BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Obligasi
Obligasi (bond) merupakan suatu kontrak yang mengharuskan peminjam untuk membayar kembali pokok pinjaman ditambah dengan bunga pinjaman
dalam kurun waktu tertentu yang sudah disepakati oleh pihak yang bersangkutan
(Jogiyanto, 2003:11)
Menurut Moechdie dan Ramelan (2012:299), Obligasi adalah salah satu
jenis utang. Secara umum obligasi adalah surat tanda utang jangka panjang.
Menurut konvensi yang berlaku di Indonesia, surat utang dengan tenor di atas 5
(lima) tahun disebut obligasi, meskipun beberapa surat hutang bertenor 3 (tiga)
tahun yang diterbitkan perusahaan pembiayaan dipasarkan dan dicatat sebagai
obligasi. kebanyakan obligasi yang di Indonesia bertenor 5 (lima) tahun dan
paling panjang adalah 30 (tiga puluh) tahun.
Obligasi merupakan alternatif pendanaan melalui hutang yang menarik bagi
perusahaan atau pemerintah karena pada umumnya obligasi memiliki jatuh tempo
yang panjang dan relatif murah karena merupakan hutang yang secara langsung
kepada masyarakat (supplier modal). Obligasi yang baru diterbitkan biasanya
dijual sama atau mendekati nilai nominalnya. Hal ini disebabkan karena bunga
obligasi yang diberikan hampir sama dengan suku bunga yang berlaku di pasar
yang maksudnya tingkat keuntungan yang diisyaratkan investor pada suatu
obligasi. Tinggi rendahnya tingkat keuntungan yang diisyaratkan oleh investor
pasar, harga (nilai) obligasi lebih tinggi dari nilai nominalnya. Sebaliknya jika
bunga obligasi lebih rendah dari tingkat bunga yang berlaku di pasar saham, harga
(nilai) obligasi lebih kecil dari nilai nominalnya. Obligasi yang dijual dibawah
nilai nominalnya disebut obligasi diskon (discount bond) dan obligasi yang dijual diatas nilai nominalnya disebut obligasi premi (premium bond)
(Sjahrial, 2009:238)
2.2. Karakteristik Obligasi
Menurut Keown et al. (2011:236) beberapa karakteristik dari obligasi yang biasa didengar adalah sebagai berikut:
1. Klaim Terhadap Aset-aset dan Penghasilan Perusahaan
Obligasi juga mempunyai klaim terhadap penghasilan yang akan datang atas
saham biasa dan saham preferen. Secara umum, jika bunga obligasi tidak
dibayar, badan pengawas obligasi dapat menggolongkan perusahaan tersebut
sebagai perusahaan yang tidak mampu membayar hutang dan terpaksa
perusahaan tersebut menjadi bangkrut. Dengan demikian, klaim pemegang
obligasi terhadap penghasilan lebih cenderung dilunasi daripada saham biasa
dan saham preferen yang devidennya dibayar terserah pada manajemen
2. Nilai Nominal
Nilai nominal suatu obligasi adalah nilai yang tertera pada lembar obligasi
yang akan dikembalikan kepada pemegang obligasi pada saat jatuh tempo.
3. Suku Bunga Kupon
Suku bunga kupon pada obligasi menunjukkan besarnya persentase bunga
terhadap nilai nominal obligasi yang akan dibayar setiap tahun. Menurut
Brigham dan Houston (2006:347), Tingkat bunga kupon obligasi dapat
dibedakan menjadi:
a. Obligasi dengan tingkat bunga kupon mengambang yaitu obligasi yang
tingkat suku bunganya turun dan naik dengan mengikuti perubahan yang
terjadi pada tingkat suku bunga secara umum.
b. Obligasi dengan kupon nol yaitu obligasi yang tidak membayarkan bunga
tahunan tetapi dijual dengan diskon dibawah harga yang ditetapkan,
sehingga memberikan keringanan kepada para investornya.
c. Obligasi dengan diskon penerbitan awal yaitu semua obligasi yang pada
awalnya ditawarkan dengan harga di bawah nilai parinya.
4. Batas Waktu (Maturity)
Batas waktu dari obligasi menunjukkan lamanya waktu sampai penerbit
obligasi mengembalikan nilai obligasi ke pemegang obligasi dan berakhirnya
5. Indenture
Indenture merupakan kesepakatan hukum antara perusahaan penerbit obligasi dan perwalian obligasi yang mewakili pemegang obligasi. Surat perjanjian
menyediakan term spesifik mengenai persetujuan pinjaman, yang mencakup uraian dari obligasi, hak pemegang obligasi, hak perusahaan penerbit obligasi,
dan tanggung jawab perwalian.
6. Tingkat Penghasilan Lancar
Tingkat penghasilan lancar obligasi mengacu pada keuntungan yang diperoleh
oleh pihak yang membeli obligasi dari bunga yang telah ditetapkan terhadap
harga obligasi di pasaran.
7. Peringkat Obligasi
Peringkat obligasi mencakup penilaian tentang potensi risiko masa depan dari
suatu obligasi.
2.3. Jenis-jenis Obligasi
Menurut Tandelilin (2010:247), ada beberapa jenis obligasi perusahaan
dengan masing-masing karakteristik yang berbeda:
1. Obligasi Dengan Jaminan (mortgage bonds)
Obligasi dengan jaminan adalah obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan
dengan menggunakan jaminan suatu aset real, sehingga jika perusahaan gagal memenuhi kewajibannya maka pemegang obligasi berhak untuk mengambil alih
2. Obligasi Tanpa Jaminan (debentures atau unsecured bond)
Obligasi tanpa jaminan dalah obligasi yang diterbitkan tanpa menggunakan
suatu jaminan aset real tertentu. Sama halnya dengan mortgage bond, perusahaan juga bisa menerbitkan obligasi tanpa jaminan lagi setelah obligasi
tanpa jaminan diterbitkan, atau disebut sebagai subordinated (junior) debentures.
3. Obligasi Konversi
Obligasi konversi merupakan obligasi yang memberikan hak kepada
pemegangnya untuk menukar obligasi tersebut dengan sejumlah saham
perusahaan pada harga yang telah ditetapkan, sehingga pemegang obligasi
mempunyai kesempatan untuk memperoleh keuntungan dari selisih penjualan
dan pembelian saham.
4. Obligasi yang disertai Warrant.
Obligasi yang disertai dengan adanya warrant berarti pemegang obligasi mempunyai hak untuk membeli saham perusahaan pada harga yang telah
ditentukan. Sama halnya dengan obligasi konversi, pemegang obligasi dengan
waran akan mempunyai kesempatan untuk mendapatkan keuntungan jika harga
saham mengalami kenaikan.
5. Obligasi Tanpa Kupon (zero coupon bond)
Obligasi tanpa kupon adalah obligasi yang tidak memberikan pembayaran
bunga. Obligasi tanpa kupon umumnya ditawarkan pada harga di bawah nilai
6. Obligasi Dengan Tingkat Bunga Mengambang (Floating Rate Bond)
Obligasi dengan tingkat bunga mengambang adalah obligasi yang memberikan
tingkat bunga yang besarnya disesuaikan dengan fluktuasi tingkat bunga pasar
yang berlaku. Umumnya obligasi ditawarkan dengan menggunakan kupon
sebesar persentase tertentu dari suku bunga deposito atau bisa juga kombinasi
dengan suku bunga tetap.
7. Putable Bond
Putable bond adalah obligasi yang memberikan hak kepada pemegang obligasi untuk menerima pelunasan obligasi sesuai dengan nilai par sebelum waktu jatuh
tempo. Putable bond akan melindungi pemegang obligasi terhadap fluktuasi. jika tingkat bunga pasar mengalami kenaikan dan harga obligasi akan
mengalami penurunan maka pemegang obligasi mempunyai hak untuk meminta
pelunasan perusahaan, sehingga pemegang obligasi tersebut dapat
menginvestasikan kembali dananya pada tingkat bunga yang sesuai dengan
tingkat bunga pasar yang berlaku.
8. Junk Bond
Junk bond adalah obligasi yang memberikan tingkat keuntungan (kupon) yang tinggi, tetapi juga mengandung risiko yang sangat tinggi pula. Junk bond
diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan yang berisiko tinggi atau oleh
perusahaan yang ingin membiayai suatu rencana merger atau akuisisi. 9. Sovereign Bonds
2.4. Imbal Hasil Obligasi (Yield Obligasi)
Imbal hasil obligasi merupakan pendapatan obligasi yang dapat diperoleh
dari hasil obligasi dan bunga obligasi. Analis dan investor menggunakan beberapa
ukuran yield untuk menentukan imbalan atas investasi obligasi. Menurut Tandelilin (2010:257) beberapa ukuran yield obligasi yang dapat digunakan oleh investor, yaitu:
1. Nominal Yield dan Current Yield
Nominal yield atau lebih dikenal dengan sebutan tingkat kupon adalah penghasilan bunga kupon tahunan yang dibayarkan pada pemegang obligasi.
tingkat bunga kupon dinyatakan sebagai persentase nilai nominal.
Tingkat Kupon = Penghasilan bunga tahunan Nilai nominal
Current Yield adalah penghasilan bunga kupon tahunan dibagi dengan harga pasar obligasi.
Current Yield = Penghasilan bunga tahunan Harga pasar obligasi
2. Yield To Maturity (YTM)
Yield To Maturity bisa diartikan sebagai tingkat return majemuk yang akan diterima investor jika pembeli obligasi pada harga pasar saat ini dan menahan
obligasi tersebut hingga jatuh tempo. yield to maturity merupakan ukuran yield
Untuk menghitung yield to maturity digunakan persamaan sebagai berikut
n = Jumlah tahunan sampai dengan jatuh tempo obligasi
Ci = Pembayaran kupon untuk obligasi i setiap tahunnya
YTM = Yield to maturity Pp = Nilai par dari obligasi
Yield to maturity adalah nilai yang dicari dengan menggunakan data harga obligasi saat ini, waktu jatuh tempo, kupon dan nilai par obligasi yang diketahui
dengan cara mencoba-coba memasukkan nilai yang paling mendekati dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut (Tandelilin, 2010:260):
YTM* =
n = Jumlah tahunan sampai dengan jatuh tempo obligasi
Ci = Pembayaran kupon untuk obligasi i setiap tahunnya
3. Yield To Call (YTC)
Yield to call (YTC) adalah yield yang diperoleh pada obligasi yang bisa dibeli kembali (callable). Obligasi yang callable berarti bahwa emiten bisa melunasi atau membeli kembali obligasi yang telah diterbitkannya dari tangan investor
yang memegang obligasi tersebut, sebelum jatuh tempo. Umumnya obligasi
yang mempunyai peluang besar untuk dilunasi sebelum jatuh tempo adalah
obligasi-obligasi yang dijual pada harga premi (misalnya obligasi yang
kuponnya tinggi dan mempunyai harga pasar diatas nilai parinya). Untuk
menghitung yield to call digunakan persamaan sebagai berikut (Tandelilin, 2010:265):
P =
∑
Ci/2�1+YTC 2 �
t
+
Pc
�1+YTC2 � 2c 2c
t=1
Dimana:
P = Harga pasar obligasi saat ini
YTC = Yield to call
Ci = Pendapatan kupon per tahun
c = Periode sampai dengan saat obligasi dilunasi (first call date) Pp = Call price obligasi
Yield to call (YTC) dihitung sama dengan menghitung Yield To Maturity
YTC* =
Ci+ Pc-P
n Pc+P
2
Dimana:
YTC* = Nilai yield to call (YTC) yang mendekati P = Harga obligasi pada saat ini (t=0)
n = Jumlah tahun sampai dengan yield to call yang terdekat Ci = Pendapatan kupon per tahun
Pc = Call price obligasi
4. Realized (horizon) Yield
Realized (horizon) yield Atau yield yang terealisasi (horizon) adalah tingkat return harapan investor dari sebuah obligasi, jika obligasi tersebut dijual
kembali oleh investor sebelum waktu jatuh temponya. Di samping itu, yield
yang teralisasi (horizon) dapat juga digunakan untuk mengestimasi tingkat return yang dapat diperoleh investor dengan menggunakan strategi
perdagangan tertentu. Untuk menghitung yield yang teralisasi digunakan persamaan sebagai berikut (Tandelilin, 2010:267):
P =
∑
Ci/2�1+RY 2 �
t
+
Pf�1+RY2 � 2h 2h
Dimana:
P = Harga pasar obligasi pada saat ini
RY = Yield yang terealisasi (horizon) Ci = Pendapatan kupon per tahun
h = Periode investasi obligasi (dalam tahun)
Pf = Harga jual obligasi di masa yang akan datang
Menghitung realized (horizon) Yield yang mendekati juga digunakan perhitungan sama seperti untuk menghitung perkiraan yield to call dan yield to maturity yaitu dengan persamaan sebagai berikut (Tandelilin, 2010:268):
RY* =
Ci+ Pf-P
n Pf+P
2
Dimana:
RY* = Nilai yield yang terealisasi (horizon) yang mendekati P = Harga obligasi pada saat ini (t=0)
h = Periode investasi obligasi (dalam tahun)
Ci = Pendapatan kupon obligasi per tahun
Kegunaan masing-masing yield tersebut dapat diringkas seperti dalam tabel berikut :
Tabel 2.1
Kegunaan masing-masing yield obligasi.
Ukuran yield Kegunaan
Nominal Yield Mengukur tingkat kupon
Current Yield Mengukur tingkat pendapatan sekarang
Yield To Maturity (YTM) Mengukur tingkat return harapan jika obligasi disimpan sampai waktu jatuh temponya
Yield To Call (YTC) Mengukur tingkat return harapan untuk dilunasi (call) sebelum jatuh tempo
Realized (horizon) Yield Mengukur tingkat return harapan untuk obligasi yang akan dijual sebelum jatuh tempo.
Sumber : Tandelilin, (2010:267)
2.5. Peringkat Obligasi (Bond Rating)
Menurut Moechdie dan Ramelan (2012:310), penerbitan obligasi tidak harus
menggunakan agunan khusus seperti kalau meminjam ke bank. Ini merupakan
potensi risiko bagi pemodal. Bagaimanapun juga, pemodal memerlukan tidak saja
kesanggupan, tetapi juga kemampuan emiten membayar imbalan dan pokok
pinjaman. Karena alasan ini, sejak 1994, setiap obligasi yang akan dicatatkan di
Bursa Efek Domestik wajib diperingkat oleh lembaga pemeringkat yang sudah
memperoleh lisensi dari BAPEPAM-LK. Dalam pemeringkatan ini sebuah
obligasi dikelompokkan berdasarkan kemampuan membayar kewajibannya.
Pemeringkatan obligasi dilakukan sebelum obligasi tersebut ditawarkan kepada
pemodal tetapi, karena sebuah obligasi mungkin belum akan ditebus atau jatuh
tempo beberapa tahun atau bahkan puluhan tahun kedepan, maka pemeringkatan
Dalam Keown et al. (2011:237) dinyatakan, John Moody pertama kali membuat peringkat obligasi pada tahun 1909. Sejak saat itu ada tiga agensi yakni
Moody’s, Standard and Poor’s, dan Fitch Investor Service membuat peringkat pada perusahaan obligasi. Peringkat obligasi mencakup penilaian atas risiko
obligasi yang mungkin terjadi kemudian.
Faktor historikal memainkan peran penting dalam menentukan peringkat
obligasi. Peringkat obligasi secara umum dipengaruhi oleh:
1. Proporsi modal terhadap hutang
2. Tingkat profitabilitas perusahaan
3. Tingkat kepastian dalam menghasilkan pendapatan
4. Besar kecilnya perusahaan
5. Sedikit penggunaan hutang subordinat
Peringkat obligasi juga akan mempengaruhi tingkat pengembalian obligasi
yang diinginkan oleh investor. Semakin buruk peringkat suatu obligasi, maka
akan semakin tinggi tingkat pengembalian hasil yang dituntut atas suatu obligasi.
Peringkat ini menjadi sangat penting artinya bagi para manajer keuangan karena
merupakan indikator atas risiko sebuah obligasi yang akhirnya memperngaruhi
tingkat pengembalian yang harus dibayarkan atas dana pinjaman.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Magreta dan Nurmayanti
(2009) menyatakan bahwa, faktor-faktor yang mempengaruhi prediksi peringkat
obligasi adalah profitabilitas dan produktivitas yang termasuk pada faktor
akuntansi dan jaminan yang diberikan oleh pihak penerbit obligasi termasuk
2.6. Syarat-Syarat Penilaian Peringkat Obligasi PT PEFINDO
Persyaratan penilaian peringkat PT PEFINDO yang diperoleh dari situs
resmi PT PEFINDO
1. Persyaratan Umum Penilaian
a. Secara umum, suatu perseroan terbatas yang telah beroperasi selama lebih
dari 5 (lima) tahun, meskipun PEFINDO juga melakukan rating untuk Perusahaan yang beroperasi selama kurang dari 5 (lima) tahun.
b. Laporan keuangan diaudit oleh Akuntan Publik terdaftar di BAPEPAM - LK
yang dapat dipertanggungjawabkan untuk 2 (dua) tahun terakhir.
c. Laporan terbaru keuangan yang telah diaudit tidak melebihi 180 (seratus
delapan puluh) hari sejak tanggal penutupan laporan keuangan. Jika laporan
audit keuangan perusahaan melebihi batas, maka laporan keuangan internal
harus disertai dengan pernyataan yang ditandatangani oleh Direksi dan
Komisaris yang menyatakan bahwa laporan keuangan internal benar-benar
mencerminkan kondisi keuangan saat ini perseroan bersama dengan nama
akuntan publik.
2. Informasi Dasar yang diperlukan untuk penilaian
a. Laporan audit perusahaan keuangan untuk 5 (lima) tahun terakhir dan paling
tidak untuk 2 (dua) tahun terakhir yang telah diaudit laporan keuangannya
oleh akuntan publik yang terdaftar di Bapepam-LK.
b. Proyeksi keuangan perusahaan selama usia instrumen utang yang dinilai.
Untuk industri tertentu proyeksi keuangan yang diperlukan minimal 5 (lima)
c. Prospektus baru perusahaan (memorandum informasi) yang telah dikeluarkan
dan laporan tahunan untuk 3 (tiga) tahun.
d. Sebuah deskripsi singkat mengenai kegiatan bisnis dan informasi penting
lainnya pada perusahaan, perusahaan induk, afiliasi dan anak perusahaan
serta grup perusahaan pada umumnya.
2.7. Kategori Pemeringkatan pada PT PEFINDO
Situs resmi PEFINDO
rating PEFINDO bukan merupakan rekomendasi untuk membeli, menjual, atau menahan surat hutang tertentu yang diterbitkan oleh perusahaan, karena tidak
mengomentari harga pasar atau kesesuaian untuk investor tertentu. Peringkat
obligasi didasarkan pada informasi saat ini yang dilengkapi oleh emiten atau
diperoleh oleh PEFINDO dari sumber lain yang dianggap dapat diandalkan.
PEFINDO dapat mengubah, menangguhkan, atau menarik rating kredit akibat dari
Tabel 2.2
Kategori Rating Pada PT PEFINDO
idAAA Efek Utang dengan peringkat idAAA merupakan Efek Utang yang
didukung oleh kemampuan Obligor yang superior relatif dibanding entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban finansial jangka panjangnya sesuai dengan yang diperjanjikan.
idAA Efek Utang dengan peringkat idAA memiliki kualitas kredit sedikit
di bawah peringkat tertinggi, didukung oleh kemampuan Obligor yang sangat kuat untuk memenuhi kewajiban finansial jangka panjangnya sesuai dengan yang diperjanjikan, relatif dibandingkan ekuitas Indonesia lainnya.
idA Efek Utang dengan Peringkat idA memiliki dukungan kemampuan
Obligor yang kuat dibandingkan entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban finansial jangka panjangnya sesuai dengan yang diperjanjikan, namun cukup peka terhadap perubahan keadaan yang merugikan
idBBB Efek Utang dengan peringkat idBBB didukung oleh kemampuan
obligor yang memadai relatif dibandingkan entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban finansial jangka panjangnya sesuai dengan yang diperjanjikan, namun kemampuan tersebut dapat diperlemah oleh perubahan keadaan bisnis dan perekonomian yang merugikan.
idBB Efek Utang dengan peringkat idBB menunjukkan dukungan
kemampuan Obligor yang agak lemah relatif dibandingkan entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban finansial jangka panjangnya sesuai dengan yang diperjanjikan, serta peka terhadap keadaan bisnis dan perekonomian yang tidak menentu dan
merugikan.
idB Efek utang dengan peringkat idB menunjukkan parameter
perlindungan yang sangat lemah. Walaupun obligor masih
memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka panjangnya, namun adanya perubahan keadaan bisnis dan
perekonomian yang merugikan akan memperburuk kemampuan tersebut untuk memenuhi kewajiban finansialnya.
idCCC Hutang dengan peringkat ini rentan terhadap non-payment, dan
tergantung pada bisnis yang menguntungkan dan kondisi keuangan bagi obligor untuk memenuhi hutang jangka panjangnya.
idD Keamanan hutang pada peringkat ini dalam gagal bayar, atau gagal
memenuhi kewajiban, terjadi secara otomatis pada kewajiban non-payment yang pertama kali. Pengecualian dibenarkan bila
pembayaran bunga lewat dari tanggal jatuh tempo yang dilakukan dalam masa tenggang.
2.8. Reaksi Pasar Saham
Menurut Jogiyanto (2003:369), bagaimana suatu pasar bereaksi terhadap
suatu informasi untuk mencapai harga keseimbangan yang baru merupakan hal
yang penting. Jika pasar bereaksi dengan cepat dan akurat untuk mencapai harga
keseimbangan baru yang sepenuhnya mencerminkan informasi yang tersedia,
maka kondisi pasar seperti ini disebut dengan pasar efisien. Efisiensi pasar seperti
ini disebut dengan efisiensi pasar secara informasi (informationally efficient market) yaitu bagaimana pasar bereaksi terhadap informasi yang tersedia.
Menurut Tandelilin (2010:219), bahwa reaksi-reaksi pasar saham dapat
berupa adanya suatu proses penyesuain harga sekuritas menuju harga
keseimbangan yang baru, sebagai respon atas informasi baru yang masuk ke
pasar. Pada waktu tertentu pasar bisa overadjusted atau underadjusted ketika bereaksi terhadap informasi baru, sehingga harga baru yang terbentuk tersebut
bisa jadi tidak mencerminkan nilai intrinsik dari sekuritas tersebut.
Adanya perubahan harga saham sebagai bentuk reaksi pasar saham dalam
menanggapi informasi yang masuk ke dalam pasar saham yang kemudian akan
menyebabkan terjadinya return tak normal, yang artinya adanya selisih antara
2.9.Efisiensi Pasar Saham
Menurut Tandelilin (2010:219), pasar yang efisien adalah pasar dimana
harga semua sekuritas yang diperdagangkan telah mencerminkan semua informasi
yang tersedia. Beberapa kondisi tercapainya kondisi pasar yang efisien adalah
sebagai berikut :
1. Ada banyak investor yang rasional dan berusaha untuk memaksimalkan profit.
Investor-investor tersebut secara aktif berpartisipasi di pasar dengan
menganalisis, menilai, dan melakukan perdagangan saham.
2. Semua pelaku pasar dapat memperoleh informasi pada saat yang sama dengan
cara yang murah dan mudah.
3. Informasi yang terjadi bersifat random.
4. Investor bereaksi secara cepat terhadap informasi baru, sehingga harga
sekuritas akan berubah sesuai dengan perubahan nilai sebenarnya akibat
informasi tersebut.
Secara umum, dapat dikatakan bahwa setiap informasi yang dapat
digunakan untuk memprediksi kinerja saham akan tercermin dalam harga saham.
Akan tetapi, jika saham seketika ditawar pada harga wajar, dengan seluruh
informasi yang tersedia, maka kenaikan atau penurunan tersebut adalah tanggapan
terhadap informasi baru. Hal tersebut menunjukkan bahwa harga saham akan
mengikuti sebuah pergerakan acak (random walk), yaitu bahwa perubahan harga bersifat acak dan secara tidak dapat diprediksi. Sebuah pergerakan acak
merupakan hasil alami dari harga yang selalu mencerminkan seluruh pengetahuan
Menurut Bodie et al. (2006:479), pernyataan bahwa harga saham telah mencerminkan seluruh informasi yang tersedia disebut juga hipotesis pasar efisien
(Efficient market hypothesis-EMH) yang dibagi menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu: 1. Hipotesis Bentuk Lemah (weak-form)
Hipotesis bentuk lemah menyebutkan bahwa harga saham telah mencerminkan
seluruh informasi yang dapat diturunkan dengan menguji data perdagangan
pasar berupa harga historis, volume perdagangan, dan bunga pinjaman.
2. Hipotesis Bentuk Semikuat (semistrong-form)
Hipotesis bentuk semikuat menyebutkan bahwa seluruh informasi yang
tersedia untuk publik tentang prospek suatu perusahaan seharusnya tercermin
pada harga pasar saham. Informasi tersebut meliputi, selain harga masa lalu,
data fundamental tentang lini produk perusahaan, kualitas manajemen,
komposisi neraca, hak paten yang dipegang, prediksi laba, serta praktik
akuntansi.
3. Hipotesis Bentuk Kuat (strong-form)
Hipotesis bentuk kuat ini cukup ekstrem. Sebagian akan berargumen dengan
proposisi bahwa pejabat korporat mempunyai akses untuk berhubungan dengan
informasi cukup lama sebelum publik yang memungkinkan mereka
mendapatkan laba dari perdagangan menggunakan informasi tersebut.
Kemudian, banyak sekali aktivitas securities and exchange commision yang ditujukan untuk mencegah orang-orang dalam mendapatkan laba dengan
2.10. Studi Peristiwa (Event Study)
Istilah pasar yang efisien secara informasi mendorong diadakannya
metodologi riset yang kuat. Jika harga sekuritas mencerminkan seluruh informasi
yang tersedia saat ini, maka perubahan harga akan mencerminkan informasi baru.
Menurut Tandelilin (2010:239), event studies merupakan penelitian yang mengamati dampak dari pengumuman informasi terhadap harga sekuritas.
Penelitian event studies biasanya berkaitan dengan seberapa cepat suatu informasi yang masuk ke pasar dapat tercermin pada harga saham.
Menurut Bodie et al (2006:491), studi peristiwa (event study)
menggambarkan sebuah teknik riset keuangan empiris yang memungkinkan
seorang pengamat menilai dampak dari suatu peristiwa terhadap harga saham
perusahaan. Kita ingin mengukur dampak dari imbal hasil yang tidak diharapkan
yang dihasilkan dari peristiwa tersebut.
Strategi umum dalam studi peristiwa adalah untuk membuat estimasi imbal
hasil abnormal disekitar tanggal dimana informasi baru tentang saham diumumkan ke pasar dan dikaitkan dengan kinerja saham abnormal terhadap informasi baru tersebut. Tahap pertama dalam studi peristiwa adalah membuat
estimasi a dan b untuk setiap sekuritas yang sedang diteliti. Selanjutnya, tanggal pengumuman informasi untuk setiap perusahaan dicatat. Terakhir imbal hasil
Satu masalah yang mempersulit studi peristiwa adalah timbulnya kebocoran
informasi. Kebocoran terjadi ketika informasi yang terkait dengan suatu peristiwa
yang relevan disampaikan kepada sekelompok kecil investor sebelum
pengumuman publik secara resmi. Dalam hal ini indikator yang lebih baik adalah
menghitung imbal hasil abnormal kumulatif, yaitu penjumlahan dari imbal hasil
abnormal selama periode yang diteliti. Imbal hasil abnormal kumulatif meliputi pergerakan saham perusahaan tertentu secara total untuk seluruh periode ketika
2.11. Penelitian Terdahulu
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Caton dan Goh (2003) diperoleh
hasil penurunan peringkat obligasi yang berada pada kategori non-investment grade akan mendapat pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang peringkat obligasinya berada pada investment grade. Penelitian ini menemukan bahwa estimasi pendapatan perusahaan turun secara signifikan
dibawah rata-rata setelah pengumuman penurunan peringkat obligasi.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hite dan Warga (1997), yang
menggunakan daftar harga saham secara bulanan mulai dari 12 (dua belas) bulan
sebelum dan 12 (dua belas) bulan sesudah pengumuman perubahan peringkat
obligasi menyatakan bahwa, perubahan return saham yang diberikan sangat besar pada perusahaan yang obligasinya mengalami perubahan peringkat dari kategori
investment grade turun ke non-investment grade. Perusahaan yang mengalami penurunan peringkat menunjukkan dampak yang signifikan pada periode sebelum
dan sesudah pengumuman penurunan peringkat obligasi. Namun return untuk kenaikan peringkat obligasi menunjukkan bukti dampak yang lemah apabila
terjadi perubahan kenaikan peringkat antar investment grade.
Menurut penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Zaima dan McCarthy
(1988) diperoleh hasil, 28 perusahaan selama rentang waktu Januari-Juni 1981
yang sesuai dengan kriteria penelitian memberikan hasil bahwa penurunan
peringkat obligasi menyediakan informasi yang signifikan tentang kemampuan
suatu perusahaan dalam melunasi kewajibannya. Penelitian ini menunjukkan
adanya perubahan nilai perusahaan yang semakin baik atau semakin buruk
Menurut Kawedar dan Suswanti (2009), terdapat perbedaan yang signifikan
rata-rata abnormal return sebelum dan sesudah pengumuman bond rating. Dari temuan ini dapat disimpulkan bahwa investor menyambut positif peristiwa
pengumuman bond rating, sehingga terjadi aksi peningkatan jual beli saham untuk memperoleh keuntungan di masa datang. Informasi pengumuman bond rating memiliki kandungan informasi yang cukup yang menyebabkan terjadinya perbedaan dalam preferensi investor yang tercermin dalam perubahan abnormal return saham.
Menurut penelitian Zuhrohtun dan Baridwan (2005) menyatakan bahwa,
tidak adanya respon investor terhadap pengumuman peringkat obligasi yang
mengalami upgrade, karena investor menganggap perubahan ini disebabkan karena ekspektasi agen pemeringkat terhadap penjualan, laba, dan arus kas masa
depan perusahaan. Oleh karena ekspektasi tersebut tidak terlepas dari kondisi
ketidakpastian bisnis di masa depan, maka investor yang konservatif dan tidak
menyukai resiko (risk averse) tidak akan merespon pengumuman upgrade
tersebut. Penelitian ini juga menyatakan tidak adanya perbedaan kinerja obligasi
sebelum dan sesudah pengumuman peringkat yang berarti bahwa keseluruhan
Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu
Peneliti/Tahun Judul Penelitian Variabel Penelitian
Teknik Analisis Data
Hasil Penelitian
Janis K. Zaima and Joseph McCarthy / 1988
The Impact Of Bond Rating Changes on Common Stocks and Bonds: Test of The Wealth
Uji Beda 2 Rata-rata
Gailen Hite and Arthur Warga / 1997
The Effect of Bond-Rating Changes on Bond Price Performance
Sample t-test Perubahan return
saham yang
Lanjutan Tabel 2.3
Zuhrotun dan Zaki Baridwan / 2005
Pengaruh
Uji Beda t-test Informasi pengumuman abnormal return
2.12. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan model pemikiran tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah
yang penting. Kerangka konseptual akan menjelaskan secara teoritis hubungan
antara variabel yang akan diteliti.
Menurut Jogiyanto (2003: 392) studi peristiwa merupakan studi yang
mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa (event) yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman. Kandungan informasi adalah
informasi yang terdapat dalam suatu pengumuman yang dapat mempengaruhi
reaksi dari pasar. Pengujian kandungan informasi dimaksudkan untuk melihat
reaksi dari suatu pengumuman. Jika pengumuman mengandung informasi
(information content), maka diharapkan pasar bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan
harga dari sekuritas bersangkutan. Reaksi ini dapat diukur dengan menggunakan
return sebagai nilai perubahan harga atau dengan menggunakan abnormal return
saham perusahaan.
Samsul (2006:267) menyatakan bahwa, reaksi pasar saham dapat berupa
pergerakan harga saham secara acak yang bergantung pada informasi baru (new information) yang akan diterima, tetapi informasi tersebut tidak diketahui kapan akan diterimanya sehingga informasi baru dan harga saham disebut unpredictable.
mempengaruhi harga saham sekarang yang merupakan bentuk reaksi pasar saham
menanggapi suatu informasi yang muncul.
Harianto dan Sudomo (2001:246) menyatakan bahwa, pemeringkatan
obligasi akan berpengaruh pada posisi kepercayaan investor pada pemenuhan
kewajiban perusahaan. Kepercayaan investor akan semakin ketat dengan rating
yang rendah. Pada umumnya, persyaratan hutang akan dihubungkan dengan
kepemilikan saham atau mungkin janji untuk mengkonversi dengan saham apabila
suatu saat diperlukan. Pemeringkatan obligasi akan mempengaruhi harga obligasi
dan juga sangat mungkin mempengaruhi surat berharga lainnya yang dikeluarkan
oleh perusahaan yang sama.
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
2.13. Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual, maka hipotesis
yang diajukan adalah sebagai berikut:
1. Pasar saham bereaksi positif terhadap pengumuman kenaikan peringkat
obligasi.
2. Pasar saham bereaksi negatif terhadap pengumuman penurunan peringkat
obligasi.
Reaksi Pasar (Return Tak Normal +/-) Pengumuman Peringkat