• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dinamika Hutan Nagari di Tengah Jaring J

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Dinamika Hutan Nagari di Tengah Jaring J"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

Penerbit:

Jl. Jati Agung No. 8, Jatipadang Pasar Minggu, 12540 Tlp. +62 21 788 45871, 780 6959 Fax. +62 21 780 6959 E-mail: huma@huma.or.id, huma@cbn.net.id Homepage. http://www.huma.or.id

danQbar

Dinamika Hut

an Nagari Di T

engah Jaring-Jaring Huk

um Negara

Penulis:

Nurul Firmansyah, Naldi Gantika

dan Muhammad Ali

(2)

Dinamika Hutan nagari

Di tengaH Jaring-Jaring

Hukum negara

Penerbit:

(3)

Penulis:

Nurul Firmansyah, Naldi Gantika dan Muhammad Ali

Design Layout

Tim HuMa dan Desa Putera

Cetakan Pertama, Desember 2007

iSBn 978-979-17121-1-8

Penerbit

Perkumpulan untuk Pembaharuan Hukum Berbasis masyarakat dan ekologis (Huma)

Jln. Jati Agung No. 8, Jatipadang - Pasar Minggu Jakarta 12540

Telp. +62 (21) 78845871, 7806959 Fax. +62 (21) 7806959

Email. huma@huma.or.id - huma@cbn.net.id Website. http://www.huma.or.id

dan

Perkumpulan Qbar

Jln. Bayur I No. 1, Lolong - Padang Sumatera Barat

Telp/fax. +62 (751) 40516 Email. qbar.padang@gmail.com

Website. www.qbar.or.id

(4)

Kata Pengantar

Para pembaca yang budman,

Membcarakan hutan Indonesa tdak akan purna bla hanya mengangkat dmens materal-ekonomsnya saja. Sebab, pada hutan Indonesa melekat dmens sosal, budaya (adat, trads), relg bahkah menyentuh dmens poltk. Beragamnya tatanan sosal, budaya dan hukum (adat) masyarakat d Indonesa, memang mengharuskan kta menggunakan keragaman tersebut sebaga pendekatan (sosologs/antropologs) dalam memandang hutan Indonesa. Pengabaan terhadap seluruh tatanan yang ada d dalam kehdupan masyarakat Indonesa yang heterogen, hanya akan menyebabkan punahnya modal sosal dan budaya yang telah terbukt ramah terhadap hutan Indonesa, sekalgus melemahkan kontrol publk terhadap pemerntah yang cenderung menomorsatukan aspek ekonom berbass ndustr dalam pembangunan sektor kehutanan. Tdak heran, jka saat ini sejumlah konflik dan kerusakan hutan yang terjadi, salah satunya dfaktor oleh tndakan pengabaan pemerntah terhadap keberadaan masyarakat d dalam dan sektar kawasan hutan beserta tatanan yang mengkat kehdupan mereka.

(5)

v

hutan negara dan pengelolaan hutan secara sentralstk melalu departemen kehutanan. Ketentuan-ketentuan perundangan tersebut memastkan skap Pemerntah yang tdak mempercaya praktek-praktek pengelolaan hutan secara lestar oleh masyarakat adat maupun lokal. Akbatnya, hutan-hutan adat yang alam pun terancam punah oleh praktek pemanfaatan hutan yang ekstraktf. Ironnya, pemanfaatan hutan d wlayah masyarakat adat maupun lokal tdak memberkan keuntungan secara ekonoms terhadap mereka.

Buku hasl rset yang saat n berada d tangan pembaca semua merupakan upaya untuk menunjukkan bahwa klam masyarakat adat (khususnya d wlayah peneltan : Nagar Kambang, Kecamatan Lengayang, Kabupaten Pessr Selatan dan Nagar Guguak Malalo, Kecamatan Batpuah Selatan, Kabupaten Tanah Datar, keduanya d Provns Sumatera Barat) bukan klam kosong yang tdak dserta bukt dan fakta-fakta sstem dan praktek pengelolaan hutan berbass masyarakat, tetap sebalknya. Masyarakat d kedua wlayah peneltan mampu menunjukkan ada sstem dan praktek pengelolaan hutan secara lestar yang telah berlangsung lama dan turun temurun. Oleh karena tu, tdak cukup beralasan jka pemerntah mash meragukan kemampuan masyarakat adat dalam mengelola hutan Indonesa.

(6)

naskah buku n. Tak lupa kepada masyarakat adat Nagar Kambang dan Guguak Malalo yang berseda dskus dan membag lmunya kepada para penuls. Semoga hasl kerja keras n member manfaat bag kesejahteraan masyarakat.

Jakarta, 28 November 2007

(7)
(8)

DaFtar ISI

Kata Pengantar ...

Daftar Is ... v

BaB I PenDaHULUan 1 A. Latarbelakang ... 1

B. Kerangkan Konseptual ... 7

1. Konseps Sstem Tenural ... 8

2. Hak Menguasa Negara ... 12

3. Konseps Ulayat ... 13

C. Pendefinisian ... 16

BaB II gaMBaran DaeraH PeneLItIan ... 23

A. Nagar Kambang ... 23

Profil, Sejarah dan Kelembagaan Adat ... 23

1. Profil Nagari ... 23

2. Sejarah Nagar ... 24

3. Perangkat Adat Nagar Kambang ... 26

B. Nagar Lubuk Malalo ... 29

Profil, Sejarah dan Kelembagaan Adat ... 29

1. Profil Nagari ... 29

2. Sejarah Nagar ... 30

3. Kelembagaan Adat ... 34

C. Nagar Smanau ... 36

Profil, Sejarah dan Kelembagaan Adat ... 36

1. Profil Nagari ... 36

2. Sejarah Nagar ... 37

(9)

v

BaB III

POLa PengeLOLaan HUtan DI nagarI ... 47

A. Manfaat dan Fungs Hutan Bag Masyarakat ... 47

1. Manfaat Ekonom ... 47

2. Manfaat Sosologs ... 53

3. Manfaat Ekologs ... 54

B. Peruntukan Hutan ... 60

C. Tata Aturan Tentang Hutan ... 61

1. Aturan Berdasarkan Status Hak ... 62

2. Aturan Pengelolaan dan Pemanfaatan ... 63

3. Sanks ... 75

BaB IV tantangan PengeLOLaan HUtan BerBaSIS nagarI ... 79

A. Tantangan ... 79

B. Respons Masyarakat terhadap Tantangan ... 84

BaB V KeSIMPULan Dan reKOMenDaSI ... 87

A. Kesmpulan ... 87

B. Rekomendas ... 91

DaFtar PUStaKa ... 93

Para PenULIS ... 95

PrOFIL PerKUMPULan QBar ... 97

(10)

BaB I

PenDaHULUan

a. Latar BeLaKang

Indonesa merupakan negara yang kaya atas sumber daya alam, dmana hutan merupakan salah satu dantaranya. Sebaga suatu kesatuan ekosstem yang ddomnas oleh kayu, hutan menympan berbaga macam kekayaan alam yang sangat berguna bag kehdupan manusa. Oleh sebab tu, selan berfungs sebaga penyembang dan penyangga keberlanjutan lngkungan dan kelestaran alam, hutan juga menjad gantungan kehdupan bag hampr 60 % masyarakat ndonesa.

Sebaga kesatuan fungs ekosstem yang berada datas ruang agrara, hutan tdak dapat dlepaskan dar konseps umum agrara, terutama yang berhubungan dengan hak-hak atas tanah. Salah satunya adalah hak ulayat.1 Konsekuens dar

hak tersebut adalah adanya hutan adat, yatu kesatuan ekosstem yang ddomnas oleh kayu yang berada pada ruang ulayat, yang pemlkan, penguasaan, pengelolahan dan pemanfaatannya berdasarkan hukum adat.

Namun dalam praktek pengelolaan hutan, keberadaan hutan adat yang demkan tdak lag ddapatkan oleh satuan-satuan masyarakat adat. UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan sebaga landasan yurds kebjakan kehutanan, ternyata lebh memlh menggunakan paradgma pengelolahan hutan yang ddomnas oleh negara (State-dominated

(11)

2

management systems). Akbatnya, pola-pola pengelolaan berdasarkan pengatahuan, ketramplan, teknolog dan hukum-hukum adat, atau yang serng dstlahkan dengan pengelolahan hutan berbass masyarakat (Community based forest management) tdak terlalu mendapat tempat dan ruang ekspres.

Sumatera Barat yang oleh banyak kalangan d luar Sumatera Barat, dkenal sebaga daerah dengan ketahanan dan kelestaran adat dan budayanya yang “Adat basandi sarak, sarak basandi kitabullah”, juga tdak luput dar pengaruh pengelolaan hutan yang berparadgma State-dominated forest-management systems tersebut. Beberapa perstwa yang terkat dengan kehutanan yang terjad d wlayah nagar-nagar memperlhatkan hal demkan. Namun belakangan Sumatera Barat seolah-olah melangkah maju dalam mengapresas kearfan adat dalam kehdupan bernegara dan berbangsa, yang juga mengatur atau berlaku terhadap pengelolahan sumber daya alam. Langkah maju tersebut terlhat dalam kebjakan untuk menerapkan kembal nagar sebaga sstem yang mengatur kehdupan masyarakat.

(12)

penguasaan untuk menjamn keberlanjutan kehdupan kaum dengan mempertmbangkan kerentanan perempuan dalam memperoleh manfaat dar ulayat.

Nagar juga merupakan denttas dan enttas otonom, dmana pengaturan hukum adat terhadap sumber-sumber agrara dan hutan secara khusus, punya karakterstk tersendr antar nagar. Meskpun demkan, keragaman pengaturan tersebut, terhubung oleh benang merah melalu sstem kelarasan.2 Mnangkabau terdr dar luhak3 dan

rantau. Oleh Datuk Katumanggungan dan Datuk Parpatah Nan Sabatang, dsepakat ketga luhak tersebut menjad dua kelarasan, yatu Kelarasan Koto piliang yang cenderung bersfat arstokras, mengenal penghulu pucuk atau pucuk adat (ba-pangulu pucuak atau ba-pamuncak adat), dan Kelarasan Bod Canago yang bersfat demokrats, mengenal forum

Ampek jiniah dengan peran dan kedudukan penghulu suku yang sama sepert tersurat dalam pepatah tagak samo tinggi, duduak samo randah. Kelarasan n mengambl keputusan berdasarkan pada mufakat, Dalam dua kelarasan nlah nagar-naga berkembang d Mnangkabau, sampa kedaerah rantau, dan kemudan menyatu dengan budaya masng-masng daerah. Selan dua jens sstem kelarasan tu, terdapat juga sstem lareh nan panjang. Kelarasan n merupakan perpaduan sstem Bodi Caniago dan Koto Piliang,

2 Kelarasan adalah sstem pemerntahan dalam adat mnangkabau yang tumbuh dar proses sejarah, bak yang bersfat teritorial maupun geneologis

(13)

4

sesua dengan fatwa adat pisang sakalek-kalek hutan, pisang tan batu nan bagatah, koto piliang bukan, bodi caniago antah4

yang pada umumnya pengamblan keputusan dengan Musyawarah mufakat yang bertngkat, atau dkenal dengan stlah bajanjang naik, batanggo turun.

Sejak bergulrnya otonom daerah sebaga sntesa dar pola pemerntahan otortaran, sentralsts menuju pola pemerntahan demokrats yang desentralsts, berdampak juga pada pola kebjakan pengelolahan sumber daya alam, termasuk hutan d dalamnya. Sumatera Barat menangkap otonom daerah dengan membangun kembal nagar sebaga bass pemerntahan terendah dan bass kesatuan masyarakat adat. Karenanya dalam perda n mula dsnggung tentang akses pengelolahan hutan berbass nagar. Pengaturan n dapat dlhat pada ketentuan Bab IV Pasal 7 Perda No. 9 Tahun 2000, yang menyebutkan harta kekayaan nagar adalah:

a. Pasar Nagar

b. Tanah lapang atau tempat rekreas Nagar c. Bala, Masjd dan atau Surau Nagar

d. Tanah, hutan, batang ar, tebat, dan lau yang menjad ulayat Nagar

e. Bangunan yang dbuat oleh Penduduk/perantau untuk kepentngan umum

f. Harta benda dan kekayaan lannya

Pengaturan hutan yang merupakan bagan dar harta nagar dalam perda n tentunya tdak bsa dlepas dar akar hstors nagar sebaga bentuk kesatuan sstem poltk, tertor budaya dan sosal masyarakat adat Mnangkabau. Bahwa tertor nagar, yang sebagan darnya adalah hutan,

(14)

merupakan ruang yang dar dahulunya sudah dmlk, dkuasa, dkelola dan dmanfaatkan oleh masyarakat warga nagar. Pengakuan perda n, terhadap hutan sebaga salah satu kekayaan dan sumber pandapatan nagar, membuka ruang untuk kembal mempraktekkan pengelolaan hutan yang berbass atau bertumpu pada masyarakat nagar dengan seluruh pranata adat yang mengaturnya. Mengngat kehdupan nagar yang tdak pernah lepas dar kegatan pengelolaan hutan, maka menjad menark untuk menyg lebh lanjut mengena:

1. Manfaat dan fungs hutan bag masyarakat d nagar 2. Konsep pengelolaan hutan oleh masyarakat nagar 3. Pandangan masyarakat nagar terhadap kebjakan

kehutanan dalam pengelolaan hutan d nagar.

4. Cara-cara yang dkembangkan oleh masyarakat mengatas kendala-kendala dalam pengelolaan hutan

Penygan terhadap keempat aspek d atas dmaksudkan untuk membantu mendokumentaskankonsep dan prakss pengelolaan hutan yang berlangsung d nagar-nagar, yang mungkn dapat berguna bag perbakan kebjakan kehutanan yang lebh berorentas pada masyarakat dan lngkungan bak dtngkat Sumatera Barat maupun d tngkat nasonal, sekalgus mengkomunkaskan berbaga pola bak tataran konsep maupun praktek pengelolaan hutan yang bertumpu/berbass nagar, kepada semua phak yang berkomtmen dan berkepentngan untuk mendorong perbakan kebjakan kehutanan d tngkat Sumatera Barat dan d tngkat nasonal.

(15)

6

Tanah Datar dan Nagar Sumanau d Kabupaten Solok. Pemlhan nagar n ddasarkan pada keterwaklan sstem kelarasan hukum adat Mnangkabau yatu kelarasan Bod Canago d Malalo, Lareh Nan Panjang d nagar Smanau dan Koto Plang d Nagar Kambang. Selan tu peneltan n juga mempertmbangkan besarnya pengaruh hutan bag kehdupan ekonom, sosal dan budaya masyarakat dhubungkan dengan dampak-dampak kebjakan kehutanan d nagar masng-masng.

Peneltan n bersfat deskrptf analts untuk memberkan gambaran lengkap dar keseluruhan data yang dperoleh melalu pendekatan partisipatory research dan empirical research. Para penelt terjun langsung ke masyarakat dan melbatkannya secara langsung dalam proses pengumpulan data. Dsampng partisipatory research peneltan n juga menggunakan pendekatan peneltan emprk (empirical research) yatu menggal data yang nyata-nyata ada dan juga ddukung dengan peneltan yurds dokumentatf.5

Selama proses peneltan berlangsung, data-data telah dperoleh dar nforman yang dplh karena kompetensnya, bak karena terlbat langsung mengelola hutan d nagar maupun karena pengetahuan yang dmlknya tentang pengelolaan hutan d nagar yang bersangkutan. Informan-nforman tersebut adalah: 1. Wal Nagar, 2. BPAN/DPRN (Badan Perwaklan Anak Nagar/Dewan Perwaklan Anak Nagar), 3. KAN (Kerapatan Anak Nagar), 4. Nnk Mamak, 5. Wal Jorong, 6. Pemuda Nagar dan 7. Bundo Kanduang. Terhadap nforman-nforman n penelt telah melakukan Wawancara atau interview. Selama peneltan, juga

(16)

dlakukan observas atau pengamatan lapangan terhadap konds nagar, konds hutan, dan konds sosal budaya masyarakat. Selan tu juga dlakukan stud dokumen bak kebjakan maupun tambo. Untuk menguj valdtas data dlakukan FGD (focus group discussion) d tap-tap nagar.

Selanjutnya data-data ynag dperoleh danalsa melalu pengklasifikasian dan pengartian data. Data-data ini selanjutnya dreduks untuk memusatkan perhatan pada penyederhanaan, pengabstraksan dan transformas data lapangan dengan menggolongkan dan membuang yang tdak perlu serta mengorgansaskan data sehngga dapat diambil kesimpulan untuk diverifikasikan. Data-data yang sudah dreduks selanjutnya dsederhanakan sehngga menjad sebuah data yang sap untuk dtamplkan dan mudah untuk d analsa. Terhadap data-data ynag sudah dsederhanakan n dlakukan verifikasi untuk melhat data yang tdak relevan dengan tujuan peneltan. Terakhr adalah penyajian data ke dalam bentuk nformas tersusun yang memungknkan adanya penarkan kesmpulan dan pengamblan tndakan.

B. KerangKa KOnSePtUaL HUtan aDat

(17)

8

alam hutan. Sedangkan untuk mengambarkan tenural negara, akan dgambarkan hak menguasa negara sebaga kerangka konsep penguasaan hutan oleh negara.

1. Konsepsi Sistem tenurial

Sstem tenural dapat drumuskan sebaga Sistem penguasaan atas sumber daya agraria dalam suatu masyarakat.6 Kata tenure

berasal dar kata dalam bahasa latn, yatu tenere yang mencakup art: memelihara, memegang, memiliki. Menurut Wrand (1984), Istlah n basanya dpaka dar aspek yang mendasar dar penguasaan sumber daya alam yatu mengena Status hukumnya. Artnya dalam membcarakan persoalan tenural tdak lan membcarakan soal status hukum dar suatu penguasaan atas sumber daya alam (agrara) dalam suatu masyarakat.

Pendapat lan tentang sstem tenural djabarkan oleh Rdell (1987) yang memakna sstem tenural sebaga sekumpulan atau serangkaan hak-hak. “tenure System is bundle of rights”, yang mengandung pengertan sekumpulan atau serangkaan hak untuk memanfaatkan sumber-sumber agrara yang terdapat dalam suatu masyarakat, yang secara bersamaan juga memunculkan sejumlah batasan-batasan tertentu dalam proses pemanfaatan tu.7 Setap sstem

tenural, masng-masng hak mempunya tga komponen, yatu8:

a. Subjek hak, yatu pemangku hak atau pada sapa hak

6 Acquaye, Ebenezer (1984) “Prncples and Issues”, dalam Land Tenure and Rural Productivity in The Pacific Island, Ebenezer acquaye dan Ronald G. Crocombe (eds), halaman 11-12, Rome: FAO.

7 Lembaga Stud dan Advokas Masyarakat ELSAM (2000) “Sumber Daya Alam untuk Rakyat, sebuah modul lokakarya peneltan hukum krts-partspatf bag pendampng hukum rakyat.”, halaman 127, Jakarta.

(18)

tertentu dlekatkan. Subjek hak bsa berupa ndvdu, rumah tangga, kelompok, komuntas, kelembagaan sosal-ekonom, bahkan lembaga poltk setngkat negara.

b. Objek hak, yang berupa persl tanah, barang-barang yang tumbuh datas tanah, barang-barang tambang yang berada ddalam tanah, peraran, makhluk hdup dalam peraran, atau pada wlayah udara. Objek hak bsa dalam bentuk total dan parsal, msalnya orang yang mempunya pohon sagu tertentu belum tentu mempunya hak atas tanah dmana pohon sagu tu tumbuh.

c. Jens haknya, setap hak selalu dapat djelaskan batasan dar hak tersebut, yang membedakannya dengan hak lannya. Adapun jens hak-hak tersebut adalah, hak mlk, hak sewa, dan hak paka, dan lan-lan.

Dar jens hak yang muncul dalam suatu masyarakat menjad pentng membedakan antara kepemlkan (pemegang hak mlk atas objek hak), dan kepenguasaan (pemegang hak untuk mengatur pengelolaan atau peruntukan dar suatu objek hak). Dalam sstem tenural juga dtentukan sapa yang memlk hak untuk menggunakan sumber-sumber daya tertentu dan sapa yang dalam kenyataannya menggunakan sumber daya tersebut. Dua pembedaan n sangat pentng dalam menentukan hubungan antara hal-hal yang bersfat de jure dan de facto.9 Hal pertama, hak untuk

menggunakan, menunjukan suatu konds yang bersfat de jure. Sedangkan hak kedua, pemakaan yang terjad dalam prakteknya yang menunjukan konds de jure dan de facto

sekalan. Konds de facto sangat pentng untuk dketahu karena kehdupan sehar-har suatu masyarakat (komuntas)

(19)

10

berlangsung dalam keadaan de facto n, apabla dabakan akan menmbulkan permasalahan yang besar.10

Sstem tenural bla dlhat dar perspektf teor sstem sebaga rangkaan dar nput-proses-output-dan umpan balk dan sejumlah proses nteraks antar elemennya masng-masng, maka dapat dgambarkan sebaga:

a. Sstem penguasaan lahan (land tenure system).

Pokok bahasannya basanya dmula dengan

mengidentifikasi jenis-jenis hak yang terdapat pada setap kawasan tertentu, sepert hak mlk, erfpacht, hak paka, gada, bag hasl, sewa menyewa, pnjam paka. Dalam konseps land tenure juga mencakup kedudukan buruh tan. karena tu penelaahannya basanya bertolak dar sstem yang berlaku yang mengatur kemungknan penggunaan, mengatur syarat-syarat untuk dapat menggarap tanah bag penggarapnya dan berapa lama penggarapannya tu dapat berlangsung.

b. Sstem penguasaan tumbuh-tumbuhan (trees tenure). Selan stlah Land tenure, ada juga stlah Trees tenure

(sstem Penguasaan tumbuh-tumbuhan). Sstem penguasaan tumbuh-tumbuhan adalah sebundel hak terhadap hasl atau produk yang berkat dengan tumbuh-tumbuhan yang tumbuh datas sebdang tanah. Hak atas tumbuh-tumbuhan tersebut tdak harus adanya hak-hak tertentu pada sebdang tanah. Msalnya pemegang hak untuk memungut/memanfaatkan hasl dar pohon sagu pada sebdang tanah, berbeda dengan orang yang memlk bdang tanah tempat tumbuhnya pohon sagu tersebut. Hal n basa terjad dan sangat bergantung pada proses sosal (kesepakatan/konsensus) yang terjad dalam sebuah komuntas.11

(20)

Fortmann (1987) menympulkan beberapa hal yang bsa dkategorkan sebaga komponen dar Trees tenure adalah: a. Hak untuk memlk atau mewars tumbuh-tumbuhan.

Tumbuh-tumbuhan dapat dmlk meskpun tanah dmana tumbuhan tu tumbuh bukan mlknya. Dalam prakteknya pemanfaatan tumbuh-tumbuhan tersebut yang kebanyakan dalam bentuk hutan, melarang kepemlkan ndvdual atas tetumbuhan dalam hutan. b. Hak Untuk Menanam. Dalam banyak praktek

hak-hak untuk menanam pepohonan bsa menjad sangat dbatas.

c. Hak untuk menggunakan tumbuh-tumbuhan dan mengambl hasl dar pepohonan. Hak-hak n melput:

1) Hak untuk memungut, termasuk rantng, dedaunan, maupun hak-hak untuk memungut segala hal yang hdup d pohon tersebut sepert jamur, serangga, atau burung-burung.

2) Menggunakan tegaknya pohon untuk meletakkan perangkap hewan menggantung sarang madu. 3) Hak untuk memotong sebagan atau seluruh pohon

untuk mengambl kayunya.

4) Hak untuk memanen hasl, sepert buah-buahan, kacang, dan sebaganya.

5) Hak untuk mengambl hasl pohon yang gugur atau sudah jatuh kebawahnya.

d. Hak untuk melepaskan hak-haknya atas pepohonan. Hak-hak n basanya melput;

1) Hak untuk merusak pohon dengan mendongkel akarnya, mencabut pohon secara satuan, atau membershkan satu seks hutan tertentu.

2) Hak untuk menyewekan pemanfaatan pohon kepada orang lan.

(21)

12

4) Hak untuk menjual pohon atau memberkan kepada phak lan dengan atau terpsah dengan tanah.

2. Hak Menguasai negara

Dasar konsttusonal hak menguasa negara atas sumber daya alam terdapat dalam Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 yang berbuny, Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya di kuasai negara untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Kemudan konseps hak menguasa negara dpertegas oleh UUPA 1960 pada pasal 1 ayat (1) yang berbuny;

“atas dasar ketentuan dalam pasal 33 ayat (3) undang-Undang dasar dan hal-hal sebagai yang dimaksud dalam pasal 1, bumi, air, dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya itu, pada tingkatan tertinggi dikuasai oleh negara, sebagai organisasi seluruh rakyat”.

Hak menguasa negara dtafsrkan oleh UUPA, menjad tga pon kewenangan negara, hal n terjabar dalam Pasal 1 ayat (2), yang berbuny:

Hak menguasai negara termaksud dalam ayat 1 pasal ini memberi wewenang untuk:

a. mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persedian dan pemeliharaan bumi, air, dan ruang angkasa tersebut;

b. menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dengan bumi, air dan ruang angkasa.

c. menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dan perbuatan-perbuatan hukum mengenai bumi, air dan ruang angkasa.

(22)

kemakmuran rakyat. Pasal 1 ayat (3) UUPA yang berbuny;

wewenang yang bersumber pada hak menguasai negara tersebut pada ayat (2) pasal ini digunakan untuk mendapat sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, dalam arti kebahagian, kesejahteraan dan kemerdekaan dalam masyarakat dan negara hukum indonesia yang merdeka dan berdaulat, adil dan makmur. Inlah tujuan hakk dar hak menguasa negara, sebaga organsas tertngg, yang bertujuan untuk menghndar penghsapan dar segelntr orang terhadap sumber daya alam. Mewujudkan tujuan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat tersebut, menjad kewajban (obligation) hukum bag negara. Jad jelaslah bahwa Hak Menguasa Negara berkarekter populs, dalam artan bahwa negara mencegah penguasaan absolut terhadap sumber daya alam oleh segelntr orang (karekterstk lberal/kaptalstk), dan mencegah penguasaan negara yang feodalstk terhadap sumber daya alam (karekterstk sosalsme/ komunsme).

Adapun pembatasan dar HMN n adalah penggunaannya tdak boleh melanggar hak-hak atas tanah12 lannya yang

telah dberkan berdasarkan HMN tu sendr, salah satu hak atas tanah adalah hak ulayat. Hak ulayat berbeda dengan hak atas tanah lannya, sepert halnya hak mlk dan hak paka. Hak ulayat adalah sstem tenural atau sstem hak yang ada dalam komuntas adat.

3. Konsepsi Ulayat

Penguasaan hutan oleh masyarakat Mnangkabau tdak bsa dpsahkan dar konseps hak ulayat. Hak ulayat menunjukan kepemlkan tertngg masyarakat adat Mnangkabau terhadap sumber daya alamnya, bak tu

(23)

14

tanah, hutan, ar maupun angkasa. Ulayat adalah hak dan kewenangan masyarakat adat secara turun temurun, d wars dar genaras ke generas berkutnya dengan gars keturunan matrllnal, sesua dengan pepatah:

Brk-brk tabang ka samak Dar samak tabang ka halaman Hnggok d tanah bato

Dar nnak turun ka mamak Dar mamak turun ka kamanakan Pusako batu juo

(birik-birik (nama sejenis burung) terbang ke semak) (dari semak terbang ke halaman)

(hinggap di tanah bata) (dari niniak turun ke mamak) (dari mamak turun ke kemenakan) ((pewarisan) pusaka begitu juga)

(24)

1. Ulayat Nagar, adalah seluruh wlayah yang dmlk dan dkuasa oleh seluruh suku (penghulu-penghulu) yang terdapat dalam nagar. Wlayah tersebut berupa rmbo, tanah yang pernah dolah tetap kemudan dtnggalkan, dan tanah yang ddapatkan dar hak kullah13 dar suku

yang samporono habis.14

2. Ulayat Suku, adalah seluruh wlayah yang dkuasa oleh semua anggota suku secara turun temurun dan dpmpn oleh panghulu pucuak ( kelarasan koto plang), dan panghulu andko (pada kelarasan Bod Canago). Ulayat suku berasal dar ulayat nagar yang dtaruko oleh anggota suku, yang dwarskan secara turun temurun. Ulayat suku memperlhatkan adanya hubungan geneologs tertoral yatu katan yang kuat antara anggota suku dengan ulayatnya.

3. Ulayat Kaum, adalah seluruh wlayah yang dmlk dan dkuasa oleh suatu kaum secara turun temurun dpmpn oleh seorang penghulu, atau mamak dalam suatu kaum. Ulayat kaum berasal dar taruko anggota kaum pada ulayat nagar.

4. Ulayat Paruk, adalah wlayah yang basanya berupa sebdang tanah yang dkuasa oleh suatu paruk. Tanah n berasal dar ulayat kaum, maupun dar pencaharan. 5. Ulayat Keluarga Int, adalah wlayah yang basanya

berupa sebdang tanah yang dkuasa oleh keluarga nt (mamak, kemenakan, bu atau saudara perempuan) yang dperoleh dar taruko, maupun dar harta pencaharan.

Dalam konteks hutan adat (nagar), penguasaannya tdak bsa dpsahkan dar pola penguasaan ulayat, sehngga keberadaan hutan nagar merupakan kesatuan ekosstem

13 Pengalhan dar ulayat suku menjad ulayat nagar, yang dakbatkan oleh telah habsnya gars keturunan matrlneal suku.

(25)

16

hutan yang berada d atas ruang ulayat, sehngga muncullah yang dnamakan dengan hutan ulayat nagar, hutan ulayat suku dan hutan ulayat kaum. Sedangkan pada level ulayat paruk dan ulayat keluarga nt, telah berubah fungs menjad pekarangan perumahan, persawahan atau lahan pertanan, yang secara ekosstem tdak lag berupa hutan.

C. PenDeFInISIan

1. adat, adat alah norma-norma atau kaedah-kaedah yang menjad acuan atau pedoman berprlaku dalam kehdupan sosal masyarakat. Orang Mnangkabau menyebut adat mereka dengan stlah tal tgo sapln (terdr dar adat, agama dan undang-undang). Jka salah menurut adat maka salah dalam hal ketganya15

2. ampek Jiniah adalah unsur yang membantu pelaksanaan roda pemerntahan dalam adat, terdr dar mant, alm ulama, dubalang, pandto dan penghulu. Mant bertugas untuk admnstras pemerntahan adat, dubalang sebaga penjaga keamanan dan maln yang mengurus masalah keagamaan.

3. Bungo rimbo adalah retrbus karena pemanfaatan hutan yang dbayarkan kepada nagar melalu wal nagar dan kelembagaan adat nagar.

4. Datuak adalah gelar bag seorang penghulu bak dar kaum ataupun suku yang dberkan kewenangan untuk mengatur anak kamanakan dan harta pusaka.

5. ganggam Bauntuk, adalah hak yang dberkan kepada anggota kaum untuk menkmat atau memanfaatkan tanah ulayat dengan cara mengolah, sedangkan pemlkan tetap berada pada semua anggota kaum dan

(26)

penguasaannya berada pada penghulu atau mamak kepala wars.

6. Hutan nagari, adalah hutan yang secara terpadu menjad satu kesatuan ekosstem dengan nagar berupa hamparan lahan bers sumber daya alam hayat yang ddomnas pepohonan, dmlk dan dkuasa oleh persekutuan masyarakat nagar.

7. Kelarasan, adalah bagan dar sstem adat yang mengatur mekansme dar tatanan kehdupan sosal masyarakat adat tu sendr.16

8. Ikek ampek, adalah keempat penghulu suku dar masng-masng suku nan ampek yang terdapat d Nagar Kambang. Penghulu suku n dplh secara musyawarah oleh anak kemenakan dalam lngkungan kaumnya pada suku yang bersangkutan, selanjutnya dmusyawarahkan dengan penghulu kaum yang lan dalam suku yang bersangkutan.17

9. Jorong/Kampung/korong, adalah bagan dar nagar yang dhun oleh sekumpulan masyarakat. Kelengkapan suatu Jorong/Kampung/Korong adalah mempunya penduduk, sawah ladang sebaga sumber ekonom, mempunya rumah tempat kedaman, mempunya bala-bala tempat kegatan sosal, mempunya mesjd tempat berbadah, punya tepan mand umum, punya gelanggang tempat sarana hburan dan mempunya tanah pekuburan tempat jasad d kuburan.

10. nagari, adalah suatu kesatuan masyarakat hukum adat yang tertngg d Mnangkabau. Mempunya batas-batas tertentu, harta kekayaan tertentu, mempunya penguasa adat dan anggota masyarakat tertentu. Menurut sejarahnya Nagar merupakan bentuk negara

16 Ibd, hlm 21

(27)

18

yang berpemerntahan sendr (otonom) dan nagar sudah ada dan lengkap dengan norma yang mengatur masyarakatnya. Kelengkapan suatu nagar adalah mempunya beberapa buah kampung, sawah ladang sebaga sumber ekonom, mempunya rumah tempat kedaman, mempunya bala-bala tempat kegatan sosal, mempunya mesjd tempat berbadah, punya tepan mand umum, punya gelanggang tempat sarana hburan dan mempunya tanah pekuburan. Cr-cr n tetap merupakan persyaratan pokok terjadnya suatu negar d Mnangkabau.18

11. niniak Mamak Limo Puluah

Nnak mamak lmo puluah adalah perpanjangan tangan dan membantu tugas Penghulu kaum. Nnak mamak n dangkat/dplh berdasarkan musyawarah mufakat kelompok dalam kaumnya masng-masng. Nnak mamak kelompok nlah yang berperan untuk menyelesakan segala permasalahan yang terjad dalam kelompok kaum yang bersangkutan “Kusuk menyalasakan, Karuah mampajanah. Dsampng tu nnak mamak nlah yang membna anak kemenakan secara langsung khususnya kemenakan perempuan sebaga penerus generas yang akan datang. Nnak mamak nlah yang melakukan pengawasan secara langsung terhadap anak kemenakan “sang malek-lek, malam mandanga-danga, manguruang patang dan mengaluakan pag”.

12. Paruik yang serng dsebut kaum adalah orang-orang yang bertal darah menurut gars keturunan bu. Orang sekaum sehna semalu, sepandam sepekuburan,

(28)

seharta sepusaka dan seberat serngan. Kepala kaum dsebut Tunggana yatu lak-lak yang dplh secara musyawarah oleh anggota kaumnya. Kepala kaum nlah yang memaka gelar kebesaran kaum yang dsebut penghulu, yang dalam mamangan adat serng dungkapkan “tumbuahnya dtanam, tnggnya d anjuang, gadangnyo dlabuak”.19

13. Penghulu adalah orang yang d angkat dan dtunjuk untuk menjad pemmpn bak dalam kaum maupun suku, termasuk memegang kekuasaan atas ulayat. Sebaga pemmpn, peran dan fungs penghulu sangat besar dtengah-tengah masyarakat sebagamana ungkapan dalam mamangan adat sebaga “Aie Nan Janiah - Sayak nan landai, bak kayu di tangah padang, ureknyo tampek beselo, batangnyo tampek basanda, dahannyo tampek bagantuang, daunnya tampek balinduang dan buah dapek dimakan” (ar yang jernh, tempurung yang datar, sepert kayu d tengah padang, akarnya tempat duduk (bersla), batangnya tempat bersandar, dahannya tempat bergantung, daunnya yang melndung, dan buahnya dapat dmakan).20

14. Payuang Sakaki adalah Kepala Pemerntahan Adat Nagar Kambang yang dsebut dengan Rajo. Rajo dtetapkan secara bergantan dan atau berglran antara Blak Dalam Sumbaru, Rumah Dalam Lubuak Sarak dan Kampuang Dalam Medan Bak (Kampuang Dalam Nan Tgo) dsebut sebaga Payuang Sakk.

15. Penghulu ampek Baleh adalah keseluruhan penghulu d nagar kambang yang terdr dar Kepala Pemerntahan Adat dalam masng-masng suku yang dsebut dengan

19 Ungkapan yang menggambarkan tentang martabat penghula yang berart penghulu lahr karena dlahrkan oleh kaumnya, tngg karena ddukung oleh kaumnya dan besar karena dbesarkan oleh kaumnya.

(29)

20

“IKEK”, dan kepala pemerntahan adat dalam paruk/ kaum pada masng-masng suku yang bersangkutan. 16. Surat Pelacoan, adalah Surat pernyataan persetujuan

atau zn dar penghulu untuk pengelolaan hutan oleh anak kamanakan.

17. tambo, adalah suatu ksah yang bersfat lsan mengena sejarah dan adat Mnangkabau yang djadkan acuan adat dalam menjalankan adat-stadat d nagar .21

18. tungganai, merupakan orang yang dtuakan pada suatu kaum atau mamak kepala wars dan secara langsung berkatan atau berurusan dengan anak kemenakan pengaturan ulayat kaum dan paruk.

19. Ulayat nagari, adalah seluruh wlayah yang dmlk dan dkuasa oleh seluruh suku (penghulu-penghulu) yang terdapat dalam nagar. Wlayah tersebut berupa rmbo, tanah yang pernah dolah tetap kemudan d tnggalkan, dan tanah yang ddapatkan dar hak kullah22

dar suku yang samporono habis.23

20. Ulayat Suku, adalah seluruh wlayah yang dkuasa oleh semua anggota suku secara turun temurun dan dpmpn oleh panghulu pucuak ( kelarasan koto plang), dan panghulu andko (pada kelarasan Bod Canago). Ulayat suku berasal dar ulayat nagar yang dtaruko oleh anggota suku, yang dwarskan secara turun temurun. Ulayat suku memperlhatkan adanya hubungan geneologs tertoral yatu katan yang kuat antara anggota suku dengan ulayatnya.

21. Ulayat Kaum, adalah seluruh wlayah yang dmlk dan dkuasa oleh suatu kaum secara turun temurun dpmpn oleh seorang penghulu, atau mamak dalam

21 AA Navs, Adat Dan Budaya Minangkabau

22 Pengalhan dar ulayat suku menjad ulayat nagar, yang dakbatkan oleh telah habsnya gars keturunan matrlneal suku.

(30)

suatu kaum. Ulayat kaum berasal dar taruko anggota kaum pada ulayat nagar,

(31)
(32)

BaB II

gaMBaran DaeraH PeneLItIan

a. nagarI KaMBang

PrOFIL, SeJaraH Dan KeLeMBagaan aDat

1. PrOFIL nagarI

24

Secara admnstratf Nagar Kambang terletak d Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan. Secara geografis Kanagaran Kambang terletak pada ketnggan 1-25 m dar permukaan ar laut, dengan suhu udara rata-rata 36’C. Wlayah nagar berbatasan dengan Nagar Ampang Parak d sebelah utara, Nagar Laktan d sebelah selatan, Samudra Indonesa d sebelah barat, dan Kab. Solok Selatan d sebelah tmur. Berdasarkan statstk pada bulan Me tahun 2006, jumlah penduduk Nagar Kambang tercatat 30.966 jwa, yang terbag dalam 14.274 lak-lak dan 16.692 jwa Perempuan

Nagar Kambang memlk potens-potens SDA yang sangat tngg berupa panta, laut dan hutan. Luas keseluruhan wlayah nagar adalah 5.675 Ha, yang terdr terdr dar panta seluas 750 Ha, lahan dataran 3.201 Ha, perbuktan 1.720 Ha. 1.703 Ha dantaranya tergolong sangat subur, 2.554 Ha kategor subur, 601 Ha dengan tngkat kesuburan sedang dan 817 Ha lahan yang tdak subur. Selan tu juga terdapat lahan terlantar seluas 933 Ha dan lahan gambut seluas 1.419 Ha.

(33)

24

2. SeJaraH nagarI

25

Secara geneologs penduduk yang mendam Nagar Kambang dan daerah Kabupaten Pessr Selatan bagan selatan, kecual Indrapura umumnya berasal dar Alam Suramb Sunga Pagu d Kabupaten Solok. Arus perpndahan penduduknya dlakukan dengan menembus bukt barsan dan menurun d hamparan dataran luas yang berbatasan dengan panta barat Sumatera Barat bagan selatan, yang dahulunya dkenal dengan sebutan Pasia Banda Sapuluah

(Pasr Dermaga Sepuluh). Penduduk Sunga Pagu yang berpndah ke Nagar Kambang adalah penduduk yang berasal dar suku Kampa, suku Pana, suku Tgo lareh Nan Batgo dan suku Melayu. Tetap kedatangan suku Melayu ke Kambang tdak serentak dengan kepndahan tga suku lanya dar Alam Suramb Sunga Pagu.

Sebelum memutuskan untuk menetap d daerah Kambang, tga suku yang berpndah dar Suramb Sunga Pagu tersebut telah melalu beberapa daerah. Dantaranya Bukt Paskayan, Pematang Panjang, Lubuak Bandaro, Bukt Punggung Ladang, Pematang Bungkuk, Pematang Bukt Sara dan Gunuang Tgo. D Gunuang Tgo malah rombongan tga suku n sempat tnggal membangun taratak26 dan membuat

sawah. Karena drasa tdak cocok untuk tempat menetap, rombongan n melanjutkan pencaran daerah tnggal. Dar daerah Gunung Tgo rombongan menghlr alran sunga (yang kemudan dber nama Batang Kambang) sampa Kerantau Hlalang dan Lubuak Sambuang. D Lubuak Sambuang sempat pula mendrkan taratak. Dar Lubuak

25 Proses terjadnya nagar adalah dar tempat kedaman yang berasal dar taratak, terus menjad dusun, menjad koto dan akhrnya menjad nagar.

(34)

Sambuang rombongan memutuskan untuk pndah dan mencar tempat yang lebh cocok. Perpndahan dar Lubuak Sambuang n melewat daerah Lubuak Duran, Lubuak Ransam, Lubuk Batu Harmau, Lubuak Panjang, Lubuak Perahu Pecah, Lubuak Talaok, Lubuak Jantan, Lubuak Lmau Kambng, Kayu Alang, Lubuak Marungga dan Lubuak Bujang Rao. Karena belum menemukan tempat yang drasa cocok untuk menetap, perjalanan dteruskan sampa kemudan bertemu dengan sebuah tempat yang berpasr luas (Pase Laweh). Dsnlah taratak ddrkan. Melhat kemenakan yang semakn banyak, ddrkanlah taratak baru d Batu Hampar dan Tanjung. Selanjutnyan karena taratak Tanjung n lebh lapang dar taratak yang lan, serta alamnya lebh bak, maka ke tga suku bersepakat untuk menjadkan Tanjung sebaga tempat menetap dengan nama baru Kampung Akad. Dsnlah ddrkan Nnk Mamak yang akan mengepala masng-masng suku. Dar taratak n kemudan tumbuh taratak lan sepert Kubuang Gantang atau yang sekarang berubah menjad Gantang Kubang, Lubuak Sarak dan Koto Marapak. Beberapa taratak n ada yang berasal dar daerah-daerah perladangan sewaktu masyarakat mash tnggal d taratak Tanjung.

(35)

26

Setelah pendran adat tersebut, suku Melayu datang dar Alam Suramb Sunga Pagu untuk menetap d daerah n. Karena sudah terdr dar 4 suku, maka muncullah pkran tentang perlunya rajo untuk memerntah atau mengepala 4 pucuak suku (kek) yang ada. Karena masng-masng pucuak suku berkengnan menjad rajo, maka Daulat Yang Dpertuan Suramb Sunga Pagu menunjuk Spakat Tua yang bergelar Bagndo Sat dar suku Kampa menjad rajo d Kambang.

3. PerangKat aDat nagarI KaMBang

Berdasarkan proses perkembangannya, telah terbentuk kelembagaan adat Nagar Kambang sebaga berkut:

1) Ikek Ampek, adalah keempat penghulu (suku) pucuak yang merupakan penghulu dar masng-masng suku nan ampek. Penghulu suku n dplh secara musyawarah oleh anak kemenakan dalam lngkungan kaumnya pada suku yang bersangkutan, untuk selanjutnya dmusyawarahkan dengan penghulu kaum yang lan dalam suku yang bersangkutan. Adapun kekuasaan Ikek Ampek adalah:

a) Kekuasaan terhadap wlayah, yang melput:

1. Pucuak suku Kampa, wlayah kekuasaannya Daerah Ae Tajun, Batu Hampa, Smauang, Slabau, Pasa Laweh, Kampuang Akad dan Gantang Kubang.

2. Pucuak suku Pana, wlayah kekuasaannya daerah Lubuk Sarak, Padang Panjang, Sumbaru, Koto Marapak, Lmau Mans dan Kulam.

(36)

4. Pucuak suku Tgo Lareh Nan Batgo, wlayah kekuasaannya daerah Kuwuak Padang Langkuweh, Koto Baru, Nyur Gadang, Tampunak, Gantang, Kayu Kalek, Padang Lmau Mans, Medan Bak sampa ke Rak Nan Badabuah.

b) Membna dan memelhara keutuhan kaum, suku dan anak kemenakan bersama-sama penghulu dbawahnya serta nnak mamak lmo puluh dalam kaum dan suku masng-masng.

c) Mendamakan dan menyelesakan perkara sako dan pusako dalam kaum dan suku masng-masng, sebelum dlanjutkan kepada Rajo/Kerapatan Adat Nagar.

d) Menyetuju dan mengesahkan pengangkatan Rajo Adat sesua dengan Adat yang berlaku d Nagar Kambang.

e) Anggota Kerapatan Adat Nagar Kambang

2) Payuang Sakk, adalah kepala pemerntahan adat nagar Kambang, dsebut dengan Rajo. Adat Nagar Kambang telah mengatur bahwa Rajo akan djabat secara bergantan atau berglran antara Blak Dalam Sumbaru, Rumah Dalam Lubuak Sarak dan Kampuang Dalam Medan Bak (Kampuang Dalam Nan Tgo).27 Sebaga

kepala pemerntahan adat, Rajo mempunya kekuasaan: a) Mengurus wlayah/tertor adat nagar Kambang

dar batas Alam Suramb Sunga Pagu sampa ka Rak Nan Badabuah.

b) Memelhara keutuhan adat nagar

c) Mendamakan dan memutuskan perkara sako dan pusako yang terjad antara kaum, suku dan antar

(37)

28

suku yang belum dapat dselesakan oleh penghulu pucuak, penghulu kaum suku yang bersangkutan. Keputusan rajo merupakan “bang tabuak, gantang putuh”.

d) Melaksanakan keputusan Kerapatan Adat Nagar Kambang dalam masalah sako dan pusako.

3) Penghulu Ampek Baleh, yang terdr dar Ikek Ampek, yatu penghulu-penghulu suku Kampa, Pana, Melayu dan Tgo Lareh Nan Batgo dtambah dengan penghulu-penghulu kaum yang terdapat dalam keempat suku d atas, yang keseluruhannya berjumlah empat belas. Adapun tugas dan kewajban penghulu adalah:

a) Membna nnak mamak kaumnya masng-masng b) Melalu musyawarah kaum membuat

keputusan-keputusan untuk kepentngan anak kemenakan. c) Menyelesakan/menydangkan perselshan yang

terjad dalam kaum “Kusuk Manyalasa, Karuah Mampajanah”.

d) Manyampakan pertmbangan kepada Rajo, untuk kepentngan anak kemenakan.

e) Anggota Kerapatan Adat Nagar Kambang

4) Nnak Mamak Lmopuluah

(38)

nlah yang membna anak kemenakan secara langsung khususnya kemenakan perempuan sebaga pewars generas. Sebaga pelaksanaan Adat Basandi Syarak, Syarak Badandi Kitabullah, nnak mamak kelompok n d dampng oleh Imam Khatb Adatnya.

B. nagarI gUgUaK MaLaLO

PrOFIL, SeJaraH Dan KeLeMBagaan aDat

1. PrOFIL nagarI

Nagar Guguak Malalo terletak d Kecamatan Batpuah Selatan, Kabupaten Tanah Datar, Provns Sumatera Barat. Luas nagar secara keseluruhan 5.280 Ha. Jarak tempuh Nagar Guguak Malalo ke bukota provns adalah 100 km, ke bukota kabupaten 45 km, ke pusat kecamatan 10 KM. Secara geografis Nagari Guguak Malalo terletak di sebelah barat Danau Sngkarak dengan bentang alam nagar 16 km dar utara ke selatan dan 9,5 km dar tmur ke barat. Bentuk topografi Nagari Guguk Malalo berbukit yang kemudian melanda hngga tep Danau Sngkarak pada ketnggan 500 meter d atas permukaan laut. Suhu rata-rata 23° C. Nagar Guguak Malalo berbatasan dengan:

•฀ Sebelah utara berbatas dengan Nagar Padang Laweh Malalo

•฀ Sebelah selatan berbatas dengan Nagar Pannggahan (Batang Serbutan)

•฀ Sebelah barat berbatas dengan Kabupaten Padang Paraman (Bukt Paru Anggang)

•฀ Sebelah tmur berbatas dengan Nagar Smawang

(39)

30

desa yang dkepala oleh seorang Kepala Desa sepert pemerntahan terendah lan yang ada d Indonesa. Namun setelah keluarnya UU No. 22/1999 tentang Pemerntahan Daerah, dan dkut oleh Peraturan Daerah Provns Sumatera Barat No. 9 Tahun 2000, Kabupaten Tanah Datar menjadkan n sebaga kesempatan yang bagus untuk kembal bernagari sepert sstem pemerntahan sebelum dberlakukannya UU No. 5 Tahun 1979 d Sumatera Barat. Dalam menjalankan pemerntahan ada dua lembaga yang berperan yatu Wal Nagar dan BPRN. Wal Nagar dplh oleh warga nagar, sedangkan BPRN dangkat berdasarkan utusan dar masng-masng jorong.28

Penduduk d Nagar Guguak Malalo berdasarkan data tahun 2006 berjumlah 4.384 jwa. Jumlah n terdr dar 2.144 jwa penduduk lak-lak dan 2.240 jwa penduduk perempuan yang tersebar pada tga jorong. Penyebarannya d setap jorong dapat drnc sebaga berkut:29

no Jorong KK L P Jumlah

1

Masyarakat Nagar Malalo berdasarkan catatan Dt. Rangkayo Endah, nnk mamak Nagar Guguak Malalo berasal dar Parangan Padang Panjang. Masyarakat merasa

28 Wawancara dengan A. Datuak Nan Kayo, Ketua KAN tanggal 27 September 2006

(40)

Parangan tdak cocok untuk djadkan tempat tnggal karena daerah n termasuk dataran tngg yang sult djadkan sebaga pemukman. Maka muncullah de dar mereka untuk mencar daerah baru. Pencaran daerah baru n dgambarkan dengan kata adat“di lauik basintak naik di bumi basintak turun”.30

Setelah melakukan perjalanan maka sektar abad ke 15 masyarakat adat tersebut sampa d Malalo. Mereka strahat d suatu tempat yang bernama Bahang. Nama Bahang dambl dar bahasa sanskerta yang berart tempat strahat. Ketka berstrahat d Bahang masyarakat melhat danau yang saat tu bernama lauik nansadidih31 yang sekarang

dsebut Danau Sngkarak. Karena menemukan banyak kan d dalam danau, membuat mereka tertark untuk tnggal d daerah Bahang. Dan mulalah masyarakat membentuk koto yatu Koto Bahang.32

Ternyata sebagan dar anggota rombongan n ada yang tdak setuju tnggal d Bahang sehngga rombongan n terbag dua kelompok. Kelompok yang tdak setuju terus masuk ke dalam hutan dan mula manaratak serta menjadkan bnatang buruan sebaga bahan makanan.33

Serng dengan perkembangan zaman masyarakat adat yang ada d Bahang dan masyarakat yang ada d dalam hutan semakn banyak sehngga tmbullah pemkran dantara mereka untuk memperluas daerah. Kemudan

30 Secara subtans kalmat dilauik basintak naik di bumi basintak turun berart mencar daerah yang lapang untuk tempat tnggal

31 Lauik Nansadidih yang dmaksud oleh masyarakat adat tersebut adalah laut kecl

32 Menurut masyarakat Malalo kata Bahang berasal dar bahasa sanskerta yang berart tempat strahat

(41)

32

mereka melakukan musyawarah yang dkenal dengan “bahiang batapi tareh”.34 Dengan perluasan daerah n, maka

Guguak Malalo terbag atas dua bagan yatu: Bahang dan Koto. Koto yang dmaksud adalah Koto d Mudak, Koto d Hla dan Koto d Tangah. Setelah Koto menjad dusun maka Guguak Malalo terdr dar tga dusun yatu Dusun Bahang, Dusun Guguak dan Dusun Duo Koto.35

Sumber mata pencaharan masyarakat Malalo berasal dar danau dan hasl hutan. Tetap tdak dtemukan keterangan sapa yang pertama kal membuka hutan, sehngga hutan d Malalo danggap sebaga pusako tngg, karena dyakn yang pertama kal membuka hutan adalah nenek moyang mereka. Hutan sebaga pusako tngg dnamakan hutan ulayat. Konsep ulayat sangat dpertahankan oleh masyarakat. Bahkan ketka Belanda masuk ke Guguak Malalo pada tahun 1950 untuk membuat tapal batas antara hutan masyarakat dengan pemerntah Belanda yang dkenal dengan BW (Boschwesseen), dtolak oleh masyarakat Guguak Malalo.

Pengelolaan hutan pertama dlakukan oleh masyarakat kenagaran Guguak Malalo dmula pada tahun 1977. Hal n dlatarbelakang kemarau panjang yang menyebabkan masyarakat beralh untuk mencar sumber ekonom lan dengan masuk ke dalam hutan. Tetap pada saat tu yang dhaslkan oleh masyarakat hanya kayu suran dan rotan serta manau.36

34 Makna yang terkandung dalam “Bahiang batapi tareh” adalah suatu musyawarah yang dlakukan oleh tetuah masyarakat adat untuk menentukan sapa yang tetap tnggal d Bahang dan sapa yang dutus mencar daerah baru untuk djadkan sebaga tempat tnggal

(42)

Pada tahun 1979 ketka sstem pemerntah nagar berobah menjad desa, maka Guguak Malalo yang wlayahnya sampa ke Asam Pulau akhrnya harus dpecah. Malalo berdr sendr dan Asam Pulau bergabung dengan Kabupaten Padang Paraman. Pemsahan n menyebabkan permasalahan tentang batas nagar. Tahun 1999 dsepakat batas antara dua nagar n, datas dasar kesepakatan nnk mamak. Penentuan batas n dnyatakan dalam bahasa adat: Kok rantiang samo dipatah kok air samo disauk, rimbo nan malereng ka bawah masuak Asam Pulau, rimbo nan mangarah ka ateh masuak Guguak Malalo.37 Setelah dcar ttk pertengahan

antara Guguak Malalo dan Asam Pulau maka dtemukanlah Bukk Paru Anggang sebaga batas hutan antara ulayat Malalo dan ulayat Asam Pulau.38 Dengan dasar kesepakatan

n maka semua hasl hutan yang berada dalam hutan ulayat Nagar Malalo dmanfaatkan oleh Guguak Malalo dan hutan yang berada dalam kawasan ulayat Asam Pulau dmanfaatkan oleh Asam Pulau.

Pada tahun 1986 pemerntah pusat hendak menguasa hutan yang ada dsektar Nagar Guguak Malalo dengan menjadkan hutan d Nagar Guguak Malalo sebaga hutan lndung. Namun karena mendapat pertentangan keras dar masyarakat, pemerntah tdak dapat melakukannya. Kemudan pemerntah mengajak masyarakat bermusyawarah dan menawarkan kesepakatan untuk membag setap perolehan hasl hutan. Namun usulan npun tdak dsetuju oleh masyakat.

37 Adalah kesepakatan antara Guguak Malalo dengan Asam pulau dalam menentukan ulayat yang telah dpsah, dmana rantng bsa secara bersama dambl, kalau ar bsa bersama untuk memanfaatkan, hutan yang mengarah ke Asam Pulau masuk ulayat Asam Pulau dan hutan yang mengarah ke Guguak Malalo masuk dalam hak ulayat Guguak Malalo.

(43)

34

Meskpun dtolak, kengnan pemerntah untuk menjadkan hutan adat Guguk Malalo menjad hutan negara tdak berhent pada tahun 1986 tu. Pada tahun 2000 ketka pengerjaan proyek PLTA Danau Sngkarak, pemerntah juga ngn menjadkan hutan Guguak Malalo sebaga kawasan lndung. Kal n dlakukan dengan meletakkan pancang yang menentukan batas hutan rakyat dengan pemerntah. Lag-lag hal n dtentang oleh masyarakat.

3. KeLeMBagaan aDat

Kelembagaan adat terbentuk pada tahun 1857 yang dkenal dengan rabah pitunggo yatu perubahan Taratak menjad Koto, Koto menjad Dusun dan Dusun menjad Nagar. Maka ada dua hal yang djadkan sebaga denttas masyarakat adat yatu suku dan struktur adat. Suku yang dtetapkan adalah jambak39 sedangkan strukur adatnya

adalah Penghulu Pucuak, Penghulu suku, Ampek Jnah, Tunggana dan Anak Kemenakan.

Dalam perkembangannya, karena hanya terdapat satu suku, muncul permasalahan sosal berupa perkawnan sesuku. Perlawnan yang sangat dpantangkan dalam adat Mnangkabau. Untuk mengatas masalah tersebut, suku Jambak dpecah menjad 11 yatu: 1. Muaro Basa, 2. Nyur, 3. Makacak, 4. Pauh, 5. Smawang, 6. Talapuang, 7. Melayu, 8. Jambak, 9. Psang, 10. Sapuluah, 11. Barngn40

(44)

Struktur kelembagaan adat d nagar Guguak Malalo memlk kewenangan dalam mengatur penguasaan dan pengelolaan hutan. Adapun struktur adat tersebut adalah sebaga berkut: Penghulu Pucuak, merupakan orang yang dtuakan. Penghulu pucuak mempunya fungs sebaga orang yang pertama memancang hutan dan menjadkan hutan sebaga tempat bercocok tanam. Selan sebaga orang yang pertama memancang hutan juga mempunya kedudukan sebaga orang yang lebh tahu, sehngga pendapatnya djadkan sebaga rujukan setap persoalan yang terjad d nagar. Penghulu suku, merupakan pmpnan d dalam satu suku atau dalam satu paruk (satu keturunan). Penghulu suku mempunya wewenang untuk membag ulayat kepada seluruh anggota yang termasuk satu suku. Ampek Jiniah, yang terdr dar mant, alm ulama, dubalang, pandto dan penghulu. Ampek jnah merupakan komponen yang membantu pelaksanaan roda pemerntahan dalam adat, sepert mant untuk admnstras pemerntahan adat, dubalang untuk menjaga keamanan dan maln yang mengurus masalah keagamaan. Tungganai, merupakan orang yang dtuakan pada suatu kaum atau mamak kepala wars dan secara langsung berkatan atau berurusan dengan anak kemenakannya, Anak kemenakan, adalah semua anggota yang terdapat dalam suatu suku. Anak kemenakan merupakan orang yang akan memanfaatkan dan mengelola hutan.

(45)

36

penghulu suku untuk menyejahterakan anak kemenakan dalam satu suku. Ulayat nagar yatu ulayat yang dmlk semua orang dalam satu nagar. Ulayat nagar dpergunakan untuk kesejahteraan semua warga nagar.41

C. nagarI SIManaU

PrOFIL, SeJaraH Dan KeLeMBagaan aDat

1. PrOFIL nagarI

Nagar Smanau secara admnstratf terletak pada Kecamatan Tgo Lurah, Kabupaten Solok. Secara yurds forml dsahkan melalu SK Bupat Solok pada tanggal 2 oktober 2002. Sebelum menjad nagar, Smanau merupakan jorong yang tergabung dalam Nagar Rangkang Luluh. Batu Bajanjang adalah pusat kecamatan Tgo Lurah, terletak arah tmur Nagar Smanau dengan jarak 15 km dar nagar. Nagar Smanau dkellng oleh nagar-nagar tetangganya. D sebelah utara terdapat Nagar Supayang dan Nagar Ar Luo. D sebelah tmur terdapat Nagar Tanjuang Balk Smso. D sebelah selatan dbatas Nagar Rangkang Luluh, dan sebelah barat dengan Nagar Sunga Nanam dan Nagar Srukam. Nagar Smanau terbag atas tga jorong,42 yatu Jorong Karang Putah, Jorong Park Batu dan

Jorong Tanjuang Manjula.43

41 Ibid.,

42 Bagan dar wlayah nagar, jka danalogkan dengan pemerntahan terendah, jorong adalah dusun. Tetap dalam kenyataannya, jorong merupakan desa-desa kecl yang ada d nagar dan dkepala oleh wal jorong. Pada masa pemerntahan desa, jorong-jorong nlah yang d pecah menjad desa-desa.

(46)

Akses transportas dar dan ke Nagar Smanau hanya berupa jalan darat sepanjang 32 km dar Nagar Srukam, dmana sepanjang 24 km mash berupa jalan tanah. Jalan tersebut d bangun pada tahun 1986. Smanau sendr merupakan pntu gerbang untuk membuka ketertnggalan nagar-nagar d Kecamatan Tgo Lurah. Jarak Nagar Smanau dengan nagar lannya adalah, 10 km ke Rangkang Luluh, 15 km ke Batu Bajanjang, 25 km ke Smso, dan 40 km ke Garabak.44

Nagar Smanau terletak pada jalur pegunungan bukt barisan, sehingga bertopografi berbukit. Luas keseluruhan wlayah nagar adalah 47 km2, dengan ketnggan daerah

1.000 meter dari permukaan laut. Secara geografis Nagari Smanau berada pada hamparan lembah yang dkellng perbuktan yang secara ekologs berupa hutan. Selan tu Nagar Smanau dbelah oleh sunga-sunga kecl yang barasal dar anak-anak ar yang berada pada sekellng perbuktan yang melngkar Smanau. Sunga-sunga tersebut adalah Batang45 Smanau, Batang Kapujan dan

Batang Kpek. Sunga-sunga tersebut kemudan bermuara ke Batang Palangkh. Sunga-sunga yang membelah Nagar Smanau dpergunakan masyarakat sebaga kebutuhan rumah tangga, rgas maupun sebaga sumber tenaga lstrk yang dgerakkan oleh Penggerak Lstrk Tenaga Mkro Hdro (PLTMH).

Penduduk Nagar Smanau secara keseluruhan berjumlah 1.157 orang, dengan komposs lak-lak 594, perempuan 563, dan mempunya jumlah kepala keluarga sebanyak 322. Penduduk n tersebar d Jorong Karang Putah sebanyak 106 (9,16% ) dengan komposs 53 orang perempuan dan 53

(47)

38

orang lak-lak dan 37 kepala keluarga. Jorong Park Batu berjumlah 570 orang (49,2%) dengan komposs 300 lak-lak, 270 perempuan dan 158 kepala keluarga. Yang terakhr adalah Tanjuang Manjula dengan jumlah penduduk 481 (41,5%) dengan komposs 241 lak-lak dan 240 perempuan dan 124 kepala keluarga.46

Penduduk Nagar Smanau bersfat homogen, dmana secara keseluruhan beretns Mnangkabau, yang dbag atas 6 suku yatu suku Melayu, Canago, Pana, Melayu Ae Abang, Canago Las dan Kutanyr. Seratus persen penduduknya beragama Islam. Aktvtas ekonom utama masyarakat berupa bertan dan berkebun. In bsa dlhat dar penggunaan lahan pertanan, dmana seluruh kepala keluarga memlk lahan pertanan, dan perkebunan. Hal n juga dtunjang dengan aturan adat yang mewajbkan kepala keluarga baru untuk menanam 100 buah pohon kop yang lebh kurang menggunakan lahan seluas 1 Ha. Selan tu mereka juga melakukan aktvtas lan dengan tdak mennggalkan aktvtas utama, aktvtas tersebut berupa berdagang kelontong sebanyak 16 unt dengan menyerap tenaga kerja 32 orang (2,76%), koperas sebanyak 1 unt dengan menyerap tenaga kerja 60 orang (5,18%), satu kelompok usaha smpan pnjam dengan anggota sebanyak 50 orang (4,32%) dan julo-julo pad sebanyak 10 unt yang melbatkan 80 orang (6,9%).47

2. SeJaraH nagarI

Pada abad-abad yang lalu uraan pennggalan dar niniak48

yang kemudan dterjemahkan oleh Tuanku Lareh Tgo

46 Data Potens Umum Nagar Smanau, 2006 47 Ibid.,

(48)

Koto pada tahun 1911 dan dterma secara turun temurun, asal usul Nagar Smanau dan sektarnya bermula dar kedatangan beberapa orang nnak dar bukt Sguntang-guntang Penyarngan yang terletak antara Palembang dan Jamb, dantaranya bernama Nak Patah Bagndo Patah beserta rombongan pengkutnya, yang dsebut gantang nan kurang 2-50.49

Rombongan yang dpmpn Nak Patah Bagndo Patah kemudan bermukm sementara d Dusun Tuo Tanah Karajau atau Muara Suk d tep Batang Palangk. Tepatnya antara Tanjung Balk Sumso dengan kebun Koto Baru Kabupaten Sawahlunto Sjunjung. Nama Batang Palangk berasal dar pelangkahan50 Nak Patah Bagndo Patah d waktu

tu. Setelah Nak Patah Bagndo Patah dan rombongan bermukman d Dusun Tuo Tanah Karajau lama-kelamaan penduduknya bertambah banyak, maka dcarlah tempat bermukman yang baru yakn empat buah taratak51 yatu : 1.

Taratak Mundan, 2. Taratak Tabulango, 3. Taratak Pakano, 4. Taratak Ar Htam. Taratak-taratak tersebut salng berdekatan dan bertetangga yang terletak dsektar Batang Palangk. Karena penduduk telah berkembang sehngga tdak memungknkan lag untuk tnggal d taratak-taratak tersebut, maka sebagan mereka perg mencar pemukman yang lebh bak dan subur.

Penduduk dar dua taratak yakn Taratak Mundan dan Taratak Tabulango menelusur sunga-sunga kecl yatu; Sunga Batang Kpek, Sunga Batang Kayu Lawang dan

49 Nama rombongan, yang merupakan pengkut Nak Datuak Bagndo Patah, yang mana jumlah rombongan tersebut tdak bsa dpastkan.

50 Perjalanan

(49)

40

Sunga Batang Pulau Tanjung Balk Sumso. Sunga-sunga yang dlalu n dnamakan Lurah Nan Tigo.52 Setelah

menelusur sunga-sunga tersebut nnak-nnak mencar pemukman yang bak dan subur untuk djadkan nagar masng-masng.

Pada suatu saat dadakanlah pertemuaan atau permufakatan oleh orang Lurah Nan Tgo yang bertempat d Lunjuang balai Tinggi Kayu Lawang53 dar hasl pertemuan tu dsepakatlah

bahwa tap-tap permukman dtanamlah pmpnan yang akan “Buat nan manjadi sumpah amanah, pakat manjadi bisu kawi, digantungkan tinggi, dikalikan dalam”.54 Dar stu

dkenallah datuak55 nan 3 X 9 yatu :

1) Smanau Ar Abang, yang terdr dar 4 orang datuk d Smanau yang berasal dar suku Melayu, Canago, Tanjung dan Kutanyr dtambah dengan 5 orang datuk d Ar Abang dar suku Melayu, Canago, Kutanyr, Pana dan Tanjung. Dkenal dengan Datuak Nan 9 Di Mudiak.

2) Kpek, yang terdr dar 4 datuk dar 4 suku yang terdapat d Kpek dtambah dengan 5 orang datuk dar 5 suku yang terdapat d Kayu Lawang. Dkenal dengan Datuak Nan 9 Kipek Kayu Lawang.

3) Andaleh Tanjung Balk, yang terdr dar 4 orang datuk dar 4 suku yang terdapat d Andaleh dtambah dengan 5 orang datuk yang berasal dar 5 suku yang terdapat d Tanjung Balk. Dkenal dengan Datuak Nan 9 Andaleh Tanjung Balik.

52 Tga lembah

53 Berupa tempat pertemuan terbuat dar batu besar dan pph yang terbuka. 54 Sumpah amanah yang dpersembahkan kepada Tuhan untuk para datuk yang memmpn suku-suku yang berasal dar satu gars keturunan, yang dperkrakan dlakukan pada masa hndu berkembang d Indonesa.

(50)

Datuak-datuak nlah yang dkenal dengan Datuk Nan 3 X 9 nan Saadat dan Sapusako.56

Nnak yang mula-mula perg mencar pemukman baru ke Smanau bernama Nak Rajo Pandak yang membuat taratak d Bukt Sobak yang dnamakan Taratak d Aur dan tempat tnggal belau d Park Batu karena tempat tu dpagar dengan batu. Makanya sebelum bernama Smanau, awalnya tempat n dsebut Park Batu. Nama Smanau mula dpergunakan, serng dengan dtemukannya manau yang banyak d sepanjang tep sunga oleh nnak-nnak. Sejak tu dpakalah nama Sunga Manau menggantkan nama Park Batu. Lama kelamaan karena kesultan mengucapkannya, Sunga Manau berobah penyebutannya menjad Smanau.

Tdak beberapa lama setelah Nak Rajo membuat taratak d Bukt Gobak, menyusul pulalah kaum-kaum datuak ke Smanau dan membuat pula taratak-taratak untuk permukman. Taratak-taratak tersebut adalah Taratak d Aur, Taratak Tanjung Manjula, Taratak Sunga Galanggang dan Taratak Katlawarangan.57 Karena kaum-kaum d

taratak tersebut telah berkembang maka terbentuklah dusun yang kemudan menjad koto, koto selanjutnya menjad nagar. D sn telah terbentuk suku dan penghulu dar masng-masng suku yang ada, yatu penghulu suku Melayu, penghulu suku Canago, penghulu suku Tanjung dan penghulu suku Kutanyr. Karena telah membentuk suku-suku dan mendrkan penghulu maka berdrlah Nagar Smanau Sunga Abang. Selanjutnya sebagan besar kekuasaan yang sebelumnya berada dtangan raja,

56 Satu kesatuan adat dan pusaka

(51)

42

dserahkan kepada penghulu-penghulu suku, sehngga kekuasaan rajo penghulu berkurang. In dsebut dengan

rabah pitonggo.

Perkembangan berkutnya dar Datuak Nan 9 D Mudak (Smanau Ar Abang), sebagannya sudah samporono habis.58

Oleh sebab tu, suku-suku yang mash berkembang d Nagar Smanau tnggal 6 suku yatu : suku Melayu, suku Canago, suku Pana, suku Melayu Ar Abang, Suku Canago Las, dan suku Kutanya. Salah satu suku yang samporono habis adalah suku Tanjung. Karena tu Suku Tanjung yang sekarang ada d Smanau tdak lag merupakan suku asl Smanau. Akbat dar punahnya suku Tanjuang Smanau, maka hak ulayat suku tersebut dambl alh menjad hak ulayat nagar.

Pada zaman Belanda, Smanau sudah berdr sendr menjad wlayah nagar, berdasarkan catatan Staat Bland Van Nederland Seche Indie59 tahun 1863. Sampa tahun

1930 sudah ada 10 Kepala Nagar Smanau yang saat tu dsebut dengan Nagar Ar Abang Smanau, dengan masa jabatan bervaras, tergantung pada Pemerntah Belanda. Bla Belanda sudah tdak suka kepada kepala nagar maka Belanda dapat menggantnya kapanpun.

Pada zaman Belanda n kepala nagar dbantu oleh seorang juru tuls. Sementara kepala nagar juga merupakan seorang

Penghulu kepala.60 Penghulu kepala dplh oleh 4 jinih61 yang

58 Keturunan suku tersebut sudah tdak lag mempunya wars dar gars keturunan matrlneal, atau tdak ada lag yang melanjutkan wars dar suku yang bersangkutan

59 Catatan Negara Hnda Belanda

60 Kepala nagar pada zaman tu harus menjad nnak mamak dahulu, yang kemudan kepala nagar lazm dsebut dengan Panghulu Kepala.

(52)

dstmewakan dengan tdak perlu membayar Blastem.62

Tujuannya agar orang-orang 4 jnh mau mendukung kebjakan-kebjakan Belanda. Syarat pemlhan kepala nagar saat tu adalah mampu memungut pajak dan baca tuls huruf latn. Karena pada tahun 1930-an tdak ada calon kepala nagar yang mampu, maka untuk sementara Kepala Nagar Rangkang Luluh merangkap menjad Kepala Nagar Smanau, dengan seorang juru tuls d Smanau yang bernama Alf. Setelah Alf mennggal, tdak ada lag yang menggantkannya sebaga juru tuls. Akbatnya Pemerntah Belanda menggabungkan Rangkang Luluh dengan Nagar Smanau.

Tahun 1949-1951 nagar dpmpn oleh Wal Perang, dan dalam tahun-tahun n lahrlah MTKAM (Majels Tngg Kerapatan Adat Alam Mnangkabau), yang kemudan membentuk tentara Hulubalang untuk menyerang Belanda pada masa agres Belanda. Pada tahun 1961 pmpnan nagar berubah menjad kepala nagar, yang berakhr pada tahun 1983 serng dengan dberlakukannya pemerntahan desa. Namun pada tahun tu juga lahr Lembaga Kerapatan Adat Nagar.

3. KeLeMBagaan aDat

Nagar Smanau dalam wlayah adat Mnangkabau berada pada daerah rantau,63 dengan menganut kelarasan Bodi

Caniago. Kelarasan dan daerah rantau n mempengaruh sstem kelembagaan adat Nagar Smanau. Salah satu karekterstk daerah rantau adalah terdapatnya seorang Rajo Panghulu. Rajo Panghulu sendr merupakan urang

62 Sejens pajak pada waktu pemerntahan Belanda

(53)

44

tuo.64 Dalam struktur adat Rajo Panghulu bersfat smbols.

Rajo Panghulu secara hstors merupakan pemmpn adat pada saat cancang matatiah65 sampa mereka membuka

hutan atau manaratak. Selanjutnya dengan perkembangan masyarakat tagak-lah panghulu. Peranan kepemmpnan adat d pegang oleh panghulu-penghulu andko yang ada d nagar. Penghulu andko merupakan pemmpn adat pada masng-masng suku. Pengamblan keputusan adat pada tngkatan nagar dlakukan bersama-sama oleh penghulu andko, yang kemudan menunjuk seorang pemmpn yang mempunya kewenangan koordnas atau dkenal dengan stlah bajanjang naik, batanggo turun, mambusuik dari bumi.

Kelembagaan adat nagar Smanau kn d lembagakan dalam Kerapatan Adat Nagar (KAN). KAN mempunya komposs anggota sebanyak 19 orang, termasuk d dalamnya 5 Panghulu andko, dan 14 orang ssanya adalah unsur 4 jnah.

Saat n Smanau terdapat 6 suku, yatu suku Melayu, suku Canago, suku Canago Las, suku Pana, suku Melayu Ae Abang dan suku Kutanyr.66 Masng-masng suku

mempunya seorang panghulu andko yatu seorang lak-lak yang memmpn suatu suku. Seorang penghulu andko mempunya gelar adat tertentu, dan kewenangan bertndak keluar sukunya. Panghulu andko tdak mempunya kewenangan langsung mengurus anggota sukunya, karena kewenangannya tersebut ddelegaskan kepada nnk mamak kaum yang dbantu oleh unsur 4 jnah lannya.67

64 Seorang lak-lak yang dtuakan. Pai tampek batanyo, pulang tampek babarito artnya poss rajo bersfat memberkan saran-saran terhadap berbaga masalah d nagar. 65 Pada masa membuka hutan untuk djadkan perladangan atau pemukman. 66 Suku kutanyr mash dalam proses pengangkatan panghulu andko.

(54)

Adapun panghulu andko dar masng-masng suku adalah, Thamrn Dt. Rajo Sampeno dar Suku Melayu, Syal Amr Dt. Snaro Sat dar Suku Canago, yatu Shaorn Dt. Lntang Alam dar suku Canago Las, Maward Dt. Bagndo Rajo dar Suku Pana, Bulkan Dt. Rajo Basa dar Suku Melayu Ae Abang.68

(55)
(56)

BaB III

POLa PengeLOLaan HUtan

DI nagarI

a. ManFaat Dan FUngSI HUtan BagI

MaSyaraKat

Adalah kenyataan, bahwa hutan telah memberkan manfaat yang sangat besar bag masyarakat d nagar. Bag nagar-nagar yang berada d dalam dan dsektar hutan, ekosstem hutan telah menjad gantungan bag seluruh aspek kehdupan warga nagarnya. Karena tu, bag mereka hutan tdak hanya berfungs untuk memenuh kebutuhan ekonom, tetapi juga kebutuhan-kebutuhan psikis dan fisik lainnya sepert sosal, budaya, relg, perlndungan lngkungan dan sumber ar. Dengan fungsnya yang demkan, tdak berlebhan jka dkatakan hutan member sumbangan besar dalam membentuk pola hdup, budaya, sosal, ekonom dan poltk masyarakat nagar. Possnya yang menjad gantungan hdup bag warga nagar d dalam dan sektarnya, menyebabkan masyarakat mengenal berbaga manfaat dan fungs dar lngkungan hutan. Dantara berbaga fungs dan manfaat hutan bag masyarakat d nagar adalah:

1. Manfaat ekonomi

Referensi

Dokumen terkait

akan terjadi perubahan yang dapat diamati berupa terbentuknya gelembung- gelembung pada kedua scrubber yang menandakan adanya reaksi antara H 2 SO 4 dengan

gigantea),mempunyai akar jangkar. Hewan dan tumbuhan rendah yang hidup di habitat air, tekanan osmosisnya sama dengan tekanan osmosis lingkungan atau isotonis. Hewan

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Studi Kekerabatan dan Morfologi Padi Lokal Adan Hasil Mutasi Sinar Gamma adalah

Tingkat pendidikan responden di Desa Modelomo Kecamatan Kabila Bone berada pada kategori rendah yakni sebanyak 261 (99,6%) orang, Hal ini juga sangat mempengaruhi

Pada tahap implementasi Aplikasi Barbershop Berbasis Android, ditentukan batasan agar sesuai dengan hasil analisis dan perancangan perangkat lunak yang akan

kembali seluruh Dokumen Pengampunan Pajak ke dalam amplop bersegel yang sudah diberikan barcode. 3) Subtim Penerima dan Peneliti di Tempat Tertentu menyimpan Dokumen

Berdasarkan hasil pengolahan data dapat dilihat bahwa dari lima indikator yang digunakan dalam mengukur variabel kualitas pelayanan memiliki nilai corrected.. item to

Bahwa akan tetapi Pasal 32 ayat (1) huruf c UU 30/2002 tersebut yang dinyatakan bertentangan dengan UUD 1945 adalah ketentuan untuk memberhentikan Pimpinan KPK