• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEJARAH PERADABAN ISLAM PADA MASA BANI U (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "SEJARAH PERADABAN ISLAM PADA MASA BANI U (1)"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

SEJARAH PERADABAN ISLAM PADA MASA BANI UMAYYAH I 10:53 Makalah No comments

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sejarah Peradaban Islam adalah sesuatu yang wajib kita ketahui sebagai umat Islam, karena dari Sejarah Peradaban Islam tersebut kita dapat belajar banyak hal dan banyak nilai-nilai moral yang kita dapat seperti mempelajari hasil kebudayaan pada suatu peradaban dan sistem pemerintahannya. Dari sinilah kita akan memperoleh nilai-nilai sosial, moral, budaya, pendidikan dan politik. Dalam masa lebih dari tujuh abad kekuasaan pada periode Islam klasik.. Banyak orang Eropa mendalami studi di Universitas-Universitas Islam disana. Ketika itu bisa dikatakan, Islam telah menjadi guru bagi orang Eropa. Selama delapan abad, Islam pernah berjaya di bumi Eropa (Andalusia) dan membangun peradaban yang gemilang. Namun peradaban yang di bangun dengan susah payah dan kerja keras kaum Muslimin itu, harus ditinggalkan dan dilepas begitu saja karena kelemahan-kelemahan yang terjadi di kalangan kaum Muslimin sendiri dan karena keberhasilan Bangsa Barat atau Eropa bangkit dari keterbelakangan. Kebangkitan yang meliputi hampir semua element peradaban, terutama di bidang politik yakni dengan dikalahkannya kerjaan-kerajaan Islam dan bagian dunia lainnya sampai kemajuan di bidang sains dan teknologi.Kesemuanya itu dapat menambah pengetahuan dan wawasan kita, maka hal inilah yang melatar belakangi disusunnya makalah ini.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas penulis dapat merumuskan beberapa masalah: 1. Bagaimanakah proses awal berdirinya daulah Bani Umayyah I? 2. Seperti apakah masa-masa kejayaan daulah Bani Umayyah I ?

3. Bagaimanakah proses kemunduran dan kehancuran daulah Bani Umayyah I? 4. Bagaimanakah kronologii kejadian yang terjadi pada masa Dinasti Umayyah I? C. Tujuan Penulisan

Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis, diantaranya adalah:

1. Untuk mengetahui proses berdirinya daulah Bani Umayyah 2. Untuk mengetahui masa-masa kejayaan daulah Bani Umayyah

3. Untuk mengetahui proses kemunduran dan kehancuran daulah Bani Umayyah BAB II

PEMBAHASAN

“SEJARAH PERADABAN ISLAM PADA MASA DAULAH BANI UMAYYAH I” A. Sejarah Berdirinya Dinasti Umayyah I

a. Situasi Politik Ummat Islam Sepeninggal ‘Ali ibn Abi Thalib

▸ Baca selengkapnya: sebutkan dan jelaskan beberapa dewan atau departemen pada masa pemerintahan bani umayyah

(2)

Siria) dan didukung oleh sejumlah mantan pejabat tinggi yang telah dipecat ‘Ali r.a. Disini timbul indikasi fitnah atau perang saudara karena Mu’awiyah menuntut balas bagi Utsman (keponakannya) dan atas kebijaksanaan-kebijaksanaan ‘Ali.Tatkala ‘Ali beserta pasukannya bertolak dari Kuffah menuju Siria, mereka bertemu dengan pasukan Mu’awiyah di tepi sungai Eufrat atas, Shiffin (657).[1] Terjadi lah perang yang disebut perang Shiffin. Perang ini tidak konklusif sehingga terjadi kebuntuan yang akhirnya mengarah pada tahkim atau arbitrase. Dalam majlis tahkim ini ada dua mediator atau penengah. Mediator dari pihak Ali adalah Abu Musa al-Asy’ari (gubernur Kuffah), sedangkan mediator dari pihak Mu’awiyah adalah ‘Amr ibn al-Ash. Namun tahkim pun tetap tidak menyelesaikan masalah.

Menurut Ibnu Khaldun, setelah fitnah antara ‘Ali – Mu’awiyah, jalan yang ditempuh adalah jalan kebenaran dan ijtihad. Mereka berperang bukan untuk menyebar kebatilan atau menimbulkan kebencian, tapi sebatas perbedaan dalam ijtihad dan masing-masing menyalahkan hingga timbul perang. Walaupun yang benar adalah ‘Ali, Mu’awiyah tidak melakukan tindakan berlandaskan kebatilan, tetap orientasinya dalam kebenaran.

Partai ‘Ali terpecah menjadi dua golongan, yaitu Khawarij (orang-orang yang keluar dari barisan ‘Ali sekaligus menentang tahkim) dan Syi’ah (para pengikut setia ‘Ali). Sementara itu, Mu’awiyah melakukan strategi dengan menaklukkan Mesir dan mengangkat ‘Amr ibn al-Ash sebagai khalifah di sana.

Jadi, di akhir masa pemerintahan ‘Ali, umat Islam terpecah menjadi tiga kekuatan politik; Mu’aiyah, Syi’ah, dan Khawarij.[2] Kemunculan Khawarij semakin memperlemah partai ‘Ali, di sisi lain Mu’awiyah semakin kuat. Mu’awiyah memproklamirkan dirinya sebagai khalifah di Yerusalem (660). Kemudian ‘Ali wafat karena dibunuh oleh Ibn Muljam, salah seorang anggota Khawarij (661).

b. Pengangkatan Hasan ibn ‘Ali sebagai Khalifah

Setelah ‘Ali wafat, kursi jabatan kekhalifahan dialihkan kepada anaknya, Hasan ibn ‘Ali. Hasan diangkat oleh pengikutnya (Syi’ah) yang masih setia di Kuffah. Tetapi pengangkatan ini hanyalah suatu percobaan yang tidak mendapat dukungan yang kuat. Hasan menjabat sebagai khalifah hanya dalam beberapa bulan saja.

c. Peralihan Kekuasaan dari Hasan ke Mu’awiyah

Di tengah masa kepemimpinan Hasan yang makin lemah dan posisi Mu’awiyah lebih kuat, akhirnya Hasan mengadakan akomodasi atau membuat perjanjian damai. Syarat-syarat yang diajukan Hasan dalam perjanjian tersebut adalah:

▸ Baca selengkapnya: masa khalifah usman terdapat juga beberapa upaya perluasan daerah kekuasaan islam diantaranya melanjutkan usaha penaklukan

(3)

2. Agar pajak tanah negeri Ahwaz diberikan kepada Hasan setiap tahun 3. Muawiyah harus membayar Husain sebesar 2 juta dirham

4. Pemilihan atau pengangkatan khalifah selanjutnya harus diserahkan kembali kepada musyawarah kaum muslimin

Dengan adanya perjanjian ini maka berakhirlah masa kekuasaan Khulafaur Rasyidin dan menandai masa berdirinya kekuasaan Dinasti Umayyah. Adapun nama-nama khalifah yang pernah memimpin di daerah pemerintahan pusat yaitu Damaskus, diantaranya adalah:

1. Muawiyah I bin Abu Sufyan (41-61 H / 661-680 M) 10. Hisyam bin Abdul-Malik (106-126 H / 724-743 M) 11. Al-Walid II bin Yazid II (126-127 H / 743-744 M) 12. Yazid III bin al-Walid (127 H / 744 M)

13. Ibrahim bin al-Walid (127 H / 744 M)

14. Marwan II bin Muhammad (memerintah di Harran, Jazira) (127-133 H / 744-750 M B. Masa Kejayaan Dinasti Umayyah I

Pemindahan ibukota dari Madinah ke Damaskus melambangkan zaman imperium baru dengan menggesernya untuk selama-lamanya dari pusat Arabia, yakni Madinah yang merupakan pusat agama dan politik kepada sebuah kota yang kosmopolitan. Dari kota inilah daulat Umayyah melanjutkan ekspansi kekuasaan Islam dan mengembangkan pemerintahan sentral yang kuat, yaitu sebuah imperium Arab.

Selama berkuasa, Dinasti Umayyah terus melakukan perluasan wilayah hingga daerah kekuasaannya meliputi Spanyol, Afrika Utara, Syria, Palestina, Jazirah Arabia, Irak, sebagian Asia kecil, Persia, Afganistan, Pakistan, Purkmenia, Uzbek dan Kirgis di Asia Tengah.Pada masa Muawiyah bin Abu Sufyan perluasan wilayah yang terhenti pada masa khalifah Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib dilanjutkan kembali, dimulai dengan menaklukan Tunisia, kemudian ekspansi ke sebelah timur, dengan menguasai daerah Khurasan sampai ke sungai Oxus dan Afganistan sampai ke Kabul. Sedangkan angkatan lautnya telah mulai melakukan serangan-serangan ke ibu kota Bizantium dan Konstantinopel. Ada tiga hal yang menyebabkan Muawiyah terus berusaha merebut Byzantium, diantaranya adalah :

1. Byzantium merupakan basis kekuatan agama Kristen Ortodoks, yang pengaruhnya dapat membahayakan Islam.

2. Orang-orang Byzantium sering mengadakan pemberontakan ke daerah-daerah Islam 3. Byzantium termasuk wilayah yang memiliki kekuasaan yang melimpah

(4)

Ekspansi ke barat secara besar-besaran dilanjutkan di zaman Al-Walid bin Abdul-Malik. Masa pemerintahan al-Walid adalah masa ketenteraman, kemakmuran dan ketertiban. Umat Islam merasa hidup bahagia. Pada masa pemerintahannya yang berjalan kurang lebih sepuluh tahun itu tercatat suatu ekspedisi militer dari Afrika Utara menuju wilayah barat daya, benua Eropa, yaitu pada tahun 711 M. Setelah Aljazair dan Maroko dapat ditundukkan, Tariq bin Ziyad, pemimpin pasukan Islam, dengan pasukannya menyeberangi selat yang memisahkan antara Maroko (maghrib) dengan benua Eropa, dan mendarat di suatu tempat yang sekarang dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Thariq). Tentara Spanyol dapat dikalahkan. Dengan demikian, Spanyol menjadi sasaran ekspansi selanjutnya. Ibu kota Spanyol, Cordoba, dengan cepatnya dapat dikuasai. Menyusul setelah itu kota-kota lain seperti Seville, Elvira dan Toledo yang dijadikan ibu kota Spanyol yang baru setelah jatuhnya Cordoba. Pasukan Islam memperoleh kemenangan dengan mudah karena mendapat dukungan dari rakyat setempat yang sejak lama menderita akibat kekejaman penguasa.

Selain wilayah kekuasaan yang sangat luas, di masa Dinasti Umayyah ini kebudayaan juga mengalami perkembangan, antara lain seni sastra, seni rupa, seni suara, seni bangunan, seni ukir dan lain sebagainya. Pada masa ini telah banyak bangunan hasil rekayasa umat islam dengan mengambil pola Romawi, Persia dan Arab. Salah satu dari bangunan itu adalah Masjid Damaskus yang dibangun pada masa pemerintahan Walid bin abdul Malik dengan hiasan dinding dan ukiran yang sangat indah. Contoh lain adalah bangunan masjid di Cordova yang terbuat dari batu Pualam.

Dalam bidang ilmu pengetahuan, perkembangan tidak hanya meliputi ilmu pengetahuan agama saja, tetapi ilmu pengetahuan umum, seperti ilmu kedokteran, ilmu pasti, filsafat, astronomi, geografi, sejarah, bahasa dan sebagainya. Kota yang menjadi pusat kajian ilmu pengetahuan antara lain, Damaskus, Kufah, Makkah, Madinah, Mesir, Cordova, Granada dan lain-lain, dengan masjid sebagai pusat pengajarannya, selain madrasah atau lembaga pendidikan yang ada.

Dinasti Umayyah juga banyak berjasa dalam pembangunan berbagai bidang, Muawiyah bin Abi Sufyan mendirikan dinas pos dan tempat-tempat tentu yang menyediakan kuda lengkap dengan peralatannya di sepanjang jalan. Menertibkan angkatan bersenjata dan mencetak mata uang. Spesialisasi jabatan Qadhi atau hakim yang berkembang menjadi profesi tersendiri. Abdul Malik bin Marwan mengubah mata uang Byzantium dan Persia dengan mencetak uang tersendiri pada tahun 659 M yang memakai kata-kata dan tulisan Arab, kemudian melakukan pembenahan-pembenahan administrasi pemerintahan dan memberlakukan bahasa Arab sebagai bahasa resmi administrasi pemerintahan Islam. Pada masa Al-Walid bin Abdul Malik (705-715 M) banyak membangun panti-panti untuk orang cacat, jalan raya, pabrik-pabrik, gedung-gedung pemerintahan dan masjid-masjid yang megah.

1. Diwan

Perkataan diwan, sebagaimana ditulis Ibn Khaldun, berasal dari bahasa Persia “diwanah” yang berarti catatan atau daftar. Nama ini kemudian berkembang menjadi untuk digunakan sebagai tempat di mana diwan disimpan. Agar lebih praktis, nama ini disingkat menjadi diwan. Diwan ini, di kalangan orang Arab didirikan pertama kali didirikan oleh Umar bin Khattab, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya.

(5)

2. Barid

Karena luasnya wilayah kekuasaan Islam sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya, pada masa bani Umayah sejak khalifah Mu’awiyah telah dibentuk suatu badan atau lembaga yang pada masa sekarang dikenal dengan nama Kantor Pos, yang bertugas mengantarkan surat-surat maupun dokumentasi penting lainnya ke suatu wilayah, terutama dalam pemerintahan Islam. Lembaga ini disebut dengan Barid yang telah dijalankan oleh para kaisar Persia dan Romawi pada waktu itu. Oleh karena itu, mengenai sebutan Barid ini ada yang mengatakan bahwa ia berasal dari bahasa Persia, baridah yang berarti yang dipotong ekornya, karena orang-orang Persia biasa memotong ekor kuda yang dipergunakan sebagai barid agar bisa dibedakan dengan hewan tunggangan lainnya. Dalam bahasa Arab sendiri,barid mengandung arti jarak yang ditempuh sejauh 12 mil yang kemudian berkembang dan dipergunakan untuk nama utusan. Abdul Malik bin Marwan, khalifah ketiga bani Umayah (685-705 M.), karena pentingnya Barid ini dalam jalannya roda pemerintahan, berpesan agar tidak menahan petugas Barid yang datang untuk menemuinya baik siang maupun malam, karena jika hal itu terjadi, berarti pekerjaan suatu wilayah telah hancur selama satu tahun lamanya.

3. Kepolisian

Pada masa Bani umayah kepolisian mengalami perkembangan. Berbeda dari masa-masa sebelumnya, pada masa ini terutama pada pemerintahan Hisyam bin Abdul Malik (102-125H.) ketika dimasukkan seorang kepala yang berwewenang meneliti tindakan-tindakan militer dan dianggap sebagai penengah antara wewenang kepala polisi dan komandan militer.

Pada masa ini markas kepolisian bertambah menjadi dua setelah Shalih bin Ali Al Abbasi mendirikan Darussyurthah Al ‘Ulya, suatu markas kepolisian yang berlokasi di Al Mu’askar pada 132 H. setelah sebelumnya telah didirikan pula Darussyurthah As Sufla, yang berlokasi di Fusthat.

4. Angkatan Perang

Dalam masalah angkatan perang, bani Umayah melanjutkan apa yang telah dilakukan Umar bin Khattab yang telah membentuk Diwan Tentara yang bertugas megidentifikasi nama-nama, sifat-sifat, gaji dan pekerjaan mereka dan mengembangkannya dengan mengadopsi sistem Ta’biah dari orang-orang Persia, yaitu membagi para tentara menjadi lima kesatuan. Lima kesatuan ini, sebagaimana diuraikan Hasan Ibrahim Hasan terdiri dari Jantung Tentara karena berada di bagian tengah kesatuan, Kesatuan Kanan karena di sebelah kanan, Kesatuan Kiri karena posisinya di sebelah kiri, Kesatuan Pendahuluan, yaitu para penunggang kuda yang berada di depan dan Kesatuan Pengiring yang berada di belakang kesatuan.

Salah satu perkembangan dalam bidang angkatan perang ini adalah dibuatnya pabrik kapal laut pada tahun 54 H. setelah serangan yang dilancarkan oleh tentara Romawi yang menyebabkan banyak kaum muslimin yang gugur. Berkenaan dengan angkatan laut Islam ini, Hasan Ibrahim Hasan menyatakan bahwa bangsa Arab dalam cara berperang di laut pada mulanya meniru bangsa Byzantium. Namun, pada perkembangannya kemudian merekalah yang menjadi guru bangsa Eropa dalam bidang ini. Kenyataan ini seperti ditunjukkan dalam istilah-istilah kelautan yang berasal dari bahasa Arab dan masih dipergunakan hingga sekarang.

5. Peradilan

(6)

Perkembangan yang terjadi adalah bahwa pada masa ini keputusan-keputusan hakim sudah mulai dicatat. Hasan Ibrahim Hasan mengatakan bahwa Salim bin Anas adalah hakim pertama pada masa bani Umayah yang melakukan pencatatan ketetapan hukum.

Selain itu, peradilan pada masa bani Umayah dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu Al Qadla’, yaitu peradilan yang menyelesaikan perkara-perkara yang berhubungan dengan agama, Al Hisbah, yang mengurus masalah-masalah pidana dan Al Mazhalim, yaitu lembaga tertinggi yang mengadili para pejabat tinggi dan hakim-hakim. Yang terakhir ini juga dipergunakan untuk menyelesaikan perkara-perkara yang belum tuntaspada pengadilan Al Qadla’ dan Al Hisbah (pengajuan banding). Pengadilan pada Al Mazhalim ini memiliki tingkat kepentingan yang sangat tinggi sehingga, sebagaimana ditulis Hasan Ibrahim Hasan, setiap persidangan pada Al Mazhalim harus dihadiri oleh lima kelompok persidangan, mereka adalah para pembela dan pembantunya, para hakim penasehat, para ahli fikih, para sekretaris dan para saksi.

C. Masa Keruntuhan dan Kehancuran Dinasti Umayyah I

(7)

beribadah sesuai kepercayaan yang diyakini masing-masing orang. Pajak diperingan dan kedudukan Mawali disejajarkan dengan muslim Arab.

Sepeninggal Umar bin Abdul Aziz , khalifah selanjutnya adalah Yazid ibn Abdul Malik (720-724 M) yang sangat menyukai kemewahan sehingga kurang memperhatikan kehidupan rakyat sehingga masyarakat menyatakan kofrontasi yang berlanjut hingga pemerintahan khalifah Hisyam bin Abdul Malik (724-743 M). Bahkan pada masa ini muncullah kekuatan baru dari kalangan Bani Hasyim yang didukung oleh golongan Mawali yang nantinya mampu menggulingkan Dinasti Umayyah dan menggantinya dengan dinasti baru, Dinasti Abbasiyyah.

Sepeninggal Hisyam bin Abdul Malik, khalifah-khalifah Bani Umayyah tidak hanya lemah tetapi juga bermoral buruk. Hal ini makin memperkuat golongan oposisi. Akhirnya pada tahun 750 M, Daulah Bani Umayyah digulingkan Bani Abbas yang bersekutu dengan Abu Muslim Al-Khurasani. Marwan bin Muhammad khalifah terakhir Bani Umayyah melarikan diri ke Mesir, kemudian ditangkap dan dibunuh disana.

Faktor-faktor penyebab runtuhnya Dinasti Umayyah :

1. Pergantian khalifah mengalami penyelewengan dari system musyawarah Islam diganti dengan system kerajaan.

2. Latar belakang terbentuknya Dinasti Umayyah tidak lepas dari konflik-konflik politik yang terjadi di masa Ali.

3. Adanya pertentangan antara suku Arabia Utara (Bani Qays) dan Arabia Selatan (Bani Kalb) yang makin meruncing.

4. Menyalahi perjanjian Madain antara Muawiyyah dan Hasan bin Ali. 5. Pengangkatan putra mahkota lebih dari satu.

6. Pemerintahan yang korup, boros dan bermewah-mewah dikalangan istana.

7. Memecat dan mengganti orang-orang dalam jabatannya dengan orang-orang yang disukai saja padahal pengganti itu tidak ahli.

8. Kurangnya perhatian pemerintah terhadap perkembangan agama sehingga menimbulkan pergolakan dari golongan agama.

9. Munculnya kekuasan baru yang dipelopori oleh Al-Abbas ibn Abdul Munthalib kekuasaan Dinasti bani Abbasiyyah.

D. Kronologi Dinasti Umayyah

1. Tahun 661 M- Muawiyah menjadi khalifah dan mendirikan Bani Ummayyah. 2. Tahun 670 M- Perluasan ke Afrika Utara. Penaklukan Kabul.

3. Tahun 677 M- Penaklukan Samarkand dan Tirmiz. Serangan ke Konstantinopel.

4. Tahun 680 M- Kematian Muawiyah. Yazid I menaiki takhta. Peristiwa pembunuhan Husain. 5. Tahun 685 M- Khalifah Abdul-Malik menegaskan Bahasa Arab sebagai bahasa resmi. 6. Tahun 700 M- Kampanye menentang kaum Barbar di Afrika Utara.

7. Tahun 711 M- Penaklukan Spanyol, Sind dan Transoxiana. 8. Tahun 713 M- Penaklukan Multan.

9. Tahun 716 M- Serangan ke Konstantinopel.

10. Tahun 717 M- Umar bin Abdul-Aziz menjadi khalifah. Reformasi besar-besaran dijalankan. 11. Tahun 725 M- Tentara Islam merebut Nimes di Perancis.

12. Tahun 749 M- Kekalahan tentara Ummayyah di Kufah, Iraq terhadap tentara Abbasiyyah.

(8)

14. Tahun 756 M- Abdurrahman Ad-Dakhil menjadi khalifah Muslim di Kordoba. Memisahkan diri dari Abbasiyyah.

BAB III PENUTUP a. Kesimpulan

Daulah Bani Umayyah didirikan oleh Muawiyyah bin Abi Sufyan bin Harb bin Umayyah tahun 661 M dan berkuasa selama lebih kurang 90 tahun dengan Damaskus sebagai ibu kotanya. Muawiyyah mendapatkan kekuasaannya setelah adanya perjanjian Madain dengan Hasan bin Ali.

Selama berkuasa kemajuan yang dicapai meliputi hamper segala bidng seperti dalam bidang pembangunan masjid dan tatanan kota yang sangat maju dan modern. Tidak hanya ilmu agama, ilmu pengetahuan umum juga berkembang pesat. Luasnya wilayah kekuasaan yang meliputi tiga benua, yakni Asia Tengah, Eropa dan Afrika Utara. Selain itu didirikan juga pos-pos yang menyediakan kuda lengkap disepanjang jalan, menertibkan angkatan bersenjata, mengganti mata u`ng Byzantium dan Persia dengan mencetak mata uang tersendiri yang memakai kata dan tulisan Bahasa Arab pada tahun 659 M. Memberlakukan Bahasa Arab sebagai bahasa resmi pemerintahan Islam, membangun panti-panti untuk orang cacat, membangun jalan raya, pabrik-pabrik, gedung-gedun pemerintahan dan masjid-masjid yang megah.

Faktor-faktor penyebab runtuhnya Daulah Bani Umayyah :

1. Pergantian khalifah dari sistem musyawarah menjadi sistem kerajaan 2. Konflik-konflik politik dan pertentangan antar suku yang memuncak 3. Pemerintahn yang korp, boros dan bermewah-mewahan di kalangan istana

4. Lemahnya para khalifah dalam memimpin pemerintahan sehingga kurang memperhatikan kesejahteraan rakyat

5. Munculnya kekuatan baru yang dipelopori oleh Al-Abbas ibn Abdul Mutholib yakni kekuasaan Dinasti Abbasiyyah

Dalam masa lebih dari tujuh abad kekuasaan Islam di Spanyol, umat Islam telah mencapai kejayaannya disana. Banyak prestasi yang mereka peroleh bahkan pengaruhnya membawa Eropa dan kemudian dunia kepada kemajuan yang lebih kompleks. Tapi pada abad 10 M dunia Islam mulai menampakkan tanda-tanda kemunduran, begitu juga peradabannya. Kemunduran itu terjadi setapak demi setapak, sehingga pada pertengahan abad ke 12 M , tibalah saatnya masa keruntuhan Islam.

DAFTAR PUSTAKA

Bullet, Ricard W, 1979, Conversion to Islam In The Medieval Period, Massachusetts : President and Fellow Of Harvard College.

Harvey, L,P,1990, Islamic Spain, Chicago : The University Of Chichgo.

Hitti, Philip K, 1970, History Of Arabs, London : Mac Millan and co LTD,Cet. Ke 10.

Holt,P.M dkk (ed) , 1970, The Cambridge History Of Islam, New York : Cambridge University Press.

(9)

Kumaidi, dkk.2009.Sejarah Kebudayaan Islam.Jakarta:Akik Pusaka Yatim, Badri.2000.Sejarah Peradaban Islam.Jakarta:PT Raja Grafindo Persada

http://indonsc.blogspot.co.id/2015/07/sejarah-peradaban-islam-pada-masa-bani.html

Sejarah Perkembangan Islam Di Masa Bani Umayyah Posted by Sajadah Muslim on

Thursday, 29 May 2014

Sajadah Muslim ~ Assalamu Alaikum wr wb. Pada dasarnya Daulah Bani Umayyah merupakan lanjutan dari Daulah Khulafaur Rasyidin. Muawiyah adalah pendiri daulah ini. Daulah ini berdiri ketika terjadi krisis politik dalam tubuh umat Islam. Perang siffin merupakan bagian tengah dari episode krisis umat Islam pada masa itu. Sebab, sebelumnya terjadi pula perang yaitu perang antara pemerintah Ali melawan pendukung Aisyah, Zubair, dan Talhah. Perang yang dikenal sebagai perang Jamal (Perang Unta) tersebut terjadi karena peristiwa sebelumnya, yaitu terbunuhnya Khalifah Ustman.

(10)

Karena kehilangan Khalifah, umat Islam mengangkat Khalifah baru. Pada waktu itu Ali bin Abi Thalib dianggap sosok yang paling tepat menjadi Khalifah. Masyarakat Madinah dan para demonstran ramai-ramai membaiat Ali menjadi Khalifah. Dengan naiknya Ali tersebut, keadaan menjadi lebih tenang. Masyarakat Madinah tenang dan para demonstran yang kebanyakan dari daerah luar Madinah, seperti Mesir, Kuffah, dan Basra, juga tenang dan kembali ke daerah masing-masing. Namun, Zubair bin Awwam, Talhah bin Ubaidillah serta Aisyah (istri Rasulullah SAW) menolak pembaiatan Ali menjadi Khalifah. Mereka menuntut agar para pembunuh Ustman ditangkap dan diadili dahulu sebelum pemilihan Khalifah. Akibat dari ketidaksetujuan itu pecahlah Perang Unta. Di sisi lain, Muawiyah yang bertempat tinggal di Damaskus juga menyatakan hal yang sama dengan kelompok Zubair, Talhah, Aisyah. Akibat dari penolakan itu, pecahlah perang Siffin.

Asal Usul Bani Umayyah

Nama Umayyah merujuk pada seorang Quraisy di masa Jahiliyah. Dia adalah Umayyah bin Abdus Syam bin Abdi Manaf. Masih terhitung saudara dari Bani Hasyim (keluarga besar Rasulullah SAW), karena Hasyim (ayah Abdul Muthalib) juga salah satu Putra Abdi Manaf. Jadi, Abdi Manaf adalah kakek moyang kedua Bani tersebut. Tetapi, sekalipun satu kakek moyangnya, sejak zaman Jahiliyah Bani Umayyah juga tidak jarang mengganggu keberhasilan Bani Hasyim. Abdul Muthalib, pemimpin Ka’bah saat itu, diganggu oleh Abdus Syam dan Umayyah. Ketika menemukan kembali mata air zamzam, Umayyahdan bapaknya meminta bagian agar dapat mengurusi mata air itu. Tetapi karena penduduk Mekkah tidak berkenan dengan tindakan mereka itu, maka keluarga Abdus Syam tersebut meninggalkan Mekkah menuju Damaskus karena merasa malu.

(11)

(Perang Badar, Perang Uhud, dan Perang Khandaq) pasca hijrah, melibatkan kepemimpinan Abu Sufyan.

Abu Sufyan dan keluarga, akhirnya masuk Islam dengan terpaksa pada saat berpuluh-puluh ribu kaum Muslimin mengepung Mekkah dari segala penjuru. Walapun banyak sahabat tidak suka terhadap masuk Islamnya keluarga Abu Sufyan, Rasulullah SAW tetap menghormati perubahan sikapnya. Kesalahan-kesalahannya diampuni, bahkan Muawiyah putra Abu Sufyan diangkat sebagai sekretaris beliau dan saudara perempuannya, Ummu Habibah diperistri oleh Beliau. Setelah beberapa tahun bergabung sebagai kaum Muslimin, keluarga terdidik dan berpengaruh ini ikut membesarkan Islam. Di masa Abu Bakar Sidiq, keluarga Abu Sufyan dan Bani Umayyah merasa rendah diri karena kelas mereka berada di bawah kaum Muhajirin dan Ansar. Mereka tahu diri bahwa perjuangan mereka belum apa-apa dibanding dengan kedua kaum di atas. Apalagi di masa dahulu, mereka memusuhi perjuangan Rasulullah SAW dan kaum Muslimin. Oleh karena itu, mereka maklum ketika Khalifah Abu Bakar menyatakan di depan umum bahwa keluarga besar Bani Umayyah harus ikut berjuang membela Islam termasuk di medan perang, bila ingin setingkat dengan kaum Muhajirin dan Ansar. Beberapa peperangan yang terjadi di masa Abu Bakar ini anggota Bani Umayyah ikut serta dibarisan kaum Muslimin. Bahkan, Yazid bin Abu Sufyan menjadi salah satu panglima untuk memimpin pasukan ke Syiria melawan Bizantium.

Pada masa Umar, ketika wilayah Islam semakin meluas dan membutuhkan banyak tenaga administratif, sang Khalifah memanfaatkan tenaga-tenaga Bani Umayyah yang umumnya terdidik untuk membaca, menulis, dan berhitung. Bahkan, Yazid dan Muawiyah dipercaya untuk mengelolah wilayah Syiria. Kepercayaan Khalifah Umar ini tidak disia-siakan oleh Bani Umayyah. Mereka bekerja dengan tekun dan dikenal sukses dalam mengerjakan tugas-tugas administratif. Periode Umar inilah awal mula Bani Umayyah menduduki posisi-posisi penting. Namun karena kewibawaan sang Khalifah yang bersih dan berwibawa, mereka tidak berani bertindak macam-macam, seperti korupsi dan sejenisnya.

(12)

anggota Bani Umayyah, mereka menempatkan kroni-kroninya pada posisi strategis. Praktek-praktek KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme) dijalankan dengan penuh kesungguhan. Hal inilah yang menjadi awal bencana hingga terbunuhnya Khalifah Ustman.

Pada era Ali, keluarga Umayyah yang menjabat posisi-posisi penting pada pemerintahan Ustman, semuanya dicopot. Kebijakan Ali yang keras inilah yang mendorong mereka menentang pengangkatan Ali sampai membuat pecahnya Perang Siffin. Namun, keberuntungan memang ada dipihak mereka pada saat Perang Siffin mengangkat Muawiyah menjadi Khalifah tandingan. Bahkan lebih beruntung lagi ketika Hasan bin Ali yang menggantikan kepemimpinan ayahnya mengakui Muawiyah sebagai Khalifah yang sah di seluruh wilayah kekuasaan Islam. Sejak itulah mereka mulai membangun pemerintahan Islam warisan Rasulullah SAW dan para sahabat tersebut menjadi pemerintahan milik keluarga besar Bani Umayyah.

Corak Khas Pemerintahan Bani Umayyah

Pada masa Khulafaur Rasyidin, Khalifah adalah sosok pemimpin yang alim dalam ilmu agama, sederhana dalam hidup, dan tanggung jawab kepada rakyatnya. Dia menjadi imam di Masjid, sekaligus komandan di medan perang. Dia hidup sederhana dan jauh dari sikap mewah. Bahkan, sebagai kepala Negara tidak ada pengawal yang menjaga di sekitarnya. Karena baginya, hidup mati adalah urusan Allah. Adapun untuk mengetahui denyut nadi keadaaan rakyatnya, hampir setiap malam seorang Khalifah mengunjungi kehidupan rakyatnya. Keinginan dan kebutuhan rakyat harus disaksikan dan dirasakan sendiri dengan cara seperti itu. Khalifah sadar bahwa tanggung jawab sebagai pemimpin umat sangatlah berat.

Pada masa kekuasaan Bani Umayyah, sikap hidup seperti itu tidak akan ditemukan. Sejak Muawiyah memegang kekuasaan, gaya hidup seorang Khalifah sudah berubah drastis. Muawiyah hidup di dalam benteng dengan pengawalan ketat dan bermewah-mewah sebagai raja. Tradisi “Harem” dan perbudakan ditumbuhkan kembali. Pesta-pesta diadakan di istana, lengkap dengan hiburan-hiburan yang jauh dari nilai-nilai Islam. Hal seperti ini

diwariskan kepada Khalifah-Khalifah sesudahnya kecuali pada Khalifah Umar bin Abdul Aziz (Umar II). Hal lain yang berubah pada masa Bani

(13)

pribadi maupun keluarganya. Kecuali Khalifah Umar II, semua Khalifah memperlakukan Baitul Mal seperti itu. Khalifah Umar II berusaha

mengembalikan fungsi dan kedudukan Baitul Mal sebagaimana yang dicontohkan oleh para Khulafaur Rasyidin.

Bani Umayyah juga meninggalkan tradisi musyawarah dan keterbukaan yang dirintis oleh pendahulunya. Pada masa Khulafaur Rasyidin, Khalifah didampingi oleh sebuah Dewan penasehat yang ikut berperan dalam setiap kebijakan-kebijakan penting Negara. Lebih dari itu, seorang rakyat biasa pun dapat menyampaikan pendapatnya tentang kebijakan Khalifah secara terbuka. Tradisi positif itu tidak dilanjutkan oleh Muawiyah dan para penerusnya. Walapun lagi-lagi, Umar II berusaha menghidupkan kembali tradisi tersebut, namun penguasa setelahnya segera mengembalikan pada cara-cara kerajaan yang menempatkan sang raja di atas segala-galanya. Satu hal yang memprihatinkan pada masa pemerintahan Bani Umayyah adalah diabaikannya nilai-nilai ajaran Islam oleh para pejabat Negara dan keluarganya. Mereka lebih suka hidup mewah, mengembangkan budaya KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme), serta tidak segan-segan menggunakan kekerasan untuk tujuan politiknya. Dan tampaknya hal seperti itu direstui oleh sang Khalifah. Bahkan, para Khalifah Bani Umayyah justru menikmati kondisi seperti itu.

(14)

suksesnya politik ekspansi. Salah satu kesuksesannya adalah mampu menembus hingga wilayah Spanyol.

Kemajuan Islam Pada Masa Bani Umayyah

Kemajuan Islam di masa Daulah Umayyah meliputi berbagai bidang, yaitu politik, ekonomi, sosial, ilmu pengetahuan, seni dan budaya. Di antaranya yang paling spektakuler adalah bertambahnya pemeluk Agama Islam secara cepat dan meluas. Semakin banyaknya jumlah kaum Muslimin ini terkait erat dengan makin luasnya wilayah pemerintahan Islam pada waktu itu. Pemerintah memang tidak memaksakan penduduk setempat untuk masuk Islam, melainkan mereka sendiri yang dengan rela hati tertarik masuk Islam. Akibat dari makin banyaknya orang masuk agama Islam tersebut maka pemerintah dengan gencar membuat program pembangunan Masjid di berbagai tempat sebagai pusat kegiatan kaum Muslimin. Pada masa Khalifah Abdul Malik, masjid-masjid didirikan di berbagai kota besar. Selain itu, beliau juga memperbaiki kembali tiga Masjid utama umat Islam, yaitu Masjidil Haram (Mekkah), Masjidil Aqsa (Yerusalem) dan Masjid Nabawi (Madinah). Al-Walid, Khalifah setelah Abdul Malik yang ahli Arsitektur, mengembangkan Masjid sebagai sebuah bangunan yang indah. Menara Masjid yang sekarang ada dimana-mana itu pada mulanya merupakan gagasan Al-Walid ini. Perhatian pada Masjid ini juga dilakukan oleh Khalifah-Khalifah Bani Umayyah setelahnya.

Perkembangan lain yang menggembirakan adalah makin meluasnya pendidikan Agama Islam. Sebagai ajaran baru, Islam sungguh menarik minat penduduk untuk mempelajarinya. Masjid dan tempat tinggal ulama merupakan tempat yang utama untuk belajar agama. Bagi orang dewasa, biasanya mereka belajar tafsir Al-Quran, hadist, dan sejarah Nabi Muhammad SAW. Selain itu, filsafat juga memiliki penggemar yang tidak sedikit. Adapun untuk anak-anak, diajarkan baca tulis Arab dan hafalan Al-Quran dan Hadist. Pada masa itu masyarakat sangat antusias dalam usahanya untuk memahami Islam secara sempurna. Jika pelajaran Al-Quran, hadist, dan sejarah dipelajari karena memang ilmu yang pokok untuk memahami ajaran Islam, maka filsafat dipelajari sebagai alat berdebat dengan orang-orang Yahudi dan Nasrani yang waktu itu suka berdebat menggunakan ilmu filsafat. Sedangkan ilmu-ilmu lain seperti ilmu alam, matematika, dan ilmu social belum berkembang. Ilmu-ilmu yang terakhir ini muncul dan berkembang denga baik pada masa dinasti Bani Abbasiyah maupun Bani Umayyah Spanyol.

(15)

maju. Karena ajaran Islam lahir untuk menghapuskan perbuatan syirik yang menyembah berhala, maka seni patung dan seni lukis binatang maupun lukis manusia tidak berkembang. Akan tetapi, seni kaligrafi, seni sastra, seni suara, seni bangunan, dan seni ukir berkembang cukup baik. Di masa ini sudah banyak bangunan bergaya kombinasi, seperti kombinasi Romawi-Arab maupun Persia-Arab. Apalagi, bangsa Romawi dan Persia sudah memiliki tradisi berkesenian yang tinggi. Khususnya dalam bidang seni lukis, seni patung maupun seni arsitektur bangunan. Contoh dari perkembangan seni bangunan ini, antara lain adalah berdirinya Masjid Damaskus yang dindingnya penuh dengan ukiran halus dan dihiasi dengan aneka warna-warni batu-batuan yang sangat indah. Perlu diketahui bahwa untuk membangun Masjid ini, Khalifah Walid mendatangkan 12.000 orang ahli bangunan dari Romawi. Tetapi di antara kemajuan-kemajuan yang terjadi pada masa Daulah Bani Umayyah tersebut, prestasi yang paling penting dan berpengaruh hingga zaman sekarang adalah luasnya wilayah Islam. Dengan wilayah yang sedemikian luas itu ajaran Islam menjadi cepat dikenal oleh bangsa-bangsa lain, tidak saja bangsa Arab.

Masa Kemunduran Bani Umayyah

Daulah Bani Umayyah yang megah akhirnya runtuh juga. Namun keruntuhannya tidaklah datang secara tiba-tiba. Melainkan melalui sebuah proses yang panjang. Setelah Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Khalifah-Khalifah sesudahnya bukanlah orang-orang yang cakap dalam memimpin pemerintahan. Namun, lebih dari itu sistem sosial dan politik yang berkembang oleh pemerintahan Bani Umayyah memang mengandung banyak kelemahan. Di antara kelemahan-kelemahan sistem itu sebagai berikut :

1. Ketidakjelasan Sistem Suksesi, sistem pergantian Khalifah melalui garis keturunan adalah sesuatu yang baru bagi tradisi Arab. Tradisi asli Arab adalah masyarakat terbentuk atas kabilah-kabilah. Dan kepemimpinan masyarakat yang terdiri dari kabilah-kabilah tersebut dilakukan dengan sistem perwakilan tiap pimpinan kabilah. Adapun tradisi kepemimpinan yang turun-temurun merupakan tradisi kerajaan Romawi dan kerajaan Persia. Tampaknya, Muawiyah meniru kedua kerajaan besar tersebut. Kelemahan dari tradisi kepemimpinan turun-temurun adalah adanya ketidakjelasan sistem pergantian. Ketidakjelasan tersebut menyebabkan terjadinya persaingan yang tidak sehat di kalangan anggota keluarga Istana. Akibatnya, ketidakkompakkan anggota keluarga Istana memperlemah kekuatan kekhalifahan.

(16)

jelas menimbulkan kecemburuan. Apalagi para pemeluk Islam non-Arab makin hari makin besar jumlahnya. Tampaknya, pemerintah Bani Umayyah tidak mempertimbangkan persoalan ini sejak awal. Selain itu, Bani Umayyah juga bersikap buruk kepada Bani Hasyim, lebih-lebih keturunan Ali. Kecuali Khalifah Umar II, semua Khalifah Bani Umayyahmelakukan kezaliman tersebut.

3. Sikap Mewah Kalangan Istana, lemahnya pemerintahan daulah Bani Umayyah juga disebabkan oleh sikap hidup mewah di lingkungan istana. Kemewahan itu membuat anak-anak Khalifah tidak sanggup memikul beban berat kenegaraan tatkala mereka mewarisi kekuasaan. Selain itu, golongan agama banyak yang kecewa karena perhatian penguasa terhadap perkembangan agama sangat kurang.

Selain persoalan-persoalan sistem tersebut. Daulah Bani Umayyah juga mengalami persoalan dengan adanya kaum oposisi maupun kaum pemberontak. Golongan Syiah (pengikut Ali) dan kaum Khawarij merupakan gerakan oposisi utama sejak Daulah Bani Umayyah berdiri. Mereka melakukan oposisi secara terbuka maupun bersembunyi. Penumpasan terhadap gerakan kedua oposisi itu banyak menyedot kekuatan pemerintah. Adapun gerakan oposisi yang paling kuat adalah oposisi yang dilakukan Bani Abbasiyah. Gerakan ini merupakan gerakan gabungan antara keluarga (Orang-orang Muslim Non-Arab) dan orang-orang Khurasan pimpinan Abu Muslim. Gerakan ini menggelembung menjadi besar, dan pada tahun 750 M mampu menggulingkan Daulah Bani Umayyah. Sekian dan Semoga dapat menjadi pembelajaran buat kita. Wassalamu Alaikum wr wb.

http://sajadahmuslimku.blogspot.co.id/2014/05/sejarah-perkembangan-islam-di-masa-bani-umayyah.html

PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA BANI UMAYYAH

A. Pendahuluan

Serangkaian peristiwa telah mengantar Bani Umayyah dalam mengukir sebuah

sejarah peradaban Islam. Dengan berakhirnya masa pemerintahan Ali bin Abi Tholib, maka

berakhir pula masa khilafah, yang kemudian dilanjutkan dengan bentuk pemerintahan dinasti

yaitu kerajaan, yaitu dinasti Bani Umayyah.

Sebutan Daulah Umayyah berasal dari nama “Umayyah ibn ‘Abdi Syam ibn Abdi

Manaf, salah seorang pemimpin suku Quraisy pada zaman Jahiliyyah. Bani Umayyah baru

masuk Islam setelah Nabi Muhammad SAW berhasil menaklukan kota Mekkah (Fathu Makkah).

(17)

B. Rumusan Masalah

1. Kapan dan Siapa sajakah Khalifah Bani Umayyah? 2. Bagaimana Perkembangan Islam pada Masa Dinasti Umayyah?

3. Bagaimana sistem pemerintahannya?

4. Apa penyebab runtuhnya Dinasti Bani Umayyah?

C. Pembahasan

1. Masa Pemerintahan Bani Umayyah dan para Khalifahnya

Dinasti Bani Umayyah didirikan oleh Muawiyah bin Abu Sofyan bin Harb Umayyah.

Bani Umayyah berdiri selama 90 tahun (40 – 132H/661 -750M), beribukota di Damaskus.

Daulah Umayyah diperintah oleh 14 orang khalifah. Mereka itu adalah: Mu’awiyah (41

H/661), Yazid I (60/680), Mu’awiyah II (64/ 683), Marwan I (96/683), Abdul Malik (65/685),

Walid I (86/705), Sulaiman (96/715), Umar II (99/717), Yazid II (101/720), Hisyam (105/724),

Walid II (125/743), Yazid III (126/744), Ibrahim (126/744), dan Marwan II (127-132/744-759).

[2]

2. Perkembangan Islam pada Masa Dinasti Umayyah

Islam pada masa Dinasti Umayyah banyak mencapai kemajuan, perkembangan serta

mampu memperluas wilayah kekuasaan, Ini berlangsung pada masa pemerintahan

khalifah Walid bin Abdul Malik. Pada awal pemerintahan Muawiyah bin Abi Sufyan telah

mengadakan perluasan wilayah kekuasaan hingga daerah sebelah timur India dengan meng

utus Mushallab bin Abu Sufrah dan wilayah barat hingga Byzantium, di

bawah pimpinan Yazid bin Muawiyyah. Selain itu juga berhasil menguasai Afrika Utara.

Dalam usaha perluasan wilayah ke Byzantium ada tiga motivasi bagi Muawiyyah untuk

menguasainya, yaitu:

1. Byzantium merupakan basis agama Kristen Ortodok, yang sangat berbahaya bagi perkembangan agama Islam.

(18)

3. Byzantium merupakan wilayah yang mempunyai kekeyan yang melimpah.

Pada masa pemerintahan berikutnya dibawah kekuasaan Walid bin Abdul Malik, berhasil

memperluas wilayah kekuasaannya sampai Afrika Utara yaitu ke Magrib al-Aqsho dan

Andalusia (Spanyol). Atas kegigihan dan keberanian Musa bin Nushair dalam menguasai

wilayah tersebut maka beliau diangkat oleh Walid sebagai gubernur untuk wilayah Afrika Utara.

Dan ia terus melanjutkan usahanya dalam memperluas wilayah Islam sampai tepi lautan Atlantik

dengan di pimpin Thariq bin ziad yang di bantu oleh Gran Julian. mereka juga diutus untuk

merebut wilayah Andalusia dan tepatnya pada tahun 711 M Thariq mendarat di sebuah Selat

yang sekarang di sebut sebagai Selat Jabal Thariq atau Selat Gibraltar.

Keberhasilan ini membuat peta perjalanan sejarah baru bagi umat Islam. Sebab satu

persatu wilayah yang di lewati Thariq dapat dengan mudah di kuasainya, seperti kota Cordova,

Granada dan Toledo, sehingga Agama Islam tersebar ke berbagai penjuru. Islam juga mampu

memotivasi para pemeluknya untuk mengembangkan diri dalam berbagai bidang kehidupan

seperti bidang social, ekonomi, politik, budaya dan sebagainya, sehingga di bawah kekuasaan Islam, Andalusia mampu mencapai puncak kejayaan

.

Selain dalam memperluas wilayah kekuasaan, Dinasti Umayyah juga mengalami

perkembangan dalam bidang kebudayaan di bandingkan dengan perkembangan pada masa

sebelumnya, yaitu pada masa Khulafaur Rasyidin. Demikian pula perkembangan ilmu pengetahuan mengalami perkembangan dengan baik. Diantara kebudayaan Islam yang

mengalami perkembngn pada masa ini adalah seni sastra, seni rupa, seni suara, seni bangunan,

seni ukir, dan sebagainya. Pada masa ini telah banyak bangunan hasil rekayasa umat Islam

dengan mengambil polaRomawi, Persia, dan Arab. Salah satu dari bangunan itu adalah masjid

Damaskus yang di bangun pada masa pemerintahan Walid bin Abdul Malik dengan hiasan dinding dan ukiran yang sangat indah. Contoh lain adalah bangunanmasjid-masjid di Cordova

yang terbuat dari batu pualam.[3]

Dalam perkembangan ilmu pengetahuan, tidak hanya meliputi ilmu pengetahuan agama

saja, tetapi juga ilmu pengetahuan umum, seperti ilmu kedokteran, filsafat, astronomi, ilmu pasti,

(19)

pengetahuan antara lain adalah Damaskus, Kufah, Mekkah, Madinah, Mesir, Cordova, Granada,

dan lainnya. Dengan Masjid sebagai pusat pengajarannya, selain madrasah atau lembaga

pendidikan yang ada.

3. Sistem pemerintahan pada masa Daulah Umayyah

Pemindahan kekuasaan kepada Muawiyah mengakhiri bentuk demokrasi, kekhalifahanmenjadimonarchi heridetis (kerajaan turun temurun), yang diperoleh tidak dengan

pemilihan atau suara terbanyak. Penggantian khalifah secara turun temurun dimulai dari sikap

Mu’awiyah yang mengangkat anaknya, Yazid, sebagai putera mahkota. Sikap Mu’awiyah seperti

ini dipengaruhi oleh keadaan Syiria selama dia menjadi gubernur disana. Dia memang

bermaksud mencontoh monarchi heridetis di Persia dan kekaisaran Byzantium.[4]

Pada masa Abdul Malik ibn Marwan, jalannya pemerintahan di tentukan oleh

empat departemen pokok (diwan). Keempat departemen (kementrian) itu adalah:

1. Kementrian Pajak Tanah (diwan al-kharraj) yang tugasnya mengawasi departemen keuanagan 2. Kementrian Khatam (diwan al-Khatam) yang bertugas merancang dan mengesahkan ordonasi

pemerin pemerintah.

3. Kementrian Surat Menyurat (diwan al-Rasail), di percayakan untuk mengontrol permasalahan di

daerah – daerah dan semua komunikasi dari gubernur –gunernur.

4. Kementrian urusan perpajakan(diwan al-mustagallat).

4. Penyebab Runtuhnya Dinasti Umayyah

Kejayaan Bani Umayyah berakhir pada masa pemerintahan Umar ibn Abdul Aziz (Umar

II). Pemerintahannya hanya bertahan 2 tahun 5 bulan Sepeninggal Umar II kekhalifahan mulai

melemah dan akhirnya hancur. Para khalifah pengganti Umar II selalu mengorbankan

kepentingan umum untuk kesenangan pribadi. Perselisihan antara para putera mahkota serta

perselisihan diantara para pemimpin daerah (gubernur) merupakan sebab-sebab lain yang

membawa kehancuran kekuasaan Bani Umayyah. Abu al-Abbas mengadakan kerja sama dengan

(20)

oleh Abu Muslim al- Khurasani dan pasukan Muawiyah terjadi di Irak. Tidak lama kemudian

Damaskus jatuh ke tangan kekuasaan Bani Abbas.

Sebab-sebab runtuhnya dinasti umayyah

Sebab Utama

1. Terjadi persaingan kekuasaan di dalam anggota keluarga bani umayyah

2. Tidak ada pemimpin politik dan militer yang handal yang mampu menjadikan kekuasaan dan menjaga keutuhan Negara

3. Muncul berbagai gerakan perlawanan

4. Serangan pasukan Abu Muslim Al- Khursani dan pasukan Abul Abbas

1. Sebab Umum

a) Sistem pemerintahan khalifah menjadi kerajaan

b) Pengkhianatan kesepakatan di daumatul jandal

c) Menyalahi perjanjian madain antara muawiyah dan Hasan bin Ali

d) Pengangkatan putra mahkota lebih dari satu

2. Sebab Khusus

a) Pertentangan keras antara kelompok mudariyah yaitu kelompok arab yang menempati irak

dengan kelompok himariyah yaitu kelompok arab selatan yang menempati wilayah suriah.

Persaingan mencapai puncaknya, karena para khalifah bani umayyah cenderung memihak hanya

kepada satu kelompok.

b) Ketidak puasan sejumlah orang islam non arab. Mereka dari kalangan mawali yaitu bangsa yang

di kalahkan dan ikut memajukan dinasti umayyah namun mereka tidak mendapat kedudukan dan

hak bernegara tidak di kabulkan. Sedangkan orang arablah yang mendapat fasilitas dari penguasa

(21)

c) Kemewahan dan keborosan di kalangan istana.

d) Terbentuknya dinasti umayyah tidak terlepas dari konflik-konflik politik. Kaum syiah dan khowarij semakin berkembang menjadi gerakan oposisi kuat yang sewaktu-waktu dapat

meruntuhkan dinasti umayyah. Gerakan bani abbasiyah yang semakin kuat dan tidak tertandingi,

akhirnya dapat menggeser kekuasaan dinasti umayyah.[5]

1. Sebab intern

a) Khalifah memiliki kekuasaan absolut

b) Gaya hidup yang mewah

c) Tidak ada ketentuan yang tegas mengenai sistem pengangkatan khalifah

2. Sebab ekstern

a) Konflik Islam dan Kristen

b) Tidak adanya ideology pemersatu

c) Kesulitan dalam ekonomi

d) Keterpencilan

e) Banyaknya gerakan pemberontakan selama masa-masa pertengahan hingga akhir pemerinyahan

bani umayyah

f) Pertentangan antara arab utara (arab mudariyah ) dan arab selatan (arab himariyah) [6]

D. Kesimpulan

1. Dinasti bani umayyah didirikan oleh muawiyah bin abu sofyan bin harb bin umayyah dinasti

umayyah berdiri selama 90 tahun (40-132 H/661-750 M), beribukota di damaskus.

(22)

3. Sistem pemerintahan dinasti umayyah mengakhiri bentuk demokrasi dari khalifah sebelumnya yang menjadi monarki.

4. Runtuhnya dinasti umayyah di sebabkan oleh banyak sebab, diantaranya sebab umum dan

khusus, sebab ekstern dan intern dan ada juga sebab utama

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah,Murwat. 2006. Sejarah kebudayaan Islam. Jepara: ALKAUTSAR.

Hafid,Abdullah.2010. Sejarah kebudayaan Islam. Solo: CV.AM-INSHOFI.

Maryam,Siti dkk. 2002. Sejarah Peradaban Islam.Yogyakarta: LESFI.

http://sindydwija.blogspot.com/2010/11/runtuhnya-dinasti-umayyah-di-andalusia.html

Diakses tanggal 28 Desember 2011

[1]

Siti maryam, dkk,

Sejarah peradaban Islam,

(Yogyakarta: Lesfi, 2002):

68.

[2]

Ibid

, hlm.69

[3]

Abdullah hafid,

sejarah kebudayaan islam,

(Solo: CV.AM-INSHOFI,

2010): 34.

[4]

Siti maryam,dkk,

sejarah peradaban islam,

(Yogyakarta: LESFI, 2002):

71.

[5]

Murwat Abdullah,

sejarah kebudayaan islam

, ( Jepara: ALKAUTSAR,

2006): 23-24.

[6]

http://sindydwija.blogspot.com/2010/11/runtuhnya-dinasti-umayyah-di-andalusia.html

Referensi

Dokumen terkait

23 Di masa khalifah Utsman bin Affan yang merupakan salah seorang anggota klan Bani Umayyah, Muawiyah dikukuhkan menjadi Gubernur di Syiria, sehingga tercapailah

Amir pertama adalah Abdurrahman I yang memasuki Spanyol tahun 138 H/755 M dan diberi gelar Al-Dakhil (Yang Masuk ke Spanyol). Dia adalah keturunan Bani Umayyah yang

Masa kekuasaan selama 90 tahun, dengan 14 orang khalifah. Khalifah yang pertama adlah Muawiyah bin Abi Sufyan dan khalifah yang terakhir adalah Marwan bin

A. Sistem Politik dan Pemerintahan.. Khalifah pertama Bani Abbasiyah, Abdul Abbas yang sekaligus dianggap sebagai pendiri Bani Abbas, menyebut dirinya dengan julukan Al-Saffah

Sebagai tambahan atas kedua kriteria itu, pada Dinasti Umayyah syarat keanggotaan masyarakat harus berasal dari orang Arab, sedangkan orang non-Arab setelah menjadi

Pada masa pemerintahan Dinasti Umayyah, Bani Abbas telah melakukan usaha perebutan kekuasaan, Bani Abbas telah mulai melakukan upaya perebutan kekuasaan sejak

P-ISSN 0216-5937, E-ISSN 2654-4598 DOI: 10.15575/al-tsaqafa.v16i2.5832 KEBIJAKAN EKONOMI PADA MASA KEKHALIFAHAN BANI UMAYYAH STUDI KASUS KEBERHASILAN KEBIJAKAN KHALIFAH UMAR BIN ABDUL

Namun pada saat bersamaan pemimpin bani umayyah juga sering menyelenggarakan perkumpulan majelis-majelis Pendidikan yang disampaikan oleh para ahli ilmu dalam bidangnya, para sastrawan,