• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH TUGAS AKHIR PANCASILA INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH TUGAS AKHIR PANCASILA INDONESIA"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH TUGAS AKHIR PANCASILA

Demokrasi Pancasila

Nama : R . PANGGALIH RESTU N

(11.02.8058)

Jurusan : D3 -Managemen Informatika

Dosen : M . KHALIS PURWANTO, M.M

KELOMPOK A

Sekolah Tinggi Managemen Informatika dan Komputer

AMIKOM

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan pada Tuhan yang Maha Kuasa karena berkat rahmat dan

nikmat kesempatan maka saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul tentang

“DEMOKRASI PANCASILA” ini dengan cukup baik.

Makalah ini saya buat dengan metode yang sederhana namun cukup efektif dalam

memberi abstraksi tentang bagaimana keadaan bangsa kita yang tercinta pada masa ini yang cukup

memprihatinkan dengan adanya kekerasan yang terjadi di beberapa wilayah Indonesia.

Adanya kekerasan itu membuat rakyat Indonesia telah kehilangan rasa cinta terhadap tanah

air. Padahal, pada hakikatnya, rakyat Indonesia pada masa dahulu adalah masa dimana kejayaan

demokrasi dan keadilan ditegakan. Masa dimana rakyat benar-benar mengamalkan nilai Pancasila

sebagai asas dalam mengapresiasikan cinta mereka terhadap bumi pertiwi ini.

Yang terakhir saya ingin mengucapkan terimakasih pada pihak yang telah membantu saya

dalam pembuatan makalah “DEMOKRASIPANCASILA”. Saya juga memohon maaf jika ada kesalahan dlam penulisan makalah ini karena saya tahu, makalah ini masih jauh dari sempurna.

Penulis

Yogyakarta, Oktober 2011

(3)

ABSTRAK

Semua bangsa dan Negara yang ingin berdiri kokoh kuat, tidak mudah terombang-ambing

oleh keras nya persoalan hidup berbangsa dan bernegara, sudah barang tentu perlu memiliki dasar

Negara dan ideologi Negara yang kokoh dan kuat pula. Tanpa itu, maka bangsa dan negara akan

rapuh.

Mempelajari nilai-nilai demokrasi Pancasila lebih dalam menjadikan kita sadar sebagai

Bangsa Indonesia yang memiliki jati diri dan harus diwujudkan dalam pergaulan hidup sehari-hari

untuk menunjukkan identitas bangsa yang lebih bermartabat dan berbudaya tinggi. Untuk itulah

kalian dapat menjelaskan demokrasi Pancasila sebagai dasar Negara dan ideologi Negara

menguraikan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar Negara dan ideologi Negara ,emumjukkan sikap

positif terhadap demokrasi Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, serta

menampilkan sikap positif terhadap Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat.

Kesimpulan yang dapat kita petik dari pembahasan tersebut diatas adalah bahwa di Negara

kita memang sudah diatur dalam UUD 145 baik itu mengenai keadilan, mensejahterakan rakyat,

dan juga menjaga keamanan rakyat dari serangan / gangguan dari luar dan dalam. Tetapi yang

sangat disayangkan adalah pelaksanaan para pemimpin Negaralah yang sangat disayangkan

karena tidak sesuai dengan apa yang telah diatur dalam UUD 1945, seperti kata pasal “Dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat”. Apakah hal ini memang terlaksana di Negara kita ?

Disamping pengertian demokrasi politik ada pengertian demokrasi sosial-ekonomi dan

diantara dua macam demokrasi ini ada hubungannya, yaitu bahwa demokrasi politik merupakan

alat atau jalan bagi tercapainya kesejahteraan social atau keadilan sosial atau demokrasi sosial

demokrasi.

Menyadari bahwa untuk kelestarian kemampuan dan kesaktian Pancasila itu, perlu

diusahakan secara nyata dan terus menerus penghayatan dan pengamamalan nilai-nilai luhur yang

terkandung di dalamnya oleh setiap warga negara Indonesia, setiap penyelenggara negara serta

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejarah telah mengungkapkan bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, yang

memberi kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia serta membimbingnya dalam mengejar

kehidupan lahir batin yang makin baik, di dalam masyarakat Indonesia yang adil dan makmur.

Bahwasanya Pancasila yang telah diterima dan ditetapkan sebagai dasar negara seperti

tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 merupakan kepribadian dan pandangan

hidup bangsa, yang telah diuji kebenaran, kemampuan dan kesaktiannya, sehingga tak ada satu

kekuatan manapun juga yang mampu memisahkan Pancasila dari kehidupan bangsa Indonesia.

Menyadari bahwa untuk kelestarian kemampuan dan kesaktian Pancasila itu, perlu

diusahakan secara nyata dan terus menerus penghayatan dan pengamamalan nilai-nilai luhur yang

terkandung di dalamnya oleh setiap warga negara Indonesia, setiap penyelenggara negara serta

setiap lembaga kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan, baik di pusat maupun di daerah.

B. Rumusan Masalah

Untuk menghindari adanya kesimpangsiuran dalam penyusunan makalah ini, maka penulis

membuat rumusan masalah yang akan dibahas diantaranya:

1. Apa arti Demokrasi Pancasila?

2. Bagaimana pengertian Partisipasi Rakyat?

3. Bagaimana penjabaran Landasan Hukum Negara Republik Indonesia?

4. Bagaimana penjabaran Tata Urutan Peraturan Perundangan?

5. Bagaimana pengertian Demokrasi Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia?

(5)

1. Pendekatan historis

Pembahasan historis Pancasila dibatasi pada tinjauan terhadap perkembangan rumusan Pancasila

sejak tanggal 29 Mei 1945 sampai dengan keluarnya Instruksi Presiden RI No.12 Tahun 1968.

Pembatasan ini didasarkan pada dua pengandaian, yakni:

1) Telah tentang dasar negara Indonesia merdeka baru dimulai pada tanggal 29 Mei 1945,

saat dilaksanakan sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan

Indonesia (BPUPKI);

2) Sesudah Instruksi Presiden No.12 Tahun 1968 tersebut, kerancuan pendapat tentang

rumusan Pancasila dapat dianggap tidak ada lagi.

Permasalahan Pancasila yang masih terasa mengganjal adalah tentang penghayatan dan

pengamalannya saja. Hal ini tampaknya belum terselesaikan oleh berbagai peraturan operasional

tentangnya. Dalam hal ini, pencabutan Ketetapan MPR No.II/MPR/1978 (Ekaprasetia Pancakarsa)

tampaknya juga belum diikuti upaya penghayatan dan pengamalan Pancasila secara lebih

„alamiah‟. Tentu kita menyadari juga bahwa upaya pelestarian dan pewarisan Pancasila tidak serta merta mengikuti Hukum Mendel.

Tinjauan historis Pancasila dalam kurun waktu tersebut kiranya cukup untuk memperoleh

gambaran yang memadai tentang proses dan dinamika Pancasila hingga menjadi Pancasila otentik.

Hal itu perlu dilakukan mengingat bahwa dalam membahas Pancasila, kita terikat pada rumusan

Pancasila yang otentik dan pola hubungan sila-silanya yang selalu merupakan satu kebulatan yang

utuh.

Sidang BPUPKI – 29 Mei 1945 dan 1 Juni 1945

Dalam sidang BPUPKI tanggal 29 Mei 1945, Mr. Muhammad Yamin menyampaikan telaah

pertama tentang dasar negara Indonesia merdeka sebagai berikut: 1) Peri Kebangsaan; 2) Peri

Kemanusiaan; 3) Peri Ketuhanan; 4) Peri Kerakyatan; 5) Kesejahteraan Rakyat. Ketika itu ia tidak

(6)

Pada tanggal 1 Juni 1945, dalam sidang yang sama, Ir. Soekarno juga mengusulkan lima (5) dasar

negara sebagai berikut: 1) Kebangsaan Indonesia; 2) Internasionalisme; 3) Mufakat atau

Demokrasi; 4) Kesejahteraan Sosial; 5) Ketuhanan Yang Berkebudayaan. Dan dalam pidato yang

disambut gegap gempita itu, ia mengatakan: “… saja namakan ini dengan petundjuk seorang

teman kita –ahli bahasa, namanja ialah Pantja Sila …” (Anjar Any, 1982:26).

Piagam Jakarta 22 Juni 1945

Rumusan lima dasar negara (Pancasila) tersebut kemudian dikembangkan oleh “Panitia 9” yang

lazim disebut demikian karena beranggotakan sembilan orang tokoh nasional, yakni para wakil

dari golongan Islam dan Nasionalisme. Mereka adalah: Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, Mr.

A.A. Maramis, Abikusno Tjokrosoejoso, Abdulkahar Muzakir, H.A. Salim, Mr. Achmad

Subardjo, K.H. Wachid Hasjim, Mr. Muhammad Yamin. Rumusan sistematis dasar negara oleh

“Panitia 9” itu tercantum dalam suatu naskah Mukadimah yang kemudian dikenal sebagai

“Piagam Jakarta”, yaitu: 1) Ke-Tuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemelukknya; 2) Menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab; 3) Persatuan

Indonesia; 4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan

perwakilan; 5) Mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Dalam sidang BPUPKI tanggal 14 Juli 1945, “Piagam Jakarta” diterima sebagai rancangan

Mukadimah hukum dasar (konstitusi) Negara Republik Indonesia. Rancangan tersebut – khususnya sistematika dasar negara (Pancasila) – pada tanggal 18 Agustus disempurnakan dan disahkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) menjadi: 1) Ketuhanan Yang

Maha Esa; 2) Kemanusiaan yang adil dan beradab; 3) Persatuan Indonesia; 4) Kerakyatan yang

dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan; 5) Keadilan sosial bagi

seluruh rakyat Indonesia; sebagaimana tercantum dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945.

Konstitusi RIS (1949) dan UUD Sementara (1950)

Dalam kedua konstitusi yang pernah menggantikan UUD 1945 tersebut, Pancasila dirumuskan

secara „lebih singkat‟ menjadi: 1) Pengakuan Ketuhanan Yang Maha Esa; 2) Perikemanusiaan; 3)

(7)

Sementara itu di kalangan masyarakat pun terjadi kecenderungan menyingkat rumusan

Pancasila dengan alasan praktis/ pragmatis atau untuk lebih mengingatnya dengan variasi sebagai

berikut: 1) Ketuhanan; 2) Kemanusiaan; 3) Kebangsaan; 4) Kerakyatan atau Kedaulatan Rakyat;

5) Keadilan sosial. Keanekaragaman rumusan dan atau sistematika Pancasila itu bahkan tetap

berlangsung sesudah Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang secara implisit tentu mengandung pula

pengertian bahwa rumusan Pancasila harus sesuai dengan yang tercantum dalam Pembukaan UUD

1945.

Instruksi Presiden RI No.12 Tahun 1968

Rumusan yang beraneka ragam itu selain membuktikan bahwa jiwa Pancasila tetap

terkandung dalam setiap konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia, juga memungkinkan

terjadinya penafsiran individual yang membahayakan kelestariannya sebagai dasar negara,

ideologi, ajaran tentang nilai-nilai budaya dan pandangan hidup bangsa Indonesia. Menyadari

bahaya tersebut, pada tanggal 13 April 1968, pemerintah mengeluarkan Instruksi Presiden RI

No.12 Tahun 1968 yang menyeragamkan tata urutan Pancasila seperti yang tercantum dalam

Pembukaan UUD 1945.

2. Pendekatan yuridis-konstitusional

Meskipun nama “Pancasila” tidak secara eksplisit disebutkan dalam UUD 1945 sebagai

dasar negara, tetapi pada alinea keempat Pembukaan UUD 1945 itu secara jelas disebutkan bahwa

dasar negara Indonesia adalah keseluruhan nilai yang dikandung Pancasila.

Dengan demikian tepatlah pernyataan Darji Darmodihardjo (1984) bahwa secara

yuridis-konstitusional, “Pancasila adalah Dasar Negara yang dipergunakan sebagai dasar mengatur-menyelenggarakan pemerintahan negara. … Mengingat bahwa Pancasila adalah Dasar Negara, maka mengamalkan dan mengamankan Pancasila sebagai Dasar Negara mempunyai sifat

imperatif/ memaksa, artinya setiap warga negara Indonesia harus tunduk-taat kepadanya. Siapa

saja yang melanggar Pancasila sebagai Dasar Negara, ia harus ditindak menurut hukum, yakni

(8)

Pernyataan tersebut sesuai dengan posisi Pancasila sebagai sumber tertinggi tertib hukum

atau sumber dari segala sumber hukum. Dengan demikian, segala hukum di Indonesia harus

bersumber pada Pancasila, sehingga dalam konteks sebagai negara yang berdasarkan hukum

(Rechtsstaat), Negara dan Pemerintah Indonesia „tunduk‟ kepada Pancasila sebagai „kekuasaan‟ tertinggi.

Dalam kedudukan tersebut, Pancasila juga menjadi pedoman untuk menafsirkan UUD

1945 dan atau penjabarannya melalui peraturan-peraturan operasional lain di bawahnya, termasuk

kebijaksanaan-kebijaksanaan dan tindakan-tindakan pemerintah di bidang pembangunan, dengan

peran serta aktif seluruh warga negara.

Oleh karena itu dapatlah dimengerti bahwa seluruh undang-undang, peraturan-peraturan

operasional dan atau hukum lain yang mengikutinya bukan hanya tidak boleh bertentangan dengan

Pancasila, sebagaimana dimaksudkan oleh Kirdi Dipoyudo (1979:107): “… tetapi sejauh mungkin juga selaras dengan Pancasila dan dijiwai olehnya …” sedemikian rupa sehingga seluruh hukum

itu merupakan jaminan terhadap penjabaran, pelaksanaan, penerapan Pancasila.

Demikianlah tinjauan historis dan yuridis-konstitusional secara singkat yang memberikan

pengertian bahwa Pancasila yang otentik (resmi/ sah) adalah Pancasila sebagaimana tercantum

dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945. Pelaksanaan dan pengamanannya sebagai dasar

negara bersifat imperatif/ memaksa, karena pelanggaran terhadapnya dapt dikenai tindakan

berdasarkan hukum positif yang pada dasarnya merupakan jaminan penjabaran, pelaksanaan dan

penerapan Pancasila.

Pemilihan Pancasila sebagai dasar negara oleh the founding fathers Republik Indonesia

patut disyukuri oleh segenap rakyat Indonesia karena ia bersumber pada nilai-nilai budaya dan

pandangan hidup bangsa Indonesia sendiri atau yang dengan terminologi von Savigny disebut

sebagai jiwa bangsa (volkgeist). Namun hal itu tidak akan berarti apa-apa bila Pancasila tidak

dilaksanakan dalam keseharian hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sedemkian rupa

dengan meletakkan Pancasila secara proporsional sebagai dasar negara, ideologi, ajaran tentang

(9)

D. Tujuan Yang Ingin Dicapai

Dalam penyusunan Makalah ini, penulis mempunyai beberapa tujuan, yaitu:

1. Penulis ingin mengetahui arti Demokrasi Pancasila sebenarnya

2. Pada hakekatnya, Pancasila mempunyai dua fungsi yaitu sebagai pandangan hidup dan sebagai

dasar negara oleh sebab itu penulis ingin menjabarkan keduanya.

3. Penulis ingin mendalami / menggali arti dari sila – sila Pancasila E. Sistematika Penulisan

Dalam penyelesaian penyusunan makalah ini penulis menggunakan studi kepustakaan, yaitu

(10)

BAB II

PEMBAHASAN

DEMOKRASI PANCASILA

A. Dasar dan Asas

Demokrasi (demos = rakyat kratos = pemerintahan ) adalah suatu sistem pemerintahan,

rakyat diikutsertakan dalam pemerintahan Negara menurut perkembangan sekarang, demokrasi

tidak hanya meliputi bidang pemerintahan / politik saja, tetapi juga bidang ekonomi, sosial dan

kebudayaan.

Disamping pengertian demokrasi politik ada pengertian demokrasi sosial-ekonomi dan

diantara dua macam demokrasi ini ada hubungannya, yaitu bahwa demokrasi politik merupakan

alat atau jalan bagi tercapainya kesejahteraan social atau keadilan sosial atau demokrasi sosial

demokrasi.

Apabila kita kita hubungkan satu dengan lainnya, maka jelas adalah demikian :

1. Mengenai sila keempat, yaitu kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan / perwakilan, kesimpulannya adalah bahwa :

a. Arti yang terkandung dalam istilah kerakyatan adalah bersifat cita-cita kefilsafatan, bahwa

Negara dan segala sesatu keadaan dan sifat daripada Negara adalah untuk keperluan seluruh rakyat

jadi lebih luas daripada pengertian demokrasi.

b. Pengertian demokrasi ini terkait kepada kata-kata permusyawaratan / perwakilan dan diambil

dalam arti cita-cita kefilsafatan serta dalam arti demokrasi politik yang diselenggarakan dalam

permusyawaratan / perwakilan, adapun cita-cita kefilsafatan demokrasi politik ini merupakan

syarat mutlak bagi tercapainya makud kerakyatan.

c. Di dalam pengertian kerakyatan terkandung pula cita-cita kefilsafatan demokrasi sosial politik.

d. Demokrasi politik adalah untuk mewujudkan persamaan dalam lapangan politik dan demokrasi

(11)

Demokrasi yang dikembangkan sekarang di Indonesia ialah demokrasi Pancasila.

Demokrasi Pancasila adalah paham demokrasi yang bersumber kepada kepribadian dan falsafah

hidup bangsa Indonesa, yang perwujudannya seperti ketentuan dalam pembukaan dan

Undang-Undang Dasar 1945.

Dasar dari demokrasi Pancasila adalah kedaulatan rakyat, seperti tercantum dalam

memberikaan Undang-undang. Pelaksanaan dasar ini terdapat dalam Pasal 1, Ayat (2),

Undang--Undang Dasar 1945 yang berbunyi, "Kedaulatan adalah di tangan rakyat dan dilakukan

sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat”.

Adapun asas demokrasi Pancasila terdapat dalam sila keempat Pancasila yang berbunyi,

Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.

Dalam demokrasi Pancasila rakyat adalah demokrasi, artinya rakyat sebagai keseluruhan

berhak ikut secara efektif mnentukan keinginan-keinginan dan pelaksana yang melaksanakan

keinginan - keinginan itu, dengan turut serta dalam menentukan garis-garis besar haluan negara

dan menentukan mandataris atau pimpinan nasional yang akan melaksanakan garis-garis haluan

negara itu.

B. Pancasila Sebagai Dasar Negara Republik Indonesia

Pancasila sebagai falsafah negara (philosohische gronslag) dari negara, ideologi negara,

dan staatside. Dalam hal ini Pancasila digunakan sebagai dasar mengatur pemerintahan atau

penyelenggaraan negara. Hal ini sesuai dengan bunyi pembukaan UUD 1945, yang dengan jelas

menyatakan “……..maka sisusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu”

C. Partisipasi Rakyat

Pengaturan partisipasi rakyat dalam kehidupan demokrasi itu secara positif ditentukan

dalam peraturan perundangan yang berlaku. Aturan permainan dalam kehidupan demokrasi diatur

secara melembaga. Ini berarti bahwa keinginan-keinginan rakyat itu disalurkan melalui lembaga -

lembaga perwakilan yang ada, yang dibentuk melalui pemilihan umum yang demokratis, Hasil

pemilihan umum itu mencerminkan keinginan rakyat untuk menentukan wakil-wakilnya yang

diharapkan akan menyuarakan aspirasinya.

(12)

pula harus disertai tanggung jawab yang besar atas penggunaan kebebasan itu.

Demokrasi Pancasila sebagai suatu sistem pemerintahan yang berdasarkan kedaulatan

rakyat. Rakyatlah yang menentukan bentuk dan isi pemerintahan yang dikehendakinya sesuai

dengan hati nuraninya. Dalam hal ini, sudah sewajarnya Pemerintah harus memfokuskan

perhatiannya kepada kepentingan rakyat banyak dalam rangka tercapainya kemakmuran yang

merata.

Segala langkah kebijaksanaan Pemerintah harus berdasarkan atas hasil musyawarah.

Keariffan dalam mengambil keputusan yang akan merubah pedoman dan garis kebijaksanaan itu

adalah sesuai dengan jiwa Pancasila. Kestabillan pemerintahan sebagai suatu syarat dapat

terlaksananya program-program haruslah tetap dapat menampung adanya perbedaan-perbedaan

pendapat didalam masyarakat, Adanya perbedaan pendapat itu adalah wajar asal penyelesaiannya

melalui aturan permainan dalam alam demokrasi itu sendiri dengan menaati bersama sistem

kelembagaan dan musyawarah serta selalu berpijak atas kepentingan rakyat sebagai keseluruhan.

Demokrasi Pancasila tidak saja demokrasi dalam bidang politik, yang hanya mengatur

tentang masalah politik negara atau hal yang berhubungan dengan penantian kenegaraan, tetapi

ju-ga menju-gatur masalah ekonomi, sosial, dan kebudayaan. Penju-gaturan pokok masalah itu terdapat di

dalam UUU 1945. Pengaturan itu dapat dilihat dalam Pasal 31 mengenai pendidikan, Pasal 32

mengenai kebudayaan, Pasal 33 mengenai perekonomian, Pasal 34 mengenai fakir miskin.

Dengan perkataan lain dapat dikatakan bahwa demokrasi Pancasila adalah demokrasi

politik, demokrasi ekonomi, demokrasi sosial dan kebudayaan. Dajam hal ini berarti bahwa dalam

bidang-politik, ekonomi, sosial dan kebudayaan, rakyat diikut sertakan dalam keterlihatannya

sehingga masalah itu dirasakan sebagii masalahnya dengan demikian, gagasan demokrasi sebagai

suatu perkembangan "populisme" (ketertiban atau ikut campur tanpa rakyat) diatur secara

konstitusional. Kunstilusional, yang dalam hal ini UUD 1945, telah meletakkan garis-garis pokok

kegiatan itu. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa demokrasi Pancasila mencakup

macam-macam demokrasi. Di samping sebagai demokrasi politik, ekonomi, sosial, dan

kebudayaan, juga sebagai demokrasi konstitusionail sebab demokrasi ini berdasar atas konstitusi,

(13)

D. Landasan Hukum

Dalam rangka pelaksanaan demokrasi Pancasila itu, pelaksanaannya mengikuti

aturan-aturan hukum hal ini sudah dengan sendirinya demikian karena lndonesia adalah negara

hukum. Dalam hubungan itu dikenalkan adanya tata urutan peratuan perundangan. Dalam hal ini,

Pancasila adalah sumber dari segala sumber hukum yang kemudian melahirkan sumber-sumber

hukum lainnya.

Sumber-sumber hukum itu adalah:

 Proklamasi 17 Agustus 1945;  Dekrit Presiden 5 Juli 1959;  UUD 1945;

 Supersemar (Surat Perintah 11 Maret 1966)

Sumber-sumber hukum diatas menurut landasan atas lahirnya peraturan-peraturan lainnya.

E. Tata Urutan Peraturan Perundangan

Tata urutan ini menggambarkan bahwa peraturan yang, atas merupakan pangkal bagi

peraturan yang lebih rendah. Akibatnya ialah peraturan yang lebih rendah itu tidak boleh

bertentangan dengan peraturan yang diatasnya.

Tata urutan itu adalah :

1. UUU 1945;

2. Ketetapan MPR;

3. Undang-Undang, dan Peraturan pemerintah pengganti Undang-undang;

4. Peraturan Pemerintah;

5. Keputusan Presiden;

6. Peraturan-peraturan pelaksanaan lainnya, seperti Peraturan Menteri, Instruksi Menteri, dan

lain-lain.

Demikianlah mengenai masalah tata peraturan perundangan dalam sistem pemerintahan di

(14)

F. Demokrasi Pancasila sebagai Way of Life

Disamping sebagai suatu sistem pemerintahan, demokrasi juga merupakan Way of life atau

cara hidup dalam bidang pemerintahan. Cara hidup itu ialah suatu cara yang dianggap paling

sesuai dalam rangka terselenggaranya pemerintahan yang teratur. dalam hal ini dikembangkan

suatu cara yang semua orang akan menyertainya kemana cara itu menjamin adanya ketertibban

dalam hidup bernegara. Tertib tetapi penuh dengan kedinamisan karena dinamika merupakan

suatu ciri dari suatu masyarakat yang hidup dan demokratis.

Demokrasi sebagai suatu cara hidup yang banyak antara lain meliputi hal-hal scbagai

berikut.

Pertama, Segala pendapat atau perbedaan pendapat mengenai masalah kenegaraan dan

lain-lain yang menyangkut kehidupan bangsa dan masyarakat diselesaikan lewat

lembaga-lembaga negara. Hal ini disebut bahwa penyelesaian itu melembaga artinya

lembaga-lembaga yang erat hubungannya dengan penyelesaian masalah itu melalui wakil-wakil

rakyat yang duduk didalam lembaga negara seperti DPR atau DPRD. Cara hidup ini akan

me-ngantarkan dan merupakan suatu kebiasaan menyelesaikan perselisihan melalui lembaga itu

sehingga masalah itu dapat diselesaikan dengan tertib dan teratur.

Kedua, diskusi, Sebagai suatu negara demokrasi, di mana rakyat diikutsertakan dalam

masalah negara, maka pertukaran pikiran yang bebas demi terselenggaranya kepentingan rakyat,

maka diskusi harus dibuka seluas-luasnya, Diskusi dapat berbentuk polemik di dalam media

massa, seperti surat kabar dan lain-lain. Didalam diskusi atau musyawarah sebagai landasan

kehidupan masyarakat dan warga demokrasi harus diberikan saluran. Dengan demikian, apa yang

dikehendaki oleh rakyat akan mudah diketahui. Seperti dikemukakan di atas, dalam rangka

pem-ahaman Pancasila, sangatlah sesuai dengan kerakyatan yang dipimpin oleh nikmat kebijaksanaan

dalam permusyawaratan/perwakilan. Dalam hal ini, semangat musyawarah, baik dalam

lembaga-lembaga perwakilan maupun dalam wadah-wadah lainnya seperri media massa sudah

(15)

Di bawah demokrasi Pancasila Indonesia dapat merasakan stabilitas Nasional yang cukup

memadai. Keamanan terkendali disektor ekonomi maju pesat pembangunan diupayakan dapat

merata ke pelosok-pelosok negeri, meskipun hanya sedikit yang berhasil. Target dari sistem

Demokrasi Pancasila adalah pembangunan ekonomi yang berencana, untuk kesejahteraan rakyat.

Karena stabilitas politik dan keamanan menjadi persoalan bangsa yang amat penting. Bagaimana

akan tercipta kesejahteraan tanpa situasi politik dan keamanan yang stabil, untuk itulah perlu

dibuat "Undang-Undang anti Subversi", sanksi bagi petualang politik dan pengacau keamanan.

Hasilnya cukup spektakuler. Rakyat khususnya masyarakat kelas menengah ke bawah merasakan

betul betapa tenang dan damai hidup dibawah sistem demokrasi Pancasila.

Demokrasi Pancasila sukses dalam beberapa hal tetapi tidak sukses dalam banyak hal.

Lemahnya pengawasan dalam proses pembangunan, ekonomi menyebabkan terjadinya

"negosiasi" antara elit kelas menengah. Kemunculan dikenal dengan korupsi, kolusi dan

nepotisme (KKN) yang menguasai hampir setiap birokrasi kegiatan, dari pusat merembet ke

daerah-daerah. Korupsi Indonesia pada masa ini persis seperti digambarkan. oleh seorang

negarawan sebagai ciri-ciri "Negara Lunak.", yaitu negara yang menjadikan praktek-praktek KKN

dan semacamnya sebagai kegiatan yang membudaya tanpa kemauan secara sungguh-sungguh

untuk memberantasnya. Akibatnya, negara diwarnai ketimpangan sosia1 ekonomi dan ketidak

adilan kehidupan rakyat.

G. Sila – Sila Pancasila

A. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha

Esa dan oleh karenanya manuasia percaya dan taqwa terhadap Tuhan YME sesuai dengan agama

dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.

B. Sila kemanusian Yang Adil dan Beradab

Kemanusiaan yang adil dan beradab menunjang tinggi nilai-nilai kemanusiaan, gemar

melakukan kegiatan –kegiatan kemanusiaan, dan berani membela kebenaran dan keadilan. Sadar bahwa manusia adalah sederajat, maka bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari

(16)

C. Sila Persatuan Indonesia

Dengan sila persatuan Indonesia, manusia Indonesia menempatkan persatuan, kesatuan,

serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara diatas kepentingan pribadi dan golongan.

Persatuan dikembangkan atas dasar Bhinneka Tunggal Ika, dengan memajukan pergaulan demi

kesatuan dan persatuan bangsa.

D. Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan

Perwakilan

Manusia Indonesia menghayati dan menjunjung tinggi setiap hasil keputusan musyawarah,

karena itu semua pihak yang bersangkutan harus menerimannya dan melaksanakannya dengan

itikad baik dan penuh rasa tanggung jawab. Disini kepentingan bersamalah yang diutamakan di

atas kepentingan pribadi atau golongan. Pembicaraan dalam musyawarah dilakukan dengan akal

sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur. Keputusan-keputusan yang diambil harus dapat

dipertanggung jawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat

dan martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan.

Dalam melaksanakan permusyawaratan, kepercayaan diberikan kepada wakil-wakil yang

dipercayanya.

E. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Dengan sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, manusia Indonesia menyadari

hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan masyarakat

Indonesia. Dalam rangka ini dikembangkan perbuatannya yang luhur yang mencerminkan sikap

dan suasana kekeluargaan dan gotong royong.

Untuk itu dikembangkan sikap adil terhadap sesama, menjaga kesinambungan antara hak

(17)

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat kita petik dari pembahasan tersebut diatas adalah bahwa di Negara

kita memang sudah diatur dalam UUD 145 baik itu mengenai keadilan, mensejahterakan rakyat,

dan juga menjaga keamanan rakyat dari serangan / gangguan dari luar dan dalam. Tetapi yang

sangat disayangkan adalah pelaksanaan para pemimpin Negaralah yang sangat disayangkan

karena tidak sesuai dengan apa yang telah diatur dalam UUD 1945, seperti kata pasal “Dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat”. Apakah hal ini memang terlaksana di Negara kita ?

Saran-Saran

Berdasarkan uraian diatas kiranya kita dapat menyadari bahwa Pancasila merupakan

falsafah negara kita republik Indonesia, maka kita harus menjunjung tinggi dan mengamalkan

(18)

DAFTAR PUSTAKA

1. Srijanto Djarot, Drs., Waspodo Eling, BA, Mulyadi Drs. 1994 Tata Negara Sekolah Menngah

Umum. Surakarta; PT. Pabelan.

2. Pangeran Alhaj S.T.S Drs., Surya Partia Usman Drs., 1995. Materi Pokok Pendekatan

Pancasila. Jakarta; Universitas Terbuka Depdikbud.

3. NN. Tanpa Tahun. Pedoman Penghayatan Dan Pengamalan Pancasila. Sekretariat Negara

Referensi

Dokumen terkait

diatas diatur secara eksplisit dalam Pasal 18 UUD 1945. 2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.. dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur

UUD 1945 Pasal 23 Ayat 2: Rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja negara diajukan oleh Presiden untuk dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat

Pancasila adalah dasar filsafat Negara Republik Indonesia yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945, dan di tetapkan oleh PPKI tanggal 18 Agustus 1945 bersama-sama

Apa yang diatur dalam Pasal 1 UU Nomor 1/PNPS/1965 tersebut sudah sesuai dengan Sila Pertama “ke-Tuhanan YME” dan Pasal 29 UUD 1945 yang melarang adanya

rumusan Pancasila yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 sesuai dengan. Ketetapan

Pembukaan UUD 1945yang merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, bahkan hal ini menjadi rangkaian kesatuan nilai dan norma yang terpadu.Batang Tubuh UUD 1945 terdiri

Masa jabatan Presiden (juga Wakil Presiden) adalah lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali untuk jabatan yang sama dalam satu masa jabatan saja (pasal 7 UUD 1945

Jika corak konstitusi tersebut diukur dari ketentuan-ketentuan mengeanai kebijakan perekonomian seperti yang diatur dalam Pasal 33 UUD 1945, maka dapat dikatakan bahwa UUD