• Tidak ada hasil yang ditemukan

Masyarakat Kritik seni dan Seniman (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Masyarakat Kritik seni dan Seniman (1)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Kritikus diantara Seniman ,Karya Seni dan Masyarakat

BAB .1

LatarBelakang

Seorang Kritus sangat penting dalam perkembangan Kesenian Masyarakat, karna krikus soarang tokoh masyarakat yang bekerja dalam meneliti dan menganalisa perkembangan kesenian dalam kebudayaan masyarakat tersebut. Dalam Perkembangan kesenian terkadang tidak selaras dengan tujuan yang terjadi pada sebagian masyarakat pencinta seni.Lajunya perkembangan dunia seni, baik yang terjadi pada creator dan karyanya(seniman), dirasa perlu dijembatani oleh suatu informasi agar komunitas pencinta seni memiliki suatu gambaran yang berarti. Dengan tujuan pada gilirannya dapat memberikan kontribusi tentang arah dan tujuan serta posisi dan nilai dari karya seni itu sendiri.Maka dari itu Tokoh seorang kritikus/curator sangat diharapkan

kehadirannya guna menjadi bagian dari kesenian.

Rumusan Masalah

- Kesinambungan antara pendidikan, Semangat Zaman, Seniman, Karya Seni , Kritus dan Pegetahuan Masyarakatnya

Manfaat dan Tujuan

Mendeskripsikan kembali sejarah kesinambungan antara kritikus,Seniman,dan masyarakatnya terutama seni rupa di Indonesia

BAB 2

Sejarah dan Perkembangan Seni Rupa

▸ Baca selengkapnya: perbedaan kritik dan essai

(2)

Zaman Klasik (Seni sebagai teknik )

Seni tidak berbeda dengan kerajinan Implikasi nya. Berkesenian bukanlah Aktivitas yang membutuhkan Kreativitas, Justru Kreativitas itu harus dihindari agar tak terjadi pelanggaran Pakem.

Seni sebgai salinan atas kenyataan, namun bukan hanya salinan Piktokral semata tetapi atas Kodrat-kodrat benda salinan atas pakem. Seni berarti fungsional/didaktis karena seni diposisikan sebagai atas pakem kenyataan.

Kritik Moral

Plato mengevaluasi seni berdasarkan kriteria moral. Seni yang baik mutunya adalah seni yang baik Moral nya

Bentuk Krtitik Pengecualian

Formalisme Philodemois berpandangan bahwa karya seni mesti di evaluasi dari elemen formal dengan Subject matter ukuran selera yang diangkat

Estetika Abad 20 Modern

Estetika Marxis

Mengangkat permasalahan seni pada konteks masyarakat-masyarakat yang terekploitasi dapat menghasilkan ekspresi artistik serupa. Awalnya pemahaman aliran Realisme Sosialisme yang membela kaum-kaum Proletar berawal dari Estetika Marxis.

Namun ada juga estetikawan Marxis yang mengartikan Seni tidak mesti Fungsional. ada Adorno dan Marcuse yang justru dekat dengan tradisi Formalistis, karna Praktek seni justru mengandung daya Emansipatoris sebab melawan Komoditas seni dalam Kapitalis

(3)

Ekspressivisme

Salah satu turunan Romantik ialah Ekspressiv yakni pandangan bahwa karya seni adalah ungkapan batin sang seniman. Evaluasi karya seni mensyaratkan evaluasi atas Psikologi sang seniman. ( Nitzche, Croce,dan Collingwood

Estetisme

Doktrin seni untuk seni, pandangan ini menolak segala bentuk evaluasi Fungsional atas karya seni dan karena nya berlawan dengan tradisi klasik

Formalisme

Hampir sama dengan Estetisme yang terpenting adalah Rupanya bukan Pesannya, bukan pula Gejolak Hati sang seniman. Contoh kaum Abstrak Expressionis

Realisme

Menyimpulkan suatu pemahaman /kenyataan yang di sadari dan tidak disadari dari seorang seniman. Bentuk dari tangkapan indra yang berwujud pada penggambaran atau mempunyai watak dari buah kenyataan seorang manusia bukan hal yang dibuat-buat/ bukan konsep Fantasi

Estetika Postmodern

Membongkar Perbedaan beku antara Seni Murni dan Seni Terapan Estetikawan Pasca Modern Foucoultian Seni adalah Produk Sejarah Klrifikasi yang di topang oleh praktik

masal.Menanyakan ulang Antara Seniman dan Orang Biasa. Seniman tidak lagi di pandang sebagai orang Indhividhu Genius atau Penyambung lidah ilahi, melainkan orang biasa yang berada dalam Jaringan Sosial yang membuat nya di sebut Seniman

Estetika Kontemporer

Seni rupa Kontemporer berkembang dalam tradisi Anglo-Amerika atau tradisi yang di kenal Filsafat Analitik Estetika institutional yang dirintis Arthur Danto sebuah benda menjadi karya seni. Tak ada ciri intristik apapun yang membedakan urinoir Duchamp dan Urinoir Pabrikan kecuali Tanda Tangannya, karena itu yang membuat benda biasa menjadi seni adalah komunitas artistik yang mencakup Seniman,Kurator,kritikus,Kolektor, Museum dan Publik seni secara luas, Komunitas artistik itulah yang membabtis sebuah benda menjadi karya seni.

(4)

Analisis Estetis pada akhirnya adalah analis institusional hal varian kedua pendekatan estetika Nuerosains irhaus misalnya menulis artikel berjudul The Biological Foundation of Aesthetis yang memperlihatkan secara meyakinkan bahwa kriteria keindahan bertopag pada riwayat evolusi biologis spesies manusia

Fungsi Kritikus Seni

Dimata Masyarakat peran Kritikus secara menjembatani Pesan kesenian kepada Masyarakat awam /penikmat seni. Kritikus juga mendahului ide-ide landasan kesenian yang ingin dituju. Maksud tujuan tersebut bisa persoalan sang kritikus atau permintaan orang lain, bisa Komunitas, Institusi , dan Pemerintahan

Tentunya sang kritikus harus lebih peka akan situasi kondisi dengan suatu masalah, fenoma-fenomena baru dalam kebudayaan, kesenian, socsal, dan Masyarakatnya.

Seniman/Perupa Sebagai Corak Kebudayaan

Karya seni menjadi penting karna dianggap mempunyai nilai Historis dari kebudayaan pada masa itu. Seniman itu dianggap bentuk cerminan dari budaya masyarakat berupa cakupan orang disekitarnya, daerahnya, negaranya,maupun masyarakat global pada saat itu, dan saat

kini.seniman juga mempunyai kekuatan mendahului kesenian /pemikiran kebudayaan masyarakat

Kolektor

Dalalam kamus besar bahsa Indonesia Kolektor adalah orang yang mengumpulkan benda untuk koleksi (prangko, benda bersejarah, dan sebagainya yang sering dikaitkan dengan minat atau hobi).Kolektor merupakan orang atau infrastruktur penting dalam seni rupa yang senang mengoleksi karya seni rupa. Keberhasilan kolektor terpaut erat pada terwujudnya poros kehidupan seni atau seniman. Bila dikaji lebih mendasar kolektor memilikib dasar dalam mengoleksi karya, ada yang memang murni sebagai koleksi pribadi dan ada pula yang dipakai sebagai aset masa depan yang dijual kembali.

Kolektor kadang juga dapat berperan secara tak langsung sebagai kritikus, maka dari itu dalam hal ini bila memiliki daya kritik yang kuat dapat pula menentukan keberadaan pasar seni rupa.

(5)

fungsional perlu diperjelas berkaitan dengan beberapa aspek : sejarah, ideologi, ekonomi, dan gaya hidup. Aspek-aspek inilah yang akan membedakan satu kolektor dengan kolektor lain.

Kehadiran kolektor dengan segala bentuk selera dan akibatnya kini telah menjadikan peran kolektor berada di salah satu lini yang tidak dapat ditolak. Sekali waktu kolektor sangat takjub pada kemampuan senimannya sendiri, namun tak jarang ada pula kolektor yang terlalu pintar sehingga melakukan aksi memesan dan mendikte kemampuan seniman kala berkarya. Hal ini menyebabkan posisi tawar seniman menjadi rendah dan lemah. Untuk itulah kesadaran otoritas seniman perlu diteguhkan sebagai semangat menjaga kemampuan dan eksistensinya.

Kolektor yang memiliki posisi tawar yang sedemikian tangguh memberi ruang yang baik untuk terjadi keseimbangan kehidupan medan sosial dalam seni rupa. Maka ketika infrastruktur seperti lembaga, media masa, perupa, penikmat telah terbangun tinggal bagaimana proses seorang kolektor untuk bergerak.

BAB 3

Kritik Sebagai Nilai Apresiasi

Sebagai sebuah kritik yang difungsikan untuk menilai suatu nilai seni dari objek kritikan, banyak hal yang harus diperhatikan. Dari masalah tehnis dan non tehnis serta unsur penunjang dari objek kritikan yang mendalam, penilaiannya perlu diketahui dan dipahami oleh seorang pengkritik dalam melancarkan kritikannya.

Memang menilai sebuah nilai seni tidak semudah menilai "dua tambah dua sama dengan empat", nilai di sini ibarat sesuatu yang tersembunyi di balik hijab. Ia lebih merupakan sesuatu yang bersifat abstrak yang terjadi dalam sebuah karya seni. Kita tidak langsung dapat mengatakan bahwa pertunjukan sebuah tari tersebut mengalami kegagalan, dengan kata lain kurang dapat memproyeksikan konsepnya ke dalam sebuah koreografi atau sebuah konsep bunyi yang diproyeksikan dalam aplikasi komposisi musik.

Menurut Kwant (1975: 19) mengatakan bahwa :

Karena berkisar pada nilai-nilai, maka kepekaan terhadap nilai harus memegang peranan pokok dalam kritik. Kalau kepekaan terhadap nilai itu tidak ada, kritik menjadi tanpa respek. Orang yang mampu memberikan kritik seni hanyalah dia, yang peka terhadap nilai-nilai artistik yang ada dalam sebuah karya seni.

(6)

a. Aspek Teknis

b. Yang dikatakan aspek tehnis adalah hal-hal pokok dalam sebuah karya seni. Hal-hal yang pokok tersebut seperti contoh :

1) Untuk seni tari adalah penari, pemusik, alat musik pencahayaan, komposisi, kostum, rias dan koreografi tari secara menyeluruh seperti: desain lantai, desain atas, ruang, dinamik, dramatik, dan transisi, kemudian properti dan setting.

2) Untuk musik adalah pemusik, alat musik, melodi, ritem, dan komposisi musik yang dimainkan, desain dinamik, dramatik, dan harmoni.

3) Untuk teater adalah pemain (aktor dan aktris), pencahayaan, dialok, bloking, kostum dan rias, mimik atau ekspresi, akting, alur cerita yang didesain, terakhir properti dan setting.

4) Untuk seni rupa (non pertunjukan) seperti : jenis cat, jenis kampas, jenis kuas, komposisi ruang, komposisi warna, arah dan dimensi, teknik proyeksi.

b. Aspek Non Tehnis

Dalam aspek non tehnis kita lebih banyak berbicara secara ekstrinsik dari sebuah karya seni. Hal-hal yang bersifat ekstrinsik perlu dipertimbangkan, sebab aspek ini sangat terkait dengan keberhasilan sebuah karya seni. Aspek non tehnis dapat dijabarkan sebagai berikut; pertama adalah aspek pendidikan dan pengetahuan seniman, selanjutnya kondisi di lapangan (seperti adanya insiden dalam sebuah pertunjukan), psikologis, sarana dan prasarana (fasilitas), cerita atau naskah dalam tari dan teater, lingkungan tempat tumbuhnya seorang seniman, latar belakang budaya, waktu (waktu dalam proses), judul dan sinopsis, klasifikasi seni (kontemporer, kreasi, tradisi, modern, post modern, happening art).

Pada persoalan kritik sebagai penilaian dirasa perlu membedah objek kritikan dengan sistematika penilaian. Sistematika sangat efektif dalam menentukan objektifitasnya sebuah penilaian. Di sini sengaja kita bicarakan masalah objektifitas, hal ini lebih disebabkan untuk menghindari kritik yang rekayasa, atau kritik yang bermuara hanya pada rasa senang atau tidak senang pada suatu objek.

Sistematika yang akan dilakukan adalah sistematika analisis (koreksi) dan evaluasi. Kedua sistem ini dapat dilakukan pada semua objek seni. Sebelum melakukan analisis perlu adanya data, data yang diperlukan adalah data tentang objek tersebut yang bersifat non tehnis seperti : ide (gagasan), judul, sinopsis, naskah cerita, tipe karya, bentuk penyajian, abstraksi karya, biodata seniman, konsep garapan, gambaran karya terdahulu, jenis klasifikasi seni (kontemporer, kreasi, natural, tradisi, happening art), seluruh data perlu dipahami.

(7)

teknis. Pertemuan kedua aspek ini pada gilirannya diharapkan menghasilkan evaluasi yang objektif.

Langkah selanjutnya masuk pada tahap apa yang dinamakan dengan evaluasi. Dalam evaluasi sudah ada sebuah pernyataan dan keputusan (kesimpulan) yang akan dilontarkan. Pada frase kedua ini sudah dapat dinyatakan tingkat keberhasilan dan tingkat kegagalan. Di sini juga sudah bisa dilontarkan tentang nilai artistik dan estetik terhadap sebuah objek kritik.

Sebagai hasil evaluasi, perlu adanya argumentasi yang melatar belakangi pernyataan tentang nilai tersebut. Argumentasi didapat setelah melakukan analisis pada frase pertama.

3. Kritik Sebagai nilai

Kritik dapat mempengaruhi masyarakat terhadap perkembangan kesenian. Semakin baik kehidupan sebuah kritik dalam perkembangan kesenian, semakin berkembang pula seni itu dalam masyarakat. Kritik dapat berdampak negatif terhadap kehidupan kesenian dan sebaliknya pula dapat berdampak positif.

Menurut Sal Murgiantoro (1993: 12) mengatakan bahwa :

Menulis kritik tarik bukan hanya menentukan nilai, memberi laporan deskriptif tentang sebuah pergelaran, atau membantu masyarakat untuk memahami bentuk-bentuk seni. Lebih daripada itu semua, menulis kritik seni adalah juga menyampaikan sejumlah pandangan yang bernilai tentang sebuah pergelaran seni dalam bentuk tulisan yang menarik, jujur dan objektif dan dapat

dipertanggungjawabkan.

Ditilik fungsi kritik sebagai informasi besar dampaknya terhadap masyarakat pecinta seni, seniman, kalangan intelektual, dan birokrasi seni. Sudah dirasa perlu kritikus menginformasikan hasil kritikannya secara populer di tengah-tengah masyarakat secara luas, baik masyarakat pendukung seni maupun masyarakat biasa di luar pendukungnya.

Dampak dari kurangnya informasi ini bisa dirasakan oleh kreator seni, seperti : kurangnya minat masyarakat untuk menyaksikan suguhan karya mereka. Tidak lain dikarenakan kurangnya kritikus memberikan penjelasan tentang seni dan karya seni dalam perkembangannya, baik yang aktual maupun yang bersifat tradisi.

Cuma saja dalam menginformasikan perlu dengan kejujuran tanpa merekayasa. Di lain pihak pemilihan redaksi kata harus mempertimbangkan segi sasaran yang dituju oleh kritikus. Seperti berbicara dengan masyarakat umum (general) tentu tidak bisa disamakan dengan orang

akademik. Apalagi bila berhadapan dengan seniman, sedang kalangan seniman sendiri ada yang bersifat tradisi dan modern dan yang bersifat otodidak dan akademik.

(8)

samping mengetahui kualitas objek seni. Dari informasi yang diberikan mereka sudah punya wawasan tentang objek seni. Dan ini adalah hal yang sangat penting untuk mereka. Di mana modal dasar dalam berapresiasi adalah wawasan tersebut.

Bagi kalangan birokrasi seni, persoalan informasi dari kritikus sangat mereka butuhkan. Data ini mereka jadikan sebagai dokumentasi tentang perkembangan seni dan permasalahannya. Mereka dipastikan mengkoleksi seniman dan karyanya atas level-level yang sesuai dengan kriteria mereka, yang berdasarkan kepada informasi dari hasil kritikan yang mereka terima.

Sering kita mendengar pembauran istilah kontemporer dengan modern dan modern dengan kreasi dan seterusnya kreasi dengan tradisi. Fenomena ini disebabkan oleh kurang tajamnya penulis kritik menyatakan klasifikasi seni tersebut dalam tulisan mereka. Informasi yang mereka baca dalam berbagai ulasan hasil kritikan seorang kritikus tidak menggiring mereka untuk dapat memahami perbedaan tersebut.

Ketajaman informasi ini terkadang juga dapat disebabkan oleh faktor sumber daya manusianya. Lemahnya pengetahuan tentang objek, menyebabkan informasi simpang siur dan saling

bertabrakan. Informasi sangat tergantung kepada pengetahuan tentnag kritik dan objek serta kejelian menganalisa sebuah objek.

4.Kritik Sebagai Motivassi

Kritik tidak saja dirasakan hanya mengungkapkan kelemahan atau kegagalan dari sebuah karya seni yang dihasilkan oleh seniman. Betapa kejamnya seorang Mr X mengatakan bahwa karya musik Mr B tidak layak tampil dalam sebuah pertunjukan musik yang mereka gelar pada suatu pusat seni.

Kritik seperti itu lebih merupakan kritik yang mematikan dan tidak mempertimbangkan nilai etika dan psikologis. Hal ini perlu dihindarkan, karena kritik semacam ini tidak zamannya dalam era teknologi sekarang ini. Kritik tersebut lebih cocok dikatakan sebagai kritik yang tradisional.

Kritik harus membangun, seorang kritikus harus dapat menyatakan yang baik dan mana yang buruk. Segi apa buruknya dan segi apa baiknya. Dan dapat mengungkapkan apa penyebabnya. Yang paling terpenting lagi, bisa memberikan solusinya. Karena solusi dalam pemecahan masalah sangat dibutuhkan.

Pada sebagian karya seni terkadang mengalami kegagalan dalam pertunjukan, namun ada hal yang menarik dari karya tersebut untuk diungkapkan sebagai nilai tambah dalam memotivasi senimannya. Persoalannya bisa saja ada terobosan baru yang mereka tampilkan. Terkadang ide dan pola garap mereka sangat menarik.

(9)

adalah sebagai seorang manusia yang mempunyai rasa dan jiwa. Setiap manusia pasti ingin disanjung dan tidak ingin diremehkan atau dicerca.

Sebuah karya seni diyakini mempunyai nilai tambah dan nilai kurang. Dengan kata lain ada positif dan ada negatif. Dengan jalan mengungkapkan sisi positif berarti kita telah memotivasi seniman (kreator seni) untuk berbuat lagi di masa mendatang, karena apa? Karena pada bagian lain kita pasti saja membicarakan kelemahan, ini semua dengan tujuan agar objek seni tersebut lebih berkualitas pada masa selanjutnya.

Dalam memotivasi bukan berarti merekayasa, namun di sini lebih menelaah sisi kuat dari karya seni tersebut. Teknis penyampaian hasil kritikan sangat dibutuhkan. Di sini perlu penganalisaan yang tajam tentang sisi kuat dair sebuah objek seni. Kalau berbicara sisi lemah sudah hal yang biasa dalam dunia kritik. Karena pada mulanya kritik timbul dari sebuah aksi negatif yang dilakukan oleh suatu objek tertentu.

5. Kritik Sebagai Tolak Ukur (Kaca perbandingan

Kritik di satu sisi diibaratkan sebuah kaca, kaca tempat bercermin diri, kaca tempat melihat segi-segi tertentu yang ada pada tubuh manusia. Hitamkah, putih atau biru warna hidungnya, perlu melakukan pengacaan agar dapat mengenal diri lebih jauh dan terperinci.

Dalam perkembangan seni modern kehadiran kritik sangat dibutuhkan. Hal ini disebabkan oleh pengaruh peradaban manusia yang semakin maju dan terus berkembang. Dengan peradaban yang terus berkembang secara langsung maupun tidak langsung ikut mempengaruhi percaturan dan perkembangan kesenian di abad teknologi.

Dengan munculnya pertunjukan kesenian yang multikultural maupun multi interdisiplinner, secara jelas telah memperlihatkan, begitu dahsyatnya perkembangan kesenian tahun ke tahun. Perkembangan ini perlu pula dibarengi dengan perkembangan kritik sebagai mitra dari berbagai objek seni.

Pentingnya kritik sebagai kontrol atau kaca perbandingan dalam berkesenian lain dan tidak bukan, agar jangan karya dan senimannya tertinggal dengan informasi dan pengetahun yang sedang berjalan. Perlu dia mengukur sejauh mana kemampuannya dan apa yang telah ia perbuat, apakah mendahului zamannya atau malah surut ke belakang. Sejauh mana ia sanggup

menerapkan kemampuan dan pengetahuannya terhadap karyanya, atau sejauh mana ia dapat menyerap pengetahuan yang diterima-nya.

(10)

Hasil yang diberikan perlu dilengkapi dengan argumentasi dan pemecahan masalah yang relevan dan tepat guna. Kekuatan argumentasi sangat mendukung objek kritikan untuk memahami dan mengetahui segala kelebihan dan kelemahan yang dilakukan objek tersebut.

BAB 4 Penutup

Imajinasi masyarakat adalah sebuah penilaian, di mana penilaian yang diungkapkan adalah penilaian yang konotasinya negatif. Segala aksi yang timbul dari suatu objek yang bersifat negatif selalu mendapat tudingan, cercaan, dakwaan dan pemojokan yang mematikan.

Sebetulnya dalam perkembangan kesenian di era teknologi sekarang ini, persoalan yang

semacam ini tidak lagi menjadi fokus utama, karena perubahan peradaban manusia, kesenian dan pendukungnya pun ikut berubah pula. Dengan demikian kritik seni seperti itu lebih dikategorikan kepada kritik yang tradisional.

Perlu rasanya kritik seni lebih dimasyarakatkan, agar seniman dan masyarakat pendukungnya dapat mengetahui segala perkembangan, perubahan dan permasalahan seni dan senimannya. Untuk itu perlu berbagai pandangan terhadap kritik seni.

Kritik bukan saja sebagai penilaian apakah bagus dan tidak bagus. Kritik dapat dikategorikan ke dalam berbagai fungsi. Sebagaimana pertama sudah diketahui bahwa fungsinya adalah sebagai penilaian atas nilai seni, kedua sebagai informasi, karena hasil kritikan perlu diinformasikan ke segala lapisan. Selanjutnya sebagai motivasi. Objek kritikan perlu dimotivasi agar jangan tunas-tunas muda sebagai aset kesenian mati begitu saja.

Karena sudah sama-sama diketahui tidak seluruh dari objek tersebut mempunyai kelemahan. Terakhir jadikanlah hasil evaluasi tersebut sebagai tolok ukur untuk langkah mereka selanjutnya. Jadikanlah sebagai kontrol kreativitas yang sangat objektif bukan hal yang rekayasa. ***

DAFTAR PUSTAKA

Hardjana, Andoe. 1991. Kritik Sastra: Sebuah Pengantar. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Kleden, Ignas. 1987. Sikap Ilmiah dan Kritik Kebudayaan. Jakarta: LP3ES.

Kwant, E.C. 1975. Manusia dan Kritik (Men En Kritiek). Di Indonesiakan oleh A. Soedarminto. Yogyakarta: Kanisius.

Murgianto, Sal. 1993. Ketika Cahaya Merah Memudar. Jakarta: CV. Deviri Ganan.

_________. 1993. Seniman Tradisi Belum Siap Kritik. Dalam Jurnal MSPI, July 1993: 12-16.

(11)

Sedyawati, Edy. 1981. Pertumbuhan Seni Pertunjukan. Jakarta: Sinar Harapan.

Estetika , Seni Rupa , Martin Suryajaya

Warsono, Nano , Jogja Agro Pop, Jogjakrta

Diposkan oleh TANTRA DANCE THEATRE di 22.59

Label: KRITIK TARI

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan diatas, peneliti dapat menyatakan bahwa standarisasi sarana dan prasarana bagi anak berkebutuhan pada

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyusun skripsi yang berjudul Pengaruh Keragaman Produk, Lokasi, Harga, Promosi, dan Tempat Nongkrong terhadap Kepuasan

Kesulitan belajar adalah salah satu kondisi atau masalah yang dialami oleh siswa dalam belajar, sehingga dapat menurunkan kinerja akademik atau prestasi belajar siswa. Dengan

Nilai Tambah usaha pengolahan ubi kayu menjadi tepung Mocaf di daerah penelitian (tahun 2013). Variabel

Keefektifan model problem based learning dalam meningkatkan keterampilan berpikir orisinil siswa pada materi asam basa dapat dilihat dari nilai rata-rata n-Gain

Her malın farklı talep esnekliklerine sahip olmaları yanında bir mala olan talep için her fiyattan farklı esneklik söz konusu olabilmektedir. O halde malların

 Melalui penjelasan guru dan siswa melakukan percobaan, siswamenyebutkan manfaat energi panas dari matahari dan listrik..  TimAmengujianggotatimB,jikatimBtidak bisa