BAB III METODOLOGI
3.2 Metode Penyusunan Supply and Use Table (SUT) Ekonomi Kreatif
3.2.1 Metode Estimasi Supply Ekonomi Kreatif Tahun 2010
Secara umum metode yang digunakan untuk estimasi output (supply) dari masing-masing industri menggunakan pendekatan produksi. Uraian metodologi masing-masing subsektor di bawah ini merujuk pada klasifikasi pada lampiran 1, bahwa setiap subsektor mencakup beberapa kategori dan lima digit KBLI 2015. Estimasi supply dilakukan per kategori dalam tiap-tiap subsektor ekonomi kreatif. Berikut adalah metode estimasi output (supply) dengan berbagai indikator yang digunakan dari masing-masing subsektor ekonomi kreatif.
15
Laporan Penyusunan PDB Ekonomi Kreatif 2010-2015
Industri: Jasa Perusahaan
Estimasi output menggunakan pendekatan produksi didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi 2006 (SE 2006). Dari hasil SE 2006 diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI 2005. Level output yang telah diperoleh digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI 2005. Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI 2015. Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Supply and Use Table (SUT) Nasional.
Sumber data:
1. Sensus Ekonomi 2006, BPS RI 2. SUT Indonesia tahun 2010, BPS RI
b. Subsektur Desain Interior Industri: Jasa Perusahaan
Estimasi output didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi 2006 (SE 2006). Dari hasil SE 2006 diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI 2005. Level output yang telah diperoleh digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI 2005. Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI 2015. Disagregasi desain menjadi 3: desain interior, desain komunikasi visual, dan desain produk dilakukan dengan menggunakan hasil Survei Khusus Ekonomi Kreatif (SKEK) 2012. Struktur
supply dibentuk dengan menggunakan hasil Supply and Use Table (SUT)
Nasional. Sumber data:
1. Sensus Ekonomi 2006, BPS RI
2. Survei Khusus Ekonomi Kreatif (SKEK) 2012, BPS RI 3. SUT Indonesia tahun 2010, BPS RI
16
Laporan Penyusunan PDB Ekonomi Kreatif 2010-2015
Output diperoleh sebagai hasil perkalian antara indikator produksi dan
indikator harga. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah peserta kursus, sedangkan indikator harga yang digunakan adalah output per peserta kursus. Data jumlah peserta kursus diperoleh dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), sedangkan data output per peserta kursus diperoleh dari Survei Khusus Sektor Perdagangan dan Jasa (SKSPJ). Struktur
supply dibentuk dengan menggunakan hasil Supply and Use Table (SUT)
Nasional. Sumber data:
1. Statistik Pendidikan, Kemendikbud 2. SKSPJ 2009, BPS RI
3. SUT Indonesia tahun 2010, BPS RI
c. Subsektor Desain Komunikasi Visual Industri: Jasa Perusahaan
Estimasi output didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi 2006 (SE 2006). Dari hasil SE2006 diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI 2005. Level output yang telah diperoleh digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI 2005. Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI 2015. Disagregasi desain menjadi 3: desain interior, desain komunikasi visual, dan desain produk dilakukan dengan menggunakan hasil Survei Khusus Ekonomi Kreatif (SKEK). Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Supply and Use Table (SUT) Nasional. Sumber data:
1. Sensus Ekonomi 2006, BPS RI
2. Survei Khusus Ekonomi Kreatif (SKEK) 2012, BPS RI 3. SUT Indonesia tahun 2010, BPS RI
17
Laporan Penyusunan PDB Ekonomi Kreatif 2010-2015
Output diperoleh sebagai hasil perkalian antara indikator produksi dan
indikator harga. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah peserta kursus, sedangkan indikator harga yang digunakan adalah output per peserta kursus. Data jumlah peserta kursus diperoleh dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), sedangkan data output per peserta kursus diperoleh dari Survei Khusus Sektor Perdagangan dan Jasa (SKSPJ). Struktur
supply dibentuk dengan menggunakan hasil Supply and Use Table (SUT)
Nasional. Sumber data:
1. Statistik Pendidikan, Kemendikbud 2. SKSPJ 2009, BPS RI
3. SUT Indonesia tahun 2010, BPS RI
d. Subsektor Desain Produk Industri: Jasa Perusahaan
Estimasi output didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi 2006 (SE 2006). Dari hasil SE 2006 diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI 2005. Level output yang telah diperoleh digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI 2005. Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI 2015. Disagregasi desain menjadi 3: desain interior, desain komunikasi visual, dan desain produk dilakukan dengan menggunakan hasil Survei Khusus Ekonomi Kreatif (SKEK). Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Supply and Use Table (SUT) Nasional. Sumber data:
1. Sensus Ekonomi 2006, BPS RI
2. Survei Khusus Ekonomi Kreatif (SKEK) 2012, BPS RI 3. SUT Indonesia tahun 2010, BPS RI
18
Laporan Penyusunan PDB Ekonomi Kreatif 2010-2015
Output diperoleh sebagai hasil perkalian antara indikator produksi dan
indikator harga. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah peserta kursus, sedangkan indikator harga yang digunakan adalah output per peserta kursus. Data jumlah peserta kursus diperoleh dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), sedangkan data output per peserta kursus diperoleh dari Survei Khusus Sektor Perdagangan dan Jasa (SKSPJ). Struktur
supply dibentuk dengan menggunakan hasil Supply and Use Table (SUT)
Nasional. Sumber data:
1. Statistik Pendidikan, Kemendikbud 2. SKSPJ 2009, BPS RI
3. SUT Indonesia tahun 2010, BPS RI
e. Subsektor Film, Animasi, dan Video Industri: Industri Pengolahan
Tahap pertama dalam penyusunan SUT Ekonomi Kreatif khususnya kategori Industri Pengolahan adalah mengidentifikasi kode limadigit KBLI kedalam setiap klasifikasi SUT, baik menurut produk maupun industri. Tahap selanjutnya adalah disagregasi setiap produk SUT baik output maupun NTB ke dalam limadigit KBLI menggunakan data IBS dan IMK tahun 2010. Disagregasi dilakukan untuk semua produk baik produk utama maupun produk sekunder.
Setelah memperoleh output menurut limadigit KBLI, kemudian dilakukan agregasi menurut produk dan industri untuk klasifikasi sektor ekonomi kreatif dan sektor non ekonomi kreatif.
Sumber data:
1. SUT Indonesia tahun 2010, BPS RI
2. Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) Tahunan, BPS RI 3. Statistik Industri Mikro dan Kecil (IMK) Tahunan, BPS RI
19
Laporan Penyusunan PDB Ekonomi Kreatif 2010-2015
Estimasi supply nilai produksi (output) diperoleh dari jumlah film, sinetron, dll dikalikan dengan rata-rata biaya pembuatan film, sinetron, dll. Untuk struktur supply, menggunakan struktur data produksi Industri Besar dan Sedang dan data Sensus Ekonomi 2006. Untuk disagregasioutput film pemerintah, menggunakan data pendapatan dari laporan keuangan perusahaan BUMN, kementerian BUMN.
Sumber data:
1. Sensus Ekonomi 2006, BPS RI 2. SUT Indonesia tahun 2010, BPS RI
3. Statistik Industri Besar dan Sedang 2009, BPS RI 4. Jumlah film, sinetron, dll, Kemenparekraf
5. Data pendapatan laporan keuangan BUMN, Kementerian BUMN. Industri: Pendidikan
Output diperoleh sebagai hasil perkalian antara indikator produksi dan
indikator harga. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah peserta kursus, sedangkan indikator harga yang digunakan adalah output per peserta kursus. Data jumlah peserta kursus diperoleh dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), sedangkan data output per peserta kursus diperoleh dari Survei Khusus Sektor Perdagangan dan Jasa (SKSPJ). Struktur
supply dibentuk dengan menggunakan hasil Supply and Use Table (SUT)
Nasional. Sumber data:
1. Statistik Pendidikan, Kemendikbud 2. SKSPJ 2009, BPS RI
3. SUT Indonesia tahun 2010, BPS RI
f. Subsektor Fotografi Industri: Jasa Perusahaan
Estimasi output didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi 2006 (SE 2006). Dari hasil SE 2006 diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI 2005. Level output yang telah diperoleh digunakan sebagai dasar untuk
20
Laporan Penyusunan PDB Ekonomi Kreatif 2010-2015
melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI 2005. Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI 2015. Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Supply and Use Table (SUT) Nasional.
Sumber data:
1. Sensus Ekonomi 2006, BPS RI 2. SUT Indonesia tahun 2010, BPS RI Industri: Pendidikan
Output diperoleh sebagai hasil perkalian antara indikator produksi dan
indikator harga. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah peserta kursus, sedangkan indikator harga yang digunakan adalah output per peserta kursus. Data jumlah peserta kursus diperoleh dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), sedangkan data output per peserta kursus diperoleh dari Survei Khusus Sektor Perdagangan dan Jasa (SKSPJ). Struktur
supply dibentuk dengan menggunakan hasil Supply and Use Table (SUT)
Nasional. Sumber data:
1. Statistik Pendidikan, Kemendikbud 2. SKSPJ 2009, BPS RI
3. SUT Indonesia Tahun 2010, BPS RI Industri: Jasa Lainnya
Output dihitung menggunakan pendekatan produksi, yaitu dengan
mengalikan antara Indikator Produksi (IP) dan Indikator Harga (IH). Pendekatan indikator produksi yang digunakan dalam penghitungan output adalah jumlah tenaga kerja. Sedangkan, indikator harga yang digunakan adalah output per tenaga kerja. Indikator produksi untuk tahun 2010 diperoleh dengan melakukan ekstrapolasi jumlah tenaga kerja tahun 2006 ke tahun 2010 menggunakan pertumbuhan jumlah tenaga kerja Sakernas secara berantai. Sedangkan, indikator harga untuk tahun 2010 diperoleh dengan meng-inflate indikator harga tahun 2006 ke tahun 2010 menggunakan pertumbuhan IHK secara berantai.
21
Laporan Penyusunan PDB Ekonomi Kreatif 2010-2015
Sumber data:
1. Sensus Ekonomi 2006, BPS RI
2. Statistik Tenaga Kerja (SAKERNAS), BPS RI 3. Statistik Daya Tarik Obyek Wisata, BPS RI 4. Statistik Indeks Harga Konsumen. BPS RI
g. Subsektor Kriya
Industri: Industri Pengolahan
Tahap pertama dalam penyusunan SUT Ekonomi Kreatif khususnya kategori Industri Pengolahan adalah mengidentifikasi kode limadigit KBLI kedalam setiap klasifikasi SUT baik menurut produk maupun industri. Tahap selanjutnya adalah disagregasi setiap produk SUT baik output maupun NTB ke dalam limadigit KBLI menggunakan data IBS dan IMK tahun 2010. Disagregasi dilakukan untuk semua produk baik produk utama maupun produk sekunder.
Setelah memperoleh output menurut limadigit KBLI, kemudian dilakukan agregasi menurut produk dan industri untuk klasifikasi sektor ekonomi kreatif dan sektor non ekonomi kreatif.
Sumber data:
1. SUT Indonesia tahun 2010, BPS RI
2. Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) Tahunan, BPS RI 3. Statistik Industri Mikro dan Kecil (IMK) Tahunan, BPS RI
Industri: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor
Industri perdagangan besar bukan mobil dan sepeda motor (48) dalam SUT meliputi kegiatan ekonomi penjualan kembali (tanpa perubahan teknis), baik barang baru maupun barang bekas kepada pengecer, industri, komersial, institusi atau pengguna profesional, atau kepada pedagang besar lainnya, atau yang bertindak sebagai agen atau broker dalam pembelian atau penjualan barang, baik perorangan maupun perusahaan. Perdagangan di subsektor kriya dibatasi hanya untuk perdagangan produk industri
22
Laporan Penyusunan PDB Ekonomi Kreatif 2010-2015
pengolahan di subsektor kriya yang berasal dari produksi dalam negeri atau domestik saja.
Output perdagangan adalah marjin perdagangan, yaitu nilai jual dikurangi
nilai beli barang yang diperdagangkan setelah dikurangi dengan biaya angkutan yang dikeluarkan oleh pedagang. Konsumsi antaranya adalah seluruh biaya yang digunakan untuk kepentingan usaha perdagangan, seperti perlengkapan tulis menulis, bahan pengepak dan pembungkus, rekening listrik dan telepon, serta biaya iklan.
Industri perdagangan eceran bukan mobil dan sepeda motor (49) dalam SUT meliputi penjualan kembali (tanpa perubahan teknis), baik barang baru maupun bekas, utamanya kepada masyarakat umum untuk konsumsi atau penggunaan perorangan maupun rumah tangga, melalui toko, departement
store, kios, mail-order houses, penjual dari pintu ke pintu, pedagang keliling,
koperasi konsumsi, rumah pelelangan, dan lain-lain. Pada umumnya, pedagang pengecer memperoleh hak atas barang-barang yang dijualnya, tetapi beberapa pedagang pengecer ada yang bertindak sebagai agen dan menjual atas dasar konsinyasi atau komisi. Perdagangan di subsektor kriya dibatasi hanya untuk perdagangan produk industri pengolahan di subsektor kriya yang berasal dari produksi dalam negeri atau domestik saja.
Penghitungan output untuk kegiatan perdagangan menggunakan pendekatan tidak langsung/commodity flow, yaitu dengan menghitung besarnya marjin perdagangan barang-barang subsektor kriya yang diperdagangkan. Dalam pendekatan ini dibutuhkan rasio marjin perdagangan besar dan eceran. Marjin perdagangan diperoleh dari perkalian antara output industri pengolahannya dengan rasio marjin perdagangan besar dan eceran untuk masing-masing produk. Output yang didapat dari perkalian tersebut merupakan output utama. Sedangkan untuk output sekundernya dihitung menggunakan rasio terhadap output utamanya. Rasio ini diperoleh dari survei khusus.
Sumber data:
23
Laporan Penyusunan PDB Ekonomi Kreatif 2010-2015
2. Survei Khusus Sektor Jasa (SKSJ), BPS RI
3. Survei Penyediaan dan Penggunaan (lapangan usaha) Jasa (SPPJ), BPS RI 4. SUT Indonesia tahun 2010, BPS RI
h. Subsektor Kuliner
Industri: Industri Pengolahan
Tahap pertama dalam penyusunan SUT Ekonomi Kreatif khususnya kategori Industri Pengolahan adalah mengidentifikasi kode lima digit KBLI ke dalam setiap klasifikasi SUT baik menurut produk maupun industri. Tahap selanjutnya adalah disagregasi setiap produk SUT baik output maupun NTB ke dalam lima digit KBLI menggunakan data IBS dan IMK tahun 2010. Disagregasi dilakukan untuk semua produk baik produk utama maupun produk sekunder.
Setelah memperoleh output menurut lima digit KBLI, kemudian dilakukan agregasi menurut produk dan industri untuk klasifikasi sektor ekonomi kreatif dan sektor non ekonomi kreatif.
Sumber data:
1. SUT Indonesia tahun 2010, BPS RI
2. Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) Tahunan, BPS RI 3. Statistik Industri Mikro dan Kecil (IMK) Tahunan, BPS RI
Industri: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor
Industri perdagangan di subsektor kuliner dibatasi hanya untuk perdagangan barang-barang domestik yang merupakan produk dari industri pengolahan di subsektor kuliner.
Penghitungan output untuk kegiatan perdagangan menggunakan pendekatan tidak langsung/commodity flow, yaitu dengan menghitung besarnya marjin perdagangan barang-barang subsektor kuliner yang diperdagangkan. Dalam pendekatan ini, dibutuhkan rasio marjin perdagangan besar dan eceran. Marjin perdagangan diperoleh dari perkalian antara output industri pengolahannya dengan rasio marjin perdagangan
24
Laporan Penyusunan PDB Ekonomi Kreatif 2010-2015
besar dan eceran untuk masing-masing produk. Output yang didapat dari perkalian tersebut merupakan output utama. Sedangkan untuk output sekundernya, dihitung menggunakan rasio terhadap output utamanya. Rasio ini diperoleh dari survei khusus.
Sumber data:
1. Data output sektor barang, Subdirektorat Neraca Barang BPS RI 2. Survei Khusus Sektor Jasa (SKSJ), BPS RI
3. Survei Penyediaan dan Penggunaan (lapangan usaha) Jasa (SPPJ), BPS RI 4. SUT Indonesia tahun 2010, BPS RI
Industri: Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum
Semua kegiatan yang masuk dalam kategori penyediaan makan minum merupakan cakupan dalam subsektor kuliner. Total output produk jasa penyediaan makan minum merupakan perkalian konsumsi makanan jadi per kapita dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Data konsumsi yang diperoleh dari Survei Sosial dan Ekonomi Nasional (Susenas) merupakan konsumsi seluruh anggota rumahtangga, baik di dalam negeri maupun di luar negeri (misalnya, turis Indonesia membeli makanan di restoran di luar negeri). Dengan kata lain, output yang dihasilkan merupakan total supply produk jasa penyediaan makan minum yang dihasilkan oleh seluruh industri, termasuk yang berasal dari impor.
Untuk mendapatkan total output domestik produk jasa penyediaan makan minum Susenas, maka konsumsi penduduk tersebut dikurangi dengan impor produk jasa penyediaan makan minum lalu ditambah dengan ekspor produk jasa penyediaan makan minum.
Persamaan formulanya bisa disederhanakan, sebagai berikut: Total Supply = Total Use
Output Domestik + Impor = Total Konsumsi (konsumsi antara dan
25
Laporan Penyusunan PDB Ekonomi Kreatif 2010-2015
Output Domestik = Total Konsumsi + Ekspor – Impor
Selain itu, konsumsi rumah tangga yang di data di Susenas, bisa dilakukan di penyediaan makan minum, baik di restoran yang ada di kereta api, di angkutan udara, maupun di hotel. Ini merupakan produk sekunder dari industri kereta api, angkutan udara, industri penyediaan akomodasi, dan industri lainnya. Jadi, untuk menghitung output jasa penyediaan makan minum yang khusus dihasilkan oleh industri penyediaan makan minum, maka harus dikurangi output jasa penyediaan makan minum yang dihasilkan oleh industri-industri lain tersebut.
Sumber data: 1. Susenas, BPS RI
2. Publikasi Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035, BPS RI
3. Passenger Exit Survey (Publikasi Statistik Kunjungan Wisatawan
Mancanegara, BPS RI
i. Subsektor Musik
Industri: Industri Pengolahan
Tahap pertama dalam penyusunan SUT Ekonomi Kreatif khususnya kategori Industri Pengolahan adalah mengidentifikasi kode lima digit KBLI kedalam setiap klasifikasi SUT baik menurut produk maupun industri. Tahap selanjutnya adalah disagregasi setiap produk SUT baik output maupun NTB ke dalam lima digit KBLI menggunakan data IBS dan IMK tahun 2010. Disagregasi dilakukan untuk semua produk baik produk utama maupun produk sekunder.
Setelah memperoleh output menurut lima digit KBLI, kemudian dilakukan agregasi menurut produk dan industri untuk klasifikasi sektor ekonomi kreatif dan sektor non ekonomi kreatif.
Sumber data:
1. SUT Indonesia tahun 2010, BPS RI
26
Laporan Penyusunan PDB Ekonomi Kreatif 2010-2015
3. Statistik Industri Mikro dan Kecil (IMK) Tahunan, BPS RI
Industri: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor
Industri perdagangan di subsektor musik dibatasi hanya untuk perdagangan barang-barang domestik yang merupakan produk barang di subsektor musik. Penghitungan output untuk kegiatan perdagangan menggunakan pendekatan tidak langsung/commodity flow yaitu dengan menghitung besarnya marjin perdagangan barang-barang subsektor musik yang diperdagangkan. Dalam pendekatan ini, dibutuhkan rasio marjin perdagangan besar dan eceran. Marjin perdagangan diperoleh dari perkalian antara output industri pengolahannya dengan rasio marjin perdagangan besar dan eceran untuk masing-masing produk. Output yang didapat dari perkalian tersebut merupakan output utama. Sedangkan untuk output sekundernya, dihitung menggunakan rasio terhadap output utamanya. Rasio ini diperoleh dari survei khusus.
Sumber data:
1. Data output sektor barang, Subdirektorat Neraca Barang BPS RI 2. Survei Khusus Sektor Jasa (SKSJ), BPS RI
3. SurveiPenyediaan dan Penggunaan (lapangan usaha) Jasa (SPPJ), BPS RI 4. SUT Indonesia tahun 2010, BPS RI
Industri: Informasi dan Komunikasi
Dengan menggunakan data Sensus Ekonomi 2006, data supply industri produksi gambar bergerak, video dan program televisi, perekaman suara dan penerbitan musik diproporsikan untuk memperoleh output subsektor musik. Untuk struktur supply, menggunakan struktur data produksi Industri Besar dan Sedang dan data Sensus Ekonomi 2006.
Sumber data:
1. Sensus Ekonomi 2006, BPS RI 2. SUT Indonesia tahun 2010, BPS RI
3. Statistik Industri Besar dan Sedang 2009, BPS RI Industri: Jasa Perusahaan
27
Laporan Penyusunan PDB Ekonomi Kreatif 2010-2015
Estimasi output didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi 2006 (SE 2006). Dari hasil SE 2006 diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI 2005. Level output yang telah diperoleh digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI 2005. Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI 2015. Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Supply and Use Table (SUT) Nasional.
Sumber data:
1. Sensus Ekonomi 2006, BPS RI 2. SUT Indonesia tahun 2010, BPS RI Industri: Pendidikan
Output diperoleh sebagai hasil perkalian antara indikator produksi dan
indikator harga. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah peserta kursus, sedangkan indikator harga yang digunakan adalah output per peserta kursus. Data jumlah peserta kursus diperoleh dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), sedangkan data output per peserta kursus diperoleh dari Survei Khusus Sektor Perdagangan dan Jasa (SKSPJ). Struktur
supply dibentuk dengan menggunakan hasil Supply and Use Table (SUT)
Nasional. Sumber data:
1. Statistik Pendidikan, Kemendikbud 2. SKSPJ 2009, BPS RI
3. SUT Indonesia tahun 2010, BPS RI
Industri: Jasa Lainnya
Output dihitung menggunakan pendekatan produksi, yaitu dengan
mengalikan antara Indikator Produksi (IP) dan Indikator Harga (IH). Pendekatan indikator produksi yang digunakan dalam penghitungan output adalah jumlah tenaga kerja. Sedangkan, indikator harga yang digunakan adalah output per tenaga kerja. Indikator produksi untuk tahun 2010 diperoleh dengan melakukan ekstrapolasi jumlah tenaga kerja tahun 2006
28
Laporan Penyusunan PDB Ekonomi Kreatif 2010-2015
ke tahun 2010 menggunakan pertumbuhan jumlah tenaga kerja Sakernas secara berantai. Sedangkan, indikator harga untuk tahun 2010 diperoleh dengan meng-inflate indikator harga tahun 2006 ke tahun 2010 menggunakan pertumbuhan IHK secara berantai.
Sumber data:
1. Sensus Ekonomi 2006, BPS RI
2. Statistik Tenaga Kerja (SAKERNAS), BPS RI 3. Statistik Indeks Harga Konsumen. BPS RI
j. Subsektor Fashion
Industri: Industri Pengolahan
Tahap pertama dalam penyusunan SUT Ekonomi Kreatif khususnya kategori Industri Pengolahan adalah mengidentifikasi kode lima digit KBLI kedalam setiap klasifikasi SUT baik menurut produk maupun industri. Tahap selanjutnya adalah disagregasi setiap produk SUT, baik output maupun NTB ke dalam lima digit KBLI menggunakan data IBS dan IMK tahun 2010. Disagregasi dilakukan untuk semua produk baik produk utama maupun produk sekunder.
Setelah memperoleh output menurut lima digit KBLI, kemudian dilakukan agregasi menurut produk dan industri untuk klasifikasi sektor ekonomi kreatif dan sektor non ekonomi kreatif.
Sumber data:
1. SUT Indonesia tahun 2010, BPS RI
2. Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) Tahunan, BPS RI 3. Statistik Industri Mikro dan Kecil (IMK) Tahunan, BPS RI
Industri: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor
Industri perdagangan di subsektor fashion dibatasi hanya untuk perdagangan barang-barang domestik yang merupakan produk dari industri pengolahan di subsektor fashion.
29
Laporan Penyusunan PDB Ekonomi Kreatif 2010-2015
Penghitungan output untuk kegiatan perdagangan menggunakan pendekatan tidak langsung/commodity flow yaitu dengan menghitung besarnya marjin perdagangan barang-barang subsektor fashion yang diperdagangkan. Dalam pendekatan ini, dibutuhkan rasio marjin perdagangan besar dan eceran. Marjin perdagangan diperoleh dari perkalian antara output industri pengolahannya dengan rasio marjin perdagangan besar dan eceran untuk masing-masing produk. Output yang didapat dari perkalian tersebut merupakan output utama. Sedangkan untuk output