• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH MANAJEMEN PELAYANAN DAN PRODUK P

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH MANAJEMEN PELAYANAN DAN PRODUK P"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN PELAYANAN DAN PRODUK PERTANAHAN

I. PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG

Pelayanan publik merupakan amanat dari Undang-Undang dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pelayanan publik harus dapat mewujudkan good governance dan clean governance. Tugas terpenting dari setiap instansi pemerintahan adalah memberikan pelayanan.

Pada praktiknya dari sekian banyak pelayanan publik yang ada di Indonesia, diantara adalah pelayanan administratif, menurut banyak masyarakat masih yang menerima citra buruk dari masyarakat, adalah pelayanan pertanahan. Pelayanan pertanahan masih banyak mengalami kekurangan dalam memberikan produk layanannya kepada masyarakat.Untuk melaksanakan pelayanan pertanahan yang lebih baik diperlukan adanya upaya-upaya untuk meningkatkan pelayanan melalui manajemen pelayanan dan produk pertanahan.

I.2. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan umum dari dibuatnya makalah ilmiah ini adalah untuk mengetahui manajemen pelayanan pertanahan dan produk yang diselenggarakan oleh Kantor Pertanahan dalam rangka mewujudkan pelayanan prima.

II. PEMBAHASAN

(2)

publik (Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik).

Pelayanan publik harus memenuhi asas-asas yang pada prinsipnya untuk menciptakan good governance yang tertuang dalam Pasal 3 Undang-Undang No. 28 tahun 1999 yang mengatur mengenai asas-asas- umum penyelenggaraan Negara yaitu : asas kepastian, asas tertib penyelenggaraan negara, asas kepentingan umum, asas keterbukaan, asas proporsionalitas, asas profesionalitas dan asas akuntabilitas.1

Secara teoritis, tujuan pelayanan publik pada dasarnya adalah memuaskan masyarakat. Untuk mencapai kepuasan itu, dituntut kualitas pelayan prima yang tercermin dari transparansi, yakni pelayanan yang bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti. 2

Kementerian Agraria dan Tata Ruang mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang agraria/pertanahan dan tata ruang untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara (Pasal 2 Peraturan Presiden Nomor 17 Tahun 2015 Tentang Kementerian Agraria dan Tata Ruang).Kualitas pelayanan dan kepuasan masyarakat harus diutamakan mengingat keduanya mempunyai pengaruh yang besar terhadap keberlangsungan dan berkembangnya misi suatu organisasi. Pelayanan pertanahan juga harus memiliki semangat kerja yang berorientasi pada pelayanan.3

Pelayanan prima merupakan terjemahan istilah ”excellent service” yang secara harfiah berarti pelayanan terbaik atau sangat baik. Disebut sangat baik atau terbaik karena sesuai dengan standar pelayanan yang berlaku atau dimiliki instansi pemberi pelayanan. Hakekat pelayanan publik adalah pemberian pelayanan prima kepada masyarakat yang merupakan perwujudan kewajiban

1Wairocana, I Gusti Ngurah, 2006, “Good Governance dalam Aturan Hukum atau Kebijakan Publik

Majalah Kertha Patrika Vol 31 No. 2, Juli 2006, hal 53

2Sinabela, Lijan Poltak, 2010,Reformasi Pelayanan Publik, Teori, Kebijakan dan Implementasi, PT

Bumi

Aksara, Jakarta, Hal. 6

(3)

aparatur pemerintah sebagai abdi masyarakat. Agenda perilaku pelayanan sektor publik (SESPANAS LAN dalam Nurhasyim, 2004:16) menyatakan bahwa pelayanan prima adalah:

a. Pelayanan yang terbaik dari pemerintah kepada pelanggan atau pengguna jasa.

b. Pelayanan prima ada bila ada standar pelayanan.

c. Pelayanan prima bila melebihi standar atau sama dengan standar. Sedangkan yang belum ada standar pelayanan yang terbaik dapat diberikan pelayanan yang mendekati apa yang dianggap pelayanan standar dan pelayanan yang dilakukan secara maksimal.

d. Pelanggan adalah masyarakat dalam arti luas; masyarakat eksternal dan internal.

Standar pelayanan merupakan ukuran yang telah ditentukan sebagai suatu pembakuan pelayanan yang baik. Standar pelayanan mengandung baku mutu pelayanan. Pengertian mutu menurut Goetsch dan Davis (Sutopo dan Suryanto, 2003:10) merupakan kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pihak yang menginginkannya.

Jika suatu instansi belum memiliki standar pelayanan, maka pelayanan disebut prima jika mampu memuaskan pelanggan atau sesuai harapan pelanggan. Instansi yang belum memiliki standar pelayanan perlu menyusun standar pelayanan sesuai tugas dan fungsinya agar tingkat keprimaan pelayanan dapat diukur. Kepuasan masyarakat ini merupakan salah satu ukuran berkualitas atau tidaknya pelayanan publik yang diberikan oleh aparat birokrasi pemerintah.

(4)

sesuai dengan standar pelayanan atau melebihi standar pelayanan yang terdapat pada peraturan dimaksud

Dimensi spesifikasi mutu produk atau tolok ukur kualitas produk menurut Suyadi Prawirosentono (2002:8) dapat diindikasikan antara lain melaui 6 indikasi. Keenam indikasi tersebut apabila dihubungkan dengan produk pelayanan dari Kementerian Agraria dan Tata Ruang antara lain:

1. Kinerja suatu produk

Dalam hal pelayanan pertanahan hal ini dapat dilihat dari terdapatnya SOP yang jelas dalam setiap pelayanan yang dilaksanakan, sebagai contoh alur perjalanan berkas permohonan pendaftaran tanah pertama kali.

2. Keistimewaan suatu produk

Produk/proses yang dilakukan mempunyai keistimewaan khusus misalnya LARASITA, yakni layanan sertipikasi tanah online dengan sistem jemput bola untuk daerah-daerah terpencil menggunakan mobil/perahu khusus, LANTUM, PERMATA dll.

3. Kepercayaan dan waktu

Setiap pelayanan memiliki batasan waktu yang jelas dan dapat dipertanggungjwabkan. Sebagai contoh Layanan Pembebanan Hak Tanggungan dengan batasan waktu maksimal 7 hari, Layanan Penghapusan Hak Tanggungan atau Roya maksimal 5 hari kerja yang di daerah-daerah tertentu dapat dilaksanakan dengan lebih cepat yakni tujuh menit

Pelayanan sertipikasi tanah, pembebanan hak tanggungan, pengukuran dan pemetaan kadastral adalah pelayanan-pelayanan yang hanya dapat dilaksanakan oleh Kementerian ATR/BPN.

(5)

Sertipikat Hak Atas tanah yang diterbitkan oleh Kementerian Agraria dan Tata Ruang adalah meruupakan produk hukum dan merupakan tanda bukti hak atas tanah yang bersifat kuat meskipun bukan mutlak. Sertipikat harus diterima oleh hakim sebagai keterangan yang benar sepanjang tidak ada alat bukti lain yang menyatakan sebaliknya.

Keberhasilan dalam pelaksanaan program pertanahan adalah merupakanpencapaian sasaran dan tujuan BPN RI sebagaimana yang termuat dalam RencanaStrategis (RENSTRA) BPN RI. Oleh karenanya harus bisa dipastikanpelaksanaan seluruh program pertanahan yang dilaksanakan oleh BPN RI dapatterlaksana dengan baik dan memenuhi target yang sudah ditentukan baik secarakuantitas (fisik dan anggaran) maupun kualitas (mutu pelaksanaan per tahapankegiatan serta kesesuaian subyek dan obyeknya).

Manjemen pelayanan dan produk pada Kementerian Agraria Dan Tata Ruang secara garis besar tecermin dalam pelayanan pertanahan yang dibagi menjadi tiap-tiap bidang atau seksi.

Seksi Survei, Pengukuran dan Pemetaan

Tugas Pokok dan Fungsi

(6)

a. pelaksanaan survei, pengukuran dan pemetaan bidang tanah, ruang dan perairan; perapatan kerangka dasar, pengukuran batas kawasan/ wilayah, pemetaan tematik dan survei potensi tanah, pembinaan

Subseksi Pengukuran dan Pemetaan mempunyai tugas menyiapkan perapatan kerangka dasar orde 4, penetapan batas bidang tanah dan pengukuran bidang tanah, batas kawasan/wilayah, kerjasama teknis surveyor berlisensi, pembinaan surveyor berlisensi dan memelihara peta pendaftaran, daftar tanah, peta bidang tanah, surat ukur, gambar ukur dan daftar-daftar lainnya dibidang pengukuran (berdasarkan pasal 40 ayat (1) Perkaban 4/2006). Tugas memelihara peta pendaftaran sudah menggunakan teknologi digital karena Peta Dasar Pendaftaran dan Peta Pendaftaran yang berupa

hardcopy tidak lagi digunakan dan sudah digantikan dengan peta dalam bentuk digital.

2. Subseksi Tematik dan Potensi Tanah

(7)

pemetaan tematik, survei potensi tanah, pemeliharaan peralatan teknis komputerisasi dan pembinaan pejabat penilai tanah (berdasarkan pasal 40 ayat (2) Perkaban 4/2006). Berdasarkan Surat Edaran Nomor 02/SE-100/I/2015 tentang Evaluasi Pelayanan Pemetaan Tematik dan Nilai Tanah Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 13 tahun 2010, maka subseksi Tematik dan Potensi Tanah sejak tanggal 1 Februari 2015 tidak lagi melaksanakan pelayanan PNBP untuk pemetaan tematik dan nilai tanah.

Produk Dari Seksi Survey Pengukuran dan Pemetaan

Produk seksi survey pengukuran dan pemetaan meliputi: 1) Gambar Ukur (DI 107/107A)

2) Surat Ukur

3) Peta Dasar Teknik 4) Buku Tugu

5) Peta Dasar Pendaftaran 6) Peta Pendaftaran 7) Peta Bidang Tanah 8) Peta Tematik Pertanahan

9) Daftar Isian Lainnya Terkait Pengukuran dan Pemetaan

Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah

a. Alur Pekerjaan Pelayanan

1) Subseksi Peralihan, Pembebanan Hak dan PPAT

(8)

Peralihan hak, baik hak atas tanah maupun satuan rumah susun, dapat terjadi karena adanya jual beli, pewarisan/ wasiat, tukar-menukar, hibah, pembagian hak bersama, lelang, pemasukan ke dalam perusahaan (inbreng) dan juga merger (penggabungan). Setiap bentuk peralihan hak tersebut memiliki dasar hukum, persyaratan, biaya, dan waktu penyelesaian pelayanan yang berbeda-beda. Hal ini sesuai dengan Peraturan Kepala BPN Nomor 1 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan dan Pengaturan Pertanahan dan Peraturan Kepala BPN Nomor 13 Tahun 2010 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Badan Pertanahan permohonan peralihan hak karena hal tersebut.

Alur kegiatan pelayanan pada Subseksi ini, misal: pelayanan peralihan hak karena jual beli yaitu: Pemohon datang ke loket I (loket informasi dan penerimaan berkas) untuk menyerahkan seluruh dokumen persyaratan peralihan hak karena jual beli.Dokumen persyaratan yang dibawa pemohon tersebut kemudian diteliti oleh petugas loket I. Dokumen persyaratan dalam peralihan hak dengan jual beli diantaranya:

(9)

danpenggunaan tanahyang dimohon; pernyataan tanah tidak sengketa; pernyataantanah/bangunan dikuasai secara fisik; (2) Surat Kuasa apabila dikuasakan;

(3) Fotocopy identitas pemohon (KTP, KK) dan kuasa apabila dikuasakan, yang telah dicocokkan dengan aslinya oleh petugas loket;

(4) Fotocopy Akta Pendirian dan Pengesahan Badan Hukum yang telah dicocokkan dengan aslinya oleh petugas loket, bagi badan hukum;

(5) Sertipikat asli;

(6) Akta Jual Beli dari PPAT;

(7) Fotokopi KTP dan para pihak penjual-pembeli dan/atau kuasanya;

(8) Ijin Pemindahan Hak apabila di dalam sertipikat/keputusannya dicantumkan tanda yang menyatakan bahwa hak tersebut hanya boleh dipindahtangankan jika telah diperoleh ijin dari instansi yang berwenang;

(9) Fotokopi SPPT PBB Tahun berjalan yang telah dicocokkan dengan aslinya oleh petugas loket, penyerahan bukti SSB (BPHTB) dan bukti bayar uang pemasukan (pada saat pendaftaran hak).

Jika dokumen persyaratan yang dibawa oleh pemohon sudah lengkap, maka pemohon diminta untuk ke loket III (loket pembayaran) untuk membayar biaya peralihan hak, yang besarnya sesuai ketentuan dalam Peraturan Kepala BPN Nomor 13 Tahun 2010.Sementara itu berkas permohonan tersebut dientry dalam aplikasi KKP oleh petugas loket II (loket entry

data).

(10)

dan PPAT wajib dicarikan terlebih dahulu buku tanahnya yaitu di ruangan arsip buku tanah.Setelah selesai diproses di ruangan arsip buku tanah kemudian dilanjutkan untuk diproses di Subseksi Peralihan, Pembebanan Hak dan PPAT, yaitu pada bagian pelaksana yang dalam hal ini melakukan kegiatan pencatatan pada buku tanah dan sertipikat hak atas tanah mengenai adanya peralihan hak karena jual beli tersebut.Berkas-berkas tersebut kemudian dilakukan pemeriksaan oleh Kepala SubseksiPeralihan, Pembebanan Hak dan PPAT.Apabila sudah benar maka langsung diberi paraf oleh Kepala Subseksi Peralihan, Pembebanan Hak dan PPAT.

Proses selanjutnya adalah berkas diajukan kepada Kepala Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah untuk diperiksa dan diparaf. Berkas kemudian diserahkan kepada Kepala Kantor Pertanahan untuk ditandatangani, setelah itu lalu berkas tersebut kembali ke Subseksi Peralihan, Pembebanan Hak dan PPATuntuk dicatat di DI 307 dan DI. 208. Untuk nomor DI. 307 dan DI.208 didapat dari alur kegiatan yang telah terhubungkan satu dengan yang lainnya dalam aplikasi KKP.Sertipikat hak atas tanah yang telah selesai dilakukan pencatatan peralihan haknya kemudian diserahkan kepada pemohon atau kuasanya melalui loket IV.

(11)

bagan alir proses peralihan hak atas tanah dan satuan rumah susun(sumber:Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2010)

b) Pelayanan Pembebanan Hak

Pelayanan pembebanan hak meliputi: pelayanan pendaftaran Hak Tanggungan, penghapusan Hak Tanggungan (roya), peralihan Hak Tanggungan (cessie) dan perubahan kreditur (subrograsi). Kantor Pertanahan Kabupaten Boyolali selama ini belum pernah menerima permohonan pelayanan

(12)

pendaftaran Hak Tanggungan dan roya saja. Alur pekerjaan pendaftaran Hak Tanggungan diuraikan sebagai berikut:

Pemohon atau kuasanya membawa berkas permohonan yang telah dilengkapi dokumen persyaratan pendaftaran Hak Tanggungan ke loket I. Dokumen persyaratan tersebut yaitu: (1) Formulir permohonan yang sudah diisi dan ditandatangani

pemohon atau kuasanya di atas materai cukup. Isi formulir permohonan memuat identitas diri; luas, letak danpenggunaan tanahyang dimohon; pernyataan tanahtidak sengketa; pernyataantanah/bangunan dikuasai secara fisik; (2) Surat Kuasa apabila dikuasakan;

(3) Fotokopi identitas pemohon (KTP, KK) dan kuasa apabila dikuasakan, yang telah dicocokkan dengan aslinya oleh petugas loket;

(4) Fotokopi Akta Pendirian dan Pengesahan Badan Hukum yang telah dicocokkan dengan aslinya oleh petugas loket, bagi badan hukum;

(5) Sertipikat asli;

(6) Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT);

(7) Salinan APHT yang sudah diparaf oleh PPAT yang bersangkutan untuk disahkan sebagai salinan oleh Kepala Kantor untuk pembuatan sertipikat Hak Tanggungan; (8) Fotokopi KTP pemberi HT (debitur) atau Akta Pendirian

Badan Hukum, penerima HT (Kreditur) dan/atau kuasanya yang telah dicocokkan dengan aslinya oleh petugas loket; (9) Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT)

apabila pemberian Hak Tanggungan melalui Kuasa.

(13)

Berkas-berkas permohonan yang telah diterima dari loket I kemudian dikirim ke Subseksi Peralihan, Pembebanan Hak dan PPAT, yaitu pada bagian pelaksana.Pada bagian pelaksana, berkas permohonan pendaftaran Hak Tanggungan selain dientry pada aplikasi KKP, juga dicatat secara manual dalam buku register pendaftaran hak tanggungan. Pada petugas pelaksana PPP, dalam aplikasi KKP membuat catatan mengenai hak tanggungan sehingga menghasilkan dokumen hak tanggungan berupa Nomor Hak Tanggungan serta catatan-catatan lain seperti nilai Hak Tanggungan, Pihak penerima hak tanggungan atau Kreditur dalam Hal ini lembaga keuangan, Obyek yang dibebankan hak tanggungan dan catatan-catatan lain mengenai obyek hak tanggungan. Untuk hal-hal yang dicatat dalam buku register secara manual antara lain nomor berkas, nomor hak tanggungan, nama pemegang HAT, nomor hak, letak tanah, luas tanah, besarnya nilai tanggungan, nomor DI 301, DI 305 dan DI 306, PPAT serta DI 208 dan DI 307 apabila pekerjaan tersebut telah diselesaikan.

(14)

tanggungannya serta mengesahkan Salinan Akta Pemberian Hak Tanggungan. Dalam pelayanan pemberian Hak Tanggungan pada Kantor Pertanahan Kabupaten Boyolali wewenang kepala kantor dalam menandatangani sertipikat maupun mengesahkan salinan APHT dilimpahkan kepada Kepala Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah. Dokumen yang sudah di tandatangani selanjutnya diteruskan kepada petugas pelaksana PPP untuk didaftarkan DI 208 maupun DI 307.

Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 tahun 1997 tentang Ketentuan Pelakasanaan Peraturan pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah pasal 119 ayat 1 yang intinya menyatakan bahwa sertipikat hak tanggungan diterbitkan dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah dilaksanakannya pendaftaran Hak Tanggungan, pada umumnya hal ini tidak mengalami kendala. Dalam pelaksanaannya ada beberapa berkas yang tertahan karena masalah teknis. Misalnya apabila APHT yang dibuat berdasarkan SKMHT, tetapi setelah dikoreksi SKMHT tersebut sudah habis jangka waktunya. Hal ini menjadi kendala dalam penerbitan sertipikat Hak Tanggungan. SKMHT dan APHT tersebut dikembalikan lagi untuk diperbaiki.

2) Subseksi Pendaftaran Hak

(15)

permohonan lengkap dengan Peta Bidang.Kemudian dilanjutkan dengan Sidang Panitia A. Adapun tugas Panitia A adalah:

a. Memeriksa kelengkapan berkas;

b. Meneliti status tanah atau riwayat tanah dan hubungan hukum obyek dan subyek;

c. Melakukan sidang dan peninjauan fisik di lapangan; d. Memberikan kesimpulan terhadap permohonan tersebut.

(16)

Selanjutnya dilakukan penerbitan sertipikat untuk permohonan tersebut. Berkas telah dilengkapi dengan nomor-nomor yang dibutuhkan, baik NIB dan nomor-nomor SU dari Seksi Survei, Pengukuran dan Pemetaan yang diambil dari data DI 207

serta penyelesaiannya pada DI 208 dan kesemuanya yang merupakan data administrasi dilakukan entry data dengan menggunakan aplikasi KKP. Buku tanah serta SU yang telah selesai diproses kemudian diparaf oleh Kepala Subseksi Pendaftaran Hak dan dilanjutkan oleh paraf Kepala Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah.Selanjutnya setelah mendapat persetujuan dan ditandatangani langsung oleh Kepala Kantor Pertanahan maka sertipikat sudah dapat diberikan ke Loket IV untuk diberikan kepada Pemohon. Berikut adalah bagan alir proses konversi, pengakuan dan penegasan hak.

(17)

Berikut adalah bagan alir proses konversi, pengakuan dan penegasan hak.

Gambar bagan alir proses pemberian hak milik/HGB/HPL/Hak Pakai (sumber:Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2010).

3) Subseksi Penetapan Hak Tanah

(18)

hasil sidang tersebut dituangkan dalam bentuk surat keputusan pengakuan/penegasan/pemberian hak.

Subseksi ini juga mempunyai peran dalam proses permohonan peningkatan hak dari hak guna bangunan menjadi hak milik, terutama dalam mempersiapkan berkas sidang panitia konstatering, selanjutnya hasil sidang dituangkan dalam konstatering rapport sebagai bahan untuk proses pencatatan perubahan hak dalam sertipikat. Berikut adalah bagan alir proses perpanjangan jangka waktu hak guna usaha;

Gambar bagan alir proses perpanjangan jangka waktu hak guna usaha (sumber:Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2010)

4) Subseksi Pengaturan Tanah Pemerintah

(19)

perijinan, peralihan hak atas tanah; rekomendasi pelepasan dan tukar-menukar tanah pemerintah.Subseksi Pengaturan Tanah Pemerintah pada Kantor Pertnahan Kabupaten Boyolali mempunyai tugas dalam kaitannya dengan legalisasi aset-aset pemerintah, baik pemerintah daerah maupun pemerintah desa.Aset pemerintah yang dimaksud berupa tanah-tanah milik pemerintah desa maupun pemerintah daerah. Selain proses legalisasi aset tanah aset pemerintah, Subseksi Pengaturan Tanah Pemerintah juga berperan dalam sertipikasi hasil proses tukar guling terhadap tanah aset.

SEKSI PENGENDALIAN DAN PENGATURAN PERTANAHAN

Seksi Pengaturan dan Penataan Pertanahan mempunyai tugas menyiapkan bahan dan melakukan penatagunaan tanah, landreform, konsolidasi tanah, penataan pertanahan wilayah pesisir, pulau-pulau kecil, perbatasan dan wilayah tertentu lainnya. Seksi Pengaturan dan Penataan Pertanahan terdiri dari Subseksi Penatagunaan Tanah dan Kawasan Tertentu dan Subseksi Landreform dan Konsolidasi Tanah.

a. Subseksi Penatagunaan Tanah dan Kawasan Tertentu

Kegiatanpelayananpertanahan yang

biasanyadilakukanolehsubseksiiniadalahkegiatandalamrangkamemberi

kanpertimbanganteknispertanahan (PTP),

untukkegiatanpemberianIjinLokasi, IjinPerubahanPenggunaan Tanah

(IPPT), danPenetapanLokasi. Pemberian PTP

untukPenetapanlokasitidakdilaksanakanlagipadakantorpertanahanseja kdikeluarkanUndang-undang No 2 Tahun 2012 TentangPengadaan Tanah Bagi Pembangunan UntukKepentinganUmum.

(20)

1) Formulirpermohonan yang

4) Fotocopy NPWP, AktaPendiriandanPengesahanBadanHukum yang benardipergunakansesuaidenganpermohonan yang diajukan; akanmelaksanakanpengelolaanlingkungansesuaidenganperaturanp

erundang-undangan yang berlaku;

memperhatikankelestarianlingkunganhidup;

sertasanggupmemeliharadankualitasfasiitasumumdansosial; Adapununtuk PTP IPPT selainberkas di atasjugadiperlukanberkas-berkassebagaiberikut:

1) SuratKeteranganAlihFungsiLahandariPemerintah Daerah (KP3M);

2) Buktisetoranke Bank Daerah

sebagaikontribusisesuaidenganketentuan yang berlaku di PemerintahKabupatendigunakanuntukperbaikanfungsiirigasi. Misalnyauntuksawahirigasiteknismembayar 3xluas tanah x Rp 2.150

(21)

Gambar 24AlurPenerbitan PTP

PertimbanganTeknisPertanahanberisirekomendasidalampenggunaandanp emanfaatandenganmemperhatikanaspekkelestarianlingkungan,

kondisifisiktanah, dantidakmengganggupenggunaantanah di sekitarnya. PTP dilampirkanminimal peta-petaberikut:

a. peta petunjuk lokasi b. peta penggunaan tanah;

c. peta gambaran umum penguasaan tanah; d. peta kemampuan tanah;

e. peta pola ruang dan kesesuaian lahan; f. peta ketersediaan lahan;

(22)

Selain pelayanan PTP, Seksi Pengaturan dan Pengendalian Pertanahan

juga memberikan layanan tapak kavling yang di sini disebut dengan

Rencana Persediaan, Peruntukkan, dan Penggunaan Tanah (RP3T).

RP3T ini diperlukan untuk keperluan pemecahan bidang tanah.

Lampiran Peraturan Kepala BPN Nomor 1 Tahun 2010 halaman 51

menyebutkan bahwa jika ada suatu permohonan pemecahan,

penggabungan, dan pemisahan harus ada tapak kavling (untuk tanah

perorangan) atau site plan (untuk tanah badan hukum) dari kantor

pertanahan. Dalam Peraturan ini mengisyaratkan bahwa pemecahan

/pemisahan bidang tanah perorangan maksimum hanya diperbolehkan

sampai 5 bidang kecuali pemecahan/pemisahan tanah perorangan

karena pewarisan bisa lebih dari 5 bidang.

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa pelayanan pada

Seksi Pengendalian dan Pengaturan Pertanahan adalah pemberian

Pertimbangan Teknis Pertanahan. Pemberian ijin perubahan

penggunaan tanah (IPPT) telah menjadi domain Pmerintah Daerah.

Merujuk pada Peraturan Daerah Nomor 23 Tahun 2012 tentang Izin

Pemanfaatan Ruang, pelayanan IPPT menjadi tugas satuan kerja

perangkat daerah (SKPD) yang mengurusi perijinan dalam hal ini

(23)

Gambar .Produk Pertimbangan Teknis Pertanahan

b. Subseksi Landreform dan Konsolidasi Tanah

(24)

Seksi Pengendalian Pertanahan dan Pemberdayaan Masyarakat

Seksi Pengendalian dan Pemberdayaan pada Kantor Pertanahan mempunyai tugas menyiapkan bahan dan melakukan kegiatan pengendalian pertanahan, pengelolaan tanah negara, tanah terlantar dan tanah kritis serta pemberdayaan masyarakat. Seksi Pengendalian dan Pemberdayaan Masyarakat terdiri dari dua subseksi yaitu yang masing-masing mempunyai tugas sebagai berikut:

a. Sub Seksi Pengendalian Pertanahan

Mempunyai tugas pengelolaan basis data, dan melakukan inventarisasi dan identifikasi, penyusunan saran tindak dan langkah penanganan, serta menyiapkan bahan koordinasi usulan penertiban dan pendayagunaan dalam rangka penegakan hak dan kewajiban pemegang hak atas tanah; pemantauan, evaluasi, harmonisasi dan pensinergian kebijakan dan program pertanahan dan sektoral dalam pengelolaan tanah negara, penanganan tanah terlantar dan tanah kritis.

b. Sub Seksi Pemberdayaan Masyarakat

Mempunyai tugas menyiapkan bahan inventarisasi potensi, asistensi, fasilitasi dalam rangka penguatan penguasaan, dan melaksanakan pembinaan partisipasi masyarakat, lembaga masyarakat, mitra kerja teknis dalam pengelolaan pertanahan, serta melakukan kerjasama pemberdayaan dengan pemerintah kabupaten/kota, lembaga keuangan dan dunia usaha serta bimbingan dan pelaksanaan kerja sama pemberdayaan.

Kegiatan yang telah dilaksanakan pada Seksi Pengendalian Pertanahan dan Pemberdayaan Masyarakat yakni:

(25)

b. Kegiatan Inventarisasi Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (IP4T).

c. Redistribusi Tanah Obyek Landreform.

Selain program-program strategis tersebut, Seksi Pengendalian Pertanahan Dan Pemberdayaan Masyarakat juga melaksanakan kegiatan layanan yang tidak kalah penting meliputi:

a. Larasita

Dengan slogannya “Menjangkauyang Tidak Terjangkau”, Larasita mewujudkan kemudahan akses untuk memperoleh informasi, pengurusan sertipikat dan penyelesaian masalah/sengketa pertanahan karena Kantor Pertanahan Bergerak berada di dekat mereka. Dengan melakukan kegiatan pelayanan ke desa-desa maupun kecamatan-kecamatan, biaya pengurusan sertipikasi tanah menjadi murah karena pemohon tidak perlu mengunjungi kantor pertanahankarena tidak perlu membayar jasa calo/perantara.Keuntungan lain yang bisa didapatkan dari layanan prima ini adalah pengurusan sertipikasi tanah menjadi lebih mudah karena tidak perlu beberapa kali datang ke Kantor Pertanahan. Layanan yang dapat diberikan melalui kegiatan ini adalah peralihan hak, pembebanan hak dan roya.

Berdasarkan Pasal 2 Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2009,Larasita mengemban misi sebagai berikut:

1) menyiapkan masyarakat dalam pelaksanaan pembaruan agraria nasional (reforma agraria);

2) melaksanakan pendampingan dan pemberdayaan masyarakat di bidang pertanahan;

3) melakukan pendeteksian awal atas tanah-tanah terlantar;

(26)

5) memfasilitasi penyelesaian tanah bermasalah yang mungkin diselesaikan di lapangan;

6) menyambungkan program Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia dengan aspirasi yang berkembang di masyarakat; dan 7) meningkatkan dan mempercepat legalisasi aset tanah

masyarakat.

Untuk menjalankan misi tersebut, layanan yang dapat diberikan melalui kegiatan Larasitadapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 20. Kegiatan Larasita

No. Jenis Kegiatan

1. Pelayanan surat masuk

2. Informasi Pertanahan – Hukum dan Hak-hak Atas Tanah 3. Informasi Pertanahan – Pengukuran dan Pendaftaran Hak

Atas Tanah

4. Informasi Pertanahan – Pengaturan Penguasaan Tanah 5. Informasi Pertanahan – Penatagunaan Tanah

6. Informasi Pertanahan – Pengendalian Pertanahan dan Pemberdayaan Masyarakat

7. Pengaduan masyarakat terhadap tanah yang diindikasikan terlantar

8. Peralihan Hak – Jual Beli (Untuk nilai transaksi dibawah NOPTKP)

9. Hapusnya Hak Tanggungan – Roya 10. Ganti Nama

11. Ralat Nama

12. Pencatatan Sita Jaminan 13. Pencatatan Blokir

Sumber: Lampiran 1 Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2009 tentang Larasita Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia

(27)

1) keterbatasan sarana dan prasarana; personildari tiap seksi yang ada di kantor pertanahan. Padahal di sisi lain Kantor Pertanahan juga harus menyelesaikan pekerjaan rutin maupun proyek melalui loket dengan volume yang sudah cukup tinggi.

3) kurangnya dukungan jaringan internet di beberapa wilayah.

Kurangnya dukungan jaringan internet akan mempengaruhi kecepatan dalam memberikan layanan. Akan tetapi, hal ini seharusnya tidak menjadi hambatan karena Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2009 memungkinkan kegiatan Larasita untuk dilakukan secara manual, yakni dengan memberikan nomor berkas sementara yang selanjutnya apabila petugas LARASITA telah kembali ke Kantor Pertanahan maka nomor berkas tersebut dapat disinkronisasikan dengan nomor berkas di Kantor Pertanahan.

b. One Day Service

One Day Service merupakan layanan satu hari selesai dibidang pertanahan yang dilaksanakan pada loket pelayanan kantor pertanahan maupun mobil Larasita.Jenis layanan pertanahan dalam One Day Service meliputi:

1) Pengecekan Sertipikat;

2) Penghapusan Hak Tanggungan (Roya);

3) Pendaftaran Hak Milik Berdasarkan Surat Keputusan; 4) Peningkatan Hak / Perubahan Hak;

5) Peralihan Hak;

(28)

7) Perpanjangan Hak Tanpa Ganti Blanko; 8) Pencatatan Sita;

9) Pencatatan Blokir.

Manajemen pelayanan dan produk Seksi Sengketa Konflik dan Perkara.

Berdasarkan Pasal 76 Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 4 Tahun 2006 dalam penyelenggaraan tugas pokok dan fungsinya, seksi konflik, sengketa dan perkara mempunyai tugas melakukan:

a. Pelaksanaan penanganan sengketa, konflik dan perkara

pertanahan;

b. Pengkajian masalah, sengketa dan konflik pertanahan;

c. Penyiapan bahan dan penanganan sengketa dan konflik

pertanahan secara hukum dan non hukum, penanganan dan penyelesaian perkara, pelaksanaan alternatif penyelesaian sengketa dan konflik pertanahan melalui mediasi, fasilitasi dan lainnya, usulan dan rekomendasi pelaksanaan putusan-putusan lembaga peradilan serta usulan rekomendasi pembatalan dan penghentian hubungan hukum antara orang, dan/atau badan hukum dengan tanah;

d. Pengorganisasian penanganan sengketa, konflik dan perkara pertanahan;

e. Pelaporan penanganan dan penyelesaian konflik,

sengketa dan perkara pertanahan.

Berdasarkan Pasal 3 Peraturan Kepala BPN RI Nomor 3 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Pengkajian dan Penanganan Kasus Pertanahan, pengelolaan pengkajian dan penanganan kasus pertanahan, meliputi:

1. pelayanan pengaduan dan informasi kasus pertanahan;

untuk masyarakat umum informasi berupa surat balasan diberikan selambat-lambatnya 30 hari, sedangkan untuk instansi pemerintah selama 14 hari

(29)

4. penyelesaian kasus pertanahan, serta;

dalam jangka waktu 3 bulan kasus pertanahan tersebut harus sudah dikaji, ditangani dan diselesaikan.

5. bantuan hukum dan perlindungan hukum.

Produk dari seksi SKP antara lain dapat dikategorikan berdasarkan kriteria penyelesaian kasus yang telah dilakukan, yakni:

1. Kriteria Satu (K 1) berupa penerbitan Surat Pemberitahuan Penyelesaian Kasus Pertanahan dan pemberitahuan kepada semua pihak yang bersengketa;

2. Kriteria Dua (K 2) berupa Penerbitan Surat Keputusan tentang pemberian hak atas tanah, pembatalan sertipikat hak atas tanah, pencatatan dalam buku tanah, atau perbuatan hukum lainnya sesuai Surat Pemberitahuan Penyelesaian Kasus Pertanahan;

3. Kriteria Tiga (K 3) berupa Surat Pemberitahuan Penyelesaian Kasus Pertanahan yang ditindaklanjuti mediasi oleh BPN sampai pada kesepakatan berdamai atau kesepakatan yang lain yang disetujui oleh para pihak;

4. Kriteria Empat (K 4) berupa Surat Pemberitahuan Penyelesaian Kasus Pertanahan yang intinya menyatakan bahwa penyelesaian kasus pertanahan akan melalui proses perkara di pengadilan, karena tidak adanya kesepakatan untuk berdamai;

5. Kriteria Lima (K 5) berupa Surat Pemberitahuan Penyelesaian Kasus Pertanahan yang menyatakan bahwa penyelesaian kasus pertanahan yang telah ditangani bukan termasuk kewenangan BPN dan dipersilakan untuk diselesaikan melalui instansi lain.

(30)

pelayanan antara lain hilangnya warkah kasus petanahan dan sumber daya manusia yang terdapat di seksi sengketa, konflik dan perkara.

SKMPP (SISTEM KENDALI MUTU PROGRAM PERTANAHAN)

Aplikasi Sistem Kendali Mutu Program Pertanahan adalah perangkat lunak yang dibangun dan dikembangkan sebagai instrumen dalam rangka pengendalian pelaksanaan program pertanahan dan kinerja yang terintegrasi di dalam infrastruktur jaringan komunikasi Badan Pertanahan Nasional RepublikIndonesia.

Selain memiliki modul dan menu pelaporan program-program pertanahan yang dilaksanakan oleh satuan-satuan kerja pusat, kantor wilayah dan kantorpertanahan, aplikasi ini juga didesain untuk dapat menjadi sistem informasi eksekutif dengan membangun dan mengembangkan fitur-fitur informasi sepertikinerja (input, process and output), Profil Kantor, Trend pelaksanaan programpertanahan, Hambatan Kendala Dan Masalah (HKM) program pertanahan, petasebaran program pertanahan, peta realisasi fisik dan anggaran programpertanahan, serta menu upload data pendukung pelaksanaan program pertanahan(evidence).

(31)

keputusan (decision making). Informasi tersebut berguna pula sebagai bahan bagi pertanggungjawaban publik serta bahan perencanaan, pembinaan, pemantauan, evaluasi dan pengendalian terhadap pelaksanaan program pertanahan dan kinerja.

Data yang dikumpulkan di dalam SKMPP digunakan untuk berbagai keperluan baik untuk keperluan internal maupun eksternal, antara lain :

1. Menjadi support system terhadap pengendalian kegiatan-kegiatan prioritas BPN RI yang dipantau oleh UKP4.

2. Menjadi Scorecard bagi Pengukuran Kinerja Program Kegiatan yang ada di BPN RI.

3. Menjadi support system bagi pengendalian pelaksanaan kegiatan Penertiban Tanah Terindikasi Terlantar.

4. Menjadi Alat Analisis Internal bagi Tingkat Kesesuaian Subyek-Obyek Kegiatan Program dan Analisis Kepuasan Pegawai BPN RI.

5. Menjadi Alat Analisis Hambatan, Kendala dan Masalah dalam pelaksanaan Kegiatan Program yang ada di BPN RI.

6. Menjadi alat untuk Analisis Customer Satisfaction (Kepuasan Stakeholder).

(32)
(33)

TUGAS

MATA KULIAH MANAJEMEN MUTU

MANAJEMEN PELAYANAN DAN PRODUK PERTANAHAN

Oleh :

KELOMPOK II

1. DIKI YUMANSYAH NIM. 12212643

2. EKA ASTA KURNIAWAN NIM. 12212645

3. FATHONAH ENDAH PAWESTRI NIM. 12212647

4. HENGKI SAPUTRO NIM. 12212650

4. ENI RETNANINGSIH NIM. 11202602

5. FITRI NUR SOLIHAH NIM. 11202567

BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

SEKOLAH TINGGI PERTANAHAN NASIONAL

(34)

Gambar

Gambar bagan alir proses konversi, pengakuan dan penegasan hak
Gambar bagan alir proses pemberian hak milik/HGB/HPL/Hak Pakai
Gambar bagan alir proses perpanjangan jangka waktu hak guna usaha
Gambar 24AlurPenerbitan PTP
+3

Referensi

Dokumen terkait

Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah sebagaimana telah diubah

Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997

Peraturan Pemerintah Indonesia Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1997 pasal 5 tentang pendaftaran tanah yang dilaksanakan oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN). 81/1993

Peraturan pemerintah republik indonesia nomor 24 tahun 1997 tentang pendaftaran tanah. Peraturan menteri negara agraria/kepala badan pertanahan nasional nomor 3

Hendaknya Peraturan Menteri Negara Agararia/Kepala Badan pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997

Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 tentang Peraturan Pelaksanaan Pertauran Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran

3.2 Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang

Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor I Tahun 2Al2 tentang