• Tidak ada hasil yang ditemukan

D1 Pajak Surat Pemberitahuan SPT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "D1 Pajak Surat Pemberitahuan SPT"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA

STAN

KETENTUAN UMUM PERPAJAKAN

SURAT PEMBERITAHUAN

(SPT)

Pembimbing: Trihadi Waluyo

Disusun oleh:

1. Akira Ahmad Dani (2103160010)

2. Erlanda Anggriawan (2103160196)

3. Christofel Josua Nainggolan (2103160319) 4. Nur Rina Martyas Ningrum (2013160158)

5. Wahyu Roihan (2103160069)

6. Yoshua Clinton Haamonangan Pandiangan (2103160392)

(2)

BAB II

ISI

A. Pengertian dan Jenis Surat Pemberitahuan (SPT)

Menurut Undang-Undang No. 16 Tahun 2000 Angka 10 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, SPT (Surat Pemberitahuan) adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan atau pembayaran pajak, objek pajak atau bukan objek pajak dan atau harta dan kewajiban menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Pasal 1 angka 12 Undang-Undang KUP membagi jenia SPT terdiri dari dua yaitu SPT Masa dan SPT Tahunan:

1. SPT Masa

Surat Pemberitahuan untuk suatu Masa Pajak. Surat ini oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan atau pembayaran pajak yang terutang dalam suatau masa pajak pada suatu saat.

2. SPT Tahunan

Ini merupakan laporan pajak yang dilaporkan satu tahun sekali (tahunan) baik oleh wajib pajak badan mau pun pribadi, yang berhubungan dengan perhitungan dan pembayaran pajak penghasilan, objek pajak penghasilan, dan/atau bukan objek pajak penghasilan, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan peraturan pajak untuk satu tahun pajak, atau bagian dari tahun pajak.

Terdapat 10 jenis SPT Masa. SPT Masa tersebut dinamakan berdasarkan nomor pasal, dimana aturan pajak tersebut diatur, dan mereka adalah:

1. PPh Pasal 21/26

7. PPN (Pajak Pertambahan Nilai) 8. PPN bagi Pemungut

9. PPN bagi Pengusaha Kena Pajak Pedagang Eceran yang menggunakan nilai lain sebagai Dasar Pengenaan Pajak

10. Pajak Penjualan atas Barang Mewah

(3)

i. Kewajiban Pengisian SPT

Pasal 3 ayat 1 Undang-Undang KUP mengatur bahwa Wajib Pajak wajib mengisi SPT dengan benar, lengkap, dan jelas, dalam Bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan menandatangani serta menyampaikannya ke kantor DJP tempat Wajib Pajak terdaftar atau dikukuhkan atau tempat lain yang ditetapkan oleh Dirjen Pajak.

Yang dimaksud dengan mengisi SPT adalah mengisi formulir SPT, dalam bentuk kertas atau dalam bentuk elektronik, dengan benar, lengkap, dan jelas sesuai dengan petunjuk pengisian yang diberikan berdasarkan ketentuan umum perturan perundang-undangan perpajakan. Sementara itu, yang dimaksud dengan benar, lengkap, dan jelas dalam mengisi SPT adalah:

- Benar adalah benar dalam perhitungan, termasuk benar dalam penerapan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, dalam penulisan, dan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya;

- Lengkap adalah memuat semua unsur-unsur yang berkaitan dengan objek pajak da unsur-unsur lain yang harus dilapporkan dalam SPT;

- Jelas adalah melaporkan asal-usul atau sumber dari objek pajak dan unsur-unsur lain yang hharus dilaporkan dalam SPT

SPT yang syelah diisi denga benar, lengkap, dan jelas tersebut wajib disampaikan ke kantor DJP tempat Wajib Pjak terdaftar atau dikukuhkan atau tempat lain yang ditetapkan oleh Dirjen Pajak. Kewajiban penyampaian SPT oleh pemotong atau pemungut pajak dilakukan untuk setiap Masa Pajak.

ii. Kewajiban Penandatanganan SPT

Berdasarkan Pasal 3 Ayat 1 UU KUP, yang harus menandatangai Surat Pembertitahuan adalah Wajib Pajak. Selengkapnya bunyi Pasal tersebut adalah : Setiap Wajib Pajak wajib mengisi Surat Pemberitahuan dengan benar, lengkap, dan jelas, dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan menandatangani serta menyampaikannya ke kantor Direktorat Jenderal Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau dikukuhkan atau tempat lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.

Dari ketentuan di atas kita bisa membuat kesimpulan bahwa Wajib Pajak lah yang harus menandatangani SPT dan tidak ada pembedaan antara SPT Tahunan dan SPT Masa karena yang disebut adalah Surat Pemberitahuan secara umum. Dengan demikian, Wajib Pajak lah yang harus menandatangani SPT, baik SPT Masa maupun SPT Tahunan.

iii. Kewajiban Penyampaian SPT

(4)

 SPT Tahunan

- Wajib Pajak orang pribadi wajib menyampaikan SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak orang pribadi paling lama 3 (tiga) bulan setelah akhir Tahun Pajak

- Wajib Pajak badan wajib menyampaikan SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak badan paling lama 4 (empat) bulan setelah akhir Tahun Pajak. Wajib Pajak dapat memperpanjang jangka waktu penyampaian SPT Tahunan untuk paling lama 2 (dua) bulan sejak batas waktu penyampaian SPT Tahunan dengan cara menyampaikan pemberitahuan perpanjangan SPT Tahunan.

Pemberitahuan perpanjangan SPT Tahunan disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak sebelum batas waktu penyampaian SPT Tahunan berakhir, dengan dilampiri:

- Penghitungan sementara pajak terutang dalam 1 (satu) Tahun Pajak yang batas waktu penyampaiannya diperpanjang;

- Laporan keuangan sementara; dan

- Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang kedudukannya disamakan dengan Surat Setoran Pajak sebagai bukti pelunasan kekurangan pembayaran pajak yang terutang, dalam hal terdapat kekurangan pembayaran pajak.

Apabila SPT tidak disampaikan dalam jangka waktu penyampaian atau batas waktu perpanjangan penyampaian SPT, Wajib Pajak dikenai sanksi administrasi berupa denda sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 7 ayat (1) UndangUndang KUP.

 SPT Masa PPh

Wajib Pajak orang pribadi atau badan, baik yang melakukan pembayaran pajak sendiri maupun yang ditunjuk sebagai Pemotong atau Pemungut PPh wajib melaporkan SPT Masa paling lama 20 (dua puluh) hari setelah Masa Pajak berakhir, yaitu:

 PPh Pasal 4 ayat (2) yang dipotong;  PPh Pasal 4 ayat (2) yang dibayar sendiri;  PPh Pasal 15 yang dipotong;

 PPh Pasal 15 yang dipotong;  PPh Pasal 15 yang dibayar sendiri;

 PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 yang dipotong;

 PPh Pasal 23 dan/atau PPh Pasal 26 yang dipotong; dan/atau  PPh Pasal 25 dibayar

Wajib Pajak badan tertentu sebagai Pemungut Pajak wajib melaporkan PPh Pasal 22 yang dipungut dengan menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 22 paling lama 20 (dua puluh) hari setelah Masa Pajak berakhir.

Bendahara wajib melaporkan PPh Pasal 22 yang dipungut dengan menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 22 paling lama 14 (empat belas) hari setelah Masa Pajak berakhir.

 SPT Masa PPN

(5)

dan PPN kegiatan membangun sendiri dengan menggunakan SPT Masa PPN, paling lama akhir bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.

Pemungut PPN wajib melaporkan PPN atau PPN dan PPnBM yang telah dipungut, ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Pemungut PPN terdaftar paling lama akhir bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir. Orang pribadi atau badan yang bukan Pengusaha Kena Pajak wajib melaporkan PPN yang terutang atas kegiatan membangun sendiri (biasa disebut PPN KMS) yang telah disetor dengan menggunakan lembar ketiga Surat Setoran Pajak ke Kantor Pelayanan Pajak yang wilayahnya meliputi tempat bangunan tersebut, paling lama akhir bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir Orang pribadi atau badan yang bukan Pengusaha Kena Pajak wajib melaporkan PPN yang terutang atas pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean yang telah disetor (biasa disebut PPN JLN), dengan menggunakan lembar ketiga Surat Setoran Pajak ke Kantor Pelayanan Pajak yang wilayahnya meliputi tempat tinggal orang pribadi atau tempat kedudukan badan tersebut, paling lama akhir bulan berikutnya memperoleh penghasilan neto tidak melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 7 Undang-Undang PPh; atau

 Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menjalankan kegiatan usaha atau tidak melakukan pekerjaan bebas.

 Wajib Pajak orang pribadi yang dalam satu Tahun Pajak menerima atau memperoleh penghasilan neto tidak melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak dikecualikan dari kewajiban menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 25 dan SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi. Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menjalankan kegiatan usaha atau tidak melakukan pekerjaan bebas dikecualikan dari kewajiban menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 25.

iv. Kewajiban Pengambilan SPT

SPT dapat diambil di tempat sebagai berikut (PER-9/PJ/2009) :

 Kantor Pelayanan Pajak (KPP);

 Kantor Pelayanan, Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP);

 Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak;

 Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak;

 Pojok Pajak;

 Mobil Pajak;

(6)

aslinya. Surat pemberitahuan yang didapatkan melalui sistem komputer dan penggandaan memiliki kekuatan hukum yang sama dengan Surat Pemberitahuan yang diambil dari tempat-tempat yang ditetapkan.

v. Kewjiban Penyampaian SPT

WP menyampaikan SPT ke Kantor Direktorat Jenderal Pajak tempat WP terdaftar atau dikukuhkan, melalui (PMK-152/PMK.03/2009) :

 secara langsung oleh WP sendiri;

 kantor pos dengan bukti pengiriman surat; atau

 dengan cara lain, yaitu melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti pengirimansurat maupun e-Filling

Perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir yang dapat ditunjuk harus memenuhi syarat sebagai berikut:

 berbentuk badan;

 memiliki izin usaha jasa ekspedisi atau jasa kurir;

 mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak dan telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak; dan

 bersedia menandatangani perjanjian dengan Direktorat Jenderal Pajak. (KEP-518/PJ./2000)

Atas penyampaian SPT sebagaimana dimaksud diberikan tanda penerimaan surat dan atas penyampaian SPT melalui e-Filling diberikan Bukti Penerimaan Elektronik. Bukti Pengiriman surat atau tanda penerimaan surat serta Bukti Penerimaan Elektronik tersebut di atas menjadi bukti penerimaan SPT. Apabila Surat Pemberitahuan tidak lengkap, Kepala Kantor Pelayanan Pajak mengirimkan pemberitahuan kepada Wajib Pajak untuk melengkapi, sedangkan tanda bukti dan tanggal penerimaan kelengkapan Surat Pemberitahuan dianggap sebagai tanda bukti dan tanggal penerimaan Surat Pemberitahuan.

C. Kelengkapan Surat Pemberitahuan

Fungsi SPT Tahunan PPh Wajib Pajak orang pribadi adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang:

- pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri dan/atau melalui pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam 1 (satu) Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak;

- penghasilan yang merupakan objek pajak dan/atau bukan objek pajak; - harta dan kewajiban.

Setiap Wajib Pajak wajib mengisi SPT dengan benar, lengkap dan jelas, dalam Bahasa Indonesia dan menggunakan huruf latin, angka arab, satuan mata uang rupiah dan menandatangani serta menyampaikannya ke kantor Direktorat Jenderal Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau tempat lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak. Yang dimaksud benar, lengkap dan jelas dalam mengisi Surat Pemberitahuan adalah: - benar adalah benar dalam perhitungan, termasuk benar dalam penerapan ketentuan

(7)

- lengkap adalah memuat semua unsur-unsur yang berkaitan dengan objek pajak dan unsur-unsur lain yang harus dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan; dan

- jelas adalah melaporkan asal-usul atau sumber dari objek pajak dan unsur-unsur lain yang harus dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan

SPT Tahunan Lengkap adalah SPT Tahunan yang semua elemen SPT Tahunan Induk dan lampirannya telah diisi dengan lengkap, dilengkapi lampiran khusus, keterangan dan/ atau dokumen yang disyaratkan.

(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)

Berdasarkan lembar penelitian tersebut petugas penerima SPT Tahunan menyatakan apakah SPT yang disampaikan Wajib Pajak Lengkap atau Tidak Lengkap. Dalam hal SPT Tahunan lengkap dan ditandatangani oleh Wajib Pajak/Kuasa Wajib Pajak, petugas penerima SPT Tahunan memberikan Bukti Penerimaan SPT Tahunan. Sebaliknya apabila SPT tahunan tidak lengkap dan/atau tidak ditandatangani oleh Wajib Pajak/Kuasa Wajib Pajak, maka petugas penerima SPT Tahunan akan mengembalikan SPT Tahunan beserta lembar penelitian SPT Tahunan. Petugas peneliti SPT Tahunan menuliskan syarat kelengkapan SPT Tahunan yang perlu dilengkapi/diperbaiki pada kolom yang tersedia.

SPT Tahunan dinyatakan tidak lengkap dalam hal:

1. SPT Induk ditandatangani oleh kuasa Wajib Pajak tetapi tidak dilampiri dengan Surat Kuasa Khusus atau SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi ditandatangani oleh ahli waris tetapi tidak dilampiri dengan Surat Keterangan Kematian dari Instansi yang berwenang;

2. Terdapat elemen SPT Induk yang diisi tidak lengkap;

3. SPT Tahunan Kurang Bayar tetapi tidak dilampiri dengan Surat Setoran Pajak (SSP) atau sarana administrasi lain yang disamakan dengan SSP;

4. SPT Tahunan tidak atau kurang disertai dengan Lampiran pada Formulir atau Lampiran Keterangan dan/atau Dokumen yang Disyaratkan;

5. Lampiran "Daftar Pemotongan/Pemungutan yang Dipotong Pihak Lain atau Ditanggung Negara, Daftar Harta dan Kewajiban Pada Akhir Tahun dan Daftar Susunan Anggota Keluarga dalam SPT Tahunan PPh Orang Pribadi dilampirkan tetapi diisi tidak lengkap;

6. Terdapat Lampiran Khusus sebagaimana ditetapkan pada Lampiran IV butir I.A s.d. butir IV.A atau butir I.B s.d. butir IV.B atau butir I.C s.d. butir IV.C pada Peraturan Direktur Jenderal No.01/PJ./2016 yang diisi tidak lengkap;

7. SPT Induk hasil cetakan dari aplikasi e-SPT Tahunan yang disampaikan oleh Wajib Pajak tidak dilampiri dengan Media Penyimpanan Elektronik yang berisi Dokumen Elektronik SPT Tahunan;

8. e-SPT Tahunan yang Dokumen Elektroniknya disampaikan dengan menggunakan Media Penyimpanan Elektronik, tetapi isi datanya tidak sesuai dengan SPT Induk hasil cetakan yang disampaikan oleh Wajib Pajak;dan/atau

9. e-SPT Tahunan yang Dokumen Elektroniknya disampaikan dengan menggunakan Media Penyimpanan Elektronik tetapi tidak dapat diproses dalam aplikasi sistem informasi pada Direktorat Jenderal Pajak.

D. Cara Penyampaian dan Batas Waktu Penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT)

Cara

Penyampaia

n SPT

langsung

(14)

1. Langsung

- Pelaporan SPT Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi Sangat Sederhana

Pelaporan SPT Tahunan bagi wajib pajak yang memiliki penghasilan bruto tidak lebih dari Rp 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah) setahun dengan jenis penghasilan selain dari usaha atau pekerjaan bebas, ini artinya bahwa wajib pajak adalah karyawan perusahaan. Pelaporan ini sangat sederhana, hanya dengan mengisi 1 formulir saja yang di beri formulir 1770 SS. Data dasar untuk mengisi adalah bukti pemotongan PPh form 1721-A1 atau 1721-A2 ; Formulir SPT 1770 SS (lampiran 1)

- Pelaporan SPT Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi Sederhana

Pelaporan SPT Tahunan bagi wajib pajak yang memiliki penghasilan bruto lebih dari Rp. 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah) setahun dengan jenis penghasilan selain dari usaha atau pekerjaan bebas, ini artinya bahwa wajib pajak adalah karyawan perusahaan. Pelaporan ini lebih kompleks dari SPT Tahunan wajib pajak orang pribadi sangat sederhana. Ada beberapa formulir yang harus diisi oleh wajib pajak. Formulir pelaporan adalah formulir 1770 S. Data dasar pengisian adalah bukti pemotongan PPh Formulir 1721-A1 dan/atau dari Formulir 1721-A2 dan/atau Bukti Pemotongan PPh Pasal 21, tidak termasuk PPh Pasal 21 yang bersifat final : Formulir SPT 1770 S(lampiran 2)

- Pelaporan SPT Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi

Untuk yang satu ini agak lebih kompleks. Ini adalah cara pelaporan SPT Tahunan bagi wajib pajak yang memiliki penghasilan dari usaha atau pekerjaan bebas dan juga dari pemberi kerja lain. Ini artinya wajib pajak adalah bukan karyawan atau karyawan yang juga memiliki usaha sendiri (bebas). Formulir pelaporan adalah Formulir 1770. Data dasar pengisian bisa dari Formulir 1721-A1 dan/atau dari Formulir 1721-A2 dan/atau Bukti Pemotongan PPh Pasal 21, tidak termasuk PPh Pasal 21 yang bersifat final dan atau dengan SSP atas penghasilan dari usaha atau pekerjaan bebas : Formulir 1770(lampiran 3) Nah, setelah formulir SPT diisi dan dilengkapi persyaratannya, berikut ini tata cara menyampaikan SPT Tahunan2016:

1. Diserahkan secara Langsung. Yang dimaksud penyampaian secara langsung ini adalah dengan menyerahkannya pada TPT (Tempat Pelayanan Terpadu), pojok pajak, mobil pajak, atau tempat khusus penerimaan SPT Tahunan yang disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak. TPT sendiri tidak terbatas pada TPT KPP (Kantor Pelayanan Pajak) tempat wajib pajak terdaftar saja, melainkan juga TPT manapun.

2. Dikirim melalui pos / kurir / perusahaan jasa ekspedisi. Untuk pengiriman SPT Tahunan melalui cara ini, jangan lupa untuk memasukkan lembar SPT Tahunan ke dalam amplop cokelat yang telah dilekatkan lembar informasi amplop SPT Tahunan di bagian depan. Selain itu, tanda bukti dan tanggal pengiriman surat dianggap sebagai tanda bukti dan tanggal penerimaan dengan syarat SPT Tahunan tersebut telah sesuai dengan ketentuan.

(15)

Direktorat Jenderal Pajak (djponline.pajak.go.id); situs penyalur e-SPT; saluran suara digital yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak untuk Wajib Pajak tertentu; jaringan komunikasi data yang terhubung khusus antara Direktorat Jenderal Pajak dengan Wajib Pajak; serta saluran-saluran lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.

Contoh lembar informasi amplop SPT Tahunan yang dimaksud pada poin (2) di atas adalah seperti pada lampiran 4

2. e-filling

e-Filing adalah suatu cara penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) secara elektronik yang dilakukan secara online dan real time melalui internet pada website Direktorat Jenderal Pajak (http://www.pajak.go.id) atau Penyedia Layanan SPT Elektronik atau Application Service Provider (ASP).

Layanan e-Filing melalui website Direktorat Jenderal Pajak telah terintegrasi dalam layanan DJP Online (http://djponline.pajak.go.id). Bagi wajib pajak yang hendak menyampaikan laporan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi dengan menggunakan Formulir 1770S dan 1770SS dapat mengisi dan menyampaikan laporan SPT-nya secara langsung pada aplikasi e-Filing di DJP Online

Untuk penyampaian laporan SPT pajak lainnya, e-Filing di DJP Online menyediakan fasilitas penyampaian SPT berupa Loader SPT. Melalui Loader e-SPT ini, e-SPT yang telah dibuat melalui aplikasi e-e-SPT dapat disampaikan secara online tanpa harus datang ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP).

Untuk saat ini, SPT yang dapat diunggah pada Loader e-SPTDJP Online adalah SPT Tahunan PPh Orang Pribadi 1770 Formulir Tahun 2014, SPT Masa PPh Pasal 21/26 Formulir Tahun 2014, SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2) Formulir Tahun 2009 dan SPT Tahunan PPh Badan Formulir 1771.

Sedangkan, ASP yang telah ditunjuk Direktorat Jenderal Pajak adalah sebagai

Untuk Surat Pemberitahuan Masa, paling lama 20 (dua puluh) hari setelah akhir Masa Pajak

Untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak orang pribadi, paling lama 3 (tiga) bulan setelah

akhir Tahun Pajak

Untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak badan, paling lama 4 (empat) bulan setelah akhir

(16)

Dasar hukum atas batas waktu penyetoran pajak kurang bayar dan pelaporan SPT adalah UU KUP Nomor 28 Tahun 2007 dan PMK

nomor 242/PMK.03/2014 tentang Tata Cara Pembayaran dan Penyetoran Pajak.

No Jenis SPT Masa Batas Waktu

Pembayaran/Penyetoran

tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya

paling lama 20 (dua puluh) hari setelah Masa Pajak berakhir 2 PPh Pasal 4 ayat (2) yang

harus dibayar sendiri

tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya

tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya

5 PPh Pasal 15 yang harus dibayar sendiri

tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya

6 PPh pasal 21 yang dipotong oleh pemotong

tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya

7 PPh Pasal 23/26 yang dipotong oleh pemotong

tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya

8 PPh pasal 25 tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya

9 PPh Pasal 22, PPN, PPnBM atas impor

Bersamaan dengan saat pembayaran bea masuk. Atas impor harus dilunasi saat penyelesaian dokumen pemberitahuan pabean impor

tidak ada pelaporan

10 PPh Pasal 22, PPN, PPnBM atas impor yang dipungut DJBC

disetor dalam jangka waktu 1 (satu) hari kerja setelah dilakukan pemungutan pajak

melaporkan hasil pemungutannya secara mingguan paling lama pada hari kerja terakhir minggu berikutnya 11 PPh pasal 22 yang

dipungut Kuasa Pengguna Anggaran/Pejabat penanda tangan SPM

disetor pada hari yang sama dengan pelaksanaan

pembayaran/pencairan melalui KPPN

12 PPh pasal 22 yang dipungut bendahara

disetor pada 7 hari setelah pelaksanaan pembayaran

(17)

atas penyerahan barang yang dibiayai APBN/APBD, dengan menggunakan SSP an. Rekanan dan di tanda tangani Bendahara

Pajak berakhir

13 PPh pasal 22 yang

pemungutannya dilakukan oleh WP Badan tertentu

tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya

paling lama 20 (dua puluh) hari setelah Masa Pajak berakhir

14 PPN atau PPN dan PPnBM yang terutang dalam satu Masa Pajak

akhir bulan berikutnya paling lama akhir bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir

15 PPN yang terutang atas pemanfaatan BKP tidak berwujud dan/atau JKP dari luar pabean

tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya

16 PPN Kegiatan

Membangun Sendiri / PPN KMS

tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya

17 PPN, PPnBM yang dipungut pejabat penandatangan SPM sebagai pemungut PPN

disetor pada hari yang sama saat pelaksanaan

7 (tujuh) hari setelah tanggal pelaksanaan pembayaran

tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya

20 PPh Pasal 25 bagi Wajib Pajak dengan kriteria tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3b) Undang-Undang KUP yang melaporkan beberapa Masa Pajak dalam satu Surat Pemberitahuan Masa

dibayar paling lama pada akhir Masa Pajak terakhir

(18)

21 Pembayaran masa selain PPh Pasal 25 bagi Wajib Pajak dengan kriteria tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3b)

harus dibayar paling lama sesuai dengan batas waktu untuk masing-masing jenis pajak

No Jenis SPT Tahunan Batas Waktu

Pembayaran/Penyetoran

Batas Waktu Penyampaian/Pelaporan

SPT 1 Orang Pribadi sebelum Surat

Pemberitahuan Pajak

3 (tiga) bulan setelah akhir Tahun Pajak

2 Badan 4 (empat) bulan setelah

(19)

DAFTAR PUSTAKA

1. Suharso, Agus. (2015). Ketentuan Umum Perpajakan. Jakarta: Graha Ilmu

2. Sumber-sumber internet :

-

http://www.ilmuekonomi.net/2016/04/pengertian-fungsi-dan-jenis-jenis-spt.ht

-

http://www.ilmuekonomi.net/2016/04/pengertian-fungsi-dan-jenis-jenis-spt.html

-

http://dudiwahyudi.com/pajak/ketentuan-umum-dan-tatacara-perpajakan/siapakah-penandatangan-spt.html

-

http://pajaktaxes.blogspot.co.id/2015/01/wajib-pajak-yang-wajib-menyampaikan-spt.html

-

http://xpajak.blogspot.co.id/2013/05/pengambilan-dan-penyampaian-spt.html

- http://www.ortax.org/ortax/?mod=studi&page=show&id=76

- http://curcol.co/cara-menyampaikan-spt-tahunan-2016-1772

-

http://newsberi.blogspot.com/2016/03/cara-manual-atau-eflling-pelaporan-spt-tahunan-wajib-pajak-orang-pribadi.html

-

Referensi

Dokumen terkait

Khairi “Ketika tiang merariq saya berebeng pisuke, laguq araq masalah karena keluarge seninen tiang meleq pisuke saq penoq laloq dait melene kepeng pisuke bejulu ye ampqne ngawinan

Namun kenyataannya meskipun pembelajaran sudah berpusat pada siswa ( Student.. Centered Learning ), pada proses pembelajaran masih banyak siswa yang belum. melakukan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan evaluasi GAP untuk mengevaluasi proses, hasil dan faktor-faktor yang mempengaruhi

Tabel 3 menunjukkan bahwa variabel iklim keselamatan mempunyai hubungan signifikan dengan pelaksanaan keselamatan pasien (nilai signifikansi p < 0,05) pada

Romy kecil memiliki cita-cita menjadi seorang kyai, namun dewasa ini beliau malah menjadi seorang politikus, bahkan seorang petinggi partai politik yang saat

Ber pedoman pada Per pr es RI Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Bar ang dan Jasa Pemer intah beser ta per ubahan dan atur an tur unannya dan atur an ter kait lainnya ser ta

Untuk berada dalam persaigan tiga besar marketplace di Indonesia, Bukalapak harus tetap melakukan strategi pemasaran di televisi dengan mempertahankan isi iklan, dan

KEADAAN TEMPAT KERJA : - Bekerja dalam ruangan dengan kondisi umum tempat kerja dan lingkungan kerja tidak terdapat karakteristik yang berpengaruh negatif terhadap