• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kejayaan Islam pada Masa Bani Umayyah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kejayaan Islam pada Masa Bani Umayyah"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

1

A. Kejayaan Islam pada Masa Bani Umayyah

Daulat Bani Umayyah mengambil nama keturunan dari Umayyah ibnu abdi Syams ibn abdi Manaf. Dia seorang yang terkemuka dalam persukuan Quraisy di zaman jahiliyah, bergandingan dengan pamannya Hasyim ibnu Abdi Manaf. Diantara Umayyah dengan Hasyim adalah dua sosok yang paling keras dalam merebut kedudukan kalangan Quraisy.

Dinasti Umayyah berdiri pada tahun 661 M s.d 750 M. Meskipun dinasti ini kurang dari satu abad, tetapi pencapaian ekspansi sangat luas. Ekspansi ke negeri – negeri yang sangat jauh dari pusat kekuasaan islam dilakukan dalam waktu kurang dari setengah abad. Ini tentunya merupakan kemenangan yang sangat menakjubkan dari suatu bangsa yang sebelumnya tidak pernah mempunyai pengalaman politik yang memadai.

Pendirian dinasti ini, berawal dari masalah tahkim yang menyebabkan perpecahan dikalangan pengikut Ali, yang berakhir dengan kematiannya. Sepeninggalan Ali itu sebenarnya masyarakat secara beramai – ramai membaiat Hasan putra Ali untuk menjadi khalifah. Tetapi Hasan memang kurang berminat untuk menjadi Khalifah. Karena itu setelah Hasan berkuasa dalam beberapa bulan, Mu’awiyah meminta agar jabatan khalifah diberikan kepadanya, Hasan kemudian menyetujui permintaan tersebut dan memberikan beberapa persyaratan kepada Mu’awiyah. Dengan demikian jabatan Khalifah dilimpahkan secara penuh kepada Mu’awiyah. Peristiwa ini kemudian dikenal dengan istilah amul jama’ah, atau tahun persatuan umat islam. Sejak itulah Mu’awiyah resmi menjadi kholifah baru umat islam yang berpusat di Damaskus. Adapun syarat yang di kemukakan oleh Hasan adalah jaminan hidup, dan ketika Mu’awiyah meninggal supaya jabatan itu diserahkan kembali kepadanya.

Langkah awal yang diambil oleh Mu’awiyah adalah memindahkan pusat pemerintahan dari Madinah ke Damaskus. Hal ini dapat dimaklumi karena jika dianalisa setidaknya ada 2 faktor yang mempengaruhi, yaitu di Madinah sebagai pusat pemerintahan khulafaurrasyidin sebelumnya, masih terdapat sisa – sisa kelompok yang antipati terhadapnya. Sedangkan di Damaskus pengaruhnya telah menciptakan nilai simpatik masyarakat, basis kekuatannya cukup kuat.

Kemudian, Mu’awiyah melakukan penggantian sistem kekhalifahan kepada sistem kerajaan (Monarchi absolut). Sehingga pergantian pemimpin dilakukan berdasarkan garis keturunan (monarchi heridetis), bukan atas dasar demokrasi sebagaimana yang terjadi di zaman sebelumnya. Model pemerintahan yang di tetapkan oleh Mu’awiyah ini banyak di ambil dari model pemerintahan Byzantium. Karena Syiria pernah dikuasai Byzantium selama kurang lebih 500 tahun sampai kedatangan islam, sedang Damaskus menjadi pusat pemerintahannya.

▸ Baca selengkapnya: sebutkan beberapa departemen yang terbentuk pada masa daulah umayyah di damaskus

(2)

2

Pada masa Mu’awiyah mulai diadakan perubahan – perubahan

administrasi pemerintah, dibentuk pasukan bertombak pengawal raja dan dibangun bagian khusus di dalam masjid untuk pengamanan tatkala dia menjalankan shalat. Mu’awiyah juga memperkenalkan materai resmi untuk pengiriman memorandum yang berasal dari Khalifah. Para sejarawan mengatakan bahwa di dalam sejarah Islam, Mu’awiyah lah yang pertama – tama mendirikan balai–balai pendaftaran dan menaruh perhatian atas jawatan pos, yang tidak lama kemudian berkembang menjadi suatu susunan teratur, yang menghubungkan berbagai bagian negara.

Pada masa Bani Umayyah dibentuk semacam dewan sekertaris negara (Diwan al-kitabah) untuk mengurus berbagai urusan pemerintahan, yang terdiri dari lima orang sekertaris yaitu: katib ar – Rasail, katib al – Kharraj, katib al – Jund, katib asy – Syurtah dan katib al – Qodi. Untuk mengurusi administrasi pemerintahan di daerah, diangkat seorang Amir al – Umara (Gubernur jenderal) yang membawahi beberapa “amir” sebagai penguasa suatu wilayah.

Dinasti Umayyah yang ibukota pemerintahannya di Damaskus, berlangsung selama 91 tahun dan diperintah oleh 14 orang khalifah, mereka itu ialah :

NO Nama Khalifah Tahun Pemerintahan

1. Mu’awiyah ibn Abi Sufyan 661 – 680

2. Yazid ibn Mu’awiyah 680 - 683

3. Mu’awiyah II ibn Yazid 683

4. Marwan ibn hakam 683 – 685

5. Abdul malik ibn Marwan 685 – 705

6. Walid ibn Abdul Malik 705 – 715

7. Sulaiman ibn Abdul malik 715 – 717

8. ‘Umar ibn Abdul ‘Aziz 717 – 720

9. Yazid II ibn Abdul Malik 720 – 724

10. Hisyam ibn Abdul Malik 724 – 743)

11. Walid ibn Yazid ibn Abdul Malik 743 – 744 12. Yazid III ibn Walid ibn Abdul Malik 744

13. Ibrahim 744

14. Marwan II ibn Muhammad ibn Marwan ibn

Hakam 744 – 750

(3)

3

Pada masa Abdul Malik ibn Marwan, jalannya pemerintahan ditentukan oleh

empat departemen pokok (Diwan). Ke empat departemen (kementrian) itu ialah :

1. Kementrian pajak tanah (diwan al – kharraj) yang tugasnya mengawasi departemen keuangan.

2. Kementrian khatam (diwan al – khatam) yang bertugas merancang dan mengesahkan ordonasi pemerintah. Sebagaimana masa Mu’awiyah telah diperkenalkan materai resmi untuk memorandumdari Kholifah, maka setiap tiruan dari memorandum itu dibuat kemudian ditembus dengan benang, disegel dengan lilin, yang akhirnya dipres dengan segel kantor. 3. Kementrian surat menyurat (diwan al – rasail), dipercayakan untuk

mengontrol permasalahan di daerah – daerah dan semua komunikasi dari gebernur – gubernur.

4. Kementrian urusan perpajakan (diwan al mustagallat)

Bahasa administrasi yang berasal dari bahasa Yunani dan Persia diubah dalam bahasa Arab dimulai dari Abdul Malik pada tahun 85 / 704.

Dilihat dari perkembangan kepemimpinan ke – 14 Khalifah tersebut, maka periode Bani Umayyah dapat dibagi menjadi 3 masa : permulaan, kejayaan dan keruntuhan. Masa permulaan ditandai dengan usaha–usaha Mu’awiyah meletakkan dasar – dasar pemerintahan dan orientasi kekuasaan; pembunuhan terhadap Husain ibn Ali, perampasan kota Madinah, penyerbuan kota Makkah pada masa Yazid I, dan perselisihan antara suku – suku Arab pada masa Mu’awiyah II.

Kejayaan Bani Umayyah dimulai pada masa pemerintahan Abdul Malik. Dia dianggap sebagai pendiri daulah Bani Umayyah ke dua. Karena mampu mencegah disintegrasi yang telah terjadi sejak pada masa Marwan. Sebagai seorang ahli tatanegara dan administrator ulung, Abdul Malik berhasil menyempurnakan administrasi pemerintah Bani Umayyah. Masa penggantinya, Walid I merupakan periode kemenangan, kemakmuran dan kejayaan. Negara islam meluas ke daerah barat dan timur, beban hidup masyarakat mulai ringan, pembangunan kota dan gedung – gedung umum seperti masjid dan perkantoran mendapat perhatian yang cukup serius.

Kejayaan Bani Umayyah berakhir pada masa pemerintahan Umar ibn Aziz (umar II). Dia terpelajar dan taat beragama. Dia juga pelopor penyebaran agama islam. Beberapa sejarawan mengatakan bahwa pemerintahannya termasyhur seperti halnya pemerintahan orthodox yaitu pemerintahan Abu Bakar dan Umar. Akan tetapi pemerintahanya hanya bertahan selama 2 tahun 5 bulan.

(4)

4

Sepeninggalan Umar II kekhalifahan mulai melemah dan akhirnya

hancur. Para Khalifah pengganti Umar II selalu mengorbankan kepentingan umum untuk kesenangan pribadi. Perselisihan diantara putera mahkota, serta antara pemimpin daerah merupakan sebab – sebab lain yang menyebabkan kehancuran kekuasaan Bani Umayyah. Abu al Abbas mengadakan kerjasama dengan Kaum Syiah. Pada tahun 750 M pertempuran terakhir antara pasukan Abbasiah yang dipimpin Abu Muslim al – Khurasani dan pasukan Mu’awiyah terjadi di Irak. Yang mana waktu itu kepemimpinan Bani Umayyah dipegang oleh Marwan II. Tidak lama kemudian Damaskus jatuh ke tangan kekuasaan Bani Abbas.

Runtuhnya Bani Umayyah di Damaskus dimulai dari Khalifah Yazid II sampai khalifah Marwan II. Disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya:

1. Perselisihan antar putra mahkota.

2. Permusuhan antar suku-suku Arab yang dihidupkan lagi setelah kematian Yazid II.

3. Beberapa Khalifah memanjakan diri dengan kemewahan.

4. Beberapa Khalifah bersikap tidak adil terhadap warga negara sehingga menjadi kecewa dan ingin dibebaskan diri dari mereka.

5. Keadaan pertanian hancur dan perbandaharaan kosong.

6. Para menteri yang diberi kepercayaan justru mementingkan permasalahan mereka sendiri dan menyembunyikan segala permasalahan pemerintah. 7. Gaji pasukan perang tidak dibayarkan.

8. Para musuh meminta bantuan untuk menyerang/melawan meraka, tetapi mereka tidak mampu menyerang serangan karena pembantu sangat sedikit. 9. Penyembunyian berita-berita merupakan salah satu faktor dasar penyebab

runtuhnya kerajaan.

B. Perkemangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Kesenian

Meskipun masa kepemimpinan Bani Umayyah di Damaskus sarat dengan intrik politik internal maupun eksternal yang kemudian menghasilkan perluasan wilayah Islam, namun mereka tidak melupakan perkembangan intelektual. Berbagai perkembangan peradaban dan kebudayaan yang ada meliputi:

1. Arsitektur

Pada masa dinasti Umayyah seni arsitektur bertumpu pada bangunan sipil berupa kota-kota dan bangunan agama berupa masjid-masjid. Corak bangunan yang ada pada masa ini merupakan gaya perpaduan Persia, Romawi, dan Arab yang dijiwai semangat Islam.

(5)

5

Pembangunan yang dilakukan meliputi perbaikan kota lama dan

membangun beberapa kota baru. Damaskus yang dulunya merupakan ibukota Kerajaan Romawi Timur di Syam pada masa sebelum Islam, merupakan kota lama yang dibangun kembali serta dijadikan ibukota Daulah ini. Di kota ini dibangun gedung-gedung indah, jalan-jalan dan taman-taman rekreasi yang menakjubkan. Pada masa kekhalifahan Walid dibangun masjid agung yang terkenal dengan nama “Masjid Damaskus”. Arsitek pembangunan masjid ini adalah Abu Ubaidah ibn Jarrah.

Kota Kairawan merupakan salah satu kota baru yang dibangun pada masa ini oleh Uqbah ibn Nafi ketika ia menjabat sebagai gubernur di wilayah ini pada masa Khalifah Mu’awiyah. Kota Kairawan dibangun dengan gaya arsitektur Islam dan dilengkapi dengan berbagai gedung, masjid, taman rekreasi, pangkalan militer, dsb.

Pada masa Umawiyah ini juga dilakukan perbaikan-perbaikan masjid tua yang ada sejak zaman Rasulullah. Khalifah Abdul Malik bin Marwan menyediakan dana sebesar 10.000 dinar emas untuk memperluas Masjid al-Haram yang disempurnakan pada masa khalifah Walid.

Demikian juga dengan Masjid Nabawi, diperluas dan diperindah dengan konstruksi Syiria di bawah pengawasan Umar ibn Abd Al- Aziz, yang pada saat itu menjabat sebagai gubernur Madinah. Dinding masjid ini dihiasi mozaik dan batu permata. Tiangnya dari batu marmer, lantainya dari batu pualam, plafonnya bertahtakan emas murni, ditambah empat buah menara.

2. Organisasi Militer

Organisasi militer pada masa Bani Umayyah terdiri dari angkatan darat (al-jund), angkatan laut (al-bahriyah), dan angkatan kepolisian (as-syurthah). Bala tentara pada masa ini muncul atas dasar paksaan. Angkatan bersenjata terdiri dari orang-orang arab. Setelah wilayah kekuasaan meluas sampai ke Afrika Utara orang luar pun terutama bangsa Barbar turut ambil bagian dalam kemiliteran ini. Pada masa Abd al-Malik ibn Marwan diberlakukan Undang-Undang Wajib Militer (Nidam at-Tajdid al-Ijbari).

3. Perdagangan

(6)

6

Daerah kekuasaan daulah Bani Umayyah yang semakin luas

menjadikan lalu lintas perdagangan mendapat jaminan yang layak. Lalu lintas darat melalui jalan Sutera ke Tiongkok meliputi perdagangan sutera, keramik, obat-obatan, dan wewangian. Sedangkan lalu lintas laut ke arah negeri-negeri belahan timur untuk mencari rempah-rempah, bumbu, kasturi, permata, logam mulia, gading, dan bulu-buluan. Keadaan ini membawa ibukota Basrah di teluk Persi menjadi pelabuhan dagang yang ramai dan makmur, begitu pula Kota Aden. Perkembangan perdagangan ini mendorong meningkatnya kemakmuran bagi Bani Umayyah.

4. Kerajinan

Pada masa khalifah Abd Malik mulai dirintis pembuatan tiraz (semacam bordiran), yaitu cap resmi yang dicetak pada pakaian khalifah dan para pembesar pemerintahan. Abdul Aziz (gubernur Mesir), mengganti formattiraz yang semula merupakan terjemahan dari rumus Kristen menjadi rumus Islam dengan lafaz “la illaha illa Allah”. Begitu juga seni lukis, sejak khalifah Mu’awiyah sudah mendapat perhatian masyarakat. Sebuah lukisan yang ditorehkan oleh khalifah Walid I adalah lukisan berbagai gambar binatang, tetapi corak dan warna masih bersifat Hellenisme (budaya Yunani) yang kemudian dimodifikasi menrut cara-cara Islam. Hal ini menarik para penulis Eropa.

5. Kedokteran

Khalifah Al-Walid telah memberikan sumbangan berupa pemisahan antara ahli tentang penyebab penyakit dengan ahli tentang pengobatan. Khalifah Umar telah memindahkan sekolah kedokteran dari Iskandariyah ke Antiokhia dan Harran. Khalifah Khalid ibn Yazid memerintahkan penterjemahan buku-buku kedokteran, kimia, dan astrologi dari bahasa Yunani dan Kopti kedalam bahasa Arab.

6. Sejarah atau historiografi

Maharani Dyah Pertiwi

(7)

7

Munculnya Ubaid bin Syarya seorang penulis sejarah dalam

bentuksirah dan maghazi dan telah menginformasikannya ke Muawiyah tentang pemerintahan bangsa Arab dahulu dan asal usul ras mereka.

Muncul tokoh-tokoh sejarah seperti Wahab ibn Munabbih (W.728M), Kaab Al Akhbar (W.625/654M) dan lainnya.

7. Musik dan Syair

Munculnya Said bin Miagah (W.714M) orang yang pertama kali memasukkan nyanyian Persia dan byzantium kedalam bahasa arab.

Seni sastra berkembang dengan pesatnya, sehingga mampu menembus ke dalam jiwa manusia dan berkedudukan tinggi di dalam masyarakat. Sehingga syair yang muncul senantiasa menonjolkan sastranya, disamping isinya yang sangat bermutu. Para penyair tersebut diantaranya adalah Junair (653-733M), Al-Farazdah (641-732M), dan Imran bin Hattan. Dalam seni suara yang sangat berkembang adalah seni bca al-qur’an, qasidah, dan seni musik kalinnya.

B. Kejayaan Islam pada Masa Bani Abbasyah

Masa Daulah Abbasiyah adalah masa keemasan Islam, atau sering disebut dengan istilah ‘’The Golden Age’’. Pada masa itu Umat Islam telah mencapai puncak kemuliaan, baik dalam bidang ekonomi, peradaban dan kekuasaan. Selain itu juga telah berkembang berbagai cabang ilmu pengetahuan, ditambah lagi dengan banyaknya penerjemahan buku-buku dari bahasa asing ke bahasa Arab. Fenomena ini kemudian yang melahirkan cendikiawan-cendikiawan besar yang menghasilkan berbagai inovasi baru di berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Bani Abbas mewarisi imperium besar Bani Umayah. Hal ini memungkinkan mereka dapat mencapai hasil lebih banyak, karena landasannya telah dipersiapkan oleh Daulah Bani Umayah yang besar. Menjelang tumbangnya Daulah Umayah telah terjadi banyak kekacauan dalam berbagai bidang kehidupan bernegara; terjadi kekeliruan-kekeliruan dan kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh para Khalifah dan para pembesar negara lainnya sehingga terjadilah pelanggaran-pelanggaran terhadap ajaran Islam, termasuk salah satunya pengucilan yang dilakukan Bani

(8)

8

Umaiyah terhadap kaum mawali yang menyebabkan ketidak puasan dalam diri

mereka dan akhirnya terjadi banyak kerusuhan .

Bani Abbas telah mulai melakukan upaya perebutan kekuasaan sejak masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz (717-720 M) berkuasa. Khalifah itu dikenal memberikan toleransi kepada berbagai kegiatan keluarga Syiah. Keturunan Bani Hasyim dan Bani Abbas yang ditindas oleh Daulah Umayah bergerak mencari jalan bebas, dimana mereka mendirikan gerakan rahasia untuk menumbangkan Daulah Umayah dan membangun Daulah Abbasiyah.

Di bawah pimpinan Imam mereka Muhammad bin Ali Al-Abbasy mereka bergerak dalam dua fase, yaitu fase sangat rahasia dan fase terang-terangan dan pertempuran. Selama Imam Muhammad masih hidup gerakan dilakukan sangat rahasia. Propaganda dikirim ke seluruh pelosok negara, dan mendapat pengikut yang banyak, terutama dari golongan-golongan yang merasa ditindas, bahkan juga dari golongan-golongan yang pada mulanya mendukung Daulah Umayah. Setelah Imam Muhammad meninggal dan diganti oleh anaknya Ibrahim, pada masanya inilah bergabung seorang pemuda berdarah Persia yang gagah berani dan cerdas dalam gerakan rahasia ini yang bernama Abu Muslim Al-Khurasani. Semenjak masuknya Abu Muslim ke dalam gerakan rahasia Abbasiyah ini, maka dimulailah gerakan dengan cara terang-terangan, kemudian cara pertempuran, dan akhirnya dengan dalih ingin mengembalikan keturunan Ali ke atas singgasana kekhalifahan, Abu Abbas pimpinan gerakan tersebut berhasil menarik dukungan kaum Syiah dalam mengobarkan perlawanan terhadap kekhalifahan Umayah. Abu Abbas kemudian memulai makar dengan melakukan pembunuhan sampai tuntas semua keluarga Khalifah, yang waktu itu dipegang oleh Khalifah Marwan II bin Muhammad. Begitu dahsyatnya pembunuhan itu sampai Abu Abbas menyebut dirinya sang pengalir darah atau As-Saffah. Maka bertepatan pada bulan Zulhijjah 132 H (750 M) dengan terbunuhnya Khalifah Marwan II di Fusthath, Mesir dan maka resmilah berdiri Daulah Abbasiyah.

(9)

9

Dalam peristiwa tersebut salah seorang pewaris takhta kekhalifahan

Umayah, yaitu Abdurrahman yang baru berumur 20 tahun, berhasil meloloskan diri ke daratan Spanyol. Tokoh inilah yang kemudian berhasil menyusun kembali kekuatan Bani Umayah di seberang lautan, yaitu di keamiran Cordova. Di sana dia berhasil mengembalikan kejayaan kekhalifahan Umayah dengan nama kekhalifahan Andalusia.

Pada awalnya kekhalifahan Daulah Abbasiyah menggunakan Kufah sebagai pusat pemerintahan, dengan Abu Abbas As-Safah (750-754 M) sebagai Khalifah pertama. Kemudian Khalifah penggantinya Abu Jakfar Al-Mansur (754-775 M) memindahkan pusat pemerintahan ke Baghdad. Di kota Baghdad ini kemudian akan lahir sebuah imperium besar yang akan menguasai dunia lebih dari lima abad lamanya. Imperium ini dikenal dengan nama Daulah Abbasiyah.

Dalam beberapa hal Daulah Abbasiyah memiliki kesamaan dan perbedaan dengan Daulah Umayah. Seperti yang terjadi pada masa Daulah Umayah, misalnya, para bangsawan Daulah Abbasiyah cenderung hidup mewah dan bergelimang harta. Mereka gemar memelihara budak belian serta istri peliharaan (hareem). Kehidupan lebih cenderung pada kehidupan duniawi ketimbang mengembangkan nilai-nilai agama Islam . Namun tidak dapat disangkal sebagian khalifah memiliki selera seni yang tinggi serta taat beragama.

1. Sistem Politik dan Pemerintahan

Khalifah pertama Bani Abbasiyah, Abdul Abbas yang sekaligus dianggap sebagai pendiri Bani Abbas, menyebut dirinya dengan julukan Al-Saffah yang berarti Sang Penumpah Darah. Sedangkan Khalifah Abbasiyah kedua mengambil gelar Al-Mansur dan meletakkan dasar-dasar pemerintahan Abbasiyah. Di bawah Abbasiyah, kekhalifahan berkembang sebagai system politik. Dinasti ini muncul dengan bantuan orang-orang Persia yang merasa bosan terhadap Bani Umayyah di dalam masalah sosial dan politik diskriminastif. Khalifah-khalifah Abbasiyah yang memakai gelar ”Imam”, pemimpin masyarakat muslim bertujuan untuk menekankan

(10)

10

arti keagamaan kekhalifahan. Abbasiyah mencontoh tradisi Umayyah di

dalam mengumumkan lebih dari satu putra mahkota raja.

Al-Mansur dianggap sebagai pendiri kedua dari Dinasti Abbasiyah. Di masa pemerintahannya Baghdad dibagun menjadi ibu kota Dinasti Abbasiyah dan merupakan pusat perdagangan serta kebudayaan. Hingga Baghdad dianggap sebagai kota terpenting di dunia pada saat itu yang kaya akan ilmu pengetahuan dan kesenian. Hingga beberapa dekade kemudian dinasti Abbasiyah mencapai masa kejayaan.

Ada beberapa sistem politik yang dijalankan oleh Daulah Abbasiyah, yaitu a. Para Khalifah tetap dari keturunan Arab murni, sedangkan pejabat

lainnya diambil dari kaum mawalli.

b. Kota Bagdad dijadikan sebagai ibu kota negara, yang menjadi pusat kegiatan politik, ekonomi, sosial dan ataupun kebudayaan serta terbuka untuk siapa saja, termasuk bangsa dan penganut agama lain.

c. Ilmu pengetahuan dianggap sebagai sesuatu yang mulia, yang penting dan sesuatu yang harus dikembangkan.

d. Kebebasan berpikir sebagai hak asasi manusia.

2. Sistem Sosial

Pada masa ini, sistem sosial adalah sambungan dari masa sebelumnya (Masa Dinasti Umaiyah). Akan tetapi, pada masa ini terjadi beberapa perubahan yang sangat mencolok, yaitu:

a. Tampilnya kelompok mawali dalam pemerintahan serta mendapatkan tempat yang sama dalam kedudukan social

b. Kerajaan Islam Daulah Abbasiyah terdiri dari beberapa bangsa ang berbeda-beda (bangsa Mesir, Syam, Jazirah Arab dll.).

c. Perkawinan campur yang melahirkan darah campuran

d. Terjadinya pertukaran pendapat, sehingga muncul kebudayaan baru .

(11)

11

3. Kejayaan Daulah Abbasiyah

Masa Abbasiyah menjadi tonggak puncak peradaban Islam. Khalifah-khalifah Bani Abbasiyah secara terbuka mempelopori perkembangan ilmu pengetahuan dengan mendatangkan naskah-naskah kuno dari berbagai pusat peradaban sebelumnya untuk kemudian diterjemahkan, diadaptasi dan diterapkan di dunai Islam. Para ulama’ muslim yang ahli dalam berbagai ilmu pengetahuan baik agama maupun non agama juga muncul pada masa ini. Pesatnya perkembangan peradaban juga didukung oleh kemajuan ekonomi imperium yang menjadi penghubung dunua timur dan barat. Stabilitas politik yang relatif baik terutama pada masa Abbasiyah awal ini juga menjadi pemicu kemajuan peradaban Islam.

a. Gerakan penerjemahan

Meski kegiatan penerjemahan sudah dimulai sejak Daulah Umayyah, upaya untuk menerjemahkan dan menskrinsip berbahasa asing terutama bahasa yunani dan Persia ke dalam bahasa arab mengalami masa keemasan pada masa DaulahAbbasiyah. Para ilmuandiutus ke daeah Bizantium untuk mencari naskah-naskah yunanidalam berbagai ilmu terutama filasafat dan kedokteran.

Pelopor gerakan penerjemahan pada awal pemerintahan daulah Abbasiyah adalah Khalifah Al-Mansyur yang juga membangun Ibu kota Baghdad. Pada awal penerjemahan, naskah yang diterjemahkan terutama dalam bidang astrologi, kimia dan kedokteran. Kemudian

Maharani Dyah Pertiwi

(12)

12

naskah-naskah filsafat karya Aristoteles dan Plato juga diterjemahkan.

Dalam masa keemasan, karya yang banyak diterjemahkan tentang ilmu-ilmu pragmatis seperti kedokteran. Naskah astronomi dan matematika juga diterjemahkan namun, karya-karya berupa puisi, drama, cerpen dan sejarah jarang diterjemakan karena bidang ini dianggap kurang bermanfa’at dan dalam hal bahasa, Arab sendiri perkembangan ilmu-ilmu ini sudah sangat maju.

Pada masa ini, ada yang namanya Baitul hikmah yaitu perpustakaan yang berfungsi sebagai pusat pengembagan ilmu pengetahuan. Pada masa Harun Ar-Rasyid diganti nama menjadi Khizanah al-Hikmah (Khazanah kebijaksanaan) yang berfungsi sebagai perpustakaan dan pusat penelitian. Pada masa Al-Ma’mun ia dikembangkan dan diubah namanya menjadi Bait al-Hikmah, yang dipergunakan secara lebih maju yaitu sebagai tempat penyimpanan buku-buku kuno yang didapat dari Persia, Bizantium, dan bahkan dari Ethiopia dan India. Direktur perpustakaannya seorang nasionalis Persia, Sahl Ibn Harun. Di bawah kekuasaan Al-Ma’mun, lembaga ini sebagai perpustakaan juga sebagai pusat kegiatan study dan riset astronomi dan matematika.

b. Dalam bidang filasafat

Pada masa ini pemikiran filasafat mencakup bidang keilmuan yang

Maharani Dyah Pertiwi

(13)

13

sangat luas seperti logika, geometri, astronomi, dan juga teologia.

Beberapa tokoh yang lahir pada masa itu, termasuk diantaranya adalah

Al-Kindi, Al-farobi, Ibnu Sina dan juga Al-Ghazali yang kita kenal dengan julukan Hujjatul Islam, Karyanya yang terkenal Tahafut al – Falasifah.

c. Perkembangan Ekonomi

Ekonomi imperium Abbasiyah digerakkan oleh perdagangan. Sudah terdapat berbagai macam industri sepertikain linen di Mesir, sutra dari Syiria dan Irak, kertas dari Samarkand, serta berbagai produk pertanian seperti gandum dari Mesir dan kurma dari Iraq. Hasil-hasil industri dan pertanian ini diperdagangkan ke berbagai wilayah kekuasaan Abbasiyah dan Negara lain.

Karena industralisasi yang muncul di perkotaan ini, urbanisasi tak dapat dibendung lagi. Selain itu, perdagangan barang tambang juga semarak. Emas yang ditambang dari Nubia dan Sudan Barat melambungkan perekonomian Abbasiyah.

Maharani Dyah Pertiwi

Gambar 2.3 Al Ghazali bergelar Hujjatul Islam

(14)

14

Perdagangan dengan wilayah-wilayah lain merupakan hal yang

sangat penting. Secara bersamaan dengan kemajuan Daulah Abbasiyah, Dinasti Tang di Cina juga mengalami masa puncak kejayaan sehingga hubungan perdagangan antara keduanya menambah semaraknya kegiatan perdagangan dunia.

d. Bidang Keagamaan

Di bawah kekuasaan Bani Abbasiyah, ilmu-ilmu keagamaan mulai dikembangkan. Dalam masa inilah ilmu metode tafsir juga mulai berkembang, terutama dua metode penafsiran, yaitu Tafsir bir Ra’i dan Tafsir bil Ma’tsur. Dalam bidang hadits, pada masa ini hanya merupakan penyempurnaan, pembukuan dari catatan dan hafalan para sahabat. Pada masa ini pula dimulainya pengklasifikasian hadits, sehingga muncul yang namanya hadits dhaif, maudlu’, shahih serta

yang lainnya.

Sedangkan dalam bidang hukum Islam karya pertama yang diketahui adalah Majmu’ al Fiqh karya Zaid bin Ali (w.122 H/740 M) yang berisi tentang fiqh Syi’ah Zaidiyah. Hakim agung yang pertama adalah Abu Hanifah (w.150/767). Meski diangap sebagai pendiri madzhab Hanafi, karya-karyanya sendiri tidak ada yang terselamatkan. Dua bukunya yang berjudul Fiqh al-Akbar (terutama berisi artikel tentang keyakinan) dan Wasiyah Abi Hanifah berisi pemikiran-pemikirannya terselamatkan karena ditulis oleh para muridnya.

Maharani Dyah Pertiwi

(15)

15

e. Bidang Matematika

a. Umar al Farukhan :insinyur arsitek pembangunan kota Bagdad b. Al – Khawarizmi : pengarang kitab Al – Gebra (AL Jabar) dan

penemu angka 0

f. Bidan Astronomi

a. Al Farazi : Pencipta astrolabe b. Al Gattani / Al Betagnius

c. Abul Wafa : Menemukan jalan ketiga dari bulan d. Al – Fargani atau Al - Fragnius

4. Runtuhnya Daulah Abbasiyah

Tak ada gading ang tak retak. Mungkin pepatah inilah yang sangat pas untuk dijadikan cermin atas kejayaan ang digapai bani Abbasiah. Meskipun Daulah Abbasiyah begitu bercahaya dalam mendulang kesuksesan dalam hampir segala bidang, namun akhirnya iapun mulai

Maharani Dyah Pertiwi

Gambar 2.5 Al - Khawarizmi

(16)

16

kaku dan akhirnya runtuh. Menurut beberapa literatur, ada beberapa

sebab keruntuhan daulah Abbasyiah, yaitu: a. Faktor Internal

Mayoritas kholifah Abbasyiah periode akhir lebih mementingkan urusan pribadi dan melalaikan tugas dan kewajiban mereka terhadap negara. Luasnya wilayah kekuasaan kerajaan Abbasyiah, sementara komunikasi pusat dengan daerah sulit dilakukuan - Semakin kuatnya pengaruh keturunan Turki, mengakibatkan kelompok Arab dan Persia menaruh kecemburuan atas posisi mereka.

Dengan profesionalisasi angkatan bersenjata ketergantungan khalifah kepada mereka sangat tinggi. Permusuhan antar kelompok suku dan kelompok agama. Merajalelanya korupsi dikalangan pejabat kerajaan.

b. Faktor Eksternal

Perang Salib yang berlangsung beberapa gelombang dan menelan banyak korban. Penyerbuan Tentara Mongol dibawah pimpinan Hulagu Khan yang menghancrkan Baghdad. Jatuhnya Baghdad oleh Hukagu Khan menanndai berakhirnya kerajaan Abbasyiah dan muncul: Kerajaan Syafawiah di Iran, Kerajaan Usmani di Turki, dan Kerajaan Mughal di India.

5. Kesimpulan

Dinamakan khilafah bani Abbasiyah karena para pendiri dan penguasanya adalah keturunan al Abbas paman Nabi Muhammad SAW. Dinasti ini didirikan oleh Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn Abbas. Berdirinya Dinasti ini tidak terlepas dari keamburadulan Dinasti sebelumny, dinasti Umaiyah. Pada mulanya ibu kota negera adalah al-Hasyimiyah dekat kufah. Namun untuk lebih memantapkan dan menjaga setabilitas Negara al-Mansyur memindahkan ibu kota Negara ke Bagdad. Dengan demikian pusat pemerintahan dinasti Abasiyah berada di tengah-tengah bangsa Persia. Al-Mansyur melakukan konsolidasi dan penertiban

(17)

17

pemerintahannya. Dia mengangkat sejumlah personal untuk menduduki

jabatan di lembaga eksekutif dan yudikatif.

Puncak perkembangan dinasti Abbasiyah tidak seluruhnya berawal dari kreatifitas penguasa Bani Abbasiyah sendiri. Sebagian diantaranya sudah dimulai sejak awal kebangkitan Islam. Dalam bidang pendidikan misalnya di awal Islam, lembaga pendidikan sudah mulai berkembang. Namun lembaga-lembaga ini kemudian berkembang pada masa pemerintahan Bani Abas dengan berdirinya perpustakaan dan akademi.

Pada beberapa dekade terakhir, daulah Abbasiyah mulai mengalami kemunduran, terutama dalam bidang politiknya, dan akhirnya membawanya pada perpecahan yang menjadi akhir sejarah daulah abbasiyah.

(18)

18

BEBERAPA CATATAN PENTING

Menyimak betapa besar kontribusi Islam terhadap lahirnya peradaban Islam berskala dunia terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi, sesungguhnya kemajuan yang dicapai Barat pada mulanya bersumber dari peradaban Islam. Dunia Barat sekarang sejatinya berterima kasih kepada umat Islam. Akan tetapi pada kenyataannya pihak Barat (non Muslim) telah sengaja menutup-nutupi peran besar atas jasa para pejuang dan ilmuwan muslim tersebut yang pada akhirnya terabaikan bahkan sampai terlupakan. Oleh karena itu, umat Islam perlu kembali menggelorakan semangat keilmuan para ilmuwan muslim atas sumbangsihnya yang amat besar bagi peradaban umat manusia di dunia dalam menyongsong kembali kejayaan Islam dan umatnya.

Kita dapat menyimak, bahwa puncak pencapaian penguasaan sains dan teknologi pada zaman kejayaan umat Islam masa lalu terkait erat dengan tegaknya sistem kekhilafahan, dimana adanya sistem komando yang terintegrasi secara global yang peranan secara politik sejalan dengan peranan agama. Kita juga mendapatkan gambaran dalam sejarah bahwa sosok para pemimpin terdahulu yang shaleh selain sebagai seorang negarawan yang handal dan mumpuni, juga sebagai seorang ‘ulama wara’ yang takut pada Rabb-nya, mencintai ilmu serta mencintai rakyatnya. Pada aspek ini kita bisa melihat adanya integrasi tiga pilar utama dalam pembentukan peradaban Islam yaitu agama, politik dan ilmu pengetahuan terpadu dalam satu kendali sistem kekhilafahan dibawah pimpinan

seorang khalifah.

Keberlangsungan sistem kekhilafahan terutama sejak zaman Daulat Umayyah dan Daulat Abbasiyah walaupun bersifat khalifatul mulk (estapeta kepemimpinan didasarkan pada keturunan/dinasti) yang adakalanya dipimpin oleh orang shaleh dan sekali waktu dipimpin oleh orang zhalim dan durhaka, tetapi seburuk-buruk kondisi pada masa kehilafahan, masih jauh lebih baik daripada masa setelah tercerabutnya kehilafahan, karena pada masa kekhilafahan hukum Islam masih tegak dan ditaati oleh umat Islam, demikian juga adanya ketaatan terhadap

berbagai fatwa para ‘ulama.

Segala hal yang baik dari para pendahulu umat Islam seyogiannya menjadi

(19)

19

cerminan teladan bagi kita, sementara segala hal yang kurang baik, sejatinya

dijadikan sebagai pelajaran yang sangat berharga.

Awal meredupnya peradaban Islam yang terjadi sejak abad ke-8 hijriah (abad 13 M) hingga abad ke-14 hijriah (abad 20 M) yang telah mengakibatkan proses peralihan dari peradaban Islam ke keradaban Barat yang ditandai dengan masa pencerahan di dunia Barat serta terjadinya penjajahan, penaklukan dan aneksasi terhadap negeri-negeri muslim oleh armada perang dari negara-negara Barat lebih disebabkan oleh melemahnya legitimasi politik dunia Islam karena peran kekhilafahan cenderung bersifat simbol serta hanya sebatas seremonial saja hingga tumbangnya sistem kekhilafahan di dunia Islam. Dari situlah kemudian dimulainya hegemoni dunia Barat terhadap dunia Islam.

Jadi, sesungguhnya faktor utama kekalahan dan melemahnya peran umat Islam bukanlah terletak pada kuatnya pihak musuh-musuh Islam, tetapi lebih disebabkan oleh melemahnya kekuatan umat Islam yang diakibatkan oleh perbuatan kemaksiatan yang dilakukan. Kemaksiatan terbesar terutama berupa sikap menyekutukan Alloh Swt (musyrik) dalam beribadah serta tidak memperdulikan lagi atas berbagai aturan (syari’at) yang diperintahkan-Nya.

Perbuatan maksiat yang dilakukan oleh umat Islam itulah yang telah dikhawatirkan oleh Umar bin Kaththabr.a. saat beliau menjadi Khalifah, hal ini sebagaimana dapat kita simak dari pesan tertulis beliau yang pernah disampaikannya kepada Sa’ad bin Abi Waqash ketika akan menghadapi sebuah pertempuran. Pada surat itu ditulis pesan sebagai berikut:

“Umar bin Kaththab ra. telah menulis sepucuk surat kepada Sa’ad bin Abi Waqash r.a.: ‘Sesungguhnya kami memerintahkan kepadamu dan kepada seluruh pasukan yang kamu pimpin, agar taqwa dalam segala keadaan, karena taqwa kepada Alloh merupakan seutama-utamanya persiapan dan strategi paling kuat dalam menghadapi pertempuran. Aku perintahkan pula kepadamu dan pasukan yang kamu pimpin agar benar-benar menjaga diri dari berbuat maksiat. Karena maksiat yang engkau perbuat pada saat berjuang lebih aku khawatirkan daripada kekuatan musuh, sebab engkau akan ditolong Alloh jika musuh-musuh

(20)

20

Alloh telah berbuat banyak maksiat, karena jika tidak demikian kamu tidak akan punya kekuatan sebab jumlah kita tidaklah sebanyak jumlah pasukan mereka, dimana persiapan mereka berbeda dengan persiapan yang kita lakukan. Jika kita sama-sama berbuat maksiat sebagaimana yang dilakukan oleh musuh-musuh kita, maka kekuatan musuh-musuh akan semakin hebat. Sangatlah berat kita akan dapat mengalahkan musuh kita jika hanya mengandalkan pada kekuatan yang kita miliki, kecuali dengan mengandalkan ketaqwaan kita kepada Alloh dan senantiasa menjaga diri dari berbuat maksiat...” (Lihat : Kitab Al ‘Aqdul Farid jilid I, hlm. 101; Kitab Nihayatul Arab jilid VI, hlm. 168; Kitab Ikhbarul Umar wa Ikhbaru Abdullah bin Umar jilid I, hlm. 241-242; Kitab Ikbasu min Ikhbarul Khulafa Ar-Rosyidin hlm 779, serta buku Jihad tulisan Dr. Mahfudz Azzam, hlm. 28).

C. Kejayaan Islam pada Masa Tiga Kerajaan Besar

A. Kerajaan Turki Usmani

Dinasti ini berasal dari suku Qoyigh Oghus. Yang mendiami daerah Mongol dan daerah utara negeri Cina kurang lebih tiga abad. Kemudian mereka pindah ke Turkistan, Persia dan Iraq. Mereka masuk Islam pada abad ke-9/10 ketika menetap di Asia Tengah. Pada abad ke-13 M, mereka mendapat serangan dan tekanan dari Mongol, akhirnya mereka melarikan diri ke Barat

dan mencari perlindungan di antara saudara-saudaranya yaitu orang-orang Turki Seljuk, di dataran tinggi Asia kecil. Dibawah pimpinan Ertoghrul, mereka mengabdikan diri kepada Sultan Alaudin II yang sedang berperang melawan Bizantium. Karena bantuan mereka inilah, Bizantium dapat

Maharani Dyah Pertiwi

(21)

21

dikalahkan. Kemudian Sultan Alauddin memberi imbalan tanah di Asiakecil

yang berbatasan dengan Bizantium. Sejak itu mereka terus membina wilayah barunya dan memilih kota Syukud sebagai ibukota. Ertoghrul meninggal dunia tahun 1289. Kepemimpinan dilanjutkan oleh puteranya, Usman. Putera Ertoghrul inilah yang dianggap sebagai pendiri kerajaan Usmani (1290-1326 M). Tahun 1300 M, bangsa Mongol kembali menyerang Kerajaan Seljuk, dan dalam pertempuran tersebut Sultan Alaudin terbunuh. Setelah wafatnya Sultan Alaudin tersebut, Usman (dikenal dengan Usman I) memproklamasikan kemerdekaannya dan berkuasa penuh atas daerah yang didudukinya.

Setelah Usman mengumumkan dirinya sebagai Padisyah al Usman (raja besar keluarga Usman), wilayah kerajaan dapat diperluasnya. Ia menyerang daerah perbatasan Byzantium dan menaklukkan Broessa tahun 1317 M, kemudian pada tahun 1326 M dijadikan sebagai ibu kota kerajaan. Pada masa pemerintahan Orkhan, kerajaan Turki Usmani ini dapat menaklukkan Azmir, Thawasyanli, Uskandar, Ankara dan Gallipoli. Selain memantapkan keamanan dalam negeri, ia melakukan perluasan daerah ke benua Eropa. Merasa cemas terhadap ekspansi kerajaan ke Eropa, Paus

mengobarkan semangat perang. Sejumlah besar pasukan sekutu Eropa disiapkan untuk memukul mundur Turki Usmani, namun Sultan Bayazid I (1389-1403 M), dapat menghancurkan pasukan sekutu Eropa tersebut.Ekspansi Bayazid I sempat berhenti karena adanya tekanan dan serangan dari pasukan Timur Lenk ke Asia kecil. Pertempuran hebat terjadi antara tahun 1402 M dan pasukan Turki mengalami kekalahan. Kekalahan

Maharani Dyah Pertiwi

(22)

22

tersebut membawa dampak yang buruk bagi Kerajaan Usmani yaitu

banyaknya penguasa-penguasa Seljuk di Asia kecil yang melepaskan diri. Begitu pula dengan Bulgaria danSerbia, tetapi hal itu dapat diatasi oleh Sultan Muhammad I (1403-1421 M). Usaha beliau yang pertama yaitu meletakkan dasar-dasar keamanan dan perbaikan-perbaikan dalam negeri. Usaha beliau kemudian diteruskan oleh Sultan Murad II (1421-1451).Turki Usmani mengalami kemajuannya pada masa Sultan Muhammad II (1451-1484 M) atau Muhammad Al-Fatah. Beliau mengalahkan Bizantium dan menaklukkan Konstantinopel pada tahun 1453 M yang merupakan kekuatan terakhir Imperium Romawi Timur. putra Sultan Salim I, yaitu Sulaiman I (1520-1526 M) dan berhasil menaklukkam Irak, Belgaro,kepulauan Rhodes, Tunis dan Yaman. Masa beliau merupakan puncak keemasan dari kerajaan Turki Usmani.

Kemajuan Peradaban Islam Pada Masa Kerajaan Usmani:

Akibat kegigihan dan ketangguhan yang dimiliki oleh para pemimpin dalam mempertahankan Turki Usmani membawa dampak yang baik sehingga kemajuan-kemajuan dalam perkembangan wilayah Turki Usmani dapat di raihnya dengan cepat. Kemajuan dan perkembangan ekspansi kerajaan usmani yang demikian luas dan berlangsung dengan cepat, itu diikuti pula oleh kemajuan dalam bidang kemajuan lain. Diantaranya:

a. Bidang kemiliteran dan pemerintahan.

Para pemimpin kerajaan Usmani pada masa-masa pertama adalah orang orang yang kuat sehingga kerajaan dapat melakukan ekspansi dengan cepat dan luas. Meskipun begitu kemajuan kerajaan usmani mencapai masa keemasannya bukan semata-mata karena keunggulan politik para pemimpinnya, namun banyak faktor lain yang mendukung keberhasilan ekspansi itu diantaranya: keberanian, keterampilan, ketangguhan, dan kekuatan militernya yang sanggup bertempur kapan dan dimana saja.

Perang dengan Bizantium merupakan awal didirikannya pusat pendidikan dan militer ,terbentuklah kesatuan militer yang disebut dengan Jenissari atau Inkisyariah. Selain itu kerajaan Usmani membuat struktur pemerintahan dengan kekuasaan tertinggi di tangan Sultan yang

(23)

23

dibantu oleh Perdana Menteri yang membawahi Gubernur. Untuk

mengatur urusan pemerintahan negara, di masa Sultan Sulaiman I disusun sebuah kitab UU (Qanun) yang diberi nama Multaqa Al-Abghur yang menjadi pegangan hukum bagi kerajaan Turki Usmani sampai datangnya reformasi pada abad 19.

b. Bidang Ilmu Pengetahuan dan Budaya

Kebudayaan turki usmani merupakan perpaduan

bermacam-macam kebudayaan diantaranya yaitu:

kebudayaan Persia, Byzantium dan arab. Dari kebudayaan Persia mereka banyak mengambil ajaran tentang etika dan tata krama dalam istana raja-raja. Dari kebudayaan Byzantiummereka mengambil ajaran tentang organisasi pemerintahan dan kemiliteran. Sedangkan ajaran tentang prinsip ekonomi, sosial, kemasyarakatan, keilmuan mereka terima dari bangsa Arab. Sebagai bangsa yang berdarah militer, turki usmani lebih banyak memfokuskan kegiatan dalam bidang kemiliteran, sementara dalam bidang ilmu pengetahuan mereka tidak begitu menonjol sehingga dalam khasanah intelektual islam kita tidak menemukan ilmuan terkemuka dari turki usmani.

c. Bidang Keagamaan

Agama dalam tradisi masyarakat turki mempunyai peranan besar dalam lapangan sosial dan politik masyarakat digolongkan berdasarkan agama, dan kerajaan sendiri sangat terikat dengan syariat sehingga fatwa ulama menjadi hukum yang berlaku.

Pada masa turki usmani tarekat juga mengalami kemajuan. Tarekat yang paling berkembang adalah bektasyi dan maulawi yang banyak dianut oleh kalangan sipil dan militer. Namun disisi lain, Kajian ilmu keagamaan pun seperti Fiqh, Ilmu kalam, Tafsir, dan hadis boleh dikatakan tidak mengalami perkembangan karena para penguasa lebih cenderung untuk menegakkan satu faham (madzhab) keagamaan dan menekakan madzhab lainnya.

B. KERAJAAN SAFAWI DI PERSIA

Pada waktu kerajaan Turki Usmani sudah mencapai puncak kejayaannya, kerajaan Safawi di Persia baru berdiri. Namun pada

(24)

24

kenyataannya, kerajaan ini berkembang dengan cepat. Nama Safawi berasal

dari sebuah gerakan tarekat yang berdiri di Ardabil, yaitu tarekat Safawiah

sesuai dengan nama

pendirinya Safi Al-Din, salah satu keturunan Imam Syi'ah yang keenam "Musa al-Kazim" . Nama ini terus di pertahankan sampai tarekat ini memjadi suatu gerakan politik dan menjadi sebuah kerajaan yang disebut kerajaan Safawi. Dalam perkembangannya, kerajaan Safawi sering berselisih dengan kerajaan Turki Usmani. Kerajaan ini menyatakan sebagai penganut Syi'ah dan dijadikan sebagai madzhab negara. Pada awalnya tarekat ini bertujuan memerangi orang-orang yang ingkar dan pada akhirnya memerangi orang-orang ahli bid'ah. Tarekat ini menjadi semakin penting setelah ia mengubah bentuk tarekat itu dari pengajian tasawuf murni yang bersifat lokal menjadi gerakan keagamaan yang besar pengaruhnya di Persia, Syiria dan Anatolia.Dalam perkembangannya Bangsa Safawi (tarekat Safawiyah) sangat fanatik terhadap ajaran-ajarannya. Suatu ajaran agama yang dipegang secara fanatik biasanya menimbulkan keinginan dikalangan penganut ajaran itu untuk berkuasa. Karena itu, lama kelamaan murid tarekat safawiah berubah menjadi tentara yang teratur, fanatik dalam kepercayaan dan menentang orang yang bermadzhab selain syi’ah.

Berikut urutan penguasa kerajaan Safawi : 1. Isma'il I (1501-1524 M)

2. Tahmasp I (1524-1576 M) 3. Isma'il II (1576-1577 M)

4. Muhammad Khudabanda (1577-1587 M) 5. Abbas I (1587-1628 M)

6. Safi Mirza (1628-1642 M) 7. Abbas II (1642-1667 M)

8. Sulaiman (1667-1694 M) 9. Husein I (1694-1722 M) 11. Abbas III (1732-1736 M)

Puncak kejayaan masa kerajaan Persia: Kondisi kerajaan Safawi yang memprihatinkan dapat diatasi setelah raja Safawi kelima, Abbas I naik tahta

(25)

25

(1588-1628 M). Langkah-langkah yang ditempuh oleh Abbas I dalam rangka

memulihkan kerajaan Safawi adalah:

1. Berusaha menghilangkan dominasi pasukan Qizilbash dengan cara membentuk pasukan baru yang berasal dari budak-budak dan tawanan perang bangsa Georgia, Armenia dan Sircassia.

2. Mengadakan perjanjian damai dengan Turki Usmani dengan jalan menyerahkan wilayah Azerbaijan, Georgia, dan disamping itu Abbas berjanji tidak akan menghina tiga Khalifah pertama dalam Islam (Abu Bakar, Umar, dan Usman)dalam khutbah-khutbah Jum'at. Masa kekuasaan Abbas I merupakan puncak kejayaan kerajaan Safawi. Ia berhasil mengatasi gejolak politik dalam negeri yang mengganggu stabilitas negara dan sekaligus berhasil merebut kembali beberapa wilayah kekuasaan.

Kemajuan Peradaban Islam Masa Kerajaan Safawi: a. Bidang Ekonomi

Stabilitas politik kerajaan Safawi masa Abbas memacu perkembangan ekonomi safawi,terutama setelah kepulangan Hurmuz dan pelabuhan Gumrun yang diubah menjadi Bandar Abbas. Dengan demikian Safawiyah menguasai jalur perdagangan antara Barat dan Timur. Di samping sektor perdagangan, Safawiyah juga mengalami kemajuan bidang pertanian, terutama hasil pertanian dari daerah Bulan Sabit yang sangat subur(Fertille Crescent).

b. Bidang Ilmu Pengatahuan

Persia di kenal sebagai bangsa yang telah berperadaban tinggi dan berjasa mengembangkan ilmu pengetahuan, sehingga tradisi keilmuan terus berlanjut.

c. Bidang Pembangunan Fisik dan Seni

Kemajuan ini ditandai dengan berdirinya sejumlah bangunan megah yang memperindah Isfahan sebagai ibu kota kerajaan ini. Sejumlah masjid, sekolah,

rumah sakit, jembatan raksasa di atas Zende Rud dan Istana Chihil Sutun.Kota

Isfahan juga diperindah dengan kebun wisata yang tertata apik.

(26)

26

C. KERAJAAN MUGHOL DI INDIA

Kerajaan Mughol berdiri seperempat abad sesudah berdirinya kerajaan safawi. Kerajaan ini termasuk dari tiga kerajaan besar Islam dan kerajaan inilah termuda. Awal kekuasaan Islam di India terjadi pada masa khalifah Al-walid dari Dinasti Bani Umayah, di bawah pimpinan Muhammad Ibnu Qosim.

Nama – nama Sultan Keranjaan Mughal :

NO. Nama Sultan Tahun Pemerintahan

1. Zahirrudin Muhammad Babur 1482 – 1530

2. Humayun 1530 – 1556

3. Akbar Syah I 1556 – 1605

4. Jahangir 1605 – 1627

5. Syah Jehan 1627 – 1658

6. Aurangzeb (Alamgir) 1658 – 1707

7. Bahadur Syah I 1707 – 1712

8. Jihandar Syah I 1712

Kerajaan Mughol di India dengan Delhi sebagai ibu kota kerajaan, di dirikan oleh Zahirrudin Babur ( 1482-1530 M ) salah satu dari cucu Timur lenk. Ayahnya bennama Umar Mirza, penguasa Ferghana. Babaur mewarisi daerah Ferghana dari orang tuanya pada Usia 11 tahun. Karena dari kecil di didik sebagai seorang panglima, ia bertekad dan berambisi akan menaklukan kotaterpenting di Asia Tengah yaitu Samarkand. Pada mulanya Babur mengalami kekalahan, tetapi karena mendapat bantuan dari Raja Safawi, Ismail I, akhirnya berhasil menaklukan Samarkand (1494 M). Tahun 1504 M, ia menduduki Kabul (Afganistan). Babur menguasai Punjab (1525 M), kemudian menguasai Delhi setelah bertempur di Panipat sebagai pemenang. Dengan demikian, Babur dapat menegakkan pemerintahannya di sana, maka berdirilah kerajaan Mughol di India.

Pada tahun 1530 M, Babur meninggal Dunia dalam Usia 48 tahun setelah memerintah Mughol selama 30 tahun dengan mewarisi

(27)

27

kejayaan yang cemerlang. Pemerintahan selanjutnya di pegang oleh

anaknya Humayyun.

Sepanjang masa pemerintahan Humayyun selama 9 tahun ( 1530-1539 M ) Negara tidak pernah Aman. Pada tahun 1540 M terjadi pertempuran dengan Sher Khan di Kanauj. Dalam pertempuran ini Humayyun mengalami kekalahan. Ia pun kembali menduduki kerajaan Mughol pada tahun 1555 M. setelah tahun itu ( 1556 M), ia meninggal Dunia karena jatuh dari tangga perpustakaannya, Din panah.

Pada tahun 1556 M terjadilah peperangan yang dahsyat, di sebut Panipat II yang di menangkan Akbar (putra sekaligus pengganti Humayun). Akbar mulai menyusun strategi dalam pemerintahannya itu, ia berusaha membangkitkan perekonomian Negara dan pertahanan Negara, sebagai wujud untuk menghalangi pemberontakan-pemberontakan yang akan terjadi kembali. Akbar juga menerapkan sistem politik Sulakkhul (toleransi universal). Dengan politik ini, semua rakyat India di pandang sama.

Maharani Dyah Pertiwi

(28)

28

Kemajuan Peradaban Islam Masa Kerajaan Mughol:

Dengan sistem yang di terapkan Akbar, akhirnya membawa kemajuan. Dalam bidang ekonomi, Akbar memfokuskan pada masalah pertanian sehingga terjadilah kemajuan yang luar biasa pada bidang ekonomi khususnya pertanian, pertambangan dan perdagangan.

Di samping untuk kebutuhan dalam Negri, hasil pertanian itu di Ekspor ke Eropa, Afrika, Arabia, dan Asia tenggara. Berkembangnya bidang Ekonomi, memancing Akbar untuk mengembangkan bidang lain seperti halnya bidang seni dan budaya yang pada akhirnya juga berkembang pesat. Bidang seni lebih di fokuskan pada karya seni

Maharani Dyah Pertiwi

Gambar 5.2 Benteng kerajaan Mughal India

(29)

29

Arsitektur, sehingga dapat di nikmatin hingga masa kini seperti Istana

Fatpursikri, villa, Masjid berlapiskan Mutiara, Taj mahal, Majid raya Delhi dan Istana Indah di Lahore.

D. PERBEDAAN KEMAJUAN PERADABAN PADA MASA INI DENGAN ERA KLASIK

Pada masa kejayaan tiga kerajaan besar, umat Islam kembali mengalami kemajuan. Akan tetapi kemajuan yang dicapai berbeda dengan kemajuan yang dicapai pada masa klasik Islam. kemajuan pada masa klasik jauh lebih kompleks. Di bidang intelektual, kemajuan pada masa tiga kerajaan tidak sebanding dengan kemajuan di zaman klasik. Bidang ilmu pengetahuan, umat Islam sudah mulai taklid pada imam besar yang lahirpada masa klasik islam. beberapa sains yang berkembang pada masa klasik ada yang tidak berkembang lagi, bahkan ada yang dilupakan. Filsafat dianggap bid’ah. Kalau pada masa klasik, umat Islam maju dalam bidang politik, peradaban, dan kebudayaan, seperti dalam bidang ilmu pengetahuan dan pemikiran filsafat.

Beberapa alasan mengapa kemajuan yang dicapai itu tidak setingkat dengan kemajuan yang dicapai pada masa klasik:

Metode berfikir dalam bidang teologi yang berkembang pada masa ini adalah metode berpikir tradisional, sehingga cara berfikir ini mempengaruhi perkembangan peradaban dan ilmu pengetahuan.

Pada masa klasik Islam, kebebasan berfikir berkembang dengan masuknya pemikiran filsafat Yunani.

Al-Ghazali bukan hanya menyerang pemikiran filsafat pada masanya, tetapi juga menghidupkan ajaran tasawuf dalam Islam.

Sarana-sarana untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan pemikiran yang disediakan masa klasik, seperti perpustakaan, karya-karya ilmiah dan lain sebagainya banyak yang hancur dan hilang akibat serangan bangsa Mongol ke beberapa pusat peradaban dan kebudayaan Islam.

Kekuasaan Islam pada masa tiga kerajaan besar di pegang oleh bangsa Turki dan mongol yang lebih dikenal sebagai bangsa yang suka perang ketimbang bangsa yang suka ilmu.

Pusat-pusat kekuasaan Islam pada masa ini tidak berada di wilayah Arab dan tidak pula oleh bangsa Arab. Di safawi berkembang

(30)

30

bahasa Persia, di Turki bahasa Turki, dan di India bahasa Urdu. Akibatnya,

bahasa Arab yang sudah merupakan bahasa persatuan dan bahasa Ilmiah pada masa sebelumnya tidak berkembang lagi dan bahkan menurun. E. FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG KEMAJUAN PERADABAN PADA MASA TIGA KERAJAAN BESAR

Faktor-faktor pendukung kemajuan kerajaan Usmani:

Faktor pendukung kemajuan peradaban kerajaan Usmani antara lain karena keunggulan politik para pemimpinnya, keberanian, keterampilan dan ketangguhan serta kekuatan militer yang sanggup bertempur kapan dan dimana saja. Akibat kegigihan para pemimpin dalam mempertahankan Turki itulah yang akhirnya membawa dampak yang baik sehingga kemajuan-kemajuan dalam perkembangan Turki dapat diraih dengan cepat.

Faktor-faktor pendukung kemajuan kerajaan Safawi:

Faktor pendukung kemajuan peradaban kerajaan Safawi antara lain karena beberapa langkah yang ditempuh oleh Abbas I yang merupakan pelopor puncak kejayaan pada masa itu setelah safawi mengalami saat-saat yang memprihatinkan. Langkah-langkah itu antara lain usaha Abbas I untuk menghilangkan dominasi pasukan Qizilbash dan mengadakan perjanjian damai dengan Turki sehingga ia berhasil mengatasi berbagai gejolak dalam negeri yang mengganggu stabilitas Negara sampai akhirnya kajayaan dapat diraih pada masa itu.

Faktor-faktor pendukung kemajuan kerajaan Mughol:

Faktor pendukung kemajuan peradaban kerajaan Mughal antara lain karena penerapan politik sulakhul (toleransi universal) yang diterapkan oleh Akbar,dimana tidak ada perbedaan antara rakyat India dan semua dipandang sama. Faktor lain yang terpenting adalah karena kemantapan stabilitas poltik akibat sistem pemerintahan yang diterpkan oleh Akbar.

F. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEMUNDURAN DAN

KEHANCURAN PADA MASA TIGA KERAJAAN BESAR

Faktor-faktor yang menyebabkan kemunduran dan kehancuran Kerajaan Usmani, diantaranya adalah :

(31)

31

a. Wilayah kekuasaan yang sangat luas.

b. Administrasi pemerintahan bagi suatu Negara yang amat luas wilayahnya sangat rumit dan kompleks, sementara administrasi pemerintahan kerajaan Usmani tidak beres. Di pihak lain, para penguasa sangat berambisi menguasai wilayah yang sangat luas, sehingga mereka terlibat perang terus menerus dengan berbagai bangsa.

c. Heterogenitas Penduduk

d. Sebagai kerajaan besar, Turki Usmani menguasai wilayah yang sangat luas, wilayah yang luas itu didiami oleh oleh penduduk yang beragam dan untuk mengatur penduduk yang beragam dan tersebar di wilayah yang luas itu, diperlukan suatu organisasi pemerintahan yang teratur. Tanpa didukung oleh administrasi yang baik, Kerajaan Usmani hanya akan menanggung beban berat akibat Heterogenitas tersebut.

e. Kelemahan Para Penguasa.

f. Pemeritahan menjadi kacau sepeninggal Sulaiman Al-Qanuni, serta ketika diperintah oleh sultan-sultan yang lemah yang pada akhirnya kekacauan tersebut tidak pernah dapat diatasi secara sempurna, bahkan semakin lama menjadi semakin parah.

g. Budaya Pungli. Budaya pungli merupakan perbuatan yang sudah umum dalam Kerajaan Usmani, yaitu setiap jabatan yang hendak diraih oleh seseorang harus “dibayar” dengan sogokan kepada orang yang berhak memberikan jabatan tersebut.

h. Pemberontakan tentara Jenissari. Pemberontakan tentara Jenissari terjadi sebanayk empat kali, yaitu pada tahun 1525 M, 1632 M, 1727 M, dan 1826 M.

i. Merosotnya Ekonomi. Akibat perang yang tak pernah berhenti, perekonomian Negara merosot, sementara belanja Negara sangat besar termasuk untuk biaya perang.

j. Terjadinya stagnasi dalam lapangan Ilmu dan teknologi. Kerajaan Usmani kurang berhasil dalam pengembangan ilmu dan teknologi, karena hanya mengutamakan pengembangan kekuatan militer. Kemajuan militer yang tidak diimbangi oleh kemajuan ilmu dan teknologi mengakibatkan kerajaan ini tidak sanggup menghadapi persenjataan musuh dari Eropa yang lebih maju

(32)

32

Faktor-faktor yang menyebabkan kemunduran dan kehancuran kerajaan

Safawi adalah:

a. Konflik berkepanjangan dengan kerajaan Usmani.

b. Bagi Kerajaan Usmani, berdirinya Kerajaan Usmani, berdirinya Kerajaan Safawi yang beraliran Syi’ah merupakan ancaman langsung terhadap wilayah kekuasaannya.

c. Dekadensi Moral yang melanda sebagian para pemimpin kerajaan Safawi. d. Pemimpin kerajaan Safawi yang bernama Sulaiman dan Husein pecandu

berat narkotik, juga menyenangi kehidupan malam sehingga selama tujuh tahun tanpa sekalipun menyempatkan diri menangani pemerintahan. e. Adanya pasukan Ghulam

f. Pasukan Ghulam (budak-budak) yang dibentuk oleh Abbas 1 tidak memiliki semangat perang yang tinggi seperti Qizilbash.

g. Terjadinya konflik Intern

h. Seringnya terjadi konflik intern dalam bentuk perebutan kekuasaan dikalangan keluarga istana.

Faktor-faktor yang menyebabkan kemunduran dan kehancuran Kerajaan Mughal diantaranya adalah:

a. Terjadinya stagnasi dalam pembinaan kekuatan militer sehingga operasi militer Inggris di wilayah-wilayah pantai tidak dapat segera dipantau oleh kekuatan maritim Mughal.

b. Kemerosotan moral dan hidup mewah dikalangan elit politik yang mengakibatkan pemborosan dalam penggunaan uang Negara.

c. Pendekatan Aurangzeb yang terlampau “kasar” dalam melaksanakan ide-ide puritan dan kecenderungan asketisnya, sehingga konflik antar agama sangat sukar diatasi oleh sultan-sultan sesudahnya.

d. Semua pewaris tahta kerajaaan pada paruh terakhir adalah orang-orang lemah dalam bidang kepemimpinan.

(33)

33

DAFTAR PUSTAKA

Abu Khalil, Syauqi. 2002. Harun Al Rasyid, Pemimpin dan Raja yang Mulia. Jakarta: Pustaka Azzam.

Al-Sharqawi, Effat. 1986. Filsafat Kebudayaan Islam. Bandung: Penerbit Pustaka. Enan, M.A. 1979. Decisive Moments in the History of Islam (Detik-detik

Menentukan dalam Sejarah Islam). Alih Bahasa oleh Mahyuddin Syaf, Surabaya: Bina Ilmu.

Gibbon, Edward.1979. The Decline and The Fall of Roman Impire, Abridged and Illustrated London. United Kingdom: Bison Books Ltd.

Gutas, Dimitri.1998 Greek Thought, Arabic Culture, The Graeco-Arabic Translation Movement in Baghdad and Early Abbasid Society (2nd-4th/8th-10 centuries). Routledge, London-New York.

Muttaqo Al Hindi. 1985. Kitab ‘Muntakhob Kanzu’l-Ummal, Jilid VI. Koentjaraningrat. Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia.

Leaman, Oliver.2000. Scientif and Philosophical Enquiry: Achievement and Reaction in Muslim History dalam Farhad Daftary (ed), Intellectual Traditions in Islam, I.B Tauris, London-New York in Association with The Institute of Ismaili Studies.

Leaman, Oliver. 1985. An Introduction to Medieval Islamic Philosophy, Cambridge: University Press, Cambridge.

Muhammad Ash-Shalabi, Ali. 2004 Bangkit & Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

Nasution, Harun.1985 Islam Ditinjau dari berbagai Aspeknya. Jilid I, cetakan kelima. Jakarta: UI Press.

Sou’yb, Joesoef. 1979. Sejarah Daulat Khulafaur Rasyidin. Jakarta: Bulan Bintang. Sou’yb, Joesoef. 1977. Sejarah Daulat Umayyah. Jakarta: Bulan Bintang.

Sou’yb, Joesoef. 1977. Sejarah Daulat Abbasiah. Jakarta: Bulan Bintang.

Stryzewska, Bojena Gajane. Tarikh al-Daulat al-Islamiyah. Beirut: Al Maktab Al-Tijari.

Suyuthi, Imam. 2006. Tarikh Khulafa. Jakarta: Pustaka Al Kautsar.

Syalabi, A. 1987. Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jilid I. Jakarta: Pustaka Alhusna, cet. V.

(34)

34

1Watt, W. 1990. Montgomery. Kejayaan Islam: Kajian Kritis dari Tokoh Orientalis. Yogyakarta: Tiara Wicana Yogya.

Yatim, Badri. 2006. Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Zarkasyi, Hamid Fahmy. 2007. Membangun Peradaban Islam. Makalah Workshop Pemikiran Ideologis, Forum Ukhuwwah Islamiyah, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Zallum, Abdul Qadim. 2001. Konspirasi Barat Meruntuhkan Khilafah Islamiyah, Telaah Politik Menjelang Runtuhnya Negara Islam. Bangil: Al-Izzah.

Armstrong, Karen. 2002. Islam Sejarah Singkat. Yogyakarta : Penerbit Jendela.

Hassan, Hassan Ibrahim.1989. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Yogyakarta.

Hasimy, A.1993. Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta : Bulan Bintang.

Nizar, Samsul.2007. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta : Kencana.

Sunanto, Musyifah.2003. Sejarah Islam Klasik. Jakarta : Kencana.

Syalabi, A.1983. Sejarah dan Kebudayaan Islam Jilid 2. Jakarta: Pustaka Alhusna.

Watt, W. Mongtomery. 1990. Kejayaan Islam. Yogyakarta : Tiara Wacana.

Gambar

Gambar 2.1 ilmu Filosof dan menemukan system
Gambar 2.2 Al-
Gambar 2.3 Al Ghazali
Gambar 2.4 Abu
+6

Referensi

Dokumen terkait

Berbagai lembaga negara yang dibentuk pemerintahan dinasti Bani Uma¬yah, merupakan hal baru dalam sistem pemerintahan Islam, karena tidak pernah terjadi pada masa-masa sebelumnya,

Para sahabat besar Rasulullah Saw., yang berpengaruh dan dekat dengan Rasulullah Saw., pada masa Khalifah Umar tidak diizinkan meninggalkan Madinah, maka pada masa

Setelah Bani Umayyah di gantikan oleh Daulah Abbasiyah, di Andalusia terjadi kekacauan. Jabatan gubenur diperebutkan antar suku Madhariyah dan suku Yamaniyah.

Periode ini terdapat satu kekuatan yang masih dominan, yaitu dinasti Murabithun dan dinasti Muwahhidun. Dinasti Murabithun pada mulanya adalah gerakan agama di afrika utara

Karena luasnya wilayah kekuasaan Islam sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya, pada masa bani Umayah sejak khalifah Mu’awiyah telah dibentuk suatu badan atau lembaga yang pada

Selain pemikiran berasal dari para khalifah seperti tersebut di atas, pada masa Daulah Bani Umayyah banyak juga dijumpai pemikir-pemikir ekonomi yang berasal dari kalangan ulama,

Pada masa pemerintahannya, sumber-sumber pemasukan negara berasal dari zakat, hasil rampasan perang, pajak penghasilan pertanian (pajak ini di awal pemerintahan

 Nama Dinasti Bani Umayah diambil dari Umayah bin Abd Al-Syam, kakek Abu Sufyan  Umayah segenerasi dengan Abdul Muthalib, kakek Nabi Muhammad Saw dan Ali bin Abi Thalib  Pola