Hubungan Media Massa (Pers) dengan Pemerintah
Pers dan pemerintah saling bergantung antara satu sama lain. Pers dan masyarakat pun sama halnya. Pers mustahil hidup dan berkembang di suatu wilayah tanpa ada pemerintah dan masyarakat. Sebab wilayah tanpa kekuatan pengatur dan yang biasa disebut pemerintah, akan cenderung menjadi rimba bagi serigala-serigala manusia yang menghuninya. Hukum rimba akan melembaga dan membudaya disana.
Dengan demikian “interaksi positif pemerintah-pers-masyarakat” adalah budaya komunikasi massa yang cocok dengan konstitusi dan falsafah hidup bangsa. Dalam hal ini pers menjadi jembatan yang menghubungkan kepentingan pemerintah dan masyarakat, secara timbal balik. Bahkan juga untuk menjembatani kepentingan dirinya sendiri (kepentingan pers) dengan masyarakat, yang tidak mustahil terjadi benturan kepentingan, dan sebagai jembatan antara kepentingan pers dan pemerintah yang dapat “bertarung langsung”.
Namun interaksi positif pemerintah-pers-masyarakat bukan berarti masing-masing pihak harus kehilangan fungsi idealisme fungsionalnya. Sebab bila keberadaan masing-masing tidak didekati dengan tanggung jawab dan kewajiban yang mandiri atau saling bergantung, dapat dipastikan bila tiap-tiap pihak, tidak akan dapat memikul hak dan tanggung jawabnya. Itu berarti pemerintah harus tetapa diberi kewenangan, sebagai suatu badan resmi yang berhak dan bertanggung jawab untuk mengatur seluruh kepentingan dan bidang kehidupan warga bangsanya. Pers pun harus tetap diberi kewenangan untuk melaksanakan fungsi kontrol sosialnya yang khas. Sedang masyarakat tetap harus dipandang sebagai subjek dan objek pelayanan.1
pendapatnya, media massa pun mengalami hal serupa. Di negara liberal, media massa memiliki tingkat kebebasan yang relatif tinggi .
Disisi lain, media massa sebagai suatu sarana komunikasi, keberadaannya telah melahirkan berbagai teori komunikasi massa, seperti pemanfaatan media massa oleh khalayak dan efek media massa terhadap khalayaknya.
Jadi sistem pers (media massa) pada suatu negara mencerminkan sistem sosial yang didalamnya diatur hubungan-hubungan antar individu dengan lembaga-lembaga yang ada. Pola hubungan media massa dan pemerintahan di suatu negara erat kaitannya dengan sistem dan struktur politik yang berlaku dalam negara dimana kedua lembaga tersebut berada. Oleh karenanya dapat dikatakan bahwa suatu sistem media massa akan mencerminkan falsafah politik negara yang bersangkutan.2
Peran media masa yang dibuat oleh pemerintah dalam bidang kesehatan
Dengan adanya media massa yang dibuat oleh pemerintah tentang kesehatan, dapat mengedukasi serta memberikan informasi kepada masyarakat tentang kesehatan khusunya tentang bahaya timbal pada anak. Contoh informasi yang dapat disampaikan melalui media massa seperti, pernyataan dari WHO Tentang bahaya paparan timbal, WHO telah menyatakan: “Anak lebih rentan terhadap efek timbal pada saraf otak, dan paparan dosis rendahpun dapat menyebabkan
rusaknya saraf otak secara serius dan, dalam beberapa kasus, permanen.” 3
Dengan informasi tersebut, masyarakat akan lebih percaya tentang bahaya timbal dan cenderung lebih berhati-hati karena mereka mendapatkan informasi dengan sumber yang akurat.
Dibandingkan dengan informasi yang didapat dari mulut ke mulut saja, hanya sedikit
berpengaruh kepada masyarakat karena sumber informasi tersebut tidak jelas ke akuratannya.
dan lain lain. Semua itu guna meminimalisir masyarakat yang terkena dampak timbal untuk kesehatannya.
1. Novel Ali. 1999. Peradaban Komunikasi Politik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
2. Elvinaro Ardianto, Lukiati Komala Erdinaya. 2004. Komunikasi Massa (Suatu Pengantar). Bandung: Simbiosa Rekatama Media
3. WHO (2010). Exposure to Lead: A Major Public Health Concern,