh akal, tetapi sebagian lagi dapat diterima secara intuisi, yakni penerimaan atas dasar kata hati tentang sesuatu yang benar. Kata hati yang irasional dalam kehidupan mayrakat awam sudah dapat diterima sebagai suatu kebenaran atau

(6)

5

4. Keterbatasan alat indera manusia

Keterbatasan indra manusia membuat manusia mencari jalan pintas untuk memperoleh jawaban.

Puncak hasil pemikiran mitos terjadai pada zaman Babylonia yakni ±700-600 SM. Orang-orang Babylonia berpendapat bahwa alam semesta itu sebagai ruangan setengah bola dengan Bumi datar sebagai lantainya, sedangkan langit-langit dengan bintang merupakan atapnya. Namun, yang menakjubkan adalah mereka telah mengenal ekliptika yaitu suatu bidang edar matahari dan telah menetapkan perhitungan satu tahun yaitu satu kali matahari beredar sampai ke tempat semula yakni selama 365,25 hari. Horoskop atau ramalan nasib manusia berdasarkan perbintangan seperti Virgo, Sagitaurus, Scorpio, Pisces, Leo dan sebagainya, yang sampai saat ini masih dipercaya banyak orang juga berasal dari Babylonia.

Pengetahuan orang-orang Babylonia ini setengahnya berasal dari hasil pengamatan atau pengalaman, namun setenaghnya berupa dugaan, imajinasi, kepercayaan atau mitos. Pengetahuan demikian dapat dianggap sebagai pseudo

science yang artinya mirip sains tetapi bukan sains.

Sejarah Perkembangan Ilmu dari Zaman Pra-sejarah sampai Zaman Kontemporer

Perkembangan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini tidak terjadi secara mendadak, melainkan terjadi secara bertahap atau evolutif. Oleh karena itu, untuk memahami sejarah perkembangan ilmu mau tidak mau kita harus membagi atau mengklasifikasikan secara periodik. Setiap periode memiliki ciri khas tertentu dalam perkembangan ilmu pengetahuan.

a. Zaman Pra-Yunani Kuno (Abad XV – VII SM)

Zaman pra-Yunani Kuno dalam sejarah peradaban manusia, yaitu zaman ketika manusia belum mengenal peralatan seperti yang kita pakai sekarang. Pada zaman ini manusia masih menggunakan batu sebagai peralatan. Adapun sisa peradaban manusia yang ditemukan pada zaman ini antara lain seperti : peralatan dari batu, tulang belulang hewan, sisa beberapa tanaman, gambar-gambar di gua-gua, tempat-tempat penguburan dan tulang belulang manusia purba.

(7)

6

Pada zaman ini ditemukan alat-alat yang bentuknya mirip satu sama lain, misalnya kapak sebagai alat pemotong dan pembelah, alat dari tulang yang menyerupai jarum untuk menjahit, dll. Benda-benda tersebut terus mengalami perbaikan dan kemajuan akibat proses trial and error dan uji coba yang dilakukan manusia yang memakan waktu lama. Melalui proses ini juga manusia menemukan bahan atau materi yang dianggap baik atau kuat untuk membuat peralatan-peralatan tertentu. Antara abad XV sampai VI SM manusia telah menemukan besi, tembaga dan perak untuk membuat peralatan-peralatan.

Evolusi ilmu pengetahuan dapat dilihat melalui sejarah perkembangan pemikiran yang terjadi di Yunani, Babylonia, Mesir, Cina, Timur Tengah (peradaban Islam), dan Eropa, dimana perkembangan terhadap teknik yang diterapkan di Eropa, Cina pada abad XV SM telah mengembangkan teknik peralatan perunggu, peralatan besi sebagai perangkat perang dikenal pada abad V SM. India memberikan sumbangan yang besar dalam perkembangan matematika dengan penemuan sistem bilangan desimal, pemikiran Budhisme yang diadopsi oleh Raja Asoka telah menyumbangkan sistem bilangan yang menjadi titik tolak perkembangan sistem bilangan pada zaman modern.

Salah satu ciri pada zaman ini adalah warisan pengetahuan berdasarkan

know how yang dilandasi pengalaman empiris. Data-data tertulis yang ada pada

masa ini dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Suatu peristiwa yang dilukiskan dalam bentuk gambar-gambar.

2. Gambar-gambar itu kemudian disederhanakan dan diberi bentuk tertentu yang disebut pictographic writing.

3. Peningkatan ke tingkat yang lebih abstrak melalui suku-suku kata yang diberi tanda-tanda tertentu.

4. Tingkat yang paling tinggi adalah abjad.

Pada masa ini kemampuan berhitung ditempuh dengan cara one to one

corespodency atau map process, hal ini menyerupai anak-anak yang belajar

berhitung dengan jari-jarinya. Selain itu manusia sudah mulai memperhatikan keadaan alam sebagai suatu proses alam sehingga lama-kelamaan mereka memperhatikan dan menemukan hal-hal berikut :

1. Gugus bintang di langit sebagai suatu kesatuan sekarang dikenal dengan nama zodiak.

2. Kedudukan matahari dan bulan pada waktu terbit dan tenggelam bergerak dalam rangka zodiak tersebut.

(8)

7

3. dikenal bintang-bintang yang bergerak diantara gugusan tadi, ditemukan

planet-planet.

4. Waktu bulan kembali pada bentuknya yang sama antara 28-29 hari

5. Timbul dan tenggelam matahari di cakrawala yang berpindah-pindah dan diperlukan ± 365 hari sebelum kembali kedudukan semula

6. Ketika matahari timbul dan tenggelan sebanyak 365 kali, bulan mengalami perubahan sebanyak 12 kali

7. Ditemukan beberapa gejala alam, seperti gerhana

Zaman pra-Yunani Kuno ini ditandai oleh lima kemampuan sebagai berikut : 1. Know how dalam kehidupan sehari-hari yang didasarkan pada

pengalaman

2. Pengetahuan yang berdasarkan pengalaman itu diterima sebagai fakta dengan sikap receptive mind

3. Kemampuan menemukan abjad dan sistem bilangan alam sudah menampakan perkembangan pemikiran manusia ke tingkat abstraksi 4. Kemampuan menulis, berhitung, dan menyusun kalender yang

didasarkan atas sintesa terhadap hasil abstraksi yang dilakukan

5. Kemampuan meramalkan suatu peristiwa berdasarkan peristiwa-peristiwa sebelumnya

b. Zaman Yunani Kuno (Abad VII-II SM)

Pada zaman ini dipandang sebagai zaman keemasan filsafat karena pada masa ini orang memiliki kebebasan untuk mengungkapkan ide-ide atau pendapatnya. Pada masa ini, Yunani dianggap sebagai gudang ilmu dan filsafat karena tidak lagi mempercayai mitologi-mitologi. bangsa Yunani yang tidak menerima pengalaman yang didasarkan pada sikap menerima begitu saja, tetapi menumbuhkan sikap yang senang menyelidiki sesuatu secara kritis sehingga sikap kritis ini menjadikan bangsa Yunani sebagai ahli pikir terkenal sepanjang masa. Adapun beberapa tokoh yang terkenal pada masa ini antara lain :

1. Thales

Menurut Thales, asal alam semesta itu adalah air karena tidak ada kehidupan tanpa air. Munculnya persoalan tentang asal alam semesta ini didorong oleh tiga alasan yaitu :

(9)

8

a. Persoalan tersebut merupakan suatu pertanyaan yang terus menerus

dipersoalkan dan dipandang sebagai persoalan abadi.

b. Pertanyaan yang diajukan Thales tersebut menimbulkan suatu konsep baru, yaitu suatu hal tidak begitu saja ada, tetapi terjadi dari sesuatu. c. Pertanyaan demikian hanya dapat muncul dalam pemikiran kalangan

tertentu, bukan hanya dari masyarakat awam tetapi masyarakat intelektual yang berpikir lebih maju.

2. Pythagoras

Pythagoras dikenal sebagai filsuf dan juga ahli ilmu ukur ia juga lebih dikenal dengan penemuannya tentang ilmu ukur dan aritmatik. Adapun penemuannya itu antara lain :

a. Hukum atau dalil pythagoras yaitu a2 + b2 = c2 yang berlaku bagi setiap segitiga siku-siku.

b. Semacam teori tentang bilangan, antara lain pembagian antara bilangan genap dan bilangan ganjil.

c. Pembentukan benda berdasarkan segitiga-segitiga,

segiempat-segiempat, segilima-segilima dan sebagainya. d. Hubungan antara nada dengan panjang dawai.

3. Herakleitos

Herakleitos berpendapat bahwa api merupakan asas pertama yang merupakan dasar segala sesuatu yang ada karena menurutnya api adalah lambang perubahan, dengan adanya api kayu atau bahan apa saja berubah menjadi abu. Herakleitos berpendapat bahwa dalam dunia alamiah tidak ada sesuatu pun yang tetap, tidak ada sesuatu apapun yang dianggap definit atau sempurna.

4. Parmenides

Parmenides adalah filsuf pertama yang mempratekkan cabang filsafat yang disebut “metafisika”. Pendapat parmenides yang terkenal adalah yang ada, ada dan yang tidak ada, tidak ada.

5. Socrates (470-399 SM)

Sumber utama untuk menentukan pemikirannya yang dikenal melalui dialog-dialog adalah muridnya yang bernama plato. Dalam sejarah umat manusia, Sokrates merupakan contoh istimewa selaku filsuf ynag jujur serta berani. Keaktifannya dapat dibandingkan dengan pekerjaan bidan. Dia tidak menolong orang bersalin, melainkan membidani jiwa-jiwa. Metode ini dikenal

(10)

9

dengan Maicutike Telehne (Ilmu Kebidanan) yaitu suatu metode dialektiva untuk melahirkan kebenaran.

6. Democritus (460 – 370 SM)

Democritus dikenal sebagai Bapak Atom pertama yang memperkenalkan konsep atom bahwa alam semesta ini sesungguhnya terdiri atas atom-atom. Atom adalah materi terkecil, yang tidak dapat dibagi-bagi lagi. Pemikiran Democritus tentang atom mengandung sifat-sifat seperti berikut ini :

 Konsep materialistik – monistik

Artinya, atom merupakan sekadar materi yang tidak didampingi apapun karena sekelilinggnya hampa

 Konsep dinamika perkembangan

Artinya, segala sesuatu selalu berada dalam keadaan bergerak sehingga berlaku prinsip dinamika

 Konsep yang bersifat murni alamiah

Artinya, pergerakan atom itu bersifat intrinsik, primer, tanpa sebab, dan tidak dipengaruhi oleh sesuatu di luar dirinya.

 Bersifat kebetulan

Artinya pergerakan itu terjadi tanpa tujuan sehingga benturan-benturan yang terjadi tidak beraturan, dan tidak mengandung tujuan-tujuan tertentu.

7. Plato (427 – 347 SM)

Plato adalah filsuf yang pertama kali membangkitkan persoalan Being (hal ada) dan mempertentangkannya dengan becoming (hal menjadi). Plato menemukan bahwa becoming yakni dunia berubah, tidak memuaskan atau tidak memadai sebagai objek pengetahuan karena bagi plato setiap bentuk pengetahuan bersesuaian dengan suatu jenis objek. Sedangkan being bagi plato dibentuk oleh dunia yang merupakan pola-pola dari segala sesuatu yang dapat diinderawi, sedangkan ide-ide itu secara kodrati bersifat kekal dan abadi. Alasan Plato membedakan Being dan becoming adalah sebagai cara untuk mencari dasar kebenaran pengetahuan. Tujuan utama filsafat menurut Plato adalah penyelidikan pada entitas, seperti apa yang dimaksudkan dengan keadilan, kecantikan, cinta, hasrat, kesamaan, dan kesatuan (White, 1987;14). Plato yang mengangkat problem the one and the many melihat bahwa kedua hal ini, kesatuan dan keanekaragaman, terpisah menjadi dua dunia yaitu dunia ide dan dunia bayangan. Plato juga memperhatikan ilmu pasti sebagai peninggalan

(11)

10

pythagoras sebab ada hubungan yang erat antara kepastian matematis dengan kesempurnaan ide.

8. Aristoteles (384 – 322 SM)

Aristoteles adalah murid Plato yang meneruskan dan sekaligus menolak pandangan Plato. Ajaran Aristoteles dapat diklasifikasikan ke dalam tiga bidang yaitu :

1. Metafisika

Aristoteles membahas metafisika, istilah metafisika itu sendiri baru diperkenalkan oleh Andronikus ketika mengelompokkan ajaran-ajaran Aristoteles, sebagai filsafat pertama dan menganggapnya sebagai prinsip pertama yang mendasari tugas ilmiah. Konsep self-evidence merupakan penjelasan atas materi tertentu yang tidak dicari pada sesuatu yang lain, tetapi dapat ditemukan hanya di dalam pemikiran itu sendiri.

Lingkup metafisika dibedakan dari bidang ilmu pengetahuan lain. Metafisika adalah studi tentang “ada sebagai ada” (being as being). Kita mempelajari karakteristik, yakni ada yang mencakup segala sesuatu hal yang memiliki karakteristik tertentu. Jadi metafisika lebih komprehensif dan lebih fundamental daripada ilmu pengetahuan. Metafisika juga mempelajari prinsip-prinsip umum yang mendahului ilmu pengetahuan (White 1987 : 32).

2. Logika

Logika Aristoteles disusun dalam sebuah buku untuk menjelaskan cara menarik kesimpulan secara valid didasarkan pada susunan pikir (Syllogisme). Silogisme merupakan suatu bentuk jalan pemikiran yang bersifat deduktif yang kebenarannya pasti. Pada dasarnya silogisme terdiri atas tiga pernyataan, yaitu :

Premis mayor sebagai pernyataan pertama yang mengemukakan hal umum yang telah diakui kebenarannya

i. Premis minor sebagai pernyataan kedua yang bersifat khusus dan lebih kecil lingkupnya daripada premis mayor

ii. Kesimpulan atau konklusi yang ditarik berdasarkan kedua premis

tersebut. Contoh :

Semua mahluk hidup pasti mati Manusia termasuk mahluk hidup Manusia juga pasti akan mati

(12)

11

3. Biologi

Pada bidang ini, Aristoteles mementingkan aspek pengamatan sebagai suatu sarana untuk membuktikan kebenaran sesuatu hal terutama dalam ilmu-ilmu empirik. Misalnya : dalam embriologi, ia melakukan pengamatan (observasi) perkembangan telur ayam sampai terbentuknya kepala ayam.

d. Pertengahan (Abad II-XIV M)

Zaman pertengahan (Midle Age) ditandai dengan tampilnya para theolog di bidang ilmu pengetahuan. Para ilmuannya hampir semua adalah para theolog sehingga aktivitas ilmiah terkait dengan aktivitas keagamaan. Peradaban dunia Islam, terutama pada zaman Bani Umayyah telah menemukan suatu cara pengamatan astronomi pada abad VII Masehi, dan pada abad VIII masehi telah mendirikan sekolah kedokteran dan astronomi. Pada zaman keemasan kebudayaan Islam telah mendirikan penerjemahan berbagai karya Yunani. Bahkan Khalifah Al-Makmur telah mendirikan Rumah Kebijaksanaan (House of

Wisdom) pada abad IX Masehi. Al-Khawarizmi menyusun buku aljabar tahun 825

M, ia juga menulis buku tentang perhitungan biasa (Arithmetics) yang menjadi pembuka jalan penggunaan cara desimal di Eropa untuk menggantikan tulisan

Romawi. Omar Khayam (1043 – 1132) menemukan pemecahan persamaan

pangkat tiga berdasarkan planemetri dan potongan-potongan kerucut.

Sekitar tahun 600-700 M kemajuan ilmu pengetahuan berada di peradaban dunia Islam. Di bidang kedokteran muncul nama-nama terkenal, seperti Al-Razi (850-923) dan Ibnu Sina (980-1077) yang menulis buku-buku kedokteran (Al-qanum). Rhazas mengarang Encyclopedia ilmu kedokteran yang berjudul contenens. Abu’l Qasim menulis ensiklopedia kedokteraan yang menelaah ilmu bedah, serta peralatan yang dipakai pada masa itu. Ibnu Rushd menerjemahkan dan mengomentari karya-karya Aristoteles. Al Idris telah membuat 70 peta dari daerah yang dikenal pada masa itu. Sumbangan sarjana Islam dapat diklasifikasikan ke dalam tiga bidang:

1. Menerjemahkan peninggalan bangsa Yunani dan menyebarluaskannya sehingga dapat dikenal dunia Barat seperti sekarang ini.

2. Memperluas pengamatan dalam lapangan ilmu kedokteran, obat-obatan, astronomi, ilmu kimia, ilmu bumi dan ilmu tumbuh-tumbuhan.

(13)

12

Perhubungan antara Timur dan Barat selama Perang Salib sangat penting untuk perkembangan kebudayaan Eropa karena pada waktu ekspansi bangsa Arab telah mengambil alih kebudayaan Byzantium, Persia, dan Spanyol sehingga tingkat kebudayaan Islam jauh lebih tinggi daripada kebudayaan Eropa. Sekitar abad XIV pada zaman Dinasti Yuan (1260-1368) pengaruh Islam di Cina ditandai oleh Jamal Al-Din yang mendirikan observatorium. Ikhtiyar Al-Din yang merancang pembangunan istana raja di laut utara Beijing.

e. Zaman Renaissance (Abad XIV – XVII M)

Berakhirnya abad pertengahan diikuti dengan munculnya Zaman

Renaissance pada abad 14-17 M kata Renaissance berarti kelahiran kembali.

Zaman Renaissance merupakan zaman peralihan ketika kebudayaan dari abad pertengahan mulai berubah menjadi suatu kebudayaan modern. Pada zaman Renaissance manusia pada masa ini pemikirannya mulai bebas dan berkembang. Pada zaman ini manusia ingin mencapai kemajuan atas hasil usaha sendiri. Pada Zaman Renaissance ilmu pengetahuan sudah berkembang. Berkembangnya ilmu pengetahuan modern dari tokoh-tokoh berikut

1. Roger Bacon (1214-1294)

Roger Bacon berpendapat bahwa pengalaman merupakan landasan utama diawal dan ujian akhir bagi semua ilmu pengetahuan, beliau juga menganjurkan pengalaman sebagai basis ilmu pengetahuan

2. Copernicus (1473 – 1543)

Penemuan Copernicus dikenal sebagai prinsip heliosentris. Copernicus berpendapat bahwa bumi dan planet semuanya mengelilingi matahari sehingga matahari menjadi pusat (heliosentris).

3. Tycho Brahe (1546-1601)

Tycho Brahe pada masa ini menemukan benda-benda angkasa. Ia membuktikan bahwa benda-benda angkasa tersebut terapung bebas dalam ruang angkasa.

4. Johannes Keppler (1571-1630)

Johannes Keppler seorang ahli matematika ia merupakan asisten Tycho Brahe. Johannes Keppler melanjutkan penelitian Brahe yaitu tentang gerak benda-benda angkasa.

(14)

13

5. Galileo Galilei (1546-1642)

Galileo pada masa ini menciptakan sebuah teropong bintang yang terbesar. Teropong ini dapat mengamati beberapa peristiwa angkasa secara langsung.

f. Zaman Modern (Abad XVII-XIX M)

Zaman modern sudah mulai ada pada abad 14 yaitu pada masa zaman Renaissance zaman modern ini muncul dengan adanya penemuan-penemuan ilmu pengetahuan ini berarti ilmu pengetahuan berkembang dengan baik pada masa ini. Adapun tokoh-tokoh pada zaman modern ini adalah sebagai berikut.

1. Rene Descrates (1596-1650)

Rene Descrates merupakan bapak filsafat modern dan ia juga seorang ahli ilmu pasti penemuannya dalam ilmu pasti ialah sistem koordinat yang terdiri dari garis lurus X yang letaknya horizontal disebut axis atau sumbu X dan garis lurus Y yang letaknnya tegak lurus pada sumbu X disebut ordinat atau sumbu Y.

2. Isaac Newton (1643-1727)

Penemuan Isaac Newton adalah dalam tiga bidang yaitu a. Teori Gravitasi

Teori gravitasi menerangkan bahwa planet-planet tidak bergerak lurus, tetapi mengikuti lintasan elips karena adanya gravitasi.

b. Perhitungan kalkulus adalah hubungan antara X dan Y jika X bertambah maka Y juga bertambah.

c. Optika atau mengenai cahaya jika cahaya matahari dilewatkan sebuah prisma sehingga asli yang terlihat homogen menjadi terbias antara merah sampai ungu menjadi pelangi.

3. Charles Darwin

Charles Darwin berpendapat bahwa mahluk hidup yang dapat menyesuaikan diri akan memiliki peluang yang lebih besar untuk bertahan hidup lebih lama dan sebaliknya pendapatnya ini dikenal dengan teori evolusi.

4. J.J. Thompson (1897)

J.J. Thompson menemukan elektron sehingga dengan penemuan ini runtuhlah pendapat yang menganggap bahwa atom adalah materi yang terkecil. Penemuan ini juga membuka jalan bagi pengembangan Fisika

(15)

14

Nuklir. Hal ini dapat mengubah bermacam-macam atom di laboratorium juga ditemukan bagian dari atom, seperti elektron, praton, neutron, meson, dll.

g. Zaman Kontemporer (abad XX- sekarang)

Pada zaman ini, bidang fisika menempati kedudukan yang paling tinggi diantara ilmu-ilmu khusus yang dibicarakan oleh para filsuf. Menurut Trout (1993), fisika dipandang sebagai dasar ilmu pengetahuan yang subjek materinya mengandung unsur-unsur fisika dengan filsafat secara historis menurutnya terlihat dalam dua cara yaitu :

 Diskusi filosofis mengenai metode-metode fisika, dan dalam interaksi antara pandangan substansial tentang fisika, misalnya tentang materi, kuasa, serta konsep ruang dan waktu.

 Ajaran filsafat tradisional yang menjawab fenomena tentang materi, kuasa, serta ruang dan waktu.

Pada abad XX fisikawan termasyur adalah Albert Einstein. Ia menyatakan bahwa alam itu tak berhingga besarnya dan tak terbatas. Akan tetapi, juga tidak berubah status totalitasnya atau bersifat statis dari waktu ke waktu. Pada tahun 1929 seorang fisikawan lain Hubble yang menggunakan teropong bintang terbesar di dunia melihat galaksi-galaksi di sekeliling kita. Galaksi-galaksi tersebut tampak menjauhi bumi. Berdasarkan perhitungan mengenai perbandingan jarak dan kelakuan gerak masing-masing galaksi yang teramati para fisika kontemporer (Gamow, Alpher, Herman) menarik kesimpulan bahwa semua galaksi di jagad raya ini semula bersatu padu dengan galaksi kita, Bima Sakti.

Selain teori mengenai fisika, teori alam semesta dan lain-lain, maka zaman kontemporer ini ditandai dengan penemuan berbagai teknologi canggih seperti mulai penemuan komputer, berbagai satelit, internet dan lain sebagainya. Disamping itu juga mengalami kemajuan yang pesat sehingga terjadi spesialisasi-spesialisasi ilmu yang semakin tajam.

(16)

15

Rangkuman

Manusia memiliki ciri-ciri unik yang membedakannya dengan mahluk lainnya di muka bumi ini. Kelebihan manusia adalah rohaninya, yakni akal budi dan kemauannya yang sangat kuat sehingga ia dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mitos merupakan tahap awal perkembangan alam pikiran manusia. Mitos diciptakan untuk memuaskan rasa ingin tahu manusia untuk menjawab keterbatasan manusia tentang alam. Dalam alam pikiran mitos, rasio atau penalaran belum terbentuk, yang bekerja hanya daya khayal, intuisi atau imajinasi.Sejarah perkembangan ilmu dibagi menjadi lima zaman yaitu: Zaman Pra-Yunani Kuno, yaitu manusia masih menggunakan batu sebagai peralatan; Zaman Yunani Kuno merupakan zaman keemasan

filsafat karena pada masa ini orang memiliki kebebasan untuk

mengungkapkan pendapat. Tokoh-tokoh yang terkenal pada masa ini adalah Thales, Phytogoras, Sokrates, Leucippus, Plato, dan Aristoteles; Zaman Pertengahan merupakan zaman tampilnya para theolog di bidang ilmu pengetahuan; Zaman Renaissance merupakan zaman peralihan ketika kebudayaan dari abad pertengahan mulai berubah menjadi kebudayaan modern. Beberapa tokoh yang terkenal pada zaman ini yaitu Roger Bacon, Copernicus, Tycho Brahe, Yohannes Keppler, Galileo Galilei; Zaman Modern ditandai dengan berbagai penemuan dalam bidang ilmiah beberapa tokoh yang terkenal pada zaman ini yaitu Rene Descartes, Isaac Newton, Charles Darwin, J.J. Thompson, dan Zaman Kontenporer menempatkan bidang fisika menduduki tempat yang paling tinggi di antara ilmu-ilmu khusus yang dibicarakan oleh para filsuf. Tokoh yang paling populer pada masa ini adalah Albert Einstein.

(17)

16

BAB II

Peranan Filsafat Ilmu dalam Menjelaskan Struktur Ilmu

A. Kompetensi Dasar

(1) Memahami peranan filsafat dalam menjelaskan struktur ilmu B. Indikator Hasil Belajar

(1) Menjelaskan peranan filsafat ilmu dalam memahami struktur keilmuan (2) Menjalaskan tiga landasan penelaahan ilmu

C. Uraian Materi

Pengantar

Alkisah, seorang awam awam bertanya kepada seorang ahli filsafat

(filsuf) yang arif bijaksana. Pertanyaannya demikian ”Coba sebutkan kepada saya jenis manusia yang terdapat didalam kehidupan ini berdasarkan pengetahuannya? Filsuf itu menarik nafas dalam dan berpantun :

Ada orang yang tahu ditahunya Ada orang yang tahu ditidaktahunya Ada orang yang tidak tahu ditahunya Ada orang yang tidak tahu ditidaktahunya

Kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan ”Bagaimana caranya saya

mendapatkan pengetahuan yang benar?, penuh hasrat dalam ketidaktahuannya. ”Mudah saja” jawab filsuf itu, ”ketahuilah apa yang kau tahu dan ketahuilah

apa yang kau tidak tahu”.

Jawaban filsuf tersebut mengingatkan kepada kita bahwa pengetahuan dimulai dari rasa ingin tahu, kepastian dimulai dari rasa ragu-ragu dan filsafat dimulai dengan kedua-duanya.

Berfilsafat didorong untuk mengetahui apa yang telah kita ketahui dan apa yang

belum kita tahu. Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah kita ketahui dalam kesemestaan yang seakan tak terbatas ini. Demikian juga berfilsafat berarti mengoreksi diri, semacam keberanian berterus terang, seberapa jauh sebenarnya kebenaran yang dicari telah kita jangkau.

Hubungan Ilmu dan Filsafat

Pada mulanya ilmu yang pertama kali muncul adalah filsafat dan ilmu-ilmu khusus menjadi bagian dari filsafat. Dengan demikian, ada yang mengatakan filsafat sebagai induk atau ibu ilmu pengetahuan (mater

(18)

ilmu-17

ilmu membutuhkan objek material yang khusus, hal inilah yang mengakibatkan berpisahnya ilmu dan filsafat. Meskipun dalam perkembangannya masing-masing ilmu memisahkan diri dari filsafat, namun tidak berarti hubungan filsafat dengan ilmu-ilmu khusus menjadi terputus.

Dengan ciri kekhususan yang dimiliki setiap ilmu menimbulkan batas-batas yang tegas antara masing-masing ilmu. Dengan kata lain, tidak ada bidang pengetahuan yang menjadi penghubung ilmu-ilmu yang terpisah. Di sinilah filsafat berusaha untuk menyatupadukan masing-masing ilmu. Tugas filsafat adalah mengatasi spesialisasi dan merumuskan suatu pandangan hidup yang diasarkan atas pengalaman kemanusiaan yang luas. Oleh karena itu, filsafat merupakan salah satu bagian dari proses pendidikan secara alami dari mahluk yang berpikir.

Ada hubungan timbal balik antara ilmu filsafat. Banyak masalah filsafat yang memerlukan landasan pada penelaahan ilmiah, apabila pembahasannya tidak dikatakan dangkal dan keliru. Ilmu dewasa ini dapat menyediakan bagi filsafat sejumlah besar bahan yang berupa fakta-fakta yang sangat penting bagi perkembangan ide-ide filsafati yang tepat sehingga sejalan dengan pengetahuan ilmiah.

Setiap ilmu memiliki konsep-konsep dan asumsi-asumsi yang tidak perlu dipersoalkan lagi. Konsep dan ilmu itu diterima bagitu saja tanpa dinilai dan dikritik. Terhadap ilmu-ilmu khusus, filsafat, khususnya fil;safat ilmu, secara kritis menganalisis konsep-konsep dasar dan memeriksa asumsi-asumsi dari ilmu untuk memperoleh arti dan validitasnya. Apabila konsep-konsep dari ilmu tidak dijelaskan dan asumsi-asumsi tidak dikuatkan, hasil-hasil yang dicapai ilmu tersebut tidak memperoleh landasan yang kuat.

Interaksi antara filsafat dan ilmu-ilmu khusus juga menyangkut suatu tujuan yang lebih jauh dari filsafat. Filsafat berusaha untuk mengatur hasil-hasil dari berbagai ilmu-ilmu khusus ke dalam suatu pandangan hidup dan pandangan dunia yang tersatupadukan, komprehensif, dan konsisten. Secara komprehensif artinya tidak ada sesuatu bidang yang berada di luar jangkauan filsafat. Secara konsisten artinya uraian kefilsafatan tidak menyusun pendapat-pendapat yang saling berkontradiktif. Misalnya, fisika mendasarkan pada asas bahwa semua benda terikat pada kaidah mekanis (sebab-akibat). Akan tetapi, dalam biologi dapat ditemukan bahwa organisme yang lebih tinggi tidak hanya berproses seperti mesin-mesin, tetapi juga menunjukkan adanya kegiatan yang mengarah

(19)

18

pada suatu tujuan (teleologis). Masalah proses mekanis yang berbeda dengan proses teleologis (bertujuan) ini telah ditangani oleh para filsuf yang mencoba menyusun pandangan yang tersatupadukan (integral) dan komprehensif dalam menjalaskan gejala-gejala alam.

Tiga Landasan Penelaahan Ilmu

Bidang garapan filsafat ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi penyangga bagi eksistensi ilmu, yaitu ontologi, epistemologi, dan aksiologi.

1. Ontologi Ilmu, meliputi apa hakikat ilmu itu, apa hakikat kebenaran, dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah, yang tidak terlepas dari persepsi filsafati tentang apa dan bagaimana (yang) Ada itu (Being, Sein, Het zijn). Paham monisme yang terpecah menjadi idealisme dan spiiritualisme, paham dualisme, dan pluralisme dengan berbagai nuansanya merupakan paham ontologik yang pada akhirnya akan menentukan pendapat bahkan keyakinan kita masing-masing mengenai apa dan bagaimana (yang) Ada sebagaimana manifestasi kebenaran yang kita cari.

2. Epistemologi Ilmu, meliputi sumber, sarana, dan tata cara

menggunakan sarana tersebut untuk mencapai pengetahuan (ilmiah). Perbedaan mengenai pilihan landasan ontologik akan dengan sendirinya mengakibatkan perbedaan dalam menentukan sarana yang kita pilih. Akal (Verstand), akal budi (Vernunft), pengalaman, atau kombinasi antara akal budi dan pengalaman mengakibatkan, intuisi merupakan sarana yang dimaksud dalam epistemologi sehingga dikenal adanya epistemologi, seperti : rasionalsime, empirisme, kritisme atau rasionalsime kritis, positivisme, dan fenomenologi dengan berbagai variasinya. Ditunjukkan pula bagaimana kelebihan dan kelemahan sesuatu model epistemologi beserta tolok ukurnya bagi pengetahuan (ilmiah) itu, seperti teori koherensi, korespodensi, pragmatisme, dan teori intersubjektif.

3. Aksiologi Ilmu, meliputi nilai-nilai (Value) yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan sebagaimana kita jumpai dalam kehidupan kita yang menjelajahi berbagai kawasan, seperti kawasan sosial, simbolik, ataupun fisik material. Lebih dari itu, nilai-nilai juga ditunjukkan oleh aksiologi ini sebagai suatu conditio sine quanon

(20)

19

yang wajib dipatuhi dalam kegiatan kita, baik dalam melakukan penelitian maupun dalam menerapkan ilmu.

Dalam perkembangannya Filsafat Ilmu juga mengarahkan pandangannya pada Strategi Pengembangan Ilmu yang menyangkut etik dan heuristik. Bahkan sampai pada dimensi kebudayaan untuk menangkap tidak saja kegunaan atau kemanfaatn ilmu, tetapi juga arti maknanya bagi kehidupan umat manusia.

Berbicara tentang Strategi Pengembangan Ilmu dewasa ini terdapat adanya tiga macam pendapat. Pertama, pendapat yang menyatakan bahwa ilmu berkembang dalam otonomi dan tertutup, dalam arti pengaruh konteks dibatasi atau bahkan disingkirkan, dengan sembiyan ”science for the sake of science

only”. Kedua, pendapat yang menyatakan bahwa ilmu lebur dalam konteks, tidak

hanya memberikan refleksi, bahkan juga memberikan justifikasi. Dengan ini ilmu cenderung memasuki kawasan untuk menjadikan dirinya sebagai ideologi.

Ketiga, pendapat yang menyatakan bahwa ilmu dan konteks saling meresapi dan

saling memberi pengaruh untuk menjaga agar dirinya beserta temuan-temuannya tidak terjebak dalam kemiskinan relevandi dan aktualitasinya, science

for the sake of human progress adalah pendiriannya

Soal Latihan

(1) Bagaimana hubungan filsafat dan ilmu ? Coba beri penjelasan. (2) Jelaskan peranan filsafat ilmu dalam memahami struktur keilmuan (3) Jelaskan landasan penelaahan ilmu

Rangkuman

Filsafat adalah induk atau ibu ilmu pengetahuan (mater scientiarum). Ada hubungan timbal balik antara ilmu dan filsafat. Banyak masalah filsafat yang memerlukan landasan pada penelaahan ilmiah, apabila pembahasannya tidak dikatakan dangkal dan keliru. Ilmu dewasa ini dapat menyediakan bagi filsafat sejumlah besar bahan yang berupa fakta-fakta yang sangat penting bagi perkembangan ide-ide filsafati yang tepat sehingga sejalan dengan pengetahuan ilmiah. Filsafat juga memegang peranan penting dalam membedakan batas-batas ilmu khusus yang semakin sempit. Ada tiga landasan penelaahan ilmu yaitu, landasan epistemologis (hakekat ilmu itu), ontologis (bagaimana ilmu diperoleh), dan aksiologis (apa manfaat ilmu itu).

(21)

20

Soal Latihan

(1) Sebutkan dan jelaskan ciri-ciri unik manusia bila dibandingkan dengan mahluk hidup lainnya.

(2) Coba berikan alasan timbulnya mitos.

(3) Ceritakan secara singkat sejarah perkembangan ilmu dari zaman pra Yunani Kuno sampai jaman kontenporer beserta tokoh-tokoh penting pada zamannya.

(22)

21

BAB III

PERANAN BAHASA, LOGIKA, MATEMATIKA, DAN

STATISTIKA UNTUK MENGEMBANGKAN ILMU

A. Kompetensi Dasar

(1) Memahami perana bahasa, logika, matematika, dan statistika untuk mengembangkan ilmu

B. Indikator Hasil Belajar

(1) Menjelaskan peranan bahasa dalam ilmu (2) Mengidentifikasi ciri-ciri bahasa ilmiah

(3) Menjelaskan peranan matematika dalam perkembangan ilmu (4) Menjelaskan peranan statistika dalam perkembangan ilmu

C. Uraian Materi

Pengantar

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa perbedaan manusia dan binatang terletak pada kemampuan manusia untuk mengambil jalan melingkar dalam mencapai tujuannya. Kita sering melihat seekor monyet yang menjangkau secara sia-sisa benda yang dia inginkan, sedangkan manusia yang paling primitif pun telah tahu menggunakan berbagai sarana seperti tongkat, tali, atau dengan melempar batu untuk memperoleh benda yang diinginkannya sehingga manusia disebut mahluk yang membuat alat (homo faber). Untuk membuat alat manusia memerlukan pengetahuan, begitu juga adanya alat-alat dapat pula membantu meningkatkan pengetahuan manusia.

Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara baik dan benar diperlukan juga

sarana berpikir. Tersedianya sarana berpikir tersebut memungkinkan

dilakukannya penelitian ilmiah secara teratur dan cermat. Penguasaan sarana berpikir ilmiah ini merupakan suatu hal yang bersifat imperatif bagi seorang ilmuwan. Tanpa menguasai hal ini maka kegiatan ilmiah yang baik tak akan bisa terlaksana. Beberapa sarana berpikir ilmiah adalah bahasa, logika, matematika, dan statistika dibahas berikut ini.

Bahasa Ilmiah

Dapatkah anda bayangkan seandainya binatang dapat berbicara seperti manusia? Jika Astri sedang makan burger, maka anjing Astri akan melongok saja melihat Si Astri makan, melainkan akan berkata ”Astri bagi-bagi dong biar aku tahu rasanya!!”. Dan bukan sampai disitu, dia akan mencari tempat orang menjual untuk membeli burger dengan membawa uang karena dia menguasai

(23)

22

bahasa dan memiliki pengetahuan berbelanja. Sehingga tidak salah kata Wittgentein yang mengatakan Die Grenzen meiner Sprache die Grenzen meiner

Welt yang artinya “Bahasaku adalah batas duniaku“.

Keunikan manusia sebenarnya bukanlah terletak pada kemampuan berpikirnya, melainkan terletak pada kemampuannya berbahasa. Ernst Cassierr menyebut manusia sebagai Animal Symbolicum, mahluk yang mempergunakan simbol. Tanpa mempunyai kemampuan berbahasa ini maka kegiatan berpikir secara sistematis dan teratur tidak mungkin dapat dilakukan. Lebih lanjut lagi, tanpa kemampuan berbahasa ini maka manusia tidak mungkin mengembangkan kebudayaannya, sebab tanpa memiliki kemampuan berbahasa maka sulit dapat menruskan nilai-nilai kepada generasi berikutnya. Tak salah kata Aldous Huxley, “Tanpa Bahasa manusia tak berbeda dengan anjing atau monyet”.

Pertanyaannya, apakah bahasa itu? Pertama, bahasa dapat dicirikan sebagai rangkaian bunyi. Dalam hal ini kita mempergunakan bunyi sebagai alat untuk berkomunikasi. Sebenarnya kita juga bisa berkomunikasi tanpa bunyi, misalnya dengan bahasa isyarat. Tetapi manusia menggunakan bunyi sebagai alat komunikasi yang utama. Komunikaksi dengan menggunakan bunyi ini disebut sebagai komunikasi verbal. Dan masyarakat yang menggunakana alat komunikasi verbal disebut dengan masyarakat verbal. Kedua, bahasa merupakan lambang di mana rangkaian bunyi ini membentuk suatu arti tertentu. Perkataan gunung dan burung merpati sebenarnya merupakan lambang yang kita berikan kepada dua objek tersebut. Kiranya patut disadari bahwa kita memberikan lambang kepada kedua objek tersebut tadi secara begitu saja, di mana tiap bangsa dengan bahasanya yang berbeda memberikan lambang yang berbeda pula. Bagi kita objek tersebut lambangkan dengan bunyi ”gunung” sedangkan bagi orang Inggris dilambangkan dengan ”mountain” atau ”jaba” dalam bahasa Arab. Begitu juga tanpa bahasa kita sulit memahami dan mengkomunikasikan hukum grafitasi Newton dan dalil Phytagoras.

Jadi dengan bahasa bukan saja manusia dapat berpikir secara teratur, namun juga dapat mengkomunikasikan apa yang sedang kita pikirkan kepada orang lain. Namun bukan itu saja, dengan bahasa kitapun dapat mengekspresikan sikap dan perasaan kita. Seseorang yang mempunyai pengalaman hidup yang berkesan dapat mengekspresikannya dengan bernyanyi, atau menulis novel yang tebal yang mencakup puluhan ribu kalimat, atau menulis puisi yang berisi beberapa bait bila ia seorang sastrawan.

(24)

23

Komunikasi ilmiah mensyaratkan bentuk komunikasi yang sangat berbeda dengan komunikasi estetik. Komunikasi ilmiah bertujuan untuk menyampaikan informasi yang berupa pengetahuan. Agar komunikasi ilmiah ini berjalan dengan baik maka bahasa yang digunakan harus bebas dari unsur-unsur emotif. Komunikasi ilmiah harus bersifat reproduktif, artinya bila si penyampai menyampaikan informasi berupa X maka si penerima informasi harus menerima informasi yang berupa X pula. Informasi X yang diterima harus merupakan reproduksi yang benar-benar sama dari informasi X yang dikirim. Artinya tidak terjadi miskomunikasi. Contoh: seorang guru fisika ingin menjelaskan usaha, maka ia harus menjalaskan kata usaha dalam konteks fisika, yang tentu berbeda jauh dengan kata usaha dalam kehidupan sehari-hari.

Berbahasa dengan jelas artinya juga mengemukakan pendapat atau jalan pikiran secara jelas. Kalau kita teliti lebih lanjut kalimat-kalimat dalam sebuah karya ilmiah pada dasarnya merupakan suatu pernyataan. Pernyataan melambangkan suatu pengetahuan yang ingin kita komunikasikan kepada orang lain. Kalimat seperti ”Logam kalau dipanaskan akan memuai”, merupakan suatu hakikat pernyataan yang mengandung pengetahuan tentang sebab-akibat antara panas (kalor) dan pemuaian.

Untuk mampu mengkomunikasikan pengetahuan atau jalan pikiran yang jelas maka seseorang harus menguasai tata bahasa dengan baik. Penguasaan tata bahasa yang baik merupakan syarat mutlak bagi suatu komunikasi ilmiah yang benar. Usahakan juga kalimat-kalimat yang digunakan terbebas dari sifat emosional. Di saping itu, karya ilmiah juga mematuhi format-format penulisan tertentu, seperti jenis huruf, margin, pengutipan, penulisan daftar pustaka, dan sebaginya.

Logika

Alkisah, dalam humor ilmiah, diceritakan seorang peneliti ingin

menemukan apa yang sebenarnya menyebabkan manusia mabuk. Untuk itu dia mengadakan penyelidikan dangan mencampur berbagai minuman keras. Mula-mula ia mencampur air dengan wiski luar negeri yang setelah diteguknya maka ia terkapar mabuk. Setelah ia sadar ia mencampur air dengan arak lokal, setelah diminumnya ia pun terkapar mabuk juga. Terakhir ia mencampu air dengan tuak lokal, maka ia pun mabuk juga dan sempoyongan. Berdasarkan penelitiannya ini

(25)

24

maka dia menyimpulkan bahwa airlah yang menyebabkan ia mabuk. Benar-benar masuk akal, bukan?, namun apakah hal itu Benar-benar?

Kejadian di atas menunjukkan bahwa penalaran merupakan suatu proses berpikir yang membuahkan pengetahuan. Agar pengetahuan yang dihasilkan penalaran itu mempunyai dasar kebenaran maka proses berpikir itu harus dilakukan suatu cara tertentu. Suatu penarikan kesimpulan baru dianggap sahih (valid) kalau proses penarikan kesimpulan tersebut dilakukan menurut cara tertentu tersebut. Cara penarikan kesimpulan ini disebut logika, di mana logika secara luas dapat didefinisikan sebagai ”pengkajian untuk berpikir secara sahih”. Terdapat bermacam-macam cara penarikan kesimpulan, namun untuk sesuai dengan tujuan yang memusatkan diri kepada penalaran ilmiah, kita akan melakukan penelaahan yang seksama hanya terhadap dua jenis cara penarikan kesimpulan, yakni logika induktif dan logika deduktif. Logika induktif erat kaitannya dengan penarikan kesimpulan kasus-kasus individual (khusus) nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum. Di pihak lain, logika deduktif, yang membantu kita dalam menarik kesimpulan dari hal-hal yang bersifat umum menjadi kasus yang bersifat individual (khusus).

Induktif merupakan cara berpikir di mana ditarik kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat khusus. Penalaran induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum. Contoh: Dari hasil penyelidikan diperoleh fakta empirik sebagai berikut :

Besi bila dipanaskan memuai (khusus) Seng dipanaskan memuai (khusus) Tembaga dipanaskan memuai (khusus)

Aluminium dipanaskan juga memuai (khusus).

Oleh karena besi, seng, tembaga, dan aluminium termasuk kelompok logam. Maka dapat ditarik kesimpulan dari fakta-fakta khusus tersebut yaitu ”logam bila

dipanaskan akan memuai” (kesimpulan bersifat umum).

Penalaran deduktif adalah kegiatan berpikir sebaliknya dari penalaran induktif. Dedukdi adalah cara berpikir di mana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir silogismus. Silogismus disusun dari dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan. Pernyataan yang mendukung

(26)

25

silogismus disebut premis yang kemudian dapat dibedakan menjadi premis mayor dan premis minor. Contoh:

Semua mahluk hidup mempunyai mata (premis mayor) Si Badu adalah seorang mahluk hidup (premis minor) Jadi, Si Badu memiliki mata (kesimpulan).

Kesimpulan yang diambil bahwa Si Badu memiliki mata adalah sah menurut penalaran deduktif, sebab kesimpulan ini ditarik secara logis dari dua premis yang mendukungnya. Pernyataan apakah kesimpulan itu benar maka hal ini harus dikembalikan kepada kebenaran premis yang mendahuluinya. Sekiranya kedua premis yang mendukungnya benar, maka dapat dipastikan bahwa kesimpulan yang ditariknya juga benar. Seandainya kesimpulan itu salah, meskipun premis pendukungnya benar, maka penarikan kesimpulannya dikatakan tidak sah.

Matematika

Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat “artifisial”, yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya. Tanpa itu maka matematikan hanya merupakan kumpulan rumus-rumus yang mati. Yang paling sukar untuk menjelaskan kepada seseorang yang baru belajar matematika adalah bahwa X itu sama sekali tidak berarti, kata Alfred Nort Whitehead.

Bahasa verbal seperti telah kita pelajari sebelumnya mempunyai beberapa kekurangan yang sangat mengganggu, seperti majemuk dan emotif. Untuk mengatasi kekurangan yang terdapat pada bahasa maka kita berpaling kepada matematika. Dalam konteks ini, matematika adalah bahasa yang berusaha untuk menghilangkan sifat emotif dan majemuk dari bahasa verbal. Lambang-lambang matematika dibikin artifisial dan khusus yang merupakan perjanjian yang berlaku khusus untuk masalah yang sedang kita kaji. Contoh, kita ingin menghitung kecepatan seorang pelari yang bergerak dalam waktu tertentu dengan jarak yang ditempuh tertentu pula. Jarak yang ditempuh anak dapat kita lambangkan dengan x, waktu yang diperlukan untuk menempuh jarak tersebut dilambangkan dengan t, maka kecepatan orang tersebut v dapat dihitung dengan rumus

t x v .

(27)

26

Di samping kelebihan tersebut, matematika memiliki kelebihan lain dibandingkan bahasa verbal yakni bahasa mengembangkan bahasa numerik yang memungkinkan kita melakukan pengukuran. Dengan bahasa verbal kita akan mengalami kesulitan untuk membandingkan anak yang kena sakit demam dengan anak sehat. Kalau kita ingin mengetahui lebih lanjut berapa derajat suhu anak yang demam, tentu kita akan mengalami kesulitan menggunakan bahasa verbal.

Bahasa verbal hanya mampu mengemukakan pernyataan yang bersifat kualitatif. Dengan bahasa verbal kita hanya dapat mengatakan ”logam kalau dipanaskan akan memuai”. Seberapa besar pemuaiannya yang terjadi bila diberikan panas tertentu, tidak dapat dijelaskan dan diprediksi secara eksak. Jadi, penjelasan dan ramalan yang diberikan serta kontrol ilmu menjadi kurang cermat dan tepat. Matematika dapat mengatasi permasalahan ini dengan menggambarkan dengan pernyataan matematika :

) 1 ( t L

Lo

, di mana L = panjang logam setelah pemanasan dengan temperatur t

Lo= panjang logam awal α = koefien muai logam t = temperatur

Jadi, sifat kuantitatif matematika dapat meningkatkan daya prediktif dan kontrol dari ilmu. Ilmu memberikan jawaban yang lebih bersifat eksak yang memungkinkan pemecahan masalah secara lebih tepat dan cermat. Matematika memungkinkan ilmu mengalami perkembangan dari tahap kualitatif menjadi kuantitatif.

Beberapa disiplin ilmu, seperti ilmu sosial dan humaniora, agak mengalami kesukaran dalam perkembangan yang bersumber pada masalah teknis dalam pengukuran. Kesukaran ini secara bertahap telah mulai dapat diatasi, dan akahir-akhir ini kita dapat melihat perkembangan yang menggembirakan, di mana ilmu-ilmu sosial dan humaniora telah mulai memasuki tahap yang bersifat kuantitatif. Contoh: sekarang ini mahasiswa ekonomi telah mempelajari matematika ekonomi. Dengan demikian, matematika berperan untuk melayani semua disiplin keilmuan untuk dapat meningkatkan daya prediktif dan kontrol dari ilmu tersebut.

(28)

27

Statistika

Alkisah, diceritakan seorang anak bernama I Belog disuruh membeli

sebungkus korek api oleh ibunya. Ibunya berpesan agar dia membeli korek api yang baik atau mudah menyala. Tidak lama kemudia I Belog datang dengan wajah sumingrah menghadap ibunya dan menyerahkan sebungkus korek api yang semuanya sudah dicobanya, dengan berkata Bu, korek apinya benar-benar bagus bu!, semua sudah saya coba menyalakannya dan semuanya menyala dengan baik.

Tak seorangpun dapat menyalahkan kesahihan penarikan kesimpulan yang dilakukan oleh I Belog. Bila penarikan kesimpulan seperti itu dilakukan tentu tidak akan ada pedagang durian yang menjajakan dagangannya di pinggir jalan. Untuk memenangkan undian kupon berhadiah, apakah kita harus membeli semua kupon undiannya? Begitu juga, seorang peneliti, ingin mengetahui pandangan penduduk Bali terhadap terorisme setelah Bom Bali I dan II harus menanyai 2,5 juta penduduk Bali?, tentu tidak demikian. Untuk mengatasi persoalan ini maka Prancis Blaise Pascal (1623-1662), seorang jenius dalam bidang matematika yang pada usia 16 tahun telah menghasilkan karya-karya ilmiah yang mengagumkan telah menghasilkan teori peluang (probability).

Peluang yang merupakan dasar teori statistika, merupakan konsep baru yang tidak dikenal dalam pemikiran Yunani Kuno, Romawi dan bahkan Eropa pada abad pertengahan. Begitu dasar-dasar peluang ini berkembang, maka ilmu-statistika mengalami perkembangan pesat.

Penelitian ilmiah, baik yang berupa survei maupun eksperimen, dilakukan dengan lebih cermat dan teliti mempergunakan teknik-teknik statistika yang diperkembangkan sesuai dengan kebutuhan. Statistika juga memberikan kemampuan kepada kita untuk mengetahui apakah suatu hubungan kausalitas antara dua variabel atau lebih bersifat kebetulan atau memang benar-benar terkait dalam suatu hubungan yang bersifat empiris. Sebagai contoh, mahasiswa memberikan perlakuan terhadap satu kelas siswa SMP dengan memberikan tugas portofolio dalam pembelajaran mengarang (Bahasa Indonesia). Berdasarkan kajian teoritis dengan memberikan tugas portofolio mengakibatkan prestasi siswa menjadi lebih baik. Untuk mengetes apakah pemberian tugas portofolio kepada siswa dapat meningkatkan prestasi belajarnya maka dilakukan uji statistik, seperti uji korelasi atau uji regresi, atau uji beda-t bila ada kelas kontrolnya.

(29)

28

Penarikan kesimpulan secara statistik memungkinkan kita untuk melakukan kegiatan ilmiah secara ekonomis, di mana tanpa statistika hal ini tak mungkin dilakukan. Statistik memungkinkan kita untuk menarik kesimpulan secara induktif berdasarkan peluang tersebut. Mereka yang berkecimpung dalam kegiatan ilmiah harus dibekali dengan penguasaan statistika yang cukup agar kesimpulan yang ditariknya merupakan kesimpulan yang sah.

RangkumanRa

Soal Latihan

(1) Jelaskan kenapa sarana berpikir merupakan bagian penting dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.

(2) Jelaskan peranan bahasa dalam pengembangan ilmu

(3) Apakah matematika tergolong ilmu ? Berikan penjelasan jawaban anda. (4) Jelaskan peranan logika dalam pengembangan ilmu.

(5) Kenapa statistik penting untuk kemajuan ilmu pengetahuan?

Rangkuman

Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara baik dan benar dalam mengembangkan ilmu pengetahuan diperlukan sarana berpikir, yaitu bahasa, logika, matematika, dan statistika. Tersedianya sarana berpikir tersebut memungkinkan dilakukannya penelitian ilmiah secara teratur dan cermat. Penguasaan sarana berpikir ilmiah ini merupakan suatu hal yang bersifat imperatif bagi seorang ilmuwan. Tanpa menguasai hal ini maka kegiatan ilmiah yang baik tak akan bisa terlaksana.

(30)

29

BAB IV

METODE ILMIAH DAN IMPLEMENTASINYA DALAM

PENGEMBANGAN ILMU

A. Kompetensi Dasar

(4) Memahami dan menjelaskan prosedur ilmiah dan kebenaran ilmiah

B. Indikator Hasil Belajar

(1) Menjelaskan kriteria metode ilmiah (2) Menjelaskan tahapan metode ilmiah (3) Menjelaskan kebenaran ilmiah

C. Uraian Materi

Pengantar

Metode ilmiah merupakan cara dalam mendapatkan pengetahuan ilmiah.

Atau dengan perkataan lain, pengetahuan yang diperoleh dengan

mempergunakan metode ilmiah dapat digolongkan menjadi pengetahuan yang bersifat ilmiah atau disingkat menjadi pengetahuan ilmiah atau ilmu. Metode ilmiah merupakan sintesis antara berpikir rasional dan bertumpu pada data empiris. Kedua cara ini tercermin dalam berbagai langkah yang terdapat dalam proses kegiatan ilmiah.

Ciri-Ciri Ilmiah

Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ilmiah memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

(1) Obyektif, artinya pengetahuan itu sesuai dengan objeknya., yakni kesesuain atau kebenarannya dibuktikan dengan hasil pengindraan atau empiris

(2) Metodik, yakni suatu pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan cara-cara tertentu, teratur dan terkontrol. Hal-hal yang berhubungan dengan metode ilmiah ini akan dijelaskan lebih lanjut.

(3) Sistematik, artinya pengetahuan ilmiah itu tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri sendiri. Satu dengan yang lain saling terkait, saling menjelaskan sehingga seluruhnya merupakan satu kesatuan yang utuh. (4) Berlaku umum, yakni pengetahuan itu tidak hanya berlaku atau dapat

diamati oleh seseorang atau beberapa orang saja, tetapi oleh semua orang, dengan cara eksperimen yang sama dan akan memperoleh hasil yang sama pula atau konsisten sifatnya.

(31)

30

Langkah-langkah Metode Ilmiah

Singkatnya metode ilmiah dapat dideskripsikan dalam langkah-langkah sebagai berikut.

(1) Penentuan dan perumusan masalah. Pada tahap ini secara sadar kita menetapkan masalah yang akan kita telaah dengan ruang lingkup dan batas-batasnya. Ruang lingkup masalah yang ditelaah harus jelas. Demikian juga batas-batasnya, sebab tanpa kejelasan ini kita akan mengalami kesukaran dalam melangkah kepada kegiatan berikutnya, yakni perumusan masalah. Pertanyaan yang diajukan dalam perumusan masalah berkenaan dengan pertanyaan apa, bagaimana, dan mengapa objek yang diteliti tersebut.

(2) Penyusunan kerangka berpikir. Kerangka berpikir merupakan argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antara berbagai faktor yang saling berkait dan membentuk konstelasi permasalahan. Kerangka berpikir ini disusun secara rasional berdasarkan premis-premis atau teori-teori yang telah teruji kebenarannya dengan memperhatikan faktor-faktor empiris yang relevan dengan permasalahan. (3) Pengajuan hipotesis. Suatu usaha peneliti untuk memberikan penjelasan sementara mengenai hubungan sebab-akibat yang mengikat faktor-faktor yang membentuk kerangka masalah tersebut. Hipotesis ini pada hakikatnya merupakan hasil suatu penalaran induktif-deduktif, dengan mempergunakan pengetahuan yang sudah kita ketahui kebenarannya.

(4) Pengujian hipotesis. Tahap ini merupakan usaha peneliti untuk mengumpulkan fakta-fakta empiris yang relevan dengan hipotesis yang diajukan untuk dapat memperlihatkan, apakah fakta-fakta yang didapat mendukung hipotesis atau tidak. Fakta-fakta ini dapat diperoleh melalui pengamatan langsung dengan mata atau menggunakan alat bantu maupun uji eksperimen.

(5) Penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan ini didasarkan atas penilaian melalui analisis data (fakta), untuk melihat apakah hipotesis yang diajukan itu diterima atau ditolak. Hipotesis yang diterima merupakan suatu pengetahuan yang kebenarannya telah diuji secara ilmiah dan merupakan bagian dari ilmu pengetahuan.

(32)

31

Keseluruhan langkah-langkah tersebut harus ditempuh melalui urutan yang sistimatis karena langkah yang satu merupakan landasan bagi langkah berikutnya. Berdasarkan metode ilmiah diperoleh pengetahuan yang disusun secar sistematis, berlaku umum (generalisasi) dan kebenarannya telah teruji secara empiris.

Kriteria Kebenaran Ilmiah

Alkisah, seorang anak kecil yang baru masuk Sekolah Dasar (SD),

setelah tiga hari belajar, ia mogok tidak masuk sekolah. Orang tuanya berusaha membujuk dia dengan segala macam daya, namun semuanya tetap sia-sia; dia tetap tidak mau sekolah. Setelah didesak-desak akhirnya dia berterus terang dengan mengatakan, ”Buat apa saya bersekolah kalau ibu guruku seorang

pembohong?”. Coba ceritakan kepada ibu bagaimana dia berbohong

kepadamu?, pinta ibunya sambil tersenyum.

”Tiga hari yang lalu dia berkata 5 + 2 = 7. Kemarin dia berkata 6 + 1 = 7.

Bukankah semua itu tidak benar ??

Permasalahan yang sederhana ini membawa kita kepada apa yang disebut teori kebenaran. Apakah persyaratannya agar suatu jalan pikiran menghasilkan kesimpulan yang benar ? Tidak semua manusia mempunyai persyaratan yang sama terhadap apa yang dianggapnya benar, termasuk anak SD tadi, yang dengan pikiran kekanak-kanakannya mempunyai kriteria kebenaran tersendiri. Bagi kita tidak sukar untuk menerima kebenaran bahwa 3 + 4 = 7, 5 + 2 = 7, dan 6 + 1 = 7 juga hasilnya, sebab secara deduktif dapat dibuktikan bahwa ketiga pernyataan tersebut adalah benar. Mengapa hal ini kita sebut benar? Sebab pernyataan dan kesimpulan yang ditariknya adalah konsisten dengan pernyataan dan kesimpulan terdahulu yang telah dianggap benar.

Teori kebenaran yang didasarkan pada kriteria tersebut di atas dinamakan teori koherensi. Secara sederhana dapat disimpulkan bahwa berdasarkan teori koheren ”suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Bila kita menganggap bahwa ”Semua manusia akan mati” adalah suatu pernyataan yang benar, maka pernyataan bahwa ”Si Bagong adalah seorang manusia dan Si Bagong pasti akan mati” adalah benar pula, sebab pernyataan kedua adalah konsisten dengan pernyataan pertama.

(33)

32

Matematika adalah bentuk pengetahuan yang penyusunannya dilakukan berdasarkan pembuktian berdasarkan teori koherensi. Sistem matematika disusun di atas beberapa dasar pernyataan yang dianggap benar, yakni

aksioma. Dengan mempergunakan beberapa aksioma maka disusun suatu teorema. Di atas teorema dikembangkan kaidah-kaidah matematika yang secara

keseluruhan merupakan sistem yang konsisten. Plato (427-347 S.M) dan Aristoteles (384-322 S.M) mengembangkan teori koherensi berdasarkan pola pemikiran yang dipergunakan Euclid dalam menyusun ilmu ukurnya.

Teori lain adalah kebenaran berdasarkan kriteria korespondensi dengan tokoh utamanya adalah Bertrand Russel (1872-1970). Bagi penganut teori korespondensi suatu pernyataan itu berkoresponden (berhubungan) dengan obyek yang dituju oleh pernyataan tersebut. Maksudnya, jika seseorang mengatakan bahwa ”Ibu kota Republik Indonesia adalah Jakarta”, maka pernyataan itu adalah benar, sebab pernyataan itu berkoresponden dengan obyek yang bersifat faktual, yakni Jakarta memang ibu kota RI. Sekiranya ada orang lain yang menyatakan bahwa ”Ibu kora Republik Indonesia adalah Denpasar” maka pernyataan itu adalah tidak benar sebab tidak terdapat obyek yang berkoresponden dengan pernyataan tersebut. Dalam hal ini, maka secara faktual ”Ibu kota RI adalah bukan Denpasar, melainkan Jakarta.

Teori kebenaran koherensi dan korespondensi, keduanya dipergunakan dalam cara berpikir ilmiah (kebenaran ilmiah). Penalaran teoretis yang berdasarkan logika deduktif jelas mempergunakan teori koherensi, sedangkan proses pembuktian secara empiris dalam bentuk pengumpulan fakta yang mendukung suatu pernyataan mempergunakan teori korespondensi. Mengacu pada status ontologi objek, maka pada dasarnya kebenaran dalam ilmu dapat digolongkan dalam dua jenis teori, yaitu teori kebenaran korepondensi atau teori kebenaran koherensi. Ilmu-ilmu kealaman (sains) pada umumnya menuntut kebenaran korespondensi karena fakta-fakta objektif sangat dituntut dalam pembuktian terhadap setiap proposisi atau pernyataan (statement). Akan tetapi, berbeda dengan ilmu-ilmu kemanusiaan, ilmu-ilmu sosial, dan matematika. Ilmu-ilmu tersebut menuntut konsistensi dan koherensi di antara proposisi-proposisi sehingga pembenaran bagi ilmu-ilmu itu mengikuti teori kebenaran koherensi.

Pemikiran ilmiah juga mempergunakan teori kebenaran lain, yanmg disebut teori kebenaran pragmatis. Teori ini dikembangkan oleh Charles S Peirce (1839-1914) dalam sebuah makalahnya yang terbit pada tahun 1878 yang

(34)

33

berjudul ”How to Make Our Ideas Clear”. Teori ini kemudian dikembangkan oleh beberapa ahli filsafat yang kebanyakan berkembang di Amerika, yang menyebabkan filsafat ini sering dikaitkan dengan filsafat Amerika. Ahli-ahli filsafat ini di antaranya Williams James (1842-1910), John Dewey (1859-1952), dan George Herbert Mead (1863-1931).

Bagi penganut pragmatis, kebenaran suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis. Artinya, suatu pernyataan adalah benar jika pernyataan itu atau konsekuensi dari pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia. Sebagai contoh : Seorang peneliti mencoba teori belajar X dalam kelas, ternyata dengan menerapkan teori belajar X maka prestasi belajar anak meningkat. Teori X ini dianggap benar sebab ini adalah fungsional dan mempunyai kegunaan.

Soal Latihan

(1) Jelaskan apa yang dimaksud dengan metode ilmiah. Uraikan pula langkah-langkah metode ilmiah.

(2) Sebutkan dan jelaskan ciri-ciri pengetahuan ilmiah.

(3) Jelaskan teori yang berkenaan dengan kebenaran ilmiah.

(4) Apakah perbedaan ilmu sosial dengan ilmu alamiah ditinjau dari teori kebenaran yang dianutnya.

Rangkuman

Metode ilmiah merupakan cara dalam mendapatkan pengetahuan ilmiah. Ciri-ciri pengetahuan ilmiah adalah: objektif, metodik, sistematik, berlaku umum (generalisasi). Langkah-langkah metode ilmiah meliputi : penentuan dan perumusan masalah, penyusunan kerangka berpikir, pengajuan hipotesis, pengujian hipotesis, dan penarikan kesimpulan. Ada tiga teori kebenaran dalam berpikir ilmiah yaitu teori koherensi, korespondensi dan pragmatisme. Ilmu-ilmu kealaman (sains) pada umumnya menuntut kebenaran korespondensi karena fakta-fakta objektif sangat dituntut dalam pembuktian terhadap setiap proposisi atau pernyataan (statement). Akan tetapi, berbeda dengan ilmu-ilmu kemanusiaan, ilmu-ilmu sosial, dan matematika. Ilmu-ilmu tersebut menuntut konsistensi dan koherensi di antara proposisi-proposisi sehingga pembenaran bagi ilmu-ilmu itu mengikuti teori kebenaran koherensi.

(35)

34

Daftar Pustaka

Chalmer.A.F. 1990. What is this thing called Science. USA: University of Queensland Press.

Depdikbud. 1981. Materi Dasar Pendidikan Program Akta Mengajar V. Filsafat

Ilmu. Jakarta: Dirjen dikti PPIPT.

Darmodjo,H& Kaligis,Y. 2001. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Pusat Penerbitan UT.

Goldstein,M & Goldstein,I.F. 1980. How We Know. An Exploration of the

Scientific Process. New York: Plenum Press.

Setjoatmodjo,P. 1988. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta: P2LPTK Depdikbud. Siswomihardjo,K.dkk. 1997. Filsafat Ilmu Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu

Pengetahuan. Yogyakarta: Pt. Intan Pariwara

Suriasumantri. J.S. 1993. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Suriasumantri,J.S.1982. Ilmu dalam Perspektif. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Depdikbud. 1981. Materi Dasar Pendidikan Program Akta Mengajar V. Filsafat

Gambar

Gambar 6.1. Teori Big Bang dan Steady State
Gambar 6.2. Pembentukan Benua
Gambar 9.2: Kultur jaringan

Referensi

Dokumen terkait

Perbedaan hasil belajar kognitif siswa antara siswa yang menggunakan tipe STAD dengan siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional dalam bidang studi PAI

Berdasarkan ulasan dari jurnal yang terkait, perancangan model kebijakan persediaan dengan mempertimbangkan fenomena demand dependence penting dilakukan untuk meningkatkan

Pemerintah dengan peraturan-peraturannya mempengaruhi tinggi rendahnya upah. Peraturan tentang upah umumnya merupakan batas bawah dari tingkat upah yang harus dibayarkan. Dalam

N Thalassemia Sideroblastik  Defisiensi Besi Penyakit Kronik Normositik normokromik Retikulosit  Anemia hemolitik Perdarahan Akut N/  Anemia Aplastik Leukemia, etc

Peningkatan pengetahuan dan keterampilan seorang pegawai pada kenyataannya akan berpengaruh positif terhadap peningkatan kinerjanya, (2) kapasitas (capacity),

Populasi adalah sehimpunan individu atau kelompok individu suatu jenis makhluk hidup yang tergolong dalam satu spesies (atau kelompok lain yang dapat melangsungkan interaksi

LKS IPA terpadu tipe connected pada materi zat aditif makanan untuk melatih berpikir kritis siswa yang disusun sudah layak digunakan sebagai perangkat

Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Fraktal dapat dibangkitkan menggunakan software dan pengolahan ragam hias asli beserta Julia set dapat diolah menggunakan