Oleh:
Oleh:
Hamdan Akromullah, S.Ag., M.Hum.
Hamdan Akromullah, S.Ag., M.Hum.
hamdan_akromullah75@yahoo.co.id hamdan_akromullah75@yahoo.co.id
Pada awal
Pada awal
perkembangannya (zaman Y
perkembangannya (zaman Y
unani Kuno)
unani Kuno)
identik filsafat ilmu pengetahuan : pemikiran filsafat
identik filsafat ilmu pengetahuan : pemikiran filsafat
dan ilmu pengetahuan pada waktu itu tidak dapat
dan ilmu pengetahuan pada waktu itu tidak dapat
dipisahkan.
dipisahkan.
Pada abad pertengahan, filsafat identik dengan
Pada abad pertengahan, filsafat identik dengan
agama, pemikiran filsafat menjadi satu dengan
agama, pemikiran filsafat menjadi satu dengan
dogma agama.
dogma agama.
Pada zaman modern (mulai dari zaman renaisans),
Pada zaman modern (mulai dari zaman renaisans),
filsafat memisahkan diri dari agama (sekuler). Bahkan
filsafat memisahkan diri dari agama (sekuler). Bahkan
ada kecenderungan filsafat mulai ditinggalkan ilmu
ada kecenderungan filsafat mulai ditinggalkan ilmu
pengetahuan.
Perkembangan Sejarah Filsafat Barat
Zaman Yunani Kuno : para filsuf pada zaman ini
mempertanyakan asal-usul alam semesta dan jagad raya
(kosmosentris).
Zaman Pertengahan : para filsuf pada masa ini memakai
pemikiran filsafat untuk memperkuat dogma-dogma agama
Kristiani (teosentris).
Zaman Modern : para filsuf zaman ini menjadikan manusia
sebagai pusat analisis filsafat (antroposentris).
Zaman Kontemporer : teks menjadi tema sentral diskursus
para filsuf (logosentrisme).
Periode-periode ini didasarkan atas ciri pemikiran
yang dominan pada zamannya.
Periode filsafat Yunani merupakan periode sangat penting dalam sejarah peradaban manusia karena pada waktu ini terjadi pergeseran pemikiran dari mitos ke logos.
Penjelasan-penjelasan mitis yang berdasarkan kepercayaan irasional tentang gejala-gejala alam bergeser pada penjelasan logis yang berdasarkan rasio.
Manusia yang dulunya pasif dalam menghadapi fenomena alam menjadi lebih proaktif dan kreatif, sehingga alam dijadikan objek penelitian dan pengkajian.
Filsuf-filsuf alam mulai mencari penjelasan rasional atas prinsip yang melandasi gejala-gejala alam terselubung kabut mistis
Para filsuf alam mulai menyibukkan diri dengan pertanyaan-pertanyaan tentang azaz pertama (arkhe ) dan prinsip yang mengatur alam semesta. Dari proses inilah
ilmu berkembang dari rahim filsafat (teknologi)
Periode perkembangan filsafat Yunani merupakan entri poin untuk memasuki peradaban baru umat manusia.
Zaman Filsuf Alam (filsuf-filsuf pertama): Thales,
Anaximandros, dan Anaximenes. Para filsuf
pada zaman ini mempertanyakan asal-usul
alam semesta dan jagad raya. Perhatian
mereka diarahkan kepada segala kejadian yang
ada di dalam alam.
Zaman Keemasan Filsafat Yunani: Kaum Sofis,
Socrates, Plato, dan Aristoteles. Memfokuskan
perhatiannya mereka pada manusia.
Thales adalah filsuf alam pertama yang
mengkaji tentang asal-usul alam.
Apa sebenarnya asal usul (
arkhe) alam
semesta ini.
Pertanyaan ini dijawabnya dengan
pendekatan rasio (logos) bukan dengan
pendekatan mitos.
Air adalah
arkhedari alam semesta,
alasannya: air dapat mengambil berbagai
macam wujud dan keabsahannya
moistdianggap sebagai kehidupan itu sendiri
yang selalu bergerak.
Thales (624-546 SM)
Arkhe
adalah sesuatu
yang kekal, tidak terbatas,
dan meliputi segalanya.
Arkhe
harus yang
mencakup segalanya dan
diatas segalanya, yang
dinamakan dengan
apeiron
(yang tidak
terbatas).
Anaximandros (610-540 SM)
Asas pertama segala sesuatu adalah udara, karena udara meliputi seluruh jagad raya, udara menjadikan manusia hidup.
Maka udara adalah yang melahirkan segala benda di jagad raya. Hal ini mungkin karena adanya pemadatan dan pengenceran udara.
Karena udara memadat: angin, air, tanah, dan batu.
(540-475 SM)
Alam semesta ini selalu dalam keadaan berubah, sesuatu yang dingin berubah menjadi panas, yang panas berubah menjadi dingin. Tidak ada sesuatupun yang dapat dianggap definitif/sempurna.
Ini berarti bahwa bila kita hendak memahami kehidupan kosmos, kita harus menyadari bahwa kosmos itu dinamis, senantiasa menjadi ( panta rhei:
semuanya mengalir).
Yang mendasar dalam alam semesta ini adalah bukan bahannya melainkan aktor/penyebabnya: api. Artinya api adalah aktor pengubah alam ini, sehingga api pantas dianggap sebagai simbol perubahan.
Kelompok para sofis (orang pintar/halus).
Kaum sofis/sofistik: memulai kajian tentang manusia
dan menyatakan bahwa manusia adalah ukuran
kebenaran.
Sering kali mereka menganut suatu relativisme:
kebenaran menjadi sesuatu yang relatif, mereka tidak
menerima kebenaran yang tetap dan definitif.
Protagoras: manusia adalah ukuran untuk
segala-galanya, tidak ada sesuatupun yang benar, yang baik,
yang bagus “pada dirinya”. Semuanya dianggap benar,
Tradisi dialog diteruskan oleh Plato (428-348), dengan mengarang dialog-dialog. Bagi Plato; Filsafat adalah mencari kebijaksanaan/kebenaran, oleh karena itu filsafat pada intinya adalah suatu dialog. Pengenalan indera hanya memberikan bayang-bayang yang tidak boleh dianggap sebagai realita yang sebenarnya.
Filsuf Yunani yang mengembangkan filsafat sebagai usaha rasionalisasi
pemikiran manusia adalah Socrates (470-399 SM), metode berpikir filsafat yang diperkenalkannya disebut dengan dialegesthai (dialektika: bercakap-cakap), Socrates sendiri menyebut dengan maieutika tekhne (seni kebidanan)
Pemikiran filsafat Yunani mencapai puncaknya pada Aristoteles (384-322 SM). Ia mengatakan bahwa tugas utama ilmu pengetahuan ialah mencari penyebab-Penyebab objek yang diselidiki :
1. Penyebab Material (material cause): bahan dari mana benda dibikin. 2. Penyebab Formal ( forma cause): bentuk yang menyusun bahan.
3. Penyebab Efesien (efecient cuase): yang menjalankan kejadian.
Hellenisme (hellenizein): berbahasa Yunani,
menjadikan Yunani.
Hellenisme adalah roh atau kebudayaan Yunani, yang sepanjang roh dan kebudayaan itu
memberikan ciri-cirinya kepada para bangsa yang bukan Yunani.
Pada zaman ini terjadi perubahan pemikiran filsafati, yaitu dari filsafat yang teoritis menjadi filsafat yang praktis.
Salah satu mazhab besarnya adalah Stoisisme: yang didirikan oleh Zeno 300 SM. Menurut Stoa: jagat raya dari dalam sama sekali ditentukan oleh suatu kuasa yang disebut logos (rasio). Jiwa manusia mengambil bagian dalam logos itu, sehingga berdasarkan rasionya, manusia sanggup mengenal orde universal dalam jagat raya. Ia akan hidup bijaksana dan bahagia, asal saja ia bertindak menurut rasionya.
Neoplatonisme: aliran ini bermaksud menghidupkan kembali filsafat Plato, tetapi juga merupakan semacam sintesa dari semua aliran filsafat yang ada sampai saat itu, di mana Plato diberi tempat yang istimewa.
Filsuf yang mencoba mensitesakannya adalah Plotinus (203-269 M). Sistem filsafat Plotinus berkisar pada konsep kesatuan (Allah: karena Allah Yang Satu [to Hen]). Semua berasal dari
“Yang Satu”, dan berhasrat pula untuk kembali kepada “Yang Satu”. Oleh karenanya dalam realitas seluruhnya terdapat
gerakan dua arah, dari atas ke bawah, dan dari bawah ke atas.
Zaman pertengahan di Barat adalah zaman keemasan bagi Kristen. Semboyan yang terkenal pada periode ini: ancilla theologia (abdi agama).
Filsafat zaman ini disebut dengan skolastik: filsafat abad pertengahan diusahakan oleh sekolah-sekolah, dan bahwa filsafat itu terikat pada tuntutan pengajaran disekolah-sekolah itu.
TokohThomas Aquinas (1125-1274 M). Ada dua macam pengetahuan: pengetahuan alamiah, yang berpangkal pada akal yang terang serta memiliki hal-hal yang bersifat insani umum sebagai sasarannya.
Pengetahuan iman, yang berpangkal dari wahyu dan memiliki kebenaran illahi, yang ada dalam kitab suci, sebagai sasarannya.
St. Augustinus (1354-1430). Tidak percaya akan kekuatan akal semata dalam mencapai kebenaran. Kebenaran utama adalah kebenaran teologis (wahyu), manusia tidak bisa mencapai pengetahuan sejati tanpa iluminasi kebenaran illahi.
Renaisans (kelahiran kembali): pada zaman ini berbagai gerakan
bersatu untuk menentang pola pemikiran abad pertangahan yang
dogmatis, sehingga melahirkan suatu perubahan revolusioner
dalam pemikiran manusia dan membentuk suatu pola pemikiran
baru dalam filsafat.
Zaman renaisans terkenal dengan era kelahiran kembali kebebasan
manusia dalam berpikir.
Renaisans adalah zaman atau gerakan yang didukung oleh cita-cita
lahirnya kembali manusia yang bebas (seperti zaman Yunani Kuno).
Nicolaus Copernicus
(1473-1543): matahari berada di
pusat jagad raya, dan bumi
memiliki dua gerakan: berputar
pada porosnya dan mengelilingi
matahari (heliosentrisme).
Rager Bacon (1214-1294):
pengalaman (empirik) menjadi
landasan utama bagi awal dan
tujuan akhir bagi semua ilmu
pengetahuan.
Filsafat zaman modern lahir dari rahim
renaisans dan diasuh oleh gerakan Aufklaerung
abad ke-18.
•
Semakin berkurangnya kekuasaan gereja.
•Semakin bertambahnya kekuasaan ilmu
pengetahuan.
•
Wacana filsafat yang menjadi topik utama pada zaman modern
adalah persoalan epistemologi (bagaimana manusia memperoleh
ilmu pengetahuan, apakah sarana yang paling memadai untuk
mencapai ilmu pengetahuan yang benar, dan apakah yang
dimaksud dengan kebenaran itu sendiri)
•
Rasionalisme: sumber pengetahuan yang memadai
dan dapat dipercaya adalah akal (rasio), sedangkan
pengalaman dipakai untuk mengukuhkan
pengetahuan yang telah diperoleh oleh akal. Tokoh
utama aliran ini Rene Descartes (1596-1650)
dengan digtumnya: saya berpikir, saya ada (
cogito ergo sum).
•
Empirisme: sumber ilmu pengetahuan yang
memadai adalah pengalaman, akal berfungsi untuk
mengatur dan mengolah bahan-bahan/data-data
yang diperoleh oleh pengalaman. Tokoh utamanya
Francis Bacon (1561-1626) dan David Hume
(1611-1776 M)
Fenomenologi (b. Yunani:
fenomenon
):
sesuatu yang tampak, yang terlihat karena
bercahaya, gejala. Jadi fenomenologi:
suatu aliran yang membicarakan
fenomena/gejala yang menampakkan diri.
Menurut para pengikut filsafat
fenomenologi, fenomen: apa yang
menampakkan diri dalam dirinya sendiri,
apa yang menampakkan diri seperti apa
adanya, apa yang jelas di hadapan kita.
Eksistensialisme adalah filsafat yang
memandang segala gejala dengan
berpangkal kepada eksistensi.
Eksistensi adalah cara manusia berada
di dunia. Manusia berada bersama
benda-benda. Benda-benda menjadi
berarti karena manusia. Di samping itu
manusia berada bersama-sama dengan
sesama manusia.
Di Amerika pragmatisme mendapat tempatnya yang
tersendiri di dalam pemikiran filsafati.
Pragmatisme adalah suatu aliran yang mengajarkan
bahwa yang benar ialah apa yang membuktikan
dirinya sebagai benar dengan perantaraan
akibat-akibatnya yang bermanfaat secara praktis.
Pegangan pragmatisme adalah logika pengamatan.
Aliran ini bersedia menerima segala sesuatu, asal
saja membawa akibat yang praktis.
Patokan pragmatisme adalah manfaat bagi hidup
Istilah postmodern muncul untuk pertama
kalinya di wilayah seni (Federico de Onis:
1930), kemudian dalam historiografi
(Toynbee: 1947), dalam filsafat oleh
Jean-Francois Lyotard (1984).