1.PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Perusahaaan di dirikan dengan tujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya yang di hubungkan dengan bagaimana kemampuan manajemen dalam mengelola perusahaan tersebut.Laporan keungan yang di terbitkan menjadi sangat penting bagi para pemegang saham karena di harapkan dapat memberikan informasi yang dapat di percaya dan meggunakan ukuran ukuran yang dapat di pertanggungjawabkan (Nariman, 2013 dan Sar). Sedangkan (Sumarwoto, 2016 , Susanto, 2009 dan Praptitorini dan Indra, 2007) mengatakan bahwa laporan keungan adalah suatu media utama untuk mengkomunikasikan informasi keuangan kepada pihak-pihak luar entitas. Kelangsungan hidup sebuah entitas biasanya akan di hubungkan dengan kemampuan manajemen untuk mengelola perusahaan tersebut secara tidak langsung membuat manajemen bertanggung jawab atas kelangsungan hidup entitas. Namun tanggung jawab tersebut juga berpotensi besar melebar kepada auditor melalui opininya.Tugas seorang auditor adalah untuk memberikan opini atas laporan keuangan yang telah di audit dan sekaligus bertanggung jawab atas opini yang telah di keluarkannya (Laela dan Dewi, 2009 & Amyulianthy, 2014). Auditor di pandang sebagai pihak independen yang mampu memberikan pernyataan atau Opini yang bermanfaat mengenai kondisi keuangan klien ( Junaidi dan Jugiyanto, 2010 & Krissindiastuti dan Ni, 2016).
kebangkrutan perusahaan akan tetapi disisi lain apabila opini tersebut tidak di terbitkan auditor di anggap tidak memberikan peringatan dini terhadat entitas (Geraldina, 2011).Selain kelima opini tersebut terdapat pula opini going concern.Opini going concern adalah opini yang di keluarkan auditor karena terdapat keraguan dari auditor akan kelangsungan hidup sebuah perusahaan (Rahayu, 2007,Alisiah& Sugeng, 2012, Ginting dan Linda, 2014, Sussanto dan Aquariza, 2012,dan Wulamdari, 2014).Dalam mengeluarkan opini auditnya seorang auditor harus tetap mempertahankan etika auditor agar opini yang di keluarkannya tidak merugikan satu pihak. Dalam mengeluarkan opini audit going concern seorang auditor mempertimbangkan fakror keuangan dan non keuangan perushaan. Faktor keungan biasannya di tunjukkan oleh rasio keuangan likuiditas, profabilitas, dan solvabilitas. Sedangkan faktor non keuangan di tunjukkan oleh afiliasi dari independen komisaris dengan komite audit (AFILIASI), opini auditor tahun sebelumnya, dan reputasi KAP (Rahayu, 2007).
islam etika sering di kaitkan dengan kata akhlak bentuk jamak dari khuluk yang berarti peragai, tabiat, sikap, perilaku, watak, dan budi pekerti (Fatmawati Dkk, 2015).
Dalam menjalankan tugasnnya seorang akuntan secara terus menerus berhadapan dengan dilemma etis yang melibatkan pilihan di antara nilai niali yang bertentangan.Persepsi etis dan pertimbangan etis auditor sangat di perlukan dalam menghadapi dilema etis tersebut sedangkan keputusan yang di ambil sangat dipengaruhi oleh profesionalitas individu (Januarti, 2011).Di Indonesia yang mayoritas berpenduduk muslim kode etik sangatlah di perlukan terutama kode etik syariah. Semua kelalaian dalam pemberian opini seharusnya tidak terjadi apabila dalam mengerjakan tugasnnya seorang auditor berpegang teguh pada kode etik syariah akuntan public, karena dalam kode etik syariah akuntan public di tekankan nilai intergritas dan keadilan yang tinggi yang harus di miliki oleh seorang auditor atau akuntan publik. Seperti dalam surah an-nahl yang artinya: “ sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan, member kepada kamu kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia member pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. (16:90)”. Dalam ayat tersebut tersirat dengan jelas bahwa hubungan manusia dengan kaum mukmin di dunia harus berdasarkan pada keadilan dan menjauhi segala arogansi dan perbuatan keji
berfungsi sebagai serangkaian criteria-kriteria untuk membedakan mana yang benar dan mana yang buruk.
B. Rumusan Masalah
Laporan keungan yang di terbitkan menjadi sangat penting bagi para pemegang saham karena di harapkan dapat memberikan informasi yang dapat di percaya dan meggunakan ukuran ukuran yang dapat di pertanggungjawabkan.Tugas seorang auditor adalah untuk memberikan opini atas laporan keuangan yang telah di audit dan sekaligus bertanggung jawab atas opini yang telah di keluarkannya.Auditor di pandang sebagai pihak independen yang mampu memberikan pernyataan atau.Opini yang bermanfaat mengenai kondisi keuangan klien. Akan tetapi banyaknya kasus manipulasi data keuangan yang di lakukan oleh perusahaan besar seperti Enron, Woeldcom, dan lain lain yang pada akhirnya bangkrut menyebabkan profesi akuntan publik banyak mendapat kritikan. Dari kasus dan contoh di atas timbul sebuah pertanyaan besar apakah kode etik syariah harus di terapkan di profesi akuntan mengingat besarnya tanggung jawab yang di emban oleh seorang akuntan. Dari uraian di atas maka adapun masalah yang akan di angkat dari tulisan ini adalah
1. Bagaimana Penerapan etika auditor di KAP Drs Chandra Dwiyanto?
2. Bagaimana konsekuensi dari penerapan etika syariah di KAP Drs Chandra Dwiyanto?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitiaan ini adalah:
1. Untuk melihat bagaimana penerapan etika di kalangan auditor di KAP Drs Chandra Dwiyanto
2. Untuk melihat bagaimana seefektif apakah etika syariah di kalangan auditor di KAP Drs Chandra Dwiyanto
D. Manfaat Penelitian
Kegunaaan dalam penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis maupun praktis bagi semua pihak yang mempunyai kaitan dengan penelitian ini, yaitu antara lain:
Tulisan ini di harapkan memberikan tambahan wawasan ilmu dan informasi yang berguna mengenai teori yang berkaitan dengan etika syariah auditor, opini audit dan faktor penyebab dari sebuah kelalaian audit itu sendiri. Penelitian ini juga berharap dapat memberikan konstribusi yang baik dalam pengembangan teori terutama dengan menyandingkan teori agency yang di ke ukakan oleh (jensen dan meckling 1976) dengan teori etika yang menyangkut etika syariah akuntan.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi para akuntan, di harapkan hasil dari penelitian ini bisa dijadikan dasar pembelajaran,referensi dan pedoman untuk memberikan opini yang lebih baik dan tetap memegang teguh etika etika yang berlaku. b. Manfaat bagi IAI Hasil dari penelitian ini bisa di jadikan masukan untuk
organisasi profesi ( ikatan akauntansi indonesia) dalam pengambilan keputusan pada saat menerapkan kode etik ataupun aturan yang di pakai anggotanya, dan bisa juga hasil dari penelitian ini yang berfokus ke kode etik syariah akuntan publik menjadi salah satu dasar petrimbangan bagi IAI untuk di jadikan kode etik dasar untuk anggotanya.
c. Bagi investor hasil penelitian ini bisa juga di gunakan untuk para investor dan sebagai dasar pertimbangan karena tidak selamanya perusahaan yang mendapatkan opini yang baik itu mempunyai kondisi keuangan yang baik pula.
d. Kemudian bagi para pelajar atau mahasiswa penelitian ini di harapkan bisa menjadi salah satu referensi dan tambahan wawasan.
II. TINJAUAN TEORETIS A. Teori Keagenan (agency theory)
yang melibatkan agen untuk melaksanakan beberapa layanan bagi mereka dengan melakukan pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada agen. Baik prinsipal maupun agen diasumsikan orang ekonomi rasional dan semata-mata termotivasi oleh kepentingan pribadi. Shareholders atau prinsipal mendelegasikan pembuatan keputusan mengenai perusahaan kepada manajer atau agen. Bagaimanapun juga, manajer tidak selalu bertindak sesuai keinginan shareholders, sebagian dikarenakan oleh adanya moral hazard.
Dibutuhkan pihak ketiga yang independen sebagai mediator pada hubungan antara prinsipal dan agen. Pihak ketiga ini berfungsi untuk memonitor perilaku manajer (agen) apakah sudah bertidak sesuai dengan keinginan prinsipal. Auditor adalah pihak yang dianggap mampu menjembatani kepentingan pihak prinsipal (shareholders) dengan pihak manajer (agen) dalam mengelola keuangan perusahaan (Setiawan, 2006 dalam Susanto). Auditor melakukan fungsi monitoring pekerjaan manajer melalui sebuah sarana yaitu laporan tahunan. Tugas auditor adalah memberikan opini atas laporan keuangan tersebut, mengenai kewajarannya. Selain itu, auditor saat ini juga harus mempertimbangkan akan kelangsungan hidup perusahaan.
B. Teori Etika
Manusia adalah mahluk Sosial yang selalu berinteraksi secara terus menerus terhadap diri sendiri , keluarga, lingkungan dan masyarakat. Dalam berinteraksi dengan manusia lain ada peraturan, norma-norma dan kaidah yang telah di buat oleh diri sendiri maupun norma yang telah disepakati bersama, baik itu peraturan tertulis maupun non tertulis (Muslim, 2007). Teori etika membantu manusia untuk mengambil keputusan moral dan menyediakan justifikasi untuk keputusan tersebut . Teori etika di bagi menjadi:
1. Utilitarianism Theory
Utilitarianism theory menyatakan bahwa setiap individu harus berupaya secara optimal untuk melakukan tindakan yang memaksimumkan manfaat dan meminimalkan dampak negatif . Tindakan moral yang memaksimumkan kesejahteraan dalam jumlah terbesar dengan biaya yang minimum. Jadi semakin banyak orang yang menikmati manfaatnya maka semakin baik . Teori ini mengelompokkan utilitarisme ke dalam dua macam, yaitu :
(2) rule utilitarisme, tidak harus dalam bentuk perbuatan tetapi pada aturan moral yang diterima oleh masyarakat secara luas
2. Deontologi theory.
Deontol ogi theory menyatakan bahwa setiap individu memiliki kewajiban untuk memberikan kebutuhan yang menjadi hak orang lain, sehingga dasar untuk menilai baik buruknya suatu perbuatan adalah kewajiban, bukan konsekuensi yang dihasilkan oleh perbuatan. Perbuatan tidak pernah menjadi baik karena hasilnya baik, melainkan karena suatu kewajiban yang harus dilakukan. Sehingga deontologi selalu menekankan pada pandangan bahwa perbuatan tidak dihalalkan karena tujuannya. Dengan demikian tujuan yang baik tidak menjadikannya suatu perbuatan itu menjadi baik.Perbuatan yang baik hanya dari segi hukum belum tentu baik dari segi etika. Kant menyatakan dari segi hukum yang penting adalah legalitas, sedangkan dari etika, legalitas saja tidak cukup melainkan harus diperhatikan moralitas perbuatan baik lahiriah maupun batiniah.
3. Teori Keutamaan (Virtue Theory).
Teori keutamaan menurut adalah disposisi watak yang telah diperoleh seseorang dan memungkinkannya untuk bertingkah laku baik secara moral. Solomon membedakannyamenjadi dua yaitu : pelaku bisnis individual (kejujuran, fairness, kepercayaan dan keuletan) dan taraf perusahaan (keramahan, loyalitas, kehormatan, rasa malu yang dimiliki oleh manajer dan karyawan). Teori ini mempunyai kelebihan karena memungkinkan untuk mengembangkan penilaian etis yang lebih positif.
C. Konsep Keadilan
keadilan, sangat dipengaruhi oleh cita-cita kolektivistik yang memandang keadilan sebagai hubungan harmonis dengan berbagai organisme sosial. Setiap warga negara harus melakukan tugasnya sesuai dengan posisi dan sifat alamiahnya.
Hegel, dalam Philosophy of Rightnya, melihat keadilan memiliki hubungan dengan solidaritas secara interdependensi. Artinya, keadilan dan solidaritas tidak dapat dipisahkan satu sama lain, kehadiran yang satu selalu sudah mengandaikan kehadiran yang lain. Keadilan merupakan realisasi dari kebebasan individual, sedangkan solidaritas merupakan realisasi kebebasan pada tataran sosial. Mendapat pengaruh dari Hegel maupun Kant, Habermas mempostulatkan prinsip penghormatan yang sama, dan hak yang sama bagi individu. Dari perspektif modernitas, menjadikan hak serta penghormatan yang sama bagi individu sebagai postulat merupakan realisasi kebebasan subjektif dan individualitas yang tidak dapat ditolak keberadaannya. Sedangkan tentang solidaritas, Habermas berpendapat bahwa ‚solidaritas mempostulatkan empati dan perhatian bagi keberlangsungan lingkungan sosial masyarakat.‛ Dengan kata lain, ‚solidaritas mengacu pada keberlangsungan ikatan anggota komunitas yang secara intersubjektif menempati dunia kehidupan yang sama.
D. Konsep Keadilan Dalam Islam
Orang yang menganggap keadilan sebagai sebuah gagasan atau realitas absolut dan mengasumsikan bahwa pengetahuan dan pemahaman tentangnya hanya di dapatkan secara parsial dan melalui upaya filisofis yang sangat sukit (Ramadhan, 2011).Prinsip-prinsip pembentukan hukum (prinsip-prinsip keadilan) bersifat etis, maka hukum sebagai keseluruhan mewajibkan secara batiniah. Karena itu tujuan akhir hukum yang berupa keadilan harus dicapai melalui sebuah institusi legal dan independen dalam sebuah negara. Hal tersebut menunjukkan pentingnya mewujudkan keadilan bagi setiap warga negara (manusia) sebagai orientasi hukum. Salah satu sumbangan terbesar Islam kepada umat manusia adalah prinsip keadilan sosial dan pelaksanaannya dalam setiap aspek kehidupan manusia. Islam memberikan suatu aturan yang dapat dilaksanakan oleh semua orang yang beriman. Setiap anggota masyarakat didorong untuk memperbaiki kehidupan material masyarakat tanpa membedakan bentuk, keturunan dan jenis orangnya. Setiap orang dipandang sama untuk diberi kesempatan dalam mengembangkan seluruh potensi hidupnya.
Istilah lain dari al-‘adl adalah al-qist, al-misl (sama bagian atau semisal). Secara terminologis, adil berarti mempersamakan sesuatu dengan yang lain, baik dari segi nilai maupun dari segi ukuran, sehingga sesuatu itu menjadi tidak berat sebelah dan tidak berbeda satu sama lain. Adil juga berarti berpihak atau berpegang kepada kebenaran.11 Kalau dikatagorikan, ada beberapa pengertian yang berkaitan dengan keadilan dalam al-Qur'an dari akar kata 'adl itu, yaitu sesuatu yang benar, sikap yang tidak memihak, penjagaan hak-hak seseorang dan cara yang tepat dalam mengambil keputusan "Hendaknya kalian menghukumi atau mengambil keputusan atas dasar keadilan". Secara keseluruhan, pengertian-pengertian di atas terkait langsung dengan sisi keadilan, yaitu sebagai penjabaran bentuk-bentuk keadilan dalam kehidupan. Dari terkaitnya beberapa pengertian kata 'adl dengan wawasan atau sisi keadilan secara langsung itu saja, sudah tampak dengan jelas betapa porsi "warna keadilan" mendapat tempat dalam al-Qur'an.
E. Konsep Going Concern
Suatu asumsi yang mendasari proses akuntansi adalah bahwa perusahaan melaporkan akan melanjutkan sebagai suatu going concern. Artinya suatu entitas dianggap akan mampu mempertahankan usahanya dalam jangka panjang dan tidak akan dilikuidasi. Laporan keuangan mengukur mengenai informasi posisi keuangan suatu entitas dan hasil dari operasi. Laporan auditor menambah dimensi kualitatif terhadap suatu informasi. Auditor merupakan perantara antara penyedia laporan keuangan dan pengguna laporan tersebut. Dalam batas-batas GAAP, hal tersebut merupakan beban auditor untuk menyimpulkan kewajaran (fairness) laporan keuangan. Pengguna laporan keuangan mempercayakan auditor independen untuk menyebutkan situasi yang menjadi perhatian mereka yang berdampak pada penyajian kewajaran laporan keuangan dalam kesesuaiannya dengan GAAP.
perusahaan dalam menjalankan operasinya. Pada tahun 1988 Auditing Standard Board (ASB) menerbitkan Statement on Auditing Standard (SAS) No. 59: The auditor's consideration of an entity's ability to continue as a going concern, yang meminta auditor untuk mengevaluasi apakah terdapat keraguan substansial mengenai kemampuan perusahan klien untuk melanjutkan sebagai suatu going concern. SAS meminta auditor mengakumulasi dan mengevaluasi bukti untuk menentukan apakah status going concern adalah dipertanyakan. Seorang auditor mempertimbangkan penerbitan opini going concern jika ia menemukan alasan atas keraguan keberlangsungan suatu perusahaan berdasarkan pengujian. Karena auditor tidak mencari-cari bukti tersebut, perolehan informasi dalam pola normal audit akan mendorong pertimbangan analisis kemungkinan pengeluaran opini going concern. Oleh karena itu pengambilan keputusan dalam keberadaan ketidakpastian melalui dua proses tahapan. Tahap pertama adalah identifikasi karakteristik yaitu perusahaan sebagai penerima potensial opini going concern. Tahap kedua adalah menghasilkan analisis dalam pemilihan opini final ( Junaidi dan Jugiyanto, 2010).
F. Bagaimana penerapan etika auditor di Indonesia
Kode etik akuntan merupakan suatu sistem prinsip moral dan pelaksanaan aturan yang memberikan pedoman kepada akuntan dalam berhubungan dengan klien, masyarakat, dan akuntan lain sesama profesi. Berperilaku etis sesuai dengan etika profesi yang di anut menunjukkan bahwa seorang auditor tersebut dapat berkomitmen dengan baik dalam menjalankan tugasnya. Perilaku etis merupakan hal yang paling mendasar dalam melakukan suatu pekrjaan (Utami dan Mahendra, 2014). Kode etik akuntan dapat digunakan sebagai suatu alat atau sarana untuk memberikan keyakinan pada klien, pemakai laporan keuangan dan masyarakat tentang kualitas atau mutu jasa yang diberikan oleh akuntan. Dengan demikian yang menjadi sasaran atau bahkan yang menjadi dasar pemikiran diciptakannya kode etik profesi adalah kepercayaan masyarakat terhadap kualitas atau mutu jasa yang diberikan oleh profesi akuntan tanpa memandang siapa individu yang melaksanakannya. Kasus Enron, WorldCom dan kasus jual beli opini oleh auditor BPK di Indonesia menjadi kasus pelanggaran kode etik yang memalukan bagi profesi akuntan. Dalam kasus tersebut sangat jelas keterlibatan akuntan dalam pelanggaran etika sehingga merugikan masyarakat secara luas. Kasus tersebut membuat akuntan menjadi diragukan profesionalismenya oleh masyarakat. Salah satu upaya mengembalikan kepercayaan masyarakat dapat dilakukan dengan penerapan secara ketat terhadap kode etik yang sudah ditetapkan lembaga profesi. Sebenarnya kode etik akuntan sangat membantu para anggotanya dalam mencapai kualitas pekerjaan sebaik-baiknya. Audit yang berkualitas sangat penting untuk menjamin bahwa profesi akuntan memenuhi tanggungjawab kepada investor, masyarakat umum dan pemerintah serta pihak-pihak lain yang mengandalkan kredibilitas laporan keuangan yang telah di audit.
pihak lain tersebut. Contoh tindakan independen auditor adalah melakukan penolakan tugas audit karena beberapa
hal berikut :
- Terjadi pembatasan ruang lingkup, sikap dan luas audit oleh auditee..
- Auditor tidak dapat independen karena posisi auditor dalam organisasi auditee - Terdapat hubungan istimewa antara auditor dengan auditee.
G. Penerapan etika syariah aduditor
Akhir-akhir ini isu terkait etika profesi dalam dunia bisnis mulai marak diperbincangkan. Hal ini mengingat akhir-akhir ini banyak kasus-kasus “kriminal” terjadi dalam dunia bisnis. Beberapa skandal keuangan perusahaan besar dunia antara lain Enron, WorldCom, Adelpia, Global Crossing, Qwest, Tyco, Xerox, Martha Stewart, Health South, Royal Ahold, Parmalat, The Mutual Funds. Kasus skandal audit yang paling menyita perhatian berbagai kalangan adalah kasus Enron pada tahun 2001 di Amerika Serikat.Dalam kasus Enron terjadi karena perilakumoral hazard oleh perusahaan Enron dan KAP Andersen. Diketahui perusahaan melakukan manipulasi laporan keuangan dengan mencatat keuntungan 600 juta Dollar AS padahal perusahaan mengalami kerugian. Manipulasi keuntungan disebabkan keinginan perusahaan agar saham tetap diminati investor. Akibat skandal ini tingkat kepercayaan stakeholder turun drastis, perusahaan Enron kolap dan KAP Andersen dibatalkan izin operasinya.
akuntan dan auditor yang memiliki mutu tinggi dalam kinerjanya dengan panduan-panduan etika syariah.
Dalam Islam dikenal istilah Akhlak. Akhlak menempati posisi yang sangat penting dalam Islam. Akhlak merupakan salah satu dari tiga cakupan agama Islam bersama Aqidah dan Ibadah. Dalam beberapa ayat al Quran, Allah banyak menyinggung masalah akhlak atau etika. Salah satu kode etik auditing dan akuntansi yang banyak disinggung adalah konsep Fairness atau keadilan. Seorang akuntan dan auditor muslim dituntut untuk menjalani profesinya dengan akhlak yang baik utnuk memenuhi tujuan sebagai berikut:a.Untuk membantu mengembangkan kesadaran etika profesi dengan membawa perhatian mereka pada isu-isu etika yang terdapat dalam praktek profesi dan apakah setiap tindakan dapat dipertimbangkan sebagai perilaku yang beretika sesuai dengan sudut pandang syariah sebagai tambahan dari sekedar komitmen etika profesi yang normal.b.Untuk meyakinkan keakuratan dan keandalan laporan keuangan, sehingga dapat meningkatkan kredibilitas dan kepercayaan kepada jasa yang diberikan akuntan. Selain itu dapat meningkatkan perlindungan kepentingan baik inttitusi maupun pihak-pihak yang terkait dengan institusi tersebut. Menurut AAOIFI (1998) prinsip kode etik akuntan Islam adalah sebagai berikut :
1. Dapat Dipercaya
Akuntan harus jujur dan bisa dipercaya dalam melaksanakan kewajiban dan jasa profesionalnya. Dapat dipercaya juga mencakup bahwa akuntan harus memiliki tingkatvintegritas dan kejujuran yang tinggi dan akuntan juga harus dapat menghargai kerahasiaanvinformasi yang diketahuinya selama pelaksanaan tugas dan jasa baik kepada organisasivatau langganannya. Akuntan tidak dibenarkan melakukan penyampaian informasi danvfakta secara tidak jujur.
2. Legitimasi
Akuntan harus dapat memastikan bahwa semua kegiatan profesi yang dilakukannyavharus memiliki legitimasi dari hukum syariah maupun peraturan dan perundangan yang berlaku. 3. Objektivitas
akuntan tidak boleh mendelegasikan tugas dan pertimbangan profesinya kepada pihak lain yang tidak kompeten.
4. Kompetensi Profesi dan Rajin
Akuntan harus memiliki kompetensi profesional dan dilengkapi latihan-latihan yang dibutuhkan untuk menjalankan tugas dan jasa profesi dengan baik. Akuntan harus melaksanakan tugas dan jasa profesionalnya dengan rajin dan berusaha sekuat tenaga at all cost sehingga ia bebas dari tanggungjawab ynag dibebankan kepadanya bukan saja dari atasan, profesi, publik tetapi juga dari Allah SWT.
5. Perilaku yang Didorong Keyakinan Agama (Keimanan)
Perilaku akuntan harus konsisten dengan keyakinan akan nilai Islam yang berasal dari prinsip dan aturan syariah. Semua perilaku dan tindak tanduk harus disaring dan didorong oleh nilai-nilai Islam.
6. Perilaku Profesional dan Standar Teknik
Dalam melaksanakan kewajibannya, akuntan harus memperhatikan peraturan profesi termasuk didalamnya stadar akuntansi dan auditing untuk lembaga keuangan syariah. Beberapa prinsip kode etik ini sudah merupakan prinsip umum dalam profesi maupun syariah seperti dapat dipercaya, objektivitas, kompetensi dan rajin. Prinsip lain yang didasarkan pada syariah misalnya legitimasi agama, dan perilaku yang didorong keimanan. Akhirnya beberapa prinsip tersebut semata-mata didasarkan pada kaidah profesi seperti prinsip perilaku profesional dan standar teknis yang tentu tidak bertentangan dengan prinsip yang diatur dalam hukum syariah.
H. Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian yang di lakukan oleh (laela dan Dewi, 2009) dengan judul penelitian Analisis Opini Auditor Sebagai Sinyal Kepailitan Suatu Perusahaan;Tinjauan Terhadap Perlunya Kode Etik Syariah Akuntan Publik di dapatkan hail bahwa Pertama, bahwa apapun opini yang diberikan olehauditor, maka perusahaan tersebut rentan untuk mengalami kebangkrutan. Dengankata lain, opini auditor bukan sebagai jaminan perusahaan tidak akan mengalamikebangkrutan. Hal ini dibuktikan dengan hasil pengujian dengan menggunakan ujiFriedman, bahwa selama tiga tahun menjelang pailit tidak terdapat perbedaan yangsignifikan dari segi opini auditornya. Demikian juga Uji t-test membuktikan 2 periode. Berdasarkan temuan ini, peneliti menduga masih adanya inconsistency Hal tersebutdiduga terjadi pelanggaran terhadap etika auditor. Peneliti mengusulkan sebuah modelkode etik syariah akuntan publik yang bersumber syariah Islam, yang terbagi menjadi dua bagian yaitu hubungan antara manusia dengan Allah SWT yaitu dengan ketakwaan dan hubungan antara manusia dengan manusia yang meliputi objektivitas, independensi, profesional dan integritas.
I. Rerangka Pikir
III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif studi empiris. Lokasi penelitian ini bertempat di KAP Drs Chandra Dwiyanto. Pemilihan tempat lokasi penelitian ini karena objek permasalahan pada penelitian ini berada pada KAP Drs Chandra Dwiyanto.
B. Pendekatan penelitian
Pendekatan yang di lakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan tersebut di gunakan untuk mendapatkan data yang mendalam mengenai analisis penerapan
Pelanggran kode etik akuntan publik
PEMBERIAN OPINI AUDIT DENGA KODE ETIK SYARIAH AKUNTAN PUBLIK
KONSEP KEADILAN
TEORI ETIKA
TEORI AGENSI KONSEP KEADILAN
ISLAM
KONSEP GOING
CONCERN
A. Utilitarianism Theory
B. Dentologi Theory C. Teori
keutamaan
etika syariah akuntan publik. Data yang di cari kemudian di sajikan dalam bentuk rangkaian kalimat, wacana, dan ilustrasi. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif maka penelitian dapat lebih sesuia dengan tujuan penelitian.
C. Jenis dan Sumber Data
Jenis dan sumber data yang penulis gunakan dalam penelitian ini dibagi ke dalam dua jenis, yaitu :
a. Data Primer, yaitu informasi yang penulis peroleh di lapangan melalui wawancara langsung dengan Auditor yang ada di KAP Chandra Dwiyanto, yang memiliki pengetahuan dan bersentuhan langsung dengan etika auditor. b. Data Sekunder, yaitu informasi yang diperoleh secara tidak langsung seperti data
yang diperoleh dari instansi atau lembaga tempat penelitian, buku, karya ilmiah dan dokumen yang ada relevansinya dengan penelitian ini.
D. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan terbagi atas dua, yaitu :
1. Teknik wawancara yaitu mengumpulkan data secara langsung melalui tanya jawab berdasarkan daftar pertanyaan yang telah disiapkan untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan.
2. Studi Kepustakaan yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan mempergunakan dokumen-dokumen, catatan-catatan, buku-buku, media elektronik, dan bahan-bahan yang relevan dengan permasalahan yang dibahas.
3. Dokumentasi yaitu catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen yang di gunakan dalam penelitian ini berupa foto, vidio, serta data mengenai etika syariah akuntan publik di KAP Chandra Dwiyanto.
E. Instrumen Penelitian
yang ada di perpustakaan dan dokumentasi dengan menggunkan kamera untuk mengambil foto dan gambar.
F. Teknik Analisi Data
Data yang diperoleh melalui hasil wawancara langsung terhadap pihak yang berwenang dan literatur yang digunakan, setelah itu data akan dianalisis secara kualitatif kemudian disajikan secara deskriptif yaitu menggambarkan, menguraikan dan menjelaskan situasi sesuai dengan permasalahan yang erat kaitannya dengan penelitian ini.
G. Keabsahan Data
DAFTAR PUSTAKA
Amin, M. 2014. Konsep Keadilan Dalam Perspektif Filsafat Hukum Islam. AL- Daulah: Jurnal Hukum dan Perundangan Islam, Vol 4, No 2, Oktober 2014.
Alisiah, Nurul dan Sugeng Pamudji. 2012. Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kecenderungan Penerimaan Opini Audit Going Concern. Diponegoro Jurnal of Accounting, Vol. 1 No 1 Hal; 1-13.
Amyulianthy, Rafrini. 2014. Faktor Determinan Opini Audit Going Concern.Jurnal liquidity, Vol. 3 No 1 Januari-Juni Hal: 27-35.
Dura, Justita dan M. Nuryatno. 2015. Pengaruh Debt Default,Kualitas Audit, Opini Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Megister Akuntansi Trisakti, Vol. 2 No 2 September Hal; 145-160.
Fatmawati, D., W W Djatu dan S Mahfud. 2015. Penerapan Asurans Syariah Untuk Mewujudkan Ethical Banking di Perbankan Syariah; Gagasan dan Tantangan. Jurnal Beta Offset Yogyakarta berkerjasama dengan Fakultas Ekonomika dan bisnis UGM.
Fitriani, Vivin., Bambang Subroto dan Zaki Baridwan. 2013. Presepsi Penggunaan Laporan Atas Opini Audit.Jurnal Akuntansi Aktual, Vol. 2 No 2 Juni Hal: 93-103. Geraldina, I. 2011. Eksposur risiko instrumen derivatif, Volatilitas Nilai Perusahaan, dan Opini Audit Going Concern.Jurnal simposium Nasional Akuntansi XIV fakultas ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli.
Ginting, suriani dan Linda Suryana. 2014. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Wira Ekonomi Mikroskil, Vol. 4 No 2 Oktober.
Januarti, I. 2011. Analisis Pengaruh Pengalaman Auditor, Komitmen Profesional, Otientasi Etis dan Nilai Etika Organisasi Terhadap Presepsi dan Pertimbangan Etis ( Auditor Badan Pemeriksa Keuangan Indonesia). Jurnal simposium Nasional Akuntansi XIV fakultas ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli.
Junaidi., Jogiyanto Hartono. 2010. Faktor Non Keuangan Pada Opini Going Concern.Jurnal Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto Universitas Jendral Soedirman Purwokwerto.
Laela, Sugiyarti Fatma dan Dewi Lestari Meikhati. 2009. Analisis Opini Auditor Sebagai Sinyal Kepailitan Suatu Perusahaan: Tinjauan Terhadap Perlunya Kode Etik Syariah Akuntan Publik.Jurnal Tazkia islamic finance & buisness Review, Vol. 4 No 1 Januari-juli.
Muslim. 2007. Etika dan Pendekatan Penelitian Dalam Filsafat Ilmu Komunikasi (Sebuah Tinjauan Konseptual dan Praktika. Jurnal Komunikasi, Vol. 4 No 2 September. Nariman, Augustpaosa. 2013. Pengaruh Ukuran Kantor Akuntan Publik Terhadap Opini
Going Concern dan Earnings Response Coefiencients (ERC) Pada Perusahaan Manaufaktur Yang Terdaftar Di Bei Tahun 2011-2013. Jurnal Akuntansi ,Vol. XIX No. 02 Juni: 160-178.
Praptitirini, Mirna D dan Indra Januarti. 2007. Analisis Pengaruh Kualitas Audit, Debt Default dan Opinion Shopping Terhadap Penerimaan Opini Going Concern.Simposium Nasional Akuntansi X Unhas Makassar 26-28 Juli.
Rahayu, Puji. Assessing Going Concern Opinion: A Study Based On Financial And Non Financial Informations. Simposium Nasional Akuntansi X Unhas Makassar 26-28 Juli.
Setianti, Sri Wiranti. 2012. Jenis-Jenis Pendapat Auditor.Jurnal STIE Semarang, Vol. 4 No 2 Juni.
Singgih, Elisha M dan Icuk Rangga Bawono. 2010. Pengaruh Independensi, Pengalaman, Due Proffesional Care dan Akuntabilitas Terhadap Kualitas Audit. Jurnal Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto Universitas Jendral Soedirman Purwokwerto.
Soewiyanto, Maria Enjelina. 2012. Aspek aspek Dalam Pemberian Opini Audit Going Concern. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi, Vol 1 No 2 Maret.
Sumarwoto. 2016. Pengaruh Kebijakan Rotasi Kap Terhadap Kualitas Laporan Keuangan.
Susanto, Yulius Kurnia. 2009. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Publik Sektor Manufaktur.Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 11 No 3 Desember Hal: 155-173.
Sutedja, Cristian. 2010. Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Pemberian Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur. Jurnal Akuntansi Kontemporer, Vol 2 No 2 Juli.
Utami, Galeh dan Mahendra A N. 2014. Pengaruh Profesionalisme Auditor, Etika Profesi dan Pengalaman Auditor Terhadap Pertimbangan Tingkat Matearilitas Dengan Kredibilitas Klien Sebagai Pemoderasi. Jurnal Nominal, Vol. 3 No 1.
Manuskrip
Adapun lampiran-lampiran pertanyaaan yang di ajukan ke informan pada saat wawancara untuk mendapatkan informasi dan data adalah sebagai berikut:.
1. Menurut anda bagaimana penerapan etika akuntan publik atau auditor yang ada di indonesia? Apakah sudah berjalan sesuai dengan semestinya atau belum?
2. Menurut anda apakah etika profesi yang di terpkan di indonesia ini sudah sesuai dengan karakter orang indonesia?
3. Menuruta anda apakah auditor yang bekerja di kantor akuntan publik Drs Chandra Dwiyanto sudah menaati dan melakukan etika yang ada?
4. Bagaimana anda melihat masih banyak tindakan yang kurang etis yang di lakukan oleh akuntan publik?
5. Bagaimana pandangan anda dengan kode etik syariah akuntan publik?
6. Bagaimana pendapat anda jika kode etik syariah akuntan publik ini di terapkan di indonesia mengingat bahwa indonesia bermayoritaskan muslim
7. Bagaimana pendapat anda mengeni konsekuensi dari penarapan kode etik syariah akuntan publik?
8. Bagaimana menurut anda keefektifan dari penerapan kode etik syariah akuntan publik?
9. Menurut anda sebenarnya apa yang kurang dipahami dari para auditor terkait masih bnyaknya kecurangan.