• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDI. docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "EVALUASI PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDI. docx"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN SISTEM GANDA (PSG) JURUSAN TEKNIK OTOMOTIF DI SMK N 1 PABELAN

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah “ Supervisi dan evaluasi pendidikan”

Dosen Pengampu: Prof. Dr. Slameto

oleh:

Siti Zubaidah

942015025

MAGISTER MANAGEMEN PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(2)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan Rahmat serta Hidayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan praproposal ini dengan baik dan lancar.

Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah supervisi dan evaluasi pendidikan, Prof.Dr. Slameto yang telah membantu saya dalam proses penyelesaian proposal kualitatif yang berjudul “Evaluasi Penyelenggaraan Program Pendidikan Sistem Ganda (PSG) Jurusan Teknik Otomotif Di SMK N 1 Pabelan ”.

Semoga praproposal ini dapat bermanfaat bagi kita semua, kurang lebihnya saya mohon maaf apabila masih ada kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan makalah ini, atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.

Salatiga, 25 November 2015

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...

ii

DAFTAR ISI...

iii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah... 3

C. Tujuan Masalah... 4

D. Manfaat Penelitian... 4 BAB II KAJIAN TEORI... 5 A. Evaluasi Program...

5

B. CIPP Model Evaluation... 6

C. Program Sisitem Ganda (PSG)... 8

D. Teknik otomotif... 9

E. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)...

10

F. Hasil Penelitian yang Relevan...

(4)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN...

11

A. Jenis dan Desain Penelitian...

11

B. Tempat dan Waktu Penelitian... 12

C. Jenis dan sumber data... 12

D. Teknik Pengumpulan Data... 12

E Validasi data ... 13

F. Teknik Analisis Data... 13

(5)

BAB 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan sebagai wahana utama pembangunan sumberdaya manusia perlu berperan dalam mengembangkan peserta didik menjadi sumberdaya manusia yang produktif dan memiliki kemampuan professional dalam melaksanakan pembangunan dalam menghadapi tantangan masa depan. Pendidikan merupakan dasar dalam mengembangkan potensi sumber daya manusia, karena melalui pendidikan seorang manusia dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilannnya sebagai modal dalam memasuki dunia kerja. Namun, pada kenyataannya bukanlah hal yang mudah bagi para lulusan yang telah mengikuti pendidikan untuk mendapatkan pekerjaan. Hal tersebut karena adanya kesenjangan antara pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki dengan kebutuhan di lapangan.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 dalam penjelasan pasal 15, yang berbunyi: “ Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang terentu.”Ditegaskan pula PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa “Pendidikan Menengah Kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mengutamakan pengembangan kemampuan siswa untuk jenis pekerjaan tetentu. Secara umum pendidikan di SMK bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peserta didik, guna menyiapkan mereka sebagai tenaga kerja tingkat menengah yang terampil, terdidik, memiliki etos kerja professional, serta mampu mengembangkan diri sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sehingga diharapkan lulusan SMK dapat lebih berorentasi pada kebutuhan dunia usaha dan industri.

(6)

meningkatkan relevansi antara kurikulum di sekolah dan kebutuhan dunia kerja tersebut maka pemerintah menetapkan kebijakan Link and Match melalui penyelenggaraan pendidikan sistem ganda (PSG).

Keberhasilan penyelenggaraan PSG menuntut perpaduan antara keharmonisan dan keseimbangan serta interaksi unsur esensial pendidikan yang terkait dengan pendidikan sistem ganda. Dibutuhkan pembelajaran menggunakan kurikulum yang relevan dengan dunia kerja yaitu pembelajaran yang benar-benar dapat mendidik siswanya sesuai dengan kondisi dunia kerja. Termasuk juga komponen sistem pendidikan seperti kualitas peserta didik , kompetensi guru dan fasilitas pembelajaran harus disesuaikan dengan kebutuhan dunia kerja.

Pendidikan sistem ganda merupakan program yang diawali sejak penerimaan siswa baru, proses pembelajaran (dilaksanakan sebagian di sekolah dan sebagian di industri) dan uji kompetensi siswa sebelum siswa menyelesaikan pendidikannya di SMK dengan bersinergi dengan industri. Zainal Arifin (2012 : 219) Keberhasilan PSG terletak pada kemampuan SMK dan dunia Usaha/Industri dalam mensinergikan diri dalam menjawab tantangan isu-isu yang berkembang, yang diterjemahkan dalam kebijakan bersama. Namun yang terjadi saat ini program PSG tidak murni lagi dijalankan, mulai dari penerimaan siswa baru tidak mengacu pada minat dan bakat yang dibutuhkan dunia kerja, guru produktif tidak memiliki pengalaman kerja di industri, pembelajaran tidak mengikuti perkembangan industri, ditambah lagi tidak terbangun sinergi antara sekolah dan industri secara baik dalam penyelenggaraan pendidikan system ganda (PSG).

(7)

oleh tidak ada minat, kurangnya kematangan vocasional dan kesulitan menyesuaiakan diri dari perubahan diantara sekolah dengan dunia kerja.

Sebagai jawaban atas kendala-kendala sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan sistem ganda tersebut, maka dilakukan sinkronisasi unsur-unsur esensial faktor sistem pendidikan dan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Ahim Surachim, (2013 : 424) Motivasi belajar siswa, kompetensi guru, fasilitas dan proses pembelajaran berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap efektifitas program pembelajaran PSG. Sucahyono (2008 : 88) untuk mencapai tujuan pembelajaran PSG baik dalam pengelolaan organisasi maupun pengelolaan personel hendaklah komponen-komponen pembelajaran PSG saling berinteraksi dan interpendensi.

SMK N 1 Pabelan sebagai sekolah menengah kejuruan yang memiliki program otomotif mensikapi kesenjangan antara perkembangan di dunia pendidikan dengan dunia industri khususnya industri otomotif salah satunya dengan cara memperkuat penyelenggaraan PSG, dalam meningkatkan mutu lulusannya.

Untuk mengetahui lebih jauh dan mendalam mengenai penyelenggaraan pendidikan sistem ganda di SMK N 1 Pabelan yang memusatkan diri pada program keahlian otomotif, penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Evaluasi Penyelenggaraan Program Pendidikan Sistem Ganda Jurusan Teknik Otomotif di SMK N 1 Pabelan”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, fokus penelitian ini adalah, Bagaimana karakteristik penyelenggaraan pendidikan sistem ganda (PSG) di SMK N 1 Pabelan? Fokus penelitian ini dijabarkan menjadi 3 (Tiga) subfokus.

1. Bagaimana context, input, process, product penyelenggaraan program PSG jurusan teknik otomotif di SMK N 1 Pabelan?

(8)

3. Bagaimana solusi untuk menanggulangi hambatan penyelenggaraan program PSG jurusan teknik otomotif di SMK N 1 Pabelan?

C. Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan bagaimana context, input, process, product penyelenggaraan program PSG jurusan teknik otomotif di SMK N 1 Pabelan

2. Mendeskripsikan apa faktor pendukung dan penghambat penyelenggaraan program PSG jurusan teknik otomotif di SMK N Pabelan

3. MendeskripsikanBagaimana solusi untuk menanggulangi hambatan penyelenggaraan program PSG jurusan teknik otomotif di SMK N 1 Pabelan

D. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis

1) Bagi akademik, dapat menambah atau memperkaya kajian teori di bidang ilmu pengetahuan khususnya mengenai pendidikan sistem ganda.

2) Bagi peneliti, dapat menjadi masukan atau sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya untuk meneliti hal yang sama.

b. Manfaat Praktis

1) Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan mutu pendidikan SMK N 1 Pabelan melalui penyelenggaraan PSG.

2) Bagi warga sekolah, penelitian ini diharapkan warga sekolah dapat lebih memahami mengenai arti pentingnya pendidikan sistem ganda dan menjadi referensi baru dalam melaksanakan program pendidikan sistem ganda di SMK.

(9)

BAB II. KAJIAN TEORI 1. Evaluasi Program

1.1 Pengerian evaluasi program

Program adalah kegiatan atau aktivitas yang dirancang untuk melaksanakan kebijakan dan dilaksanakan untuk waktu yang tidak terbatas. Kebijakan bersifat umum dan untuk merealisasikan kebijakan disusun berbagai jenis program.

Semua program perlu dievaluasi untuk menentukan apakah layanan atau intervensinya telah mencapai tujuan yang ditetapkan. Evaluasi program adalah metode sistematik untuk mengumpulkan, menganalisis, dan memakai informasi untuk menjawab pertanyaan dasar mengenai program dalam upaya menyediakan informasi untuk disampaikan kepada pengambil keputusan (Wirawan 2011: 17; Cronbach dan Stufflebeam (Arikunto dan Jabar 2009: 5)). Evaluasi program dapat dikelompokkan menjadi evaluasi proses (process evaluation), evaluasi manfaat (outcome evaluation) dan evaluasi akibat (impact evaluation). Evaluasi proses meneliti dan menilai apakah intervensi atau layanan program telah dilaksanakan seperti yang direncanakan; dan apakah target populasi yang direncanakan telah dilayani. Evaluasi ini juga menilai mengenai strategi pelaksanaan program. Evaluasi manfaat meneliti, menilai dan menentukan apakah program telah menghasilkan perubahan yang diharapkan.

Menurut Wirawan (2011: 22) tujuan evaluasi program adalah untuk : 1. Mengukur pengaruh program terhadap masyarakat

2. Menilai apakah program telah dilaksanakan sesuai dengan rencana 3. Mengukur apakah pelaksanaan program sesuai dengan standar

4. Evaluasi program dapat mengidentifikasi dan menemukan mana dimensi program yang jalan, dan mana yang tidak berjalan

5. Pengembangan staf program

6. Memenuhi ketentuan undang-undang 7. Akreditasi program

(10)

9. Mengambil keputusan terhadap program

10. Untuk pertanggungjawaban pimpinan dan pelaksana program 11. Memberikan balikan kepada pimpinan dan staf program

12. Mengembangkan teori ilmu evaluasi atau riset evaluasi

1.2 Model Evaluasi Program

Model-model evaluasi yang satu dengan yang lainnya memang tampak bervariasi, akan tetapi maksud dan tujuannya sama yaitu melakukan kegiatan pengumpulan data atau informasi yang berkenaan dengan objek yang dievaluasi. Selanjutnya informasi yang terkumpul dapat diberikan kepada pengambil keputusan agar dapat dengan tepat menentukan tindak lanjut tentang program yang sudah dievaluasi. Menurut Kaufman dan Thomas yang dikutib oleh Arikunto dan Jabar (2009: 40), membedakan model evaluasi menjadi delapan, yaitu:

1. Goal Oriented Evaluation Model, dikembangkan oleh Tyler. 2. Goal Free Evaluation Model, dikembangkan oleh Scriven.

3. Formatif Summatif Evaluation Model, dikembangkan oleh Michael Scriven. 4. Countenance Evaluation Model, dikembangkan oleh Stake.

5. Responsive Evaluation Model, dikembangkan oleh Stake

6. CSE-UCLA Evaluation Model, menekankan pada “kapan” evaluasi dilakukan. 7. CIPP Evaluation Model, dikembangkan oleh Stufflebeam.

8. Discrepancy Model, dikembangkan oleh Provus.

Pemilihan model evaluasi yang akan digunakan tergantung pada tujuan evaluasi. Dalam pelaksanaan evaluasi program PBL digunakan model CIPP oleh Stufflebeam.

(11)

Evaluasi Program CIPP Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pengambilan keputusan yang dikembangkan oleh Stufflebeam yang dikenal dengan CIPP Evaluation Model. CIPP merupakan singkatan dari Context, Input, Process and Product. Dalam buku Riset Terapan oleh Endang Mulyatiningsih (2011: 126), mengemukakan bahwa evaluasi CIPP dikenal dengan nama evaluasi formatif dengan tujuan untuk mengambil keputusan dan perbaikan program.

Komponen evaluasi meliputi: a. Context

Orientasi utama dari evaluasi konteks adalah mengidentifikasi latar belakang perlunya mengadakan perubahan atau munculnya program dari beberapa subjek yang terlibat dalam pengambilan keputusan (Mulyatiningsih 2011: 127).

b. Input

Evaluasi input dilakukan untuk mengidentifikasi dan menilai kapabilitas sumber daya bahan, alat, manusia dan biaya, untuk melaksanakan program yang telah dipilih (Mulyatiningsih (2011: 129).

c. Process

Evaluasi proses bertujuan untuk mengidentifikasi atau memprediksi hambatan-hambatan dalam pelaksanaan kegiatan atau implementasi program. Evaluasi dilakukan dengan mencatat atau mendokumentasikan setiap kejadian dalam pelaksanaan kegiatan, memonitor kegiatan-kegiatan yang berpotensi menghambat dan menimbulkan kesulitan yang tidak diharapkan, menemukan informasi khusus yang berada diluar rencana; menilai dan menjelaskan proses secara aktual. Selama proses evaluasi, evaluator dituntut berinteraksi dengan staf pelaksana program secara terus menerus (Mulyatiningsih 2011: 130-131).

d. Product

(12)

3. Pendidikan Sistem Ganda (PSG)

Pendidikan sistem ganda sebagai alternatif pola pembelajaran di SMK ditetapkan dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia Nomor 323/U/1997 pasal 1 ayat 1, dalam Ahim Surachim (2013 : 421) yaitu:

“ PSG adalah suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian kejuruan yang memadukan secara sistematik dan sinkron program pendidikan di sekolah menengah kejuruan dengan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui bekerja langsung pada pekerjaan sesungguhnya di institusi pasangan, terarah untuk mencapai suatu tingkat keahlian profesional tertentu.”

PSG merupakan suatu kombinasi antara penyelenggaraan pembelajaran di sekolah (SMK) dengan penyelenggaraan praktek kerja industri (prakerin) di institusi kerja pasangan (perusahaan; jasa, dagang, industri), secara sinkron dan sistematis, bertujuan menghantarkan peserta didik pada penguasaan kemampuan kerja tertentu, sehingga menjadi lulusan yang berkemampuan relevan seperti yang diharapkan. PSG yang dikenal dengan istilah dual system menurut Pakpaham, (1995) dalam Anwar (2006: 48) adalah :

“Model penyelenggaraan pendidikan kejuruan dimana perencanaan dan pelaksanaan pendidikan diwujudkan dalam bentuk kemitraan antara dunia kerja dengan sekolah, sehingga penyelenggaraan pendidikan berlangsung sebagian di sekolah dan sebagian lagi di dunia usaha atau industri.”

(13)

yang berkembang di lingkungan kerja. Sedangkan menurut Ahim Surachim (2013 : 421) PSG adalah:

“Pendekatan yang menggabungkan pelaksanaan pembelajaran di sekolah dan prakerind di lembaga mitra, melalui keterlibatan langsung dan aktif dalam kegiatan pembelajaran di lembaga mitra sehingga menghasilkan lulusan yang mampu mengisi kebutuhan pasar kerja dan memiliki keahlian khusus.”

Dari pengertian diatas, tampak bahwa PSG mengandung beberapa pengertian, yaitu : (1) PSG adalah suatu program yang meliputi keseluruhan program sekolah mulai dari kelas 1 sampai terakhir, atau mulai dari penerimaan peserta didik baru (PSB) sampai menghasilkan dan memasarkan tamatan (2) PSG terdiri dari gabungan subsistem pendidikan di Sekolah dan sub sistem pendidikan di dunia kerja/industri; (3) PSG merupakan program pendidikan yang secara khusus bergerak dalam penyelenggaraan pendidikan keahlian professional: (4) penyelenggaraan program pendidikan di sekolah dan di dunia kerja/industri dipadukan secara sistematis dan sinkron, sehingga mampu mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan: dan (5) proses penyelenggaraan pendidikan di dunia kerja/industri lebih ditekankan pada kegiatan bekerja sambil belajar secara langsung pada keadaan yang nyata.

4. Teknik Otomotif

Tehnik otomotif adalah salah satu cabang ilmu teknik mesin yang mempelajari tentang bagaimana merancang, membuat dan mengembangkan alat-alat transportasi darat yang menggunakan mesin, terutama sepeda motor, mobil, bis dan truk. Teknik otomotif menggabungkan elemen - elemen pengetahuan mekanika, listrik, elektronik, keselamatan dan lingkungan serta matematika, fisika, kimia, biologi dan manajemen.

(14)

perawatan dan perbaikan motor otomotif, (b) perawatan dan perbaikan chasis dan pemindah tenaga, (c) perawatan dan perbaikan sistem kelistrikan otomotif.

5. Sekolah Menengah Kejuruan

Sekolah Menengah Kejuruan adalah suatu lembaga pendidikan yang berfungsi memenuhi atau memuaskan kebutuhan-kebutuhan peserta didik dalam hal pendidikan. Pemenuhan kebutuhan peserta didik sangat penting dalam rangka pertumbuhan dan perkembangannya. Perkembangan peserta didik SMK harus mengacu kepada kerangka kebutuhan pendidikan nasional termasuk kebutuhan meningkatkan keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja.

Definisi SMK berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nonor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu. PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional, menjelaskan SMK secara lebih spesifik, bahwa pendidikan menengah kejuruan adalah pendidikan pada jenjang pendidikan menengah yang mengutamakan pengembangan kemampuan siswa untuk jenis pekerjaan tertentu.

6. Penelitian yang relevan

(15)

pengembangan layanan yang berbeda, kontradiktif, kompleks, dan variatif. Dibutuhkan pembelajaran dari guru yang kompeten dalam penguasaan materi, peralatan belajar, sumber belajar, dan aplikasi teknologi informasi. Perpaduan pembelajaran antara sekolah dengan Industri dalam bentuk pendidikan sistem ganda, yang merupakan sinkronisasi layanan belajar yang menggabungkan pembelajaran di sekolah dengan di industri adalah solusi yang tepat (Ahim Surachim, 2013)

Penelitian yang dilakukan oleh Okoye, K R E; Chijioke, Okwell yang berjudul Private-Publik Partnership And Technical Vocasional Education and Training (TVET) In Edeveloping Economy menjelaskan; “the long-term well-being of any country depends on the economic viability of her citizenry, and quality supports and good training given to youths in partnership collaboration between private and public sectors is an important element to enhance the economic potentiality of the nation. It is believed that partnership collaboration in providing technical and vocational education (TVET) will make the difference. Adequate education in TVET ensures the production of skilled workforce who possesses knowledge and attitudes needed for professional career”. Dalam waktu jangka panjang kesejahteraan negara manapun tergantung pada kelayakan ekonomi dari warga, dan mendukung kualitas dan pelatihan yang baik diberikan kepada pemuda dalam kolaborasi kemitraan antara sektor publik dan swasta merupakan elemen penting untuk meningkatkan potensi ekonomi bangsa. Hal ini diyakini bahwa kerjasama kemitraan dalam memberikan pendidikan teknis dan kejuruan (TVET) akan membuat perbedaan. Pendidikan yang memadai di TVET memastikan produksi tenaga kerja terampil yang memiliki pengetahuan dan sikap yang diperlukan untuk karir professional (Okeye, dkk, 2013).

BAB III. METODE PENELITIAN 1. jenis penelitian

(16)

lapangan ini menggunakan data kualitatif, dimana penelitian memaparkan atau menggambarkan data temuan penelitian dalam bentuk kalimat-kalimat berupa keterangan dan pernyataan-pernyataan dari responden sesuai dengan kenyataan yang ada tentang pelaksanaan PSG jurusan teknik otomotif di SMK N 1 Pabelan.

2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMK N 1 Pabelan, dengan alamat Jl. Salatiga -Dadapayam Km. 8 Kelurahan Sumberrejo, Kec. Pabelan, Kab. Semarang 50771. Alasan penetapan lokasi penelitian adalah:

a. Salah satu SMK yang berada di daerah pabelan yang memiliki program keahlian teknik otomotif.

b. SMK N 1 Pabelan memiliki kualitas yang bagus pada jurusan teknik otomotif

3. Jenis dan sumber data 3.1.1 Data Primer

Data ini adalah data yang diperoleh dari sumbernya secara langsung. Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah Kepala sekola SMK N 1 Pabelan, guru yang mengajar PSG jurusan teknik otomotif, dan siswa yang melakukan program PSG jurusan teknik otomotif.

3.3.2 Data Sekunder

Data ini diperoleh dari data yang sudah ada dan mempunyai hubungan dengan masalah yang diteliti atau sumber data pelengkap yang berfungsi melengkapi data-data yang diperlukan oleh data-data primer, antara lain berupa dokumen-dokumen mengenai Program PSG, yakni dokumen program PSG tahunan/semester, rencana kegiatan harian, dan dokumen penilaian.

4. Teknik Pengumpulan Data

(17)

mendapatkan data. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (a) observasi berpartisipasi, (b) interview mendalam atau wawancara, (c) dokumentasi. Untuk itu disusun sejumlah pedoman pengumpulan data (sementara), yang dapat dikembangkan dan dimodifikasi oleh peneliti selama pengumpulan data di lapangan.

5. Validasi Data

Untuk mengecek keabsahan temuan ini, penulis memakai teknik triangulasi. Pemeriksaam yang dilakukan penulis antara lain dengan :

a. Triangulasi data dengan cara membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara, data hasil wawancara dengan dokumentasi dan data hasil pengamatan dengan dokumentasi. Hasil perbandingan ini diharapkan dapat menyatukan persepsi atas data yang diperoleh.

b. Triangulasi metode, dengan cara mencari data lain tentang sebuah fenomena yang diperoleh dengan menggunakan metode berbeda yaitu wawancara dan dokumentasi. Kemudian hasil yang diperoleh dengan menggunakan metode ini dibandingkan dan disimpulkan sehingga memperoleh data yang bisa dipercaya.

c. Triangulasi sumber, yaitu dengan cara membandingkan kebenaran suatu fenomena berdasarkan data yang diperoleh oleh penulis, baik dilihat dari dimensi waktu maupun sumber lain.

Pengecekan keabsahan data penelitian ini, penulis melakukan tiga hal tersebut diatas sebagai penyatuan persepsi dari hasil data yang diperoleh penulis dari pihak kepala sekolah, guru, dan siswa maupun semua hal yang diperoleh penulis dalam observasi atau pengamatan PSG jurusan teknik otomotif di SMK N 1 Pabelan.

(18)

Data yang terkumpul dalam penelitian ini dianalisis dengan model CIPP (context, input, process, product). Dari data yang terkumpul, maka penulis merangkum, memilih, dan mengkategorikan dan memaknakan data sesuai fokus pembahasan. Display atau penyajian data dilakukan dalam bentuk teks yang bersifat naratif, teks dialog dan juga tabel kualitatif. Setelah itu, baru dilakukan penarikan kesimpulan.

DAFTAR PUSTAKA

Ahim Surachim, 2013. Dual Education System (PSG) Effectiveness to Improving SMK Graduates Quality, International Journal of Science and Research (IJSR), India Online ISSN : 2319-7064 Volume 2 Issue 6, June 2013.

Aktaruzzaman,Md; Clemen, Che Kum. Vocational Education And Training (VET) In Human Resource Development : Acase Of Banglades. Academic Research International 1.1 (Juli 2011): 266-275

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Arikunto, S dan Jabar, C.S.A. 2009. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Cepi Triatna, Menggagas Sinergitas Dunia Pendidikan Dengan Dunia Industri dan Dunia Usaha. Bahan Kajian Forum Peningkatan Mutu Pendidikan Propinsi jabar 2010. Sekretaris Pusat Pengkajian Pedagogik UPI.

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rieneka Cipta

(19)

ICF GHK, 2012. Developing 2010 “dual vocational training” to support the labour market insertion of young people:can Spain catch up with germany? Mutual learning Programme Case Study.

Jonas Masdonati, 2010. Vocational education and Training Attrition and the School to Work transition. Education & Training Vol. 52 No 5, 2010

Makworo Edwin Obwoge, Samuel Muchiri Mwangi, Wesonga Justus Nyongsea. 2013. Linking TVET Institutions and Industry in Kenya : Where Are We? International Journal of Economy, Management and Social Science. ISSN 2306-7276

Matthew B. Miles & A. Michael Huberman, 2009. Analisis Data Kualitatif. Jakarta : Universitas Indonesia (UI-Press)

Moh. Uzer Usman, 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Moleong, 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Muliati, A. 2007. Evaluasi Program Pendidikan Sistem Ganda suatu penelitian evaluatif berdasarkan Stake Countenance model mengenai Program Pendidikan Sistem Ganda pada sebuah SMK di Sulawesi Selatan. (2005/2007).

Ngainun Naim, 2011. Menjadi Guru Inspiratif. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Nurharjadmo Wahyu, 2008. Evaluasi Implementasi Kebijakan Pendidikan Sistem Ganda Di Sekolah Kejuruan, Spirit Publik Volume 4, Nomor 2, ISSN. 1907-0489 Oktober 2008.

(20)

Arabian Journal of Business and Management Review (Oman Chapter) 2.10 (May 2013)

Samsudi, 2012. Menuju Guru Profesional. Program Pasca Sarjana Unnes

Referensi

Dokumen terkait

Pengguna hak pilih dalam Daftar Pemilih Khusus Tambahan (DPKTb)/pengguna KTP dan KK/Nama sejenis lainnyta.. Jumlah seluruh pengguna Hak

kurangnya alat bukti dan dilakukannya pemisahan ( splitsing ) terhadap berkas perkara, sedangkan, pihak yang mendukung atas penggunaan saksi mahkota tersebut dalam proses

modifikasi, GI atau pembelajaran langsung pada masing-masing tipe kemandirian belajar. 4) Prestasi belajar matematika yang lebih baik antara siswa dengan kemandirian

Hasil peneletian ini menunjukan bahwa akad jual beli murābaḥah yang diterapkan pada pembiayaan KPR di BRI Syariah Kantor Cabang Pembantu Ajibarang telah sesuai

PENERAPAN MODEL REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS II SEKOLAH DASAR PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA Universitas Pendidikan Indonesia

Berdasarkan tabel di atas, responden yang memilih sangat tidak setuju prosentase terbesar adalah 54,2% untuk item pernyataan “Tidak mampu menghargai pendapat orang lain

Berdasarkan penelitian di atas, maka dibuatlah sistem pendukung keputusan yang diharapkan berfungsi untuk membantu pihak JSC (Jakarta Smart City) untuk melakukan

Oleh karena untuk itu, untuk menulis paragraf persuasi yang bersifat membujuk sehingga siswa harus memahami pola penalaran terlebih dahulu karena penalaran proses aktivitas