• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah perkembangan ilmu tafsir (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Sejarah perkembangan ilmu tafsir (1)"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

Pemikiran filsafat banyak dipengaruhi oleh lingkungan. Namun pada dasarnya filsafat baik di Barat, India, dan Cina muncul dari yang sifatnya religious. Di Yunani dengan mitosnya, di India dengan kitabnya Weda (Agama Hindu), dan di Cina dengan Confusiusnya. Di Barat, mitos dapat lenyap sama sekali dan rasio yang menonjol, sedangkan di India filsafat tidak pernah bisa lepas dengan induknya dalam hal ini agama Hindu. Pembagian secara periodisasi filsafat Barat adalah zaman Kuno, zaman Abad Pertengahan, zaman Modern, dan masa Kini. Aliran yang muncul dan berpengaruh terhadap pemikiran filsafat adalah Postivisme, Marxisme, Eksistensialisme, Fenomenologi, Pragmatisme, Neo-Kantianianisme, dan Neo-tomisme. Pembagian secara periodisasi Filsafat Cina adalah zaman Kuno, zaman Pembauran, zaman Neo-Konfusionisme, dan zaman Modern. Tema yang pokok di filsafat Cina adalah masalah perikemanusiaan (jen). Pembagian secara periodisasi filsafat India adalah periode Weda, Wiracarita, Sutra-sutra, dan Skolastik. Dalam filsafat India yang penting adalah bagaimana manusia bisa berteman dengan dunia bukan untuk menguasai dunia. Adapun pada filsafat Islam hanya ada dua periode, yaitu periode Mutakallimin dan periode filsafat Islam. Untuk sejarah perkembangan ilmu pengetahuan di sini pembahasan mengacu ke pemikiran filsafat di Barat.

Periode filsafat Yunani merupakan periode sangat penting dalam sejarah peradaban manusia karena pada waktu itu terjadi perubahan pola pikir manusia dari mite-mite menjadi yang lebih rasional. Pola pikir mite-mite adalah pola pikir masyarakat yang sangat mengandalkan mitos untuk menjelaskan fenomena alam, seperti gempa bumi dan pelangi. Gempa bumi tidak dianggap fenomena alam biasa, tetapi Dewa Bumi yang sedang menggoyangkan kepalanya. Namun, ketika filsafat diperkenalkan, fenomena alam tersebut tidak lagi dianggap sebagai aktivitas dewa, tetapi aktivitas alam yang terjadi secara kausalitas. Perubahan pola pikir tersebut kelihatannya sederhana, tetapi implikasinya tidak sederhana karena selama ini alam ditakuti dan dijauhi kemudian didekati bahkan dieksploitasi. Manusia yang dulunya pasif dalam menghadapi fenomena alam menjadi proaktif dan kreatif, sehingga alam dijadikan objek penelitian dan pengkajian. Dari proses inilah kemudian ilmu berkembang dari rahim filsafat, yang akhirnya kita nikmati dalam bentuk teknologi. Karena itu, periode perkembangan filsafat Yunani merupakan poin untuk memasuki peradaban baru umat manusia.

BAB II

(2)

A. ZAMAN PRA YUNANI KUNO

Pada masa ini manusia masih menggunakan batu sebagai peralatan. Oleh karena itu, zaman pra Yunani Kuno disebut juga Zaman Batu yang berkisar antara empat juta tahun sampai 20.000 tahun. Sebelum Masehi sisa peradaban manusia yang ditemukan pada masa ini (dalam Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat, 1996) antara lain: alat-alat dari batu, tulang belulang hewan, sisa beberapa tanaman, gambar di gua-gua, tempat penguburan, dan tulang belulang manusia purba.

Antara abad ke-15 sampai 6 SM, manusia telah menemukan besi, tembaga, dan perak untuk berbagai peralatan. Abad ke-15 SM peralatan besi dipergunakan pertama kali di Irak, tidak di Eropa atau Tiongkok (Brouwer, 1982, dikutip dalam Surajiyo, 2008).

Pada abad ke-6 SM di Yunani muncul lahirnya filsafat. Timbulnya filsafat di tempat itu disebut suatu peristiwa ajaib (the greek miracle). Ada beberapa faktor yang sudah mendahului dan seakan-akan mempersiapkan lahirnya filsafat di Yunani. K. Bertens menyebutkan ada tiga faktor, yaitu sebagai berikut:

1. Pada bangsa Yunani, seperti juga pada bangsa-bangsa sekitarnya, terdapat suatu mitologi yang kaya serta luas. Mitologi ini dapat dianggap sebagai perintis yang mendahului filsafat, karena mite-mite sudah merupakan percobaan untuk mengerti. Mite-mite sudah memberi jawaban atas pertanyaan yang hidup dalam hati manusia: dari mana dunia kita? Dari mana kejadian dalam alam? Apa sebab matahari terbit, lalu terbenam lagi? Melalui mite-mite, manusia mencari keterangan tentang asal usul alam semesta dan tentang kejadian-kejadian yang berlangsung di dalamnya. Mite jenis pertama yang mencari keterangan tentang asal usul alam semesta sendiri biasanya disebut mite kosmogonis, sedangkan mite jenis kedua yang mencari keterangan tentang asal usul serta sifat kejadian dalam alam semesta disebut mite kosmologis. Bangsa Yunani mengadakan beberapa usaha untuk menyusun mite-mite yang diceritakan oleh rakyat menjadi suatu keseluruhan yang sistematis. Dalam usaha itu, sudah tampaklah sifat rasional bangsa Yunani, karena dengan mencari suatu keseluruhan yang sistematis, mereka sudah menyatakan keinginan untuk mengerti hubungan mite-mite satu sama lain dan menyingkirkan mite yang tidak dapat dicocokkan dengan mite lain.

2. Kesusasteraan Yunani

(3)

tersebut lama sekali digunakan sebagai semacam buku pendidikan untuk rakyat Yunani. Dalam dialog yang bernama Politeia, Plato mengatakan Homeros telah mendidik seluruh Hellas, karena puisi Homeros pun sangat digemari oleh rakyat untuk mengisi waktu luang dan juga memiliki nilai edukatif.

3. Pengaruh ilmu pengetahuan yang ada pada waktu itu sudah terdapat di Timur Kuno Orang Yunani tentu berutang budi kepada bangsa-bangsa lain dalam menerima beberapa unsur ilmu pengetahuan dari mereka. Begitu pula ilmu ukur dan ilmu hitung berasal dari Mesir dan Babylonia yang berpengaruh dalam perkembangan ilmu astronomi di Yunani. Namun, andil dari bangsa-bangsa lain dalam perkembangan ilmu pengetahuan Yunani tidak boleh dilebih-lebihkan. Orang Yunani telah mengolah unsur-unsur tersebut dengan cara yang tidak terduga oleh bangsa Mesir dan Babylonia. Pada Bangsa Yunani lah, ilmu pengetahuan mendapatkan corak yang sungguh-sungguh ilmiah.

Pada abad ke-6 SM mulai berkembang suatu pendekatan yang sangat berbeda. Sejak saat itu orang mulai mencari berbagai jawaban rasional tentang problem yag diajukan oleh alam semesta. Logos (akal budi, rasio) mengganti mythos. Dengan demikian filsafat dilahirkan.

Pada zaman Pra Yunani Kuno di dunia ilmu pengetahuan dicirikan berdasarkan know how yang dilandasi pengalaman empiris. Di samping itu, kemampuan berhitung ditempuh dengan cara one-to one correspondency atau mapping process. Contoh cara menghitung hewan yang akan masuk dan keluar kandang dengan kerikil. Namun pada masa ini manusia sudah mulai memperhatikan dan menemukan hal-hal sebagai berikut:

1. Gugusan bintang di langit sebagai suatu kesatuan. Gugusan ini kemudian diberi nama, misalnya: Ursa Minor, Ursa Mayor, Pisces, Scorpio, dan lain-lain, yang sekarang dikenal dengan nama zodiak.

2. Kedudukan matahari dan bulan pada waktu terbit dan tenggelam, bergerak dalam rangka zodak tersebut.

3. Lambat laun dikenal pula bintang-bintang yang bergerak di antara gugusan yang sudah dikenal tadi, sehingga ditemukan planet Mercurius, Venus, mars, Yupiter, dan Saturnus, di samping matahari dan bulan.

(4)

5. Waktu timbul dan tenggelamnya matahari di cakrawala yang berpindah-pindah dan memerlukan kurang lebih 365 hari sebelum kembali ke dudukan semula.

6. Ketika matahari timbul tenggelam sebanyak 365 kali, Bulan juga mengalami perubahan sebanyak 12 kali. Berdasarkan hal itu kelak ditemukan perhitungan kalender.

7. Ditemukan pula beberapa gejala alam seperti gerhana, yang ada pada masa itu masih dihubungkan dengan mitologi-mitologi tertentu, sehingga menakutkan banyak orang (Rizal Mustansyir, 1996, dikutip dalam Surajiyo, 2008).

Jadi, dapat disimpulkan bahwa pada zaman ini ditandai oleh kemampuan: 1. Know how dalam kehidupan sehari-hari yang didasarkan pada pengalaman.

2. Pengetahuan yang berdasarkan pengalaman itu diterima sebagai fakta dengan sikap receptive mind, keterangan masih dihubungkan dengan kekuatan magis.

3. Kemampuan menemukan abjad dan sistem bilangan alam sudah menampakkan perkembangan pemikiran manusia ke tingkat abstraksi.

4. Kemampuan menulis, berhitung, menyusun kalender yang didasarkan atas sintesis terhadap hasil abstraksi yang dilakukan.

5. Kemampuan meramalkan suatu peristiwa atas dasar peristiwa-peristiwa sebelumnya yang pernah terjadi (Rizal Muntazir, 1996 dikutip dalam Surajiyo, 2008).

B. ZAMAN YUNANI KUNO

Zaman Yunani kuno dianggap sebagai zaman keemasan filsafat, karena pada masa ini orang memiliki kebebasan untuk mengungkapkan ide-ide atau pendapatnya. Yunani pada masa itu dianggap sebagai gudang ilmu dan filsafat, karena Bangsa Yunani pada masa itu tidak lagi mempercayai mitologi-mitologi. Bangsa Yunani juga tidak dapat menerima pengalaman yang didasarkan pada sikap receptive attitude (sikap menerima begitu saja), melainkan menumbuhkan sikap an inquiring attitude (suatu sikap yang senang menyelidiki sesuatu secara kritis). Sikap belakangan inilah yang menjadi cikal bakal tumbuhnya ilmu pengetahuan modern. Sikap kritis inilah menjadikan bangsa Yunani tampil sebagai ahli pikir terkenal sepanjang masa. Beberapa filsuf pada masa itu antara lain Thales, Phytagoras, Socrates, Plato, dan Aristoteles.

(5)

dianggap asal dari segala sesuatu. Menurut Thales arche itu adalah air. Air merupakan materi dasar kosmis atau alam semesta (Sarwoko, 2008).

Anaximandros berpendapat arche itu ‘yang tak berbatas’ (to apeiron). Anaximenes arche itu udara, Pythagoras arche itu bilangan, Heraklitos arche itu api, ia juga berpendapat bahwa segala sesuatu itu terus mengalir (pantarhei). Parmenedes mengatakan bahwa segala sesuatu itu tetap tidak bergerak. (Lasiyo dan Yuwono, 1985, dikutip dalam Surajiyo, 2008).

1. Zaman Keemasan Filsafat Yunani

Pada waktu Athena dipimpin oleh Perikles kegiatan poltik dan filsafat dapat berkembang dengan baik. Ada segolongan kaum yang pandai berpidato (rethorika) dinamakan kaum sofis. Kegiatan mereka adalah mengajarkan pengetahuan pada kaum muda. Adapun yang menjadi objek penyelidikannya bukan lagi alam, tetapi manusia, seperti yang dikatakan oleh Prothagoras, yaitu manusia adalah ukuran untuk segala-galanya. Hal ini ditentang oleh Socrates dengan mengatakan bahwa yang benar dan yang baik harus dipandang sebagai nilai-nilai objektif yang dijunjung tinggi oleh semua orang. Akibat ucapannya tersebut, Socrates dihukum mati.

Hasil pemikiran Socrates dapat ditemukan pada murid Plato. Dalam filsafatnya Plato mengatakan: realitas seluruhnya terbagi atas dua dunia yang hanya terbuka bagi pancaindra dan dunia yang hanya terbuka bagi rasio kita. Dunia yang pertama adalah dunia jasmani dan yang kedua adalah dunia ide (Surajiyo, 2008). Plato merupakan kaum rasionalis, termasuk juga Rene Descartes. Plato mengatakan bahwa yang ditangkap pancaindera hanyalah gejala dunia yang semu, tidak nyata, dan tidak sempurna. Demikian pula panca indera hanya memberi informasi tentang objek khusus tertentu yang terbatas, dan karena itu tidak memungkinkan kita untuk bisa sampai pada pengetahuan yang berlaku umum dan universal. Panca indera juga memberi informasi yang tidak tetap kepada kita tentang sebuah objek. Apa yang kita tangkap dengan pancaindera selalu berbeda-beda. Pancaindera sama seperti kacamata yang kita pakai. Objek yang sama bisa ditangkap merah atau gelap sesuai dengan sudut pandang atau kacamata yang kita pakai. Padahal dalam kenyataannya belum tentu demikian. Jadi, pengetahuan yang sejati, umum, dan universal hanya bias ditemukan dalam dan dengan bantuan akal budi (Thoyibi, 1994).

(6)

kenyataan. Aristoteles adalah filsuf realis, dan sumbangannya kepada ilmu pengetahuan sangat besar. Sumbangan yang sampai sekarang masih digunakan dalam ilmu pengetahuan adalah mengenai abstraksi, yakni aktivitas rasional dimana seseorang memperoleh pengetahuan. Menurut Aristoteles ada tiga macam abstraksi, yaitu abstraksi fisis, abstraksi matematis, dan metafisis.

Abstraksi yang ingin menangkap pengertian dengan membuang unsur-unsur individual untuk mencapai kualitas adalah abstraksi fisis, sedangkan abstraksi dimana subjek menangkap unsur kuantitatif dengan menyingkirkan unsur kualitatif disebut abstraksi matematis (Harry Hamersma, 1983).

Teori Aristoteles yang cukup terkenal adalah tentang materi dan bentuk. Keduanya merupakan prinsip-prinsip metafisis. Materi adalah prinsip yan tidak ditentukan, sedangkan bentuk adalah prisip yang menentukan. Teori ini terkenal dengan sebutan Hylemorfisme (K. Bertens, 1988, hlm. 11-16).

2. Masa Helinistis dan Romawi

Pada zaman Alexander Agung telah berkembang sebuah kebudayaan transnasional yang disebut kebudayaan Hellinistis, karena kebudayaan Yunani tidak terbatas lagi pada kota-kota Yunani saja, tetapi mencakup juga seluruh wilayah yang ditaklukkan Alexander Agung. Dalam bidang filsafat, Athena tetap merupakan suatu pusat yang penting, tetapi berkembang pula pusat-pusat intelektual lain, teurtama kota Alexandria. Jika akhirnya ekspansi Romawi meluas sampai ke wilayah Yunani, itu tidak berarti berakhirnya filsafat dan kebudayaan Yunani, karena kekaisaran Romawi pun menerima warisan kultural Yunani.

Dalam bidang filsafat tetap berkembang, namun pada saat itu tidak ada filsuf yang sungguh-sungguh besar kecuali Plotinus. Pada masa ini muncul beberapa aliran berikut:

a. Stoisisme

Menurut paham ini jagat raya ditentukan oleh kuasa-kuasa yang disebut Logos. Oleh karena itu, segala kejadian berlangsung menurut ketetapan yang tidak dapat dihindari.

b. Epikurisme

(7)

c. Skeptisisme

Mereka berpikir bahwa bidang teoretis manusia tidak sanggup mencapai kebenaran. Sikap umum mereka adalah kesangsian.

d. Eklektisisme

Suatu kecenderungan umum yang mengambil berbagai unsur, filsafat dari aliran-aliran lain tanpa berhasil mencapai suatu pemikiran yang sungguh-sungguh.

e. Neo Platonisme

Paham yang ingin menghidupkan kembali filsafat Plato. Tokohnya adalah Plotinus. Seluruh filsafatnya berkisar pada Allah sebagai yang satu. Segala sesuatu berasal dari ‘yang satu’ dan ingin kembali kepadanya (K. Bertens, 1988, hlm. 16-18)

C. ZAMAN ABAD PERTENGAHAN

Zaman abad pertengahan ditandai dengan tampilnya para teolog di lapangan ilmu pengetahuan. Para ilmuwan pada masa ini hampir seluruhnya adalah para teolog, sehingga aktivitas ilmiah terkait dengan aktivitas keagamaan. Semboyan yang berlaku bagi ilmu pada masa ini adalah ancila theologia atau abdi agama. Namum demikian harus diakui bahwa banyak juga temuan dalam bidang ilmu yang terjadi pada masa ini.

Periode Abad Pertengahan mempunyai perbedaan yang mencolok dengan abad sebelumnya. Perbedaan itu terutama terletak pada dominasi agama. Timbulnya agama Kristen yang diajarkan oleh Nabi Isa AS pada permulaan Abad Masehi membawa perubaan besar terhadap kepercayaan keagamaan.

Agama Kristen menadi problema kefilsafatan karena mengaarkan bahwa wahyu Tuhanlah yang merupakan kebenaran yang sejati. Hal ini berbeda dengan pandangan Yunani Kuno yang mengatakan bahwa kebenaran dapat dicapai oleh kemampuan akal. Mereka belum mengenal adanya wahyu.

Ada dua hal yang berkaitan dengan sikap terhadap pemikiran Yunani, yaitu:

1. Golongan yang menolak sama sekali pemikiran Yunani, karena pemikiran Yunani merupakan pemikiran orang kafir, karena tidak mengakui wahyu.

2. Menerima filsafat Yunani yang mengatakan bahwa karena manusia itu ciptaan Tuhan, kebijaksanaan manusia berarti pula kebijaksanaan yang datangnya dari Tuhan. Mungkin akal tidak dapat mencapai kebenaran sejati maka akal dibantu oleh wahyu. Filsafat pada zaman Abad Pertengahan mengalami dua periode berikut:

(8)

Patristik berasal dari kata Latin patres yang berarti bapa-bapa Gereja, ialah ahli-ahli agama Kristen pada abad permulaan agama Kristen. Periode ini mengalami dua tahap, yaitu:

a. Permulaan agama Kristen. Setelah mengalami berbagai kesukaran terutama mengenai filsafat Yunani, maka agama Kristen memantapkan diri. Keluar memperkuat gereja dan ke dalam menetapkan dogma-dogma.

b. Filsafat Agustinus yang merupakan seorang ahli filsafat yang terkenal pada masa patristik. Agustinus melihat dogma-dogma sebagai suatu keseluruhan (Endang Daruni Asdi, 1978, hlm. 1-2).

2. Periode Skolastik

Periode Skolastik berlangsung dari tahun 800-1500 M. Periode ini dibagi menjadi tiga tahap, yaitu:

a. Periode skolastik awal (abad ke-9 - 12)

Ditandai oleh pembentukan metode-metode yang lahir karena hubungan yang rapat antara agama dan filsafat.

b. Periode puncak perkembangan skolastik (abad ke-13)

Ditandai oleh keadaan yang dipengaruhi oleh Aristoteles akibat kedatangan ahli filsafat Arab dan Yahudi. Puncak perkembangan pada Thomas Aquinas.

c. Periode skolastik akhir (abad ke-14 - 15)

Ditandai dengan pemikiran kefilsafatan yang berkembang ke arah nominalisme, adalah aliran yang berpendapat bahwa universalisme tidak memberi petunjuk tentang aspek yang sama dan yang umum mengenai adanya sesuatu hal. Pengertian umum hanya momen yang tidak mempunyai nilai-nilai kebenaran yang objektif (Endang Daruni Asdi, 1978 dalam Surajiyo, 2008).

(9)

penggerak yang tunggal dan tak menggerakkan diri-Nya, sehingga tak dapat dipecah-pecah, berbeda dari alam semesta dan waktu yang terbatas. Di samping itu terdapat filsafat praktis (etika/aksiologi, filsafat ekonomi dan politik) yang kemudian dikembangkan oleh Al-Farabi, Ibnu Sina (tidak oleh Al-Ghazali) sebelum Perang Salib dan oleh Ibnu Rushd dimasa Pasca Perang Salib sampai jatuhnya Khilafah Islamiyah di Mesir (menjelang tahun 1500) kepada Imperium Kesultanan Usmani (Ottoman) dari Turki (Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2007).

Watt (1997) menambahkan lebih rinci bahwa ketika Irak, Syiria, dan Mesir diduduki oleh orang Arab pada abad ketujuh, ilmu pengetahuan dan filsafat Yunani dikembangkan di berbagai pusat belajar. Terdapat sebuah sekolah terkenal di Alexandria, Mesir, tetapi kemudian dipindahkan pertama kali ke Syiria, dan kemudian –pada sekitar tahun 900 M– ke Baghdad. Kolese Kristen Nestorian di Jundisyapur, pusat belajar yang paling penting, melahirkan dokter-dokter istana Hārūn al-Rashīd dan penggantinya sepanjang sekitar seratus tahun. Akibat kontak semacam ini, para khalifah dan para pemimpin kaum Muslim lainnya menyadari apa yang harus dipelajari dari ilmu pengetahuan Yunani. Mereka mengagendakan agar menerjemahkan sejumlah buku penting dapat diterjemahkan. Beberapa terjemahan sudah mulai dikerjakan pada abad kedelapan. Penerjemahan secara serius baru dimulai pada masa pemerintahan al-Ma’mūn (813-833 M). Dia mendirikan Bayt al- ikmah, sebuah lembaga khusus penerjemahan. Sejak saatḤ itu dan seterusnya, terdapat banjir penerjemahan besar-besaran. Penerjemahan terus berlangsung sepanjang abad kesembilan dan sebagian besar abad kesepuluh.

D. ZAMAN RENAISSANCE

(10)

1. Roger Bacon, berpendapat bahwa pengalaman (empiris) menjadi landasan utama bagi awal dan ujian akhir bagi semua ilmu pengetahuan. Matematika merupakan syarat mutlak untuk mengolah semua pengetahuan.

2. Copernicus, mengatakan bahwa bumi dan planet semuanya mengelilingi matahari, sehingga matahari menjadi pusat (heliosentrisisme). Pendapat ini berlawanan dengan pendapat umum yang berasal dari Hipparchus dan Ptolomeus yang menganggap bahwa bumi sebagai pusat alam semesta (geosentrisme).

3. Johannes Keppler, menemukan tiga buah hukum yang melengkapi penyelidikan Brahe sebelumnya, yaitu:

a. Bahwa gerak benda angkasa itu ternyata bukan bergerak mengikuti lintasan circle, namun gerak itu mengikuti lintasan elips. Orbit semua planet berbentuk elips. b. Dalam waktu yang sama, garis penghubung antara planet dan matahari selalu

melintasi bidang yang luasnya sama.

c. Dalam perhitungan matematika terbukti bahwa bila jarak rata-rata dua planet A dan B dengan matahari adalah X dan Y, sedangkan waktu untuk melintasi orbit masing-masing adalah P dan Q, maka P2 : Q2 = X3 : Y4.

4. Galileo Galilei, membuat sebuah teropong bintang yang terbesar pada masa itu dan mengamati beberapa peristiwa angkasa secara langsung. Ia menemukan beberapa peristiwa penting dalam bidang astronomi. Ia melihat bahwa planet Venus dan Mercurius menunjukkan perubahan-perubahan seperti halnya bulan, sehingga ia menyimpulkan bahwa planet-planet tidaklah memancarkan cahaya sendiri, melainkan hanya memantulkan cahaya dari matahari (Rizal Mustansyir, 1996).

E. ZAMAN MODERN

Zaman modern ditandai dengan berbagai penemuan dalam bidang ilmiah. Perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman modern sebenranya telah dirintis sejak Zaman Renaissance. Rene Descartes adalah tokoh yang terkenal sebagai bapak filsafat modern. Rene Descartes juga seorang ahli ilmu pasti. Penemuannya dalam ilmu pasti adalah sistem koordinat yang terdiri atas dua garis lurus X dan Y dalam bidang datar. Isaac Newton dengan temuannya teori gravitasi. Charles Darwin dengan teorinya struggle for life (perjuangan untuk hidup). J.J Thompson dengan temuannya elektron. Berikut penjelasan sekilas dari filsuf-filsuf tersebut:

(11)

disebut axis atau sumbu X, sedangkan garis Y letaknya tegak lurus pada sumbu X. Oleh karena sistem tersebut didasarkan pada dua garis lurus yang berpotongan tegak lurus, maka sistem koordinat itu dinamakan orthogonal coordinate system. Kedudukan tiap titik dalam bidang tersebut diproyeksikan dengan garis-garis lurus pada sumbu X dan sumbu Y. Dengan demikian kedudukan tiap titik potong kedua sumbu menyusuri sumbu-sumbu tadi. Pentingnya sistem yang dikemukakan oleh Descartes ini terletak pada hubungan yang diciptakannya antara ilmu ukur bidang datar dengan aljabar. Tiap titik dapat dinyatakan dengan dua koordinat Xi dan Yi. Panjang garis dapat dinyatakan serupa dengan hukum Pythagoras mengenai Hypothenusa. Penemuan Descartes ini dinamakan Analaytic Geometry (Mustansyir, 1996 dalam Surajiyo, 2008).

Descartes menganggap bahwa pengetahuan memang dihasilkan oleh indera, tetapi karena dia mengakui bahwa indera itu bisa menyesatkan (seperti dalam mimpi atau khayalan), maka dia terpaksa mengambil kesimpulan bahwa data keinderaan tidak dapat diandalkan. Dia kemudian menguji kepercayaannya terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa, tetapi di sini pun dia menemukan, bahwa Dia dapat membayangkan Tuhan yang mungkin bisa menipu manusia. Dalam kesungguhannya mancari dasar yang mempunyai kepastian mutlak ini, Descartes meragukan adanya surga dan dunia, pikiran dan badani. Satu-satunya hal yang tak dapat dia ragukan adalah eksistensi dirinya sendiri. Dia tidak meragukan lagi bahwa dia sedang ragu-ragu. Bahkan jika kemudian dia disesatkan dalam berpikir bahwa dia ada, dia berdalih bawa penyesatan itu merupakan bukti bahwa ada seseorang yang sedang disesatkan. Rene Descartes, lebih kurang 360 tahun yang lalu mengemukakan dalam Discours, ucapannya yang terkenal sepanjang masa, yang dalam bahasa aslinya (Perancis) berbunyi je pense, donc je suis, ini diekspresikan dalam bahas Latin cogito, ergo sum (Saya berpikir, karena itu saya ada) (Suriasumantri, 2006; Semiawan, Setiawan, & Yufiarti, 2005). 2. Isaac Newton, berperan dalam ilmu pengetahuan modern terutama penemuannya

dalam tiga bidang, yaitu teori Gravitasi, perhitungan Calculus, dan Optika. Ketiga bidang tersebut dapat diuraikan secara singkat sebagai berikut (Mustansyir, 1996 dalam Surajiyo, 2008):

(12)

ada faktor penyebab mengapa planet tidak mengikuti pergerakan dengan lintasan lurus. Dugaan sementara penyebab ditimbulkan oleh matahari yang menarik bumi atau antara matahari dengan bumi ada gaya saling tarik-menarik. Persoalan itu menjadi obsesi Newton, namun ia menghadapi berbagai kesukaran. Perhitungan besarnya bumi dan matahari belum diketahui, dan Newton belum mengetahui bahwa pengaruh benda pada benda yang lain dapat dipandang dan dihitung dari pusat titik berat benda–benda tadi. Setelah kedua hal ini diketahui oleh Newton, barulah ia dapat menyusun teori Gravitasi. Teori gravitasi menerangkan bahwa planet tidak bergerak lurus, namun mengikuti lintasan elips, karena adanya pengaruh gravitasi, yaitu kekuatan yang selalu akan timbul jika ada dua benda berdekatan. Teori gravitasi ini dapat menerangkan dasar dari semua lintasan planet dan bulan, pengaruh pasang-surutnya air samudera, dan peristiwa astonomi lainnya. Teori Gravitasi Newton ini dipergunakan oleh para ahli berikutnya untuk pembuktian laboratorium dan penemuan planet baru di alam semesta.

Jauh sebelum Newton sadar mengenai hukum gravitasi, ketika satu buah apel jatuh persis mengenai kepalanya, dia dan semua orang sebelumnya dan sesamanya, sesungguhnya sudah tahu mengenai hukum itu. Akan tetapi, hukum itu baru dianggap sebagai sebuah pengetahuan ketika Newton menyadari dan merumuskannya. Dengan demikian, pengetahuan selalu menuntut adanya kesadaran bahwa si subjek sendiri tahu. Si subjek haru tahu bahwa dia tahu. Tahu benar-benar menjadi pengetahuan ketika si subjek tahu dengan pasti tanpa keraguan (Keraf & Dua, 2001).

b. Perhitungan Calculus, yaitu hubungan antara X dan Y. Jika X bertambah, maka Y akan bertambah pula, tetapi menurut ketentuan yang tetap atau teratur. Misalnya ada benda bergerak, panjangnya jarak yang ditempuh tergantung dari kecepatan tiap detik dan panjangnya waktu pergerakan. Cara perhitungan Calculus ini banyak manfaatnya untuk menghitung berbagai hubungan antara dua atau lebih hal yang berubah, bersama dengan ketentuan yang teratur.

(13)

3. Charles Darwin, dikenal sebagai penganut teori evolusi yang fanatik. Darwin menyatakan bahwa perkembangan yang terjadi pada makhluk di bumi terjadi karena seleksi alam. Teorinya yang terkenal adalah struggle for life (perjuangan untuk hidup). Darwin berpendapat bahwa perjuangan untuk hidup berlaku pada setiap kumpulan makhluk hidup yang sejenis, karena meskipun sejenis namun tetap menampilkan kelainan-kelainan kecil. Makhluk hidup yang berkelainan kecil itu berbeda-beda daya menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan. Makhluk hidup yang dapat menyesuaikan diri akan memiliki peluang yang lebih besar untuk bertahan hidup lebih lama, sedangkan yang kurang dapat menyesuaikan diri akan tersisihkan karena kalah bersaing. Oleh karena itu, yang dapat bertahan hidup adalah yang paling unggul (survival of the fittest) (Mustansyir, 1996 dalam Surajiyo, 2008).

Di dunia Islam sendiri, peranan al-Ghazali cukup besar dalam menumpaskan dominasi rasionalisme yang didukung oleh ahli falsafah Islam, seperti Ibnu Sina dan al-Farabi. Melalui kitabnya, Tahafut al-Falasifah, al-Ghazali telah menyerang falsafah rasionalisme dan para penganutnya yang dikatakan mampu mencapai pengetahuan yang yakin tentang lama metafizik (Abdullah, 2005).

F. ZAMAN KONTEMPORER (ABAD KE-20 DAN SETERUSNYA)

Di antara ilmu khusus yang dibicarakan oleh para filsuf, bidang fisika menempati kedudukan yang paling tinggi. Menurut Trout (dalam Mustansyir dkk, 2001) fisika dipandang sebagai dasar ilmu pengetahuan yang subjek materinya mengandung unsur-unsur fundamental yang membentuk alam semesta. Ia juga menunjukkan bahwa secara historis hubungan antara fisika dengan filsafat terlihat dalam dua cara. Pertama, diskusi filosofis mengenai metode fisika, dan dalam interaksi antara pandangan substansial tentang fisika (misalnya: tentang materi, kuasa, konsep ruang, dan waktu). Kedua, ajaran filsafat tradisional yang menjawab fenomena tentang materi, kuasa, ruang, dan waktu. Dengan demikian, sejak semula sudah ada hubungan yang erat antara filsafat dan fisika.

(14)

kemajuan sangat pesat. Mulai dari penemuan komputer, berbagai satelit komunikasi, internet, dan sebagainya. Bidang ilmu lain juga mengalami kemajuan pesat, sehingga terjadi spesialisasi ilmu yang semakin tajam. Ilmuwan kontemporer mengetahui hal yang sedikit, tetapi secara mendalam. Ilmu kedokteran semakin menajam dalam spesialis dan subspesialis atau super-spesialis, demikian pula bidang ilmu lain. Di samping bidang ilmu satu dengan lainnya, sehingga dihasilkannya bidang ilmu baru seperti bioteknologi yang dewasa ini dikenal dengan teknologi kloning (Mustansyir dkk, 2001 dalam Suarjiyo, 2008).

G. SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI DI INDONESIA

Di Indonesia, ilmu pengetahuan dan teknologi mulai berkembang sejak masa kolonial Belanda. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada masa kolonial Belanda ini ditandai dengan berdirinya perusahaan swasta asing, misi keagamaan dan pendidikan Barat. Semuanya itu merupakan bagian dari eksploitasi ekonomi. Teknologi modern Barat memperkenalkan teknologinya yang pertama dengan melalui pabrik gula. Modernisasi teknologi tersebut kemudian menyebar ke sektor lainya, seperti pada galangan kapal, pertambangan batu bara, timah, gas dan minyak bumi. Sejak pertengahan abad ke-19 perkembangan ilmu pengetahuan Barat telah tersebar di Indonesia dengan melalui pembukaan sekolah-sekolah Barat bagi penduduk bumiputra.

Ilmu pengetahuan dan teknologi yang dipelopori bangsa Barat pada masa kolonial Belanda ternyata belum mampu mendorong terjadinya revolusi ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia. Pada masa Pendudukan Jepang sempat diperkenalkan beberapa teknologi baru, khususnya dalam bidang pertanian. Akan tetapi, ternyata hal tersebut tidak banyak berpengaruh terhadap masyarakat pada masa itu. Penerapan teknologi modern di dalam masyarakat hanya terpusat pada bidang tertentu dan sebagian besar dikuasai oleh pengusaha asing.

Pada masa itu, Indonesia masih tertinggal jauh dibandingkan dengan negara-negara Barat dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal tersebut di antaranya disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut:

1. Terbatasnya jumlah penduduk Indonesia yang mendapat pendidikan.

(15)

3. Tidak adanya keinginan baik dari penguasa kolonial Belanda maupun penguasa swasta asing dalam melakukan alih teknologi bagi penduduk pribumi.

4. Tidak terjadinya industrialisasi.

5. Tidak terjadinya inovasi teknologi yang berarti dalam masyarakat Indonesia sendiri.

BAB III KESIMPULAN

(16)

Agama Nasrani telah muncul sejak abad pertama, namun Islam baru menyusul sekitar empat abad kemudian. Sumbangan pengetahuan Islam diantaranya hasil terjemahan dari masa Yunani Kuno yang disebarkan ke kawasan Eropa, sumbangan ilmu pengetahuan di bidang kedokteran, farmasi, astronomi, geografi, aritmatika, dan matematika.

Di Indonesia, ilmu pengetahuan dan teknologi mulai berkembang sejak masa kolonial Belanda. Sejak pertengahan abad ke-19 perkembangan ilmu pengetahuan Barat telah tersebar di Indonesia. Pada masa Pendudukan Jepang sempat diperkenalkan beberapa teknologi baru, khususnya dalam bidang pertanian. Namun, hal tersebut tidak banyak berpengaruh terhadap masyarakat pada masa itu.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, A. R. (2005). Wacana falsafah ilmu: Analisis konsep-konsep asas dan falsafah pendidikan Negara. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Keraf, A. S. & Dua, M. (2001). Ilmu pengetahuan: Sebuah tinjauan filosofis. Yogyakarta: Kanisius.

Sarwoko. (2008). Pengantar filsafat ilmu keperawatan. Jakarta: Salmeba Medika.

Semiawan, C., Setiawan, T. I., & Yufarti. (2005). Panorama filsafat ilmu: Landasan perkembangan ilmu sepanjang zaman. Jakarta: Teraju.

Surajiyo. (2008). Filsafat ilmu & perkembangannya di Indonesia: Suatu pengantar. Jakarta: Bumi Aksara.

Suriasumantri, J. S. (2006). Ilmu dalam perspektif: Sebuah kumpulan karangan tentang hakekat ilmu. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

(17)

Thoyibi, M. (1994). Filsafat ilmu dan perkembangannya. Surakarta: Muhammadiyah University Press.

Watt, W. M. (1997). Islam dan peradaban dunia: pengaruh Islam atas Eropa abad pertengahan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Referensi

Dokumen terkait

Inilah dosa yang akan terus mengalir ke dalam diri orang Islam, tanpa kita minta, tanpa kita panggil, bahkan tanpa kita melakukannya.. Dosa ini akan terus datang, setiap saat

Tohirin, Metode Penelitian Kualitatif Dalam Pendidikan dan Bimbingan Konseling: Pendekatan Praktis Untuk Peneliti Pemula dan Dilengkapi dengan Contoh Transkrip

Perlakuan tersebut ialah tikus percobaan tidak diinduksi demam dan tanpa pemberian sediaan antipiretik (kontrol 0), tikus percobaan diinduksi demam tanpa mendapatkan

adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan tinggi oleh setiap perguruan tinggi secara otonom untuk mengendalikan dan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tinggi

Demikian juga kalau dilihat kegiatan upakara yang dilakukan untuk menjaga hubungan baik antara manusia dengan Tuhan akan mengeluarkan untuk dewa yadnya sebanyak Rp..

Overlay (tumpang susun) suatu data grafis adalah proses penggabungan antara dua atau lebih data grafis sehingga diperoleh data grafis baru yang mempunyai satuan

Sebelum Pemeruman dilakukan dipilih suatu kawasan air yang cukup tenang dan dalam, dengan kapal yang berhenti untuk kalibrasi awal.. Pemilihan lokasi barchek pada air tenang

Fasilitas yang terdapat pada unit ini yaitu 5 kamar tidur, ruang bersantai atau lounge, ruang media, ruang makan, dapur, sebuah perpustakaan dan kolam renang