• Tidak ada hasil yang ditemukan

Budaya asing terhadap budaya in (15)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Budaya asing terhadap budaya in (15)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Budaya politik Indonesia di satu pihak masih bersifat parokial-kaula, dan budaya politik partisipan di lain pihak. Di satu sisi rakyat Indonesia masih ketinggalan dalam menggunakan hak dan menjalankan tanggung jawab politiknya, hal ini mungkin disebabkan oleh

ketertutupan dari kebudayaan luar, pengaruh penjajahan, feodalisme, bapakisme, dan primordialisme. Sedangkan di sisi lain, para elit politik menunjukkan partisipasi aktifnya dalam setiap kegiatan politik. Dengan demikian jelas terlihat bahwa budaya politik Indonesia merupakan budaya politik campuran yang diwarnai oleh besarnya pengaruh budaya politik parokial-kaula.

Sifat ikatan primordial masih berakar kuat dalam masyarakat Indonesia. Hal ini dapat dilihat melalui indikatornya berupa sikap mengutamakan kepentingan daerah, suku, dan agamanya. Misalnya, pada proses pemilihan kepala daerah, masyarakat cenderung memilih calon kepala daerah yang berasal dari daerahnya (putra asli daerah daripada calon yang berasal dari luar daerahnya, tanpa melihat kualitas atau kemampuan yang dimilikinya. Kecenderungan budaya politik Indonesia yang masih memegang paham paternalisme. Salah satu indikatornya adalah munculnya sifat bapakisme atau sikap asal bapak senang dalam setiap hal. Budaya tersebut saat ini sudah mulai berkurang untuk birukrasi di tingkat pusat, akan tetapi di tingkatan yang Iebih bawah budaya tersebut masih berkembang.

Misalnya, sebagian masyarakat cenderung memilih partai politik yang sesuai dengan pilihan atasannya dengan pertimbangan supaya mendapatkan perhatian lebih.

Uraian di atas merupakan gambaran nyata budaya politik masyarakat Indonesia saat inii. Meskipun tingkat partisipasi politik masyarakat sudah mulai meningkat, tidak berarti budaya partisipan secara murni telah terwujud, melainkan budaya tersebut merupakan campuran antara budaya politik partisipan, dengan parokial serta subjek (kaula).

C. SOSIALISASI BUDAYA POLITIK

Suatu kebudayaan akan terus berkembang jika di dalam masyarakat terjadi proses

penanaman nilai-nilai kebudayaan kepada setiap anggota masyarakat mulai dari anak¬anak sampai kepada orang tua. Penanaman nilai tersebut dilakukan sebagai upaya untuk

menyadarkan setiap anggota masyarakat bahwa kebudayaan itu penting bagi kehidupan manusia. Sebagai salah satu subsistem dari kebudayaan, budaya politik dalam

mempertahankan jati dirinya juga memerlukan suatu proses yang menekankan pada penanaman nilai-nilai politik kepada setiap anggota masyarakat. Proses tersebut sering dinamakan sosialisasi budaya politik.

Pada bagian ini kalian akan diajak untuk mempelajari materi tentang sosialisasi budaya politik. Setelah mempelajari materi ini, diharapkan kalian mampu mendeskripsikan makna sosialisasi kesadaran politik dan menguraikan mekanisme sosialisasi pengembangan budaya politik.

Mekanisme Sosialisasi Budaya Politik

(2)

untuk memperkuat kesadaran politik yang telah terbentuk pada diri kalian. Pada bagian ini akan dipaparkan mekanisme proses tersebut.

Mekanisme sosialisasi pengembangan budaya politik sarna dengan mekanisme sosialisasi politik, karena budaya politik terbentuk melalui proses sosialisasi politik. Mekanisme sosialisasi budaya politik mengandung pengertian berupa cara-cara atau telcaik penanaman atau pembentukan nilai-nilai politik kepada individu atau anggota masyarakat untuk

memperkuat dan mengarahkan orientasi politik yang telah ada dalam dirinya. Menurut Robert Le Vine terdapat tiga mekanisme sosialisasi pengembangan buclaya politik, yaitu imitasi, instruksi, dan motivasi.

Imitasi, yaitu proses sosialisasi melalui peniruan terhadap perilaku yang ditampilkan individu-individu lain, dan merupakan hal yang amat panting dalam sosialisasi pada masa kanak-kanak. Instruksi mengacu pada proses sosialisasi melalui proses pembelajaran baik secara formal (di sekolah ), informal (pendidikan di keluarga) maupun dalam bentuk nonformal (diskusi-diskusi kelompok, organisasi, dan sebagainya). Sedangkan motivasi, merupakan mekanisme proses sosialisasi yang dikaitkan dengan pengalaman individu pada umumnya yang secara langsung mendorong dirinya untuk belajar dari

pengalaman-pengalamannya mengenai tindakan-tindakan yang sesuai dengan sikap-sikap dan pendapatnya sendiri.

Ketiga mekanisme di atas tidak bisa berjalan tanpa dibantu oleh agen-agen atau lembaga-lembaga yang bertugas menjalankan sosialisasi politik. Apa saja agen-agen sosialisasi politik itu? Berikut ini dipaparkan beberapa agen sosialisasi politik, yaitu:

Keluarga merupakan agen pertama yang sangat menentukan pola pembentukan nilai-nilai politik bagi seorang individu. Di dalam keluarga ditanamkan bagaimana menghargai

kewenangan ayah dan ibu serta orang yang lebih tua. Selain itu pula ditanamkan nilai-nilai atau keyakinan politik dari orang tua baik secara langsung ataupun tidak langsung. Anak dapat mendengarkan pembicaraan orang tua mengenai partai politik atau organisasi tempat kedua orang tuanya menjalankan aktifitas politiknya, serta partai politik yang dipilih oleh orang tuanya dalam pemilihan umum terakhir. Anak juga dapat menyaksikan peristiwa-peristiwa politik yang diminati kedua orang tuanya. Misalnya, kalau orang tuanya menyukai partai politik tertentu, tentu saja atribut parpol tersebut (seperti logo, simbol, seragam, bendera atau pamflet) akan terpasang di rumah. Dari sinilah nilai-nilai politik ditanamkan kepada anak dan sikap serta orientasi politik anak sudah mulai terbentuk.

Sebuah keluarga yang selalu menekankan kepatuhan dan hormat kepada orang tua secara kental bahkan berlebihan, bisa jadi di dalam keluarga akan terbentuk budaya politik parokial atau subjek. Sedangkan bila sebuah keluarga terbuka dan memberikan peluang kepada anak untuk ikut terlibat dalam diskusi keluarga dan orang tua membuka dirinya untuk dikritisi anaknya, maka bisa jadi di dalam keluarga tersebut akan terbentuk budaya politik partisipan atau budaya politik demokratik.

(3)

(civics education). Dengan demikian siswa telah memperoleh pengetahuan awal tentang kehidupan politik secara dini dan nilai nilai politik yang benar dari sudut Pandang akademis. Menurut Carl J. Friederich, partai politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan kekuasaan pemerintahan bagi pimpinan partainya, dan berdasarkan penguasaan ini memberikan manfaat yang bersifat idiil atau materiil kepada para anggotanya. Pendirian partai politik biasanya didorong oleh adanya persamaan kepentingan, persamaan cita-cita politik dan persamaan keyakinan maupun keagamaan.

Secara umum partai politik mempunyai fungsi sebagai sarana:

1. Komunikasi politik. Dengan fungsi ini partai politik berperan sebagai penyalur aspirasi rakyat, menggabungkan berbagai kepentingan dan merumuskan kepentingan yang menjadi dasar kebijaksanaannya. Selanjutnya partai akan memperjuangkan agar aspirasi rakyat tersebut dapat dijadikan kebijakan umum oleh pernerintah.

2. Sosialisasi politik. Dengan fungsi ini partai politik berperan sebagai sarana untuk memberikan penanaman nilai-nilai, norma dan sikap serta orientasi terhadap

persoalan politik tertentu. Partai politik mendidik anggota-anggota nya untuk menjadi manusia yang sadar akan tanggungjawabnya sebagai warga negara dan menempatkan kepentingan pribadi di bawah kepentingan nasional. Sosialisasi politik yang dilakukan partai politik biasanya dalam bentuk ceramah-ceramah penerangan, kursus leader, dan sebagainya.

3. Rekruitmen politik. Dengan fungsi ini partai politik mencari dan mengajak orang-orang berbakat untuk turut aktif dalam kegiatan politik sebagai anggota-anggota dari partai.

4. Pengatur konflik. Dengan fungsi ini partai politik berfungsi untuk mengatasi berbagai macam konflik yang muncul sebagai konsekuensi dari negara demokrasi yang di dalamnya terdapat persaingan dan perbedaan pendapat.

(4)

D. BUDAYA POLITIK PARTISIPAN

Dari ketiga tipe budaya politik yang diuraikan pada bagian sebelumnya, budaya politik partisipan mempunyai pengaruh yang teramat penting dalam pembangunan politik suatu negara. Budaya politik partisipan merupakan tipe budaya politik ideal, di mana dalam budaya politik ini orientasi politik rakyat tidak hanya bersifat kognitif atau afektif saja, tetapi sudah merupakan orientasi politik yang bersifat evaluatif yang ditandai dengan dimilikinya

kemampuan rakyat dalam menilai dan mengontrol kebijakan dari para pemegang kekuasaan.

Bentuk-Bentuk Budaya Politik Partisipan

Pada hakekatnya membicarakan topik budaya politik partisipan sama dengan membahas konsep partisipasi politik. Oleh karena itu dalam bagian ini, yang akan kalian kaji adalah konsep partisipasi politik. Pada pelajaran yang lalu di kelas X kalian telah belajar mengenai partisipasi politik. Kahan tentu saja masih ingat akan konsep tersebut bukan? Pada bagian ini kalian akan diajak lebih memperdalam konsep partisipasi politik tersebut.

Partisipasi politik secara umum berarti keterlibatan seseorang/sekelompok orang dalam suatu kegiatan politik. Teori tentang partisipasi politik yang telah berkembang sejak tahun 1950-an. Banyak ilmuwan politik yang mendefinisikan partisipasi politik di antaranya sebagai berikut:

1. Miriam Budiardjo, mendefinisikan partisipasi politik sebagai kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, yaitu dengan jalan memilih pimpinan negara secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kebijakan pemerintah (public policy).

2. Michael Rush dan Phillip Althoff, mengatakan bahwa partisipasi politik ialah keterlibatan individu sampai pada bermacam-macam tingkatan dalam sistem politik. 3. Herbert McClosky, mengungkapkan bahwa partisipasi politik adalah

kegiatan-kegiatan sukarela dari warga masyarakat melalui mana mereka mengambil bagian dalam proses pemilihan penguasa, dan secara langsung atau tidak langsung dalam proses pembentukan kebijakan umum.

4. Norman H. Nie dan Sidney Verba, menyatakan bahwa partisipasi politik merupakan kegiatan pribadi warga negara yang legal, yang sedikit banyak langsung bertujuan untuk mempengaruhi seleksi pejabat-pejabat negara dan atau tindakan-tindakan yang diambil oleh mereka.

5. Samuel P. Huntington dan Joan M. Nelson, mengartikan partisipasi politik sebagai kegiatan warga negara yang bertindak secara pribadi-pribadi, yang dimaksud untuk mempengaruhi pembuatan keputusan oleh pemerintah. Partisipasi bisa bersifat individual dan kolektif. terorganisir atau spontan, mantap atau sporadis, secara damai atau kekerasan, legal atau ilegal, efektif atau tidak efektif.

(5)

Apabila kita telah kembali berbagai pendapat dari para sarjana politik di atas, terdapat suatu kesamaandalam merurnuskan pengertian partisipasi politik. Mereka berpendapat bahwa pada dasarnya partisipasi politik itu merupakan kegiatan politik yang dilakukan oleh warga negara yang bertujuan untuk mempengaruhi keputusan politik yang akan diambil oleh pemerintah.

Dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan partisipasi politik adalah kegiatan yang dilakukan oleh warga negara haik secara individu maupun kolektif, atas dasar keinginan sendiri maupun dorongan dari pihak lain yang tujuannya untuk mempengaruhi keputusan politik yang akan diambil oleh pemerintah, agar keputusan tersebut menguntungkannya atau tidak merugikannya.

Bentuk-Bentuk Partisipasi Politik

Budaya politik partisipan yang diwujudkan melalui partisipasi politik dapat terwujud dalam berbagai bentuk. Samuel Huntington dan Joan M. Nelson berhasil mengidentifikasi empat bentuk partisipasi politik, yaitu sebagai berikut:

1. Kegiatan pemilihan, yang mencakup memberikan suara, surnbangan-surnbangan untuk kampanye, bekerja dalam suatu pemilihan, mencari dukungan bagi seorang calon, atau melakukan tindakan yang bertujuan mempengaruhi hasil proses pemilihan. 2. Lobbying, yaitu upaya-upaya perorangan atau kelompok untuk menghubungi

pejabat-pejabat pemerintah dan pemimpin-pemimpin politik dengan maksud untuk mempengaruhi keputusan¬keputusan mereka mengenai persoalan-persoalan yang menyangkut sejumlah besar orang. Misalnya, lobbying yang dilakukan oleh anggota DPR, atau yang dilakukan tokoh masyarakat kepada pemerintah untuk mempercepat proses pembangunan di daerahnya.

3. Kegiatan organisasi, yang menyangkut partisipasi sebagai anggota atau pejabat dalam suatu organisasi dengan tujuan utamanya untuk mempengaruhi proses pengambilan keputusan oleh pemerintah.

4. Mencari koneksi, yaitu tindakan perorangan yang ditujukan terhadap pejabat-pejabat pemerintah dan biasanya dengan maksud memperoleh manfaat yang hanya dirasakan oleh satu orang atau beberapa orang saja.

5. Tindakan kekerasan, yaitu upaya untuk mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang dilakukan pemerintah dengan jalan menirnbulkan kerugian fisik terhadap pejabat pemerintahan atau harta benda. Kekerasan dapat ditujukan untuk mengubah pimpinan politik (dalam bentuk kudeta dan pembunuhan), mempengaruhi

kebijaksanaan pemerintah (dalam bentuk huru-hara dan pemberontakan, atau

mengubah seluruh sistem politik (dalam bentuk revolusi). Kekerasan hanya dilakukan setelah tertutupnya kesempatan berpartisipasi politik secara damai.

(6)

Peran aktif dalam kehidupan politik dapat kalian tampilkan mulai dari lingkungan sekolah, masyarakat serta lingkungan bangsa clan negara baik secara langsung maupun tidak

langsung. Berikut ini dipaparkan contoh peran aktif yang dapat ditampilkan dalam lingkungan-lingkungan tersebut.

Dalam kehidupan di lingkungan keluarga, kalian dapat menampilkan peran aktifnya dalam kehidupan politik dengan mengikuti berbagai kegiatan berikut ini:

1. Musyawarah keluarga

2. Pemasangan atribut-atribut kenegaraan pada waktu hari besar nasional seperti proklamasi kemerdekaan.

3. Membaca dan mengikuti berbagai berita di televisi, radio, dan media massa lainnya terutama yang menyangkut peristiwa-peristiwa politik kenegaraan.

Dalam kehidupan di lingkungan sekolah, kalian dapat menampilkar peran aktifnya dalam kehidupan politik dengan mengikuti berbagai kegiatan berikut

1. Pemilihan ketua kelas, ketua OSIS, dan ketua organisasi ekstrakurikuler seperti Pramuka, Pecinta Alain, PMR, Paskibra, dan sebagainya.

2. Pembuatan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga OSIS atau organisasi ekstrakurikuler yang diikuti.

3. Forum-forum diskusi atau musyawarah yang diselenggarakan di sekolah. 4. Membuat artikel yang berisikan aspirasi siswa yang dimuat di majalah dinding,

buletin sekolah dan sebagainya.

Dalam kehidupan di lingkungan masyarakat, kalian dapat menampilkan peran aktifnya dalam kehidupan politik dengan mengikuti berbagai kegiatan berikut ini:

1. Forum warga

2. Pemilihan ketua RT. RW, Kepala Desa, ketua organisasi masyarakat, dan sebagainya 3. Pembuatan peraturan yang berupa anggaran dasar dan anggaran rumah tangga bagi

organisasi masyarakat, koperasi, RT-RW,.LMD, dan sebagainya.

Dalam kehidupan di lingkungan bangsa dan negara, kalian dapat menampilkan peran aktifnya dalam kehidupan politik dalam bentuk:

1. Menggunakan hak pilih dalam Pemilihan Umum

2. Menjadi anggota aktif dari partai politik, kelompok penekan dan kelompok kepentingan tertentu

(7)

4. Biasa berkomunikasi dengan wakil-wakil rakyat 5. Berkampanye, menghadiri kelompok diskusi

6. Mempengaruhi para pembuat keputusan sehingga produk-produk yang dihasilkannya sesuai dengan aspirasi atau kepentingan masyarakat

Referensi

Dokumen terkait

I contend that this account of the nature of theory and how it contributes to historical inquiry makes better sense of what many international historians say or imply about the role

In the FMP there is an annual update of the Forestry Plan. En el PMF, existe una actualización anual del Plan de Ordenación. Verifiers: Plan de Ordenación. Procedimiento para la

Dari segi definisi mengenai tasawuf , membahas pendefinisian Tasawuf dari segi kata-kata yang didasari oleh sifat dan ciri-ciri yang dimiliki oleh kaum sufi. Secara hierarki

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran keluarga sangatlah penting bagi anak yang menderita TB paru dalam proses pengobatan, pengawasan minum obat (PMO) dan

Dalam mencapai keberhasilan proses belajar mengajar di Sekolah diperlukan metode pembelajaran yang aktif dan kreatif dalam proses belajar, namun keadaan SD

Fungsi : fungsi kelompok ilmu pemikiran islam termasuk ilmu tasawuf, ilmu islam dan filsafat adalah merupakan landasan bagi ilmu-ilmu terapan. Tujuan : ilmu tasawuf, ilmu kalam

Judul : Pengaruh pembelajaran dengan pendekatan berdasarkan masalah, dan agama terhadap kualitas hasil belajar pendidikan lingkungan hidup dan sikap terhadap pelestarian

ANALISIS KUALITAS FASILITAS WISATA BERDASARKAN PERSEPSI PENGELOLA DAN PENGUNJUNG DI WANA WISATA CURUG MALELA KABUPATEN BANDUNG BARAT.. Universitas Pendidikan