• Tidak ada hasil yang ditemukan

Investigasi Performasi Voice Over Internet Protocol (VoIP) Pada Jaringan Wireless Dengan Menggunakan Server Elastix

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Investigasi Performasi Voice Over Internet Protocol (VoIP) Pada Jaringan Wireless Dengan Menggunakan Server Elastix"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Investigasi Performasi Voice Over Internet Protocol (VoIP)

Pada Jaringan Wireless Dengan Menggunakan Server

Elastix

Junaedi Adi Prasetyo

1

, Toga Aldila Cinderatama

2

Politeknik Negeri Banyuwangi1, Politeknik Kediri2

Email : junaedi.prasetyo@poliwangi.ac.id1, togaaldila@poltek-kediri.ac.id2

Abstrak— Voice over Internet Protocol (VoIP) adalah salah satu bentuk komunikasi suara dengan menggunakan internet protocol sebagai media transportasi untuk berkomunikasi. Dalam satu dekade terakhir, teknologi ini merupakan salah satu teknologi penting di dalam dunia telekomunikasi selain perkembangan media telekomunikasi dari jaringan kabel ke jarigan nirkabel. Namun, perkembangan media telekomunikasi ini juga menimbulkan beberapa tantangan untuk teknologi VoIP. Seperti yang sudah kita ketahui bahwa teknologi nirkabel ini memang memberikan solusi untuk masalah jarak dan fleksibilitas. Namun, ada hal yang harus kita berikan perhatian khusus, yaitu dari segi kualitas (QoS). Dalam penelitian ini, kami fokus membahas tentang Implementasi VoIP menggunakan server elastix dan menggunakan jaringan nirkabel dengan harapan bahwa penelitian ini bermanfaat dalam perkembangan teknologi Voice over IP melalui jaringan nirkabel..

Kata Kunci VoIP, nirkabel, elastix, QoS

Abstract— Voice over Internet Protocol (VoIP) is a form of voice communication by using internet protocol as a transportation medium. In the recent years, this technology is one of the important technologies in the world of telecommunications, in addition to the development of telecommunications media from cable networks to wireless networks. However, the development of this telecommunication medium also poses several challenges for VoIP technology. As we already know that this wireless technology does provide solutions to the problem of distances and flexibilities, but there are many things that we should pay special attentions, such as the quality of services. (QoS). In this study, we focus on discussing the implementation of VoIP using Elastix on wireless networks and expected that this research is useful in the development of Voice over IP technology over wireless networks. Keywords: VoIP, wireless,e lastix, QoS

I. PENDAHULUAN

Voice over Internet Protocol (VoIP) adalah salah satu teknologi penting pada perkembangan telekomunikasi. VoIP adalah sebuah cara untuk membuat panggilan telepon dengan cara melakukan konversi suara menjadi sebuah paket untuk dikirimkan melalui jaringan berbasis packet-switched .VoIP merupakan satu teknologi telekomunikasi yang mampu melewatkan layanan komunikasi dalam jaringan Internet Protocol sehingga memungkinkan antar pengguna berkomunikasi suara dalam jaringan IP [1]. Pada awalnya, komunikasi suara menggunakan jaringan PSTN dimana

digunakan untuk mengirimkan lalu lintas data, dan internet sebenarnya kurang cukup memadai untuk transmisi lalu lintas real-time seperti VoIP.

Pada era sekarang, ada sekitar satu miliar pengguna saluran PSTN dan dua miliar telepon seluler di Dunia yang

menggunakan sistem PSTN. Dalam waktu dekat, kita akan melihat migrasi menuju ke jaringan VoIP.hal ini bisa dilihat dari trend semakin banyaknya pengguna VoIP, Misalnya ada lebih dari delapan puluh juta pelanggan Skype; aplikasi komersial VoIP yang sangat populer dan 55 juta per hari

panggilan dalam aplikasi what’s app call. VoIP telah

mendapatkan popularitas karena lebih banyak keuntungan yang dapat ditawarkan daripada sistem PSTN terutama suara yang ditransmisikan dalam bentuk digital yang memungkinkan VoIP untuk menyediakan lebih banyak fitur. Namun, VoIP masih mengalami beberapa kekurangan yang harus dipertimbangkan pengguna ketika mengimplementasikan sistem VoIP.

(2)

akses pada jaringan wireline sudah teratasi dengan adanya wireless. Penggunaan perangkat mobile seperti smartphone dan laptop juga semakin berkembang, jadi sudah seharusnya sistem VoIP dapat digunakan saat ini [2].

Penelitian ini dibuat untuk membangun jaringan VoIP dengan teknologi wireless menggunakan server elastix. Setelah implementasi selesai, dilakukan sebuah pengukuran komponen QoS ,seperti delay, jitter, packet loss. Hasil pengukuran ini diharapkan berguna untuk perkembangan teknologi VoIP.

II. LANDASAN TEORI a. VOIP

Voice over Internet Protocol (VoIP) adalah teknologi yang mampu mengirimkan data suara, video dan data yang berbentuk paket secara realtime dengan jaringan yang menggunakan Internet Protocol (IP) [4].

Tujuan pengimplementasian VoIP adalah untuk menekan biaya instansi (perusahaan, sekolah, rumah sakit, dll) maupun individu dalam melakukan komunikasi jarak dekat maupun jarak jauh (interlokal/ SLI). Penekanan biaya itu dapat dilakukan dengan cara memanfaatkan jaringan data yang sudah ada. Sehingga apabila ingin membuat jaringan telekomunikasi VoIP tidak perlu membangun infrastruktur baru yang biasanya memerlukan biaya yang besar. VoIP dalam penerapannya menggunakan sistem jaringan LAN dan didukung protokol-protokol VoIP. Beberapa standarisasi protokol komunikasi pada teknologi VoIP adalah SIP (Session Initiation Protocol) dan IAX2 (Internet Asterisk eXchange 2). Teknologi VoIP bekerja dengan cara mengubah suara yang merupakan sinyal analog menjadi sinyal digital yang dapat dikirimkan melalui jaringan yang memanfaatkan IP. Setelah diubah menjadi sinyal digital, kemudian ditranslasikan ke dalam paket-paket IP yang kemudian ditransmisikan melalui jaringan. Gambar.1 memperlihatkan cara kerja VoIP, dimana terjadi pertukaran data suara antara dua pengguna [5]

Gambar 1 : Proses Pertukaran Data Suara Antara Pengguna

Pada dasarnya, sistem VoIP dapat dikonfigurasi dalam mode berikut; PC ke PC, Telephony to Telephony dan PC to Telephony. VoIP terdiri dari tiga komponen penting di dalamnya, yaitu: CODEC (Coder / Decoder), packetizer dan playout buffer. Di sisi pengirim, sinyal suara analog dikonversi menjadi sinyal digital dan dikompresi ,lalu kemudian disandikan ke dalam format yang telah ditentukan menggunakan codec yang ditentukan. Ada berbagai codec suara yang dikembangkan dan distandardisasi oleh organisasi International Telecommunication Union Telecommunication (ITU-T) seperti G.711, G.729, dan GSM. Selanjutnya, proses

packetization dilakukan yang meng-fragment suara yang di-encode menjadi ukuran paket yang sama.

Untuk dapat melaksanakan tugasnya menyalurkan sinyal suara, VoIP harus didukung oleh beberapa komponen yaitu Terminal,Gateway VoIP, Multipoint Control Unit (MCU), Gatekeeper, dan Quality of service (QoS) VoIP [6].

Selanjutnya, di setiap paket, beberapa header protokol dari lapisan yang berbeda dilampirkan pada suara yang dienkode. Header protokol yang ditambahkan ke paket suara adalah Protokol Transportasi Waktu Nyata (RTP), Protokol.

Datagram Pengguna (UDP), dan InternetProtokol (IP) serta header lapisan data link. Selain itu, RTP dan Real-Time Control Protocol (RTCP) dirancang pada lapisan aplikasi untuk mendukung aplikasi real-time. Meskipun protokol transport TCP umumnya digunakan di internet, protokol UDP lebih disukai di VoIP dan aplikasi real-time sensitif lainnya.

Salah satu faktor yang paling memengaruhi kualitas VoIP adalah codec-decoder (codec) [7]. Codec merupakan algoritma untuk melakukan kompresi data suara yang bertujuan mengurangi jumlah byte yang dikirimkan dalam jaringan. Penggunaan codec yang tepat pada implementasi VoIP merupakan salah satu hal yang menentukan dalam pencapaian kualitas komunikasi VoIP [7]. Sedangkan decoder adalah algortima yag digunakan sebaliknya,yaitu untuk merubah bit yag dikonversi tadi menjadi bentuk suara

b. Wireless 802. 11

Wireless LAN adalah salah satu teknologi nirkabel yang sudah terstandar dan menjadi komponen penting dalam jaringan panggilan suara nirkabel pada saat ini. Arsitektur jaringan ini sebenarnya sama dengan Lokal Area Network (LAN),hanya saja untuk transmisi menggunakan frekuensi radio (RF) atau Inframerah (IR) dan tidak melalui kabel fisik / kabel, dan pada sub-layer MAC, teknologi ini menggunakan protokol standar yang berbeda. Keuntungan dari jaringan nirkabel adalah mobilitas, kesederhanaan, skalabilitas, kemampuan dan biaya efektivitas.

Secara sederhana, jaringan nirkabel memungkinkan sebuah node untuk dapat berkomunikasi dengan satu sama lain secara nirkabel dan dapat dikonfigurasi dengan dua cara yaitu: peer to peer dan infrastructure. Dalam mode peer to peer (P2P), setiap node bisa berkomunikasi secara langsung dengan node lainnya. Sedangkan pada metode infrastruktur, sebuah node harus melalui sebuah access point untuk berkomunikasi dengan node yang lain.

(3)

Jadi ketika ada terminal yang ingin mengirim paket ke terminal lain, paket akan dikirim ke AP,dan paket aka diteruskan ke tujuan. Di setiap terminal, salah satu standar WLAN IEEE 802.11 protokol dikerahkan. Ada beberapa protokol 802.11 yang digunakan dalam standar WLAN,diantaranya: 802.11a yang menggunakan frekuensi 5GHz dan data rate 54Mbps. Juga ada standar 802.11b yang mendukung frekuensi 2.4GHz dan 11Mbps atau 802.11g mendukung 2.4GHz dan 54 Mbps, dan 802.11n mendukung 2,4 atau 5 GHz dan 150Mbps. Biasanya standar ini dituliskan dalam bentuk “a”,”b”,”g”,”n”.

c. Elastix VoIP

Elastix adalah open source software yang menyatukan fungsi IP PBX, email, IM, faks, dan dalam satu software. Tujuannya adalah untuk menggabungkan semua alternatif komunikasi tersebut untuk dipakai di sebuah perusahaan/instansi. Elastix diinstal pada CentOS Linux dan memiliki banyak fitur/fungsi tersedia: IP Telephony, Server Email, Server Faks, Konferensi, Server Pesan Instan,dll. Paket perangkat lunak tersebut diwujudkan dengan fungsi PBX yang sangat penting di Elastix.

Gambar 3 : Fitur Operating System Elastix

Elastix didistribusikan oleh Linux dan mudah diadministrasikan Karena adanya web interface yang user friendly. Elastix juga dapat digunakan untuk perangkat telepon analog dengan menambahkan adapter dan juga perangkat lainnya berkat protokol SIP dan IAX yang diterapkan Asterisk. Penggunaan Elastix per server disarankan untuk organisasi, institusi dan perusahaan dengan jumlah extension maksimal 300 dan perkiraan jumlah percakapan simultan maksimal 90.

d. Sistem Pemanggilan VoIP

Sistem panggilan dalam VoIP dapat diuraikan seperti pada Gambar 4. Pada Gambar 4 tersebut dapat kita lihat gambaran sederhana dari SIP request seperti INVITE, ACK, SIP response seperti 100 INVITE dan 300 OK [5].

Berikut adalah gambaran proses pada Gambar 4:

1. Pengirim akan mengirimkan sinyal INVITE ke VOIP server.

2. Proxy server akan meneruskan message INVITE kepada penerima.

3. Nada dering akan berbunyi di penerima.

4. Jika penerima menerima panggilan tersebut, maka penerima akan mengirimkan pesan OK pada VoIP server. 5. VoIP server akan meneruskan message OK kepada

pengirim.

6. Telepon pengirim akan memberikan message acknowledge (ACK) ke VoIP server.

7. VoIP server akan meneruskannya kemesin tujuan yang benar.

8. Setelah proses pembentukan sambungan ini terbentuk, hubungan komunikasi suara akan terjadi.

Gambar 4 : Sistem Pemanggilan Dalam VoIP [9]

e. Kelebihan VoIP

Beberapa kelebihan VoIP adalah sebagai berikut :

1. Biaya lebih rendah untuk sambungan langsung jarak jauh. Penekanan utama dari VoIP adalah biaya. Dengan dua lokasi yang terhubung dengan internet maka biaya percakapan menjadi sangat rendah [3].

2. Memanfaatkan infrastruktur jaringan data yang sudah ada untuk suara. Seperti memanfaatkan jalur internet atau bandwidth yang telah di sewa ke ISP, sehingga tidak diperlukan lagi tambahan biaya atau menekan biaya percakapan telepon yang masihmenggunakan jalur Public Switched Telephone Network (PSTN) Telkom ( Fix line ) [3].

3. Penggunaan bandwidth yang lebih kecil daripada telepon biasa. Dengan majunya teknologi penggunaan bandwidth untuk voice sekarang ini menjadi sangat kecil. Teknik pemampatan data memungkinkan suara hanya membutuhkan sekitar 8kbps bandwidth [3]. 4. Memungkinkan digabung dengan jaringan telepon

lokal yang sudah ada. Dengan adanya gateway bentuk jaringan VoIP bisa disambungkan dengan PABX yang ada dikantor. Komunikasi antar kantor bisa menggunakan pesawat telepon biasa [3].

5. Berbagai bentuk jaringan VoIP bisa digabungkan menjadi jaringan yang besar. Contoh di Indonesia adalah VoIP Rakyat [3].

(4)

f. Kekurangan VoIP

Berikut beberapa kekurangan VoIP

1. Kualitas suara tidak sejernih Telepon biasa, dikarenakan faktor bandwidth yang dimiliki [3]. 2. Perlu dilakukan perjanjian dengan lawan bicara yang

hendak menggunakan voip dalam hal tersambungnya ke jalur internet [3].

3. Kualitas suara juga tergantung dari banyaknya paket atau pengguna internet dalam satu jalur yang sama [3]. 4. Peralatan penunjang yang masih relatif mahal [3]. 5. Regulasi dari pemerintah RI membatasi penggunaan

untuk disambung ke jaringan milik Telkom [3].

III IMPLEMENTASI SISTEM

Berikut adalah implementasi system yang dibuat untuk penelitian ini :

Gambar 5 : Implementasi Sistem

Sistem yang digunakan untuk penelitian ini terdiri dari sebuah server dan 8 client yang berupa smartphone. Server adalah sebuah computer dengan spesifikasi:

Tabel 1: Spesifikasi VoIP Server

No Spesifikasi Keterangan

1 Prosesor Core i3 2.2 GHz

2 RAM 8 GB

3 Hardisk 500 GB

4 LAN Realtek PCIe Family Controller

Server tersebut diinstal dengan Elastix yang sudah di bundle dengan IP PBX, sehingga nantinya kita tidak perlu menginstal paket tambahan lagi. Proses instalasi bisa dilihat pada panduan instalasi Elastix yang ada pada website.

Untuk pengukuran performansi, kita menggunakan VQ Manager sebagai program untuk mengetahui kualiatas VoIP. Program ini diinstal pada server dan digunakan untuk mengukur kualitas QoS (delay,jitter,packet loss) dari komunikasi yang sedang berlangsung. Panggilan bersamaan yang diukur hanya sebanyak empat panggilan bersamaan

Karena pada peneltian sebelumnya, server mamapu melayani denga baik untuk <6 jumlah panggilan bersamaan [10]. Berikut adalah tampilan VQ manager ketika sedang melakukan pengambilan data QoS dari komunikasi yang sedang berlangsung.

Gambar 6 : Hasil Pengukuran Menggunakan VQ Manager

Untuk Access Point, yang digunakan pada peneltian ini adalah type TP Link WR-841N dengan spesifikasi sebagai berikut :

Tabel 2 : Spesifikasi Access Point WR 841 N

Pengaturan yang dilakukan disini adalah pengaturan IP Address Access Point, DHCP untuk client dan pemilihan mode wireless yang akan digunakan dalam setiap pengambilan data. Jadi, setiap standar “b”,”g” dan “n” akan digunakan dan diuji satu persatu dalam pengambilan data QoS VoIP dan hasilnya akan ditampilkan pada grafik di bab selanjutnya. Gambar 7 adalah contoh pengaturan untuk pemilihan mode wireless.

Gambar 7 : Tampilan Pengaturan Mode Wireless WR 841 N

IV HASILDANANALISA Berikut adalah hasil pengukuran yang didapatkan :

a. Pengukuran Rx pada Pengguna

(5)

software free wifi analyzer yang ada di playstore android dengan menggunakan smartphone Sony Xperia Z3 untuk semua pengguna.

Gambar 8 : Pengukuran Rx di Smartphone

Gambar 9 : Hasil Pengukuran Rx Pengguna Berbanding dengan Jarak

Gambar 9 adalah hasil pengukuran sinyal yang diterima oleh pengguna smartphone dengan variasi jarak sebagai hasil pengukuran. Terdapat tiga grafik, yaitu “b”,”g”, dan”n” (standar wifi). Disini dapat kita lihat bahwa sinyal yang diterima pengguna dengan menggunakan tiga standar wifi tersbut hasilnya relatif sama. Contohnya pada pengukuran dengan jarak 20 meter, dengan ketiga mode tersebut menghasilkan hasil sekitar -63 dBm. Namun, pada pengukuran dengan jarak 60 m, ketika menggunakan standar n, smartphone kesulitan untuk menerima sinyal dari access point. Ini dikarenakan bahwa standar n mengurangi power transmitnya dikarenakan efek peningkatan kecepatan pada standar n. Dapat disimpulkan bahwa standar “b” lebih baik untuk fungsi jarak, namun ini tidak terlalu signifikan. Karena itu untuk pengukuran selanjutnya menggunakan VQ Manager, kami menggunakan jarak 20 meter agar pengukuran QoS kami tidak terlalu dipengaruhi oleh faktor jarak. Codec yang kami gunakan dalam pengukuran QoS adalah G.711 dengan bandwith 64 Kbps.

b. Pengukuran Delay

Pengukuran delay dilakukan dengan mengambil nilai rata rata jika panggilan lebih dari dua panggilan. Jadi jika ada tiga

panggilan, maka nilai rata rata dari delay komunikasi pertama,komunikasi kedua dan komunikasi ketiga akan diambil nilai reratanya.

Gambar 10 : Hasil Pengukuran Rata-rata Delay dengan Variasi Jumlah Panggilan Bersamaan

Dari hasil pengukuran delay pada Gambar 10 dapat dijelaskan bahwa jumlah panggilan mempengaruhi nilai delay dari suatu komunikasi VoIP. Semakin banyak jumlah panggilan, maka semkain tinggi nilai delay pada jaringan. Namun, untuk standar N, hal tersebut tidak terlalu mempengaruhi kualitas dikarenakan nilai delay masih berada di bawah nilai batas minimal delay,yaitu 300 ms.

c. Pengukuran Jitter

Jitter merupakan variasi dari delay atau selisih antara delay pertama dengan delay selanjutnya.

Gambar 11 : Hasil Pengukuran Rata-rata Jitter dengan Variasi Jumlah Panggilan Bersamaan

Hasil pengukuran jitter juga tidak jauh berbeda denga hasil pengukuran delay. Nilai jitter akan naik jika jumlah panggilan meningkat dikarenakan meningkatnya variasi delay. Pada Gambar.10 sangat jelas bahwa wireless mode “n” lebih baik untuk mengatasi jitter pada VoIP.

d. Pengukuran Packet Loss

(6)

Gambar 12 : Hasil Pengukuran Rata-rata Packet Loss Dengan Variasi Jumlah Panggilan Bersamaan

Gambar.12 adalah hasil pengukuran packet loss dengan jumlah panggilan bersamaan untuk masing masing standar wireless. Dapat kita lihat bahwa packet loss untuk mode “n” sangat kecil. Hal ini terjadi karena pada mode “n”, bandwith jaringan yang disediakan sangat besar dan bahkan melebihi dari jumlah bandwith yang dibutuhkan oleh empat panggilan bersamaan pada VoIP. Pada mode b,nilai loss sangat besar atau mendekat nilai maksimum rekomendasi ITU-T untuk VoIP dikarenakan bandwith pada mode “b” maksimum hanya 10 Mbps.

V.KESIMPULAN

Dari hasil penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa mode wireless sangat mempengaruhi kualitas dari kinerja VoIP. Jika kita ingin memperbesar jarak,maka mode “b” adalah pilihan paling tepat karena coverage area mode ini lebih besar daripada mode “g” atau “n”. Tetapi jika kita membutuhkan panggilan VoIP dengan kualitas bagus, maka mode “n” adalah pilihan paling tepat karena bandwith yang dimiliki sangat besar. Jumlah pengguna juga harus kita perhitungkan dalam implementasi system VoIP ini dikarenakan jika jumlah pengguna sedikit, maka kemungkinan jumlah panggilan bersama juga lebih sedikit. Jika jumlah pengguna sedikit,tetapi kita menggunakan mode “n” hanya akan membuang bandwith yang tersedia.

REFERENSI

[1] R. Handayani, “Voice Over Internet Protocol (VOIP) Pada Jaringan Nirkabel Berbasis Raspberry Pi,” KINETIK, vol. 2, no. 2, pp. 83-88, 2017.

[2] J. A. Prasetyo, Y. H. P. Isnomo and M. Kusumawardani, “Implementasi Dan Analisis Jaringan Wireless Voip Dengan Manajemen Routerboard Di Politeknik Negeri Malang,”Jurnal JARTEL (ISSN (print): 2407-0807 ISSN (online): 2407-0807), vol. 1, no. 1, pp. 85-97, Mei 2015. [3] A. T. Wibowo and T. Windarti, “Implementasi

Teknologi VoIP Dan E-Jabber Memanfaatkan Infrastruktur Jaringan Komputer (WIFI),” Jurnal Teknologi, vol. 7, no. 1, pp. 6-11, 2014.

[4] M. I. Wahyuddin, “Implementasi VOIP Computer To Computer Berbasis Freeware Menggunakan Session Initiation Protocol,” Jurnal Artificial, ICT Research Center UNAS, vol. 3, no. 1, pp. 50-59, 2009.

[5] D. F. J. Patih, H. Fitriawan and Y. Yuniati, “Analisa Perancangan Server VOIP (Voice Internet Protocol) dengan Opensource Asterisk VPN (Virtual Private Network) Sebagai Pengaman Jaringan Antar Client,” Jurnal Informatika dan Teknik Elektro Terapan, vol. 1, no. 1, pp. 42-48, 2012.

[6] E. Prasetyo, “Implementasi VoIP (Voice Over Internet Protokol) Pada Jaringan LAN (Local Area Network) Dinas Kesehatan Kabupaten Musi Banyuasin,” Jurnal Teknik Informatika Politeknik Sekayu (TIPS), vol. Volume II, no. 1, pp. 19-27, Februari 2015.

[7] G. F. Nama and H. D. Septama, “Analisis Performansi Voice Over Internet Protocol (VOIP) Berbasis Session Initiation Protocol (SIP) Pada Jaringan Wireless LAN IEEE 802.11,” Jurnal Masyarakat Telematika dan Informasi, vol. 5, no. 1, pp. 85-96, Juni 2014.

[8] L-Com, “L-Com,” L-COm Global Connectivity, 17 5 2016. [Online]. Available: http://www.l- com.com/content/Article.aspx?Type=N&ID=10638. [Accessed 5 25 2018].

[9] Y. Yuniati, H. Fitriawan and D. F. J. Patih, “Analisa Perancangan Server VoIP (Voice Internet Protocol) Dengan Opensource Asterisk Dan VPN (Virtual Private Network) Sebagai Pengaman Jaringan Antar Client,” Jurnal Sains, Teknologi dan Industri, vol. 12, no. 1, pp. 112-121, 2014.

Gambar

Gambar 1 : Proses Pertukaran Data Suara Antara Pengguna
Gambar 3 : Fitur Operating System Elastix
Gambar 5 : Implementasi Sistem
Gambar 9 : Hasil Pengukuran Rx Pengguna Berbanding dengan Jarak
+2

Referensi

Dokumen terkait

Tingginya penerapan pengelolaan tanaman terpadu berhubungan dengan dukungan ketersediaan sarana produksi yang sudah terfasilitasi dengan baik, dukungan kelompok tani sudah sangat

Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor

5 Saya merasa bingung dengan cairan yang berwarna keruh pada akhir haid itu termasuk darah haid atau tidak. 6 Saya merasa bingung dengan cairan yang berwarna kuning pada

Figure 4.2.: Connection of Current Transformers for Overcurrent Relay Overcurrent relays operate with inverse/definite time and instantaneous char- acteristics.. The

Instrumen penelitian ini menggunakan angket (Kuesioner). Data yang terkumpul diolah dengan menggunakan analisis statistik deksriptif dan analisis statistik inferensial

Untuk menentukan bobot kering suatu bahan, penimbangan dilakukan setelah bobot bahan tersebut tidak berubah lagi selama pengeringan berlangsung. Untuk itu dilakukan

Abstrak: Ushul fiqh dan qawaid al-fiqhiyyah merupakan dua disiplin ilmu yang sangat urgen bagi para ahli hukumIslam dalam pengembangan produk perbankan syri’ah,

Terdapat di dalam Peraturan Derah Tentang Perubahan Atas Peraturan Derah Nomor 12 Tahun 2011 tentang izin usaha dan kepariwisataan terdapat dalam Pasal 1 Ayat (5) yang