TEORI - TEORI PSIKODINAMIKA
(KLINIS)
NURUL ISTIKHOMAH
NPM. 1511505338
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS SURABAYA
1
TEORI PSIKOANALISA SIGMUND FREUD
Freud adalah seorang pemikir besar pada abad ke-19 yang berpengaruh pada proses perkembangan ilmiah yang berorientasi kepada bagaimana cara manusia memandang dunia dan dirinya sendiri. Penemuannya tentang teori psikoanalisa membawa namanya menjadi masyhur kala itu. Ia dikenal sebagai pendiri teori psikoanalisa karena istilah itu pertama kali tercetus dari hasil pemikirannya meski sebenarnya Freud tidaklah seorang diri dalam proses penggagasan teori psikoanalisa. Ia dibantu oleh seorang dokter asal Wina, Joseph Breuer yang turut serta menyumbangkan ide - ide intelektualnya dimana saat itu status Freud masih menjadi seorang mahasiswa yang tengah sibuk dengan persiapan ujian (1880-1882).
Selama bekerjasama dengan Breuer, Freud menggunakan metode hipnosa
(katarsis). Setelah hasilnya tak cukup memuaskan, ia beralih menggunakan metode sugesti yang ia pelajari dari dr. Bernheim. Pun begitu, Sigmund Freud tak juga memperoleh kepuasan dari metode tersebut, hingga akhirnya ia memutuskan untuk menerapkan metodenya sendiri, yakni : asosiasi bebas.Metode asosiasi bebas yang digunakan oleh Freud merupakan tongkak dari dimulainya perjalanan teori psikoanalisa.
Sigmund Freud mengklasifikasi kehidupan alam mental menjadi tiga tingkatan, sebagai berikut :
Alam tak sadar (unconsciuos), tempat terbentuknya atau timbulnya dorongan, nafsu, ide yang tanpa disadari berimplikasi terhadap perkataan, perbuatan, dan perasaan manusia.
Alam bawah sadar (preconscious), tempat berkumpulnya semua elemen yang tak disadari namun dapat muncul sebagai kesadaran dengan cepat atau agak sukar.
Alam sadar (conscious), didefenisikan sebagai elemen mental yang selalu berada dalam kesadaran.
1.1 Struktur Kepribadian
1. Id
Id merupakan satu-satunya komponen yang didapat seseorang sejak lahir yang sepenuhnya merupakan aspek kepribadian tak sadar. Termasuk perilaku naluriah dan primitif. Menurut Freud, id merupakan komponen utama kepribadian karena merupakan sumber dari segala energi psikis.
Id didorong oleh prinsip kenikmatan (pleasure principle). Dimana id menuntut sebuah kepuasan yang disegerakan dari kebutuhan dan keinginan. Jika tak terpenuhi dapat menimbulkan kecemasan atau ketegangan. Sebagai contoh, bayi yang sedang lapar atau haus akan terus menangis apabila tuntutan id tak segera dipenuhi.
Untuk mencegah terjadinya ketegangan, id dapat diredakan melalui tindakan refleks dan proses primer. Apabila ketegangan tak berhasil tereduksi, maka struktur kepribadian kedua akan terbentuk.
2. Ego
Ego merupakan komponen kepribadian yang bertanggungjawab untuk memenuhi keinginan id secara realitas objektif dan tepat secara sosial. Ketika tekanan kecemasan berkembang menjadi ketegangan yang berlebihan, maka ego dapat menempuh cara-cara yang ekstrem untuk mereduksi ketegangan. Proses ini disebut sebagai mekanisme pertahanan ego, yang meliputi :
a. Represi, mekanisme ego untuk meredakan kecemasan dengan cara mengubur perasaan yang menyakitkan dari kesadaran meskipun suatu saat dapat muncul dalam bentuk simbolis.
b. Proyeksi, mengalihkan rasa kecemasan terhadap orang lain atau sesuatu yang lain.
c. Pembentukan reaksi, perilaku defensif yang berupa pernyataan yang kontra terhadap apa yang dirasakan.
3. Superego
Superego merupakan komponen kepribadian terakhir yang dikembangkan. Superego adalah aspek kepribadian yang menampung semua standarisasi secara internal yang berupa moral value dan cita-cita yang diperoleh dari orangtua dan masyarakat. Superego mengusung idealisme dan bukan realistisme. Perhatian utamanya adalah sebuah sikap pengambilan keputusan terhadap benar atau salahnya sesuatu.
Superego bertindak untuk menyempurnakan danmembudayakanperilaku kita. Ia bekerjauntuk menekansemuadoronganyang tidak dapat diterimadariiddanperjuanganuntuk membuategobertindak berdasarkanstandaridealislebih karenapada prinsip-prinsiprealistis. Superegohadir dalamsadar, prasadardan tidak sadar.
Dengan begitu banyaknya persaingan, mudah untuk melihatbagaimana mengategorikan konflikyang timbul termasuk ke dalamid, ego,atausuperego. Freud menggunakankekuatanego sebagaiistilah untuk merujukpada kemampuanegountuk berfungsimeskipundalam persaingan. Seseorangdengan kekuatanegoyang baikdapatsecara efektif mengelolatekanan ini, sementara mereka denganterlalu banyakatau terlalu sedikitkekuatanegodapatmenjadi terlalukeras hatiatau terlalumengganggu.
MenurutFreud, kuncikepribadian yang sehatadalah keseimbanganantaraid, ego, dansuperego.
1.2 Tahapan Perkembangan
a. Tahap Infantile (0 – 5 tahun)
Fase Oral (0 – 1 tahun)
Pada perkembangan psikoseksual, alat yang paling penting untuk memberikan kenikmatan pada seorang bayi sejak lahir ialah mulutnya sendiri. Sebab mulut akan mengalami kontak langsung dengan payudara seorang ibu, dimana itu sebagai kebutuhan bayi. Selama fase ini berlangsung, bayi akan sangat tergantung pada ibunya.
Fase ini dikaitkan dengan tindakan menahan faeces pada seorang anak. Perlakuan ibu terhadap anak apabila defekasi memiliki pengaruh pada pembentukan mental anak.
Fase Phalik (3 – 5 tahun)
Dinamika pada tahap perkembangan ini terpusat pada perasaan seksual dan agrsif yang berkaitan dengan mulai berfungsinya organ genital pada anak. Freud mengemukakan pendapat tentang Oedipus Complex , Electra Complex, dan
Penis Envy.
b. Tahap Latensi (5 – 12 tahun)
Merupakan periode dimana aktivitas libidinal pada seorang anak berkurang. Pada fase ini pul akan terbentuk rasa malu dan aspirasi moral serta estetis.
c. Tahap Pubertas (12 – 18 tahun)
Pada tahap ini, akan muncul kembali dorongan. Apabila dorongan-dorongan ini dapat ditransfer dan disublimasikan dengan baik, maka anak akan bertemu dengan tahap kematangan yang terakhir.
d. Tahap Genital
2
TEORI PSIKOANALITIK KONTEMPORER
ERIK ERIKSON
2.1Struktur Kepribadian
Menurut Erikson struktur kepribadian manusia dibagi menjadi tiga, diantaranya sebagai berikut :
1. Ego Kreatif
Ego kreatif merupakan ego yang dapat memecahkan masalah – masalah yang muncul dalam babak kehidupan secara kreatif. Ketika ego menemui hambatan dalam proses pemecahan masalahnya, ego tidak lantas menyerah begitu saja. Ego bereaksi dengan usaha baru. Dengan adanya konflik dan hambatan yang muncul, justru ego akan dapat lebih berkembang.
Ego yang sempurna harus berpijak pada 3 aspek kenyataan, yaitu :
a. Faktualitas, kumpulan sumber data, fakta, dan metode yang digunakan dimana hal ini dapat diverifikasi kebenarannya berdasarkan berlangsungnya sebuah peristiwa.
b. Universalitas, aspek ini berkaitan dengan kesadaran akan kenyataan (sense of reality) yang menggabungkan visi tentang semesta dengan sesuatu yang praktis dan konkret.
c. Aktualitas, suatu metode yang digunakan individu untuk berhubungan dengan individu yang lainnya guna tercapainya tujuan bersama.
Erikson berpendapat bahwa sebagian dari ego yang dimiliki oleh individu bersifat tak sadar, kemudian mengorganisir pengalaman yang terjadi di masa lampau dan di masa yang akan datang. Dengan adanya hal ini, maka Erikson menemukan tiga aspek yang saling berintegrasi, yakni :
a. Body Ego, pengalaman individu tentang bagaimana cara individu melihat fisiknya sendiri berbeda dengan individu yang lain.
c. Ego Identity, suatu gambaran tentang peran individu dalam kehidupan hubungan yang terjalin antara seorang ibu dengan bayinya. Dimana selama ibu berinteraksi dengan bayi, bayi akan belajar mengantisipasi interaksi dalam bentuk
basic trust.
3. Pengaruh Masyarakat
Pada struktur ini, bagian terbesar pada ego akan terbentuk, tentunya tak lepas dari kapasitas yang dibawa sejak lahir.
2.2 Teori Psikososial tentang Perkembangan
Terdapat 8 tahapan yang akan terjadi pada teori psikososial perkembangan. Menurut Erikson tiap – tiap tahapan tidak terikat oleh jadwal atau rentang waktu yang ketat dengan kata lain tahapan yang dilalui oleh tiap individu tak dapat dipastikan lama berlangsungnya. Berikut adalah delapan tahapan perkembangan psikososial menurut Erik Erikson (Berk, 2003):
1. Kepercayaan Dasar vs Kecurigaan Dasar
Merupakan tahap pertama dari teori Erikson perkembangan psikososial yang terjadi sejak awal kelahiran dan merupakan tahap dasar dalam kehidupan. Pada tahap ini, bayi akan sangat bergantung pada pemeran fungsi keibuan. Oleh karena itu pengembangan kepercayaan pada anak terletak pada kualitas pengasuh anak.
Jika seorang anak berhasil mengembangkan kepercayaan, dia akan merasa aman dan aman di dunia. Seorang pengasuh yang tidak konsisten secara emosional berpotensi untuk menciptakan kecurigaan dasar pada anak. Hal ini dapat menimbulkan rasa takut dan praduga bahwa kehidupan dunia yang tak dapat diprediksi.
2. Otonomi vs Perasaan Malu dan Keragu – raguan
membuat keputusan sederhana tentang apa yang mereka sukai. Dengan membiarkan anak-anak untuk membuat pilihan dan mendapatkan kontrol, orang tua dan pengasuh dapat membantu anak-anak mengembangkan rasa otonomi.
Anak-anak yang berhasil menyelesaikan tahap ini akan merasa aman dan mendapatkankepercayaan diri, sedangkan mereka yang tak berhasil akan diselimuti dengan rasa ketidakmampuan diri dan penuh keraguan.
3. Inisiatif vs Kesalahan
Selama usia pra-sekolah anak memulai untuk menegaskan kekuasaan dan kontrol mereka atas dunia melalui bermain dan interaksi sosial lainnya.
Anak-anak yangsuksespada tahap inimerasa mampumemimpin orang lain. Sedangkan mereka yang gagaluntuk memperolehketerampilan ini, hasilnya anak akan akrab denganrasa bersalah, keraguan diri, dan kurangnyainisiatif.
4. Kerajinan vs Inferioritas
Tahap ini terjadi pada tahun – tahun awal memasuki usia sekolah.Melaluiinteraksi sosial, anakmulai mengembangkanrasa bangga pada kemampuan danprestasi yang mereka dapatkan.
Anak-anak yangdidorongdandipuji olehorang tua dan gurumengembangkanperasaankompetensi dankepercayaandalam kemampuan mereka. Mereka yangmenerimasedikit atau tidak adadorongan dariorang tua, guru, atauteman sebayaakanmeragukankemampuan merekauntuk menjadi sukses. Berhasilmenemukankeseimbanganpada tahapperkembangan
psikososialmengarah kekekuatandikenal
sebagaikompetensiataukeyakinankemampuankita sendiri untukmenangani tugas-tugasdi depan kita.
5. Identitas vs Kekacauan Identitas
Selama masa adolesen, anak – anak mencoba untuk mengeksplorasi kebebasan mereka dan mengembangkan perasaan diri. Mereka yang menerima impuls yang tepat dan penguatan eksplorasi pribadi akan berhasil dalam fase ini. Ditandai dengan munculnya perasaan diri yang menguat dan kebebasan yang terkontrol. Sedangkan mereka yang tidak yakin dengan dirinya sendiri akan mengalami rasa taka man, kecemasan, dan bingung dengan diri mereka sendiri di masa depan.
6. Keintiman vs Isolasi
Tahap inimeliputiperiodeawal masa dewasaketika seseorang mulaimenjelajahihubungan pribadi. Menurut Erikson, mereka yang sukses daam tahap ini akan membentuk hubungan yang berkomitmen dan aman.
Perlu diingat bahwa setiap langkah yang harus dijalani didasarkan pada langkah yang sebelumnya. Erikson percaya bahwa memiliki perasaan identitas diri yang kuat akan cukup membantu untuk mengembangkan keintiman dalam sebuah hubungan. Hasil studi pun telah menunjukkan bahwa mereka yang memiliki perasaan identitas diri yang lemah cenderung memilikihubungan yangkurang berkomitmendan lebih berpotensiuntuk menderitaisolasiemosional, kesepian, dan depresi.
7. Generativitas dan Stagnasi
Memasuki tahap kedewasaan, fokus utama manusia dewasa adalah keberlanjutan untuk membangun hidup, keluarga, dan karir. Mereka yang berhasil melalui fase ini akan merasa bahwa mereka telah berkontribusi pada dunia melalui rutinitas dan aktivitasnya pada sebuah komunitas. Mereka yang tidak berhasil pada fase ini akan merasa tidak menjadi manusia yang produktif dan tidak berkontribusi apapun pada dunia.
Pemeliharaan adalah kebajikan yang tercapai apabila tahap ini berhasil dilalui. Bangga dengan segala pencapaian prestasi, melihat anak – anak bertumbuh-kembang dengan baik, dan mengembangkan rasa kesatuan dengan pasangan hidup adalah pencapaian yang penting pada tahap ini.
8. Integritas vs Keputusasaan
Merupakan tahap terakhir dalam psikososial perkembangan. Terjadi selama usia senja dan difokuskan pada mencerminkan kembali kehidupan (throwback).
Mereka yang tidak berhasil selama tahap ini akan merasa bahwa hidup mereka telah terbuang dan terdapat banyak penyesalan. Individu ditinggali perasaan pahit dan keputusasaan.
3
TEORI ANALITIK CARL JUNG
3.1
Struktur Kepribadian
a. Kesadaran (Consciousness) dan Ego
Kesadaran muncul pada fase awal kehidupan, bahkan sebelum bayi lahir. Namun, lambat laun kesadaran akan terbentuk ketika bayi sudah mulai mengenali manusia dan objek – objek di sekitarnya.
Sedangkan ego merupakan bagian dari kesadaran yang terdiri dari : ingatan, persepsi, pikiran, dan perasaan sadar manusia.
b. Ketidaksadaran Pribadi (Personal Unconscious) dan Kompleks (Complexes)
Ketidaksadaran pribadi adalah area yang berdekatan dengan ego yang terdiri dari pengalaman – pengalaman yang pernah sadar namun kemudian direpresikan, diabaikan, disupresikan, atau pengalaman yang sukar untuk menciptakan kesan sadar pada individu.
Kompleks adalah konstelasi perasaan-perasaan,pikiran-pikiran,persepsi-persepsi,dan ingatan-ingatan yang terdapat dalam ketidak sadaran pribadi.
c. Ketidaksadaran Kolektif (Collective Unconscious)
Ketidaksadaran kolektif merupakan kumpulan sisa – sisa psikis perkembangan evolusi manusia kemudian menumpuk sebagai akibat dari banyaknya pengalaman yang didapat antargenerasi. Hal ini merupakan warisan kejiwaan yang lebih besar daripda perkembangan manusia.
d. Arkhetipe – Arkhetipe
Arkhetipe adalah suatu bentuk gagasan yang berupa gambaran atau visi yang dalam kehidupan normal berhubungan dengan aspek tertentu dari situari. Ide ini bersifat universal.
e. Persona
f. Anima dan Animus
Secara fisiologis laki – laki mengekskresikan hormon laki – laki dan perempuan, begitu pula pada perempuan. Secara psikologis, sisi maskulin dan feminin juga terdapat pada kedua jenis. Jung menghubungkan sisi feminin pada kepribadian pria dan sisi maskulin pada kepribadian wanita dengan arkhetipe – arkhetipe. Arkhetipe feminin pada pria disebut anima, sedangkan arkhetipe maskulin pada wanita disebut animus.
g. Bayang – Bayang
Bayang – bayang adalah cerminan manusia dari sisi hewan dimana sebagai arkhetipe dapat melahirkan konsepsi dosa asal pada diri kita, yang jika diproyeksikan keluar maka ia menjadi iblis atau musuh.
h. Diri (Self)
Titik pusat kepribadian terletak pada diri. Karena pada titik ini, semua sistem lain terkonstelasikan dengan mempersatukan sistem dan memberikan kepribadian dengan kesatuan, keseimbangan dan kestabilan pada kepribadian.
i. Fungsi
Terdapat fungsi psikologis fundamental, diantaranya :
Fungsi Rasio (akal, penilaian, abstraksi, dan generalisasi), meliputi : 1. Pikiran, proses intelektual yang menyebabkan timbulnya ide – ide.
2. Perasaan, berperan sebagai fungsi evaluasi yang merupakan value bagi benda, subjek baik secara positif dan negatif. Selain itu juga berfungsi untuk memberikan pengalaman subjektifnya kepada manusia.
Fungsi Irrasional (konkret, khusus, aksidental), meliputi :
1. Pendirian, merupakan fungsi perceptual atau fungsi kenyataan dimana fungsi ini memberikan representasi dunia dalam bentuk yang konkret.
2. Intuisi, adalah persepsi yang berproses di bawah ambang sadar.
3.2 Interaksi di Antara Sistem – Sistem Kepribadian
1. Salah satu sistem bisa mengkompensasikan kelemahan sistem lain. 2. Salah satu sistem bisa menentang sistem lain
3.3 Dinamika Kepribadian
1. Energi Psikis
Merupakan energi yang menjalankan fungsi kepribadian, bukan merupakan suatu substansi, bukan pula bersifat konkret, melainkan konstruk hipotesis. Keberadaannya terefleksikan melalui daya actual dan potensial dari individu.
Kapasitas energi psikis yang terdapat pada salah satu unsure kepribadian disebut nilai – nilai psikis. Untuk menentukan nilai tak sadar dengan menggunakan daya konstelasi unsur inti suatu kompleks yang dapat dengan dilakukan dengan cara observasi, indicator – indicator kompleks, dan intensitas ungkapan emosi.
2. Prinsip Entropi
Prinsip entropi menyatakan bahwa dalam proses distribusi energy pada psikhe mencari keseimbangan. Aktualisasi diri merupakan tujuan dari perkembangan psikis yang dimaksudkan agar kepribadian dapat bergerak menuju ke arah keseimbangan daya yang sempurna.
3. Penggunaan Energi
Terdapat dua tujuan umum dalam pemanfaatan seluruh energi psikis yang tersedia, diantaranya :
Untuk melakukan pekerjaan yang perlu untuk memelihara kehidupan.
Untuk pembiakan spesies
3.4 Perkembangan Kepribadian
1. Kausalitas vs Teleologi
Pandangan kausalitas menyatakan bahwa apa yang terjadi pada saat ini merupakan sebuah akibat dari peristiwa – peristiwa di masa lampau. Sedangkan teleologi adalah gagasan yang membimbing dan mengarahkan manusia pada kehidupan yang hakiki. Masa sekarang tidak hanya ditentukan oleh kausalitas, namun juga teleologi.
2. Sinkronisitas
3. Hereditas
Insting biologis yang menjalankan sebagai fungsi pemeliharaan dan reproduksi suatu individu berkaitan dengan adanya hereditas, dimana akan timbul suatu dorongan batiniah untuk melakukan sesuatu pada kondisi tertentu.
4. Tahap – Tahap Perkembangan
a. Tahun – tahun paling awal, libido disalurkan pada hal – hal yang dapat menyebabkan suatu individu tetap bisa bertahan hidup.
b. Usia < 5 tahun, mulai tampak nilai seksual dan pada masa adolesen akan mencapai puncaknya.
c. Masa muda dan awal tahun – tahun dewasa, mulai meningkatnya insting kehidupan dasar dan proses vital pada individu.
d. Usia 30 tahun – 40 tahun, akan terjadi perubahan yang bersifat radikal. Individu dapat menjadi lebih introvert dan kurang impulsif ketika berinteraksi sosial. Meningkatnya nilai – nilai spiritual pada diri. Jika mengalami ketidakberhasilan dalam fase ini, maka kepribadian berpotensi untuk menjadi “lumpuh”.
5. Progresi dan Regresi
Menurut Jung, progresi dalam artian ini merupakan perkembangan kepribadian dimana individu mengalami kemajuan dalam beradaptasi, pemenuhan tuntutan – tuntutan dari luar, serta kebutuhan – kebutuhan ketidaksadaran. Sedangkan regresi merupakan ketidakmampuan individu untuk melakukan itu.
6. Proses Individuasi
Proses individuasi merupakan sebuah mekanisme untuk tercapainya kepribadian yang sehat dan terintegrasi yang berkemampuan untuk merealisasikan diri. Setiap sistemnya harus dibiarkan untuk mencapai tingkat diferensiasi.
7. Fungsi Transenden
Tercapainya keberagaman melalui proses individuasi akan diintegrasikan oleh fungsi transenden.
Sublimasi menghasilkan sesuatu yang rasional, bersifat progresif, dan integratif. Sedangkan represi menghasilkan sesuatu yang irrasional, bersifat regresif, dan tidak integratif.
9. Perlambangan
Memiliki dua fungsi, yaitu :
Sebagai usaha untuk memuaskan impuls yang bersifat insting saat
terhambat
4
TEORI PSIKOSOSIAL ALFRED ADLER
Teori kepribadian Adler memiliki sedikit konsep yang sudah mencakup atau menopang secara keseluruhan dari struktur teoritisnya (ekonomis). Pandangan Adler dibaga menjadi beberapa rubric, sebagai berikut :
1. Finalisme Fiktif
Adler mengemukakan gagasan bahwa manusia lebih didorong oleh cita – cita yang ada pada masa depan daripada pengalaman – pengalaman yang telah terjadi i=di masa lampau.tanpa disadari setiap orang memiliki rancangan – rancangan, keingingan – keinginan dalam hidup yang mana hal itu merupakan sesuatu yang bersifat semu; khayalan, tak mungkin teralisasikan. Cita – cita semu ini dikenal dengan istilah
Leitlenie.
2. Perjuangan ke Arah Superioritas
Konsep superioritas yang dimaksud Adler pada teorinya bukan tentang kekuasaan, kepemipinan, ataupun kepemimpinan yang tinggi dalam masyarakat. Namun, yang dimaksud adalah tentang bagaimana individu dapat bergerak naik menuju kea rah kesempurnaan, seperti yang terdapat pada konsep Jung.
Perjuangan kea rah superioritas berbanding lurus dengan pertumbuhan fisik serta kebutuhan hidup.
3. Perasaan Inferioritas dan Kompensasi
Inferioritas merupakan rasa memiliki kekurangan dari segi psikologis dan sosial yang dirasakan secara subjektif maupun kelemahan – kelemahan pada fisik yang muncul secara nyata. Selama berada pada masa ini individu mendapatkan dorongan – dorongan untuk terus bergerak maju, kemudian setelah tercapai perasaan itu akan kembali muncul, begitu seterusnya.
4. Minat Kemasyarakatan
terpenuhi dengan kegiatan bermasyarakat dan bukan karena kebiasaan yang terbentuk namun memang secara lahiriah.
5. Gaya Hidup
Gaya hidup merupakan prinsip atau landasan yang digunakan untuk memahami tingkah laku seseorang. Tiap individu memiliki tujuan yang sama, yaitu pencapaian superioritas. Dalam usaha mencapai tujuan tersebut manusia memiliki gaya hidup yang berbeda – beda dan tak terhingga sebagai cara yang dipilih.
Menurut Adler gaya hidup merupakan bentuk kompensasi dari ketidaksempurnaan individu karena gaya hidup ditentukan oleh inferioritas yang khusus.
6. Diri Kreatif
5
TEORI PSIKOSOSIAL ERICH FROMM
Terdapat lima kebutuhan manusia yang berasal dari kondisi – kondisi eksistensinya :
1. Kebutuhan akan keterhubungan, kebutuhan manusia untuk dapat mengatasi perasaan kesendirian dan terisolasi dari alam dan dirinya sendiri.
2. Kebutuhan akan transendensi, kebutuhan untuk dapat mencapai peningkatan diri, yang semula pasif dikuasai keadaan menjadi lebih aktif, bertujuan, dan bebas.
3. Kebutuhan akan keterberakaran, kebutuhan untuk dapat memiliki keterikatan – keterikatan agar hidupnya merasa nyaman.
4. Kebutuhan akan identitas, kebutuhan untuk mengenali dan menyadari bagaimana dirinya sendiri sebagai individu yang terpisah.
5. Kebutuhan akan kerangka orientasi, seseorang membutuhkan pedoman yang menuntun dan mengarahkannya untuk menjalani perjalanan hidupnya. Untuk itu kerangka orientasi diperlukan.
Fromm menemukan dan membagi struktur masyarakat menjadi 3 pokok karakter sosial, yang meliputi :
1. Sistem A, masyarakat yang mencintai kehidupan. Tipe ini tidak menyukai adanya konfrontasi dari pihak luar. Pada masyarakat seperti ini, jarang sekali ditemui kekejaman dan kekerasan. Tidak ada hukuman yang bersifat fisik pada tatanan masyarakat sistem A
2. Sistem B, masyarakat non – destruktif – agresif. Masyarakat tipe ini, memiliki unsur dasar tidak destruktif. Meskipun begitu, pada lapisan ini masyarakat tidak asing lagi dengan adanya keagresifan. Persaingan serta adanya pengkotak-kotakkan, bukan merupakan hal yang lazim.
6
TEORI PSIKOSOSIAL KAREN HORNEY
Horney mengemukakan gagasan yang terdiri dari 10 kebutuhan ‘neurotik’ yang merupakan kebutuhan untuk pemecahan suatu permasalahan irasional, diantaranya sebagai berikut :
1. Kebutuhan neurotik akan kasih sayang dan penerimaan
Memiliki kebutuhan untuk menyenangkan orang lain dan sebenarnya membutuhkan sebuah pengakuan, ingin dianggap keberadaannya oleh individu yang lain. Selain itu, mereka juga mengharapkan feedback yang baik.
2. Kebutuhan neurotik akan mitra yang bersedia mengurus kehidupan seseorang
Memiliki kebutuhan tidak ingin ditinggalkan seorang diri dan selalu membutuhkan kasih sayang.
3. Kebutuhan neurotik untuk membatasi kehidupan dalam batas – batas yang sempit
Kebutuhan untuk tidak menjadi populer. Tidak mendapatkan masalah yang berarti saat dia tetap tinggal dalam lingkar kehidupan yang kecil.
4. Kebutuhan neurotik akan kekuasaan
Kebutuhan yang mengagungkan sebuah kekuasaan superior. Mereka sangat memuja kekuatan dan melcehkan kelemahan.
5. Kebutuhan neurotik untuk mengeksploitasi orang lain
6. Kebutuhan neurotik akan prestis
Memiliki kebutuhan akan penghargaan sebagai simbol bahwa kemampuannya diakui oleh individu lain.
7. Kebutuhan neurotik akan kekaguman pribadi
8. Ambisi neurotik akan prestasi pribadi
Orang – orang ini berkebutuhan untuk dapat menjadi yang terbaik meskipun melalui cara – cara yang terlalu dipaksakan.
9. Kebutuhan neurotik untuk berdiri sendiri dan independensi
Kebutuhan untuk tidak terikat dengan orang lain karena ketidakmampuan untuk menjalin hubungan – hubungan yang hangat dengan individu lain.
10.Kebutuhan neurotik akan kesempurnaan dan ketaktercelaan
Kebutuhan untuk menjadi individu yang tak terkalahkan dan tak memiliki cela. Merek terus mencari – cari kekurangan mereka untuk kemudian dapat ditutupi sebelum orang lain mengetahuinya.
Kesepuluh kebutuhan ini diklasifikasikan menjadi 3 kategori oleh Horney, yakni :
1. Bergerak menuju orang lain, misalnya : kebutuhan akan mitra yang bersedia mengurus
7
TEORI PSIKOSOSIAL HARRY STACK SULLIVAN
6.1 Struktur Kepribadian
1. Dinamisme
Merupakan pola transformasi yang relatif menetap, dan secara berulang dapat menimbulkan suatu ciri pada individu, selama itu adalah individu hidup. Setiap orang memiliki kesamaan dasar dinamisme, namun pengungkapannya berbeda – beda sesuai dengan situasi dan pengalaman – pengalamn yang didapt oleh individu yang bersangkutan.
2. Personifikasi
Merupakan suatu gambaran tentang individu baik dirinya sendiri maupun orang lain. Personifikasi dapat timbul dan mengonsepsikan individu lain karena adanya perasaan puasa akan kebutuhan atau kecemasan. Gambaran – gambaran semacam ini, tidak selalu memiliki nilai kebenaran karena sangat bergantung pada subjektivitas individu.
3. Proses Kognitif
Merupakan klasifikasi pengalaman ke dalam tiga golongan menurut Sullivan, diantaranya :
1. Prototaksis, serangkaian pengalaman yang terpisah-pisah dan dialami pada masa bayi, dimana arus kesadaran (pengindraan, bayangan dan perasaan) mengalir kedalam jiwa tanpa pengertian “sebelum” dan “sesudah”.
2. Parataksis,pada awal tahun kedua, bayi mulai mengenali persamaan-persamaan dan perbedaan peristiwa-peristiwa, hal ini disebut pengalaman parataksis atau pengalaman asosiasi. Pada tahap ini, bayi mengembangkan cara berfikir dengan cara melihat hubungan sebab akibat, asosiasional peristiwa yang terjadi pada saat yang bersamaan atau peristiwa-peristiwa yang mempunyai detail yang sama, tetapi hubungan itu tidak harus logis.
6.2 Dinamika Kepribadian
1. Tegangan
Sullivan memulai dengan konsepsi umum tentang organisme, yakni suatu sistem tegangan yang secara teoritis dapat bervariasi antara batas pengendoran mutlak (absolute relaxation) atau euphoria (perasaan sangat bahagia dan gembira) sebagaimana Sullivan lebih suka menyebutnya, dan tegangan mutlak seperti halnya yang terjadi dalam perasaan takut yang luar biasa. Ada dua sumber tegangan, yaitu:
1. Tegangan-tegangan yang disebabkan oleh kebutuhan-kebutuhan organisme;
2. Tegangan-tegangan sebagai akibat dari kecemasan.
2. Transformasi Energi
DAFTAR PUSTAKA
1. Hall, C.S. & Lindzey, G. 1993. Psikologi Kepribadian 1 Teori-teori Psikodinamik (Klinis). Yogyakarta: Kanisius
2. Hadi, Nur. (n.d.). Teori Psikoanalisa Sigmund Freud.
Retrieved from http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/34/jtptiain-gdl-s1-2007-nurhadinim-1688-bab3_410-9.pdf
3. Cherry, K. (n.d.). Theories of Personality.
Retrieved fromhttp://psychology.about.com/od/theoriesofpersonality/a/personalityelem.htm
4. Utah, P. (n.d.) Defense
Mechanism.Retrieved fromhttp://www.utahpsych.org/defensemechanisms.htm
5. Halman, S.U. (2014). Teori Kepribadian Erik H
Erikson.Retrieved from http://www.utamitamii.blogspot.co.id/2014/10/teori-kepribadian-erik-h-erikson.html
6. Cherry, K. (n.d.). Psychosocial Theories. Retrieved from
http://psychology.about.com/od/psychosocialtheories/a/psychosocial.htm