• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyusunan PDB Ekonomi Kreatif 2010 - 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penyusunan PDB Ekonomi Kreatif 2010 - 2015"

Copied!
170
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENYUSUNAN PDB

EKONOMI KREATIF 2010-2015

BUKU 2

LAPORAN ANALISIS HASIL KEGIATAN

(2)
(3)
(4)
(5)

i

Laporan Penyusunan PDB Ekonomi Kreatif 2010-2015

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Taufik dan Hidayah-Nya, sehingga “Buku 2 – Laporan Penyusunan Produk Domestik Bruto (PDB) Ekonomi Kreatif 2010-2015” dapat diselesaikan sesuai dengan jadwal yang ditentukan. Buku 2 (Laporan) ini merupakan salah satu output dari Kerjasama Swakelola antara Badan Pusat statistik (BPS) dengan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) yang mencakup analisis hasil kegiatan yang terdiri dari 6 jenis buku, yaitu:

(a)Profil Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif Tahun 2016,

(b)Laporan Penyusunan Harmonisasi KBLI 2015 – HS 2012 untuk 16 (enam belas) Subsektor Ekonomi Kreatif,

(c)Laporan Penyusunan Klasifikasi Aktivitas Ekonomi Kreatif dalam KBLI Tahun 2015,

(d)Laporan Penyusunan Ekspor Ekonomi Kreatif Tahun 2010-2015,

(e)Laporan Penyusunan Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif Tahun 2010-2015, dan (f)Laporan Penyusunan Produk Domestik Bruto (PDB) Ekonomi Kreatif Tahun

2010-2015.

Buku 2 – Laporan Penyusunan Produk Domestik Bruto (PDB) Ekonomi Kreatif 2010-2015 menyajikan tentang Produk Domestik Bruto (PDB) Ekonomi Kreatif tahun 2010 sampai dengan tahun 2015. Selain itu juga disajikan mengenai distribusi dan pertumbuhan PDB industri kreatif dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2015.

(6)

ii

Laporan Penyusunan PDB Ekonomi Kreatif 2010-2015

sebagai “benchmarking” bagi pemerintah dalam merumuskan berbagai kebijakan di bidang ekonomi kreatif ke depannya.

Akhirnya, ucapan syukur dan terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak, terutama Tim BPS dan Tim Bekraf yang telah bekerja keras dan bekerjasama untuk menyelesaikan kegiatan ini. Apresiasi juga kami berikan kepada semua pihak yang telah bersinergi secara solid dalam menyelesaikan seluruh rangkaian kegiatan Kerjasama BPS-Bekraf Tahun 2016 ini.

Semoga output dari kerjasama ini bermanfaat bagi semua pihak dan semoga Allah SWT meridhoi. Aamiin.

Jakarta, Desember 2016 Sekretaris Utama

Badan Pusat Statistik Republik Indonesia,

(7)

iii

Laporan Penyusunan PDB Ekonomi Kreatif 2010-2015 DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Maksud dan Tujuan ... 2

1.3 Manfaat ... 3

BAB II TAHAPAN KEGIATAN ... 5

2.1 Penyusunan Klasifikasi ... 5

2.2 Penyusunan Supply and Use Table (SUT) Ekonomi Kreatif ... 8

2.3 Penyusunan Produk Domestik Bruto (PDB) Ekonomi Kreatif ... 10

BAB III METODOLOGI ... 13

3.1 Metode Penyusunan Klasifikasi Dalam SUT Dan PDB Ekonomi Kreatif ... 13

3.2 Metode Penyusunan Supply and Use Table (SUT) Ekonomi Kreatif Tahun 2010 ... 14

3.2.1 Metode Estimasi Supply Ekonomi Kreatif Tahun 2010 ... 14

3.2.2 Metode Estimasi Use Ekonomi Kreatif Tahun 2010 ... 37

3.2.3 Proses Rekonsiliasi SUT Ekonomi Kreatif Tahun 2010 ... 5 0 3.3 Metode Penyusunan Produk Domestik Bruto (PDB) Ekonomi Kreatif Tahun 2011-2015 ... 51

3.3.1 Konsep Dasar PDB ... 51

3.3.2 Metode Estimasi PDB Ekonomi Kreatif Tahun 2011-2014 ... 54

(8)

iv

Laporan Penyusunan PDB Ekonomi Kreatif 2010-2015

BAB IV HASIL ... 105

4.1 Kondisi Makro PDB Indonesia dan PDB Ekonomi Kreatif Tahun 2010-2015 ... 105

4.2 Besaran PDB Ekonomi Kreatif ... 107

4.3 Struktur Ekonomi Kreatif ... 112

4.4 Pertumbuhan Ekonomi Kreatif ... 114

(9)

v

Laporan Penyusunan PDB Ekonomi Kreatif 2010-2015 DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Cakupan KBLI 2015 Subsektor Ekonomi Kreatif ... 7 Tabel 4.1 Ringkasan Indikator Makro PDB Ekonomi Kreatif

Tahun 2010-2015 ... 107 Tabel 4.2 Sumber Pertumbuhan PDB Ekonomi Kreatif Menurut Subsektor

(10)

vi

Laporan Penyusunan PDB Ekonomi Kreatif 2010-2015 DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Ilustrasi Kerangka Kerja Supply and Use Table (SUT) ... 9 Gambar 2.2 Tahapan Penyusunan SUT Ekonomi Kreatif Tahun 2010 ... 9 Gambar 2.3 Format SUT Ekonomi Kreatif ... 10 Gambar 2.4 Tahapan Penyusunan PDB Ekonomi Kreatif ... 1 1 Gambar 4.1 PDB Atas Dasar Harga Berlaku (Miliar Rupiah), PDB Atas Dasar

Harga Konstan (Miliar Rupiah), dan Laju Pertumbuhan PDB Indonesia (%)Tahun 2010-2015 ... 106 Gambar 4.2 PDB Ekraf & Non Ekraf Atas Dasar Harga Berlaku (Miliar Rp) 10 8 Gambar 4.3 PDB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Subsektor Ekonomi

Kreatif(Miliar Rp) ... 110 Gambar 4.4 PDB Ekraf & Non Ekraf Atas Dasar Harga Konstan

(Miliar Rp) ... 111 Gambar 4.5 PDB Atas Dasar Harga Konstan Menurut Subsektor Ekonomi

Kreatif Tahun 2015 (Miliar Rupiah) ... 112 Gambar 4.6 Struktur Perekonomian Indonesia Tahun 2010 (%) ... 113 Gambar 4.7 Struktur Perekonomian Indonesia Tahun 2015 (%) ... 113 Gambar 4.8 Distribusi Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku

(11)

vii

Laporan Penyusunan PDB Ekonomi Kreatif 2010-2015 DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Klasifikasi Ekonomi Kreatif dan Cakupan Subsektor Ekonomi Kreatif Menurut KBLI 2015 ... 119 Lampiran 2 Definisi dan Cakupan Ekonomi Kreatif ... 130 Lampiran 3 Metode Estimasi Supply Ekonomi Kreatif Tahun 2010 ... 134 Lampiran 4 PDB Ekonomi Kreatif Indonesia Tahun 2010-2015 Atas Dasar Harga Berlaku (Miliar Rupiah) ... 140 Lampiran 5 PDB Ekonomi Kreatif Indonesia Tahun 2010-2015 Atas Dasar Harga Konstan 2010=100 (Miliar Rupiah) ... 143 Lampiran 6 Distribusi PDB Ekonomi Kreatif Indonesia Tahun 2010-2015 Atas Dasar Harga Berlaku (%) ... 144 Lampiran 7 Distribusi PDB Ekonomi Kreatif Indonesia Tahun 2010-2015

terhadap Total PDB Nasional Atas Dasar Harga Berlaku (%) 145 Lampiran 8 Laju Pertumbuhan PDB Ekonomi Kreatif Indonesia Tahun 2010-2015Atas Dasar Harga Konstan 2010=100 (%) ... 146 Lampiran 9 Laju Pertumbuhan PDB Ekonomi Kreatif Indonesia Tahun

2010-2015Atas Dasar Harga Berlaku (%) ... 147 Lampiran 10 Laju Pertumbuhan Implisit PDB Ekonomi Kreatif Indonesia

(12)

viii

(13)

Laporan Penyusunan PDB Ekonomi Kreatif 2010-2015

Bab I

(14)
(15)

1

Laporan Penyusunan PDB Ekonomi Kreatif 2010-2015

BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ekonomi kreatif lahir sebagai konsep ekonomi baru yang bertumpu pada ide, kreativitas, keterampilan, serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan dan lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan mengeksploitasi daya kreasi dan daya cipta individu tersebut. Perkembangan yang pesat terhadap globalisasi dan konektivitas mengubah cara bertukar informasi, berdagang, dan konsumsi dari produk-produk budaya dan teknologi di berbagai tempat di dunia. Dunia menjadi tempat yang sangat dinamis dan kompleks sehingga kreativitas dan pengetahuan menjadi suatu aset yang tak ternilai dalam kompetisi dan pengembangan ekonomi.

Ekonomi kreatif memberikan nilai lebih karena menawarkan pembangunan yang berkelanjutan melalui kreativitas. Pembangunan berkelanjutan adalah suatu iklim perekonomian yang berdaya saing dan memiliki cadangan sumber daya yang terbarukan. Dengan kata lain, ekonomi kreatif adalah manifestasi dari semangat bertahan hidup yang sangat penting bagi negara-negara maju dan juga menawarkan peluang yang sama untuk negara-negara berkembang. Pesan besar yang ditawarkan ekonomi kreatif adalah pemanfaatan cadangan sumber daya yang bukan hanya terbarukan, bahkan tak terbatas, yaitu ide, talenta dan kreativitas. Konsep ini telah memicu ketertarikan berbagai negara untuk melakukan kajian seputar ekonomi kreatif dan menjadikan ekonomi kreatif sebagai model utama pengembangan ekonomi.

(16)

2

Laporan Penyusunan PDB Ekonomi Kreatif 2010-2015

positif, membangun citra dan identitas bangsa, meningkatkan keunggulan kompetitif, dan memberikan dampak sosial yang positif. Pada dasarnya, bangsa Indonesia memiliki sumber daya yang kreatif. Bagi sebagian besar rakyat Indonesia, menghasilkan suatu karya kreatif seolah telah menjadi gaya hidup. Bahkan, beberapa diantaranya sudah menghasilkan produk yang bersaing di pasar global dan bersaing dengan produk negara lain, sehinggaberkesempatan untuk memperbesar pasar. Di tengah kelesuan ekonomi dunia, Indonesia harus melakukan terobosan dengan mengembangkan industri kreatif. Industri kreatif ini mampu bertahan dari krisis karena bertumpu pada inovasi dan kreativitas.

Untuk membangun kompetensi dengan memanfaatkan potensi ekonomi kreatif yang sesuai bagi bangsa Indonesia, tentunya memerlukan strategi kebijakan yang holistik dan tepat. Perencanaan program-program dan evaluasi pemerintah dalam mencapai target yang telah ditetapkan tidak dapat lepas dari dukungan ketersediaan data dan informasi yang memotret perkembangan kondisi industri kreatif terkini. Statistik yang berkualitas akan berdampak pada pengambilan keputusan yang lebih informatif serta perumusan kebijakan yang tepat untuk mengembangkan industri kreatif di Indonesia.

1.2 Maksud dan Tujuan

Kegiatan penyediaan dan pengembangan data dan informasi statistik bidang ekonomi kreatif dimaksudkan untuk memberikan data dan informasi mengenai perkembangan dan peranan industri kreatif di Indonesia, sehingga dapat digunakan sebagai landasan pengembangan industri kreatif di Indonesia dan evaluasi kebijakan pengembangan industri kreatif.

(17)

3

Laporan Penyusunan PDB Ekonomi Kreatif 2010-2015

a. PDB ekonomi kreatif atas dasar harga berlaku tahun 2010-2015 b. PDB ekonomi kreatif atas dasar harga konstan tahun 2010, tahun

2010-2015

c. Struktur atau distribusi PDB ekonomi kreatif tahun 2010-2015 d. Laju pertumbuhan subsektor ekonomi kreatif tahun 2010-2015 e. Sumber pertumbuhan subsektor ekonomi kreatif tahun 2010-2015

1.3 Manfaat

(18)

4

(19)

Laporan Penyusunan PDB Ekonomi Kreatif 2010-2015

Bab II

(20)
(21)

5

Laporan Penyusunan PDB Ekonomi Kreatif 2010-2015

BAB II TAHAPAN KEGIATAN

TAHAPAN KEGIATAN

Penyusunan PDB Ekonomi Kreatif dimulai dengan kegiatan penyusunan klasifikasi dan selanjutnya dilakukan penyusunan tabel Supply and Use (SUT) Ekonomi Kreatif tahun 2010. Dengan terbentuknya SUT Ekonomi Kreatif tahun 2010, maka besaran PDB Ekonomi Kreatif Tahun 2010 secara langsung diperoleh dari tabel tersebut. Kemudian, kegiatan berikutnya adalah penyusunan PDB Ekonomi Kreatif tahun 2011-2014 dan dilanjutkan dengan penyusunan PDB Ekonomi Kreatif tahun 2015 berdasarkan data Survei Khusus Ekonomi Kreatif (SKEK). Secara rinci, tahapan kegiatan penyusunan PDB Ekonomi Kreatif akan diuraikan di bawah ini.

2.1 Penyusunan Klasifikasi

Penyusunan klasifikasi kegiatan ekonomi kreatif merupakan langkah awal dalam penyusunan PDB Ekonomi Kreatif. Besar-kecilnya nilai PDB Ekonomi Kreatif sangat tergantung dari cakupan kegiatan ekonomi yang dibentuk.

Berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) No. 72 Tahun 2015, industri kreatif dikelompokkan kedalam 16 kelompok yang selanjutnya disebut sebagai subsektor ekonomi kreatif, yaitu:

1. Arsitektur 2. Desain Interior

3. Desain Komunikasi Visual 4. Desain Produk

(22)

6

Laporan Penyusunan PDB Ekonomi Kreatif 2010-2015

7. Kriya 8. Kuliner 9. Musik

10. Fashion

11. Aplikasi dan Game Developer 12. Penerbitan

13. Periklanan

14. Televisi dan Radio 15. Seni Pertunjukan 16. Seni Rupa

Pemetaan klasifikasi ekonomi kreatif ke dalam Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2009 telah dimulai sejak di Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, pada tahun 2014 hasil kerjasama antara Badan Pusat Statistik dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi kreatif dengan mengundang berbagai stakeholder dan K/L terkait. Penyusunannya mengacu pada berbagai referensi sehingga menghasilkan KBLI Bidang Ekonomi Kreatif dengan jumlah 16 subsektor ekonomi kreatif.

(23)

7

Laporan Penyusunan PDB Ekonomi Kreatif 2010-2015

kelompok tersebut merupakan bagian dari lapangan usaha yang tercakup dalam ekonomi kreatif.

Dengan terbitnya KBLI 2015, maka dilakukan pemetaan kegiatan ekonomi kreatif ke dalam KBLI 2015. Kesimpulan akhir dari pembahasan tersebut menghasilkan jumlah cakupan lima digit KBLI 2015 dalam 16 subsektor ekonomi kreatif sebanyak 223 kelompok. Jumlah ini bertambah sebanyak 61 kelompok lima digit KBLI jika dibandingkan dengan jumlah lima digit KBLI pada 15 subsektor ekonomi kreatif tahun 2014 yang hanya sebanyak 162 kelompok. Rincian jumlah kelompok lima digit KBLI dalam masing-masing subsektor ekonomi kreatif dapat dilihat pada tabel rekapitulasi struktur KBLI 2015 subsektor ekonomi kreatif di bawah ini.

Tabel 2.1 Cakupan KBLI 2015 Subsektor Ekonomi Kreatif

No. Subsektor Jumlah KBLI 5 Digit

01 Arsitektur 2

02 Desain Interior 2

03 Desain Komunikasi Visual 2

04 Desain Produk 3

11 Aplikasi dan Game Developer 13

12 Penerbitan 17

(24)

8

Laporan Penyusunan PDB Ekonomi Kreatif 2010-2015

ekonomi kreatif dapat dilihat pada lampiran 2. Untuk penjelasan lebih rinci mengenai penyusun klasifikasi ekonomi kreatif, dapat dilihat pada buku-2 Laporan Penyusunan Aktivitas Ekonomi Kreatif dalam KBLI 2015.

2.2 Penyusunan Supply and Use Table (SUT) Ekonomi Kreatif

Penyusunan SUT Ekonomi Kreatif Tahun 2010 ditujukan untuk memperoleh PDB tahun dasar, yaitu PDB tahun 2010, dan sekaligus sebagai

benchmark PDB Ekonomi Kreatif untuk tahun-tahun berikutnya. Dengan

terbentuknya SUT Ekonomi Kreatif tahun 2010, maka PDB Ekonomi Kreatif tahun 2010 telah teruji dari tiga sisi ekonomi, yaitu dari sisi produksi pengeluaran, dan pendapatan.

Supply and Use Table (SUT) merupakan kerangka kerja yang

menggambarkan keseimbangan aliran produksi dan konsumsi (barang dan jasa) dan penciptaan pendapatan dari aktivitas produksi tersebut yang terdiri dari 2 (dua) komponen utama, yaitu tabel supply dan tabel use. Tabel supply memberikan gambaran rinci atas penyediaan barang dan jasa yang diproduksi di domestik dan yang didatangkan dari luar wilayah (impor). Sedangkan, tabel use menggambarkan penggunaan barang dan jasa untuk konsumsi antara dan konsumsi akhir. Selain itu, tabel use juga menggambarkan bagaimana komponen nilai tambah yang diciptakan oleh ekonomi dalam ekonomi domestik.

(25)

9

Laporan Penyusunan PDB Ekonomi Kreatif 2010-2015

Gambar 2.1 Ilustrasi Kerangka Kerja Supply and UseTable (SUT)

Saat ini, Produk Domestik Bruto (PDB) yang dihasilkan oleh BPS memiliki tahun dasar 2010 (2010=100) atau biasa disebut sebagai PDB seri 2010. PDB seri 2010 tersebut diturunkan dari SUT 2010. Dengan demikian, agar konsisten dengan PDB nasional, maka PDB ekonomi kreatif juga harus disusun menggunakan tahun dasar yang sama. Untuk itu, diperlukan penyusunan SUT 2010 berbasis ekonomi kreatif. Tahapan penyusunan SUT ekonomi kreatif adalah, sebagai berikut:

Gambar 2.2 Tahapan Penyusunan SUT Ekonomi Kreatif Tahun 2010

Penyusunan klasifikasi SUT Ekraf

Estimasi tabel supply

Ekraf

Estimasi tabel use

Ekraf

Rekonsiliasi SUT Ekraf

SUT Ekraf

balance

(26)

10

Laporan Penyusunan PDB Ekonomi Kreatif 2010-2015

Ukuran SUT Indonesia terdiri atas 81 industri (kolom) dan 244 produk (baris). Untuk membentuk SUT ekonomi kreatif, muatan kreatif dalam 81 ekonomi tersebut ditarik dan dipindahkan kedalam 16 subsektor ekonomi kreatif. Penentuan muatan kreatif dalam suatu ekonomi adalah berdasarkan KBLI 2015 ekonomi kreatif yang telah disusun. Dengan demikian, dimensi SUT ekonomi kreatif menjadi 97 industri (16 industri ekraf dan 81 industri non-ekraf) dan 244 produk.

Gambar 2.3 Format Tabel Supply Ekonomi Kreatif

Sumber: Badan Pusat Statistik

2.3 Penyusunan Produk Domestik Bruto (PDB) Ekonomi Kreatif

Penyusunan PDB ekonomi kreatif sesuai dengan System of National

Account (SNA) 2008 yang merupakan standar internasional untuk penyusunan

(27)

11

Laporan Penyusunan PDB Ekonomi Kreatif 2010-2015

Setelah PDB ekonomi kreatif tahun 2010 diperoleh, langkah selanjutnya adalah melakukan estimasi untuk memperoleh PDB ekonomi kreatif tahun 2011-2014. PDB ekonomi kreatif untuk periode ini diperoleh dengan menggunakan berbagai indikator dan data sekunder yang tersedia. Untuk mengestimasi PDB ekonomi kreatif tahun 2015 menggunakan hasil Survei Khusus Ekonomi Kreatif (SKEK) 2016. Dengan demikian, diperoleh series PDB ekonomi kreatif tahun 2010-2015, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan 2010.

Gambar 2.4 Tahapan Penyusunan PDB Ekonomi Kreatif

PDB Ekonomi Kreatif Tahun 2010-2014 SUT Ekonomi Kreatif Tahun

2010

PDB Ekonomi Kreatif Tahun

2010

PDB Ekonomi Kreatif Tahun 2010-2015 Survei Khusus

(28)

12

(29)

Laporan Penyusunan PDB Ekonomi Kreatif 2010-2015

Bab III

(30)
(31)

13

Laporan Penyusunan PDB Ekonomi Kreatif 2010-2015

BAB III METODOLOGI

METODOLOGI

Metode penyusunan PDB ekonomi kreatif didahului dengan penyusunan klasifikasi SUT ekonomi kreatif dan klasifikasi PDB ekonomi kreatif. Kemudian dilanjutkan dengan penyusunan SUT ekonomi kreatif tahun 2010 dengan melakukan disagregasi 81 industri SUT 2010 Indonesia berdasarkan data dan informasi yang tersedia. Setelah itu dilakukan penyusunan PDB ekonomi kreatif 2011-2015 dengan melakukan disagregasi PDB Indonesia berdasarkan data dan informasi yang tersedia. Secara rinci metode penyusunan tersebut dapat dilihat pada uraian di bawah ini.

3.1 Metode Penyusunan Klasifikasi dalam SUT dan PDB Ekonomi Kreatif

Langkah pertama dalam penyusunan klasifikasi industri dalam Supply

and Use Table (SUT) Ekonomi Kreatif tahun 2010 adalah membuat tambahan

kode kelompok industri baru khusus untuk kelompok industri dari subsektor ekonomi kreatif. Sebelumnya jumlah industri dalam SUT Nasional tahun 2010 adalah 81 industri. Dengan adanya tambahan kelompok industri baru dari subsektor ekonomi kreatif sebanyak 16 kelompok industri, jumlah industri dalam SUT Ekonomi Kreatif tahun 2010 adalah 97 industri. Kelompok industri tambahan tersebut berkode mulai dari 82 sampai dengan 97 dan nama industri sesuai dengan nama subsektor ekonomi kreatif.

(32)

14

Laporan Penyusunan PDB Ekonomi Kreatif 2010-2015

penelitian, maka akan terbentuk cakupan lima digit KBLI dari 97 industri SUT Ekonomi Kreatif tahun 2010.

Setelah langkah identifikasi dan penelitian dilakukan, langkah berikutnya adalah melakukan bridging dari 81 industri SUT Nasional tahun 2010 ke 97 industri SUT Ekonomi Kreatif tahun 2010. Klasifikasi tersebut menjadi dasar dalam penyusunan tabel supply ekonomi kreatif dan tabel useekonomi kreatif.

Penyusunan klasifikasi PDB Ekonomi Kreatif pada dasarnya analog dengan penyusunan klasifikasi pada SUT Ekonomi Kreatif. Dalam PDB Nasional, terdapat 17 kategori (industri) atau 54 subkategori. Dari masing-masing kategori atau subkategori tersebut, dipilah/diteliti mana yang termasuk kelompok ekonomi kreatif dan mana yang non ekonomi kreatif berdasarkan lima digit KBLI ekonomi kreatif. Dari hasil pemilahan ini, maka akan terbentuk kelompok PDB Ekonomi Kreatif dengan 16 subsektor ekonomi kreatif dan kelompok PDB non Ekonomi Kreatif.

3.2 Metode Penyusunan Supply and Use Table (SUT) Ekonomi Kreatif

Tahun 2010

3.2.1 Metode Estimasi Supply Ekonomi Kreatif Tahun 2010

Secara umum metode yang digunakan untuk estimasi output (supply) dari masing-masing industri menggunakan pendekatan produksi. Uraian metodologi masing-masing subsektor di bawah ini merujuk pada klasifikasi pada lampiran 1, bahwa setiap subsektor mencakup beberapa kategori dan lima digit KBLI 2015. Estimasi supply dilakukan per kategori dalam tiap-tiap subsektor ekonomi kreatif. Berikut adalah metode estimasi output (supply) dengan berbagai indikator yang digunakan dari masing-masing subsektor ekonomi kreatif.

(33)

15

Laporan Penyusunan PDB Ekonomi Kreatif 2010-2015

Industri: Jasa Perusahaan

Estimasi output menggunakan pendekatan produksi didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi 2006 (SE 2006). Dari hasil SE 2006 diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI 2005. Level output yang telah diperoleh digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI 2005. Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI 2015. Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Supply and Use Table (SUT) Nasional.

Sumber data:

1. Sensus Ekonomi 2006, BPS RI 2. SUT Indonesia tahun 2010, BPS RI

b. Subsektur Desain Interior Industri: Jasa Perusahaan

Estimasi output didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi 2006 (SE 2006). Dari hasil SE 2006 diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI 2005. Level output yang telah diperoleh digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI 2005. Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI 2015. Disagregasi desain menjadi 3: desain interior, desain komunikasi visual, dan desain produk dilakukan dengan menggunakan hasil Survei Khusus Ekonomi Kreatif (SKEK) 2012. Struktur

supply dibentuk dengan menggunakan hasil Supply and Use Table (SUT)

Nasional. Sumber data:

1. Sensus Ekonomi 2006, BPS RI

2. Survei Khusus Ekonomi Kreatif (SKEK) 2012, BPS RI 3. SUT Indonesia tahun 2010, BPS RI

(34)

16

Laporan Penyusunan PDB Ekonomi Kreatif 2010-2015

Output diperoleh sebagai hasil perkalian antara indikator produksi dan

indikator harga. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah peserta kursus, sedangkan indikator harga yang digunakan adalah output per peserta kursus. Data jumlah peserta kursus diperoleh dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), sedangkan data output per peserta kursus diperoleh dari Survei Khusus Sektor Perdagangan dan Jasa (SKSPJ). Struktur

supply dibentuk dengan menggunakan hasil Supply and Use Table (SUT)

Nasional. Sumber data:

1. Statistik Pendidikan, Kemendikbud 2. SKSPJ 2009, BPS RI

3. SUT Indonesia tahun 2010, BPS RI

c. Subsektor Desain Komunikasi Visual Industri: Jasa Perusahaan

Estimasi output didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi 2006 (SE 2006). Dari hasil SE2006 diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI 2005. Level output yang telah diperoleh digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI 2005. Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI 2015. Disagregasi desain menjadi 3: desain interior, desain komunikasi visual, dan desain produk dilakukan dengan menggunakan hasil Survei Khusus Ekonomi Kreatif (SKEK). Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Supply and Use Table (SUT) Nasional. Sumber data:

1. Sensus Ekonomi 2006, BPS RI

2. Survei Khusus Ekonomi Kreatif (SKEK) 2012, BPS RI 3. SUT Indonesia tahun 2010, BPS RI

(35)

17

Laporan Penyusunan PDB Ekonomi Kreatif 2010-2015

Output diperoleh sebagai hasil perkalian antara indikator produksi dan

indikator harga. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah peserta kursus, sedangkan indikator harga yang digunakan adalah output per peserta kursus. Data jumlah peserta kursus diperoleh dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), sedangkan data output per peserta kursus diperoleh dari Survei Khusus Sektor Perdagangan dan Jasa (SKSPJ). Struktur

supply dibentuk dengan menggunakan hasil Supply and Use Table (SUT)

Nasional. Sumber data:

1. Statistik Pendidikan, Kemendikbud 2. SKSPJ 2009, BPS RI

3. SUT Indonesia tahun 2010, BPS RI

d. Subsektor Desain Produk Industri: Jasa Perusahaan

Estimasi output didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi 2006 (SE 2006). Dari hasil SE 2006 diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI 2005. Level output yang telah diperoleh digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI 2005. Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI 2015. Disagregasi desain menjadi 3: desain interior, desain komunikasi visual, dan desain produk dilakukan dengan menggunakan hasil Survei Khusus Ekonomi Kreatif (SKEK). Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Supply and Use Table (SUT) Nasional. Sumber data:

1. Sensus Ekonomi 2006, BPS RI

2. Survei Khusus Ekonomi Kreatif (SKEK) 2012, BPS RI 3. SUT Indonesia tahun 2010, BPS RI

(36)

18

Laporan Penyusunan PDB Ekonomi Kreatif 2010-2015

Output diperoleh sebagai hasil perkalian antara indikator produksi dan

indikator harga. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah peserta kursus, sedangkan indikator harga yang digunakan adalah output per peserta kursus. Data jumlah peserta kursus diperoleh dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), sedangkan data output per peserta kursus diperoleh dari Survei Khusus Sektor Perdagangan dan Jasa (SKSPJ). Struktur

supply dibentuk dengan menggunakan hasil Supply and Use Table (SUT)

Nasional. Sumber data:

1. Statistik Pendidikan, Kemendikbud 2. SKSPJ 2009, BPS RI

3. SUT Indonesia tahun 2010, BPS RI

e. Subsektor Film, Animasi, dan Video Industri: Industri Pengolahan

Tahap pertama dalam penyusunan SUT Ekonomi Kreatif khususnya kategori Industri Pengolahan adalah mengidentifikasi kode limadigit KBLI kedalam setiap klasifikasi SUT, baik menurut produk maupun industri. Tahap selanjutnya adalah disagregasi setiap produk SUT baik output maupun NTB ke dalam limadigit KBLI menggunakan data IBS dan IMK tahun 2010. Disagregasi dilakukan untuk semua produk baik produk utama maupun produk sekunder.

Setelah memperoleh output menurut limadigit KBLI, kemudian dilakukan agregasi menurut produk dan industri untuk klasifikasi sektor ekonomi kreatif dan sektor non ekonomi kreatif.

Sumber data:

1. SUT Indonesia tahun 2010, BPS RI

2. Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) Tahunan, BPS RI 3. Statistik Industri Mikro dan Kecil (IMK) Tahunan, BPS RI

(37)

19

Laporan Penyusunan PDB Ekonomi Kreatif 2010-2015

Estimasi supply nilai produksi (output) diperoleh dari jumlah film, sinetron, dll dikalikan dengan rata-rata biaya pembuatan film, sinetron, dll. Untuk struktur supply, menggunakan struktur data produksi Industri Besar dan Sedang dan data Sensus Ekonomi 2006. Untuk disagregasioutput film pemerintah, menggunakan data pendapatan dari laporan keuangan perusahaan BUMN, kementerian BUMN.

Sumber data:

1. Sensus Ekonomi 2006, BPS RI 2. SUT Indonesia tahun 2010, BPS RI

3. Statistik Industri Besar dan Sedang 2009, BPS RI 4. Jumlah film, sinetron, dll, Kemenparekraf

5. Data pendapatan laporan keuangan BUMN, Kementerian BUMN. Industri: Pendidikan

Output diperoleh sebagai hasil perkalian antara indikator produksi dan

indikator harga. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah peserta kursus, sedangkan indikator harga yang digunakan adalah output per peserta kursus. Data jumlah peserta kursus diperoleh dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), sedangkan data output per peserta kursus diperoleh dari Survei Khusus Sektor Perdagangan dan Jasa (SKSPJ). Struktur

supply dibentuk dengan menggunakan hasil Supply and Use Table (SUT)

Nasional. Sumber data:

1. Statistik Pendidikan, Kemendikbud 2. SKSPJ 2009, BPS RI

3. SUT Indonesia tahun 2010, BPS RI

f. Subsektor Fotografi Industri: Jasa Perusahaan

(38)

20

Laporan Penyusunan PDB Ekonomi Kreatif 2010-2015

melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI 2005. Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI 2015. Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Supply and Use Table (SUT) Nasional.

Sumber data:

1. Sensus Ekonomi 2006, BPS RI 2. SUT Indonesia tahun 2010, BPS RI Industri: Pendidikan

Output diperoleh sebagai hasil perkalian antara indikator produksi dan

indikator harga. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah peserta kursus, sedangkan indikator harga yang digunakan adalah output per peserta kursus. Data jumlah peserta kursus diperoleh dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), sedangkan data output per peserta kursus diperoleh dari Survei Khusus Sektor Perdagangan dan Jasa (SKSPJ). Struktur

supply dibentuk dengan menggunakan hasil Supply and Use Table (SUT)

Nasional. Sumber data:

1. Statistik Pendidikan, Kemendikbud 2. SKSPJ 2009, BPS RI

3. SUT Indonesia Tahun 2010, BPS RI Industri: Jasa Lainnya

Output dihitung menggunakan pendekatan produksi, yaitu dengan

(39)

21

Laporan Penyusunan PDB Ekonomi Kreatif 2010-2015

Sumber data:

1. Sensus Ekonomi 2006, BPS RI

2. Statistik Tenaga Kerja (SAKERNAS), BPS RI 3. Statistik Daya Tarik Obyek Wisata, BPS RI 4. Statistik Indeks Harga Konsumen. BPS RI

g. Subsektor Kriya

Industri: Industri Pengolahan

Tahap pertama dalam penyusunan SUT Ekonomi Kreatif khususnya kategori Industri Pengolahan adalah mengidentifikasi kode limadigit KBLI kedalam setiap klasifikasi SUT baik menurut produk maupun industri. Tahap selanjutnya adalah disagregasi setiap produk SUT baik output maupun NTB ke dalam limadigit KBLI menggunakan data IBS dan IMK tahun 2010. Disagregasi dilakukan untuk semua produk baik produk utama maupun produk sekunder.

Setelah memperoleh output menurut limadigit KBLI, kemudian dilakukan agregasi menurut produk dan industri untuk klasifikasi sektor ekonomi kreatif dan sektor non ekonomi kreatif.

Sumber data:

1. SUT Indonesia tahun 2010, BPS RI

2. Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) Tahunan, BPS RI 3. Statistik Industri Mikro dan Kecil (IMK) Tahunan, BPS RI

Industri: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor

(40)

22

Laporan Penyusunan PDB Ekonomi Kreatif 2010-2015

pengolahan di subsektor kriya yang berasal dari produksi dalam negeri atau domestik saja.

Output perdagangan adalah marjin perdagangan, yaitu nilai jual dikurangi

nilai beli barang yang diperdagangkan setelah dikurangi dengan biaya angkutan yang dikeluarkan oleh pedagang. Konsumsi antaranya adalah seluruh biaya yang digunakan untuk kepentingan usaha perdagangan, seperti perlengkapan tulis menulis, bahan pengepak dan pembungkus, rekening listrik dan telepon, serta biaya iklan.

Industri perdagangan eceran bukan mobil dan sepeda motor (49) dalam SUT meliputi penjualan kembali (tanpa perubahan teknis), baik barang baru maupun bekas, utamanya kepada masyarakat umum untuk konsumsi atau penggunaan perorangan maupun rumah tangga, melalui toko, departement

store, kios, mail-order houses, penjual dari pintu ke pintu, pedagang keliling,

koperasi konsumsi, rumah pelelangan, dan lain-lain. Pada umumnya, pedagang pengecer memperoleh hak atas barang-barang yang dijualnya, tetapi beberapa pedagang pengecer ada yang bertindak sebagai agen dan menjual atas dasar konsinyasi atau komisi. Perdagangan di subsektor kriya dibatasi hanya untuk perdagangan produk industri pengolahan di subsektor kriya yang berasal dari produksi dalam negeri atau domestik saja.

Penghitungan output untuk kegiatan perdagangan menggunakan pendekatan tidak langsung/commodity flow, yaitu dengan menghitung besarnya marjin perdagangan barang-barang subsektor kriya yang diperdagangkan. Dalam pendekatan ini dibutuhkan rasio marjin perdagangan besar dan eceran. Marjin perdagangan diperoleh dari perkalian antara output industri pengolahannya dengan rasio marjin perdagangan besar dan eceran untuk masing-masing produk. Output yang didapat dari perkalian tersebut merupakan output utama. Sedangkan untuk output sekundernya dihitung menggunakan rasio terhadap output utamanya. Rasio ini diperoleh dari survei khusus.

Sumber data:

(41)

23

Laporan Penyusunan PDB Ekonomi Kreatif 2010-2015

2. Survei Khusus Sektor Jasa (SKSJ), BPS RI

3. Survei Penyediaan dan Penggunaan (lapangan usaha) Jasa (SPPJ), BPS RI 4. SUT Indonesia tahun 2010, BPS RI

h. Subsektor Kuliner

Industri: Industri Pengolahan

Tahap pertama dalam penyusunan SUT Ekonomi Kreatif khususnya kategori Industri Pengolahan adalah mengidentifikasi kode lima digit KBLI ke dalam setiap klasifikasi SUT baik menurut produk maupun industri. Tahap selanjutnya adalah disagregasi setiap produk SUT baik output maupun NTB ke dalam lima digit KBLI menggunakan data IBS dan IMK tahun 2010. Disagregasi dilakukan untuk semua produk baik produk utama maupun produk sekunder.

Setelah memperoleh output menurut lima digit KBLI, kemudian dilakukan agregasi menurut produk dan industri untuk klasifikasi sektor ekonomi kreatif dan sektor non ekonomi kreatif.

Sumber data:

1. SUT Indonesia tahun 2010, BPS RI

2. Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) Tahunan, BPS RI 3. Statistik Industri Mikro dan Kecil (IMK) Tahunan, BPS RI

Industri: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor

Industri perdagangan di subsektor kuliner dibatasi hanya untuk perdagangan barang-barang domestik yang merupakan produk dari industri pengolahan di subsektor kuliner.

(42)

24

Laporan Penyusunan PDB Ekonomi Kreatif 2010-2015

besar dan eceran untuk masing-masing produk. Output yang didapat dari perkalian tersebut merupakan output utama. Sedangkan untuk output sekundernya, dihitung menggunakan rasio terhadap output utamanya. Rasio ini diperoleh dari survei khusus.

Sumber data:

1. Data output sektor barang, Subdirektorat Neraca Barang BPS RI 2. Survei Khusus Sektor Jasa (SKSJ), BPS RI

3. Survei Penyediaan dan Penggunaan (lapangan usaha) Jasa (SPPJ), BPS RI 4. SUT Indonesia tahun 2010, BPS RI

Industri: Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum

Semua kegiatan yang masuk dalam kategori penyediaan makan minum merupakan cakupan dalam subsektor kuliner. Total output produk jasa penyediaan makan minum merupakan perkalian konsumsi makanan jadi per kapita dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Data konsumsi yang diperoleh dari Survei Sosial dan Ekonomi Nasional (Susenas) merupakan konsumsi seluruh anggota rumahtangga, baik di dalam negeri maupun di luar negeri (misalnya, turis Indonesia membeli makanan di restoran di luar negeri). Dengan kata lain, output yang dihasilkan merupakan total supply produk jasa penyediaan makan minum yang dihasilkan oleh seluruh industri, termasuk yang berasal dari impor.

Untuk mendapatkan total output domestik produk jasa penyediaan makan minum Susenas, maka konsumsi penduduk tersebut dikurangi dengan impor produk jasa penyediaan makan minum lalu ditambah dengan ekspor produk jasa penyediaan makan minum.

Persamaan formulanya bisa disederhanakan, sebagai berikut: Total Supply = Total Use

Output Domestik + Impor = Total Konsumsi (konsumsi antara dan

(43)

25

Laporan Penyusunan PDB Ekonomi Kreatif 2010-2015

Output Domestik = Total Konsumsi + Ekspor – Impor

Selain itu, konsumsi rumah tangga yang di data di Susenas, bisa dilakukan di penyediaan makan minum, baik di restoran yang ada di kereta api, di angkutan udara, maupun di hotel. Ini merupakan produk sekunder dari industri kereta api, angkutan udara, industri penyediaan akomodasi, dan industri lainnya. Jadi, untuk menghitung output jasa penyediaan makan minum yang khusus dihasilkan oleh industri penyediaan makan minum, maka harus dikurangi output jasa penyediaan makan minum yang dihasilkan oleh industri-industri lain tersebut.

Sumber data: 1. Susenas, BPS RI

2. Publikasi Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035, BPS RI

3. Passenger Exit Survey (Publikasi Statistik Kunjungan Wisatawan

Mancanegara, BPS RI

i. Subsektor Musik

Industri: Industri Pengolahan

Tahap pertama dalam penyusunan SUT Ekonomi Kreatif khususnya kategori Industri Pengolahan adalah mengidentifikasi kode lima digit KBLI kedalam setiap klasifikasi SUT baik menurut produk maupun industri. Tahap selanjutnya adalah disagregasi setiap produk SUT baik output maupun NTB ke dalam lima digit KBLI menggunakan data IBS dan IMK tahun 2010. Disagregasi dilakukan untuk semua produk baik produk utama maupun produk sekunder.

Setelah memperoleh output menurut lima digit KBLI, kemudian dilakukan agregasi menurut produk dan industri untuk klasifikasi sektor ekonomi kreatif dan sektor non ekonomi kreatif.

Sumber data:

1. SUT Indonesia tahun 2010, BPS RI

(44)

26

Laporan Penyusunan PDB Ekonomi Kreatif 2010-2015

3. Statistik Industri Mikro dan Kecil (IMK) Tahunan, BPS RI

Industri: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor

Industri perdagangan di subsektor musik dibatasi hanya untuk perdagangan barang-barang domestik yang merupakan produk barang di subsektor musik. Penghitungan output untuk kegiatan perdagangan menggunakan pendekatan tidak langsung/commodity flow yaitu dengan menghitung besarnya marjin perdagangan barang-barang subsektor musik yang diperdagangkan. Dalam pendekatan ini, dibutuhkan rasio marjin perdagangan besar dan eceran. Marjin perdagangan diperoleh dari perkalian antara output industri pengolahannya dengan rasio marjin perdagangan besar dan eceran untuk masing-masing produk. Output yang didapat dari perkalian tersebut merupakan output utama. Sedangkan untuk output sekundernya, dihitung menggunakan rasio terhadap output utamanya. Rasio ini diperoleh dari survei khusus.

Sumber data:

1. Data output sektor barang, Subdirektorat Neraca Barang BPS RI 2. Survei Khusus Sektor Jasa (SKSJ), BPS RI

3. SurveiPenyediaan dan Penggunaan (lapangan usaha) Jasa (SPPJ), BPS RI 4. SUT Indonesia tahun 2010, BPS RI

Industri: Informasi dan Komunikasi

Dengan menggunakan data Sensus Ekonomi 2006, data supply industri produksi gambar bergerak, video dan program televisi, perekaman suara dan penerbitan musik diproporsikan untuk memperoleh output subsektor musik. Untuk struktur supply, menggunakan struktur data produksi Industri Besar dan Sedang dan data Sensus Ekonomi 2006.

Sumber data:

1. Sensus Ekonomi 2006, BPS RI 2. SUT Indonesia tahun 2010, BPS RI

(45)

27

Laporan Penyusunan PDB Ekonomi Kreatif 2010-2015

Estimasi output didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi 2006 (SE 2006). Dari hasil SE 2006 diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI 2005. Level output yang telah diperoleh digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI 2005. Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI 2015. Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Supply and Use Table (SUT) Nasional.

Sumber data:

1. Sensus Ekonomi 2006, BPS RI 2. SUT Indonesia tahun 2010, BPS RI Industri: Pendidikan

Output diperoleh sebagai hasil perkalian antara indikator produksi dan

indikator harga. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah peserta kursus, sedangkan indikator harga yang digunakan adalah output per peserta kursus. Data jumlah peserta kursus diperoleh dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), sedangkan data output per peserta kursus diperoleh dari Survei Khusus Sektor Perdagangan dan Jasa (SKSPJ). Struktur

supply dibentuk dengan menggunakan hasil Supply and Use Table (SUT)

Nasional. Sumber data:

1. Statistik Pendidikan, Kemendikbud 2. SKSPJ 2009, BPS RI

3. SUT Indonesia tahun 2010, BPS RI

Industri: Jasa Lainnya

Output dihitung menggunakan pendekatan produksi, yaitu dengan

(46)

28

Laporan Penyusunan PDB Ekonomi Kreatif 2010-2015

ke tahun 2010 menggunakan pertumbuhan jumlah tenaga kerja Sakernas secara berantai. Sedangkan, indikator harga untuk tahun 2010 diperoleh dengan meng-inflate indikator harga tahun 2006 ke tahun 2010 menggunakan pertumbuhan IHK secara berantai.

Sumber data:

1. Sensus Ekonomi 2006, BPS RI

2. Statistik Tenaga Kerja (SAKERNAS), BPS RI 3. Statistik Indeks Harga Konsumen. BPS RI

j. Subsektor Fashion

Industri: Industri Pengolahan

Tahap pertama dalam penyusunan SUT Ekonomi Kreatif khususnya kategori Industri Pengolahan adalah mengidentifikasi kode lima digit KBLI kedalam setiap klasifikasi SUT baik menurut produk maupun industri. Tahap selanjutnya adalah disagregasi setiap produk SUT, baik output maupun NTB ke dalam lima digit KBLI menggunakan data IBS dan IMK tahun 2010. Disagregasi dilakukan untuk semua produk baik produk utama maupun produk sekunder.

Setelah memperoleh output menurut lima digit KBLI, kemudian dilakukan agregasi menurut produk dan industri untuk klasifikasi sektor ekonomi kreatif dan sektor non ekonomi kreatif.

Sumber data:

1. SUT Indonesia tahun 2010, BPS RI

2. Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) Tahunan, BPS RI 3. Statistik Industri Mikro dan Kecil (IMK) Tahunan, BPS RI

Industri: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor

(47)

29

Laporan Penyusunan PDB Ekonomi Kreatif 2010-2015

Penghitungan output untuk kegiatan perdagangan menggunakan pendekatan tidak langsung/commodity flow yaitu dengan menghitung besarnya marjin perdagangan barang-barang subsektor fashion yang diperdagangkan. Dalam pendekatan ini, dibutuhkan rasio marjin perdagangan besar dan eceran. Marjin perdagangan diperoleh dari perkalian antara output industri pengolahannya dengan rasio marjin perdagangan besar dan eceran untuk masing-masing produk. Output yang didapat dari perkalian tersebut merupakan output utama. Sedangkan untuk output sekundernya, dihitung menggunakan rasio terhadap output utamanya. Rasio ini diperoleh dari survei khusus.

Sumber data:

1. Data output sektor barang, Subdirektorat Neraca Barang BPS RI 2. Survei Khusus Sektor Jasa (SKSJ), BPS RI

3. Survei Penyediaan dan Penggunaan (lapangan usaha) Jasa (SPPJ), BPS RI 4. SUT Indonesia tahun 2010, BPS RI

Industri: Pendidikan

Output diperoleh sebagai hasil perkalian antara indikator produksi dan

indikator harga. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah peserta kursus, sedangkan indikator harga yang digunakan adalah output per peserta kursus. Data jumlah peserta kursus diperoleh dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), sedangkan data output per peserta kursus diperoleh dari Survei Khusus Sektor Perdagangan dan Jasa (SKSPJ). Struktur

supply dibentuk dengan menggunakan hasil Supply and Use Table (SUT)

Nasional.

Sumber data:

1. Statistik Pendidikan, Kemendikbud 2. SKSPJ 2009, BPS RI

3. SUT Indonesia tahun 2010, BPS RI

(48)

30

Laporan Penyusunan PDB Ekonomi Kreatif 2010-2015

Industri: Informasi dan Komunikasi

Output subsektor aplikasi dan game developer diperoleh dari data Sensus

Ekonomi 2006. Dari hasil SE 2006, diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI 2005. Level output yang telah diperoleh digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI 2005. Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh

output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI 2015.Untuk struktur supply,

diperoleh dari struktur pendapatan laporan keuangan perusahaan go public dan data sensus ekonomi 2006.

Sumber data:

1. Sensus Ekonomi 2006, BPS RI 2. SUT Indonesia tahun 2010, BPS RI

3. Laporan keuangan perusahaan go public, BEI Industri: Jasa Perusahaan

Estimasi output didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi 2006 (SE 2006). Dari hasil SE 2006, diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI 2005. Level output yang telah diperoleh digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI 2005. Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI 2015. Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Supply and Use Table (SUT) Nasional.

Sumber data:

1. Sensus Ekonomi 2006, BPS RI 2. SUT Indonesia tahun 2010, BPS RI

Industri: Jasa Lainnya

Output dihitung menggunakan pendekatan produksi, yaitu dengan

(49)

31

Laporan Penyusunan PDB Ekonomi Kreatif 2010-2015

diperoleh dengan melakukan ekstrapolasi jumlah tenaga kerja tahun 2006 ke tahun 2010 menggunakan pertumbuhan jumlah tenaga kerja Sakernas secara berantai. Sedangkan, indikator harga untuk tahun 2010 diperoleh dengan meng-inflate indikator harga tahun 2006 ke tahun 2010 menggunakan pertumbuhan IHK secara berantai.

Sumber data:

1. Sensus Ekonomi 2006, BPS RI

2. Statistik Tenaga Kerja (SAKERNAS), BPS RI 3. Statistik Indeks Harga Konsumen, BPS RI

l. Subsektor Penerbitan

Industri: Industri Pengolahan

Tahap pertama dalam penyusunan SUT Ekonomi Kreatif khususnya kategori Industri Pengolahan adalah mengidentifikasi kode lima digit KBLI kedalam setiap klasifikasi SUT baik menurut produk maupun industri. Tahap selanjutnya adalah disagregasi setiap produk SUT, baik output maupun NTB ke dalam lima digit KBLI menggunakan data IBS dan IMK tahun 2010. Disagregasi dilakukan untuk semua produk, baik produk utama maupun produk sekunder.

Setelah memperoleh output menurut lima digit KBLI, kemudian dilakukan agregasi menurut produk dan industri untuk klasifikasi sektor ekonomi kreatif dan sektor non ekonomi kreatif.

Sumber data:

1. SUT Indonesia tahun 2010, BPS RI

2. Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) Tahunan, BPS RI 3. Statistik Industri Mikro dan Kecil (IMK) Tahunan, BPS RI

Industri: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor

(50)

32

Laporan Penyusunan PDB Ekonomi Kreatif 2010-2015

Penghitungan output untuk kegiatan perdagangan menggunakan pendekatan tidak langsung/commodity flow, yaitu dengan menghitung besarnya marjin perdagangan barang-barang subsektor penerbitan yang diperdagangkan. Dalam pendekatan ini, dibutuhkan rasio marjin perdagangan besar dan eceran. Marjin perdagangan diperoleh dari perkalian antara output industri pengolahannya dengan rasio marjin perdagangan besar dan eceran untuk masing-masing produk. Output yang didapat dari perkalian tersebut merupakan output utama. Sedangkan untuk output sekundernya, dihitung menggunakan rasio terhadap output utamanya. Rasio ini diperoleh dari survei khusus.

Sumber data:

1. Data output sektor barang, Subdirektorat Neraca Barang BPS RI 2. Survei Khusus Sektor Jasa (SKSJ), BPS RI

3. Survei Penyediaan dan Penggunaan (lapangan usaha) Jasa (SPPJ), BPS RI 4. SUT Indonesia tahun 2010, BPS RI

Industri: Informasi dan Komunikasi

Estimasi supply nilai produksi (output) subsektor penerbitan diperoleh dari data nilai produksi Industri Besar dan Sedang ditambah dengan pendapatan dari nilai belanja iklan yang dinikmati oleh surat kabar, majalah dan sejenisnya tahun 2010. Kemudian dilakukan disagregasi lima digit KBLI ekonomi kreatif menggunakan data dari Sensus Ekonomi 2006 dan laporan keuangan kantor berita Antara. Sedangkan untuk struktur supply, menggunakan struktur data produksi Industri Besar dan Sedang dan data Sensus Ekonomi 2006.

Sumber data:

1. Sensus Ekonomi 2006, BPS RI 2. SUT Indonesia tahun 2010, BPS RI

3. Statistik Industri Besar dan Sedang 2009, BPS RI

4. Belanja Iklan tahun 2010, Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (PPPI)

(51)

33

Laporan Penyusunan PDB Ekonomi Kreatif 2010-2015

Industri: Jasa Perusahaan

Estimasi output didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi 2006 (SE 2006). Dari hasil SE 2006 diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI 2005. Level output yang telah diperoleh digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI 2005. Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI 2015. Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Supply and Use Table (SUT) Nasional.

Sumber data:

1. Sensus Ekonomi 2006, BPS RI 2. SUT Indonesia tahun 2010, BPS RI Industri: Jasa Lainnya

Output dihitung menggunakan pendekatan produksi, yaitu dengan

mengalikan antara Indikator Produksi (IP) dan Indikator Harga (IH). Pendekatan indikator produksi yang digunakan dalam penghitungan output adalah jumlah tenaga kerja. Sedangkan, indikator harga yang digunakan adalah output per tenaga kerja. Indikator produksi untuk tahun 2010 diperoleh dengan melakukan ekstrapolasi jumlah tenaga kerja tahun 2006 ke tahun 2010 menggunakan pertumbuhan jumlah tenaga kerja Sakernas secara berantai. Sedangkan, indikator harga untuk tahun 2010 diperoleh dengan meng-inflate indikator harga tahun 2006 ke tahun 2010 menggunakan pertumbuhan IHK secara berantai.

Sumber data:

1. Sensus Ekonomi 2006, BPS RI

2. Statistik Tenaga Kerja (SAKERNAS), BPS RI 3. Statistik Indeks Harga Konsumen. BPS RI

m. Subsektor Periklanan Industri: Jasa Perusahaan

(52)

34

Laporan Penyusunan PDB Ekonomi Kreatif 2010-2015

2005. Level output yang telah diperoleh digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI 2005. Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI 2015. Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Supply and Use Table (SUT) Nasional.

Sumber data:

1. Sensus Ekonomi 2006, BPS RI 2. SUT Indonesia tahun 2010, BPS RI

n. Subsektor Televisi dan Radio Industri: Informasi dan Komunikasi

Estimasi supply subsektor televisi dan radio diperoleh dari nilai belanja iklan yang dinikmati oleh televisi dan radio serta dari data pendapatan laporan keuangan Radio Republik Indonesia (RRI) dan Televisi Republik Indonesia (TVRI). Untuk struktur supply, diperoleh dengan menggunakan struktur pendapatan laporan keuangan perusahaan go public dan data sensus ekonomi 2006.

Sumber data:

1. Sensus Ekonomi 2006, BPS RI 2. SUT Indonesia tahun 2010, BPS RI

3. Laporan keuangan perusahaan go public, BEI 4. Data RRI dan TVRI, APBN Kemenkeu

5. Data belanja iklan, PPPI, Ernest dan Katadata.com

o. Subsektor Seni Pertunjukan Industri: Jasa Perusahaan

(53)

35

Laporan Penyusunan PDB Ekonomi Kreatif 2010-2015

kreatif tahun 2010 menurut KBLI 2015. Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Supply and Use Table (SUT) Nasional.

Sumber data:

1. Sensus Ekonomi 2006, BPS RI 2. SUT Indonesia tahun 2010, BPS RI Industri: Pendidikan

Output diperoleh sebagai hasil perkalian antara indikator produksi dan

indikator harga. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah peserta kursus, sedangkan indikator harga yang digunakan adalah output per peserta kursus. Data jumlah peserta kursus diperoleh dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), sedangkan data output per peserta kursus diperoleh dari Survei Khusus Sektor Perdagangan dan Jasa (SKSPJ). Struktur

supply dibentuk dengan menggunakan hasil Supply and Use Table (SUT)

Nasional. Sumber data:

1. Statistik Pendidikan, Kemendikbud 2. SKSPJ 2009, BPS RI

3. SUT Indonesia Tahun 2010, BPS RI Industri: Jasa Lainnya

Output dihitung menggunakan pendekatan produksi, yaitu dengan

mengalikan antara Indikator Produksi (IP) dan Indikator Harga (IH). Pendekatan indikator produksi yang digunakan dalam penghitungan output adalah jumlah tenaga kerja. Sedangkan, indikator harga yang digunakan adalah output per tenaga kerja. Indikator produksi untuk tahun 2010 diperoleh dengan melakukan ekstrapolasi jumlah tenaga kerja tahun 2006 ke tahun 2010 menggunakan pertumbuhan jumlah tenaga kerja Sakernas secara berantai. Sedangkan, indikator harga untuk tahun 2010 diperoleh dengan meng-inflate indikator harga tahun 2006 ke tahun 2010 menggunakan pertumbuhan IHK secara berantai.

Sumber data:

(54)

36

Laporan Penyusunan PDB Ekonomi Kreatif 2010-2015

2. Statistik Tenaga Kerja (SAKERNAS), BPS RI 3. Statistik Daya Tarik Obyek Wisata, BPS RI 4. Statistik Indeks Harga Konsumen. BPS RI 5. Data Pajak, Kementerian Keuangan

p. Subsektor Seni Rupa

Industri: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor

Estimasi supply atau output diperoleh proporsi output industri tersebut terhadap total output industri perdagangan eceran, dengan menggunakan data sensus ekonomi 2006. Untuk struktur supply, juga menggunakan data Sensus Ekonomi 2006.

Sumber data:

1. Sensus Ekonomi 2006, BPS RI 2. SUT Indonesia tahun 2010, BPS RI Industri: Jasa Perusahaan

Estimasi output didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi 2006 (SE 2006). Dari hasil SE 2006 diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI 2005. Level output yang telah diperoleh digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI 2005. Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI 2015. Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Supply and Use Table (SUT) Nasional.

Sumber data:

1. Sensus Ekonomi 2006, BPS RI 2. SUT Indonesia tahun 2010, BPS RI Industri: Pendidikan

Output diperoleh sebagai hasil perkalian antara indikator produksi dan

(55)

37

Laporan Penyusunan PDB Ekonomi Kreatif 2010-2015

dan Kebudayaan (Kemendikbud), sedangkan data output per peserta kursus diperoleh dari Survei Khusus Sektor Perdagangan dan Jasa (SKSPJ). Struktur

supply dibentuk dengan menggunakan hasil Supply and Use Table (SUT)

Nasional. Sumber data:

1. Statistik Pendidikan, Kemendikbud 2. SKSPJ 2009, BPS RI

3. SUT Indonesia tahun 2010, BPS RI Industri: Jasa Lainnya

Output dihitung menggunakan pendekatan produksi, yaitu dengan

mengalikan antara Indikator Produksi (IP) dan Indikator Harga (IH). Pendekatan indikator produksi yang digunakan dalam penghitungan output adalah jumlah tenaga kerja. Sedangkan, indikator harga yang digunakan adalah output per tenaga kerja. Indikator produksi untuk tahun 2010 diperoleh dengan melakukan ekstrapolasi jumlah tenaga kerja tahun 2006 ke tahun 2010 menggunakan pertumbuhan jumlah tenaga kerja Sakernas secara berantai. Sedangkan, indikator harga untuk tahun 2010 diperoleh dengan meng-inflate indikator harga tahun 2006 ke tahun 2010 menggunakan pertumbuhan IHK secara berantai.

Sumber data:

1. Sensus Ekonomi 2006, BPS RI

2. Statistik Tenaga Kerja (SAKERNAS), BPS RI 3. Statistik Daya Tarik Obyek Wisata, BPS RI 4. Statistik Indeks Harga Konsumen. BPS RI

Ringkasan metode estimasi supply dari masing-masing subsektor Ekonomi Kreatif dapat dilihat pada lampiran 3.

3.2.2 Metode Estimasi Use Ekonomi Kreatif Tahun 2010

(56)

38

Laporan Penyusunan PDB Ekonomi Kreatif 2010-2015

industri-industri yang berkaitan dengan ekonomi kreatif pada tabel use SUT Indonesia tahun 2010. Sedangkan secara umum, struktur nilai tambah bruto (NTB) ekonomi kreatif berasal dari survei khusus dan Sensus Ekonomi 2006. Berikut adalah rincian metode estimasi use khususnya struktur nilai tambah bruto (NTB) dari masing-masing subsektor ekonomi kreatif.

a. Subsektor Arsitektur Industri: Jasa Perusahaan.

Nilai Tambah Bruto (NTB) tahun 2010 diperoleh dari hasil perkalian antara rasio NTB dengan output tahun 2010. Rasio NTB diperoleh dari hasil Sensus Ekonomi 2006 (SE 2006).

Sumber data:

1. Sensus Ekonomi 2006, BPS RI 2. SUT Indonesia tahun 2010, BPS RI

b. Subsektur Desain Interior Industri: Jasa Perusahaan

Nilai Tambah Bruto (NTB) tahun 2010 diperoleh dari hasil perkalian antara rasio NTB dengan output tahun 2010. Rasio NTB diperoleh dari hasil Sensus Ekonomi 2006 (SE 2006).

Sumber data:

1. Sensus Ekonomi 2006, BPS RI 2. SUT Indonesia tahun 2010, BPS RI Industri: Pendidikan

Nilai Tambah Bruto (NTB) tahun 2010 diperoleh dari hasil perkalian antara rasio NTB dengan output tahun 2010. Rasio NTB diperoleh dari hasil Sensus Ekonomi 2006 (SE 2006).

Sumber data:

(57)

39

Laporan Penyusunan PDB Ekonomi Kreatif 2010-2015

c. Subsektor Desain Komunikasi Visual Industri: Jasa Perusahaan

Nilai Tambah Bruto (NTB) tahun 2010 diperoleh dari hasil perkalian antara rasio NTB dengan output tahun 2010. Rasio NTB diperoleh dari hasil Sensus Ekonomi 2006 (SE 2006).

Sumber data:

1. Sensus Ekonomi 2006, BPS RI 2. SUT Indonesia tahun 2010, BPS R Industri: Pendidikan

Nilai Tambah Bruto (NTB) tahun 2010 diperoleh dari hasil perkalian antara rasio NTB dengan output tahun 2010. Rasio NTB diperoleh dari hasil Sensus Ekonomi 2006 (SE 2006).

Sumber data:

1. Sensus Ekonomi 2006, BPS RI 2. SUT Indonesia tahun 2010, BPS RI

d. Subsektor Desain Produk Industri: Jasa Perusahaan

Nilai Tambah Bruto (NTB) tahun 2010 diperoleh dari hasil perkalian antara rasio NTB dengan output tahun 2010. Rasio NTB diperoleh dari hasil Sensus Ekonomi 2006 (SE 2006).

Sumber data:

1. Sensus Ekonomi 2006, BPS RI 2. SUT Indonesia tahun 2010, BPS RI Industri: Pendidikan

Nilai Tambah Bruto (NTB) tahun 2010 diperoleh dari hasil perkalian antara rasio NTB dengan output tahun 2010. Rasio NTB diperoleh dari hasil Sensus Ekonomi 2006 (SE 2006).

Sumber data:

(58)

40

Laporan Penyusunan PDB Ekonomi Kreatif 2010-2015

e. Subsektor Film, Animasi, dan Video Industri: Industri Pengolahan

Dalam penyusunan use ekonomi kreatif, khususnya kategori Industri Pengolahan, prosesnya sama dengan yang dilakukan dalam menyusun

supply. Bedanya untuk menyusun use, disagregasi menurut lima digit KBLI

dan agregasi kedalam klasifikasi sektor ekonomi kreatif dilakukan untuk kelompok Nilai Tambah Bruto (NTB).

Dari hasil proses penyusunan output (supply) dan NTB (use) diatas, maka selisihnya akan dihasilkan total konsumsi antara untuk setiap kolom (industri kreatif). Struktur konsumsi antara diperoleh menggunakan proporsi dari kolom SUT Nasional induknya yang bersesuaian.

Sumber data:

1. SUT Indonesia tahun 2010, BPS RI

2. Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) Tahunan, BPS RI 3. Statistik Industri Mikro dan Kecil (IMK) Tahunan, BPS RI Industri: Informasi dan Komunikasi

Estimasi use, khususnya untuk Nilai Tambah Bruto (NTB), diperoleh menggunakan perkalian antara output dengan rasio NTB. Rasio NTB tersebut diperoleh dari data produksi Industri Besar dan Sedang, serta Sensus Ekonomi 2006.

Sumber data:

1. Sensus Ekonomi 2006, BPS RI 2. SUT Indonesia Tahun 2010, BPS RI

3. Statistik Industri Besar dan Sedang 2009, BPS RI Industri: Pendidikan

Nilai Tambah Bruto (NTB) tahun 2010 diperoleh dari hasil perkalian antara rasio NTB dengan output tahun 2010. Rasio NTB diperoleh dari hasil Sensus Ekonomi 2006 (SE 2006).

Sumber data:

(59)

41

Laporan Penyusunan PDB Ekonomi Kreatif 2010-2015

2. SUT Indonesia tahun 2010, BPS RI

f. Subsektor Fotografi Industri: Jasa Perusahaan

Nilai Tambah Bruto (NTB) tahun 2010 diperoleh dari hasil perkalian antara rasio NTB dengan output tahun 2010. Rasio NTB diperoleh dari hasil Sensus Ekonomi 2006 (SE 2006).

Sumber data:

1. Sensus Ekonomi 2006, BPS RI 2. SUT Indonesia tahun 2010, BPS RI Industri: Pendidikan

Nilai Tambah Bruto (NTB) tahun 2010 diperoleh dari hasil perkalian antara rasio NTB dengan output tahun 2010. Rasio NTB diperoleh dari hasil Sensus Ekonomi 2006 (SE 2006).

Sumber data:

1. Sensus Ekonomi 2006, BPS RI 2. SUT Indonesia tahun 2010, BPS RI Industri: Jasa Lainnya

Estimasi use industri Kesenian, Hiburan, dan Rekreasi Swasta, khususnya Nilai Tambah Bruto (NTB) diperoleh dengan mengalikan output dan rasio NTB. Rasio NTB didapatkan dari data Sensus Ekonomi 2006.

Sumber data:

1. Sensus Ekonomi 2006.

2. SUT Indonesia tahun 2010, BPS RI

g. Subsektor Kriya

Industri: Industri Pengolahan

Dalam penyusunan use ekonomi kreatif, khususnya kategori Industri Pengolahan, prosesnya sama dengan yang dilakukan dalam menyusun

(60)

42

Laporan Penyusunan PDB Ekonomi Kreatif 2010-2015

dan agregasi kedalam klasifikasi sektor ekonomi kreatif dilakukan untuk kelompok Nilai Tambah Bruto (NTB).

Dari hasil proses penyusunan output (supply) dan NTB (use) di atas, maka selisihnya akan dihasilkan total konsumsi antara untuk setiap kolom (industri kreatif). Struktur konsumsi antara diperoleh menggunakan proporsi dari kolom SUT Nasional induknya yang bersesuaian.

Sumber data:

1. SUT Indonesia tahun 2010, BPS RI

2. Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) Tahunan, BPS RI 3. Statistik Industri Mikro dan Kecil (IMK) Tahunan, BPS RI

Industri: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor

Estimasi use, khususnya untuk Nilai Tambah Bruto (NTB), diperoleh menggunakan perkalian antara output dengan rasio NTB.

Sumber data:

1. SUT Indonesia tahun 2010, BPS RI

h. Subsektor Kuliner

Industri: Industri Pengolahan

Dalam penyusunan use ekonomi kreatif, khususnya kategori Industri Pengolahan, prosesnya sama dengan yang dilakukan dalam menyusun

supply. Bedanya untuk menyusun use, disagregasi menurut lima digit KBLI

dan agregasi kedalam klasifikasi sektor ekonomi kreatif dilakukan untuk kelompok Nilai Tambah Bruto (NTB).

Dari hasil proses penyusunan output (supply) dan NTB (use) di atas, maka selisihnya akan dihasilkan total konsumsi antara untuk setiap kolom (industri kreatif). Struktur konsumsi antara diperoleh menggunakan proporsi dari kolom SUT Nasional induknya yang bersesuaian.

Sumber data:

1. SUT Indonesia tahun 2010, BPS RI

(61)

43

Laporan Penyusunan PDB Ekonomi Kreatif 2010-2015

3. Statistik Industri Mikro dan Kecil (IMK) Tahunan, BPS RI

Industri: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor

Estimasi use, khususnya untuk Nilai Tambah Bruto (NTB), diperoleh menggunakan perkalian antara output dengan rasio NTB.

Sumber data:

1. SUT Indonesia tahun 2010, BPS RI

Industri: Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum

Estimasi use, khususnya untuk Nilai Tambah Bruto (NTB), diperoleh menggunakan perkalian antara output dengan rasio NTB.

Sumber data:

1. SUT Indonesia tahun 2010, BPS RI

i. Subsektor Musik

Industri: Industri Pengolahan

Dalam penyusunan use ekonomi kreatif, khususnya kategori Industri Pengolahan, prosesnya sama dengan yang dilakukan dalam menyusun

supply. Bedanya untuk menyusun use, disagregasi menurut lima digit KBLI

dan agregasi kedalam klasifikasi sektor ekonomi kreatif dilakukan untuk kelompok Nilai Tambah Bruto (NTB).

Dari hasil proses penyusunan output (supply) dan NTB (use) di atas, maka selisihnya akan dihasilkan total konsumsi antara untuk setiap kolom (industri kreatif). Struktur konsumsi antara diperoleh menggunakan proporsi dari kolom SUT Nasional induknya yang bersesuaian.

Sumber data:

1. SUT Indonesia tahun 2010, BPS RI

2. Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) Tahunan, BPS RI 3. Statistik Industri Mikro dan Kecil (IMK) Tahunan, BPS RI

(62)

44

Laporan Penyusunan PDB Ekonomi Kreatif 2010-2015

Estimasi use, khususnya untuk Nilai Tambah Bruto (NTB), diperoleh menggunakan perkalian antara output dengan rasio NTB.

Sumber data:

1. SUT Indonesia tahun 2010, BPS RI Industri: Informasi dan Komunikasi

Estimasi use, khususnya untuk Nilai Tambah Bruto (NTB), diperoleh menggunakan perkalian antara output dengan rasio NTB. Rasio NTB tersebut diperoleh dari data produksi Industri Besar dan Sedang, serta Sensus Ekonomi 2006.

Sumber data:

1. Sensus Ekonomi 2006, BPS RI 2. SUT Indonesia tahun 2010, BPS RI

3. Statistik Industri Besar dan Sedang 2009, BPS RI Industri: Jasa Perusahaan

Nilai Tambah Bruto (NTB) tahun 2010 diperoleh dari hasil perkalian antara rasio NTB dengan output tahun 2010. Rasio NTB diperoleh dari hasil Sensus Ekonomi 2006 (SE 2006).

Sumber data:

1. Sensus Ekonomi 2006, BPS RI 2. SUT Indonesia tahun 2010, BPS RI Industri: Pendidikan

Nilai Tambah Bruto (NTB) tahun 2010 diperoleh dari hasil perkalian antara rasio NTB dengan output tahun 2010. Rasio NTB diperoleh dari hasil Sensus Ekonomi 2006 (SE 2006).

Sumber data:

(63)

45

Laporan Penyusunan PDB Ekonomi Kreatif 2010-2015

Estimasi use industri Kesenian, Hiburan, dan Rekreasi Swasta, khususnya Nilai Tambah Bruto (NTB) diperoleh dengan mengalikan output dan rasio NTB. Rasio NTB didapatkan dari data Sensus Ekonomi 2006.

Sumber data:

1. Sensus Ekonomi 2006.

2. SUT Indonesia tahun 2010, BPS RI

j. Subsektor Fashion

Industri: Industri Pengolahan

Dalam penyusunan use ekonomi kreatif, khususnya kategori Industri Pengolahan, prosesnya sama dengan yang dilakukan dalam menyusun

supply. Bedanya untuk menyusun use, disagregasi menurut lima digit KBLI

dan agregasi kedalam klasifikasi sektor ekonomi kreatif dilakukan untuk kelompok Nilai Tambah Bruto (NTB).

Dari hasil proses penyusunan output (supply) dan NTB (use) di atas, maka selisihnya akan dihasilkan total konsumsi antara untuk setiap kolom (industri kreatif). Struktur konsumsi antara diperoleh menggunakan proporsi dari kolom SUT Nasional induknya yang bersesuaian.

Sumber data:

1. SUT Indonesia tahun 2010, BPS RI

2. Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) Tahunan, BPS RI 3. Statistik Industri Mikro dan Kecil (IMK) Tahunan, BPS RI

Industri: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor

Estimasi use, khususnya untuk Nilai Tambah Bruto (NTB), diperoleh menggunakan perkalian antara output dengan rasio NTB.

Sumber data:

(64)

46

Laporan Penyusunan PDB Ekonomi Kreatif 2010-2015

Nilai Tambah Bruto (NTB) tahun 2010 diperoleh dari hasil perkalian antara rasio NTB dengan output tahun 2010. Rasio NTB diperoleh dari hasil Sensus Ekonomi 2006 (SE 2006).

Sumber data:

1. Sensus Ekonomi 2006, BPS RI 2. SUT Indonesia tahun 2010, BPS RI

k. Subsektor Aplikasi dan Game Developer Industri: Informasi dan Komunikasi

Estimasi use, khususnya untuk Nilai Tambah Bruto (NTB), diperoleh menggunakan perkalian antara output dengan rasio NTB. Rasio NTB tersebut diperoleh dari data pendapatan laporan keuangan perusahaan go

public dan data Sensus Ekonomi 2006.

Sumber data:

1. Sensus Ekonomi 2006, BPS RI 2. SUT Indonesia tahun 2010, BPS RI

3. Laporan keuangan perusahaan go public, BEI Industri: Jasa Perusahaan

Nilai Tambah Bruto (NTB) tahun 2010 diperoleh dari hasil perkalian antara rasio NTB dengan output tahun 2010. Rasio NTB diperoleh dari hasil Sensus Ekonomi 2006 (SE 2006).

Sumber data:

1. Sensus Ekonomi 2006, BPS RI 2. SUT Indonesia tahun 2010, BPS RI Industri: Jasa Lainnya

Estimasi use industri Kesenian, Hiburan, dan Rekreasi Swasta, khususnya Nilai Tambah Bruto (NTB) diperoleh dengan mengalikan output dan rasio NTB. Rasio NTB didapatkan dari data Sensus Ekonomi 2006.

Sumber data:

1. Sensus Ekonomi 2006.

Gambar

Tabel 2.1 Cakupan KBLI 2015 Subsektor Ekonomi Kreatif
Gambar 2.1 Ilustrasi Kerangka Kerja Supply and Use Table (SUT)
Gambar 2.3 Format Tabel Supply Ekonomi Kreatif
Gambar 2.4 Tahapan Penyusunan PDB Ekonomi Kreatif
+7

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, perusahaan harus dapat menciptakan kepuasan kerja dalam diri karyawan dan memerhatikan akibat yang ditimbulkan dari stres kerja selain itu lingkungan

Kenaikan persentase nilai pada kelas eksperimen lebih besar dari pada kelas kontrol, dapat dilihat dari perbedaan kenaikan hasil belajar kognitif sebesar 28,3%.Dalam artian

Gua-gua prasejarah tersebut tersebar di perbukitan karst yang membentang meliputi dua wilayah administratif yaitu Kabupaten Maros dan Pangkep, dari 127 situs prasejarah tersebut

Maka pada waktu yang sama yaitu 56 menit penggunaan belt conveyor dalam pengangkutan tebu dari lahan ke truk dapat menggantikan 4 orang tenaga manusia yang

dikembangkan semuanya menunjukan cocok dan layak digunakan dalam pembelajaran di kelas rendah maupun dikelas tinggi, sehingga dapat dikatakan model desain pembelajaran

Menyatakan bahwa Skripsi ini dengan judul: “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Batik di Kampung Batik Kauman Kota Pekalongan”, tidak terdapat karya yang pernah diajukan

Tabung baja dipakai sebagai bagian luar dari kolom kompo~it tabung baja beton, dipakai tabung baja dengan ukuran 6 em x 6 em, tebal 0.2 em dan dengan panjang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui penerapan model pembelajaran CIRC dapat meningkatkan kemampuan peserta didik pada mata pelajaran Bahasa Indonesia materi