1
Perkembangan Sistem Ekonomi Indonesia (Sumatera Selatan) Tahun
2005-2013
Pada masa kepemimpinan susilo Bambang Yudhoyono kebijakan kontroversial pertama beliauadalah mengurangi subsidi BBM, atau dengan kata lain menaikkan harga BBM. Kebijakan ini dilatar belakangi oleh naiknya harga minyak dunia. Anggaran subsidi BBM dialihkan ke subsidi sektor pendidikan dan kesehatan, serta bidang-bidang yang mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kebijakan kontroversial pertama itu menimbulkan kebijakan kontroversial kedua, yakni Bantuan Langsung Tunai (BLT) bagi masyarakat miskin. Kebanyakan BLT tidak sampai ke tangan yang berhak, dan pembagiannya menimbulkan berbagai masalah sosial. Kebijakan yang ditempuh untuk meningkatkan pendapatan perkapita adalah mengandalkan pembangunan infrastruktur massal untuk mendorong pertumbuhan ekonomi serta mengundang investor asing dengan janji memperbaiki iklim investasi. Salah satunya adalah diadakannya Indonesian Infrastructure Summit pada bulan November 2006 lalu, yang mempertemukan para investor dengan kepala-kepala daerah.
Menurut Keynes, investasi merupakan faktor utama untuk menentukan kesempatan kerja. Mungkin ini mendasari kebijakan pemerintah yang selalu ditujukan untuk memberi kemudahan bagi investor, terutama investor asing, yang salahsatunya adalah revisi undang-undang ketenagakerjaan. Jika semakin banyak investasi asing di Indonesia, diharapkan jumlah kesempatan kerja juga akan bertambah. Pada pertengahan bulan Oktober 2006 , Indonesia melunasi seluruh sisa utang pada IMF sebesar 3,2 miliar dolar AS. Dengan ini, maka diharapkan Indonesia tak lagi mengikuti agenda-agenda IMF dalam menentukan kebijakan dalam negri. Namun wacana untuk berhutang lagi pada luar negri kembali mencuat, setelah keluarnya laporan bahwa kesenjangan ekonomi antara penduduk kaya dan miskin menajam, dan jumlah penduduk miskin meningkat dari 35,10 jiwa di bulan Februari 2005 menjadi 39,05 juta jiwa pada bulan Maret 2006. Hal ini disebabkan karena beberapa hal, antara lain karena pengucuran kredit perbankan ke sector riil masih sangat kurang (perbankan lebih suka menyimpan dana di SBI), sehingga kinerja sector riil kurang dan berimbas pada turunnya investasi. Selain itu, birokrasi pemerintahan terlalu kental, sehingga menyebabkan kecilnya realisasi belanja Negara dan daya serap, karena inefisiensi pengelolaan anggaran. Jadi, di satu sisi pemerintah berupaya mengundang investor dari luar negri, tapi di lain pihak, kondisi dalam negeri masih kurang kondusif.
Perkembangan Sistem Ekonomi Sumatera Selatan
kondisi ekonomi normal maupun saat menghadapi krisis.
Pertanian tanaman pangan sangat relevan untuk dijadikan sebagai pilar ekonomi di daerah, mengingat sumber daya ekonomi yang dimiliki setiap daerah yang siap didayagunakan untuk membangun ekonomi daerah adalah sumber daya pertanian tanaman pangan, seperti sumber daya alam (lahan, air, keragaman hayati, agro-klimat). Sumber daya manusia dibidang agribisnis, teknologi dan lain–lain. Struktur ekonomi hampir disetiap daerah, terutama diluar Pulau Jawa sebagian besar di sumbang dari sektor pertanian, khususnya tanaman pangan. Oleh karena itu, modernisasi pembangunan pertanian khususnya tanaman pangan di setiap daerah akan secara langsung dapat meningkatkan perekonomian daerah dan memecahkan sebagian besar persoalan ekonomi seperti ketimpangan kota dan daerah, ketimpangan antar daerah dan antar sektor, serta perluasan lapangan usaha dan penyerapan tenaga kerja.
Bagi Provinsi Sumatera Selatan , sub sektor tanaman pangan memiliki sumbangan yang dominan terhadap perkembangan perekonomian di Provinsi Sumatera Selatan. Menurut Badan Pusat Statistik rata-rata laju pertumbuhan Q to Q (persen) sektor pertanian sub sektor tanaman bahan makanan kurun waktu 2005-2013 tumbuh sebesar 3,15% (tabel 1). Pertumbuhan yang cukup tinggi tersebut ternyata didukung oleh pertumbuhan jumlah penduduk sebesar 1,85%.
Perekonomian Sumatera Selatan pada tahun 2006 mengalami pertumbuhan sebesar 2,98 persen, naik jika dibandingkan dengan tahun 2005 yang tumbuh sebesar 2,60 persen. Sedangkan pada tahun 2007 dan 2008 naik sebesar 3,35 persen dan 6,06 persen, untuk tahun 2010 melambat sebesar 1,64 persen dan tahun 2011 naik sebesar 0,11 persen. Tahun 2012 dan 2013 laju pertumbuhan untuk subsektor tanaman bahan makanan seebsar 3,09 persen dan 1,93 persen. Nilai PDRB atas dasar harga konstan pada tahun 2012 mencapai Rp 72,09 triliun, sedangkan pada tahun 2011 sebesar Rp 68,01 triliun. Bila dilihat berdasarkan harga berlaku, PDRB Sumatera Selatan tahun 2012 naik sebesar Rp 23,94 triliun, dari Rp 182,39 triliun pada tahun 2011 menjadi sebesar Rp 206,33triliun pada tahun 2012.
Tabel 1 Laju Pertumbuhan Q to Q (persen) Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2005-2013
Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012* 2013**
Tanaman Bahan
Makanan 2,60 2,98 3,35 6,06 4,97 1,64 1,75 3,09 1,93
3
Selama tahun 2012, pertumbuhan PDRB Sumatera Selatan mengalami perlambatan. Perlambatan pertumbuhan ini terutama dipengaruhi oleh rendahnya pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian yang hanya tumbuh 0,4 persen (tabel 2), hal ini dikarenakan terkontraksinya sub sektor pertambangan migas yang terkontraksi sebesar negatif 1,9 persen. Selanjutnya sektor yang mengalami perlambatan adalah sektor bangunan dan sektor angkutan dan komunikasi. Perlambatan pertumbuhan sektor bangunan tersebut dipengaruhi oleh berakhirnya momen SEAGAMES, dimana pada tahun 2012 sektor ini dapat tumbuh tinggi terutama karena adanya momen tersebut. Sedangkan sektor lainnya pertumbuhannya meningkat dibanding tahun sebelumnya. Sektor pertambangan dan penggalian mengalami perlambatan pertumbuhan dari 2,59 persen tahun 2011 menjadi 0,4 persen di tahun 2012. Sektor bangunan tumbuh yaitu dari 12,9 persen pada tahun 2011 menjadi 8,9 persen di tahun 2012. Sektor pertanian tumbuh 5,3 persen meningkat relatif kecil dibanding tahun sebelumnya tumbuh sebesar 5,2 persen. Dilihat dari sisi besarnya sumbagan sektor pertanian dalam menciptakan laju pertumbuhan Sumatera Selatan untuk tahun 2012 sebesar 1,03 persen.
Tabel 2
Nilai PDRB Tahun 2011 & 2012, Laju Pertumbuhan dan Sumber Pertumbuhan Tahun 2012 Menurut Lapangan Usaha LAPANGAN
2011 2012 2011 2012 2012 2012
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) PDRB Dengan Migas 182,39 206,33 68.01 72,09 6,0 6,0
PDRB Tanpa Migas 134,95 157,33 54,39 58,70 7,9 7,9
Pertumbuhan Produksi Sektor Pertanian Sub Sektor Tanaman Pangan
lebih tinggi dari pada jenis tanaman lainnya antara 2.000.000 ton sampai dengan 3.000.000 ton, kondisi ini mencerminkan bahwa teknologi padi yang diterapkan petani padi cukup intensif. Namun, fasilitas bagi petani dalam mengelola usaha tani padinya perlu diupayakan utuk lebih intensif lagi agar bisa bersaing dengan petani lainnya. Begitu puladengan luas panen untuk tanaman pangan padi pada Provinsi Sumatera Selatan lebih tinggi dari jenis tanaman lainnya antara 600.000 ha sampai dengan 800.000 ha.
Tabel 3 Produksi Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2005-2013 Jenis
Tanaman
Produksi(Ton)
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Padi 2.320.110 2.456.251 2.753.044 2.971.286 3.125.236 3.272.451 3.384.670 3.295.247 3.676.723 Jagung 75.566 73.896 84.081 101.439 113.167 125.796 125.688 112.917 167.457 Kedelai 5.160 3.788 2.873 7.305 13.702 11.664 13.710 12.162 5.140 Ubi Jalar 24.465 20.747 21.515 19.621 20.800 22.839 18.309 17.380 15.945 Ubi Kayu 179.952 228.321 150.133 197.150 166.890 159.929 159.346 143.565 165.250 Kacang
Tanah 9.756 11.696 7.676 7.499 6.459 6.109 3.960 4.060 3.475
Kacang
Hijau 3.135 3.396 3.351 4.172 3.188 3.280 2.611 2.480 1.821
Keterangan: Sumber BPS 2005-2013
Tabel 4 Luas Panen Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2005-2013
Jenis
Tanaman 2005 2006 2007 2008 Luas Panen(Ha)2009 2010 2011 2012 2013
5
DAFTAR PUSTAKA
Sukmawati Aprilia. 2013. Evaluasi Implementasi Kebijakan Perencanaan Anggaran Belanja Kementerian Pertanian Dalam Rangka Meningkatkan Kinerja Sektor
Pertanian [Internet]. [diunduh 2014 Agustus 19]. Tersedia pada:
https://independent.academia.edu/ApriliaSukma. Dipaparkan pada Seminar
Proposal Pascasarjana IPB.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Data Strategis BPS. Jakarta (ID): Badan Pusat Statistik.
Berita Resmi Statistik No.11/02/16/Th. XV, 05 Februari 2013 [internet]. [diunduh 2014 Agustus 19]. Tersedia pada: http://sumsel.bps.go.id/images/brs/02/BRS %20Perekonomian%20Februari%202013.pdf
Fajri Nur Sidik. 2011. Perkembangan Sistem Perekonomian Indonesia Dari Masa
Ke Masa [Internet]. [diunduh 2014 Agustus 19]. Tersedia pada:
http://sidikaurora.wordpress.com/2011/02/16/perkembangan-sistem-perekonomian-indonesia-dari-masa-ke-masa/ .
Suryana Achmad, Sudi Mardianto, Ketut Kariyasa, I Putu Wardana. 2009.Kedudukan Padi
Dalam Perekonomian Indonesia. [Internet]. [diunduh 2014 Agustus 19]. Tersedia
Tugas Ekonomi Makro
Dosen Pembimbing Prof. Dr. Bernadette Robani, M.Sc Magister Ilmu Ekonomi Bidang Kajian Utama Ilmu Ekonomi
Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya
Oleh :
YUNIAR MITSULITA NIM 0102-26-81318-002