• Tidak ada hasil yang ditemukan

DINAMIKA PERKEMBANGAN DAN KURIKULUM 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "DINAMIKA PERKEMBANGAN DAN KURIKULUM 2013"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

Materi 1.2

DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM 2013

JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH A. Latar Belakang

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai inspirasi penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dengan kata lain, kurikulum merupakan salah satu alat untuk menyiapkan peserta didik agar berkecakapan hidup sesuai dengan kondisi kehidupannya saat ini dan masa depan. Masa depan merupakan rentang waktu bagi peserta didik yang belajar pada masa kini dan untuk hidup berkelanjutan (sustainable) dengan segala tantangan abad ke-21. Kurikulum sebagai jantung pendidikan memiliki posisi strategis mulai dari ide, desain, dokumen, dan implementasinya. Pendidikan itu sendiri merupakan investasi esensial jangka panjang.

Perumusan pendidikan yang bervisi masa depan menjadi suatu keniscayaan walaupun tidak mudah untuk didskripsikan. Terdapat berbagai prediksi tentang kehidupan masa depan. Visi masa depan berkaitan dengan prediksi cerdas tentang masa kini dan trend yang mungkin akan terjadi dalam kehidupan abad ke-21. Salah satu esensi yang dapat dijadikan pertimbangan dalam merencanakan kurikulum adalah pencapaian kompetensi berpikir tingkat tinggi (high order thinking skills) untuk menyelsaikan masalah dengan berpikir kritis, inovatif, kreatif, demi kehidupan kebersamaan manusia dengan damai dan harmonis (to live together in peace and harmony). Dengan berpikir tingkat tinggi maka penciptaan kesempatan kerja di masa depan akan lebih terbuka dan lebih terakses dari segala keahlian masyarakat yang pada giliranya akan membangun peradaban kemanusiaan yang sejahtera.

(2)

dikembangkan, dan e) harus tahu hak dan kewajibannya, peran sertanya pada masyarakat, dan menjadi warga negara yang bertanggungjawab. Trend masa depan tersebut menjadi pertimbangan dalam menetapkan desain kurikulum terutama komponen kurikulum dalam aspek tujuan, isi/bahan, serta proses pembelajaran.

Selain itu, pengembangan kurikulum juga harus tetap mempertimbangkan dasar-dasar dan aspek akademik tentang kurikulum (ide, desain, dokumen, dan implementasi). Dalam aspek akademik kurikulum, peserta didik merupakan subjek pembelajar. Ini harus menjadi dasar rujukan utama dalam pengembangan kurikulum. Peserta didik, selain sebagai individu yang memiliki potensi dan bakat, ia juga merupakan bagian integral dari masyarakat Indonesia. Peserta didik yang akan menjalani kehidupan masa depan sebagai insan berkarakter, berkembang dalam masyarakat, dan akan membangun masyarakat dalam ekosistem pendidikan dan kebudayaan yang berkarakter berlandasakan semangat gotong royong.

Kurikulum merupakan bagian penting dalam pembangunan sehingga perbaikan kurikulum merupakan bagian dari pembangunan modal manusia Indonesia. Kurikulum diharapankan dapat mengubah masyarakat seperti yang dicita-citakan suatu bangsa. Kurikulum dapat menjadi wahana untuk melestarikan nilai-nilai luhur bangsa sekaligus mengembangkan potensi, bakat, dan minat peserta didik seoptimal mungkin untuk memenuhi kebutuhan masyarakat kini dan masa depan, menjadi bangsa yang mandiri, maju, adil, dan makmur seperti yang telah dicita-citakan dalam Rencana Pembangunan jangka Panjang Nasional. Kurikulum menjadi hal penting dalam pembangunan generasi suatu bangsa.

(3)

tertentu dari kurikulum. Perbaikan kurikulum 2013 pada saat ini lebih bersifat evaluasi formatif dengan melakukan perbaikan pada dokumen KI-KD, silabus, inspirasi pembelajaran dan penilaian hasil belajar, serta buku teks pelajaran.

Perbaikan kurikulum merujuk pada kebijakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang tertuang dalam Permendikbud Nomor 160 tahun 2014 tentang Pemberlakuan Kurikulum 2006 dan Kurikulum 2013. Pelaksanaan perbaikannya juga atas dasar masukan dari berbagai lapisan publik (masyarakat sipil, asosiasi profesi, perguruan tinggi, dunia persekolahan) terhadap ide, dokumen, dan implementasi kurikulum yang diperoleh melalui monitoring dan evaluasi dari berbagai media. Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi serta masukan publik tersebut, terdapat beberapa masukan umum, antara lain adanya pemahaman yang kurang tepat oleh masyarakat yang diakibatkan oleh format penyajian dan nomenklatur dalam Kurikulum 2013: (1) Kompetensi Dasar (KD) pada Kompetensi Inti 1 (KI-1) dan KD pada KI-2 yang dianggap kurang logis dikaitkan dengan karakteristik mata pelaajaran; (2) terindikasi adanya inkonsistensi antara KD dalam silabus dan buku teks (baik lingkup materi maupun urutannya); (3) belum ada pernyataan eksplisit dalam dokumen kurikulum tentang perlunya peserta didik lebih melek teknologi; (4) format penilaian dianggap terlalu rumit dan perlu penyederhanaan; (5) penegasan kembali pengertian pembelajaran saintifk yang bukan satu-satunya pendekatan dalam proses pembelajaran di kelas; (6) penyelerasan dan perbaikan teknis buku teks pelajaran agar mudah dipelajari oleh peserta didik.

Masukan publik terhadap ide kurikulum mengindikasikan perlunya penegasan kembali bahwa secara keseluruhan Kurikulum 2013 harus mewujudkan empat pilar belajar dari UNESCO, yaitu learning to know, learning to do, learning to live together in peace and harmony dan learning to be. Selain itu, kurikulum juga harus mendorong tercapainya perilaku positif dan pencegahan radikalisme. Di samping itu, perbaikan tetap dilakukan dalam konteks tujuan pendidikan nasional sebagaimana tertuang pada Pasal 31 ayat (3) dan Pasal 3 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

B. Perbaikan Kurikulum 2013

(4)

Nama kurikulum yang digunakan untuk kurikulum yang berlaku secara nasional tetap Kurikulum 2013. Hal ini berarti bahwa dokumen kurikulum yang diberlakukan sekarang adalah dokumen Kurikulum 2013 yang disempurnakan. Sesuai dengan kerangka pengembangan kurikulum, penyempurnaan Kurikulum 2013 ini bertujuan untuk menjaga agar terjadi konsistensi dan keselarasan antara ide, desain, dokumen, dan implementasi kurikulum.

Sehubungan dengan hal tersebut, perbaikan atau penyempurnaan kurikulum dilakukan agar tujuan yang menjadi cita-cita kita semua dapat terwujud, yaitu membangun manusia Indonesia yang cerdas, beriman, bertaqwa, berakhlak mulia. Untuk itu, pengembangan kurikulum tidak dapat dilepaskan dari konteks dan kebutuhan jangka panjang. Berbagai konteks yang perlu menjadi pertimbangan antara lain adalah upaya membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), demokrasi, keberagaman, pembanguan berkelanjutan, penegakkan hak asasai manusia, peningkatan kualitas hidup, dan pemeliaharaan lingkungan untuk menjami kehidupan yang sejahtera, aman, dan damai. Untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan sejumlah kompetensi, diantaranya adalah:

 kemampuan belajar dan berinovasi. Kemampuan ini didukung oleh

sejumlah kompetensi seperti: berpikir kritis dan penyelesaian masalah, kreativitas dan Inovasi, komunikasi, dan kolaborasi;

 kemampuan literasi digital, mencakup literasi informasi, literasi

Media, dan literasi teknologi;

 kecakapan hidup, mencakup feksibilitas dan adaptabilitas, inisiatif

dan mandiri, interaksi Lintas Sosial-Budaya, produktivitas dan akuntabilitas, kepemimpinan dan tanggung jawab;

 karakter moral, mencakup: cinta tanah air, nilai-nilai budi pekerti

luhur (jujur, adil, empati, penyayang, rasa hormat, kesederhanaan, pengampun, dan rendah hati).

(5)

perlu dilakukan secara berkesinambungan baik secara vertikal maupun secara horizontal. Keterkaitan antara konteks, kompetensi, dan mata pelajaran dapat digambarkan melalui diagram berikut:

Gambar 1 : Kerangka Pengembangan Kurikulum

(6)

Gambar 2. Curriculum Engineering (Perekayasaan Kurikulum)

(7)

Gambar 3. Pengembangan Kurikulum dan Evaluasi

2. Perbaikan Dokumen Kurikulum 2013 a. Substansi Perbaikan Dokumen Kurikulum

Perbaikan dokumen kurikulum diperlukan karena ada beberapa permasalahan, yaitu: Ketidakselarasan antara KI-KD dengan silabus dan buku. Kompleksitas pembelajaran dan penilaianpada sikap spiritual dan sikap sosial. Pembatasan kemampuan siswa melalui pemenggalan taksonomi proses berpikir antar jenjang. Penerapan proses berpikir 5M sebagai metode pembelajaran yang bersifat prosedural dan mekanistik.

(8)

Gambar 4 : Substansi Perbaikan Dokumen Kurikulum 2013

b. Hasil Perbaikan Dokumen Kurikulum

1). Koherensi Kurikulum

(9)

Gambar 5: Koherensi KI_KD dan Penyelarasan Dokumen

Proses perbaikan tersebut mengunakan prinsip bahwa KD bersifat dapat dipelajari (learnable), dapat diajarkan (teachable), dapat diukur (measurable), dan layak dipelajari (worth to learn). Lingkup Kompetensi dan Materi yang dirumuskan dalam KD mudah dipelajari oleh peserta didik sesuai dengan tingkat perkembangan psikologis dan aspek pedagogis. Lingkup Kompetensi dan Materi yang dirumuskan pada KD mudah diajarkan oleh guru sesuai dengan gaya belajar peserta didik, karakteristik mata pelajaran, karakteristik kompetensi, dan sumber belajar yang ada di lingkungan. Kompetensi dan materi yang diajarkan terukur melalui indikator yang mudah dirumuskan dan layak dilaksanakan. Kompetensi dan materi yang diajarkan mempunyai kebermaknaan bagi peserta didik sebagai bekal kehidupan.

2). Penataan Kompetensi Sikap Spiritual dan Sikap Sosial pada Semua Mata Pelajaran.

Hasil perbaikan Kurikulum 2013 meliputi adalah penyelarasan kurikulum dan penyelarasan KI-KD, silabus, dan buku. Hasil penyelarasan tersebut mencakup: penataan kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial pada semua mata pelajaran, dan pemberian ruang kreatiftas kepada guru dalam mengimplementasikan kurikulum

(10)

Gambar 6: penataan Kompetensi Sikap Spiritual dan Sikap Sosial

Penataan/penyajian kompetensi sikap KI-1 dan KI-2 disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran. KI-1 (Sikap Spiritual) dan KI-2 (Sikap Sosial) menjadi payung dalam proses pembelajaran kompetensi dasar KI-3 Pengetahuan dan KI-4 Keterampilan/Kecakapan dan Sikap dicapai melalui pembelajaran tidak langsung (Indirect teaching) sehingga pada perbaikan KI-KD, KD sikap tidak lagi dirumuskan.

(11)

Gambar 7: Contoh Penataan KI-1 dan KI-2

Untuk memudahkan guru memahami dokumen KI-KD, maka di samping penataan secara subtansi, penataan juga menyederhanakan format KI-KD. berikut contoh perubahan format KI-KI-KD.

Contoh Format lama KI-KD (sebelum perbaikan)

Mata Pelajaran IPA SMP Kelas VII

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR 1. Menghargai dan menghayati

ajaran agama yang dianutnya

1.1 Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang aspek fsik dan kimiawi, kehidupan dalam ekosistem, dan peranan manusia dalam lingkungan serta mewujudkannya dalam pengamalan ajaran agama yang dianutnya

2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan

keberadaannya

2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; objektif; jujur; teliti; cermat; tekun; hati-hati; bertanggung jawab; terbuka; kritis; kreatif; inovatif dan peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari 2.2 Menghargai kerja individu dan kelompok

dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi melaksanakan percobaan dan melaporkan hasil percobaan

(12)

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR 3. Memahami pengetahuan

(faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata

3.1 Memahami konsep pengukuran berbagai besaran yang ada pada diri, makhluk hidup, dan lingkungan fsik sekitar sebagai bagian dari observasi, serta pentingnya perumusan satuan terstandar (baku) dalam pengukuran 3.2 Mengidentifkasi ciri hidup dan tak hidup

dari benda-benda dan makhluk hidup yang ada di lingkungan sekitar

3.3 … 3.4 … 3.10… 4. Mencoba, mengolah, dan

menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifkasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori

4.1 Menyajikan hasil pengukuran terhadap besaran-besaran pada diri, makhluk hidup, dan lingkungan fsik dengan menggunakan satuan tak baku dan satuan baku

4.2 Menyajikan hasil analisis data observasi terhadap benda (makhluk) hidup dan tak hidup

4.3 …. 4.13 dst

Contoh Format Baru KI-KD (Perbaikan Tahap I Oktober 2015)

Mata Pelajaran IPA SMP Kelas VII

KOMPETENSI INTI 1 (SIKAP SPIRITUAL) Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya

KOMPETENSI INTI 2 (SIKAP SOSIAL)

Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya

Keterangan:

 Pembelajaran Sikap Spiritual dan Sikap Sosial dilaksanakan secara

tidak langsung (indirect teaching) melalui keteladanan, ekosistem pendidikan, dan proses pembelajaran Pengetahuan dan Keterampilan

 Guru mengembangkan Sikap Spiritual dan Sikap Sosial dengan

(13)

 Evaluasi terhadap Sikap Spiritual dan Sikap Sosial dilakukan

sepanjang proses pembelajaran berlangsung, dan berfungsi sebagai pertimbangan guru dalam mengembangkan karakter peserta didik lebih lanjut.

KOMPETENSI INTI 3 (PENGETAHUAN) KOMPETENSI INTI 4 (KETERAMPILAN)

3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata

4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifkasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori

KOMPETENSI DASAR KOMPETENSI DASAR 3.1 Menerapkan konsep pengukuran

berbagai besaran yang ada pada diri sendiri, makhluk hidup lain, dan benda-benda di sekitar, serta pentingnya penggunaan satuan standar (baku) dalam pengukuran

4.1 Menyajikan data hasil pengukuran dengan alat ukur yang sesuai pada diri sendiri, makhluk hidup lain, dan benda-benda di sekitar dengan menggunakan satuan tak baku dan satuan baku

3.2 Mengklasifkasikan makhluk hidup dan benda berdasarkan karakteristik yang diamati

4.2 Membuat skema siklus hidup beberapa jenis mahluk hidup yang ada di lingkungan sekitarnya, dan slogan upaya pelestariannya 3.3 Memahami konsep campuran dan zat

tunggal (unsur dan senyawa), sifat fsika dan kimia, perubahan fsika dan kimia dalam kehidupan sehari-hari

4.3 Menyajikan hasil penyelidikan atau karya tentang sifat larutan,

perubahan fsika dan perubahan kimia, atau pemisahan campuran

3.4 ……. 4.4 …..

3.11 Memahami sistem tata surya, rotasi dan revolusi bumi dan bulan, serta dampaknya bagi kehidupan di bumi

4.11 Menyajikan karya tentang dampak rotasi dan revolusi bumi dan bulan bagi kehidupan di bumi,

berdasarkan hasil pengamatan atau penelusuran berbagai sumber informasi

Contoh Format baru KI-KD Perbaikan Tahap II (Final Januari 2016)

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR MATEMATIKA SD/MI

KELAS: I

(14)

tersebut dicapai melalui proses pembelajaran intrakurikuler, ko-kurikuler, dan ekstrakurikuler.

Rumusan Kompetensi Sikap Spiritual yaitu “Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya”. Sedangkan rumusan Kompetensi Sikap Sosial yaitu “Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru”. Kedua kompetensi tersebut dicapai melalui pembelajaran tidak langsung (indirect teaching) yaitu keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah, dengan memperhatikan karakteristik mata pelajaran, serta kebutuhan dan kondisi peserta didik.

Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang proses pembelajaran berlangsung, dan dapat digunakan sebagai pertimbangan guru dalam mengembangkan karakter peserta didik lebih lanjut.

KOMPETENSI INTI 3

(PENGETAHUAN) KOMPETENSI INTI 4(KETERAMPILAN) 3. Memahami pengetahuan faktual

dengan cara cara mengamati

(mendengar, melihat, membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan di sekolah

4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia

KOMPETENSI DASAR KOMPETENSI DASAR 3.1 Menjelaskan makna bilangan

cacah sampai dengan 99 sebagai banyak anggota suatu kumpulan objek

4.1 Menyajikan bilangan cacah sampai dengan 99 yang bersesuaian dengan banyak anggota kumpulan objek yang disajikan

3.2 Menjelaskan bilangan sampai dua angka dan nilai tempat penyusun lambang bilangan menggunakan kumpulan benda konkret serta cara membacanya

4.2 Menuliskan lambang bilangan sampai dua angka yang

menyatakan banyak anggota suatu kumpulan objek dengan ide nilai tempat

3.3 Membandingkan dua bilangan sampai dua angka dengan menggunakan kumpulan benda-benda konkret

4.3 Mengurutkan bilangan-bilangan sampai dua angka dari bilangan terkecil ke bilangan terbesar atau sebaliknya dengan menggunakan kumpulan benda-benda konkret 3.4 Menjelaskan dan melakukan

penjumlahan dan pengurangan

(15)

KOMPETENSI DASAR KOMPETENSI DASAR

Perubahan substansi dan Format KI-KD juga diikuti dengan perubahan substansi dan format silabus. Prinsip perbaikan antara lain adalah untuk memudahkan guru memahaminya sehingga mudah diimplementasikan. Perbaikan silabus dilakukan meliputi hal-hal sebagai berikut:

Penataan penulisan dan format sehingga mudah dipahami oleh guru Penyajiannya lebih efsien (lebih dari100 halaman menjadi rata-rata 20

halaman per mapel) tanpa mengurangi substansi, dan tetap konsisten memperhatikan lingkup serta urutan tatanan pengetahuannya

Pemberian eksplanasi yang lebih jelas terhadap karakteristik mapel,

lingkup kompetensi, dan materi pembelajaran

Pernyataan pendekatan pembelajaran 5M tidak tertulis eksplisit,

sehingga memberi ruang kepada guru yang kreatif dapat mengembangkannya lebih jauh sesuai kepentingan pembelajaran

Kontekstualisasi pembelajaran

Disusunnya silabus mata pelajaran di SD dari Kelas I – VI (sebelumnya

semua berupa Silabus Tematik). Bagi sekolah dan guru yang kreatif memiliki ruang untuk mengembangkan pembelajaran tematik sesuai kebutuhan dan tingkat perkembangan anak.

Contoh Format Silabus Lama/Sebelum Perbaikan (Permendikbud

KI 1 : Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya

KI 2 : Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotongroyong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya

(16)

KI 4 : Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifkasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori

(17)

Contoh Format Perbaikan Silabus Final (Januari 2016)

I PENDAHULUAN

A. Rasional

B. Kompetensi Ilmu Alam Pendidikan Dasar dan Menengah C. Kompetensi Mata Pelajaran Kimia

D. Kerangka Pengembangan Kurikulum E. Pembelajaran dan Penilaian

F. Kontekstualisasi Pembelajaran Kimia sesuai dengan Keunggulan dan Kebutuhan Daerah serta Kebutuhan Peserta Didik

I I

KOMPETENSI DASAR, MATERI PEMBELAJARAN, DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN

Kelas X Kelas XI Kelas XII

3). Penataan Kompetensi yang tidak dibatasi oleh Pemenggalan Taksonomi Proses Berpikir

Kerangka kerja (framework) perbaikan rumusan KI-KD menggunakan landasan pengembangan tujuan pembelajaran menurut Anderson dan Krathwohl (2001). Penulisan tujuan dilakukan dengan menggunakan kuadran dengan sumbu proses kognitif dan dimensi pengetahuan. Dimensi pengetahuan terdiri dari: mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta.

 Mengingat: Menjelaskan jawaban faktual, menguji ingatan,

pengenalan

(18)

 Menerapkan: memahami kapan menerapkan, mengapa menerapkan,

dan mengenali pola penerapan ke dalam situasi baru, tidak biasa dan agak berbeda atau berlainan

 Menganalisis: memecahkan ke dalam bagian, bentuk dan pola  Mengevaluasi: berdasarkan kriteria dan menyatakan mengapa?  Menciptakan: Menggabungkan unsur-unsur ke dalam bentuk atau

pola yang sebelumnya kurang jelas

Menurut Taksonomi Anderson dkk, 2001, penulisan tujuan pembelajaran dalam bentuk Kompetensi Dasar (KD) merupkan perpaduan/pertemuan antara sumbu X sebagai dimensi proses kognitif dan dan dimensi kategori pengetahuan. Dimensi proses kognitif dimulai dari proses kognitif tingkat rendah (Low Order Thinking) sampai (high Order Thinking) yaitu Mengingat, Memahami, Menerapkan, Menganalisis, Mengevaluasi, dan Membuat. Sedangkan Dimensi Kategori Pengetahuan yaitu Pengetahuan Faktual, Konseptual, Prosedural, dan Metakognitif.

Anderson dan Krathwohl, 2001 telah membuat klasifkasi dari kategori pengetahuan seperti pada tabel berikut ini.

Jenis dan Subjenis Contoh

A. PENGETAHUAN FAKTUAL- Elemen-elemen dasar yang harus diketahui siswa untuk mempelajari satu disiplin ilmu atau untuk menyelesaikan mmasalah-masalah dalam disiplin ilmu tersebut

1. Pengetahuan tentang terminology

2. Pengetahuan tentang detail-detail elemen-elemen yang spesifk.

Kosakata teknis, symbol-simbol music. Sumber-sumber daya alam pokok, sumber-sumber informasi yang reliabel

B. PENGETAHUAN KONSEPTUAL – Hubungan-hubungan antar elemen dalam sebuah struktur besar yang memungkinkan elemen-elemennya berfungsi secara bersama-sama.

Periode waktu geologis, bentuk kepemilikan usaha bisnis

Rumus Pithagoras, hokum penawaran dan permintaan

Teori evolusi, Struktur Majelis Permusyawaratan Rakyat

(19)

keterampilan dalam

dengan cat air, algoritma pembagian seluruh bilangan

Teknik wawancara, metode ilmiah

Kriteria yang digunakan untuk menentukan kapan harus menerapkan prosedur hokum Newton, kriteria yang digunakan untuk menilai fsibilitas suatu metode.

D. PENGETAHUAN METAKOGNITIF – Pengetahuan tentang kognisi secara umum dan kesadaran dan pengetahuan tentang kognisi diri sendiri. 1. Pengetahuan strategis

2. Pengetahuan tentang tugas-tugas kogniti

3. Pengetahuan-diri

Pengetahuan tentang skema sebagai untuk mengetahui struktur suatu pokok bahasan dalam buku teks, pengetahuan tentang penggunaan metode penemuan atau pemecahan masalah Pengetahuan tentang macam-macam tes yang dibuat guru, pengetahuan tentang tuntutan beragam tugas kognitif

Pengetahuan bahwa diri (sendiri) kuat dalam ‘mengkritisi esai’ tetapi lemah dalam menulis esai; kesadaran tentag tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh diri (sendiri).

Pada dokumen Kurikulum 2013 versi lama, rumusan KD dibatasi oleh taksonomi SD hanya sampai pada tingkat memahami, SMP menerapkan, dan mencipta di SMA. Demikian juga dengan dimensi pengetahuan, di SD hanya sampai konseptual, SMP sampai prosedural, dan SMA metakognitif. Penataan ini berdampak pada proses pembelajaran, seolah-seolah siswa cukup sampai pada berfkir tingkat rendah, yaitu memahami, berfkir tingkat tinggi baru pada level SMA. Hal ini tidak sejalan dengan prinsip belajar berkelanjutan dan berlangsung secara kontinum. Untuk itu, pada dokumen perbaikan, tidak ada pembatasan berdasarkan taksonomi.

(20)

siswa dibedakan pada kompleksitas jenis pengetahuan. Semakin tinggi kelas maka akan semakin mendalam cakupan pengetahuan yang akan dikuasai oleh siswa sesuai dengan tingkatan perkembangan usia siswa. Perumusan tujuan pembelajaran (Kompetensi Dasar) mengikuti kaidah penulisan tujuan tersebut di atas. Satu KD disusun oleh dua unsur, unsur pertama adalah kata kerja yang menunjukkan tingkatan berpikir dan tingkatan kecakapan, yaitu mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta, serta unsur ke dua yaitu kata benda atau kata kerja yang terdiri dari berbagai jenis pengetahuan antara lain: pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif yang diharapkan dicapai atau dibentuk oleh siswa.

(21)

Gambar 8: Perbedaan Penataan KD yang lama dengan yang baru.

Hakikat Kompetensi Inti sebagai Elemen Pengorganisasi Kurikulum. Mandat konstitusional tentang satu sistem pendidikan nasional, sebagaimana termaktub dalam Pasal 31 Ayat (3) UUD NKRI Tahun 1945 beserta imperatif turunannya dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 3 tentang Fungsi dan Tujuan Pendidikan Nasional dan Pasal 35 Tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) mengharuskan seluruh tatanan konseptual, programatik, dan praksis pendidikan nasional secara konsisten berpijak pada dan secara koheren berkontribusi terhadap tujuan pendidikan nasional, yakni “...berkembangnya potensi pserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.” Untuk itu maka disain makro Kurikulum 2013 secara konseptual menerapkan competency-based curriculum yang secara konseptual dan programtik merupakan salah satu penerapan dari objectives model. Dalam konteks itu maka dikembangkan logika alur pikir hirarkhis: Tujuan Pendidikan Nasional (TPN), (dijabarkan ke dalam) Standar Kompetensi Lulusan (SKL), (dijabarkan melalui) Kompetensi Inti (KI), (dijabarkan melalui) Kompetensi Dasar (KD), yang pada akhirnya berujung secara praksis dikembangkan secara potensial-aktual menjadi kompetensi-kompetensi peserta melalui proses belajar, pembelajaran, serta kehidupan nyata.

Tujuan Pendidikan Nasional (TPN) merupakan kriteria capaian pendidikan (educational outcomes) secara makro-nasional. Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan kriteria capaian pendidikan secara institusional setiap jenis atau satuan pendidikan (SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MA). Kompetensi Inti (KI) merupakan kriteria keselarasan dan sinergisitas capaian pembelajaran (learning objectives) semua mata pelajaran atau muatan pada setiap jenis/satuan pendidikan. Kompetensi Dasar (KD), merupakana kriteria capaian pembelajaran suatu mata pelajaran atau muatan yang pada akhirnya berujung secara praksis dikembangkan secara potensial-aktual sehingga menjadi kompetensi-kompetensi (sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan) peserta melalui proses belajar, pembelajaran, serta kehidupan nyata.

(22)

sebagai elemen pengorganisasi (organizing elements). Elemen ini sangat diperlukan dalam pengorganisasian kurikulum (curriculum organization) untuk mengatur konsistensi dan koherensi setiap mata pelajaran atau muatan untuk menerapkan kriteria: lingkup isi (scope and depth), urutan (sequence), keberlajutan (continuity), dan keterintegrasian (integration) secara sistemik internal mata pelajaran dan eksternal antar mata pelajaran, dan secara holistik/utuh dalam suatu jenis/satuan pendidikan. Keselarasan dalam pengorganisasian KI dan KD dan gradasinya dapat digambarkan pada tabel berikut:

D

Faktual Konseptual Prosedural Metakognitif

Dimensi Pengetahuan

Gambar 9: Keterkaitan antara Dimensi Kognitif (Proses Berpikir) dengan Dimensi Pengetahuan

4). Pemberian Ruang Kreatif Kepada Guru

Untuk mendaptkan hasil pembelajaran yang berkualitas, guru harus diberikan ruang yang seluas-luasnya untuk berkreasi dan mengembangkan proses pembelajaran. Untuk itu, silabus yang disiapkan pemerintah merupakan salah satu model untuk memberikan inspirasi kepada guru. Guru dapat mengembangkan dan menyusun silabus sendiri sesuai dengan kebutuhan dan konteks yang relevan.

(23)

mengelola pembelajaran. Salah satu yang dianggap mebelenggu adalah dengan mencantumkan 5M (mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/mencoba, mengasosiasi, mengomunikasikan) dalam kolom pembelajaran pada silabus. Akibat pencantuman itu, guru menganggap bahwa 5M adalah prosedur pembelajaran yang baku dan harus diikuti secara persis. Di samping diangap dan disikapi sebagai prosedur baku, 5M juga dipahami sebagai satu-satunya pendekatan dalam melaksanakan pembelajaran untuk semua mata pelajaran. Hal ini menyulitkan guru dalam penerapanya untuk mata-mata pelajaran tertentu. Oleh karena itu, pada perbaikan dokumen Kurikulum 2013 ditekankan bahwa pendekatan saintifk bukan satu-satunya pendekatan pembelajaran.

Mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/mencoba, mengasosiasi, dan mengomunikasikan bukanlah prosedur baku atau urutan langkah-langkah pembelajaran, akan tetapi merupakan kemampuan atau proses berpikir yang perlu dibiasakan agar peserta didik terbiasa berfkir ilmiah. Kemampuan tersebut harus dilatihkan secara terus menerus sehingga mendorong setiap peserta didik untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat dan bersikap ilmiah dalam kehidupan. Kondisi ini dibangun oleh ekosistem pendidikan di sekolah melalui pembelajaran berbasis aktivitas dan pendekatan keilmuan.

Gambar 10: Pemberian Ruang Kreatif Kepada Guru

(24)

yang bervariasi sesuai dengan konteks dan keunggulan lokal, kebutuhan peserta didik, berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills) sesuai dengan tuntutan kebutuhan kompetensi abad ke-21.

Guru diberikan keleluasaan dalam mengembangkan pengalaman belajar atau pendekatan-pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran, kompetensi, materi pelajaran, dan kondisi daerah. Misalnya, dalam mata pelajaran bahasa digunakan pendekatan pembelajaran berbasis genre, dalam mata pelajaran Agama Katholik digunakan pendekatan pembelajaran Kateketis.

Model-model pembelajaran beserta sintaknya (seperti discovery learning, problem based learning, project based learning) tetap dapat digunakan sesuai dengan karakteristik kompetensi dasar, materi pelajaran yang akan dicapai oleh peserta didik. Guru diberikan ruang yang seluas-luasnya untuk menerapkan berbagai model-model lain seperti: Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning), Pembelajaran Tematik Terpadu. Dengan kata lain, guru tidak disibukkan dengan penamaan pendekatan dan model pembelajaran yang digunakan, akan tetapi lebih menekankan pada variasi pengalaman-pengalaman belajar yang akan dilakukan oleh peserta didik.

3. Implikasi Revisi Kurikulum 2013 Terhadap a. Implikasi terhadap Pembelajaran dan Penilaian

Penilaian dalam kurikulum 2013 mengacu kepada tujuan kurikulum. Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan. Kompetensi tersebut dicapai melalui proses pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, dan nonkurikuler/ekstrakurikuler

(25)

oleh peserta didik sebagai nurturant efect dari pembelajaran pengetahuan dan keterampilan. Oleh karena itu penilaianya tidak dikaitkan dengan KD mata pelajaran terkecuali untuk mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti dan PPKn.

Penilaian sikap sesungguhnya dimaksudkan untuk penumbuhan, pengembangan, dan pembinaan kompetensi sikap yang dilakukan sepanjang proses pembelajaran berlangsung, dan dapat digunakan sebagai dasar pengembangan karakter peserta didik lebih lanjut. Oleh sebab itu, penilaian sikap sesuangguhnya bukan memberikan justifkasi pada posisi sikap anak, melainkan sebagai dasar untuk pembinaan agar peserta didik memiliki sikap spiritual dan sosial sebagaimana yang ditetapkan dalam kurikulum.

Perbaikan kurikulum 2013 menetapkan bahwa KI-1 dan KI-2 tidak dijabarkan ke dalam KD, kecuali mata pelajaran Agama dan Budi Pekerta dan PPKn. Oleh karena itu, guru mata pelajaran selain Agama dan Budi Pekerta dan PPKn tidak memberikan penilaian sikap yang dikaitkan dengan KD-KD mata pelajaran. Guru mata pelajaran tersebut hanya memberikan penilaian umum tentang sikap sebagai masukan untuk pelaporan nilai sikap yang akan dirumuskan oleh guru kelas/wali kelas. Hal ini dipandang lebih sederhana dan memudahkan dalam melakukan penilaian sikap oleh seluruh guru mata pelajaran.

(26)

yang paling tepat sesuai dengan karakteristik KD keterampilan dan indikatornya.

(27)

Gambar 11: Implikasi Revisi Kurikulum terhadap Penilaian dan Contoh Deskripsi Rapor

b. Implikasi Terhadap Kebijakan Buku Pelajaran

(28)

Gambar 12: Kebijakan Buku Teks Pelajaran dan Contoh Informasi Pelaku Penerbitan Wajib Dimuat pada bagian Akhir Buku

4. Kerangka Sistem Pembelajaran

(29)

Gambar 13: Penilaian sebagai Penggerak Mutu Pembelajaran

Penilaian kelas (classroom assessment) yang dilakukan sehari-hari oleh guru merupakan penilaian formatif yang berfungsi sebagai diagnostik. Sebagai fungsi diagnostik, hasil penilaian tersebut menjadi dasar untuk pembinaan terhadap siswa yang bersangkutan sesuai dengan apa yang dibutuhkanya, pengayaan atau remedial. Penilaian oleh satuan pendidikan dilakukan pada akhisr semester, akhir atahun dan akhir jenjang. Penilaian oleh satuan pendidikan, di samping sebagai penilaian formatif, juga merupakan penilaian sumatif. Di samping penilaian oleh satuan pendidikan, perlu juga dilakukan penilaian eksternal untuk melihat kemajuan dan pemetaan yang dilakukan melalui survey atau sensus untuk keperluan peningkatan mutu pelayanan pendidikan. Demikain juga dengan ujian nasional yang dilakukan oleh pemerintah yang dilakukan dalam rangka meningkatkan pelayanan agar peserta didik mencapai hasil yang diharapkan.

(30)

Gambar 14: Kerangka Sistem Umpan Balik dan Peningkatan Mutu

5. Tahap Implemntasi Kurikulum

Implementasi kurikulum harus memastikan terjadinya keselarasan antara dokumen kurikulum (intended/written curriculum), pembelajaran (taught/implemented curriculum), dan hasil belajar (evaluated/achieved curriculum). Untuk itu, kurikulum perlu diberlakukan secara bertahap. Setiap tahapan menjadi bagian dari proses penyempurnaan untuk memastikan terjadinya keselarasan antara dokumen kurikulum dengan implementasi dan hasil yang dicapai.

(31)

Gambar 15: tahap Implementasi Kurikulum 2013

Gambar

Gambar 1 : Kerangka Pengembangan Kurikulum
Gambar 2. Curriculum Engineering (Perekayasaan Kurikulum)
Gambar 3. Pengembangan Kurikulum dan Evaluasi
Gambar 4 : Substansi Perbaikan Dokumen Kurikulum 2013
+6

Referensi

Dokumen terkait

Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif, dan menunjukkan sikap

KI-2 Menghayati dan Mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan

Menghayati dan Mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung -jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro -aktif

Menghayati dan Mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif

Menghayati dan Mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif

Menghayati dan Mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif

Menghayati dan Mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif

KI 2: Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan