• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURNAL ILMIAH ANALISIS KEBIJAKAN DAN KEB (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "JURNAL ILMIAH ANALISIS KEBIJAKAN DAN KEB (1)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL ILMIAH

ANALISIS KEBIJAKAN DAN KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOPERASI DAN PARIWISATA DI NUSA TENGGARA TIMUR

(Studi Kasus : Di Kabupaten Sabu Raijua dan Sumba Barat Daya)

Apriana H. J. Fanggidae, SE,MSi

Abstrak

Penelitian tahun pertama melalui pengamatan, wawancara dengan pihak terkait dan FGD diketahui bahwa perkembangan koperasi dan pariwisata di Sabu Raijua dan SBD menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan namun tantangan yang dihadapi masih cukup berat dan masih terdapat beberapa kelemahan dan ancaman yang perlu dicari solusi pemecahannya. Karena dalam perkembangannya para pelaku ekonomi baik dari bidang koperasi dan pariwisata dituntut memiliki kinerja yang lebih efisien dan produktif dengan tingkat daya saing yang tinggi. Mengingat strategisnya posisi koperasi dan menyadari besarnya potensi koperasi, maka diperlukan kebijakan dan langkah-langkah operasional pemberdayaan yang lebih intensif dan terpadu serta perlunya data base koperasi yang dapat mempermudah, mempercepat pemahaman dan pengetahuan tentang keberadaan suatu koperasi dan pengelolaannya. Koperasi berkualitas adalah badan usaha yang mengorganisir pemanfaatan dan pendayagunaan sumber daya ekonomi para anggotanya atas dasar prinsip-prinsip koperasi dan kaidah usaha ekonomi untuk meningkatkan taraf hidup anggota pada khususnya dan masyarakat daerah kerja pada umumnya dengan berlandaskan pada gerakan ekonomi rakyat dan sokoguru perekonomian nasional. Potensi atraksi alam, pantai, budaya dan adat istiadat yang beraneka ragam memberikan peluang bagi daerah khususnya SBD dan Sabu Raijua meningkatkan pendapatan daerah melalui pengembangan pariwisata. Kegiatan pencapaian kebijakan dimulai dengan melakukan survey dan sampai pada tujuan akhir yaitu tindak lanjut dengan model Rantai Nilai. Hasil penelitian ini mendorong peneliti melakukan penelitian lanjutan untuk tahun kedua dengan tujuan kegiatan yaitu Studi Kelayakan Model Kemitraan Pemerintah Swasta dan Perguruan Tinggi dalam Pengembangan Koperasi dan Pariwisata di NTT. Dari penelitian ini diharapkan menghasilkan luaran berupa Model Kelayakan kemitraan Pemerintah, Swasta, dan PT dalam pengembangan koperasi dan Pariwisata di NTT dan Publikasi Ilmiah serta Bahan Ajar. Populasi dalam penelitian ini adalah mereka yang terlibat dalam pengembangan koperasi dan pariwisata. Pengambilan sampel diambil sesuai kebutuhan/kepentingan penelitian di Kabupaten Sabu Raijua dan SBD. Hasil penelitian sementara bahwa produk pariwisata yang menjadi unggulan dan layak dikembangkan adalah 1) Sabu Raijua: Lonta r, jagung, sorgum, rumput laut, atraksi budaya, atraksi laut/pantai dan atraksi tenun ikat. 2) Sumba Barat Daya: jagung, pisang, kuda, kerbau, tebu, kakao, jambu mete, atraksi budaya, atraksi alam pegunungan, atraksi laut/pantai dan atraksi tenun ikat. Da n koperasi yang layak dipercayakan untuk mengembangkan potensi pariwisata adalah: 1) Sabu Raijua: Koperasi Mira Kaddi Hari, KSU Habba Rae dap KSU Saliko. 2) Sumba Barat Daya: KSP Iya Teki, KSP Eta Dabba, Kopwan Analalo, Hotel “Newa Resort”, Kopwan Wali Ate dan Koperasi Tamera.

(2)

PENDAHULUAN

Koperasi berpeluang besar mengelola agroekoturisme dengan memperoleh manfaat berupa pengembangan usaha koperasi yang menguntungkan, optimalisasi pelibatan masyarakat anggota koperasi, serta melestarikan lingkungan dan budaya daerah. Dari segi geografis daerah NTT mempunyai posisi strategis untuk pengembangan sektor pariwisata sebagai sektor unggulan dalam pembangunan ekonomi masyarakat untuk menyerap tenaga kerja, memperluas kesempatan berusaha, meningkatkan pendapatan asli daerah, menambah penghasilan devisa dan pada gilirannya meningkatkan kesejahteraan penduduk. Hasil penelitian tahun pertama bahwa perkembangan koperasi dan pariwisata di Sabu Raijua dan SBD menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan namun tantangan yang dihadapi masih cukup berat dan masih terdapat beberapa kelemahan dan ancaman yang perlu dicari solusi pemecahannya. Karena dalam perkembangannya para pelaku ekonomi baik dari bidang koperasi dan pariwisata dituntut memiliki kinerja yang lebih efisien dan produktif dengan tingkat daya saing yang tinggi. Mengingat strategisnya posisi koperasi dan menyadari besarnya potensi koperasi, maka diperlukan kebijakan dan langkah-langkah operasional pemberdayaan yang lebih intensif dan terpadu serta perlunya data base koperasi yang dapat mempermudah, mempercepat pemahaman dan pengetahuan tentang keberadaan suatu koperasi dan pengelolaannya. Dari sisi pariwisata potensi atraksi alam, pantai, budaya dan adat istiadat yang beraneka ragam memberikan peluang bagi daerah khususnya SBD dan Sabu Raijua meningkatkan pendapatan daerah melalui pengembangan pariwisata. Kegiatan pencapaian kebijakan dimulai dengan melakukan survey dan sampai pada tujuan akhir yaitu tindak lanjut dengan model Rantai Nilai. Untuk itu Pemerintah dituntut bersikap tegas yakni tidak akan menggunakan lagi sistem proteksi dalam pengembangan dunia usaha tetapi lebih banyak berperan sebagai penyedia fasilitas, pembuat dan penegak peraturan dan pemberi bantuan perkuatan bagi yang lemah. Pemerintah Daerah wajib mengembangkan dan melindungi usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi dalam bidang usaha pariwisata dengan cara: Membuat kebijakan, pencadangan usaha pariwisata untuk usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi; Memfasilitasi kemitraan usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi dengan usaha skala besar. Pemerintah perlu memiliki dan menetapkan konsep pengembangan program OVOP yang sesuai dengan potensi masing-masing daerah dengan mengacu pada Model Kebijakan Pengembangan Koperasi Dan Pariwisata yang telah dibuat oleh peneliti melalui model kemitraan Pemerintah, Swasta, dan PT dalam pengembangan koperasi dan Pariwisata di NTT. Permasalahan utama dalam penelitian ini adalah

”Bagaimana Kelayakan Model kemitraan Pemerintah, Swasta, dan PT dalam pengembangan koperasi dan Pariwisata di NTT, Studi Kasus Kabupaten Sabu Raijua dan Kabupaten Sumba Barat Daya”.

TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan untuk mencapai tujuan sebagai berikut : Menganalisis kelayakan model kemitraan Pemerintah, Swasta, dan PT dalam pengembangan koperasi dan Pariwisata di NTT

METODE PENELITIAN Luaran Penelitian

Luaran Wajib dalam penelitian ini adalah Model Kelayakan kemitraan Pemerintah, Swasta, dan PT dalam pengembangan koperasi dan Pariwisata di NTT dan Publikasi Ilmiah serta Luaran Tambahan Berupa: Bahan Ajar

Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Kabupaten Sabu Raijua dan Kabupaten Sumba Barat Daya, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

(3)

Populasi dalam penelitian ini adalah mereka-mereka yang terlibat dalam pengembangan koperasi dan pariwisata. Pengambilan sampel diambil sesuai kebutuhan/kepentingan penelitian di Kabupaten Sabu Raijua dan SBD serta ditempuh melalui beberapa tahap, yakni: a. Penarikan sampel potensi dan data base dilakukan secara purposif dengan dasar pertimbangan terdapat potensi atraksi wisata alam dan wisata budaya serta beberapa jenis koperasi. Pemilihan 2 daerah kabupaten sampel dilakukan dengan metode pakar yang menggunakan kriteria daerah yang memiliki atraksi obyek wisata alam dan budaya yang sangat potensial serta daerah yang baru mekar dan tepat untuk merancang dan mengembangkan kerjasama bidang koperasi dan pariwisata. b. Pengambilan sampel pembuat kebijakan diperoleh dari Dinas Koperasi, Dinas pariwisata dan Pemerintah Daerah terkait serta disesuaikan dengan sampel potensi koperasi dan pariwisata di daerah kabupaten terpilih. c. Sampel sumber daya manusia, menunjuk pada pengelola objek wisata, biro perjalanan dan pengrajin souvenir yang di lakukan secara sensus. d. Sampel masyarakat dilakukan dengan teknik sampel secara snow ball dimana masyarakat yang terpilih dibatasi pada orang-orang yang berpengaruh di sekitar objek wisata tersebut.

Jenis Data Dan Teknik Pengumpulannya

Penelitian ini didasarkan pada dua jenis data yakni data primer dan data sekunder. Data primer akan dideteksi langsung dari sumber primer, yakni responden (individu dan institusi) yang terlibat dalam kegiatan pariwisata. Data sekunder sebagai pelengkap akan ditelusuri dari berbagai pihak, meliputi Badan Pusat Statistik NTT dan Kabupaten serta lembaga/instansi terkait yang relevan yang turut menunjang kegiatan pariwisata. Serta untuk memperoleh data dilapangan diperlukan berbagai teknik pengumpulan data yaitu melalui :

1. Penelitian lapangan melalui cara:

 Observasi : pengumpulan data baik berupa laporan-laporan, tulisan-tulisan, buku-buku maupun dokumen lain tentang koperasi dan pariwisata dan mengadakan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti.

 Kuesioner : menggunakan daftar yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh responden sebagai sampel yang terpiiih.

 Wawancara : dilakukan terhadap responden dan semua pihak yang terkait dengan masalah yang akan diteliti agar dapat rnengungkap fakta yang terjadi dilapangan.

 Diskusi terfokus: diskusi dengan para pengambil kebijakan dari dinas terkait.

Studi Kepustakaan

Penelitian ini dilakukan dengan cara membaca, mendalami dan menelaah berbagai literatur dari perpustakaan yang bersumber dari buku-buku teks, jurnal ilmiah, majalah-majalah maupun penelitian-penelitian terdahulu yang relevan dengan topik penelitian.

Tahapan, Luaran dan Indikator Capaian yang Terukur

(4)

Gambar 3

Model Kebijakan Pengembangan Koperasi Dan Pariwisata Di Kabupaten Sabu Raijua Dan Kabupaten Sumba Barat Daya

HASIL YANG DICAPAI

Gambaran Umum Potensi Daerah Sabu Raijua

Pulau Sabu dan Raijua “Surga Kecil yang Tersesat di Tengah Samudra”

Gambar 4. Atraksi dan budaya derah PENINGKATAN

KUALITAS PRODUK DAN SDM

INOVASI TEKNOLOGI

PROGRAM OVOP

LEMBAGA

KOPERASI PARIWISATA PENGELOLA

KOPERASI JASA

ATRAKSI PARIWISATA DAN BUDAYA DAERAH

 Pengembangan kelembagaan dan bantuan pendidikan, pelatihan, penyuluhan bagi pengelola Koperasi;

 Bimbingan usaha Koperasi

 Memperkokoh permodalan dan pembiayaan Koperasi;

 Bantuan pengembangan jaringan usaha Koperasi dan kerja sama

 Bantuan konsultasi dan fasilitasi

1. Membuat kebijakan,

2. Memfasilitasi kemitraan usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi dengan usaha skala besar.

POTENSI UNGGULAN PARIWISATA DAN LEMBAGA

KOPERASI TERBAIK

PEMERINTAH, LSM, PERGURUAN

(5)

Kabupaten Sabu Raijua (Sarai) memiliki jumlah penduduk sekitar kurang lebih 75.000 orang dengan luas wilayah sekitar 467 Km2 Pulau Sabu dan Raijua memiliki satu Bahasa daerah (Bahasa Sabu) dan memiliki 5 dialek berbeda. Untuk komunikasi sehari-hari, orang di pulau ini biasanya menggunakan bahasa Melayu Kupang dan daerah Sabu dengan dialeknya masing-masing. Letak Pulau Sabu dan Raijua yang jauh dari Kota dan Pulau-pulau besar di NTT, seakan membuat keduanya tersesat dalam kesendirian di tengah samudra. Memiliki 3 dermaga dan 1 lapangan udara kecil untuk pesawat merpati kecil, tapi tetap saja keduanya terisolir pada bulan-bulan tertentu, yaitu sekitar bulan November-Januari. Pada bulan-bulan itu biasanya cuaca tidak bersahabat dan gelombang laut bisa mencapai 3-4 meter sehingga membuat Kapal Fery yang merupakan alat transportasi utama warga pulau ini tidak beroperasi seperti biasa. Alternatifnya yaitu dengan menggunakan pesawat, tapi karena pesawat yang beroperasi ke pulau Sabu hanya pesawat kecil (Susi Air) berkapasitas sekitar 20 orang. Maka otomatis orang-orang yang ingin masuk ataupun keluar dari kedua pulau ini menjadi tersendat.

Potensi Pariwisata dan Budaya Daerah

Potensi pariwisata di Kabupaten ini sungguh menakjubkan. Baik wisata alam, wisata bahari dan wisata budaya semuanya ada di Sabu Raijua. Bahkan hingga kini, masih ada agama suku (Jingitiu, sebutan agama suku) yang masih dianut oleh masyarakat Sabu Raijua. Ir. Marthen Luter Dira Tome dan Drs. Nikodemus Rihi Heke, M.Si adalah Bupati dan Wakil Bupati pertama di Kabupaten Sabu Raijua. Keduanya dipercayakan oleh mayoritas pemilih di Kabupaten Sabu Raijua pada Pilkada pertama di kabupaten itu setahun silam. Meski masih

“balita” Kabupaten Sabu Raijua kini tengah bergeliat dalam pembangunan menuju Kabupaten

yang inovatif, maju dan bermartabat. Pada setiap kesempatan bertatap muka dengan masyarakat, misi selalu digelorakan sang Bupati. Ia selalu memotivasi masyarakat agar misi bisa tercapai melalui berbagai Program Pembangunan Berbasis Masyarakat (People Based Development Programs).

Sabu sebagai Kota Para Dewa. Jika Bali dikenal di seantero dunia sebagai pulau dewata, maka Sabu Raijua bakal dikenal sebagai kota para dewa. Begitulah impian Bupati Sabu Raijua Ir. Maethen Luter Dira Tome. Itu pun bukan sekedar impian. Pasalnya, kepercayaan terhadap pengaruh para dewa di Sabu Raijua hingga kini masih ada dan terpelihara sejak turun temurun. Kepercayaan terhadap pengaruh para dewa terhdapa keberlangsungan hidup orang Sabu Raijua

dikenal dengan agama suku atau “Jingitiu”. Bahkan aliran Jingitiu telah diakui semua kalangan sebagai aliran kepercayaan yang resmi. Kaum Jingitiu mengakui adanya kekuatan dari para dewa yang sangat berpengaruh terhadap kehidupannya. Kaum ini juga meyakini dengan sesungguhnya bahwa ada kehidupan setelah kematian. Hingga kini, jumlah masyarakat Sabu Raijua yang menganut aliran Jingitiu semakin berkurang. Melestarikan budaya termasuk memelihara aliran Jingitiu di Sabu merupakan ciri orang bermartabat. Langkah perlindungan yang ditempuh itu selain sebagai tujuan promosi pariwisata budaya juga untuk memberikan perlindungan dan penghormatan kepada agama suku ini agar tetap ada.

(6)

Komoditas Unggulan Prioritas dan Fokus

Komoditas unggulan yang diprioritaskan untuk dikembangkan dipilih melalui Proses pengkerucutan dari 5 (lima) komoditas menjadi 1 (satu) dengan metode FGD (Focus Group Discussion) dan AHP (Analytic Hierarchy Process) berdasarkan kriteria sebagai berikut: Kemampuan memenangkan persaingan/menghadapi kondisi persaingan, Kemampuan untuk unggul dalam jangka waktu lama (sustainability), Besarnya Upaya yang diperlukan untuk mengembangkan kompetensi / kapabilitas, dan Efek multiplier.

Dari hasil keluaran AHP di atas, dapat disimpulkan bahwa komoditas unggulan prioritas yang akan dikembangkan adalah :

1. Lontar 2. Rumput Laut

Dan, komoditas unggulan prioritas fokus (basis) adalah Lontar. Secara grafis, proses pemilihan komoditas unggulan dari daftar panjang – daftar pendek – komoditas unggulan prioritas – komoditas unggulan prioritas fokus (basis) diperlihatkan pada gambar berikut.

Potensi & Prospek Komoditas Lontar (Barassus Sundaecus)

Gambar 3. Pohon Lontar (Barassus Sundaecus) Gambar 4. Gula sabu dan gula semut yang telah dikemas

Pohon Siwalan (Lontar) merupakan pohon palma (Palmae dan Arecaceae) yang kokoh dan kuat. Berbatang tunggal dengan ketinggian mencapai 15-30 m dan diameter batang sekitar 60 cm. Daunnya besar-besar mengumpul di bagian ujung batang membentuk tajuk yang membulat. Setiap helai daunnya serupa kipas dengan diameter mencapai 150 cm. Tangkai daun mencapai panjang 100 cm. Buah Lontar (Siwalan) bergerombol dalam tandan dengan jumlah sekitar 20-an butir. Buahnya bulat deng20-an diameter 20-antara 7-20 cm deng20-an kulit berwarna hitam kecoklatan.Tiap butirnya mempunyai 3-7 butir daging buah yang berwarna kecoklatan dan tertutupi tempurung yang tebal dan keras.

Manfaat Pohon Lontar :

• Batang dapat digunakan untuk bahan bangunan rumah dan kebutuhan lainnya sebagai pengganti kayu.

• Pelepah dapat digunakan untuk keperluan kayu bakar, bahan pagar, tali pengikat dll.

• Daun digunakan untuk Atap rumah, peralatan dapur, anyaman tikar, alat timba air, dan anyaman lainnya.

• Buah dapat dimakan dan dibuat minuman (Buah yang muda dibuat minuman, Buah yang tua dapat dibuat minuman, dodol, kerupuk dll.

• Nira (air hasil perasan dari mayang) digunakan: Diminum oleh manusia dan hewan. Dibuat gula, diolah menjadi alkohol, minuman keras, cuka konsumsi dan bioethanol.

Potensi Koperasi

(7)

kondisi koperasi umumnya masih lemah baik kondisi internal yang berupa permodalan, manajemen dan organisasi, teknologi dan jaringan usaha maupun kondisi eksternal yang disebabkan oleh lingkungan strategis seperti: penguasaan pasar, berbagai sumber dan kegiatan ekonomi. Walaupun dihadapkan pada permasalahan internal maupun eksternal namun kesadaran berkoperasi dari masyarakat sangat tinggi, hal ini ditunjukkan dengan berdirinya 21 (dua puluh satu) jenis usaha koperasi seperti Koperasi Unit Desa (KUD) ada 1 unit berbadan hukum, Koperasi Simpan Pinjam (KSP) 1 unit berbadan hukum, Koperasi wanita ada 2 unit tapi belum berbadan hukum, Koperasi Ternak 1 unit dan berbadan hukum dan Koperasi Serba Usaha (KSU) yang berbadan hukum ada 9 unit dan 3 unit yang belum berbadan hukum.

Potensi/Produk Unggulan Pengembangan Program OVOP Kabupaten Sabu Raijua dan Sumba Barat Daya

Potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia sangat berlimpah di Nusa Tenggara Timur. Khususnya Kabupaten Sabu Raijua dan Sumba Barat Daya yang merupakan kabupaten baru memiliki potensi yang masih alamiah dan sementara dalam proses pengolahan, pemanfaatan dan pertumbuhan. Untuk itu pemerintah, usahawan/swasta, akademisi dan tokoh masyarakat perlu bekerjasama menentukan pilihan produk yang tepat agar dapat diunggulkan dalam melihat peluang pasar ke depan. Pasar akan menentukan keberhasilan daerah baik masyarakat, pemerintah, akademisi dan usahawan.

Dasar pijak penentuan produk unggulan daerah adalah menggunakan model berikut:

Gambar 5.

Model Penentuan Produk Unggulan

Berdasarkan pada model penentuan produk unggulan dan kriteria produk yang akan diunggulkan dalam program OVOP maka hasil survey, wawancara dan penyebaran kuesioner terhadap sampel dari Dinas Pariwisata, Pengelola dan Tokoh Masyarakat serta para wisatawan diketahui bahwa beberapa produk yang dapat diunggulkan sebagai berikut:

Tabel 1.

Produk Unggulan Kabupaten Sabu Raijua dan Sumba Barat Daya

No LOKASI POTENSI DAERAH

Pertanian Perikanan Peternakan Perkebunan Pariwisata

1 Sabu Raijua Lontar Rumput

Laut

- - Atraksi Budaya

Jagung/Sorgum Atraksi Alam Pantai

Atraksi Tenun Ikat

2 SBD Jagung - Kuda Tebu Atraksi Budaya

Pisang - Kerbau Kakao Atraksi Alam

Pegunungan Jambu Mete Atraksi Laut Pantai

(8)

Ragam budaya Sabu Raijua dan Sumba Barat Daya yang menjadi potensi unggulan terlihat sebagai berikut:

Atraksi Alam dan Budaya Sabu Raijua

Gambar 6. Batu Kubur Raja Gambar 7. Upacara Daba

Gamabr 7. Arena untuk taji ayam Gambar 8. Makam parah dewa/raja Sabu Raijua Sejarah atau kepercayaan masyarakat setempat melalui ritual adat untuk membangkitkan para leluhur dan batu tersebut akan bergerak dengan sendirinya kehadapan mereka.

(9)

CAGAR ALAM DAN BUDAYA KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA

cagar alam dan budaya Sumba Barat Daya diatas terdiri dari gambar 11 – 16.

Menarik dan uniknya atraksi serta budaya daerah Sabu Raijua dan Sumba Barat Daya memberikan kesan kepada wisatawan untuk kembali menikmati obyek tersebut di masa yang akan datang dan ketika ditanyakan obyek mana yang layak untuk dikembangkan menjadi pariwisata berkelanjutan, para wisatawan menjawab dengan tegas bahwa semuanya harus dijadikan fokus pengembangan pariwisata ke depan dengan syarat harus melalui proses dan untuk tahap awal pengembangan ada beberapa obyek yang layak dikembangkan dalam program

“One Vilage One Product”.

Produk unggulan yang ditampilkan merupakan keanekaragaman kekayaan hayati yang tinggi yang mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi kedua daerah. Kekayaan hayati berupa hutan dan segala isinya, daratan dengan segala bentuk dan gatranya serta lautan dengan segala potensi dan perilakunya telah dimanfaatkan dan terus dimanfaatkan untuk kepentingan pembangunan. Untuk itu perlu upaya meningkatkan nilai tambah dari sumber daya alam yang berlimpah melalui kegiatan pariwisata. Kegiatan pariwisata yang akan dilaksanakan harus ditunjang oleh berbagai sektor antara lain: pertanian, perikanan, peternakan, perkebunan,

Pasola Kalaio Desa Weekaninyo Tarian Menyambut Tamu Wewewa Barat

Panorama Pantai Newa Waktu sore Hari Para Lelaki Pulang dari Perburuan

(10)

perhubungan, industri dan transportasi. Semua sektor ini merupakan sumber daya wisata yang menjanjikan keindahan atau daya tarik untuk dijual agar dapat diminati dan dinikmati oleh para pengunjung dan wisatawan. Walau demikian sangatlah tergantung dari segi pengelolaannya karena pengelolaan sumber daya wisata tidak hanya memanfaatkan sumber daya tersebut tetapi perlu upaya untuk keterpaduan dalam penataan terhadap lingkungan disekitarnya, pemeliharaan keberadaan dan keindahannya, pengawasan, pengendalian dan pemulihan terhadap keindahan yang dimiliki oleh sumber daya tersebut. Untuk itu diperlukan manajemen yang handal dan benar. Analisis ini dikuatkan oleh pernyataan pembangunan pariwisata diarahkan pada peningkatan pariwisata menjadi sektor andalan yang mampu menggalakkan kegiatan ekonomi, termasuk sektor-sektor lain yang terkait, sehingga lapangan kerja, pendapatan masyarakat, pendapatan daerah, pendapatan negara serta penerimaan devisa meningkat melalui pengembangan dan pendayagunaan potensi kepariwisataan nasional, (GBHN: 1993).

Kelayakan Pengembangan Pariwisata dan Koperasi

Pemilihan sektor pariwisata sebagai alternatif pertumbuhan ekonomi daerah memiliki andil dan kontribusi besar dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat kecil di desa dan merupakan satu indikator pengentasan kemiskinan. Keterlibatan masyarakat yang berpendapatan rendah dalam program-program pengembangan pariwisata misalnya melalui pemanfaatan hasil kerajinan tangan, hasil pertanian, peternakan, perikanan, perkebunan dan produk hasil seni budaya tradisional merupakan satu tuntutan untuk menyusun kekuatan terutama dalam memperbaiki daya saing dan sumber daya manusia. Adapun lembaga yang mampu menampung aspirasi masyarakat dan mampu memasuki arus utama perekomian adalah

KOPERASI. Ada beberapa aspek yang perlu dikaji untuk menentukan kelayakan

pengembangan pariwisata dan koperasi. Masing-masing aspek tidak berdiri sendiri, tetapi saling berkaitan jika satu aspek tidak tepenuhi, perlu dilakukan perbaikan atau tambahan. Urutan penilaian aspek mana yang harus didahulukan tergantung pada persiapan penilai dan kelengkapan data yang ada.

Kelayakan usaha menilai keberhasilan usaha secara keseluruhan sehingga semua faktor harus dipertimbangkan dalam analisis terpadu yang meliputi faktor-faktor yang berkenaan dengan aspek teknis, pasar, keuangan, manajemen, hukum serta manfaat usaha bagi ekonomi nasional. Tujuan yang ingin dicapai dalam konsep kelayakan usaha adalah:

1. Bagi pihak investor, studi kelayakan usaha/bisnis ditujukan untuk melakukan penilaian

terhadap pengembangan pariwisata dan koperasi dalam menjalankan program OVOP. Kelayakan usaha menjadi masukan yang berguna karena sudah mengkaji berbagai aspek seperti aspek pasar, aspek tenis dan operasi, aspek organisasi dan manajemen, aspek lingkungan dan aspek finansial sehingga dapat dijadikan dasar bagi investor untuk membuat keputusan investasi yang lebih obyektif. Pada aspek pasar, variabel yang dianalisis meliputi permintaan, penawaran, harga, pemasaran meliputi strategi pemasaran (segmentation, targetting, positioning). Pada aspek teknis, meliputi lokasi usaha, fasilitas, skala usaha, layout usaha, alur kegiatan operasional, serta pemilihan jenis teknologi. Pada aspek manajemen meliputi: struktur organisasi, wewenang dan tanggung jawab, perolehan tenaga kerja, sistem penggajian tenaga kerja. Pada aspek hukum adalah bentuk badan hukum usaha dan izin usaha. Pada aspek sosial-ekonomi-budaya yang akan dinilai adalah dampak yang akan ditimbulkan dari usaha pariwisata terhadap kondisi sosial ekonomi dan budaya. Sedangkan pada aspek lingkungan yang akan dianalisis adalah dampak dari adanya usaha pariwisata.

2. Bagi masyarakat, merupakan suatu peluang untuk meningkatkan kesejahteraan dan

(11)

adat istiadat, kebersihan dan keamanan merupakan contoh peran masyarakat yang memberikan daya tarik bagi pariwisata. Tradisi dan kearifan lokal dalam pemeliharaan sumber daya pariwisata hampir semuanya dikuasai dan dikelola langsung oleh masyarakat. 3. Bagi pemerintah, dari sudut pandang mikro, hasil dari studi kelayakan bagi pemerintah terutaman untuk tujuan pengembangan sumber daya manusia, berupa penyerapan tenaga kerja. Selain itu adanya usaha baru atau berkembangnya usaha lama sebagai hasil dari studi kelayakan usaha yang dilakukan individu atau badan usaha tertentu akan menambah pemasukan pemerintah, baik dari pajak penambahan nilai maupun pajak penghasilan dan retribusi berupa biaya perizinan, biaya pendaftaran, biaya administrasi dan lainnya yang layak diterima sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Secara makro pemerintah dapat berharap dari keberhasilan studi kelayakan usaha ini adalah untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah ataupun nasional sehingga tercapai pertumbuhan dan kenaikan income per kapita. Pemerintah mempunyai otoritas dalam pengaturan, penyediaan dan peruntukan berbagai infrastruktur yang terkait dengan kebutuhan wisata serta pemerintah bertanggung jawab dalam menentukan arah yang dituju perjalanan wisata. 4. Bagi Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM); LSM merupakan pelaku tidak langsung dalam pengembangan pariwisata dan hanya dapat melakukan berbagai kegiatan yang terkait dengan konservasi dan regulasi kepemilikan dan pengusahaan sumber daya alam setempat.

Aspek Kelayakan Usaha

Kriteria keberhasilan kelayakan pengembangan pariwisata dan koperasi sebagai berikut:

1. ANALISIS PASAR

Analisis pasar pariwisata untuk Sumba Barat Daya (SBD) dan Sabu Raijua sangat bergantung pada potensi sumber daya yang beraneka ragam. Keragaman ini memberikan pilihan bagi wisatawan menentukan tingkat preferensinya ketika disuguhi beberapa pertanyaan mengenai potensi sumber daya yang menjadi unggulan bagi SBD dan Sabu Raijua untuk pengembangan pariwisata berkelanjutan (hasil analisis terlihat pada tabel 14).

Slogan “Back to Nature” memberikan kecenderungan wisatawan lebih memilih menikmati atraksi yang berkaitan dengan:

a. Alam hayati terdiri dari:

 Wilayah pesisir dengan pantai dan gisiknya  Laut, pulau karang dan taman lautnya  Air terjun dan satwanya

b. Manusia dengan perilaku, budaya dan kebutuhannya, terdiri dari:  Adat istiadat

 Budaya dan kebutuhan yang menggambarkan kedekatan manusia dengan alam sekitar hingga keramahan dan kehalusan budaya dan perilakunya

 Hiburan rakyat: Pasola dan Upacara Da’ba Batu Altar

 Berbagai macam kesenian: seni suara, Tenun ikat dan Tarian

 Pengolahan produk-produk pertanian, perikanan dan peternakan secara tradisional Atraksi alam hayati dan manusia dengan perilaku, budaya dan kebutuhannya dalam penyuguhan dan presentasi masih dicirikan oleh masyarakat yang “alami””primitif” dan

eksotik”.

Dalam aspek pasar dan pemasaran hal-hal yang perlu dijabarkan adalah :

a. Ada tidaknya pasar: Konsumen sebagai calon pembeli untuk pasar pariwisata Sabu Raijua dan Sumba Barat Daya sangat tinggi; seperti terlihat pada tabel berikut:

b. Pasar wisata di Sabu Raijua dan Sumba Barat Daya, dapat dibagi dalam tiga kelompok besar yaitu:

(12)

2. Pasar Sekunder yang meliputi: pasar barang cinderamata, penukaran uang, rental kendaraan

3. Pasar Tersier meliputi: pasar jasa fotografi, buku panduan wisata, pengiriman barang kebutuhan hotel.

2. Aspek Hukum dan Legalitas

Lembaga koperasi yang menjadi pilot pengembangan pariwisata yang telah memenuhi syarat hukum dan legalitas mulai dari bentuk badan usaha sampai surat izin yang dimiliki terlihat pada tabel 14 dan 15.

PENUTUP

1. Hasil survei dan analisis data diketahui bahwa produk pariwisata yang menjadi unggulan dan layak dikembangkan adalah 1) Sabu Raijua: Lontar, jagung, sorgum, rumput laut, atraksi budaya, atraksi laut/pantai dan atraksi tenun ikat. 2) Sumba Barat Daya: jagun g, pisang, kuda, kerbau, tebu, kakao, jambu mete, atraksi budaya, atraksi alam pegunungan, atraksi laut/pantai dan atraksi tenun ikat.

2. Koperasi yang layak dipercayakan untuk mengembangkan potensi pariwisata adalah: 1) Sabu Raijua: Koperasi Mira Kaddi Hari, KSU Habba Rae dap KSU Saliko. 2) Sumba Barat

Daya: KSP Iya Teki, KSP Eta Dabba, Kopwan Analalo, Hotel “Newa Resort”, Kopwan

Wali Ate dan Koperasi Tamera.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim (2005). Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan, KPK Jakarta

Apriana Fanggidae (2005), Pengaruh Atraksi, Fasilitas dan Aksesibilitas Objek Wisata Terhadap Tingkat Kunjungan Wisatawan, Studi Kasus (Persepsi Wisatawan mengenai 30 Objek Wisata di Daratan Timor dan Rote Ndao).Tesis.

_____________ (2006). Pedoman Umum dan Kelompok Kerja Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan, TKPK Jakarta.

Cooper,(1997).Tourism Development Environmental and Community Issues, Wiley., New York.

Damanik,dkk. (2006). Perencanaan Ekowisata. Dari Teori Ke Aplikasi. Penerbit Andi. Freddy Rangkuti (2000).Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Penerbit PT.

Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Gamal Suwantoro., (1997). Dasar-dasar Pariwisata.Penerbit ANDI Yogyakarta.

Lumsdon, Les., (1997). Tourism Marketing, London : International Thomson Business Press. Hunger, etc; (2003).Manajemen Strategis. Penerbit ANDI Yogyakarta.

Hendrojodi, 1998.Koperasi Azasd-azas Teori dan Praktek.Jakarta : PT. Raja Grafindo Praja. Ibnoe Soejono, 1993. Peranan dan Tanggung Jawab Pemerintah Sebagai Pengaman UU

No.25/1992 dan Pengaman Peraturan lainnya yang Mendukung Pengembangan Koperasi.dan Pengusaha Kecil, Makalah, IKIP, Bandung.

R. G. Sokadijo (2000), Anatomi Pariwisata. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama Jakarta.

Sarosa, Dj (2006). Kebijakan Pengembangan Ekonomi Daerah Melalui Inovasi Kemitraan Dalam penanggulangan kemiskinan.GTZ Lembaga Transform Mataram.

Sumodiningrat, G (2003). Komite Penanggulangan Kemiskinan : Tinjauan Dari Sisi

Kelambagaan”, KPK Jakarta.

The International Ecotourism Society (TIES) ,2000. Ecotourism Statistical Fact Sheet.Koperasi Teori dan Praktik)

Gambar

Gambar  3 Model Kebijakan Pengembangan Koperasi Dan Pariwisata
Gambar 3. Pohon Lontar (Barassus Sundaecus) Gambar 4. Gula sabu dan gula semut yang telah dikemas
Gambar  5. Model Penentuan Produk Unggulan
Gambar 9. Kain tenunan motif Sabu                     Gambar 10. Obyek wisata Pantai Bali di Sabu

Referensi

Dokumen terkait

Metode yang digunakan dalam pengabdian ini adalah dengan pelatihan dan pembimbingan untuk menerapkan hasil pelatihan (dalam praktek simulasi). Berdasarkan evaluasi yang

Dari data penelitan maka dapat disimpulkan bahwa profil pertumbuhan Aspergillus niger mencapai fase log mulai pada 4 hingga 24 jam, aktivitas enzim selulase dari

Berdasarkan paparan diatas, peneliti melakukan kegiatan observasi awal yaitu pada siswa kelas I (satu) di SDN Pesanggrahan 02 Kota Batu. Saat pembelajaran dikelas

selektif menyebabkan tujuan dan proses pendidikan di pesantren juga berubah. Yang awalnya hanya melalui metode sorogan atau proses transformasi keilmuan umumnya melalui

Siswa Gaya Belajar Visual rata-rata tingkat pemahamannya sudah pada

Mengidentifikasi kesulitan belajar peserta didik dalam kegiatan proses pembelajaran mata pelajaran Teknik Instrumentasi Logam.. Kompetensi

[r]

internal junior yang mampu melakukan audit internal untuk aspek laporan keuangan, kinerja operasional, ketaatan dan pengendalian sistem informasi dengan