• Tidak ada hasil yang ditemukan

aturan Berdasarkan Status Hak

Dalam dokumen Dinamika Hutan Nagari di Tengah Jaring J (Halaman 71-88)

POLa PengeLOLaan HUtan DI nagarI

C. tata atUran tentang HUtan

1. aturan Berdasarkan Status Hak

a. Ulayat rajo, adalah tanah ulayat yang penguasaannya berada pada penghulu dan letaknya jauh dar kampung dalam bentuk hutan-rmba, bukt, gunung, padang dan belukar, rawang (rawa), sunga, danau, dan laut. Ulayat rajo dkuas oleh beberapa nagar, penguasaan oleh nagar-nagar dapat dlakukan dengan manaruko atau membuka nagar baru, yang dtujukan untuk ulayat nagar atau untuk keperluan pemecahan nagar dalam bentuk gadang (besar).

b. Ulayat nagari, adalah hak dan kewenangan yang dpunya oleh anak nagar atas tanah yang penguasaannya dkepala oleh penghulu-penghulu andko. Yang tergabung dalam Kerapatan Adat Nagar (KAN). Pengaturan mengena pemanfaatannya datur oleh penghulu-penghulu tersebut. Untuk Nagar Kambang penguasaannya berada pada Rajo Adat yang dalam pelaksanaannya dbantu oleh Ikek Ampek.

c. Ulayat Suku, adalah hak dan kewenangan bersama seluruh anggota suku atas tanah. Suku n dkepala oleh seorang penghulu suku/andko. Ulayat suku n bsa berasal pembukaan lahan atau manaruko

oleh suku dan harta pencaran yang dserahkan secara turun temurun.

d. Ulayat Kaum, adalah hak dan kewenangan bersama atas tanah dar anggota satu kaum dalam suku, yang dkepala oleh seorang mamak kaum, (dsebut juga andko kecl d Nagar Kambang) yang akan mengatur hal-hal yang berhubungan dengan ulayat bag anggota kaumnya.

e. Pusako tinggi, adalah harta-harta yang dkuasa oleh suatu paruk (keluarga nt dalam satu keturunan bu) dan dkepala oleh seorang mamak kapalo wars. Mamak kapalo wars mengatur hal-hal yang berhubungan dengan pusako tngg bag anak kemenakannya.

Status hak-hak d atas, pada lngkungan hutan berkonsekuens pada lahrnya status hutan ulayat nagar, hutan ulayat suku dan hutan ulayat kaum. Masng-masng jens hutan ulayat n tunduk pada penguasaan berdasarkan struktur penguasaan ulayat yang dsebutkan d atas.

2. aturan Pengelolaan dan Pemanfaatan

a. aturan pengelolaan dan pemanfaatan beradasarkan Status Hak

1) Hutan Ulayat Nagar.

Pemanfaatan hasl kayu oleh masyarakat nagar dkenakan bungo rmbo yang dberkan kepada nnk mamak (penghulu-penghulu d nagar) dan pemerntahan nagar. Bungo rmbo dgunakan untuk anak kemenakan d nagar, dan untuk kepentngan pembangunan nagar. Pada prnspnya bungo rmbo dpungut oleh nnk mamak, namun dengan perkembangannya nagar juga dapat memungut bungo rmbo untuk pembangunan nagar, yang

64

merupakan hasl kesepakatan antara nnk mamak dan pemerntahan nagar. Besarnya bungo rmbo yang harus dbayarkan bervaras dsetap nagar. Nagar Smanau dan Malalo memungut 5 % dar hasl pengamblan kayu. Sedangkan Kambang sepertnya belum membuat patokan. Pengelolaan hutan non-kayu pada ulayat nagar dperbolehkan tanpa dpungut bungo rmbo, dan pengamblan haslnya dlakukan secara berkelompok, sepert halnya pengamblan madu, manau, bambu dan lan-lan, yang basanya dlakukan musman.

D Nagar Kambang, pemanfaatan hutan nagar untuk parak dan perladangan oleh anak-kemenakan harus terlebh dahulu memperoleh persetujuan yang dtanda dengan adanya surat Pelacoan dar Rajo Adat seteleh memperoleh rekomendas dar Ikek Ampek. Selan rekomendas dar Ikek Ampek, persetujuan pengelolaan dperoleh setelah membayar sasa atau uang sewa. Meskpun Rajo Adat tdak memberkan batas waktu dar zn tersebut, namun jka dalam dua tahun lahan yang dznkan tersebut tdak dolah, maka zn atau persetujuan tersebut dengan sendrnya batal.85 Izn yang dberkan juga tdak boleh dpndahtangankan oleh pemegang zn kepada phak lan tanpa persetujuan terlebh dahulu dar Ikek Ampek dan Rajo Adat. Jka dznkan dpndahkan, maka warga nagar memperoleh prortas pertama.

2) Hutan Ulayat Suku

Pemanfaatan kayu pada ulayat suku dlakukan langsung oleh anak kemenakan dalam satu kaum

dan suku maupun d luar kaum dan suku dengan cara tebang plh, sepanjang dpergunakan untuk kepentngan dalam nagar sepert membangun rumah, kandang ternak, dan lan-lan. Pemanfaatan kayu oleh masyarakat, bak anggota suku maupun bukan anggota suku dkenakan Bungo Rmbo (semacam kompensas) yang dbayarkan dalam bentuk uang melalu penghulu suku. Bungo rmbo tersebut dpergunakan untuk kepentngan suku yang menguasa ulayat tersebut, yang basanya dgunakan untuk keperluan mambangun rumah gadang yang belum selesa, musala dan pesta/perhelatan. D Malalo dtetapkan bungo rmbo sebesar 5 % dar hasl pengamblan kayu. Sedangkan pengamblan hasl hutan non kayu pada ulayat suku, tdak dkenakan bungo rmbo, dan pemanfaatannya dapat dlakukan oleh anggota suku maupun d luar suku.86

Pengelolaan parak dan ladang oleh anggota suku datur peruntukan lahannya oleh panghulu andko/ suku. D Smanau ada kewajban setap kepala keluarga baru untuk menanam pohon kop sebanyak 100 buah, yang lebh kurang menggunakan lahan 1 Ha. Hal n dlakukan untuk mendorong keluarga baru mengelola parak atau ladang dengan komodt yang danggap menguntungkan sebaga tabungan masa depan keluarganya. Apabla peruntukan lahan bag keluarga baru tersebut berada pada wlayah ulayat suku maka peruntukannya datur oleh panghulu andko. D Nagar Kambang pengelolaan hutan untuk parak dan ladang oleh anak kemenakan harus dapat

86 Hasl Wawancara dengan Dt. Rajo Sampeno, tgl 26 September 2006. Bpk. Iskandar (sekretars nagar), tgl 27 September 2006. Dan Rajo Panghulu, tgl 4 Oktober 2006

66

zn yang dtuangkan ke dalam surat “Pelacoan” dar penghulu suku, setelah membayar uang “sasa” atau sewa yang besarnya tdak dtetapkan. Luas lahan yang dznkan basanya tdak lebh dar 2 Ha. Jka dalam waktu 2 tahun lahan tersebut tdak dolah, hak untuk mengelola batal dan lahan tersebut kembal menjad ulayat suku. Masyarakat d luar anggota suku dapat mengelola jka ada kerelaan dar anak kemenakan dan dlegtmas oleh nnk mamak dan penghulu andko/suku bak pada tngkat kaum maupun suku.87

3) Hutan Ulayat kaum

Ketentun yang berlaku pada ulayat kaum sama dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku terhadap hutan ulayat suku.

b. aturan pengelolaan berdasarkan peruntukan dan jenis hasil hutan

Dalam hal pengelolahan dan pemanfaatan hutan ulayat, juga dtemukan aturan hukum yang mengaturnya. Aturan n ddasarkan pada azas kepatutan. Orang Mnangkabau selalu mengukur sesuatu dengan alua jo patuik (alur dan kepatutan). Sebuah cermnan yang menggambarkan sfat masyarakatnya yang menjadkan sesuatu yang emprk sebaga dasar dan bahan pertmbangan dalam memutuskan dan melakukan sesuatu. Juga asas yang menekankan betapa pentngnya sesuatu hal dletakkan pada tempatnya. Untuk konteks pengelolaan dan pemanfaatan hutan, asas kepatutan n dhubungkan dengan konds nyata dar ekosstem lngkungan hdup mereka. In yang terlhat dalam penentuan lokas hutan

87 Hasl Wawancara dengan Dt. Rajo Sampeno, tgl 26 September 2006. Bpk. Iskandar (sekretars nagar), tgl 27 September 2006

larangan atau daerah perlndungan, yang dtetapkan dsektar wlayah hulu sunga, karena berperan pentng dalam menjaga sumber-sumber ar pemasok ar sunga yang ada d nagar. Demkan juga dalam penentuan kawasan persawahan, yatu daerah yang bsa dalr ar. Dalam tuturan adat, dasar-dasar pembagan peruntukan tersebut dnyatakan “dataran yang bisa dialiri air dijadikan sawah, lereng dijadikan ladang atau kebun”,88 dan begtu seterusnya dengan penentuan daerah peruntukan lannya.

Demkan juga dalam hal pemanfatan hasl hutan pada berbaga jens peruntukan dan kegunaan masng-masng wlayah atau daerah peruntukan. Sesua dengan asas kepatutannya, maka aturan adat dan kebasaan nagar past tdak membenarkan pemanfaatan yang eksplotatf pada daerah-daerah yang dperuntukkan untuk menjaga daerah hulu-hulu sunga. Jka dlhat dar buny peraturan-peraturan yang ada, maka norma peraturan-peraturan-peraturan-peraturan tersebut selalu terkat dengan kepentngan untuk memberkan perlndungan dan keberlanjutan manfaat dar hutan bak secara sosologs, ekonoms dan ekologs. Karena demkan, aturan pemanfaatanya tdak hanya terkat dengan peruntukan wlayah hutannya, tetap juga mengatur tentang pemanfaatan hasl-hasl hutannya. Berkut n adalah beberapa contoh hukum adat dan peraturan nagar yang dtemukan d Nagar Kambang, Malalo dan Smanau.

88 Penentuan kawasan ulayat n kemudan memunculkan stlah ulayat keras yatu ulayat yang tdak dlalu oleh alran sunga berupa hutan dan kebun pnggran hutan, dan ulayat lunak yatu ulayat yang dlalu alran sunga berupa persawahan dan perumahan.

68

aturan Pemanfaatan Kawasan Hutan

Peruntukan norma/aturan

Hutan Olahan • Ketentuan mengena pembagan hasl antara pengelola dengan suku/kaum pemlk ulayat. D Smanau dtentukan, jka hutan yang akan dbuka merupakan

hutan keras,89 maka ¾ dar lahan hutan yang dbuka jatuh menjad hak mlk s pengolah, sementara ssanya tetap menjad mlk kaum atau suku pemlk ulayat. Jka yang dbuka atau yang dolah adalah hutan lunak,90 maka 2/3 dar lahan yang dbuka menjad hak mlk s pengolah dan 1/3 tetap menjad mlk pemlk ulayat. Ketentuan n khusus untuk pembukaan lahan yang akan dperuntukkan buat sawah. Jka pembukaan lahan tersebut dperuntukkan buat parak atau ladang, maka ketentuan tersebut tdak berlaku. Sedangkan d Malalo dpraktekkan 2/3 untuk penggarap dan 1/3 untuk pemlk.

• Nagar Malalo menerapkan larangan pembakaran saat membuka per-ladangan.

• Kewajban untuk menanam daerah perladangan terutama d lereng-lereng bukt dengan tanaman-tanaman jens kayu-kayuan yang mempunya akar tunggang.

• Status kepemlkan atas tanah yang dkelola, bersfat sementara yatu sepanjang ahl wars pengolah mash ada. Jka tdak ada lag pewarsnya maka tanah tersebut kembal ke pemlk ulayat.

68

89 Hutan keras yatu stlah yang dgunakan masyarakat untuk menyebut hutan yang kondsnya mash asl atau belum dkelola, bak hasl kayu maupun non-kayunya.

90 Hutan lunak yatu stlah yang dgunakan masyarakat untuk menyebut hutan yang kondsnya tdak lag asl karena telah pernah dlakukan pengelolaan, bak hasl kayu, maupun hasl non-kayu.

Hutan Smpanan • Pemanfaatannya mensyaratkan jka tdak lag terdapat sumber penghaslan lan, msalnya karena gagal panen. • Baru boleh dbuka setelah mendapat

zn dar penghulu suku

• Dutamakan untuk pemanfaatan hasl hutan non-kayu, sedangkan hasl hutan kayu dznkan untuk pembuatan perahu, jka pada hutan olahan sudah sult atau tdak lag dtemukan kayu yang berukuran cukup

Larangan • Larangan menebang pohon radus 200 m dar sumber mata ar

• Larangan membuka hutan yang berfungs untuk menahan ar hujan sebaga pencegahan banjr dan longsor • Dbolehkan untuk mengambl madu

dan buah-buahan tanpa merusak atau menebang kayu

Selan karena fungs dan peruntukan daerah/wlayah hutannya, juga dtemukan pengaturan berdasarkan jens komodt atau hasl hutan yang hendak dmanfaatkan. Dantara aturan-aturan yang terkat dengan pemanfaatan jens hasl hutan adalah:

a. aturan pemanfaatan kayu

1) Agar konds hutan tetap lebat atau lestar maka d Nagar Guguak Malalo dtetapkan ketentuan adat untuk setap pemuda yang ngn menkah harus • Status kepemlkan atas tanah yang

dkelola, bersfat sementara yatu sepanjang ahl wars pengolah mash ada. Jka tdak ada lag pewarsnya maka tanah tersebut kembal ke pemlk ulayat.

70

menanam merant sebanyak 50 pohon dan kult mans sebanyak 100 batang.

2) Kepada perempuan yang ngn menkah dwajbkan membawa 2 batang bbt kelapa sebaga bekal yang bermanfaat bag mereka.

3) Untuk ulayat nagar hasl kayunya dpergunakan untuk kepentngan nagar. Penebangan hanya dperbolehkan untuk pembangunan rumah, mesjd dan musala dan tempat-tempat umum lannya, serta dengan menerapkan sstem tebang plh dan tebang tanam.

4) Kewajban membayar bungo kayu pada ulayat nagar, yang besarnya dtentukan oleh nnk mamak atas kesepakatan wal nagar.

5) Larangan melakukan penebangan secara besar-besaran untuk menghndar terjadnya longsor dan banjr bandang.91

b. aturan pemenfaatan rotan dan manau

1) Pengamblan rotan baru boleh dlakukan ketka tdak ada lag sumber pendapatan, bak karena kemarau panjang atau kejadan lannya.

2) Pengamblan rotan dan manau tdak dpungut bunga rmbo atau pajak.

c. aturan pengambilan madu

Untuk mejaga kelestaran sarang lebah agar tdak punah, setap pengamblan lebah dlarang membakar lebah ketka mengambl madu.

d. aturan membuka ladang atau parak

1) Keharusan untuk menanam tumbuhan kayu, sepert kayu merant dan tanaman yang berurat tunggang sebaga pengkat tanah agar tdak mudah longsor. 91 Wawancara dengan Can Malao Ketua pemuda dan pengelola hutan d Nagar Guguak Malalo tanggal 15 Oktober 2006

2) Tdak melakukan pembakaran untuk membuka ladang

3) Agar tdak terdapat tanah kosong d ulayat kaum dan ulayat suku, dznkan atau dbolehkan orang lan yang ngn menggarap ladang tersebut dengan sstem bag hasl.92

e. aturan pemetikan hasil buah-buahan

Pengaturan tentang larangan memetk buah-buahan muda dar pohon manggs dan duran. Pengaturan n merupakan bentuk kearfan lokal masyarakat. Memetk buah-buahan muda sepert duran, basanya dlakukan untuk dperam oleh masyarakat. Larangan pemetkan buah-buah muda pada pohon duran dan manggs berguna untuk menjaga proses fisiologis tumbuhan tersebut, sehngga produktvtas tdak terganggu oleh pemetkan buah muda.

f. aturan untuk perlindungan sumber daya lain

1) Untuk menjaga konds sunga dan mata ar yang mengar sawah, tambak kan dan ar danau, maka setap penebangan kayu bak dalam ulayat kaum, suku dan ulayat nagar dharuskan dengan sstem tebang plh dan sstem tebang tanam.

2) Memberkan sanks adat kepada orang yang mengambl kayu d hutan ulayat nagar sebaga sumber ar terbesar untuk pertanan, kolam dan danau yang dsebut dengan sanks dago berupa teguran dar KAN, yang jka sampa tga kal tdak dndahkan, maka nnk mamak kaumnya dpanggl ke kantor KAN untuk menanda tandang perjanjan. Jka perjanjan n dlanggar maka kaum mereka dtnggalkan secara adat.93

92 Wawancara dengan Sutan Mudo Pengelola Hutan tanggal 16 Oktober 2006 93 Wawancara dengan A. Dt Nan Kayo Ketua KAN Nagar Guguak Malalo Tanggal 09 Oktober 2006

72

g. aturan yang ditujukan untuk menjaga kestabilan tanah yang curam

Untuk menjaga kestablan tanah yang curam maka peranan dan fungs hutan sangat menentukan. Dengan demkan Nagar Guguak Malalo menetapkan aturan adat dalam pengelolaan hutan berupa hutan yang berada d dekat sunga dan hulu sunga dlarang dtebang, bak untuk kepentngan apapun. Selan tu d daerah-daerah yang danggap berbahaya (d pnggang bukt) juga kayunya dlarang untuk dtebang. Ketentuan n merupakan antaspas terjadnya tanah longsor, galodo dan banjr.94

Selan melalu aturan adat yang umumnya tdak tertuls, beberapa nagar juga mencoba untuk memperkuat tata aturan tentang hutan melalu Peraturan Nagar. Meskipun tidak spesifik mengatur tentang hutan, tetapi peraturan tersebut sangat mendukung bag praktek pengelolaan hutan yang dlakukan oleh masyarakat. Nagar Smanau merupakan salah satu nagar yang menjadkan peraturan nagar sebaga salah satu nstrumen hukum penguat. Nagar n telah menetapkan Peraturan Nagar yang berkatan dengan pelestaran dalam pengelolaan hutan, yatu Peraturan Nagar No. 04 Tahun 2003 tentang Keamanan, Ketertban, Kendahan dan Lngkungan Hdup.95 Walaupun lebh berdmens pada pengaturan keamanan, ketertban dan kendahan nagar, namun juga d dalamnya pengaturan pelestaran hutan. Sebagan pengaturan yang dtemukan dalam perna tersebut dtamplkan dalam tabel berkut:

94 Ibid.,

95 Peraturan Nagar No.04 Tahun 2003 tentang Keamanan, Ketertban, Kendahan dan Lngkungan Hdup. Perna juga mengatur tentang pengelolahan hutan, pelestaran lngkungan, yang mana nla-nlanya dambl dar nla-nla adat.

no Pasal Materi Pengaturan

1 Pasal 4, ayat b kewajban masyarakat memelhara lngkungan

2 Pasal 6, klasifikasi C, ayat 2, huruf c,

Angka 2,

Dlarang mengambl/menebang kayu untuk djual keluar daerah mula Parantan Rasan sampa ke Pandan dengan batas-batas Hulu Batang Smanau:

a. Sebelah barat sampa hulu Batang Smanau

b. Sebelah tmur sampa Muaro Bulansah c. Sebelah utara sampa Parantan Rasan d. Sebelah selatan sampa Pandan. 3 Pasal 6, klasifikasi C,

ayat 2, huruf c, Angka 3,

Dlarang menebang kayu d sepanjang jalan kabupaten

4 Pasal 6, klasifikasi C, ayat 2, huruf c,

Angka 4

Dlarang mengambl buah-buahan muda sepert: duran muda, manggs muda dan lan-lan sebaganya

5 Pasal 6, klasifikasi C, ayat 2, huruf c

Angka 5

Dlarang menebang buah-buahan yang ada dalam hutan sepert; peta, manggs, duran dan tungau-tungau.

6 Pasal 6, klasifikasi C, ayat 2, huruf c

Angka 6

Dlarang memlk/merusak tumbuh-tumbuhan yang menghaslkan buah dalam hutan kecual hutan hak mlk dan hak ulayat dan d lokas ladang sepert peta, duran, manggs dan lan sebaganya.

7 Pasal 6, klasifikasi A ayat 2 huruf a, angka 4,

Dlarang menangkap kan dengan menyentrum dan meracun kan dengan racun, sepert; putas, laknat dan sejensnya d Batang Smanau, Batang Kpek, Batang Kapujan, dan Batang Palangkh serta dseluruh anak-anak sunga dan d rumah-rumah.

Untuk menegakkan aturan tersebut, maka perna n juga mengatur sanks atas pelanggaran-pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuannya. Sanks yang dgunakan adalah sanks adat Nagar Smanau. Lengkapnya dtamplkan dalam tabel berkut.

74

no Pasal dan bentuk larangan Pasal sanksi dan mekanisme sanksi

1 Pasal 6, klasifikasi C, ayat 2, huruf c, Angka 2, tentang, larangan mengambl/ menebang kayu untuk djual keluar daerah mula Parantan Rasan sampa ke Pandan

• Pasal 8 ayat 2 huruf c, Angka 2: Dkenakan sanks dengan denda sebesar Rp.

1.000.000,-• Pasal 8 ayat 2 huruf c, angka 4: Apabla orang yang melanggar mash melakukan pelanggaran, maka segala urusan orang yang melanggar dan keluarganya dengan Pemerntahan Nagar Smanau tdak dlayan. 2 Pasal 6, klasifikasi C, ayat

2, huruf c, Angka 3, tentang, larangan menebang kayu d sepanjang jalan kabupaten

• Pasal 8 ayat 2 huruf c, Angka 2: Dkenakan sanks dengan denda sebesar Rp.

1.000.000,-• Pasal 8 ayat 2 huruf c, angka 4: Apabla orang yang melanggar mash melakukan pelanggaran, maka segala urusan orang yang melanggar dan keluarganya dengan Pemerntahan Nagar Smanau tdak dlayan. 3 Pasal 6, klasifikasi C, ayat

2, huruf c, Angka 4, tentang larangan mengambl buah-buahan muda sepert: duran muda, manggs muda dan lan-lan sebaganya

• Pasal 8 ayat 2, huruf c, angka 3: Dkenakan denda 5 sak semen. • Pasal 8 ayat 2 huruf c, angka 4:

Apabla orang yang melanggar mash melakukan pelanggaran, maka segala urusan orang yang melanggar dan keluarganya dengan Pemerntahan Nagar Smanau tdak dlayan. 4 Pasal 6, klasifikasi C,

ayat 2, huruf c, Angka 5, tentang larangan menebang buah-buahan yang ada dalam hutan sepert; peta, manggs, duran dan tungau-tungau.

• Pasal 8 ayat 2, huruf c, angka 3: Dkenakan denda 5 sak semen. • Pasal 8 ayat 2 huruf c, angka 4:

Apabla orang yang melanggar mash melakukan pelanggaran, maka segala urusan orang yang melanggar dan keluarganya dengan Pemerntahan Nagar Smanau tdak dlayan 5 Pasal 6, klasifikasi C, ayat

2, huruf c, Angka 6, tentang larangan memlk/merusak tumbuh-tumbuhan yang menghaslkan buah dalam hutan kecual hutan hak mlk dan hak ulayat dan d lokas ladang sepert peta, duran, manggs dan lan sebaganya

• Pasal 8 ayat 2, huruf c, angka 3: Dkenakan denda 5 sak semen. • Pasal 8 ayat 2 huruf c, angka 4:

Apabla orang yang melanggar mash melakukan pelanggaran, maka segala urusan orang yang melanggar dan keluarganya dengan Pemerntahan Nagar Smanau tdak dlayan

6 Pasal 6, klasifikasi A ayat 2 huruf a, angka 4 tentang larangan menangkap kan dengan menyentrum dan meracun kan dengan racun, sepert; putas, laknat dan sejensnya d Batang Smanau, Batang Kpek, Batang Kapujan, dan Batang Palangkh serta dseluruh anak-anak sunga dan d rumah-rumah.

P Pada pelanggaran jens n dgunakan sanks yang bertngkat yang ddasar pada pematuhan pelanggar sanks yang telah dkenakan sanks sebelumnya, dalam artan sanks akan dtambah apabla pelanggar mengulang perbuatannya. Hal n dapat dlhat dalam Pasal 8 ayat 2, huruf a, angka:

1. Dpanggl dan dber perngatan pertama, agar menghentkan kegatan dengan sepengetahuan nnak mamak pusakonya.

2. Dpanggl dan dber perngatan kedua, dkut penytaan barang bukt.

3. Dpanggl dan dber perngatan ketga atau terakhr dkenakan sanks atau denda sebesar 5 sak semen perorang.

4. Apabla yang bersangkutan tdak mengndahkan ketentuan sebagamana angka 3 tersebut datas dan mash melakukan pelanggaran, maka segala urusan yang bersangkutan dan keluarganya dengan pemerntahan nagar tdak dlayan.

5. Apabla yang bersangkutan mash melakukan pelanggaran, dserahkan ke aparat yang berwenang sesua dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3. Sanksi

Sanks merupakan nstrumen yang dyakn oleh masyarakat dperlukan untuk menegakkan norma hukum adat dan peraturan nagar yang dmlk. Karena tu kehadran sanks akan selalu ada untuk mendampng norma keharusan dan larangan sebaga hukum materl yang dmlk. In pentng, untuk membuktkan bahwa past akan ada resko bag s pelanggar. Sanks n ada yang dcantumkan dalam peraturan nagar. Namun sanks tersebut baru merupakan

76

sebagan. D luar apa yang dtemukan dalam teks peraturan nagar, juga dtemukan sanks-sanks adat yang lannya. Beberapa hal yang perlu dkemukakan terkat dengan sanks-sanks tersebut adalah:

a. Tngkatan sanks adat dterapkan berdasarkan ukuran tngkat kepatuhan pelanggar atas norma yang ada, dan dampak buruk perbuatan pelanggar bag hubungan sosal, budaya, relg dan ekolog. Tngkatan sanks tersebut adalah teguran96, denda, rehabltas, dan dbuang sepanjang adat.97

b. Sanks yang datur dalam perna otortas pemutus dan pelaksananya adalah wal nagar atau lembaga lan yang dtetapkan wal nagar. Basanya dlmpahkan ke KAN. Sedangkan penjatuhan sanks adat yang tdak tertuls menjad otortas nnk mamak dengan sepengetahuan dan legtmas KAN.

c. Beberapa jens sanks yang saat sekarang n serng dberkan terhadap pelanggaran, berdasarkan tngkatan sanks yang dsebutkan datas adalah:

1) Jka terjad pelanggaran, maka pelanggaran tersebut dlaporkan/dsampakan kepada mamak s pelanggar untuk dtegur dan menganjurkan penghentan penebangan atau perngatan terhadap pelanggar pantangan adat yang berlaku, sepert ke sawah har jumat, menjemur pad har mnggu, dan

bakaua.98

2) Denda 3 sak semen terhadap penangkapan kan dengan racun atau denda 5 sak semen kepada orang 96 Teguran dlakukan oleh nnk mamak.

97 Sanks yang palng tngg dalam komuntas adat Mnangkabau umumnya dan NAGARI SIMANAU, yang berkonsekuens pada dcabutnya hubungan matrlneal terhadap terhukum sehngga menghlangkan hak dan kewajbannya

Dalam dokumen Dinamika Hutan Nagari di Tengah Jaring J (Halaman 71-88)

Dokumen terkait