• Tidak ada hasil yang ditemukan

Askep Gerontik Dengan Gangguan Neurologi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Askep Gerontik Dengan Gangguan Neurologi"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

A. Pengertian

o Lansia menagalami penurunan koordinasi dan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Penuaan menyebabkan penurunan persepsi sensorik dan respon motorik pada susunan saraf pusat dan penurunan reseptor proprioseptif. hal ini terjadi karena susunan saraf pusat pada lansia mengalami perubahan morfologis dan biokimia. (Sri Surini Pudjiastuti,Budi Utomo, 2003, hal : 11)

o Struktur dan fungsi system saraf berubah dengan bertambahnya usia. Berkurangnya massa otak progresif akibat berkurangnya sel saraf yang tidak bisa diganti. (Smeltzer, Suzanne C, buku ajar medical beda, edisi 8, 2001, hal:179)

Perubahan structural yang paling terlihat terjadi pada otak itu sendiri, walaupun bagian dari system saraf pusat (ssp) juga terpengaruh.perubahan ukuran otak yang diakibatkan oleh atrofi girus dan dilatasi sulkus dan ventrikel otak. Korteks cerebral adalah daerah otak yang paling besar dipengaruhi oleh kehilangan neuron. Penurunan aliran darah cerebral dan penggunaan oksigen dapat pula terjadi dengan penuaan.

B. Anatomi Fisiologi Sistem Saraf Pada Lansia

Sistem persarafan pada manusia yang normal, maupun pada lansia yang telah mengalami perubahan adalah sebagai berikut :

o Otak

o Perbandingan pada otak yang normal dan otak pada lansia yang telah mengalami perubahan/penurunan fungsi adalah sebagai berikut :

 Normal

o Otak terletak di dalam rongga kepala, yang pada orang dewasa sudah tidak dapat lagi membesar, sehingga bila terjadi penambahan komponen rongga kepala akan meningkatkan tekanan intra cranial.

(2)

 2. Lansia

 Penuaan otak kehilangan 100.000 neuron / tahun. Neuron dapat

mengirimkan signal kepada beribu-ribu sel lain dengan kecepatan 200 mil/ jam. Terjadi penebalan atropi cerebral (berat otak menurun 10%) antar usia 30-70 tahun. Secara berangsur angsur tonjolan dendrite dineuron hilang disusul membengkaknya batang dendrit dan batang sel. Secara progresif terjadi fragmentasi dan kematian sel. Pada semua sel terdapat deposit lipofusin (pigment wear and tear) yang terbentuk di sitoplasma, kemungkinan berasal dari lisosom atau mitokondria. RNA, Mitokondria dan enzyme sitoplasma menghilang, inklusi dialin eosinofil dan badan levy, neurofibriler menjadi kurus dan degenerasi

granulovakuole. Corpora amilasea terdapat dimana-mana dijaringan otak.  Berbagai perubahan degenerative ini meningkat pada individu lebih dari

60 tahun dan menyebabkan gangguan persepsi, analisis dan integrita, input sensorik menurun menyebabkan gangguan kesadaran sensorik (nyeri sentuh, panas, dingin, posisi sendi). Tampilan sesori motorik untuk menghasilkan ketepatan melambat.

 Saraf Otonom

o Perbandingan pada saraf otonom yang normal dan saraf otonom pada lansia yang telah mengalami perubahan/penurunan fungsi adalah sebagai berikut

o Normal  Saraf simpati

 Bekerja untuk meningkatkan denyut jantung dan pernafasan serta menurunkan aktifitas saluran cerna.

 Saraf parasimpatis

 Bekerjanya berlawanan dari saraf simpatis.  b. Lansia

 Pusat penegndalian saraf otonom adalah hipotalamus. Beberapa hal yang dikatakan sebagai penyebab terjadinya gangguan otonom pada usia lanjut adalah penurunan

asetolikolin, atekolamin, dopamine, noradrenalin. Perubahan pada “neurotransmisi” pada ganglion otonom yang berupa penurunan pembentukan asetil-kolin yang disebabkan terutama oleh penurunan enzim utama kolin-asetilase.

 Terdapat perubahan morfologis yang mengakibatkan pengurangan jumlah reseptor kolin. Hal ini menyebabkan predisposisi terjadinya hipotensi postural, regulasi suhu sebagai tanggapan atas panas atau dingin terganggu, otoregulasi disirkulasi serebral rusak sehingga mudah terjatuh.

o Sistem Saraf Perifer

(3)

o Normal

 Saraf aferen

 Berfungsi membawa informasi sensorik baik disadari maupun tidak, dari kepala, pembuluh darah dan ekstermitas. Saraf eferen menyampaikan rangsangan dari luar ke pusat.

 Saraf eferen

 Berfungsi sebagai pembawa informasi sensorik dari otak menuju ke luar dari susunan saraf pusat ke berbagai sasaran (sel otot/kelenjar).

 b. Lansia

 Saraf aferen

 Lansia terjadi penurunan fungsi dari saraf aferen, sehingga terjadi penurunan penyampaian informasi sensorik dari organ luar yang terkena ransangan.

 Saraf eferen

 Lansia sering mengalami gangguan persepsi sensorik, hal tersebut dikarenakan terjadinya penurunan fungsi saraf eferen pada sistem saraf perifer.

o Medulla spinalis

 Perbandingan pada sistem saraf perifer yang normal dan sistem saraf perifer pada lansia yang telah mengalami perubahan/penurunan fungsi adalah sebagai berikut:

 Normal  Fungsinya :

 Pusat gerakan otot tubuh terbesar yaitu, Cornu motorik/ cornu ventralis.  Mengurus kegiatan refleks spinalis dan refleks lutut.

 Menghantarkan rangsangan koordinasi otot dan sendi menuju cerebellum.  Mengadakan komun ikasi antara otak dan semua bagian tubuh.

 Lansia

 Medulla spinalis pada lansia terjadi penurunan fungsi, sehingga mempengaruhi pergerakan otot dan sendi di mana lansia menjadi sulit untuk menggerakkan otot dan sendinya secara maksimal.

12 syaraf kranial

 Nervus Olfactorius

 Fungsinya sebagai penciuman

 Sifatnya sensorik membawa rangsangan aroma dari hidung ke otak  Nervus Optikus

 Fungsinya untuk menentukan ketajaman penglihatan dan lapangan pandang mata

 Sifatnya sensoris, membawa rangsangan penglihatan ke otak  Nervus Okulomotorius

(4)

 Nervus Troklearis

 Fungsinya sebagai saraf pemutar bola mata ke bawah dan dalam  Sifatnya motorik, mensarafi otot-otot orbital

 Nervus Trigeminus

 Fungsinya sebagai penggerak

 Sifatnya majemuk (sensoris motoris)  Saraf ini mempunyai 3 cabang yaitu :

 Nervus Optalmikus : Sifatnya sensorik, mensarafi kulit kepala bagian depan, kelopak mata

 Nervus : Sifatnya sensoris, mensarafi gigi atas, bibir atas, palatum, hidung dan sinus maksilaris

 Nervus Mandibularis : Sifatnya majemuk, mensarafi otot

pengunyah, gigi bawah, dagu dan serabut rongga mulut dan lidah, membawa rangsangan citra rasa ke otak

 Nervus Abdusen

 Fungsinya pergerakan bola mata ke lateral  Sifatnya motoris, mensarafi otot orbital  Nervus Facialis

 Fungsinya sebagai mimik wajah dan menghantarkan rasa pengecap  Sifatnya majemuk, mensarafi wajah, otot-otot lidah dan selapu lender

rongga mulut  Nervus Vestibulotroklearis

 Fungsinya sebagai pendengaran dan keseimbangan (vestibulo)  Sifatnya sensoris, membawa rangsangan dari telinga ke otak  Nervus Glasofaringeus

 Fungsinya menelan dan membawa rangsangan cita rasa ke otak  Sifatnya majemuk, mensarafi faring, tonsil, dan lidah

 Nervus Vagus

 Fungsinya sebagai perasa

 Sifatnya majemuk, mensarafi faring, laring, esofagus, gaster, dan kelenjar pencernaan

 Nervus Assesorius

 Fungsinya untuk mengkaji otot sternokleidomastoideus dan muskulus trapezius

 Nervus Hipoglosus

(5)

 C. Perubahan Sistem Saraf Pada Lansia

o Perubahan dari sistem persarafan dapat ditipicu oleh gangguan dari stimulasi dan inisiasi terhadap respon dan pertambahan usia. Pada lansia dapat diasumsikan terjadi respon yang lambat yang dapat mengganggu performance dalam beraktivitas. Kualitas performance pada lansia akan menurun disebabkan antara lain oleh motivasi, kesehatan, dan pengaruh lingkungan.

o Lansia mengalami kemunduran dalam kemampuan mempertahankan posisi mereka dan menghindari kemungkinan jatuh. Kemampuan mempertahankan posisi dipengaruhi oleh tiga fungsi yaitu:

 Keseimbangan (Balance)  Postur tubuh

 Kemampuan berpindah

 Gangguan yang sering muncul pada lansia antara lain Dizzines, lightheadedness dan vertigo.

o Dizziness

o Sistem saraf pusat mengintegrasi pesan sensorik dari berbagai reseptor untuk menjaga keseimbangan dan pergerakan untuk berinteraksi dengan obyek dan lingkungan. Orang yang tidak dapat menerima informasi atau mengalami kegagalan mengintegrasi informasi secara tepat dapat mengalami dizziness. Dizziness dapat dikategorikan menjadi:

 Perasaan berputar, biasanya disebut vertigo yaitu perasaan berputar. Biasanya berhubungan dengan gangguan sistem vstibular, berlangsung spontan dapat disertai dengan nausea dan muntah.

Impending faint, dizziness menimbulkan sensasi pandangan kabur yang biasanya disebabkan kurangnya suplai darah atau nutrisi ke dalam otak, dapat juga timbul pada lansia dengan postural hypotension, dapat disertai dengan dengingan di telinga, gangguan pandangan dan diaporesis.

(6)

Vague lightheadedness, biasanya karena memiliki gangguan sensori multipel seperti neuropati periperal,katarak, spondilosis servikal, dapat juga memiliki gangguan gangguan vestibular dan fungsi auditori.

o Sinkop

o Sinkop disebabkan karena gangguan pada baroreseptor pada leher atau perubahan pada aliran darah arteri sistemik. Biasanya berhubungan dengan batuk, mikturisi atau hipotensi postural. Sinkop karena batuk biasanya terjadi pada usia pertengahan sampai usia lanjut, terutama pada perokok, empisema dan bronkhitis. Sinkop karena mikturisi karena bendungan urine yang banyak. Sinkop karena hipotensi postural terjadi bila tekanan darah turun sebesar 20 mmHg atau lebih yang terjadi pada saat seseorang secara tiba-tiba bangkit dari posisi berbaring atau duduk. Pada lansia perlu ditekankan untuk bangkit secara perlahan dari tpilet untuk mencegah terjadinya sinkop mikturisi, dan bangkir secara perlahan dari tempat tidur atau kursi untuk menghindari sinkop karena hipotensi postural.

 Hipotermi dan Hipertermi

o Lansia memiliki resiko besar untuk mengalami hipotermi atau hipertermi. Hipotermia terjadi bila suhu tubuh mencapai 35oC atau kurang. Banyak penyebab dari hipotermi, biasanya karena terpapar oleh lingkungan. Dapat juga disebabkan karena kurangnya aktivitas fisik, isolasi sosial, usia karena berkurangnya lapisan lemak dan jaringan subkutaneus, gangguan mekanisme termoregulasi, alkoholisme, diabetes, penyakit kariovaskular dan serbrovaskular, dan infeksi. Pada lansia ditandai dengan suhu tubuh turun, kulit dingin dan sianosis, suara serak, dan alur pikir yang lambat.

(7)

lansia biasanya diatasi dengan menggunakan air dingin dan mandi dengan melakukan masase untuk mencegah vasokonstriksi periper.

 Gangguan tidur

o Pada umumnya lansia memerlukan waktu yang lama untuk tidur dan sering terbangun pada malam hari. Biasanya disebabkan penurunan kemampuan utuk mencapai tidur yang dalam yang berhubungan dengan beberapa faktor seperti nokturia, ansietas, dan gangguan psikologis. Lansia biasanya mengalami “light sleepers” karena gangguan pada saat transisi antara masa tidur dan masa wakefullness.

 Delirium

o Delirum merupakan gangguan fungsi intelektual karena kerusakan pada metabolisme otak. Biasanya ditandai dengan menurunnya perhatian, disorganisasi dalam berpikir, disorientasi, gangguan dalam mengingat, gangguan bicara,dan perubahan aktivitas motorik. Keadaan ini dapat jatuh pada keadaan stupor atau koma, misinterpretasi, ilusi atau halusinasi, ansietas, depresi, iritabel, marah apatis dan euporia. Etiologi dari delirum antara lain gangguan pemenuhan oksigen, substrat, kofaktor metabolik, penyakit organ seperti otak, keracunan, gangguan keseimbangan cairan, ion, asm basa pada sel saraf.

 Demensia

o Merupakan gangguan fungsi intelektual yaitu kehilangan memori dan perubahan kepribadian. Penderita biasanya mengalami gangguan dalam interaksi sosial, memecahkan masalah, mengingat, orientasi dan berperilaku. Karakteristik dari demensia antara lain aphasia, agnosia dan perubahan kepribadian.

 Salah satu bentuk dari demensia pada lansia yang sering terjadi adalah Azlheimers disease.

 Alzheimer Disease

(8)

(khususnya protein amiloid), dan terpapar racun atau factor-faktor di lingkungan yang menyebabkan perubahan pada sel-sel saraf.

 Melalui penelitian bertahun-tahun, terjadi berbagai perubahan pada penderita Alzheimer:  Perubahan di luar

o Seperti sel saraf yang mati mempengaruhi otak menjadi mengecil

o Area otak yang sering dipengaruhi adalah area kontrol yang memiliki banyak fungsi sel memori, berpikir logis dan kepribadian

o Area lain di otak dapat juga terpengaruh dan menunjuk kerusakan

o Area tersebut menjadi mengecil, ruang otak yang terisi cairan (ventrikel) menjadi lebar

 Perubahan mikroskopis

 Struktur mikroskopis tertentu di sel saraf (disebut serabut neurofibril) yang ditulis oleh psikiater Jerman Alois Alzheimer (1864-1915), yang pertama menggambarkan gangguan ini, dan diberi nama seperti namanya. Perubahan mikroskopis lain juga ditemukan pada otak penderita, tetapi pola ini menimbulkan gejala yang tidak diketahui

 Apapun penyebabnya, Alzheimer diakibatkan kegagalan penyebaran sel-sel saraf.

 Hubungan dengan pengantar kimia tertentu (substansi yang diperlukan untuk membantu perjalanan pesan melalui otak) akan tampak

 Sel saraf yang mati sering mengandung pengantar kimia yang disebut asetilkolin

 Tingkat terendah dari enzim kunci (kolin asetil transferase) yang diperlukan untuk pembentukan pengantar kimia yang telah ada di otak penderita Alzheimer

 Berbagai usaha untuk mengobati penyakit ini dengan pengobatan medis yang meningkatkan tingkat asetilkolin otak belum ada yang berhasil

 Tingkatan yang rendah dari pengantar kimia yang lain di otak (seperti serotinin dan norepinefrin) dapat juga mempengaruhi

 Meskipun banyak kasus yang terjadi secara spontan, 5%-10% kasus di dalam satu keluarga.

(9)

 Kromososm ini terletak pada protein amiloid gen, seperti kromosom pada down syndrome juga menderita Alzheimer pada usia sekitar 40 tahun

D. Etiologi

 Sebagaiman dikemukakan di atas, proses desak ruang intrakranial dapat desibabkan oleh berbagai keadaan yang meyebabkan berubahnya volume salah satu komponen intra kranial. Berikut beberapa keadaan tersebut:

o Peningkatan volume darah jaringan otak:  Edema serebral

 Hipotesis Monro-Kellie menyatakan bahwa volume intrakranial sama dengan volume otak (80-85%) ditambah volume darah serebral (3-10%) dan volume cairan serebrospinal (8-12%). Perubahan volume dari salah satu komponen karena proses desak ruang dapat menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial.

 Dalam keadaan normal, otak mempunyai kemampuan melakukan autoregulasi aliran darah serebral untuk menyesuaikan dengan perubahan komponen intrakranial lainnya. Autoregulasi menjamin aliran darah konstan melalui pembuluh darah serebral di atas rentang tekanan perfusi dengan cara mengubah diameter pembuluh darah dalam berespon terhadap tekanan perfusi serebral. Tetapi berbagai faktor dapat mengubah kemampuan pembuluh serebral untuk melakukan kontriksi dan dilatasi seperti iskemia, hipoksia, hiperkapnea dan trauma otak. Karbondioksida merupakan vasodilator yang paling poten pada pembuluh serebral, dapat menyebabkan kenaikan aliran darah serebral dan selanjutnya dapat meningkatkan tekanan intrakranial.

(10)

 Tekanan arteri rata-rata  Tekanan intrakranial

 Bila mekanisme autoregulasi terganggu, aliran darah serebral berfluktuasi sesuai dengan tekanan darah sistemik. Setiap aktivitas yang menyebabkan peningkatan tekanan darah seperti batuk, suksion dan kecemasan dapat menyebabkan peningkatan aliran darah serebral yang dapat meningkatkan tekanan intrakranial.

 Otak mampu melakukan kompensasi atau menerima perubahan minimal pada volume kolaps parsial sisterna, ventrikel dan sistem vaskuler, juga menurunkan pembentukan dan meningkatkan reabsorbsi cairan serebrospinal. Selama masa kompensasi, TIK tetap cukup konstan. Bila mekanisme kompensasi ini telah digunakan sampai batas kemampuan otak, peningkatan TIK tidak dapat diterima lagi dan akan terjadi herniasi yang mengakibatkan terhentinya aliran darah serebral sebagai konsekuensi yang paling berat.

o Tekanan Perfusi Serebral (TPS)

 Aliran darah serebral berjalan dalam TPS > 60 mmHg. Di bawah tingkat ini, suplai darah ke otak tidak adekuat dan akan terjadi hipoksia neural dan dapat terjadi kematian sel neuron. Saat tekanan perfusi menurun, respon kardiovaskuler adalah meningkatkan tekanan darah sistemik. Sistem autoregulasi yang berfungsi mempertahankan aliran darah serebral yang konstan tidak berfungsi bila TPS\

F. Komplikasi

 Masalah Sensori Pada Lansia o Mata atau penglihatan

 Kornea, lensa, iris, aquous humormvitrous humor akan mengalami perubahan seiring bertambahnya usia., karena bagian utama yang mengalami perubahan / penurunan sensifitas yang bisa menyebabkan lensa pada mata, produksi aquous humor juga mengalami penurunan tetapi tidak terlalu terpengaruh terhadap keseimbangan dan tekanan intra okuler lensa umum. Bertambahnya usia akan mempengaruhi fungsi organ pada mata seseorang yang berusia 60 tahun, fungsi kerja pupil akan mengalami penurunan 2/3 dari pupil orang dewasa atau muda, penurunan tersebut meliputi ukuran-ukuran pupil dan kemampuan melihat dari jarak jauh. Proses akomodasi merupakan kemampuan untuk melihat benda-bend dari jarak dekat maupun jauh. Akomodasi merupakan hasil koordianasi atas ciliary body dan otot-otot ins, apabial sesorang mengalami penurunan daya akomodasi makaorang tersebut disebut presbiopi. 5 masalah yang muncul ada lansia :

 Penurunan kemampuan penglihatan

 ARMD ( agp- relaed macular degeneration )  Glaucoma

 Katarak

(11)

o Glaukoma

 Glaukoma dapat terjadi pada semua usia tapi resiko tinggi pada lansia usia 60 tahun keatas, kerusakan akibat glaukoma sering tidak bisa diobati namun dengan medikasi dan pembedahan mampu mengurangi kerusakan pada mata akibat glaukoma. Glaukoma terjadi apabila ada peningkatan tekanan intra okuler ( IOP ) pada kebanyakan orang disebabkan oleh oleh peningkatan tekanan sebagai akibat adanya hambatan sirkulasi atau pengaliran cairan bola mata (cairan jernih berisi O2, gula dan nutrisi), selain itu disebabkan kurang aliran darah kedaerah vital jaringan nervous optikus, adanya kelemahan srtuktur dari syaraf.

o Strok

 Adalah penyakit padasistem syaraf pusat ( otak ) yang ditandai dengan gangguan pada peredaran darah, baik itu karena sumbatan pembuluh darah maupun pendarahan ( pecahnya pembuluh darah ) di otak sehingga menyebabkan gangguan anatomo dan fisiologi otak.

 Adalah penyakit yang disebabkan oleh masuknya bakteri / virus / parasit kedalam otak dan selaput otak. Gejala awalnya adalah panas badan tinggi, badan lemah, kaku leher dan muntah-muntah yang tidak membaik dengan obat-obatan biasa. Penyakit timbul apabila keradangan meluas sampai timbul bengkak otak dan atau abses ( borok ) otak sehingga menimbulkan penurunan kesadaran ( coma ).

G. Test Diagnostik

 Tes diagnostik yang sering dilakukan diuraikan pada tabel berikut: a. CT Scan

 CT Scan memberikan gambaran rinci dari struktur tulang, jaringan dan cairan tubuh. Dapat menunjukkan perubahan struktur karena tumor, hematom atau hidrosefalus.

 b. MRI (Magnetic Resonance Imaging)

 Sacn dengan MRI membuat gambaran grafis dari struktur tulang, cairan dan jaringan lunak. Dapat memberikan hasil yang lebih jelas tentang detail anatomi dan dapat membantu diagnosis tumor yang kecil atau sindrom infark dini.

 c. PET (Positron Emission Tomografi)

 Test dignostik untuk mengukur proses fisiologis dan biokimia dalam sistem saraf. Daerah tertentu dapat teridentifikasi sebagai berfungsi atau tidak.

 d. Angiografi Serebral

(12)

(aneurisma), pergeseran pembuluh (tumor dan edema) dan perubahan aliran darah

 Membantu mendeteksi dan menemukan tempat aktivitas listrik abnormal dalam korteks serebri

 g. Pungsi Lumbal

 Pemeriksaan CSS terhadap adanya darah, perubahan karater, jumlah sel, protein, dan glukosa dan memperkirakan TIK.

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Fokus Pengkajian o Riwayat Keperawatan

o Hal-hal yang perlu ditanyakan pada anamnesis riwayat neurologis:

 Trauma yang baru terjadi yang dapat mempengaruhi sistem saraf (jatuh, kecelakaan lalulintas)

 Infeksi yang baru terjadi termasuk sinusitis, infeksi telinga dan sakit gigi.

 Sakit kepala dan masalah-masalah gangguan daya konsentrasi dan ingatan yang baru terjadi.

 Perasaan pusing, kehilangan keseimbangan, melayang, melamun, tinitus dan masalah pendengaran.

 Kecanggungan atau kelemahan ekstremitas, kesulitan berjalan.  Penyimpangan sensoris (kesemutan, baal, hipersensitivitas, nyeri)

atau kehilangan sensori pada wajah, badan dan ekstremitas.  Impotensi dan kesulitan berkemih.

 Kesulitan dalam kegiatan sehari-hari.

 Efek masalah pada pola hidup, kinerja pekerjaan dan interaksi sosial.

 Penggunaan tembakau, alkohol dan obat-obat tertentu. o Pengkajian Fisik

o Hal-hal yang perlu dilakukan pada pemeriksaan fisik neurologis adalah:  Pemeriksaan tingkat kesadaran (GCS)

(13)

 Kelemahan otot merupakan tanda penting pada beberapa gangguan neurologis. Beberapa tes khusus digunakan untuk mendeteksi kelainan yang lebih spesifik seperti tes Romberg untuk memeriksa koordinasi keseimbangan tubuh tes koordinasi jari hidung untuk diperiksa meliputi refleks regangan otot (refleks tendon), refleks kutaneus (superfisial) dan adanya refleks abnormal seperti refleks Babinski.

 Gerakan involunter

 Gerakan involunter adalah gerakan bagian tubuh yang tidak dapat dikendalikan seperti tremor, fasikulasi, klonus, mioklonus, hemibalismus, chorea dan atetosis.

 Perubahan pupil

 Pupil dapat dinilai ukuran dan bentuknya serta respon terhadap cahaya.  Tanda vital

o Diagnosa-diagnosa berikut ini adalah sebagian diagnosa yang dapat di angkat pada pasien lansia dengan gangguan sistem persarafan yang di kutip dari diagnosa keperawatan NANDA.

o Resiko tinggi cedera berhubungan dengan penurunan fungsi fisiologis dan kognitif.

o Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan secara menyeluruh.

o Gangguan persepsi sensori (visual, auditori, kinestetik, pengecapan, taktil, penciuman) berhubungan dengan perubahan penerimaan sensori, transmisi dan integrasi.

o Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan/penurunan sistem saraf.

o C. INTERVENSI KEPERAWATAN

o Resiko tinggi cedera berhubungan dengan penurunan fungsi fisiologis dan kognitif.

(14)

 Pasien bebas dari resiko cedera.

 Tidak memperlihatkan tanda cedera fisik.  Intervensi :

 Kaji status mental dan fisik.

 Lakukan strategi untuk mencegah cedera yang sesuai untuk status fisiologis.

 Pertahankan tindakan kewaspadaan.

 Singkirkan atau lepaskan alat-alat yang dapat membahayakan pasien.  Hindari tugas-tugas yang membahayakan.

o Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan secara menyeluruh.  Tujuan :

 Pasien akan mengidentifikasikan aktifitas dan/atau situasi yang menimbulkan kecemasan yang berkontribusi pada intoleransi aktivitas.  Pasien dapat menampilkan aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS).  Intervensi :

 Kaji respon emosi, sosial, dan spiritual terhadap aktivitas.

 Evaluasi motivasi dan keinginan pasien untuk meningkatkan aktivitas.  Hindari menjadwalkan aktivitas selama periode istirahat.

 Bantu pasien untuk mengubah posisi secara berkala dan ambulasi yang dapat di toleransi.

o Gangguan persepsi sensori (visual, auditori, kinestetik, pengecapan, taktil, penciuman) berhubungan dengan perubahan penerimaan sensori, transmisi dan integrasi.

Tujuan :

 Pasien dapat menunjukkan kemampuan kognitif.

 Pasien dapat mengidentifikasikan diri, orang, tempat, dan waktu.  Intervensi :

 Pantau perubahan status neurologis pasien.  Pantau tingkat kesadaran pasien.

 Identifikasikan factor yang berpengaruh terhadap gangguan persepsi sensori.

 Pastikan akses dan penggunaan alat bantu sensori.

 Tingkatkan jumlah stimulus untuk mencapai tingkat sensori yang sesuai.  d. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan/penurunan sistem

saraf pusat.  Tujuan :

 Pasien dapat berkomunikasi dengan baik.  Intervensi :

 Kaji kemampuan berbicara, menulis, membaca, dan memahami simbol.  Anjurkan kunjungan keluarga secara teratur untuk memberikan stimulasi

(15)

 Anjurkan pasien untuk berkomunikasi secara perlahan.

DAFTAR PUASTAKA

 Handayani Sri, Dkk. 2006. Seri Asuhan Keperawatan “Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal”. Jakarta : EGC.

 Barbara C. Long, 1989. Perawatan Medical Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan) Sint Louis. Mosby Year Book. Inc.

(16)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikim Wr. Wb.

Alhamdullilahirabbil’alamin, dengan mengucap syukur kepada Allah SWT yang mana atas berkat Rahmat dan Ridho-Nya jualah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tak lupa pula kami ucapkan Shalawat dan Salamnya kepada Rosulullah SAW yang mana beliau sebagai suri tauladan kita sehingga kita dapat menuntut ilmu dari apa-apa yang dibawanya dan mencontoh sikapnya.

Seiring berjalannya zaman, ilmu semakin diperlukan oleh siapa saja dan tak mengenal usia. Oleh karena itu, kami sedikit membuat tulisan dalam makalah ini yang semoga dapat menambah ilmu para pembaca. Selain itu, dalam penyusunan makalah ini kami selaku penyusun banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak baik itu secara langsung maupun tidak langsung atas penyelesaian makalah ini. kami menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari para dosen pembimbing serta semangat dari teman-teman, makalah ini tidak akan dapat terselesaikan.

Kami sangat menyadari bahwasannya makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh sebab itu, kami mengharapkan saran dan kritiknya demi kesempurnaan makalah ini. Harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

(17)

TIM PENYUSUN

TUGAS

KOMUNITAS 2

PERUBAHAN FISIOLOGI SISTEM PERSYARAFAN

PADA LANSIA

D

ISUSUN OLEH:

M. JEFRI AMHARUDIN (12320043)

SUPRIADI (12320069)

NURJANAH (12320056)

PROGRAM STUDY ILMU KKEPERAWATAN

UNIVERSITAS MALAHAYATI

(18)

Referensi

Dokumen terkait

RIWAYAT KELUARGA (Semua Anak ditulis datanya). Pekerjaan : Ibu Rumah

Pernyataan yang hampir sama diungkapkan oleh Mowen (2002) yaitu perspektif pengambilan keputusan (decision-making perspektif) menggambarkan seorang konsumen sedang

Renja Dinas SDAPE Tahun 2014 merupakan gambaran rencana prioritas pembangunan Pemerintah Kabupaten Bandung di bidang sumber daya air pertambangan dan energi yang

mewajibkannya kepada mereka tetapi "mereka sendirilah yang mengada-adakannya# untuk mencari keridhaan $llah, lalu mereka tidak memeliharanya dengan pemeliharaan

Dengan asumsi data SST Niño3.4 dapat diwakili oleh data ESPI, maka sesuai dengan landasan teori sebelumnya yang menyatakan bahwa akan terjadi kering yang relatif sangat

In God’s Image – Journal of Asian Women’s Resource Centre for Culture and Theology 28, no.. dengan kekerasan simbolis. Kekerasan ini dimaknai sebagai bentuk penggunaan bahasa

Pada hari ini Kamis tanggal dua puluh sembilan bulan Desember tahun dua ribu enam belas (29-12-2016), kami. pokja Lembaga pemasyarakatan Kelas IIA Mataram dengan ini menerangkan