PENGARUH LINGKUNGAN BAHASA DALAM PEMEROLEHAN BAHASA KEDUA
Nur Lailatul Fajariani 130210402053
Mahasiswi PBSI Universitas Jember
Abstrak : Semua manusia pasti berkomunikasi dan berinteraksi dengan manusia lain dengan bahasa yang berbeda. Lingkungan memiliki pengaruh besar terhadap pemerolehan bahasa terlebih terhadap bahasa kedua. Pemerolehan bahasa kedua tidak seperti pemerolehan bahasa pertama karena pemerolehan bahasa kedua dipelajari secara sadar dengan melalui belajar dari lingkungan formal ataupun lingkungan informal pembelajar bahasa.
Kata Kunci : lingkungan bahasa, pemerolehan bahasa kedua
PENDAHULUAN
Bahasa selalu ada bersama dengan manusia. Ungkapan itu, bukan sekedar ungkapan tanpa dasar. Dasar tersebut memiliki arti bahwa bahasa merupakan sarana komunikasi antar-manusia. Bahkan dapat pula dikatakan tanpa ada manusia lain pun seseorang dapat berbahasa. Manusia dapat berpikir dalam lamunannya dan dalam mimpinya sehingga dasar yang paling utama sebenarnya adalah bahasa merupakan bagian dari kehidupan manusia.
Pemerolehan bahasa (language acquisition) adalah proses manusia mendapatkan kemampuan untuk menangkap, menghasilkan, dan menggunakan kata untuk pemahaman dan komunikasi. Kapasitas ini melibatkan berbagai kemampuan seperti sintaksis, fonetik, dan kosakata yang luas. Bahasa yang diperoleh bisa berupa vokal seperti pada bahasa lisan atau manual seperti pada bahasa isyarat.
bahasa pertama seseorang dalam proses selanjutnya pasti memerlukan komunikasi yang lebih luas, kedunia luar dan guna mengembangkan kehidupannya. Oleh karena itu seseorang akan berusaha untuk belajar bahasa kedua. Bahasa kedua di peroleh dipelajari dengan sadar, sedangkan pemerolehan bahasa pertama diperoleh sang anak tanpa sadar dari kesehariannya bersama keluarganya. Pemerolehan keduanya lebih kepada proses pemahaman bahasa belajar secara sadar.
Dalam pemerolehan bahasa kedua terdapat banyak faktor dan strategi dalam pemerolehan dan penguasaannya. Selain itu, masih ada faktor yang begitu memengaruhi pemerolehan bahasa kedua yang dilakukan oleh manusia. Faktor tersebut merupakan faktor lingkungan yang dapat berpengaruh dalam pemerolehan bahasa.
Lingkungan Bahasa
Lingkungan bahasa adalah segala hal yang didengar dan dilihat oleh pembelajar terkait dengan bahasa kedua yang sedang dipelajari. Menurut Nurhadi dan Roekhan (1990) lingkungan secara garis besar dapat dikelompokkan ke dalam lingkungan formal dan lingkungan informal.
Lingkungan formal adalah salah satu lingkungan belajar bahasa yang memfokuskan pada penguasaan kaidah atau aturan-aturan bahasa secara sadar dalam bahasa target (Dulay dan Ellis dalam Nurhadi dan Roekhan, 1990: 118). lingkungan informal ialah lingkungan atau tempat berkumpulnya individu satu dengan individu lainnya dalam satu lingkungan, baik dalam lingkungan keluarga, teman dan sebagainya tanpa ada keterkaitan kaidah-kaidah bahasa hanya dengan percakapan yang didengar ataupun yang diujarkan oleh orang lain.
Ciri-Ciri Pembelajaran Bahasa
1) Berfokus pada bentuk-bentuk bahasa
2) Keberhasilan didasarkan pada penguasaan bentuk-bentuk bahasa
3) Pembelajaran ditekankan pada tipe-tipe bentuk dan struktur bahasa, aktivitas dibawah perintah guru
4) Koreksi kesalahan sangat penting untuk mencapai tingkah penguasaan
5) Belajar merupakan proses sadar untuk
menghafal kaidah, bentuk, dan struktur
6) Penekanan pada kemampuan produksi
mungkin dihasilkan dari ketertarikan pada tahap awal. Ciri-Ciri Pemerolehan Bahasa
1) Berfokus pada komunikasi penuh makna
2) Keberhasilan didasarkan pada penggunaan bahasa untuk melaksanakan sesuatu
3) Materi ditekankan pada ide dan minat anak aktivitas berpusat pada anak 4) Kesalahan merupakan hal yang wajar
5) Pemerolehan merupakan proses bawah sadar dan terjadi melalui pemajanan dan masukan yang dapat dipahami anak
6) Penekanan pada tumbuhnya kecakapan bahasa secara alamiah Perbandingan Pembelajaran Bahasa dengan Pemerolehan Bahasa
Ragam pemerolehan bahasa dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang, yaitu berdasarkan bentuk, urutan, jumlah, media, dan keasliannya. Dalam pengertiannya semua istilah itu ternyata hampir sama. Di dalam literatur keduanya sering dipakai berganti-ganti untuk maksud dan pengertian yang sama. Dalam bahasa satu tercakup istilah bahasa pertama, bahasa asli, bahasa ibu, bahasa utama, dan bahasa kuat. Dalam bahasa dua tercakup bahasa kedua, bukan bahasa asli, bahasa asing, bahasa kedua, dan bahasa lemah. Masih ada beberapa istilah lagi yaitu bahasa untuk komunikasi luas, bahasa baku, bahasa regional, bahasa nasional, bahasa resmi, bahasa modern, dan bahasa klasik.
1. Berdasarkan bentuk terdapat 3 ragam pemerolehan bahasa, yaitu sebagai berikut.
a. Pemerolehan bahasa pertama yaitu bahasa yang pertama diperoleh sejak lahir
b. Pemerolehan bahasa kedua yaitu bahasa kedua yang diperoleh setelah bahasa pertama diperoleh.
c. Pemerolehan-ulang yaitu yaitu bahasa yang dulu pernah diperoleh kini diperoleh kembali karena alasan tertentu.
2. Berdasarkan urutan terdapat 2 ragam pemerolehan bahasa, yaitu sebagai berikut.
a. Pemerolehan bahasa kedua serentak b. Pemerolehan bahasa kedua berurutan
3. Berdasarkan jumlah terdapat 2 ragam pemerolehan bahasa yaitu sebagai berikut.
a. Pemerolehan satu bahasa yaitu pemerolehan bahasa pada lingkungan yang hanya terdapat satu bahasa secara luas.
b. Pemerolehan dua bahasa yaitu pemerolehan bahasa pada lingkungan yang terdapat lebih dari satu bahasa secara luas
4. Berdasarkan media terdapat 2 ragam pemerolehan bahasa yaitu sebagai berikut.
b. Pemerolehan bahasa tulis yaitu bahasa yang dituliskan, oleh penuturnya
5. Berdasarkan keaslian terdapat 2 ragam pemerolehan bahasa, yaitu sebagai berikut.
a. Pemerolehan bahasa asli yaitu bahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi penduduk asli.
b. Pemerolehan bahasa asing yaitu bahasa yang digunakan oleh para pendatang atau bahasa yang memang didatangkan untuk dipelajari
Pemerolehan Bahasa Kedua
Pemerolehan bahasa kedua atau disingkat PB2, adalah studi yang membahas tentang bagaimana bahasa kedua dipelajari oleh individu, dengan kata lain yaitu studi tentang akuisisi atau pemerolehan bahasa selain bahasa ibu. Bahasa non primer atau tambahan tersebut dinamakan bahasa kedua (B2), walaupun bahasa tersebut adalah bahasa lain yang kedua, ketiga, keempat, ataupun kesepuluh yang sedang dipelajari. Bahasa kedua yang dipelajari disebut bahasa target (BT). Bahasa target tersebut tidak dibatasi atas bahasa asing, daerah, ataupun nasional.
Para ahli bahasa pertama kali melakukan penelitian PB2 melalui disiplin ilmu Linguistik lalu berkembang ke bidang ilmu Psikologi. Dari ilmu linguistik didapat beberapa metode analisis kontrastif, analisis eror, interbahasa, dan urutan morfem. Lalu, dari bidang psikologi didapat teori mengenai hubungan otak dan bahasa, proses internal pembelajaran bahasa kedua, dan motif-motif yang mempengaruhi penguasaan B2. Teori-teori dari ilmu PB2 selanjutnya dimanfaatkan untuk menemukan strategi dalam bidang pengajaran bahasa.
Hipotesis Pemerolehan Bahasa Kedua
Menurut Tarigan (1984 : 127) ada lima hipotesis mengenai pemerolehan bahasa kedua, yaitu.
1. Hipotesis Pembedaan Pemerolehan dan Belajar
Pembedaan pemerolehan dengan belajar barangkali merupakan yang paling fundamental dari semua hipotesis. Hipotesis ini menyatakan bahwa orang dewasa mempunyai dua cara yang berbeda, berdikari dan mandiri mengenai pengembangan kompetensi dalam suatu bahasa kedua. Cara yang pertama adaalah “pemerolehan” bahasa yang merupakan proses bersamaan, kalau tidak identik atau sama betul dengan cara anak-anak mngembangkan kemampuan dalam bahasa pertama mereka. Pemerolehan bahasa merupakan proses bawah sadar, para pemeroleh bahasa tidak selalu sadar akan kenyataan bahwa mereka memakai bahasa untuk berkomunikasi. Hasil atau akibat pemerolehan bahasa, kompetensi yang diperoleh, juga merupakan bawah sadar. Pada umumnya, tidak menyadari benar-benar kaidah-kaidah bahasa yang sudah diperoleh. Terkadang, hanya memiliki suatu “perasaan” bagi kebenaran. Kalimat-kalimat gramatikal “terdengar” atau “terasa” benar dan kesalahan-kesalahan terasa salah, sekalipun secara sadar tidak mengetahui kaidah yang telah dilanggar. Cara-cara lain memberikan pemerolehan termasuk belajar implisit, belajar informal dan belajar alamiah. Dalam bahasa nonteknis, pemerolehan :memungut” bahasa.
“tatabahasa” atau “kaidah-kaidah” bahasa. Beberapa sinonim mencakup pengetahuan formal mengenai suatu bahasa, atau belajar eksplisit. Beberapa pakar teori bahasa kedua beranggapan bahwa anak-anak memperoleh, sedangkan orang dewasa hanya dapat mempelajarinya. Akan tetapi hipotesis pemerolehan belajar menuntut bahwa orang-orang dewasa juga memperoleh, bahwa kemampuan “memungut” bahasa bahasa tidaklah hilang pada masa puber. Ini berarti bahwa orang dewasa akan selalu mampu merasakan tingkat-tingkat mirip-pribumi pembicara asli dalam bahasa kedua. Ini berarti bahwa orang-orang dewasa dapat memanfaatkan “sarana pemerolehan bahasa” alamiah yang sama seperti yang dipakai anak-anak.
2. Hipotesis Urutan Alamiah
Salah satu dari penemuan-penemuan yang paling mengasikkan dan paling menggairahkan dalam penelitian pemerolehan bahasa tahun-tahun terakhir ini adalah penemuan bahwa pemerolehan struktur-struktur gramatikal tertentu terlebih dahulu, dan yang lain-lainnya baru kemudian. Persesuaian antara para pemeroleh secara individual tidak selalu seratus prosen, tetapi jelas terdapat persamaan-persamaan yang nyata, yang signifikan secara statistik.
keragaman ini dianggap mencerminkan operasi proses pemerolehan bahasa alamiah yang merupakan bagian dari bahasa.
3. Hipotesis Monitor
Walaupun hipotesis pembedaan pemerolehan-belajar menuntut dua proses terpisah yang hidup berdampingan pada orang dewasa, tetapi hipotesis itu tidak menyatakan bagaimana cara pemakaian keduanya dalam performansi bahasa kedua. Hipotesis monitor mengemukakan serta menjelaskan bahwa “pemerolehan” dan “belajar” dipakai dengan cara yang amat khas. Biasanya pemerolehan “memprakarsai” ucapan-ucapan dalam bahasa kedua dan juga bertanggung-jawab atas kelancaran dan kefasihannya. Belajar hanya mempunyai satu fungsi, yaitu sebagai “monitor” atau “editor” sebagai “pemantau” atau “penyunting”. Belajar hanya berperan membuat perubahan-perubahan dalam bentuk ujran setelah “dihasilkan” oleh sistem yang diperoleh dan diinginkan. Ini dapat terjadi waktu berbicara/menulis atau sesudahnya.
Tiga Tipe Perilaku atau “Performer” a. Pemakai Monitor yang Berlebihan b. Pemakai Monitor yang Kurang c. Pemakai Monitor yang Optimal
4. Hipotesis Masukan
Ada dua hal yang menarik mengenai hipotesis masuka ini, yaitu : (1) banyak dari bahan ini relative baru,sedangkan hipotesis-hipotesis lainya telah diberikan dan didiskusikan dalam beberapa buku dan makalah; dan (2) hipotesis ini penting baik secara teoritis dan praktis. Hipotesis masukan berupaya menjawab apa yang barangkali merupakan masalah paling penting dalam bidang ini, dan memberikan suatu jawaban yang mempunyai pengaruh yang kuat pada semua bidang pengajaran bahasa.
a. Kemampuan berproduksi muncul, tidak diajarkan secara langsung b. Kalau komunikasi berhasil, masukan terpahami, dan cukup, i + 1
tersedia secara otomatis
c. HM berhubungan dengan pemerolehan, bukan dengan Belajar
d. Diperoleh dengan pemahaman bahasa yang mengandung struktur disekitar i + 1
Penunjang Hipotesis Masukan:
a. Pemerolehan Bahasa Pertama pada Anak b. Penelitian/Riset linguistik terapan
c. Kerugian dan keuntungan (kelemahan dan keunggulan) pemakain kaidah B1
d. Fakta-fakta dari PB2 : periode tenang dan pengaruh B1 e. Fakta-fakta dari PB2 : sandi sandi sederhana
Faktor penunjang kedua bagi hipotesis masukan adalah berupa “fakta-fakta dari pemerolehan bahasa kedua, berupa sandi-sandi sederhana “Hipotesis masukan juga menarik bagi pemerolehan bahasa kedua, anak-anak atau orang dewasa, juga merupakan “pemerolehan”, persis seperti sang anak memperoleh bahasa pertama.
5. Hipotesis Saringan Afektif
Dalam Tarigan (1984 : 144) konsep saringan afektif dikemukakan oleh Dulay & Burt (1997) dan konsisten dengan karya teoritis yang dilakukan dalam bidang variable-variabel afektif dan pemerolehan bahasa kedua. Penelitian selama decade terakhir telah menegaskan serta memperkuat bahwa variable afektif berhubungan erat dengan keberhasilan dalam pemerolehan bahasa kedua. Kebanyakan yang telah ditelaah itu dapat dimasukan pada salah satu kategori, yaitu:
KEGELISAHAN adalah para pembelajar yang memiliki kegelisahan rendah mengakibatkan atau mendatangkan hasil yang lebih baik PB2, baik yang diukur sebagai pribadi ataupun kegelisahan kelas
Para pembelajar yang mempunyai kepercayaan pada diri sendiri dan imaji, diri sendiri yang baik, cenderung berbuat lebih baik dalam PB2. Hipotesis Saringan Afektif menuntut bahwa efek atau pengaruh “afe” atau “kepura-puraan” atau “yang dibuat-buat” memang berada “diluar” sarana pemerolehan bahasa yang wajar.
Strategi Pemerolehan Bahasa Kedua
Ada tiga komponen yang menentukan proses pemerolehan bahasa yaitu prospensity (kecenderungan), language faculty, (kemampuan berbahasa), dan acces (jalan masuk) ke bahasa.
Strategi pemerolehan bahasa kedua sebagai berikut :
1. Bagi sebagian besar anak Indonesia, bahasa Indonesia bukan bahasa pertama mereka, melainkan bahasa kedua, atau ketiga.
2. Pengenalan/penguasaan bahasa Indonesia dapat terjadi melalui proses pemerolehan atau proses belajar.
3. Proses pemerolehan terjadi secara alamiah, tanpa sadar, melalui interaksi tak formal dengan orang tua dan/atau teman sebaya, tanpa bimbingan. 4. Proses belajar terjadi secara formal, disengaja, melalui interaksi edukatif,
ada bimbingan, dan dilakukan dengan sadar.
5. Bahasa pertama (B1) dan bahasa kedua (B2) didapat bersama-sama atau dalam waktu berbeda. Jika didapat dalam waktu yang berbeda, bahasa kedua (B2) didapat pada usia prasekolah atau pada usia Sekolah Dasar. 6. Bahasa kedua (B2) dapat diperoleh di lingkungan bahasa pertama (B1) dan
kedua dipelajari melalui proses belajar formal. Jika didapat di lingkungan bahasa kedua, bahasa kedua didapat melalui interaksi tidak formal, melalui keluarga, atau anggota masyarakat Bahasa Kedua.
Terdapat dua cara pemerolehan bahasa kedua, yaitu pemerolehan bahasa kedua secara terpimpin dan pemerolehan bahasa kedua secara alamiah sebagai berikut.
1. Pemerolehan bahasa kedua secara terpimpin yaitu pemerolehan bahasa kedua yang diajarkan kepada pelajar dengan menyajikan materi yang sudah dipahami. Materi bergantung pada kriteria yang ditentukan oleh guru. Strategi-strategiyang dipakai oleh seorang guru sesuai dengan apa yang dianggap paling cocok bagi siswanya.
2. Pemerolehan bahasa kedua secara alamiah adalah pemerolehan bahasa kedua/asing yang terjadi dalam komunikasi sehari-hari, bebas dari pengajaran atau pimpinan dan guru. Tidak ada keseragaman cara. Setiap individu memperoleh bahasa kedua dengan caranya sendiri-sendiri. Interaksi menuntut komunikasi bahasa dan mendorong pemerolehan bahasa. Dua ciri penting dari pemerolehan bahasa kedua secara alamiah atau interaksi spontan ialah terjadi dalam komunikasi sehari-hari, dan bebas dari pimpinan sistematis yang sengaja.
Keberhasilan belajar bahasa kedua, menurut pakar bahasa, dipengaruhi oleh strategi yang digunakan pembelajar, yakni.
1) Verifikasi, adalah mengecek apakah hhipotesis mereka tentang bahasa tersebut benar.
3) Alasan deduktif, yakni menggunakan logika umum dalam memecahkan masalah
4) Praktik, yakni kegiatan mengulang, berlatih, dan menirukan.
5) Memorasi atau mengingat, yakni strategi pengulangan untuk tujuan menguatkan penyimpanan dan pengambilan (storage and retrieval)
6) Monitoring, yakni berani membuat kesalahan dan memberi perhatian pada bagaimana pesan diterima oleh penutur.
Pengaruh Lingkungan Bahasa Dalam Pemerolehan Bahasa Kedua a. Pengaruh Lingkungan Formal
Krashen (1983: 40) dikutip oleh Roekhan pada Nurhadi dan Roekhan (1990: 118) menegaskan, bahwa lingkungan formal memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Bersifat artifisial
2. Didalamnya pembelajar bahasa diarahkan untuk melakukan aktifitas bahasa yang menampilkan kaidah-kaidah bahasa yang telah dipelajarinya, dan diberikannya balikan oleh guru yang berupa pelacakan kesalalan atau koreksi terhadap kesalahan yang dilakukan oleh pembelajar, dan
3. Merupakan bagian dari keseluruhan pengajaran bahasa di sekolah (kelas)
sesuai dengan fungsinya, serta membawanya pada suasana kegiatan berbahasa yang nyata, juga harus menyadarkan pembelajar akan kaidah-kaidah bahasa. Sebab, hanya dengan penggunaan kaidah bahasa, pemerolehan bahasa pembelajar dapat mencapai tingkat yang optimal.
Ada tiga hal yang dianggap sangat penting dan mendasar dalam proses belajar bahasa dalam lingkungan formal, yaitu:
a. Belajar bahasa adalah orang
b. Belajar bahasa adalah orang-orang dalam interaksi dinamis
c. Belajar bahasa adalah orang-orang dalam responsi.
b. Pengaruh Lingkungan Informal
Lingkungan informal terjadi secara alami. Yang tergolong lingkungan informal adalah bahasa yang dipakai kawan sebaya, bahasa pengasuh atau orang tua, bahasa yang dipakai anggota kelompok etnis pembelajar, bahasa yang dipakai di media cetak atau elektronika (koran, buku, televisi, atau radio), dan bahasa yang dipakai guru dalam proses belajar-mengajar di kelas bahasa maupun bukan bahasa. Sehubungan dengan itu, ada empat hal dari lingkungan bahasa yang berpengaruh dalam pemerolehan bahasa, yaitu :
a. Sifat alami bahasa sasaran
b. Cara pembelajar dalam berkomunikasi c. Persediaan acuan kongkrit; dan
d. Model bahasa sasaran
Dalam lingkungan bahasa yang bersifat alami, titik berat komunikasi adalah isi pesan, bukan bentuk linguistiknya.
a. Lingkungan kawan sebaya memiliki pengaruh lebih besar dibandingkan orang tua dan guru dalam pemerolehan bahasa kedua.
b. Program celup (immersion program) akan lebih berhasil bila menyediakan penutur asli sebagai kawan sebaya pembelajar.
c. Terdapat kemiripan antara bahasa pengasuh, bahasa guru, dan bahasa penutur asing
d. Bahasa guru berpengaruh pada pemerolehan bahasa kedua, sedangkan bahasa orang tua atau pengasuh lebih banyak berperan pada pemerolehan bahasa pertama atau bahasa ibunya.
e. Bahasa penutur asing secara implisit juga hadir sebagai model pengajaran bahasa kedua.
f. Bahasa kawan sebaya, orang tua, guru, dan penutur asing merupakan lingkungan informal yang mampu menjadi data input yang baik dan abstraksinya yang berupa aturan-aturan linguistik dapat dipakai sebagai bahan monitor, dan
g. Dalam pemerolehan bahasa kedua pengaruh lingkungan informal perlu mendapatkan perhatian sungguh-sungguh selain lingkungan formal.
PENUTUP
Lingkungan bahasa adalah segala hal yang didengar dan dilihat oleh pembelajar terkait dengan bahasa kedua yang sedang dipelajari. Lingkungan dikelompokkan ke dalam lingkungan formal dan lingkungan informal.
saringan afektif. Terdapat dua cara pemerolehan bahasa kedua, yaitu pemerolehan bahasa kedua secara terpimpin dan pemerolehan bahasa kedua secara alamiah.
Daftar Pustaka
Ghazali, Syukur. 2000. Pemerolehan Dan Pengajaran Bahasa Kedua. Jakarta : Proyek Pengembangan Guru Sekolah Menengah
http://id.wikipedia.org/wiki [Rabu, 03 Juni 2015]
http://kbbi.web.id [Rabu, 03 Juni 2015]
Nurhadi dan Roekhan. 1990. Dimensi-Dimensi Dalam Belajar Bahasa Kedua. Bandung: Sinar Baru Bandung.
Rampung, Bone. 2012. Lingkungan Bahasa. http://bone-rampung.blogspot.com [Rabu, 10 Juni 2015]