BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Kemajuan teknologi yang semakin berkembang mendorong ke tahapan
industrialisasi, yaitu adanya berbagai macam industri yang ditunjang dengan
teknologi maju dan modern. Salah satu konsekuensi dari perkembangan industri
yang sangat pesat sekarang ini adalah tertantangnya proses produksi kerja dalam
perusahaan agar terus menerus berproduksi dengan harapan terjadinya
peningkatan kualitas dan kuantitas produksi untuk mencapai keuntungan yang
maksimal. Dengan demikian, pekerja harus bekerja secara ekstra agar dapat
mencapai tujuan tersebut. (Imansyah, 2004).
Tujuan utama dari perindustrian adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
manusia dengan lebih memperhatikan subjek-subjek yang terlibat di dalamnya,
terutama dalam hal perlindungan terhadap manusia dan lingkungan kerja. Peranan
manusia dalam industri tidak dapat diabaikan karena sampai saat ini dalam proses
produksi masih terdapat adanya ketergantungan antara alat-alat kerja dengan
manusia. Dengan kata lain adanya interaksi antara manusia, alat dan bahan serta
lingkungan kerja yang dapat menimbulkan beberapa pengaruh terhadap tenaga
kerja yang merupakan beban tambahan dari tenaga kerja, dan bisa menimbulkan
kelelahan kerja (Sutaryono, 2002).
Banyak definisi para ahli mengenai kelelahan kerja. Salah satunya,
kelelahan kerja merupakan proses menurunnya efisiensi, performa kerja, dan
yang harus dilakukan. Kelelahan juga berarti keadaan tubuh baik fisik dan mental
yang berbeda karena suatu pekerjaan dan berakibat pada penurunan daya kerja
serta berkurangnya ketahanan tubuh untuk bekerja. (Suma’mur, 2009). Tarwaka
(2004) juga menambahkan bahwa kelelahan menunjukkan kondisi yang
berbeda-beda dari setiap individu, tetapi semuanya bermuara pada kehilangan efisiensi dan
penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh. Kelelahan menurunkan kapasitas
kerja dan ketahanan kerja yang ditandai oleh sensasi lelah, motivasi menurun dan
aktivitas menurun. Keadaan yang ditandai oleh adanya perasaan kelelahan kerja
dan penurunan kesiagaan ini merupakan fenomena kompleks yang dipengaruhi
banyak faktor
Kelelahan kerja yang timbul dalam dunia industri tersebut bukan tanpa
kerugian. Kelelahan dapat mempengaruhi produktivitas kerja, sehingga apabila
produktivitas seorang pekerja terganggu, maka produktivitas perusahaan pun akan
terganggu. Kelelahan kerja juga dapat menurunkan kinerja dan menambah tingkat
kesalahan kerja yang memberikan peluang terjadinya kecelakaan kerja
(Nurmianto, 2003).
Data dari International Labour Organization (ILO) menyebutkan hampir
setiap tahun sebanyak dua juta pekerja meninggal dunia karena kecelakaan kerja
yang disebabkan oleh faktor kelelahan kerja. Penelitian tersebut menyatakan dari
58.115 sampel, 32.8% atau sekitar 18.828 sampel menderita kelelahan kerja.
Menurut Depnakertrans (2004) dalam Putri (2008) data kecelakaan kerja pada
tahun 2004 di Indonesia, setiap hari rata-rata terjadi 414 kecelakaan kerja, 27.8%
Kerugian-kerugian yang diakibatkan oleh kelelahan kerja pun menuntut
untuk dilakukaannya suatu pemecahan masalah terhadap kelelahan kerja. Salah
satunya dengan mengetahui penyebab terjadinya kelelahan kerja agar dapat
dideteksi dan dikendalikan sebaik mungkin. Teori kombinasi pengaruh kelelahan
dan penyegaran Grandjean menjelaskan kelelahan kerja disebabkan oleh faktor
faktor seperti intensitas dan lamanya kerja fisik dan mental, lingkungan yang
terjadi dari kebisingan, penerangan, iklim, getaran dan lain lain, cicardian rhytm,
problem fisik, kenyerian dan kondisi kesehatan dan nutrisi (Tarwaka, 2004).
Lain lagi dengan Teori Theron dan Herden. Teori tersebut menjelaskan
kelelahan kerja terbagi ke dalam dua kelompok, yaitu kelelahan kerja yang
berhubungan dengan pekerjaan (Work Related Fatigue) dan kelelahan kerja yang
tidak berhubungan dengan kerja (Work Non-Related Fatigue). Kelelahan kerja
yang berhubungan dengan pekerjaan terdiri dari jam lembur, shift kerja, rentang
waktu shift dan istirahat, desain pekerjaan, dan pekerjaan tambahan. Sedangkan
kelelahan kerja yang tidak berhubungan dengan kerja terdiri dari waktu dan jarak
ke tempat kerja, kewajiban keluarga dan sosial, community activities, isu
emosional, umur dan tingkat kebugaran jasmani (Mulyani, 2012).
Seakan sering diabaikan, nutrisi atau gizi pada pekerja adalah merupakan
salah satu faktor penyebab kelelahan kerja. Salah satu aspek gizi yang penting
bagi pekerja adalah asupan energi pekerja. Asupan energi yang tidak sesuai
dengan kebutuhan energi seorang pekerja akan mempercepat pekerja tersebut
merasa lelah. Asupan energi adalah jumlah energi yang diperoleh dari makanan
Hasil penelitian Adi, dkk (2013) pada 40 orang pekerja di suatu
perusahaan yang menawarkan produk kaca jenis Float Glass bagian packing di
Kabupaten Kendal menunjukkan adanya hubungan antara asupan gizi dengan
kelelahan kerja. Uji korelasi pearson yang digunakan pada penelitian tersebut
memiliki nilai p.=0,0001 (<0,05) dalam tingkat signifikansi 0,05 dan tingkat
kepercayaan 95% yang berarti terdapat korelasi yang signifikan antara asupan gizi
dengan tingkat kelelahan kerja.
Berdasarkan penelitian Purnamasari (2012) yang dilakukan pada pekerja
wanita di industri bulu mata palsu PT. Hyup Sung di Purbalingga, ditemukan
sebanyak 80,8% kelelahan kerja tingkat tinggi dan 19,2% kelelahan kerja tingkat
sedang terjadi pada pekerja dengan tingkat konsumsi energi defisit dari 52 sampel
pekerja yang diteliti. Pada penelitian ini, faktor yang paling berpengaruh terhadap
terjadinya kelelahan kerja adalah tingkat konsumsi energi. Hasil Uji Regresi
Analisis Logistik menunjukkan pekerja yang mempunyai tingkat konsumsi energi
defisit akan mempunyai probabilitas terjadinya kelelahan sebanyak 75,57%.
Asupan energi pekerja dapat menentukan tingkat status gizi seorang
pekerja. Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan
dan penggunaaan zat gizi. Status gizi dikategorikan menjadi gizi baik, gizi sedang
dan gizi kurang. Status gizi yang kurang melambangkan kondisi tubuh yang
buruk. Kondisi tubuh yang buruk tersebut dapat mempengaruhi pekerja dalam
bekerja dan dapat menyebabkan kelelahan kerja.
Beberapa penelitian mengenai hubungan status gizi dan kelelahan kerja
pada pekerja bongkar muat di pelabuhan Tapak Tuan. Dalam penelitiannya,
didapatkan adanya hubungan yang bermakna antara status gizi dan kelelahan
kerja. Berdasarkan penelitian dengan jumlah sampel 26 orang di bagian
Stevedoring dan Receiving/Delivery, responden yang sangat lelah terdapat pada
kelompok gizi kurang yaitu sebanyak 30,8%. Dari hasil Uji Exact Fisher,
diperoleh hasil p=0,002 (p<0,05) yang berarti ada hubungan yang bermakna
antara status gizi dan kelelahan kerja.
Penelitian Oesman (2011) pada pekerja pembuatan keramik mozaik
dengan pengukuran status gizi menggunakan indikator indeks massa tubuh,
pengukuran kelelahan kerja menggunakan Subjective Self Rating Test dari
International Fatigue Research Committe dan menggunakan analisis Chi Square
juga menemukan hasil yang sama. Hasil penelitian yang menggunakan α = 0,05 ini menunjukkan nilai χ² hitung lebih kecil dari nilai χ² tabel (2,147 < 3,8414)
yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi dengan
kelelahan kerja.
Langgar, dkk (2014) juga menemukan hubungan status gizi dan kelelahan
kerja pada penelitiannya pada karyawan pembuatan tahu . Hasil analisis Korelasi
Rank Spearman diperoleh nilai r = 0,490 yang berarti nilai p. 0,015 ≤0,05 . Hal ini
menunjukkan Ho ditolak yang berarti ada hubungan antara status gizi dengan
kelelahan kerja.
PT. Perkebunan Nusantara I (PTPN I) Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Pulau
Tiga merupakan perusahaan yang memiliki salah satu misi yaitu membangun
tandan buah segar untuk membuahkan hasil produksi olah yang baik dengan mutu
yang baik. Ini artinya, dengan misi membangun sumber daya yang baik dan
mendapatkan hasil yang baik pula. PTPN I PKS Pulau Tiga sudah ikut
berkompetesi dengan perusahaan lainnya dalam ranah industrilisasi dengan
modernisme. Hal ini pastinya menjadikan PTPN I PKS Pulau Tiga harus berusaha
mencapai target perusahaan dengan memanfaatkan kinerja pekerja dengan
sebaik-baiknya. Dari pemaparan tersebut, pekerja sangat berpotensi mengalami kelelahan
kerja.
Hasil survei pendahuluan yang dilakukan di PTPN I PKS Pulau Tiga,
didapatkan dari keterangan Septiadi Irham, selaku Masinis Kepala (Maskep).
Menurutnya, terdapat gejala-gejala kelelahan kerja yang dialami oleh pekerja
seperti kurang motivasi, malas-malasan dan tidak serius bekerja.
Berdasarkan hasil pengamatan, ditemukan pekerja yang memiliki badan
kurus dan juga berbadan gemuk. Hal ini menunjukkan ketidakmerataannya status
gizi pekerja di PTPN I PKS Pulau Tiga. Ditambah lagi PTPN I PKS Pulau Tiga
dengan 8 jam kerja ini belum memiliki kantin perusahaan yang baik. Hal tersebut
memberikan kendala dalam pemberian asupan energi bagi pekerja.
Berdasarkan urain–uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana hubungan antara status gizi dan asupan energi dengan kelelahan kerja
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah terdapat hubungan antara status gizi dan asupan energi
dengan kelelahan kerja pada pekerja di PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik Pulau
Tiga Tahun 2015.
1.3Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara status
gizi dan asupan energi dengan kelelahan kerja pada pekerja di PT. Perkebunan
Nusantara I Pabrik Kepala Sawit (PKS) Pulau Tiga Tahun 2015.
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui gambaran status gizi pada pekerja di PT. Perkebunan Nusantara I
Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Pulau Tiga Tahun 2015.
2. Mengetahui gambaran asupan energi pada pekerja di PT. Perkebunan
Nusantara I Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Pulau Tiga Tahun 2015.
3. Mengetahui gambaran kelelahan kerja pada pekerja di PT. Perkebunan
Nusantara I Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Pulau Tiga Tahun 2015.
1.4Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan pernyataan tentang suatu dalil, tetapi kebenarannya
belum terujikan secara empirik (Praktinya, 2008).Hipotesis yang digunakan pada
penelitian ini adalah hipotesis kerja dengan tujuan untuk membuat ramalan
hipotesis pada penelitian ini adalah ada hubungan antara status gizi dan asupan
energi dengan kelelahan kerja pada pekerja di PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik
Kelapa Sawit (PKS) Pulau Tiga Tahun 2015.
1.5Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian adalah sebagai berikut.
1. Bagi Peneliti
Manfaat bagi penulis untuk mengetahui hubungan antara antara status gizi
dan asupan energi dengan kelelahan kerja pada pekerja di PT. Perkebunan
Nusantara I Pabrik Pulau Tiga Tahun 2015.
2. Bagi Perusahaan
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi untuk mengetahui
status gizi, asupan energi dan kelelahan kerja serta dapat menjadi masukan bagi
perusahaan dalam rangka peningkatan produktivitas dan efisiensi kerja serta
sebagai data yang digunakan untuk pertimbangan bagi perusahaan dalam