• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN DAN PERAN MUSEUM SAINS DI I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERKEMBANGAN DAN PERAN MUSEUM SAINS DI I"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PERKEMBANGAN DAN PERAN MUSEUM SAINS DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN

Indonesia memiliki sejarah yang panjang sebagai sebuah negara yang merdeka. Berawal dari masa kerajaan, konsep nusantara, sumpah pemuda, dan masa revolusi tahun 1945 yang menyisakan hingar bingar kejayaan masa lalu melalui tulisan, gambar, dan artefak yang tersimpan dengan baik pada tiap museum di seluruh penjuru negeri. Kemerdekaan yang diproklamirkan oleh Bung Karno dan Hatta pada 17 Agustus 1945 tidak kita dapatkan dengan mudah, setidaknya ada empat negara asing yang tergoda untuk menancapkan kuku dan pengaruhnya lewat penjajahan yang tak bermoral. Sebelum terbentuk, Indonesia terbagi dalam banyak wilayah yang masing-masing memiliki kerajaan. Semangat untuk mempertahankan kemerdekaan pun waktu itu hanya bersifat lokal yang bertujuan hanya untuk mengusir penjajah dari wilayahnya. Penjajahan sendiri berawal dari kedatangan portugis di Maluku lalu setelahnya menyusul Belanda lewat VOC-nya, Inggris dengan EIC, dan Jepang dengan gerakan 3A yang juga propaganda mereka guna mendapatkan dukungan untuk melawan pasukan sekutu dalam perang dunia ke dua.

Setelah melalui masa-masa yang penuh tekanan Indonesia mulai tampil di pergaulan dunia internasional dengan kondisi yang apa adanya. Dimulai dari kepemimpinan Soekarno yang mengumandangkan nasionalisme sebagai dasar perjuangan bangsa, lalu beralih ke tangan Soeharto yang selama kepemimpinannya membangun dinasti yang lebih dikenal dengan order baru, setelahnya ada BJ. Habibie, Abdurahman Wahid atau Gus dur, Megawati Soekarno Putri, dan terakhir Susilo Bambang Yudhoyono. Setiap masa kepemimpin selalu dilewati dengan perubahan baik dari sosial, ekonomi, politik, dan budaya.

Indonesia sebagai negara yang berlokasi sangat strategis tepat diantara dua benua yakni Asia dan Australia dan dua Samudera yaitu Samudera Pasifik dan Samudera Hindia. Dengan posisi yang strategis seperti itu dan ditambah potensi sumber daya alam dan manusia yang melimpah Indonesia akan dengan mudah memainkan peran penting baik di kawasan Asia Tenggara maupun dunia. Untuk mencapai tujuan itu maka dibutuhkan dukungan dari berbagai macam aspek, salah satunya penguasaan teknologi. Dengan cara tersebut maka dengan mudah Indonesia akan mencapai posisi strategisnya dan akan menaikkan posisi tawar Indonesia di mata dunia internasional.

(2)

manusia (Kamus Besar Bahasa Indonesia 1990 : 1158). Sedangkan menurut Miarso, teknologi adalah proses yang meningkatkan nilai tambah, proses tersebut menggunakan atau menghasilkan suatu produk, produk yang dihasilkan tidak terpisah dari produk lain yang telah ada, dan karena itu menjadi bagian integral dari suatu sistem ( Miarso 2007 : 62) . Teknologi yang pada hakikatnya adalah hasil karya manusia yang menunjukkan kebudayaan suatu kelompok masyarakat adalah bagian dari budaya. Berawal dari teknologi sederhana seperti alat batu sederhana pada masa berburu dan mengumpulkan makanan, penemuan lampu pijar, telepon, revolusi industri, dan lain-lain. Namun, setelah era perang dunia ke II, sebagian masyarakat menganggap teknologi mutakhir hanyalah untuk kepentingan sekelompok guna mencapai tujuan tertentu, bukan untuk kebaikan umat manusia, terlebih pada saat memasuki perang dingin antara Uni Soviet dan Amerika Serikat. kepercayaan publik dalam ilmu pengetahuan dan kebijakan berdasarkan ilmu pengetahuan telah terkikis dalam beberapa tahun terakhir. Akibatnya, Para ahli teknologi pun mulai menyadari bahwa permasalahan yang mereka hadapi juga memiliki implikasi sosial dan bahwa sebenarnya teknologi yang mereka ciptakan tidak terlepas dari aspek individu yang menggunakannya dan budaya dalam masyarakat tersebut. (U.K. House of Lords, 2000)

Teknologi saat ini sudah sangat jauh berkembang, salah satunya dengan ditemukannya teknologi internet yaitu penemuan World Wide Web yang semakin memudahkan kita untuk berinteraksi dengan dunia luar dan semakin menipiskan jarak antara ruang dan waktu, bahkan ada idiom “dunia di tangan kita” yang menggambarkan betapa mudahnya mengakses segala macam informasi pada saat ini.

Perkembangan teknologi di Indonesia bisa dibilang bergerak lambat, kita lebih banyak mengadopsi teknologi negara lain. Penemuan-penemuan di bidang teknologi yang dilakukan oleh para ahli lokal kita tidak terpublikasikan dengan baik. Minimnya perhatian pemerintah selalu menjadi alasan utama atau kurangnya media yang meliput, kalaupun ada media tersebut sifatnya internal dan kurang mudah untuk diakses oleh publik. Akibatnya masyarakat banyak yang tidak mengetahui kemajuan seperti apa yang sudah dicapai oleh para ilmuwan. Permasalahan tersebut bisa dipecahkan dengan mempublikasikan penemuan dan perkembangan teknologi lewat museum sains.

(3)

diwakili olek hasil penemuannya yang menjadi benda koleksi museum dengan masyarakat sebagai pihak yang memberikan interpretasi dan apresiasi terhadap penemuan tersebut. Potensi museum sains tidak hanya sampai sebagai tempat untuk melakukan publikasi terhadap kemajuan teknologi, namun untuk membangun rasa bangga masyarakat terhadap kemajuan teknlogi yang telah dicapai oleh negara sehingga bisa membentuk identitas nasional.

II. MUSEUM SAINS DI INDONESIA

Museum, berdasarkan definisi yang diberikan International Council of Museums disingkat ICOM, adalah institusi permanen, nirlaba, melayani kebutuhan publik, dengan sifat terbuka, dengan cara melakukan usaha pengoleksian, mengkonservasi, meriset, mengomunikasikan, dan memamerkan benda nyata kepada masyarakat untuk kebutuhan studi, pendidikan, dan kesenangan. Museum sains atau lebih dikenal dengan pusat peragaan ilmu pengetahuan adalah salah satu museum yang mengkhususkan diri sebagai pusat dari perkembangan ilmu pengetahuan, museum ini menyimpan dan merawat hasil-hasil penemuan dan perkembangan teknologi untuk kemudian dipamerkan ke masyarakat. Biasanya museum sains memperlakukan pengunjung dengan aktif, maksudnya adalah pengunjung yang datang ke museum dapat berinteraksi langsung dengan segala macam benda koleksi.

Hal ini dilakukan agar para pengunjung dapat lebih memahami makna atau nilai yang terkandung dalam setiap benda koleksi yang dipamerkan, secara khusus pengunjung diharapkan dapat memahami bagaimana penerapan suatu teknologi yang sudah dikemas sedemikian rupa ke dalam sebuat alat peraga. Keterlibatan publik menjadi semboyan baru dalam ilmu komunikasi, penjangkauan dan pendidikan informal sains (Susanna Hornig Priest, 2009 : 59). Dalam hal ini, museum menjadi tempat pertemuan antara ilmuwan sebagai peneliti teknologi dan masyarakat sebagai penggunanya, sekaligus sebagai media bagi masyarakat guna menyampaikan aspirasinya terhadap perkembangan teknologi. Seperti yang dikutip dari pernnyataan Alan Leshner, bahwa komunitas ilmiah perlu mendengarkan keprihatinan umum tentang ilmu pengetahuan dan teknologi seiring dengan risiko dan manfaat, serta prioritas kepentingan umum ( Larry Bell 2009 : 28)

(4)

melakukan eksperimen yang mendasar di laboratorium dan dalam kehidupan biasa. ( Stafford 1994: 51).

Untuk menjawab tantangan ini, di Indonesia telah ada beberapa museum sains diantaranya adalah museum Pusat Peraga Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi (PP IPTEK) dan Museum Listrik Dan Energi Baru di Taman Mini Indonesia Indah yang telah berdiri sejak medio 1990-an pada masa pemerintahan Presiden Soeharto. Museum-museum tersebut dapat dikatakan sebagai museum sains pertama di Indonesia dan sebagai museum yang aplikatif dan edukatif, dimana para pengunjung museum aktif dalam memaknai dan meninterpretasi nilai dan makna yang terkandung dalam benda koleksi. Kehadiran museum sains di Indonesia menjadi angin segar bagi dunia permuseumn tanah air, karena pada masa itu mayoritas museum yang ada di Indonesia adalah museum sejarah. Berikut ini adalah penjelasan mengenai dua museum sains tersebut beserta peranannya dalam perkembangan teknologi di Indonesia:

A. PUSAT PERAGAAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI (PP IPTEK)

Berawal dari ide Kementrian Riset dan Teknologi yang mengemban misi mencerdaskan masyarakat melalui ilmu pengetahuan dan teknologi, dibangunlah Pusat Peragaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (PP IPTEK) di Taman Mini Indonesia Indah. Di dalam bangunan seluas 24.000 m² di atas lahan 42.300 m², disajikan berbagai peragaan tentang apa, mengapa, dan bagaimana ilmu pengetahuan dan teknologi diciptakan dan dimanfaatkan untuk kehidupan manusia.

Pada tahun 1984 gagasan pendirian science centre di Indonesia diprakasai oleh Menristek, Prof. Dr. B.J. Habibie, dengan dibentuknya Panitia Kerja dengan SK Menistek No.15/M/Kp/IX/1984 untuk melakukan studi banding, pengkajian konsepsi dasar pembangunan, tema peragaan, system pengelolaan, serta bentuk arsitekturnya. Dibentuk Supporting Committee tahun 1987 untuk melakukan sosialisasi science centre kepada masyarakat melalui penyelenggaraan pameran fisiska dan matematika di Gedung Pengelola Taman Mini Indonesia Indah (TMII), yang dibuka oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof. Dr. Fuad Hasan. Master Plan PP-IPTEK dikembangkan oleh Tim Kementerian Ristek, Tim dari Musee de La Villete dan Sopha Development dari Perancis.

(5)

itu tersedia sarana pembelajaran Iptek yang memberi kesempatan kepada pengunjung untuk melihat dan mempelajari rahasia dan gejala alam yang diperagakan, mempelajari dengan menggunakan indera pendengar, pencium, dan peraba melalui manipulasi, operasi dan eksperimen.

Peragaan di PP IPTEK dibuat sangat menyenangkan dan menghibur. Momok mengenai ilmu pengatahuan dan teknologi yang serius dan membosankan terbantahkan. Pengunjung dapat mengembangkan motivasi dalam memahami prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dan teknologi dengan mudah dan berkesan melalui 250 alat peraga yang bisa disentuh, dipegang, dan dimainkan. Peraga disiapkan untuk anak-anak dari Taman Kanak-kanak (TK) sampai dengan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) dan disediakan lembar kerja sains yang akan memandu anak didik untuk belajar ilmu pengetahuan dan teknologi agar lebih terarah dan intensif. Beberapa alat peraga menantang, misalnya sepeda layang, roket air, try science, generator van de graft, dan simulator gempa bumi. Secara umum, pusat ilmu terdiri dari satu atau lebih relatif ruang terbuka yang terletak sejumlah pameran interaktif. Biasanya, pusat ilmu pengetahuan interaktif adalah perangkat yang mewujudkan prinsip ilmiah atau teknologi dasar, dan pengunjung didorong untuk bermain dengan perangkat ini, biasanya dengan minimal pedoman tekstual atau lainnya, untuk menemukan prinsip untuk diri mereka sendiri. (Durant 1992: 8)

Setelah didirikan PP IPTEK dengan cepat menjadi salah satu museum idola bagi masyarakat untuk dikunjungi. Rasa haus masyarakat Indonesia terobati dengan hadirnya museum ini. Tiba-tiba masyarakat menjadi dekat dan paham tentang teknologi-teknologi sederhana yang mereka jumpai dalam kehidupan sehari-sehari lewat semua benda koleksi atau alat peraga yang dapat dipraktekkan langsung oleh para pengunjung. Alat peraga teknologi yang ditampilkan bervariasi, mulai dari angklung elektronik, gelombang suara, peraga mesin mobil dan motor, bahkan ruang kemudi pilot pesawat N-250 produksi PT. DI pun ada disini. Ada satu lokasi atau ruangan di PP IPTEK yang mengingatkan kita dengan Smithsonian Museum di Amerika, dimana sebuah replika bumi dengan satelit yang mengelilinginya dan sebuah helikopter tergantung di langit-langit serta beberapa alat peraga lain, hal ini memberikan kesan sangat spesial bagi pengunjung, terutama para pelajar.

(6)

museum sebagai penghubung antara para ilmuwan dan pengunjung berjalan dengan baik, buah karya para ilmuwan tersebut dapat dimaknai dan diinterpretasi oleh pengunjung sesuai dengan pengalaman dan memori massing-masing tehadap benda koleksi.

B. MUSEUM LISTRIK DAN ENERGI BARU

Museum Listrik dan Energi Baru (Museum LEB) adalah salah satu museum sains yang menyajikan koleksi peragaan tentang energi dan listrik yang berada di Taman Mini Indonesia Indah. Rancang-bangunnya mengacu pada konsep arsitektur berbentuk tapak “Struktur Atom”, yaitu satu proton dikelilingi tiga elektron. Ada tiga buah anjungan yakni Anjungan Listrik, yakni Anjungan Energi Baru, Anjungan Energi Fosil, dan Anjungan Energi Konvesional. Museum LEB mengemban fungsi menyampaikan informasi teknologi kelistrikan dan energi, baik dari sejarah perkembangan teknologi, aplikasi energi di Indonesia dari masa ke masa, maupun semangat inovasinya kepada generasi mendatang. Terdapat 619 unit koleksi peraga yang dipamerkan di dalam dan di luar gedung. Pameran di dalam gedung meliputi pengenalan energi, teori, sejarah, hingga pemanfaatan listrik dan energi. Berbagai alat peragaan yang menarik dapat dicoba secara interaktif, misalnya kompor surya, sepeda, dan harpa ajaib.

Ada sebuah ruang yang cukup menarik yaitu “Ruang Cerdas Energi”, pengunjung diajak berinteraksi dengan memainkan benda-benda peraga agar lebih memahami gejala yang berasal dari energi dan listrik, tidak hanya itu pengunjung akan diajarkan juga cara untuk berhemat listrik. Ada beberapa peragaan antara lain meliputi Diorama Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi, Simulasi Konsumsi Listrik di Rumah Tangga (di sini pengunjung diajak membaca data berapa watt listrik yang digunakan sehari-hari), Konversi Energi Listrik Menjadi Panas, Plasma Ball atau alat yang dapat menunjukkan bahwa tubuh manusia mengandung energi listrik, Permainan Magnet, Permainan Adu Cepat, serta Komputer Interaktif Kuis dan Game tentang energi yang menguji ketangkasan dan daya ingat.

(7)

“palace of entertainment” dimana menggabungkan antara museum dengan tempat-tempat yang bisa menjadi kegiatan hiburan bagi keluarga untuk liburan bersama (Yunci Cai 2008: 73). terbukti dengan konsep museum modern dimana pengunjung berperan aktif terhadap benda koleksi yang membangkitkan pengalaman dan memori terhadap benda koleksi tersebut, serta dengan ditambah adanya fasilitas tambahan seperti penginapan dan taman yang sukses membawa 499.766 pengunjung pada tahun 2008.

III. KESIMPULAN

Perkembangan teknologi yang begitu pesat telah memberikan dampak yang luas pada masyarakat. Indonesia sebagai negara yang mempunyai letak strategis yakni diantara dua benua dan dua samudera serta memiliki sumber daya alam yang melimpah otomatis mempunyai posisi penting di dunia Internasional. Untuk memperkuat poisisi tersebut maka penguasaan terhadap teknologi adalah syarat yang harus dipenuhi. Perjalanan ke arah penguasaan teknologi tersebut tidaklah mudah untuk negara yang tidak punya budaya riset seperti Indonesia, namun bukan berarti hal tersebut tidak pernah dilakukan. Ada banyak riset teknologi yang dilakukan oleh para ilmuwan Indonesia, namun tidak terpublikasikan dengan baik ke masyarakat. Salah satu cara untuk mempublikasikannya adalah lewat museum sains atau yang lebih dikenal dengan “science center”

Museum di Indonesia belakangan ini sudah mengalami perkembangan semakin baik, begitu juga dengan kesadaran masyarakatnya bahwa museum adalah bagian yang tak terpisahkan dari kehidupannya. Museum adalah tempat untuk merefleksikan masa lalu kita, tempat dimana kita bisa menemukan identitas kita sebagai individu ataupun identitas nasional kita. Dari sisi museum kita juga sudah bisa melihat ada sedikit kesadaran bahwa saat ini museum harus berorientasi pada kebutuhan masyarakat, baik itu kebutuhan akan informasi atau kebutuhan ruang publik sebagai sarana rekreasi.

(8)
(9)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Miarso, Yusufhadi, Definisi Teknologi Pendidikan. Rajawali Pers, 1986.

M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern, Gadjah Mada University Press, 1999.

Paine, Crispin, and Ambrose, Timothy, Museum Basic, Routledge, 2006.

Toon, Richard, SCIENCE CENTRES A museums studies approach to their development and possible future direction, dalam buku Museum Revolution hal. 105-116, Routledge, 2007.

Jurnal

Bell, Larry, Engaging the Public in Public Policy How Far Should Museums Go?, Museums and Social Issues vol. 4 no. 1, 2009.

Peanock, Robert T, Scientific Integrity and Science Museums, Museum and Social Issues vol.1 no.1 Hal. 9-18., 2006.

Priest, Susanna H, Science and Technology Policy and Ethics ,What Role Should Science Museums Play?, Museums and Social Issues vol. 4 no.1 Hal.55-65., 2009.

West, Robert Mac, The Evolving Science Museum, Makalah dalam The Museum 2010 Conference: The Value, Purposes and Priorities of Museums in the 21 Century, National Taipei University of Education, Taiwan., 2010.

Website

http://id.wikipedia.org/wiki/Museum, diunduh pada tanggal 14 Oktober 2012 pukul 14.30 WIB.

http://ppiptek.ristek.go.id/media.php?module=detailpengumuman&id=13, diunduh pada tanggal 14 Oktober pukul 14.35 WIB.

http://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Listrik_dan_Energi_Baru, diunduh pada tanggal 14 Oktober 2012 pukul 14.30 WIB.

Referensi

Dokumen terkait

Sementara itu, dengan menggunakan pendekatan semantik sebagai kriteria utama dan afiks verbal dengan kriteria tambahan, Dardjowidjojo dalam Purwo (1986)

output uji statistik data hasil postes kemampuan berpikir logis siswa yang menggunakan model pembelajaran Inquiry Training menggunakan macromedia flash dan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kualitas bakteriologis air dengan kejadian penyakit diare di desa boiya kecamatan maiwa kabupaten

Saya yang bertandatangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul : “Mekanisme Audit oleh Satuan Pengawasan Intern Marketing & Trading

Variabel LDR secara parsial mempunyai pengaruh negatif yang tidak signifikan terhadap CAR.Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa

Puji syukur senantiasa terpanjatkan atas ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahNya sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Penerapan Pembelajaran

Bab ini berisikan kajian pustaka yang berkaitan dengan definisi pajak, fungsi pajak,jenis pajak, teori pemungutan pajak, asas pemungutan pajak, sistem

Melakukan assessment terhadap sumber daya manusia (SDM) TI yang terkait dengan peran dalam monitor dan evaluasi kinerja TI untuk mengetahui tingkat kompetensi