• Tidak ada hasil yang ditemukan

MEDKES 8 1 5 JUNI2016 SRI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MEDKES 8 1 5 JUNI2016 SRI"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

V olum e 8 , N om or 1 , J uni 2 0 1 6

V OL.8 N O.1

I SSN 2 0 8 8 -2 6 5 3

POLI T EK N I K PI K SI GAN ESH A BAN DU N G

J U RN AL I LM I AH H a l. 1 -6 5 J U N I 2 0 1 6

Komunikasi Antarpribadi People With Systemic Lupus Erythematosus (Sle)/ Odapus Dengan Pendampingnya

Agustin Rozalena

Analisis Prosedur Pendaftaran Pasien Adiksi Guna Menunjang Efektivitas Pelayanan Poli Adiksi Di Klinik Utama Medika Antapani Bandung Anita Putri Wijayanti, Rini Nur Arini

Tinjauan Sistem Pelayanan Administrasi Pasien Asuransi Bpjs Rawat Jalan Guna Menunjang Kualitas Pelayanandi Klinik Medika Antapani Bandung Ceria Febiana

Aktivitas Komunikasi Humas Terhadap Peningkatan Mutu Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Pindad Bandung Mira Veranita

Analisa Kimia Mutu Semen Portland Putih Sri Martini, Teni Rodiani, Deris Aditya

(2)

JURNAL ILMIAH MEDIS DAN KESEHATAN

POLITEKNIK PIKSI GANESHA

PENGANTAR

JURNAL ILMIAH MEDIS DAN KESEHATAN Politeknik Piksi Ganesha

ini terbit dua kali setahun pada bulan Juni dan Desember, berisi tulisan ilmiah dalam bentuk hasil penelitian, kajian analisis, aplikasi teori dan pembahasan tentang berbagai masalah yang berkaitan dengan Informasi Medis, Kesehatan dan masalah Kesehatan Populer.

Penerbitan jurnal ilmiah ini bertujuan untuk meningkatkan kuantitas, kualitas dan penyebarluasan kajian sekaligus sebagai wahana komunikasi ilmiah diantara cendekiawan, dosen, mahasiswa dan pemerhati kajian tersebut di atas.

Penasehat

DR. H. K. Prihartono AH, Drs., S.Sos., S.Kom., MM

Pimpinan Redaksi

Wahyudi, SH., MH. Kes

Reviewer

dr. Evi Novitasari

Emylia Fiskasari, S.Si., MM., APT Santy Christinawati, SS., M.Hum (Bahasa)

Mitra Bestari

Akasah, S.Sos., MM Aris Susanto, S.ST., MM

Administrasi Naskah

Ria Khoirunnisa, S.Si., M.Si Tedy Hidayat, S.ST., MM

Alamat Redaksi/Penerbit

POLITEKNIK PIKSI GANESHA JalanJend. GatotSubroto no.301 Bandung 40274

Telp.022 87340030 Fax. 022 87340086 Email :jurnal_medkes@yahoo.co.id

(3)

JURNAL ILMIAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ILMU MEDIS DAN KESEHATAN

POLITEKNIK PIKSI GANESHA BANDUNG

VOL. 8 NO. 1 DESEMBER 2015 ISSN . 2088-2653

PENGANTAR REDAKSI

Para pembaca yang terhormat,

Puja dan puji syukur atas anugerah yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa,

Politeknik Piksi Ganesha Bandung telah menerbitkan Jurnal Ilmiah Penelitian dan

Pengembangan Ilmu Medis dan Kesehatan Volume 8 Nomor 1 ke hadapan para

pembaca. Jurnal Ilmiah ini memuat hasil tulisan karya ilmiah dosen-dosen konsentrasi

Ilmu Medis dan Kesehatan dan juga dari institusi lainnya.

Jurnal Ilmiah ini memuat karya ilmiah yang membahas tentang Komunikasi Antarpribadi People With Systemic Lupus Erythematosus (Sle)/ Odapus Dengan Pendampingnya Oleh Agustin Rozalena, Analisis Prosedur Pendaftaran Pasien Adiksi Guna Menunjang Efektivitas Pelayanan Poli Adiksi Di Klinik Utama Medika Antapani Bandung Oleh Anita Putri Wijayanti, Rini Nur Arini, Tinjauan Sistem Pelayanan Administrasi Pasien Asuransi BPJS Rawat Jalan Guna Menunjang Kualitas Pelayanandi Klinik Medika Antapani Bandung Oleh Ceria Febiana, Aktivitas Komunikasi Humas Terhadap Peningkatan Mutu Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Pindad Bandung Oleh Mira Veranita, Analisa Kimia Mutu Semen Portland Putih Oleh Sri Martini, Teni Rodiani , Deris Aditya, Tanggung Jawab Hukum Rumah Sakit Terhadap Kerugian Pasien Vaksin Palsu Oleh Wahyudi.

Semoga dengan terbitnya Jurnal Ilmiah ini dapat memberikan sumbangsih pemikiran

serta perkembangan keilmuan, terutama di bidang biomedis dan kesehatan.

(4)

DAFTAR ISI

JURNAL ILMIAH ILMU MEDIS DAN KESEHATAN

KOMUNIKASI ANTARPRIBADI PEOPLE WITH SYSTEMIC LUPUS

ERYTHEMATOSUS (SLE)/ ODAPUS DENGAN PENDAMPINGNYA Agustin Rozalena

1

ANALISIS PROSEDUR PENDAFTARAN PASIEN ADIKSI GUNA MENUNJANG EFEKTIVITAS PELAYANAN POLI ADIKSI DI KLINIK UTAMA MEDIKA ANTAPANI BANDUNG

Anita Putri Wijayanti, Rini Nur Arini

13

TINJAUAN SISTEM PELAYANAN ADMINISTRASI PASIEN ASURANSI BPJS RAWAT JALAN GUNA MENUNJANG KUALITAS PELAYANANDI KLINIK MEDIKA ANTAPANI BANDUNG

Ceria Febiana

22

AKTIVITAS KOMUNIKASI HUMAS TERHADAP PENINGKATAN MUTU PELAYANAN DI RUMAH SAKIT UMUM PINDAD BANDUNG

Mira Veranita

35

ANALISA KIMIA MUTU SEMEN PORTLAND PUTIH Sri Martini, Teni Rodiani, Deris Aditya

44

TANGGUNG JAWAB HUKUM RUMAH SAKIT TERHADAP KERUGIAN PASIEN VAKSIN PALSU

Wahyudi

(5)

Selingkung Jurnal Merdis dan Kesehatan

POLITEKNIK PIKSI GANESHA

Berdasarkan rapat pengelola Jurnal POLITEKNIK PIKSI GANESHA pada tanggal 4 November 2016 menyepakati gaya selingkung Jurnal Medis dan Kesehatan dengan ketentuan sbb :

Judul. Judul naskah hendaknya dibuat seringkas mungkin, dan mencerminkan isi naskah secara

keseluruhan.

Data Penulis Tuliskan nama para penulis (nama lengkap tanpa gelar atau jabatan lainnya),

Fakultas/Departemen,dan Universitas/Institusinya.

Abstrak. Abstrak ditulis dalam bahasa Inggris apabila tulisan dalam Bahasa Indonesia sedangkan

apabila tulisan menggunakan bahasa Inggris abstrak ditulis dalam bahasa Indonesia, tidak berisikan rumus atau referensi. Abstrak harus meringkas permasalahan, tujuan penelitian, metode penelitian, hasil utama, dan kesimpulan. Panjang abstrak maksimum 200 kata.

Kata kunci: terdiri dari maksimal 5 kata, tiap kata dipisahkan dengan titik koma (;).

Naskah. Naskah ditulis dengan sistematika yang terstruktur, konsisten, dan lugas. Naskah ditulis

dengan menggunakan tata bahasa Indonesia yang baik dan benar atau bahasa Inggris dengan tata bahasa (grammar) yang benar. Adapun format penulisan sebagai berikut;

1. Naskah ditulis pada kertas ukuran A4 (210x297mm), dengan marjin kiri 3, kanan 3, atas 3, dan bawah 2 cm.

2. Naskah di tulis dalam format satu kolom untuk isi, sedangkan judul dan abstrak dalam satu halaman.

3. Halaman naskah terdiri dari 10-13 halaman.

4. Huruf yang digunakan adalah Times New Roman 12 petunjuk judul, dan 10pt untuk abstrak dan isi naskah, naskah ditulis dalam spasi satu.

5. Naskah minimal berisi bagian sebagai berikut: A. Pendahuluan

B. Kajian Pustaka C. Metode Penelitian D. Pembahasan E. Kesimpulan F. Daftar Pustaka

Rumus. Setiap rumus diletakkan di tengah halaman dan diberi nomor pemunculan di sisi kanan

dengan menggunakan angka arab di dalam kurung.

(�+�)� =� �������−�

�=0 ……….(1)

Tabel. Huruf yang digunakan Times New Roman 10pt untuk isi tabel, judul tabel, dan sumber. Tabel

diberi nomor menggunakan angka arab, dengan menggunakan garis horisontal tanpa garis vertikal untuk memisahkan kolom. Nomor dan judultabel diletakkan diatas, sumber diletakan di bawah sejajar dengan garis tabel paling kiri. Judul tabel di Bold.

(6)

Tahun Jumlah Pencapaian

2008 540.000 90%

2009 340.000 75%

2010 330.000 73%

2011 320.000 70%

Sumber: Bagian Penjualan, 2013

Gambar. Gambar meliputi grafik, diagram, dan bentuk gambar lainnya. Gambar diberi nomor dengan

menggunakan angka arab disertai judul gambar dengan ukuran huruf 10pt Times New Roman.Nomor dan judul gambar di Bold dan diletakkan di bawah gambar dengan posisi di tengah (center). Sumber diletakkan di bagian bawah judul gambar.

Gambar 1. Jumlah Produk Per Kota Periode 2010-2012 Sumber: BagianPenjualan, 2013

Daftar Pustaka.

Daftar pustaka disusun berdasarkan urutan abjad nama belakang mulai dari penulis pertama. Unsur-unsur daftar pustaka meliputi: nama pengarang, tahun terbit publikasi, judul publikasi, tempat terbit, dan penerbit. Judul buku atau jurnal ditulis miring (italic) sementara judul artikel pada jurnal ditulis dengan huruf tegak. Apabila terdapat lebih dari satu artikel rujukan yang ditulis oleh penulis yang sama, maka diurutkan berdasarkan tahun penerbitan terbaru. Seluruh pustaka yang tercantum dalam daftar pustaka harus dirujuk atausesuaidalam isi naskah, demikian pula sebaliknya.

Jurnal

Alfanura, F., Arai. T., danPutro. U.S. (2010). System Dynamics Modelling for E-Government Implementation: a Case Study in Bandung City, Indonesia. Jurnal Manajemen Teknologi, Vol9 No 2, hal: 121-145.

Buku

Husnan S, 2000, Dasar-dasar Manajemen Kauangan, Edisi keempat, Yogyakarta, UPP AMP YKPN.

---.2005. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Edisi keempat. Yogyakarta. UPP AMP YKPN.

Internet

Howard, N. (1995). Confrontation Analysis: How to Win Operations Other than War. CCRP Publication. Washington DC: Departement of Defence. Available at www.dodccrp.org. [diunduhpadatanggal 20 Oktober 2011]

0 2000 4000 6000

(7)

44 ANALISA KIMIA MUTU SEMEN PORTLAND PUTIH

Sri Martini1, Teni Rodiani2 , Deris Aditya3 srimartini2012@gmail.com

1Prodi Analis Kesehatan Politeknik Piksi Ganesha, Jl. Jend. Gatot Subroto 2Institut Teknologi Bandung, Jalan Ganesha 10, Bandung 40132, Indonesia

ABSTRACT- Portland cement is hydraulic cement made by clinker sublimation. Portland cement

consists of calcium silicates, which has hydraulic characteristic, and gypsum as an adjuvant. Note that a study is needed to test the quality of Portland cement using physical and chemical criteria. In this study, white Portland cement was analyzed based on the ASTM C 114-1997 standard method and SNI 15-2049-2004 as the references. The following chemical analyses were performed simultaneously: estimation of Insoluble Part (IP), Sulfur Trioxide (SO3), Lost On Ignition (LOI), Magnesium Oxide (MgO) dan

Iron(III)Oxide (Fe2O3). The results showed that the Portland cement has passed the chemical criteria

based on SNI 15-2049-2004, i.e. IP =0,61%; SO3 = 2,07%; LOI = 3,86% and Fe2O3= 0,63%. However,

the MgO fraction was not met the reference criteria, i.e. 7,21%.

Keywords :white Portland cement, chemichal analyses, ASTM, SNI

A. PENDAHULUAN

Beberapa negara berkembang bergantung pada industri konstruksi sebagai salah satu pilar utama untuk pertumbuhan ekonomi mereka. Dalam mengembangkan ekonomi, industri konstruksi memberikan banyak lahanpekerjaan bagi orang-orang di negaranya baik di sektor formal maupun non formal. Setiap penurunan pada konstruksi industri biasanya menimbulkan kemunduran ekonomi yang serius (Bediako Mark and Amankwah, E.O, 2015).

Semen memegang peranan penting sebagai bahan kostruksi sepanjang sejarah peradaban. Semen ini sangat penting dalam bahan konstruksi bangunan, jembatan, terowongan, dan yang lainnya. Setiap tahun semen potrland digunakan dalam jumlah besar untuk tujuan konstruksi(Sam dkk,2013).

Perkembangan terbaru tentang runtuhnya jembatan penyebrangan di Jakarta mengharuskan untuk mengkaji ulang kualitas semen yang tersedia secara komersial di Indonesia yang diproduksi untuk konstruksi umum (Sam R.A et all,2013).

Penggunaan semen kualitas rendah dalam konstruksi bangunan dapat menyebabkan hilangnya properti bahkan nyawa sekaligus. Oleh karena itu, jaminan kualitas semen menjadi faktor penting dan kritis.

Semen (cement) adalah hasil industri dari paduan bahan baku: batu kapur/gamping sebagai bahan utama dan lempung/tanah liat atau bahan pengganti lainnya dengan hasil akhir berupa padatan berbentuk bubuk/bulk, tanpa memandang proses pembuatannya, yang mengeras atau membatu pada pencampuran dengan air (Fatimah SS, 2008).

Semen Portland merupakan salah satu jenis semen yang merupakan bahan ikat yang penting dan banyak dipakai untuk pembangunan fisik. Pada penelitian ini akan mengkaji lebih dalam mengenai semen Portland putih dengan rmerk dagamg “Tiga Roda”.Semen Analisis kimia yang akan dilakukan pada semen Portland putih ini meliputi bagian tak larut (BTL), Sulfur tiroksida (SO3), Hilang Pijar (HP), Magnesium Oksida (MgO) dan Besi Oksida (Fe2O3).

B. KAJIAN PUSTAKA

1. Sejarah Perkembangan Semen

(8)

45 kansinasi batu kapur mulai digunakan pada zaman Romawi. Kemudian bangsa Yunani membuat semen dengan cara mengambil tanah vulkanik (volcanic tuff) yang berasal dari pulau Santoris yang dikenal sebagai santoris cement. Bangsa Romawi menggunakan semen yang diambil dari material vulkanik yang ada di pegunungan Vesuvius di lembah Napples yang dikenal sebagai pozzulona cement.Nama ini diambil dari sebuah nama di Italia yaitu pozzoula. Penggunaan bahan perekat dalam konstruksi telah dipergunakan sejak zaman Mesir, Yunani dan Romawi kuno. Bahan perekat berupa batu-batuan anorganik seperti, kapur, gamping (quick lime), gipsum dan pozzolan yang akhirnya dikenal sebagai semen.

Setelah Revolusi Industri di Eropa pada pertengahan abad 18, dikembangkan penelitian-penelitian penting. Pada tahun 1756, John Smeaton seorang penemu Inggris menemukan batu kapur lunak yang tidak murni dan mengandung tanah liat merupakan bahan pembuat semen hidrolis yang bagus. Campuran itu dikenal sebagai hydraulic lime yang dipakai untuk membangun gedung Eddystore Lighthouse. Kemudian oleh Vicat ditemukan sifat hidrolis akan bertambah lebih baik jika ditambahkan alumina dan silika. Sehingga Vicat membuat kapur hidrolis dengan cara mencampur tanah liat dengan batu kapur dengan perbandingan tertentu (Irawati dkk, 2015) .

Pada tahun 1797, James Parker seorang penemu Inggris menemukan suatu pembaharuan dengan membuat semen hidraulik dengan cara membakar batu kapur dan batuan silika. Semen inilah yang akhirnya dikenal dengan nama Roman Cement yang banyak dipakai pada periode tersebut. Tahun 1811, James Frost melanjutkan penelitian Vicat mulai membuat semen dengan mencampur dua bagian batu kapur dengan satu bagian tanah liat (Irawati dkk, 2015).

2. Pengertian Semen

Semen berasal dari kata “Cement” dalam bahasa Inggris yang berarti pengikat atau perekat. Dengan kata lain semen merupakan material yang berfungsi untuk merekatkan butir-butir agregat agar terjadi suatu masa yang padat. Selain itu juga dapat mengisi rongga rongga diantara butiran agregat (Duda, Walter H. 1984).

3. Semen Portland

Semen Portland adalah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara menggiling terak semen portland terutama yang terdiri atas kalsium silikat yang bersifat hidrolis dan digiling bersama-sama dengan bahan tambahan berupa satu atau lebih bentuk kristal senyawa kalsium sulfat dan boleh ditambah dengan bahan tambahan lain (SNI,15-2049-2004).

Komponen utama semen Portland terbentuk dari empat unsur oksidasi, yaitu : 1. Batuan kapur mengandung komponen Limestone (CaO) : 60% – 66%

2. Lempung mengandung komponen : - Silika (SiO2) : 19% – 25% - Alumina (AL2O3) : 3% – 8% - Oksida Besi (Fe2O3) : 1% – 5%

Semen Portland putih adalah semen hidrolisis yang berwarna putih dan dihasilkan dengan cara menggiling terak semen Portland putih yang terutama terdiri atas kalsium silikat dan digiling bersama-sama dengan bahan tambahan berupa satu atau lebih bentuk kristal senyawa kalsium sulfat (SNI 15-0129 2004).

(9)

46 mencampur calcareous dan argillaceous, atau -silika, -alumina dan material yang teroksidasi oleh besi, kemudian dibakar pada temperatur yang sangat tinggi, dan abunya diperhalus lagi (Wulandari A, 2008).

Semen portland putih harus memenuhi syarat fisika dan kimia yang telah ditentukan. Berikut tabel syarat kimia pada semen Portland putih yang harus dipenuhi :

Tabel 1.Syarat Kimia Semen Portland Jenis Uji Satuan Persyaratan

MgO % maks 5,0 %

SO3 % maks 3,5%

Fe2O3 % maks 0,4%

Hilang pijar % maks 5,0% Bagian tak larut % maks 3,0% Alkali sebagai Na2O % maks 6,0%

Sumber:SNI 15-0129-2004, Analisis Semen Portland putih.

4. Jenis-Jenis Semen

Semen yang digunakan dalam bangunan terdapat 2 jenis, yaitu: 1. Semen hidrolisis

Semen yang berubah menjadi produk yang padat setelah ditambah air, menghasilkan material yang tidak terpisah dengan air atau dengan kata lain akan mengeras bila diberi air. contoh: semen Portland, semen alumina, semen putih. 2. Semen non-hidrolisis

Semen yang tidak membutuhkan air untuk membuatnya menjadi solid. Semen non-hidrolis yang paling umum adalah kapur dan gypsum. Gypsum pernah digunakan di Mesir sekitar 3000 SM untuk membangun pyramid (Yusnita,Heni, 2009).

Berdasarkan jenis dan penggunaannya, semen portland dikelompokkan menjadi 5, yaitu:

1. Jenis I yaitu semen portland untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan persyaratan-persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis lain. 2. Jenis II yaitu semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan

terhadap sulfat atau kalor hidrasi sedang.

3. Jenis III semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan kekuatan tinggi pada tahap permulaan setelah pengikatan terjadi.

4. Jenis IV yaitu semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan kalor hidrasi rendah.

5. Jenis V yaitu semen portland yang dalam penggunaanya memerlukan ketahanan tinggi terhadap sulfat. (SNI 15-2049-2004)

Sifat-sifat produk akhir dari Portland

Semen tergantung pada komposis kimia dan komposisi morfologi klinker, gipsum dan aditif lainnya Diperkenalkan selama proses penggilingan. Perubahan sifat semen dapat terjadi selama penyimpanan berikutnya. Karena kualitas semen bisa sangat tergantung pada kualitas klinker, maka setiap pertimbangan karakteristik memerlukan pemahaman dasar tentang faktor-faktor yang mengontrol kualitas klinker dan proses pembuatan klinker (Yahaya, M.D, 2009).

(10)

47 Sifat-sifat semen Portland dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sifat kimia dan sifat fisika. Sifat kimia semen portland meliputi:

1. Susunan Kimia

Karena bahan dasarnya terdiri dari bahan-bahan yang terutama mengandung kapur, silika, alumina dan oksida besi, maka bahan-bahan ini menjadi unsur-unsur pokok semennya.Pada dasarnya ada 4 unsur paling penting yang menyusun semen portland, yaitu:

a. Trikalsium Silikat (3CaO.SiO2) yang disingkat menjadi C3S. b. Dikalsium Silikat (2CaO.SiO2) yang disingkat menjadi C2S. c. Trikalsium Aluminat (3CaO.Al2O3) yang disingkat menjadi C3A.

d.Tetrakalsium Aluminoferrit (4CaO.Al2O3.Fe2O3), disingkat menjadi C4AF. Senyawa tersebut menjadi kristal-kristal yang paling mengikat/mengunci ketika menjadi klinker. Komposisi C3S dan C2S adalah 70% - 80% dari berat semen dan merupakan bagian yang paling dominan memberikan sifat semen. Semen dan air saling bereaksi, persenyawaan ini dinamakan proses hidrasi, dan hasilnya dinamakan hidrasi semen.

2. Kesegaran semen

Pengujian kehilangan berat akibat pembakaran ( Loss of Ignition) dilakukan pada semen untuk menentukan kehilangan berat jika semen dibakar sampai sekitar 900-1000oC. kehilangan berat ini terjadi karena adanya kelembapan dan adanya karbon dioksida dalam bentuk kapur bebas atau magnesium yang menguap. Kehilangan berat dari semen ini merupakan ukuran dari kesegaran semen.

3. Sisa yang tak terlarut

Sisa bahan yang tidak habis bereaksi adalah bagian yang tidak aktif dari semen. Semakin sedikit sisa bahan ini semakin naik kualitas semen. Jumlah maksimum sisa yang tak larut yang dipersyaratkan adalah 1.,5%.

6. Proses Pembuatan Semen

Proses pembuatan semen dapat dibedakan menurut: 1. Proses basah

Pada proses basah semua bahan baku yang ada dicampur dengan air, dihancurkan dan diuapkan kemudian dibakar dengan menggunakan bahan bakar minyak, bakar (bunker crude oil). Proses ini jarang digunakan karena masalah keterbatasan energi BBM.

2. Proses kering

Pada proses kering digunakan teknik penggilingan dan blending kemudian dibakar dengan bahan bakar batubara. Proses ini meliputi lima tahap pengelolaan yaitu : 1. Proses pengeringan dan penggilingan bahan baku di rotary dryer dan roller meal. 2. Proses pencampuran (homogenizing raw meal) untuk mendapatkan campuran

yang homogen.

3. Proses pembakaran raw meal untuk menghasilkan terak (clinker: bahan setengah jadi yang dibutuhkan untuk pembuatan semen).

4. Proses pendinginan terak.

5. Proses penggilingan akhir di mana clinker dan gipsum digiling dengan cement mill.

(11)

48 tak larut, sulfur trioksida, silika yang larut, besi dan alumunium oksida, oksida besi,kalsium, magnesium, alkali, fosfor, dan kapur bebas.

Secara garis besar proses produksi semen melalui 6 tahap, yaitu : 1. Penambangan dan penyimpanan bahan mentah

Semen yang paling umum yaitu semen portland memerlukan empat komponen bahan kimia yang utama untuk mendapatkan komposisi kimia yang sesuai. Bahan tersebut adalah kapur (batu kapur), silika (pasir silika), alumina (tanah liat), dan besi oksida (bijih besi). Gipsum dalam jumlah yang sedikit ditambahkan selama penghalusan untuk memperlambat pengerasan.

2. Penggilingan dan pencampuran bahan mentah

Semua bahan baku dihancurkan sampai menjadi bubuk halus dan dicampur sebelum memasuki proses pembakaran.

3. Homogenisasi dan pencampuran bahan mentah 4. Pembakaran

Tahap paling rumit dlam produksi semen Portland adalah proses pembakaran, dimana terjadi proses konversi kimiawi sesuai rancangan dan proses fisika untuk mempersiapkan campuran bahan baku membentuk klinker . Proses ini dilakukan di dalam rotary kiln dengan menggunakan bahan bakar fossil berupa padat (batubara), cair (solar) atau bahan bakar alternative. Batubara adalah bahan bakar yang paling umunm dipergunakan karena pertimbangan biaya.

5. Penggilingan hasil pembakaran

Proses selanjutnya adalah penghalusan klinker dengan tambahan sedikit gypsum, kurang dari 4%, untuk dihasilkan semen Portland tipe 1. Jenis semen lain dihasilkan dengan penambahan bahan aditif posolon atau batu kapur didalam penghalusan semen.

6. Pendinginan dan pengepakan (Fatimah S.S, 2008)

Gambar 1. Proses Produksi Semen

Sumber: http://artcivect.blogspot.co.id/,2011

7. Keuntungan dan Kerugian Proses Basah pada Pembuatan Semen Keuntungan pada proses basah adalah

a) Kadar alkalisis,klorida,dan sulfat tidak menimbulkan gangguan penyempitan dalam saluran material masuk kiln

(12)

49 c) Pencampuran dan koreksi slurry lebih mudah karena berupa larutan.

d) Fluktuasi kadar air tidak berpengaruh pada proses.

Kerugian pada proses basah adalah

a) Proses basah baik digunakan hanya bila kadar air bahan bakunya cukup tinggi

b) Pada waktu pembakaran memerlukan banyak panas,sehingga konsumsi bahan bakar lebih banyak

c) Kiln yang dipakai lebih panjang karena proses pengeringan yang terjadi dalam kiln menggunakan 22 % panjang kiln (Zacoeb A, 2015)

8. Keuntungan dan Kerugian Proses Kering pada Pembuatan Semen Keuntungan pada proses kering adalah

a) Kiln yang digunakan relatif pendek b) Kebutuhan panas lebih rendah

Kerugian pada proses kering adalah a) Rata-rata kapasitas kiln lebih besar

b) Fluktuasi kadar air menganggu operasi, karena material lengket di inlet kiln c) Terjadi penebalan atau penyempitan pada saluran pipa kiln.

9. Dampak Industri Semen terhadap Lingkungan

Berdasarkan bahan baku dan bahan bakar yang digunakan serta proses produksi, industri semen menyebabkan dampak lingkungan sebagai berikut :

1. Lahan Penurunan kualitas kesuburan tanah akibat penambangan tanah liat. Perubahan tata-guna tanah akibat kegiatan penebangan dan penyerapan lahan serta pembangunan fasilitas lainnya, menyebabkan penurunan kapasitas air tanah yang pada akhirnya akan berpengaruh pada kuantitas air sungai di sekitarnya. Hal ini akan menyebabkan keimbangan lingkungan setempat.

2. Air

Kualitas air menurun akibat limbah cair dari pabrik dalam bentuk minyak dan sisa air dari kegiatan penambangan. Menimbulkan lahan kritis yang mudah terkena erosi dan pendangkalan dasar sungai, yang pada akhirnya akan menimbulkan banjir pada musim hujan. Kuantitas air atau debit air menjadi berkurang karena hilangnya vegetasi pada suatu lahan akan mengakibatkan penyerapan air hujan oleh tanah di tempat itu berkurang, sehingga persediaan air tanah menipis. Sungai menjadi kering pada musim kemarau dan banjir pada musim hujan karena tanah tidak mampu lagi menyerap air.

3. Udara

(13)

50 C. METODE PENELITIAN

1. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel semen, NaOH (10g/L), NH4NO3 (20g/L), HCl p.a, aquades, indikator metil merah, BaCl2 (100g/L), dan aquades.

2. Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas kimia 400, 250, dan 100 mL, gelas ukur 10 mL, batang pengaduk, kertas saring whatman no.41 dan 42, hot plate, cawan porselin, desikator, corong, furnace, neraca analitik, pipet tetes, pipet ukur, labu semprot, penyangga corong, spatula dan AAS.

3. Penetapan Bagian tak larut (BTL)

Dalam penelitian ini, 1 g sampel semen ditimbang dan dimasukkan ke dalam gelas kimia 250 mL, kemudian ditambahkan 25 mL aquades dingin dan 5 mL HCl p.a. Larutan tersebut dipanaskan dan ditekan-tekan dengan ujung batang pengaduk sampai terurai sempurna. Setelah itu larutan diencerkan sampai 50 mL dengan aquades panas, ditempatkan di atas hot plate sampai mendekati titik didih (± 15 menit). Setelah itu,disaring dengan kertas saring whattman no 41, kemudian dicuci gelas kimia,kertas saring dan endapannya dengan aquades panas 10 kali. Filtrat ditampung dalam gelas kimia 400 mL dan disimpan untuk penetapan SO3. Kertas saring dan isinya dipindahkan ke dalam gelas kimiasemula, ditambahkan 100 mL larutan NaOH panas (10 g/L) dan dipanaskan selama 15 menit. Kertas saring tersebut dihancurkan dengan batang pengaduk, larutannya diasamkan dengan HCl p.a, ditambahkan indikator metil merah dan ditambahkan 4-5 tetes HCl p.a berlebih. Kemudian disaring dengan kertas saring whattman no.41 dan dicuci endapannya pling sedikit 14 kali dengan larutan NH4NO3 (20g/L), kertas saring dan endapannya dimasukkan ke dalam cawan porselin yang telah diketaui beratnya. Dikeringkan di atas hot plate. Setelah itu, dibakar dan dipijarkan pada suhu 900-1000ºC selama 30 menit, didinginkan dalam desikator, ditimbang, dan dikerjakan blanko. Penetapan bagian tak larut dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut:

%BTL= ………. (1)

4. Penetapan SO3

Filtrat dari penetapan bagian tidak larut diencerkan dengan aquades sampai 250 mL dan dipanaskan sampai mendidih. 10mL larutan panas BaCl2 (100 g/L) ditambahkan tetes demi tetes dan terus didihkan sampai terbentuk endapan. Didiamkan dalam suhu panas hingga endapan terbentuk sempurna dan mengendap, diatur volume larutan antara 225-260 mL (ditambahkan aquades bila perlu). Setelah itu disaring dengan kertas whatmann no.42, endapan dicuci dengan aquades panas. Kertas saring dan isinya ditempatkan dalam cawan porselin yang telah diketahui beratnya, dikeringkan di atas plat pemanas. Dibakar dan dipajarkan pada suhu 800-900 ºC selama 15 menit, didinginkan dalam desikator. Ditimbang sampai bobot tetap dan dikerjakan blanko. Penetapan kadar SO3 dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut:

SO3(%)= ………. (2)

(14)

51 Cawan porselin kosong dipanaskan dalam furnace pada suhu 950 ± 50ºC, kemudian didinginkan dalam desikator selama ± 15 menit. Setelah itu, cawan porselin kosong tersebut ditimbang dan dicatat beratnya. Sampel semen ditimbang ± 1,0 gram ke dalam cawan. Cawan dan sampel semen dimasukkan ke dalam furnace dan dipijarkan pada suhu 950 ± 50ºC selama 15 menit. Cawan dan sampel semen dikeluarkan dan didinginkan dalam desikator selama 15 menit, kemudian ditimbang sampai berat konstan. Penetapan kadar SO3 dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut:

………. (3) dengan :

W1 adalah berat contoh awal W2 adalah berat contoh sisa pijar

6. Penetapan MgO dan Fe2O3 6.1 Pembuatan Larutan Standar Mg

Larutan induk standar Mg 1000 ppm dipipet sebanyak 2,5 mL kemudian ditambahkan HCl 0,01 M sampai 50 mL

6.2 Pembuatan Larutan Standar Fe

Larutan induk standar Fe 1000 ppm dipipet sebanyak 2,5 mL kemudian ditambahkan HCl 0,01 M sampai 50 mL

6.3 Pembuatan Kurva Kalibrasi Mg

Larutan standar Mg 0,1; 0,2; 0,3; 0,4; dan 0,5 ppm diukur masing-masing absorbansinya dan dibuat kurva kalibrasi.

6.4 Pembuatan Kurva Kalibrasi Fe

Larutan standar Fe 0, 1; 3; 6 dan 8 ppm diukur masing-masing absorbansinya dan dibuat kurva kalibrasi.

6.5 Pengukuran Sampel MgO dan Fe2O3

Sampel semen ditimbang sebanyak 0,1 gram, ditambah 5 mL HCl 6 M, dipanaskan dan dilarutkan dengan HCl 0,01 M. Setelah itu disaring dan ditepatkan sampai

100 mL.

6.5.1 Penetapan MgO

Larutan semen dipipet sebanyak 5 mL, diencerkan dengan HCl 0,01 M sampai 50 mL, dan diukur absorbansinya secara duplo. Setelah itu, ditentukan kadar MgO.

6.5.2 Penetapan Fe2O3

Larutan semen dipipet sebanyak 5 mL, diencerkan dengan HCl 0,01 M sampai 50 mL, dan diukur absorbansinya secara duplo. Setelah itu, ditentukan kadar Fe2O3.

D. PEMBAHASAN

(15)

52 trioksida (SO3) (3) Hilang pijar, (4) MgO dan Fe2O3, penentuan kadar logam tersebut dilakukan cara pengujian Spektrofotometer Serapan Atom (SSA).

Semen adalah zat yang digunakan untuk merekat batu, bata, batako, Untuk menilai sifat-sifat dan mutu semen perlu dilakukan pengujian di Laboratorium. Pengujian dilaksanakan berdasarkan suatu standar yaitu standar cara pengujian dan standar persyaratan mutu.

Standar yang paling umum dianut di Dunia ialah standar ASTM -C150, Standar Inggris BS – 12, Standar Jerman DIN dan Standar “Internasional Standar Organization” ISO . Kini Indonesia telah memiliki Standar Industri Indonesia (SII-0013-77) yang menganut standar ASTM. Dari semua standar yang terdapat di Dunia hampir semuanya menguji mutu semen terhadap susunan kimia dan sifat-sifat fisiknya.

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah semen portland putih dengan merk “Tiga Roda yang merupakan tipe ordinary portland cement”. Ordinary portland cement adalah semen portland yang dipakai untuk segala macam konstruksi yang tidak memerlukan sifat-sifat khusus, misalnya ketahanan terhadap sulfat, panas hiderasi dan lain-lain.

Bagian tak larut (BTL) adalah jumlah senyawa-senyawa yang ada pada sampel semen yang tidak larut dengan HCl dan NaOH, dan dinyatakan dalam persen (%). Prinsip dari BTL ini yaitu sampel semen dilarutkan dengan HCl,dipanaskan, disaring, residu kemudian dilarutkan kembali dengan NaOH, disaring lagi, residu ditimbang sebagai bahan tak larut (ASTM C114-1994).

Prinsip penentuan bagian tak larut adalah residu sisa dari sampel yang tidak larut baik dalam basa maupun dalam asam. Dalam percobaan ini, larutan basanya adalah larutan NaOH dan larutan asamnya adalah larutan HCl. Jumlahnya sangat bergantung pada kesempurnaan sampel larut baik dalam asam dan basa. Selain itu, jumlah residu tak larut juga bergantung pada proses pengabuan dengan menggunakan furnace. Dari hasil percobaan, didapatkan persentase bagian tak larut sebesar 0,61%. Berdasarkan hasil tersebut, kadar bagian tak larut dalam sampel semen putih yang diujikan memenuhi persyaratan kimia SNI 15-0129-2004.

Residu tak larut merupakan residu sisa dari sampel yang tidak larut baik dalam basa maupun dalam asam. Jumlahnya sangat bergantung pada kesempurnaan sampel larut baik dalam asam dan basa. Selain itu, jumlah residu tak larut juga bergantung pada proses pengabuan dengan menggunakan furnace. Pada penentuan SO3 juga dilakukan dengan menggunakan metode gravimetri dimana filtrat sampel hasil residu tak larut diubah menjadi senyawa barium sulfat dengan menambahkan BaCl2. pengendapan dibantu dengan pemanasan agar endapan yang terbentuk diharapkan banyak.

Pada kedua parameter ini, sebelum diabukan, ada baiknya sampel diarangkan terlebih dahulu untuk mengurangi jumlah karbon yang terbakar. Jika pengarangan dilakukan di dalam furnace maka akan ada karbon yang menempel pada dinding furnace atau pada krus sehingga bisa menimbulkan kontaminan.

Hilang Pijar diebut juga Loss on Ignition adalah sebagai hilangnya bagian dari suatu material atau oksida dari suatu mineral. Zat yang mudah terbang pada hilang pijar adalah air terikat dan karbon dioksida dari karbonat, dan ini dapat digunakan sebagai pengujian kualitas.

(16)

53 penguapan karbon dioksida. Kadar hilang pijar pada semen, sebanding dengan jumlah kristal yang terdapat dalam gypsum. Selain itu, bahan yang hilang biasanya berupa bahan-bahan organik yang terdapat di dalam sampel. Kadar hilang pijar pada semen sebaiknya rendah, karena bila kadar hilang pijar semen tinggi akan menyebabkan menurunnya kekuatan tekan semen dan bertambahnya waktu pengikatan semen. Dari hasil percobaan, diperoleh persentase hilang pijar sebesar 3,86 %. Berdasarkan hasil tersebut, kadar hilang pijar dalam sampel semen putih yang diujikan memenuhi persyaratan kimia SNI 15-0129-2004.

Prinsip penentuan SO3 adalah sulfat diendapkan sebagai BaSO4 dari larutannya yang asam dan panas dengan larutan BaCl2. Reaksi yang terjadi adalah:

SO42-(aq) + Ba2+(aq) BaSO4(s)

Proses pengendapan dibantu dengan pemanasan sehingga terbentuk endapan yang sempurna. Endapan yang diperoleh dipijarkan dan ditimbang sebagai BaSO4. Kadar SO3 diperoleh dengan mengalikan angka 0,343 dalam perhitungan, angka tersebut merupakan perbandingan molekul SO3 terhadap BaSO4. Dari hasil percobaan, diperoleh persentase SO3 sebesar 2,07%. Berdasarkan hasil tersebut, kadar SO3 dalam sampel semen putih portland yang diujikan memenuhi persyaratan kimia SNI 15-0129-2004.

Pada penentuan kadar MgO dan Fe2O3 dilakukan dengan cara Spektrofotometer Serapan Atom (SSA). Spektrofotometri Serapan Atom merupakan metode analisis unsur secara kuantitatif yang pengukurannya berdasarkan penyerapan cahaya dengan panjang gelombang tertentu oleh atom logam dalam keadaan bebas. Perbedaan yang paling menonjol antara Spektrofotometri serapan atom dibandingkan dengan spektoskopi serapan molekul adalah mengubah cuplikan ke dalam bentuk atom bebas (Harvey D, 2000) .Unsur-unsur dalam cuplikan diidentifikasi dengan sensitivitas dan limit deteksi pada teknik pengukuran ini dapat mencapai < 1 mg/L (1 ppm) bila menggunakan lampu nyala biasa dan dapat dicapai sampai 0,1 ppm dengan menggunakan prosedur SSA yang lebih canggih.

Pada penentuan kadar MgO dilakukan dengan membuat larutan standar pada rentang 0,1 sampai 0,5 ppm. Rentang ini termasuk pada rentang deteksi untuk Mg. Berikut ini adalah kurva kalibrasi dari Mg:

Gambar 2. Kurva Kalibrasi Mg

Sumber: Dokumentasi Pribadi

(17)

54 faktor saat dilakukan analisis, misal dari pembuatan larutan standar analisis yang kurang tepat, atau kemungkinan semen Portland putih yang diuji kurang baik.

Pada penentuan kadar Fe2O3 dilakukan dengan membuat larutan standar pada rentang 0,4; 1;3;6; dan 8 ppm. Rentang ini masuk pada rentang deteksi untuk Fe. Fe2O3 dalam semen berfungsi sebagai penghantar panas dalam proses pembuatan terak semen. Berikut ini adalah kurva kalibrasi dari Fe:

Gambar 3. Kurva Kalibrasi Fe Sumber: Dokumentasi Pribadi

Kurva kalibrasi Fe yang dihasilkan sangat baik dengan R2 = 0,9917. Dari persamaan linier yang tertera pada kurva diperoleh kadar Fe2O3 dalam semen portland putih sebesar 0,63%. Berdasarkan hasil tersebut, kadar Fe2O3 dalam sampel semen putih yang diujikan memenuhi persyaratan kimia SNI 15-0129-2004

E. SIMPULAN

Berdasarkan hasil pengujian sampel semen putih menggunakan acuan ASTM C 114-1997, diperoleh hasil bagian tak larut sebesar 0,61%; kadar sulfur trioksida sebesar 2,07%; hilang pijar sebesar 3,86 dan kadar Fe2O3 sebesar 0,63%. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan sampel semen tersebut memenuhi persyaratan kimia yang ditentukan oleh SNI 15-0129-2004. Sementara kadar MgO dalam semen sebesar 7,21%. Hal ini tidak memenuhi persyaratan kimia yang ditentukan oleh SNI 15-0129-2004.

DAFTAR PUSTAKA

ASTM C 114-1997, Standard Test Method for Chemical Analysis of Hydraulic Cement.

Bediako Mark and Amankwah, E.O. (2015). Analysis of Chemical composition of Portland Cement in Ghana: A key to Understand the Behavior of Cement. Journal Advances in Material Science and Engineering

Duda, Walter H. 1984. Cement Data Book.International process Engineering in the cement industry, 2nd Edition. Boverlag Gnn Bh. Weis Baden and berum, Mc Donald and Evan London

Fatimah S.S, (2008). Produksi Semen .File UPI. Jurusan Pendidikan KIMIA available: http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._KIMIA/196802161994022-SOJA_SITI_FATIMAH/Kimia_industri/PRODUKSI_SEMEN.pdf.

[diunduhpadatanggal 20 September 2016]

Harvey, David. 2000. Modern Analytical Chemistry. US of America : McGraw-Hill Higher education

(18)

55 untuk Meminimalkan Biaya Produksi. Jurnal Optimasi Sistem Industri, Vol.14 No. 1, hal:176-191

Sam R.A et all. (2013). Assessment of Quality of the Various Brands of Portland Cement Products Available on the Ghanaian Market. International Journal of Science and Technology Volume 2 No. 3

SNI 15-0129-2004, Analisis Semen Portland putih. SNI 15-2049-2004, Analisis Semen Portland

Wulandari, A.2008. Studi Perilaku Kuat Tekan dan Kuat Tarik Belah Pada Beton dengan Menggunakan Agrerat Daur Ulang. Skripsi. Universitas Indonesia

Yahaya, M.D. (2009). Physico-Chemical Classification of Nigerian Cement.Journal AU J.T. 12(3): 164-174

(19)

FORMULIR BERLANGGANAN

1. Nama

: ...

2. Alamat

:

...

3. Telepon/HP

:

...

4. e-mail

:

...

Menyatakan bersedia untuk berlangganan Jurnal Ilmiah Penelitian dan

Pengembangan Ilmu Medis dan Kesehatan Politeknik Piksi Ganesha Bandung

mulai edisi ... dan bersedia membayar biaya cetak and

ongkos kirim sebesar ... per eksemplar.

Pemohon,

(...)

Formulir berlangganan dapat dikirim lewat pos/fax/email ke:

Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pengembangan Ilmu Linguistik dan

Pengajaran Bahasa Politeknik Piksi Ganesha Bandung

Alamat : Jl. Jend. Gatot Subroto No.301 Bandung 40274

Telepon :

Telp. 022 87 3400 30 Fax. 022 87 3400 86

e-mail

:

Email:

jurnalilmiah_piksi@yahoo.com

(20)

Gambar

Gambar. Gambar meliputi grafik, diagram, dan bentuk gambar lainnya. Gambar diberi nomor dengan diletakkan di bagian bawah judul gambar
Gambar 1. Proses Produksi Semen Sumber: http://artcivect.blogspot.co.id/,2011
Gambar 2. Kurva Kalibrasi Mg Sumber: Dokumentasi Pribadi
Gambar 3. Kurva Kalibrasi Fe Sumber: Dokumentasi Pribadi

Referensi

Dokumen terkait

Bahasa pemrograman yang digunakan dalam membangun program ini adalah Hypertext Processor ( PHP ). Sistem Informasi Online ini dilengkapi dengan berbagai informasi

Tutkimuksen näkökulmana on selvittää, minkälaista ja kuinka laaja suomalaisten toiminta ja tavoitteet olivat Karjalan linnoitusaluetta vastaan syyskuussa 1941 sekä arvioida

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat diketahui bahwa tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi yang akan

Nilai earning , dalam hal ini reported earning, yang menjadi variabel dependen dalam pengujian tersebut, dinilai memiliki hubungan yang lebih kuat dengan bad news apabila hasil

Penelitian dilakukan dengan metode cross sectional untuk menilai hubungan antara gejala klinis neurologi dengan (CT Scan otak dan atau MRI) pada kanker paru metastasis ke

Sistem usulan yang dirancang dan dikembangkan diharapkan dapat membantu perusahaan dalam mengelola proyek dengan lebih efektif dan efisien, seperti dengan

Penelitian ini bertujuan untuk ; 1) menganalisis potensi serasah tebu pada PG. Takalar; 2) menentukan jumlah kebutuhan alat dan mesin untuk mendukung pengelolaan

Dalam hal ini, digunakan Copula Gaussian untuk menghubungkan data yang berkorelasi dengan waktu dan dengan himpunan data lainnya (dalam hal ini data return harga