• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA KELAS X SMA NEGERI-4 PALANGKA RAYA TAHUN PELAJARAN 2009/2010 TENTANG TATA NAMA SENYAWA ANORGANIK SKRIPSI OLEH ARPANI ACC 105 015 UNIVERSITAS PALANGKARAYA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGGUNAAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA KELAS X SMA NEGERI-4 PALANGKA RAYA TAHUN PELAJARAN 2009/2010 TENTANG TATA NAMA SENYAWA ANORGANIK SKRIPSI OLEH ARPANI ACC 105 015 UNIVERSITAS PALANGKARAYA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKA"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA KELAS X SMA NEGERI-4 PALANGKA RAYA TAHUN PELAJARAN 2009/2010 TENTANG TATA NAMA SENYAWA ANORGANIK

SKRIPSI

OLEH ARPANI ACC 105 015

UNIVERSITAS PALANGKARAYA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelajaran kimia merupakan bagian dari pengajaran IPA yang konsep-konsepnya merupakan konsep yang berjenjang, berkembang dari konsep-konsep yang sederhana menuju konsep-konsep yang lebih kompleks. Suatu konsep kimia yang kompleks hanya dapat dikuasai jika konsep-konsep yang mendasar telah benar-benar dipahami. Dengan demikian untuk memahami konsep yang lebih tinggi tingkatannya perlu pemahaman yang benar terhadap konsep dasar yang membangun konsep tersebut.

Ilmu kimia merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan eksperimen yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam; khususnya yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat. Oleh sebab itu, mata pelajaran kimia di SMA mempelajari segala sesuatu tentang zat yang meliputi komposisi, struktur dan sifat yang melibatkan keterampilan dan penalaran. Ilmu kimia merupakan produk (pengetahuan kimia yang berupa fakta, teori, prinsip, hukum) temuan saintis dan proses (kerja ilmiah). Sehingga, dalam penilaian dan pembelajaran kimia harus memperhatikan karakteristik ilmu kimia sebagai produk dan proses.

(3)

pembelajaran sebagai suatu acuan sejauh mana siswa telah memahami konsep suatu materi pelajaran yang telah disampaikan. Sebagian besar konsep-konsep kimia masih merupakan konsep yang abstrak bagi siswa dan bahkan meraka sendiri tidak mengenali konsep-konsep kunci ataupun hubungan antar konsep yang diperlukan untuk memahami konsep tersebut. Akibatnya siswa tidak membangun pemahaman konsep-konsep kimia yang foundamental pada awal mereka belajar kimia.

Salah satu pernyataan dalam teori Ausubel adalah bahwa faktor yang paling penting dalam mempengaruhi pembelajaran adalah apa yang telah diketahui siswa (pengetahuan awal). Jadi supaya belajar jadi bermakna, maka konsep baru harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang ada dalam struktur kognitif siswa. Ausuble belum menyediakan suatu alat atau cara yang dapat digunakan oleh guru untuk mengetahui konsep apa yang telah dimiliki siswa (Dahar, 1988). Berkenaan dengan itu Novak dan Gowin dalam Dahar (1988) mengemukakan bahwa cara untuk mengetahui konsep-konsep yang telah dimiliki siswa, supaya belajar bermakna berlangsung dapat dilakukan dengan pertolongan peta konsep.

(4)

konsep-konsep tersebut. Salah satunya adalah pembelajaran dengan menggunakan peta konsep

Berdasarkan pengalaman peneliti selama melaksanakan PPL (Praktek Pengalaman Lapangan) di kelas X SMA Nusantara Palangka Raya. Sebagian siswa sudah ada yang memahami tata nama senyawa kimia anorganik, namun sebagian siswa yang lainnya masih mengalami kesulitan dalam memahami materi tersebut.

Mengenai tata nama senyawa anorganik, Rano (1999) dalam penelitiannya melaporkan bahwa rerata skor siswa kelas III IPA SMA Negeri 1 Palangka Raya dalam memahami konsep tata nama ion dan senyawa kompleks adalah 0,51 dan 0,38. Susanti (2000) melaporkan bahwa rata-rata skor siswa kelas I SMA Negeri 1 Palangka Raya dalam menuliskan nama senyawa molekul 0,72; senyawa ion biner 0,43; senyawa ion terner sebesar 0,66. Kemudian dalam penelitian Eliyana (2003) mengenai Kesulitan Mahasiswa Jurusan Pendidikan MIPA FKIP UNPAR Angkatan 2002/2003 dalam Menuliskan Nama dan Rumus Kimia Senyawa Anorganik melaporkan bahwa pada topik I (menentukan nama senyawa biner) sebesar 90,09 %; topik II (menentukan senyawa terner) sebesar 86,03 %; topik III (menentukan senyawa/ion kompleks) sebesar 94,85 %; topik IV (menentukan rumus kimia senyawa biner) sebesar 67,00 %; topik V (menentukan rumus kimia senyawa terner) sebesar 91,18 %; topik VI (menentukan rumus kimia senyawa/ion kompleks) sebesar 97,55 %.

(5)

1.2 Fokus Penelitian

Fokus dari penelitian ini adalah peningkatan pemahaman konsep siswa dengan menggunakan peta konsep terhadap tata nama senyawa anorganik (senyawa biner, poliatom, asam, dan basa).

1.3 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

1. Apakah pembelajaran dengan menggunakan peta konsep untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa pada pokok bahasan tata nama senyawa anorganik (senyawa biner, poliatom, asam dan basa) dapat diikuti oleh siswa dengan kemampuan yang berbeda?

2. Bagaimanakah perubahan pemahaman konsep siswa tentang tata nama senyawa anorganik (senyawa biner, poliatom, asam dan basa) setelah pembelajaran dengan menggunakan peta konsep?

1.4 Tujuan Penelitian

(6)

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1) Untuk guru, dapat memberikan informasi tentang pemahaman siswa dalam memahami konsep tata nama senyawa anorganik (senyawa biner, poliatom, asam dan basa) dengan menggunakan peta konsep.

2) Untuk siswa, dapat menggunakan peta konsep sebagai cara belajar alternatif dalam memahami konsep materi pelajaran kimia atau pun pelajaran yang lainnya.

(7)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Konsep

Konsep dapat didefinisikan dengan berbagai macam rumusan. Salah satunya adalah definisi yang dikemukakan oleh Carrol dalam Kardi (1997: 2) bahwa konsep merupakan suatu abstraksi dari serangkaian pengalaman yang didefinisikan sebagai suatu kelompok objek atau kejadian. Abstraksi berarti suatu proses pemusatan perhatian seseorang pada situasi tertentu dan mengambil elemen-elemen tertentu, serta mengabaikan elemen yang lain.

Tidak ada satu pun definisi yang dapat mengungkapkan arti yang kaya dari konsep atau berbagai macam konsep-konsep yang diperoleh para siswa. Oleh karena itu konsep merupakan penyajian internal dari sekelompok stimulus, konsep-konsep itu tidak dapat diamati, dan harus disimpulkan dari perilaku. Dahar (1988) menyatakan bahwa konsep merupakan dasar untuk berpikir, untuk belajar aturan-aturan dan akhirnya untuk memecahkan masalah. Dengan demikian konsep itu sangat penting bagi manusia dalam berpikir dan belajar.

2.2 Pemahaman Konsep

(8)

Pemahaman merupakan perangkat standar program pendidikan yang merefleksikan kompetensi, sehingga dapat mengantarkan siswa untuk menjadi kompeten dalam berbagai bidang kehidupan

Belajar atau mempelajari sesuatu, lebih diutamakan untuk lebih dahulu mempelajari konsepnya. Menurut Dahar (1989) belajar konsep merupakan hasil utama yang diperoleh dari suatu pendidikan. Karena konsep-konsep yang dipelajari tersebut merupakan landasan dasar dalam berpikir dan dasar proses mental yang lebih tinggi untuk merumuskan prinsip dan generalisasinya. Oleh sebab itu, pemahaman konsep sangat penting bagi siswa yang sedang belajar, dan dapat dikatakan bahwa pemahaman konsep merupakan tujuan akhir dari setiap proses pembelajaran.

2.3 Peta Konsep

(9)

Salah satu pernyataan dalam teori Ausubel adalah bahwa faktor yang paling penting dalam mempengaruhi pembelajaran adalah apa yang telah diketahui siswa (pengetahuan awal). Jadi supaya belajar jadi bermakna, maka konsep baru harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang ada dalam struktur kognitif siswa. Ausuble belum menyediakan suatu alat atau cara yang sesuai yang digunakan guru untuk mengetahui apa yang telah diketahui oleh para siswa (Dahar, 1988: 149). Berkenaan dengan itu Novak dan Gowin dalam Dahar (1988: 149) mengemukakan bahwa cara untuk mengetahui konsep-konsep yang telah dimiliki siswa, supaya belajar bermakna berlangsung dapat dilakukan dengan pertolongan peta konsep.

2.3.1 Ciri-Ciri Peta Konsep

Untuk membuat suatu peta konsep, siswa dilatih untuk mengidentifikasi ide-ide kunci yang berhubungan dengan suatu topik dan menyusun ide-ide-ide-ide tersebut dalam suatu pola logis. Kadang-kadang peta konsep merupakan diagram hirarki, dan kadang peta konsep itu memfokus pada hubungan sebab akibat. Agar pemahaman terhadap peta konsep lebih jelas, maka Dahar (1988: 153) mengemukakan ciri-ciri peta konsep sebagai berikut:

(10)

2) Suatu peta konsep merupakan suatu gambar dua dimensi dari suatu bidang studi atau suatu bagian dari bidang studi. Ciri inilah yang memperlihatkan hubungan-hubungan proposional antara konsep-konsep. Hal inilah yang membedakan belajar bermakna dari belajar dengan cara mencatat pelajaran tanpa memperlihatkan hubungan antara konsep-konsep.

3) Ciri yang ketiga adalah mengenai cara menyatakan hubungan antara konsep-konsep. Tidak semua konsep memiliki bobot yang sama. Ini berarti bahwa ada beberapa konsep yang lebih inklusif dari pada konsep-konsep lain.

4) Ciri keempat adalah hirarki. Bila dua atau lebih konsep digambarkan di bawah suatu konsep yang lebih inklusif, terbentuklah suatu hirarki pada peta konsep itu.

Peta konsep dapat menunjukkan secara visual berbagai jalan yang dapat ditempuh dalam menghubungkan pengertian konsep di dalam permasalahanya. Peta konsep yang dibuat murid dapat membantu guru untuk mengetahui miskonsepsi yang dimiliki siswa dan untuk memperkuat pemahaman konseptual guru sendiri dan disiplin ilmunya. Selain itu peta konsep merupakan suatu cara yang baik bagi siswa untuk memahami dan mengingat sejumlah informasi baru (Arends, 1997: 251).

2.3.2 Cara Menyusun Peta Konsep

(11)

Langkah 1: mengidentifikasi ide pokok atau prinsip yang melingkupi sejumlah konsep.

Langkah 2: mengidentifikasi ide-ide atau konsep-konsep sekunder yang menunjang ide utama

Langkah 3: menempatkan ide utama di tengah atau di puncak peta tersebut

Langkah 4: mengelompokkan ide-ide sekunder di sekeliling ide utama yang secara visual menunjukan hubungan ide-ide tersebut dengan ide utama.

Berdasarkan pendapat di atas dapat dikemukakan langkah-langkah menyusun peta konsep sebagai berikut:

1) Memilih suatu bahan bacaan

2) Menentukan konsep-konsep yang relevan

3) Mengelompokkan (mengurutkan) konsep-konsep dari yang paling inklusif ke yang paling tidak inklusif

4) Menyusun konsep-konsep tersebut dalam suatu bagan, konsep-konsep yang paling inklusif diletakkan di bagian atas atau di pusat bagan tersebut. Dalam menghubungkan konsep-konsep tersebut dihubungkan dengan kata hubung. Misalnya “merupakan”, “dengan”, “diperoleh”, dan lain-lain.

2.3.3 Jenis-Jenis Peta Konsep

(12)

1. Pohon Jaringan

Ide-ide pokok dibuat dalam persegi empat, sedangkan beberapa kata lain dihubungkan oleh garis penghubung. Kata-kata pada garis penghubung memberikan hubungan antara konsep-konsep. Pada saat mengkonstruksi suatu pohon jaringan, tulislah topik itu dan daftar konsep-konsep utama yang berkaitan dengan topik itu. Daftar dan mulailah dengan menempatkan ide-ide atau konsep-konsep dalam suatu susunan dari umum ke khusus. Cabangkan konsep-konsep yang berkaitan itu dari konsep utama dan berikan hubungannya pada garis-garis itu (Nur dalam Erman, 2003: 25).

Pohon jaringan cocok digunakan untuk memvisualisasikan hal-hal: - Menunjukan informasi sebab-akibat

- Suatu hirarki

- Prosedur yang bercabang 2. Rantai Kejadian

Nur dalam Erman (2003: 26) mengemukakan bahwa peta konsep rantai kejadian dapat digunakan untuk memberikan suatu urutan kejadian, langkah-langkah dalam suatu prosedur, atau tahap-tahap dalam suatu proses. Misalnya dalam melakukan eksperimen.

Rantai kejadian cocok digunakan untuk memvisualisasikan hal-hal:

 Memberikan tahap-tahap suatu proses

 Langkah-langkah dalam suatu prosedur

(13)

3. Peta Konsep Siklus

Dalam peta konsep siklus, rangkaian kejadian tidak menghasilkan suatu hasil akhir. Kejadian akhir pada rantai itu menghubungkan kembali ke kejadian awal. Seterusnya kejadian akhir itu menghubungkan kembali ke kejadian awal siklus itu berulang dengan sendirinya dan tidak ada akhirnya. Peta konsep siklus cocok diterapkan untuk menunjukan hubungan bagaimana suatu rangkaian kejadian berinteraksi untuk menghasilkan suatu kelompok hasil yang berulang-ulang.

1. Peta Konsep Laba-laba

Peta konsep laba-laba dapat digunakan untuk curah pendapat. Dalam melakukan curah pendapat ide-ide berasal dari suatu ide sentral, sehingga dapat memperoleh sejumlah besar ide yang bercampur aduk. Banyak dari ide-ide tersebut berkaitan dengan ide sentral namun belum tentu jelas hubungannya satu sama lain. Kita dapat memulainya dengan memisah-misahkan dan mengelompokkan istilah-istilah menurut kaitan tertentu sehingga istilah-istilah itu menjadi lebih berguna dengan menuliskannya di luar konsep utama.

2.4 Tes Merupakan Alat Penilaian Hasil Belajar Siswa

(14)

dapat pula digunakan untuk mengukur atau menilai hasil belajar bidang afektif dan psikomotoris.

Tes sebagai alat penilaian hasil belajar terbagi menjadi dua jenis yaitu tes uraian atau tes essay dan tes objektif. Tes uraian terdiri dari uraian bebas, uraian terbatas dan uraian berstruktur. Sedangkan tes objektif terdiri dari beberapa bentuk, yaitu bentuk pilihan benar-salah, pilihan berganda dengan berbagai variasinya, menjodohkan, dan isian pendek atau melengkapi. (Sudjana, 1989: 35)

2.5 Tata Nama Senyawa Kimia

Nama ilmiah suatu unsur mempunyai asal-usul bermacam-macam. Hal ini mendasari ahli kimia untuk menentukan suatu sistem tata nama senyawa di bawah naungan IUPAC (International Union Of Pure and Applied Chemistry). Sistem ini bertujuan untuk menyeragamkan penamaan senyawa kimia secara internasional sehingga mudah dipelajari oleh siapa pun. Sistem penamaan ini dibedakan menjadi dua, yaitu penamaan untuk senyawa organik dan senyawa anorganik. Penamaan senyawa-senyawa ini didasarkan pada rumus kimia dengan aturan-aturan tertentu. Beberapa aturan penamaan senyawa anorganik dijelaskan sebagai berikut.

2.5.1 Tata Nama Senyawa Biner

(15)

a. Senyawa Biner yang Terdiri Atas Unsur Logam dan Nonlogam

Aturan penamaan

1) Unsur yang berada di depan (logam) diberi nama sesuai dengan nama unsur tersebut.

2) Unsur yang berada di belakang (nonlogam) diberi nama sesuai dengan nama unsur tersebut dengan menambahkan akhiran –ida.

3) Muatan kation ditulis menggunakan angka Romawi (jika diperlukan). Unsur logam sebagai kation (ion positif) dan unsur nonlogam sebagai anion (ion negatif). Penulisan angka Romawi berlaku apabila unsur logam di dalamnya memiliki kation lebih dari satu macam.

Contoh:

Logam Fe memiliki kation Fe2+ dan Fe3+ sehingga penulisan nama senyawa

FeCl3: besi (III) klorida.

Rumus umum penggabungan kation dan anion pada senyawa biner:

Keterangan: Xa+ : kation

Yb- : anion

Perhatikan beberapa contoh berikut: Mg2+ + Cl- MgCl

2

Ag+ + Br- AgBr

Na+ + O2+ Na 2O

(16)

b. Senyawa Biner yang Terdiri Atas Unsur Nonlogam dan Nonlogam

Aturan penamaannya ditandai dengan awalan angka Yunani yang menyatakan jumlah atom nonlogam, diikuti dengan nama unsur dan diakhiri dengan akhiran –ida. Awalan angka Yunani:

mono : 1 heksa : 6

di : 2 hepta : 7

tri : 3 okta : 8

tetra : 4 nona : 9 penta : 5 deka : 10

Awalan ”mono” hanya dipakai pada unsur nonlogam yang kedua. Contoh:

CO = karbon monoksida CO2 = karbon dioksida

N2O5 = dinitrogen pentaoksida

2.5.2 Tata Nama Senyawa Poliatom

Senyawa poliatom adalah senyawa yang terdiri lebih dari dua macam unsur penyusun yang berbeda. Kebanyakan ion poliatom bermuatan negatif, kecuali ion amonium (NH4+) yang bertindak sebagai kation. Penamaan senyawa poliatom sama

(17)

a. Anion yang terdiri dari atom penyusun yang sama, untuk jumlah oksigen yang lebih sedikit diberi akhiran –it, dan untuk jumlah oksigen yang lebih banyak diberi akhiran –at.

Contoh:

SO32- : sulfit

SO42- : sulfat

b. Khusus untuk CN- dan OH- mendapat akhiran –ida

c. Anion yang mengandung unsur golongan VIIA (F, Cl, Br, dan I) urutan penamaan anion dengan jumlah oksigen terkecil sampai terbesar, yaitu: hipo + nama unsur + akhiran –it, nama unsur + akhiran –it, nama unsur + akhiran –at, sampai per + nama unsur + akhiran –at.

Contoh:

ClO- : hipoklorit

ClO2- : klorit

ClO3- : klorat

ClO4- : perklorat

Rumus penggabungan kation dan anion pada senyawa poliatom:

Contoh:

NH4+ + Cl NH4Cl : amonium klorida

K+ + CN- KCN : kalium sianida

Zn2+ + OH- Zn(OH)

2 : seng hidroksida

Fe3+ + SO

42- Fe2(SO4)3 : besi (III) sulfat

(18)

Mg2+ + SO

42- MgSO4 : magnesium sulfat

Tidak ditulis Mg2(SO4)2, karena rumus empirisnya MgSO4. Setelah menyebut nama

unsur depan, tidak diikuti angka Romawi karena magnesium hanya memiliki satu macam kation saja.

2.5.3 Tata Nama Senyawa Asam

Asam adalah zat yang didalam air larut dan terurai menghasilkan ion hidrogen (H+) dan ion negatif. Penamaan senyawa asam adalah dengan menyebutkan

kata ”asam” yang menggantikan kata ”hidrogen”, kemudian diikuti nama atom yang berikatan dengan hidrogen dan diakhiri dengan kata –ida. Contohnya sebagai berikut. HF = asam flourida

HCl = asam klorida HBr = asam bromida H2S = asam sulfida

Senyawa asam yang mengandung oksigen terbentuk dari reaksi oksida asam dengan air. Oksida asam ialah molekul yang terdiri atas unsur nonlogam dan oksigen. Contohnya sebagai berikut.

SO2 + H2O H2SO3

SO3 + H2O H2SO4

(19)

2.5.4 Tata Nama Senyawa Basa

Basa ditandai dengan adanya ion hidroksida (OH-). Penamaan selalu diakhiri

dengan anion hidroksida. Aturan Penamaan Senyawa basa adalah dengan menyebutkan nama unsur yang terikat pada ion OH- dan diikuti dengan kata

”hidroksida” Contoh:

(20)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif berusaha mengungkap gejala secara menyeluruh, dan sesuai dengan konteks melalui pengumpulan data dari latar alami dengan memanfaatkan peneliti sebagai instrumen kunci.

3.2 Pendekatan Penelitian dan Kedudukan Peneliti

Penelitian ini bersifat deskriptif. Kedudukan peneliti pada penelitian ini adalah sebagai partisipan artinya peneliti terlibat dalam proses pembelajaran dan berinteraksi langsung dengan siswa.

3.3 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri-4 Palangka Raya pada kelas X-7 dan X-8.

3.4 Tahap-Tahap Penelitian

(21)

1) Tahap Persiapan

Tahap persiapan ini meliputi perizinan, observasi sekolah dan penyusunan instrumen penelitian. Perizinan kegiatan penelitian diawali dengan pengajuan kepada Dekan FKIP UNPAR yang diketahui oleh Ketua Program Studi Pendidikan Kimia dan Ketua Jurusan Pendidikan MIPA. Kemudian dilanjutkan ke Dinas Pendidikan Kota Palangka Raya dan keluar surat izin tertanggal 10 November 2009. Surat izin tersebut digunakan sebagai pengantar ke tempat penelitian yaitu SMA Negeri-4 Palangka Raya.

Tahapan berikutnya adalah observasi ke Sekolah tempat dilakukannya penelitian. Observasi bertujuan untuk mengetahui keadaan sekolah, kurikulum yang digunakan dan bagaimana proses belajar mengajar yang terjadi di sekolah sasaran, terutama kelas X yang akan dijadikan sampel penelitian.

Setelah melakukan observasi sekolah, tahap selanjutnya adalah penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan tuntutan kurikulum yang berlaku untuk pokok bahasan Tata Nama Senyawa Kimia di kelas X. Langkah-langkah pembelajaran disesuaikan dengan acuan atau karakteristik metode atau strategi pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran.

(22)

Program Studi Pendidikan Kimia. Instrumen divalidasi dengan mengoreksi semua lembar observasi dan angket respon yang telah disusun oleh peneliti, serta melakukan validasi isi terhadap soal tes pemahaman konsep berdasarkan kriteria yang telah ada. Pelaksanaan penelitian dapat dilakukan bila semua intrumen telah dianggap layak untuk digunakan sebagai alat pengumpul data.

2) Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan dilakukan proses pembelajaran pada kelas X-7 dan X-8 dengan menggunakan peta konsep. Kedua kelas tersebut dijadikan sebagai kelas eksperimen tanpa adanya kelas kontrol atau kelas pembanding. Artinya, kedua kelas tersebut mendapat perlakuan yang sama yaitu pembelajaran dengan menggunakan peta konsep. Masing-masing kelas tersebut sebelum pembelajaran dimulai terlebih dahulu diberikan pretes untuk mengetahui kemampuan awal yang dimiliki masing-masing siswa. Dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut.

 Guru mengajari siswa dalam membuat peta konsep.

 Siswa diberikan bahan bacaan dan mengaris bawahi konsep-konsep penting yang ada dalam bahan bacaan tersebut.

 Siswa diminta membuat peta konsep tentang tata nama senyawa anorganik dan mengumpulkanya.

 Siswa melengkapi peta konsep yang telah dibagikan oleh guru dengan teman sebangkunya (Peta konsep yang dibagikan tersebut seperti pada lampiran 1)  Jika peta konsep yang dibagikan oleh guru telah dilengkapi/diisi oleh siswa

(23)

 Guru menjelaskan materi pelajaran dengan menggunakan peta konsep diselingi tanya jawab dengan siswa.

 Guru dan siswa menyimpulkan materi pelajaran

Kegiatan akhir yang dilakukan adalah pelaksanaan postes. Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan data pemahaman konsep siswa setelah diberikan pembelajaran dengan menggunakan peta konsep. Soal yang digunakan pada saat pre-test dan pos-pre-test dalam penelitian ini adalah sama.

3) Tahap Analisis data

Setelah data-data terkumpul, maka peneliti melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Mengolah data pretes dan postes untuk mengetahui skor masing-masing siswa kemudian mendeskripsikan data pretes dan postes tersebut.

b) Mendeskripsikan peningkatan penguasaan konsep siswa pada setiap indikator hasil belajar dengan membandingkan prosentase peningkatan penguasaan konsep pretes dengan postes.

c) Mendeskripsikan hasil respon siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan peta konsep.

d) Mendeskripsikan jawaban siswa pada saat pretes dan postes serta membandingkan jawaban siswa tersebut agar dapat diketahui adanya peningkatan pemahaman konsep siswa.

4) Penarikan Kesimpulan

(24)

3.5 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah hasil tes pemahaman konsep yang berupa hasil pre-test dan pos-test.

3.6 Prosedur Pengumpulan Data

Data terdiri dari hasil tes kemampuan siswa pada saat pre-test dan pos-test. Tahapan penelitian dilaksanakan meliputi tiga tahapan yaitu pre-test, kegiatan pembelajaran dengan menggunakan peta konsep dan terakhir pos-test. Jadi, data pre-test diperoleh sebelum dilaksanakannya kegiatan pembelajaran dan data pos-pre-test diperoleh setelah kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Berikut ini adalah penjabaran dari pada alat pengumpulan data.

1) Soal Tes Pemahaman Konsep

Tes Pemahaman Konsep diberikan pada siswa sebelum dan sesudah pembelajaran berlangsung dengan tujuan untuk mengetahui pemahaman siswa sebelum dan sesudah pembelajaran. Tes ini berupa test tertulis berbentuk essay berjumlah 7 butir soal yang sudah divalidasi oleh 2 orang rater yaitu dosen program studi pendidikan kimia dan guru bidang studi kimia yang mengajar di SMA Negeri-4 Palangka Raya (instrumen dapat dilihat pada Lampiran 8)..

Validasi soal yang dilakukan hanya berupa validasi isi soal tentang pemahaman konsep. Kriteria pemberian skornya adalah sebagai berikut :

(25)

Skor “ 1 ” bila butir soal sudah komunikatif tetapi tidak sesuai dengan tujuan yang hendak diukur, atau tidak komunikatif tetapi sesuai dengan tujuan yang hendak diukur.

Skor “ 0 ” bila butir soal tidak komunikatif dan tidak sesuai dengan tujuan yang hendak diukur.

2) Lembar pengamatan pengelolaan pembelajaran dengan menggunakan peta konsep. Instrumen ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengelolaan pembelajaran dengan menggunakan peta konsep. Instrumen ini diisi oleh 2 orang pengamat yang duduk di tempat yang memungkinkan untuk dapat mengikuti dan mengamati pembelajaran (instrumen dapat dilihat pada Lampiran 9).

3) Angket

Angket yaitu pengumpulan data melalui sejumlah pertanyaan yang disampaikan kepada responden secara tertulis. Angket yang dipergunakan adalah angket tertutup, artinya alternatif jawaban sudah disediakan dan responden hanya memilih salah satu alternatif jawaban yang paling sesuai dengan pendapatnya. Angket yang digunakan berupa angkat respon siswa dan angket respon guru terhadap pembelajaran dengan menggunakan peta konsep (instrumen dapat dilihat pada lampiran 11 dan 12).

3.7 Pemeriksaan Keabsahan Data

(26)

validator. Hal ini bertujuan untuk memberikan informasi yang jelas tentang kualitas soal tes pemahaman konsep yang akan digunakan sebagai alat pengumpulan data.

3.7.1 Pengembangan Soal Tes Pemahaman Konsep.

Instrumen yang dipergunakan untuk mengumpulkan data pemahaman konsep dalam penelitian ini adalah berupa tes essai berjumlah 7 soal. Masing-masing soal memiliki skor maksimum sesuai dengan kriteria penilaian yang dibuat oleh peneliti sendiri (kriteria penilaian dapat dilihat pada Lampiran 4). Soal nomor 1 memiliki skor maksimum 3, soal nomor 2 memiliki skor maksimum 3, soal nomor 3 memiliki skor maksimum 3, soal nomor 4 memiliki skor maksimum 4, soal nomor 5 memiliki skor maksimum 4, soal nomor 6 memiliki skor maksimum 3, soal nomor 7 memiliki skor maksimum 24 . Setelah disusun, instrumen ini kemudian divalidasi oleh 2 orang penilai ahli (rater), yang meliputi penilaian terhadap keterbacaan soal (validasi isi) dan cakupan pertanyaan terhadap materi yang diujikan (validasi konstruk). Instrumen lain yang digunakan berupa angket dan lembar pengamatan/observasi, lengkap dengan kriteria penilaiannya.

Validasi dilakukan oleh dua orang rater yaitu dosen kimia dan guru bidang studi kimia SMA Negeri-4 Palangka Raya yang telah ditunjuk oleh Ketua Program Studi Pendidikan Kimia. Hasil validasi soal dapat dilihat dalam Tabel 1.

(27)

Tabel 1.

Data Hasil Validasi oleh 2 Validator

Butir Soal Validator 1 Validator 2 Rata-rata

1 2 2 2

2 2 2 2

3 2 2 2

4 2 2 2

5 2 2 2

6 2 2 2

7 2 2 2

3.8 Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu data tes pemahaman

konsep yang berupa hasil pretes dan postes dianalisis secara deskriptif. Selanjutnya data yang diperoleh digunakan perhitungan sebagai berikut.

a. Mean atau rata-rata ( x )

Dalam statistik, nilai rata-rata disebutnya dengan istilah rerata, rata-rata hitung, atau mean. Dengan demikian dapat disimpulkan aturan berikut.

Rata-rata = Banyaknya nilai dataJumlah nilai data

Atau dapat ditulis dengan rumus berikut. X = ∑ fi. xi

∑ f Keterangan: X = mean rata-rata

fi = frekuensi data ke-i dengan i = 1, 2, 3,……….., n

xi = nilai data ke-i dengan i = 1, 2, 3, …….., n

b. Modus

(28)

paling banyak c. Median

Median adalah nilai tengah setelah data diurutkan. Jika banyak data adalah ganjil maka median adalah nilai data yang terletak tepat ditengah-tengah. Jika banyak data adalah genap maka median adalah nilai rata-rata dari dua nilai data yang terletak ditengah.

d. Besar peningkatan kemampuan siswa

Besarnya peningkatan kemampuan siswa dari setiap soal dapat dihitung dengan menggunakan persamaan.

1. Besar kemampuan siswa per indikator saat pretes atau postes (%)

% kemampuan siswa pada setiap soal = ∑x

Skor tertinggi x jumlah siswa

Keterangan:

∑X = jumlah nilai yang dihasilkan seluruh siswa pada setiap soal 2. Besar peningkatan kemampuan siswa (%)

∆X = ∑X2 - ∑X1

Keterangan:

∆X = besarnya peningkatan kemampuan siswa dalam persen

∑X1 = kemampuan siswa setiap soal pada saat pretes (%)

∑X2 = kemampuan siswa setiap soal pada saat postes (%)

(29)

1. Mengurutkan siswa berdasarkan nilai ulangan dari nilai siswa yang paling tinggi sampai yang terendah

Gambar

Tabel 1. Data Hasil Validasi oleh 2 Validator

Referensi

Dokumen terkait

Pasar yang dimaksud dalam skripsi ini adalah pasar yang masyarakatnya menginginkan sesuatu barang ataupun kebutuhan yang instan, dimana maksud dari pasar disini adalah pasar

Menimbang, bahwa berdasarkan hal tersebut Majelis berpendapat terdakwa telah lalai dan kurang berhati-hati di dalam mengemudikan sepeda motor Honda Win BB 2191 M

 Mengolah hasil pengamatan dan identifikasi dalam bentuk laporan tentang hasil kebudayaan masyarakat Indonesia pada masa Islam;5.  Mempresentasikan hasil olahan telaah tentang

Therefore, this study sought to factually and empirically describe one basic dimension of the implementation of policies on population administration by taking the case in the

(1) kemampuan berbahasa, (2) kemampuan penalaran, dan (3) kemampuan mengenai dasar-dasar retorika. Sangatlah dapat dipahami jika kemampuan bahasa merupakan prasyarat

Tanah akan memiliki daya jerap terhadap air apabila di ukur dalam kedalaman yang berbeda, karena tanah yang bagian atas lebih banyak mengandung partikel debu di mana debu

Saat ini penggunaan PLC telah menggantikan piranti kontrol konvensional di industri karena kelebihan yang dimilikinya, diantaranya adalah fleksibel, deteksi dan koreksi kesalahan

menahan diri untuk tidak memukul sebisa mungkin juga merupakan sunnah Nabi SAW, karena Rasulullah tidak pernah memukul istri maupun pembantu beliau kecuali dengan pukulan ringan