• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Sejarah Pemikiran dan Peradaban (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Sejarah Pemikiran dan Peradaban (1)"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

Dinasti Umayyah mengambil nama keturunan dari Umayyah bin Abdi Syams bin Abdi Manaf. Ia adalah salah seorang terkemuka dalam dalam persukuan pada zaman Jahiliyah, bergandeng dengan pamannya Hasyim bin Abdi Manaf. Umayyah dan Hasyim berebut pengaruh politik dalam proses-proses sosial-politik pada zaman Jahiliyah, namun Umayyah lebih dominan. Hal itu disebabkan karena ia merupakan pengusaha yang kaya, dan memiliki harta yang melimpah. Harta dan kekayaan menjadi faktor dominan untuk merebut hati di kalangan Qureisy, sehingga Hasyim tidak dapat mengimbangi keponaknnya tersebut.

Dari dinasti Umayyah ini terdapat 14 Khalifah yang bergantian memimpin dalam masa pemerintahan, dimulai dari Muawwiyah (661) sampai dengan Marwan II (750).

Sedangkan nama Dinasti Abbasiyah diambil dari nama salah seorang paman Nabi Muhammad SAW yang bernama Abbas bin Abdul Muththoli bin Hasyim. Orang Abbasiyah merasa lebih berhak dari pada Bani Umayyah atas kekhalifahan Islam, sebab mereka adalah cabang dari Bani Hasyim yang secara nasab keturunan lebih dekat dengan Nabi. Menurut mereka, orang Umayyah secara paksa menguasai khilafah melalui tragedi perang Siffin.

(2)

BAB II PEMBAHASAN

A. Perubahan sistem pemerintahan menjadi monarki.

Kekhalifahan yang dipimpin oleh Khulafaur Rasyidin pada hakikatnya bukanlah seperti pemerintahan politik sebagaimana umumnya akan tetapi merupakan perpanjangan tangan dari risalah kenabian. Artinya perannya bukan hanya terbatas dalam urusan kenegaraan, menciptakan keamanan, dan mempertahankan batas-batas negara, tetapi lebih dari itu perannya mencakup sebagai Mursyid, Muallim dan Murobbi yang mana itu merupakan perannya Rasulullah SAW semasa kehidupannya1.

Khalifah Muawwiyah lah (dari Dinasti Umayyah) yang pertama kali mengubah pemerintahan bercorak republik menjadi monarki (salthanat/ kingship). Hal ini berdasarkan perkataan Muawwiyah sendiri, yaitu “saya sultan pertama” (I am the first king among the Arab kings) 2,

كولملا لووأ انأ3.

Setelah sebelumnya pemerintahan dilaksanakan dalam bentuk Khilafah (khulafaur Rasyidin) maka dimulailah babak baru pemerintahan dalam bentuk kerajaan dengan naiknya Muawwiyah sebagai khalifah4.

Pada tahun 679 ia mengangkat anaknya sebagai putra mahkota yang bernama Yazid, maka bentuk pemerintahan yang ia idealkan adalah mengangkat puteranya untuk menjadi khalifah berikutnya. Cara ini kemudian berlanjut pada khalifah-khalifah sesudahnya dalam menentukan pemimpin pemerintahan Dinasti Umayyah5.

1 Al Khilafah wal Mulk, 63

2 M.Abdul karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, (Pustaka Book Publisher: Yogyakarta, 2007), Cet 1, hal 114

3 Tarikh Al Islam As Siyasi, hal 224.

4 Abu Bakar Al Arabi, Al ‘Awashim Minal Qowasim, (Dar Al kutub al Ilmiyah: Beirut, 2003),

Cet 2, hal 140.

(3)

Perubahan inilah yang ditakutkan oleh Amiirul Mu’minin Umar bin Khottob menjelang wafatnya beliau, yaitu memberikan jabatan politik yang sebelumnya mengikuti apa yang telah Rosulullah SAW lakukan kepada suku dan keluarga dekat. Sesungguhnya Rosulullah SAW ketika memerintah tidak memberikan satu jabatan politik pun kepada keluarganya dari Bani Hasyim kecuali kepada Ali bin Abi Tholib, Abu Bakar Ash Shiddiq tidak memberikan satu jabatan politik pun kepada keluarga atau sukunya, dan begitu pula Umar bin Khottob dalam sepuluh tahun pemerintahannya tidak memberikan jabatan politik kepada keluarganya dari Bani ‘Ady kecuali jabatan kecil kepada salah seorang dari sukunya yang tidak lama kemudian dia pecat6.

Sedangkan mengenai salah satu hadits yang diriwayatkan oleh Safinah bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda: “kekhalifahan itu selama tiga puluh tahun, kemudian setelah itu kerajaan”. Menurut Qodi Abu Bakar al Arabi bahwa setelah dihitung sejak pemerintahan Abu Bakar sampai dengan diserahkannya kepemimpinan umat oleh Hasan adalah tiga puluh tahun, tidak kurang tidak lebih7.

B. Peradaban Islam Dinasti Umayyah.

Ketika Hasan bin Ali menyerahkan hak kekhalifahannya kepada Muawwiyah, saat itu Muawwiyah menulis surat, bahwa sesungguhnya Hasan lebih berhak, karena ia merupakan cucu Rosulullah SAW, namun Muawwiyah ragu akan kriteria kepemimpinannya. Andaikan dalam hal politik dan kinerja kepemimpinan anda (Hasan) melebihi atau setara sebagai seorang kepala Negara yang unggul, maka saya (Muawwiyah) tetap akan membai’at anda. Sekalipun demikian ia tetap menghormati Hasan8.

6 Al Khilafah wal Mulk, hal 63.

7 Abu Bakar Al Arabi, Al ‘Awashim Minal Qowasim, (Dar Al kutub al Ilmiyah: Beirut, 2003),

Cet 2, hal 135.

8 M.Abdul karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, (Pustaka Book Publisher:

(4)

Setelah meninggalnya Hasan (menurut riwayat disebutkan bahwa beliau meninggal karena diracun oleh Muawwiyah atau lainnya, akan tetapi tidak ada pendapat yang kuat yang menyatakan hal tersebut, Ibnu Taimiyah menyatakan bahwa “pembicaraan tentang hal tersebut adalah pembicaraan tanpa landasan ilmu”, seperti dinukil oleh Qodi Abu Bakar al Arabi9).

Muawwiyah menjadi penguasa tunggal dan memindahkan ibu kota pemerintahan yang semula berada di Kufah dan sebelumnya lagi di Madinah ke Damaskus.

Pada saat itu ada tiga tokoh kunci yang berpengaruh di kalangan Umayyah, mereka adalah Amru bin Ash, Mughiroh bin Syu’bah , dan Ziyad bin Abih. Ketiga orang inilah yang membantu meletakkan pondasi Dinasti Bani Umayyah. Muawwiyah segan terhadap mereka karena mereka paham betul kekurangan dan kelebihannya. Amru bin Ash adalah orang menyelamtkannya dalam perang Siffin, sementara Mughiroh bin Syu’bah dan Ziyad bin Abih dianggap sebagai tokoh yang memperkokoh kedudukannya sebagai khalifah10.

1. Perkembangan Dinasti Umayyah. a) Muawwiyah (660-680).

Muawwiyah membagi dua kelompok dewan Syuro, yaitu dewan Syuro Khos (pusat) dan Majelis Syuro sementara (ad hoc) yang memiliki jumlah lebih banyak terdiri dari berbagai provinsi dan kota, di satu sisi ia membuka ruang untuk system pemerintahan yang lebih terbuka dan di sisi lain ia juga mengampanyekan bentuk pemerintahan monarki dengan mengangkat anaknya Yazid menjadi putera mahkota.

9 Abu Bakar Al Arabi, Al ‘Awashim Minal Qowasim, (Dar Al kutub al Ilmiyah: Beirut, 2003),

Cet 2, hal 144.

(5)

Semasa pemerintahan Umayyah peta islam melebar ke timur sampai kabu, Kandahar, Ghazni, Balakh, bahkan sampai kota Bukhara. Selain itu kota Samarkand dan Tirmiz menjadi wilayah kekuasaannya. Di selatan tentanranya sampai ke tepi sungai Sind (Indus), akan tetapi wilayah Sind menjadi permanen dalam kekuasaan islam pada masa khalifah Walid bin Abdul Malik tahun 707-715.

Di barat, panglima ‘Uqbah bin Nafi’ menaklukkan Carthage (kartagona), ibukota Bizantium di Ifriqiya dan mendirikan masjid bersejarah Qayrawan dengan membangun pusat militer di kota Qayrawan.

Muawwiyah juga berusaha untuk menaklukkan Konstantinopel, ibukota Romawi Timur yang selalu menjadi ancaman kedaulatan islam sebanyak dua kali. Walaupun mengalami kegagalan, namun tentara Muawwiyah berhasil menguasai pulau Rodes, Sijikas, Kreta, dan pulau-pulau lain di laut tengah.

Muawwiyah juga seorang administrator ulung, dalam banyak hal ia melakukan perubahan. Ia menerapkan untuk pertama kalinya Diwan Al Khotim dan Diwan Al Barid, diwan-diwan ini kemudian berkembang maju pada masa pemerintahan Abdul Malik, dan ia juga yang pertama kali membentuk pasukan pengawal pribadi yang terkenal dengan pasukan bertombak pengawal raja11.

Muawwiyah meninggal dunia pada bulan Rajab, tahun 60 H. bagi khalifah Bani Umayyah, Muawwiyah merupakan teladan dalam hal kelembutan, semangat, kecerdasan, dan kenegarawanan. Bukan saja raja pertama, tetapi raja arab yang terbaik.

b) Yazid bin Muawwiyah (680-683).

Masa pemerintahan Yazid sangat singkat, kurang lebih tiga tahun. Ia dibai’at oleh rakyat dengan sepenuh hati terutama penduduk Mekah dan 11 M.Abdul karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, (Pustaka Book Publisher:

(6)

Madinah. Yazid memiliki kemampuan dan memimpin perang lebih baik, jika dibandingkan dengan Hasan dan Husein, ia memimpin perang melawan Bizantium sebanyak 27 kali walaupun tidak berhasil menaklukkan konstantinopel.

Masa pemerintahannya meskipun monarki, namun masih terdapat majelis syuro dan para penguasa dinasti ini tetap menggunakan sebutan Khalifah.

Pemerintahan Yazid ditandai dengan empat kejadian penting. Pertama, cucu Nabi SAW Husein bin Ali terbunuh di Karbala menyebabkan golongan Syiah lahir secara sempurna dan menjadi penentang utama kekuasaannya12. Kedua, pasukan Yazid dibawah pimpinan Muslim bin

‘Uqbah menyerang kota Madinah dalam peperangan di Harra, hal itu disebabkan ketidak setujuan warga Madinah atas pemerintahan Yazid13.

Ketiga, penyerangan dan pengepungan kota Mekkah serta pengrusakan Ka’bah (yang pada waktu itu mengakui Abdullah bin Zubair sebagai khalifah mereka) oleh tentara Yazid yang masih dibawah pimpinan Hushain bin Numair. Namun saat pengepungan dan penyerangan terjadi terdengar kabar bahwa Yazid meninggal dunia pada tahun 683, maka para tentara tersebut menghentikan penyerangan dan pengepungan kota Mekkah serta kembali ke Damaskus14. Keempat, mengangkat kembali ‘Uqbah bin Nafi’

menjadi gubernur kedua kalinya di Ifriqiyah.

Pemerintahan pun dipegang oleh putera Yazid, Muawwiyah II. Ia tidak terlalu tertarik dengan kekuasaan, dan setelah memangku jabatan selama

12 M.Abdul karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, (Pustaka Book Publisher:

Yogyakarta, 2007), Cet 1, hal 118. 13 Tarikh Al Islam As Siyasi, hal 230.

(7)

beberapa bulan Muawwiyah II meninggal dunia, dialah khalifah terakhir dari keluarga Abu Sufyan

c) Marwan bin Hakam

Sepeninggal Muawwiyah II pemerintahan dikembalikan kepada pemilihan melalui musyawarah, lalu disepakatilah oleh para pendukung Dinasti Umayyah pengangkatan Marwan bin hakam sebagai khalifah selanjutnya, yang diikuti oleh Khalid bin Yazid bin Muawwiyah dan Said bin Ash setelahnya, akan tetapi Marwan bin Hakam mengingkarinya dan mengangkat anaknya Abdul Malik bin Marwan sebagai penggantinya diikuti dengan Abdul Aziz.

Marwan bin Hakam meninggal dunia di tangan istrinya sendiri, yaitu janda dari Yazid bin Muawwiyah yang dinikahinya, Ibu dari Khalid bin Yazid. Ia dibunuh ketika sedang tidur dengan cara dicekik15.

d) Abdul Malik bin Marwan (685-705).

Setelah meninggalnya Marwan bin Hakam kondisi kekhalifahan kacau dan hamper terjadi perang antar suku, akan tetapi dengan diangkatnya abdul Malik bin Marwan sebagai Khalifah semua dapat terkendali.

Periode pemerintahannya adalah periode emas dinasti Umayyah. Ia mengadakan berbagai macam pembaruan, diantaranya penggunaan Bahasa arab secara resmi sebagai Bahasa Negara setelah sebelumnya kekhalifahan menggunakan Bahasa Qibti, Suryani dan Yunani dalam pemerintahan. Ia juga mencetak mata uang dengan nama Dinar, Dirham dan Fals. Kemudian ia mendirikan kantor kas Negara di Damaskus. Selain itu, pertama kali dalam sejarah Bahasa arab menggunakan (.) dan (,) dan pembaharuan kaidah yang telah dimulai pada masa khalifah Ali bin Abi Tholib.

Pelayanan pos dan telekomunikasi juga ditingkatkan dnegan menugaskan seorang dinas pos yang akan segera mengirim berita penting.

(8)

Khalifah Abdul Malik terkenal sebagai seorang yang suka arsitektur, ia mendirikan masjid Qubbatus Syaqra’ dan istana-istana serta bangunan yang indah16.

e) Umar bin Abdul Aziz (718-720)

Semula Umar menolak untuk menerima amanah sebagai khalifah, namun karena didesak oleh kaum muslimin ketika itu akhirnya ia menerima walaupun dengan berat. Ucapannya yang terkenal ketika menerima amanh itu ialah “Innalillah Wainna Ilaihi Rojiun”, seperti orang sedang ditimpa mushibah.

Setelah menjadi khalifah ia kirimkan seluruh harta kekayaan ke kantor kas Negara, termasuk perhiasan pribadi istrinya, Fathimah binti Abdul Malik yang didapat dari pemberian ayahnya. Ia menanggalkan semua kemewahan hidupnya demi memikul amanah ini.

Suatu ketika ia pernah terlmabat perg ke masjid di hari jumat, karena pakaian satu-satunya yang dipenuhi tempelan jahitan belum kering dicuci. Di lain hari anak bungsunya menghadap kepadanya karena sudah tidak tahan dengan makanan-makanan kasar yang menjadi konsumsi mereka, ia berkata: wahai anakku, apakah kau senang makan makanan lezat sedangkan yahmu masuk neraka?”.

Kebijakan Umar dalam menata adminstrasi terfokus untuk memberikan jaminan keamanan bagi rakyat, demi memberikan keamanan dan kenyamanan bagi rakyat ia meninggalkan kebijakan-kebijakan pendahulunya yang memfokuskan pada perluasan dan penguasaan Negara. Kebijakan yang ditetapkan; mengatur para penguasa dan pejabat daerah. Netral dan adil dalam pemberian hak dan kewajiban kepada orang arab dan mawali. Mereka yang tidak cakap dan mampu, ber-KKN dan

(9)

Zalim serta tidak memihak kepada kepentingan rakyat dipecat tanpa pandang bulu.

Ia adalah satu-satunya khalifah Bani Umayyah yang mampu meredam konflik antar golongan dan sekte, para da’I, alim ulama, dan sufi berbondong-bondong dating dari berbagai kawasan, masa itu betul-betul masa keemasan islam.

Umar pun telah memikirkan penggantinya yang lain dari pada yang diwasiatkan Abdul Malik yakni Yazid bin Abdul Malik. Ia sadar Yazid bin Abdul Malik tidak layak untuk memangku jabatan itu. Tetapi sebelum ia melakukan apa yang sebaiknya dilakukan maut telah menyambutnya, ia meninggal pada tahun 720.

2. Keruntuhan Dinasti Umayyah.

Berikut ini alasan mendasar mengenai kehancuran Dinasti Umayyah. Kekuasaan yang sangat luas dalam waktu yang singkat tidak berbanding lurus dengan komunikasi yang baik, menyebabkan kadang-kadang situasi keamanan dan kejadian-kejadian di wilayah tidak segera diketahui oleh pusat.

Selanjutnya adalah lemahnya beberapa khalifah. Diantara empat belas khalifah hanya beberapa khalifah saja yang cakap, kuat, dan pandai mengurus dan mengendalikan Negara, selebihnya lemah dan memiliki banyak kekurangan dalam mengurus Negara yang begitu luas serta ada beberapa yang bahkan tidak mampu menjalankan pemerintahan dan hanya terkurung di istana bersama gundik-gundiknya.

(10)

Akhirnya, gerakan Abbasiyah bersama-sama kelompok aliran lain bahu membahu melawan tentara Bani Umayyah di tepi sungai Dzab pada tahun 749-750. Khalifah Marwan II (sebagai khalifah kala itu) kalah perang dan lari ke Sym terus ke Palestina, akhirnya ia ditangkap di Mesir dan dihukum mati17.

C. Peradaban Islam Dinasti Abbasiyah.

Saat pemerintahan Bani Umayyah dipegang oleh Umar bin Abdul Aziz, gerakan bawah tanah yang merupakan rival politik menyusun kekuatan, salah satu kelompok yang kontra dengan kebijakan Bani Umayyah adalah pengikut Nabi Muhammad SAW dari keturunan Abbas. Akan tetapi sebagai propaganda mereka menggunakan jargon dan symbol keluarga Hasyim. Dengan demikian mereka dapat merangkul kelompok yang mendukung Ali dan kelompok yang mendukung Abbas. Kedua kelompok inilah yang melandasi berdirinya Bani Abbasiyah.

1. Perkembangan Dinasti Abbasiyah.

a) Abul Abbas As Saffah (750-754).

Setelah Khalifah terakhir Bani Umayyah Marwan II tertangkap dan dihukum mati pada tahun 750, Abul Abbas As Saffah (selanjutnya dikenal dnegan Saffah, As Saffah adalah gelarnya yang berarti Penumpah darah) mendeklarasikan diri sebagai khalifah pertama Bani Abbasiyah di masjid Kufah, maka mulai saat itulah secara de facto berdiri dinasti baru.

Setelah menjadi Khalifah Abul Abbas mengeluarkan dekrit kepada para gubernur supaya tokoh-tokoh Umayyah yang berdarah biru dihukum mati. Sebelum meninggal, ia mengangkat saudaranya, Abu Ja’far, dengan gelar Al Mansur sebagai penggantinya.

b) Abu Ja’far Al Mansur (754-775)

(11)

Setelah Al Mansur memerintah, ia memindahkan ibukota pemerintahan ke Baghdad, kota yang lebih aman, mengingat ibukota yang lama yaitu Anbar dengan nama istananya Al Hasyimiyah berada di perbatasan antara Syam dan Kufah yang selalu mendapat ancaman dari pemberontak syiah.

Pada masa pemerintahan Mansur ada tiga hal yang menjadi ketakutannya sehingga ia berusaha untuk menghilangkan dengan sekuatannya, yaitu:

- Panglima perang Dzab, Abdullah bin Ali yang merupakan pamannya sendiri18, dikarenakan ia memegang kendali tentara.

Abdullah bin Ali dipenjarakan oleh Mansur sampai ia meninggal dunia.

- Abu Muslim Al Khurasani, ia merupakan sang proklamator pertama dinasit Abbasiyah19. Mansur tidak ingin ada oang lain

yang menyainginya dalam pemerintahan karena kekuatannya seperti Abu Muslim20. Abu Muslim pun dibunuh ketika

dipanggi untuk menghadap khalifah21.

- Yang paling ditakuti adalah pengaruh keluarga pamannya Ali bin Abi Tholib yang masih dielu-elukan kaum muslimin kala itu, ditambah lagi keberadaan pemimpin mereka yaitu Muhammad bin Abdullah bin Hasan (yang dikenal dengan Imam Nafs Adz Dzakiyah). Khalifah Mansur memerintahkan

18 Muhadoroh Tarikh Umam Al Islamiyah, Daulah Abbasiyah, hal 67. 19 M.Abdul karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, (Pustaka Book Publisher:

Yogyakarta, 2007), Cet 1, hal 145.

20 Muhadoroh Tarikh Umam Al Islamiyah, Daulah Abbasiyah, hal 67. 21 M.Abdul karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, (Pustaka Book Publisher:

(12)

untuk membunuh Muhammad bin Abdullah bin Hasan dan saudaranya Ibrahim22.

Pada masa Al Mansur dalam bidang politik, Negara cukup stabil dan maju setelah ia memadamkan api pemberontakan, sampai akhirnya suku Barbar dan Kelompok Khawarij menarik diri dari mendukung khalifah dikarenakan kecewa dengan sikap Mansur menyingkirkan satu persatu tokoh-tokoh yang berjasa dalam pendirian Dinasti Abbasiyah. Gerakan dan pemberontakan Barbar da Khawarij dapat dipadamkan oleh panglima dan merangkap sebagai Amir, Yazid bi Hasan al Muhallab yang berhasil menguasai Qayrawan.

Pada pemerintahan Mansur tentara Bizantium yang mengganggu perbatasan barat laut dapat dikalahkan dan berdamai dengan islam dengan membayar pajak.

Setelah memperkokoh posisi sendiri Mansur mulai berekspansi ke luar dalam menyebarkan islam sampai Tabaristan, Gilan, Kurd, Asia Kecil, Gergia dan Mousul. Namun sebagian wilayah afrika utara dan eropa barat daya (andalus) lepas dari kekuasaan Abbasiyah setelah gubernur dan panglima tentara Abbasiyah di Qayrawan dapat dikalahkan oleh Abdurrahman Ad Dakhil.

c) Muhammad Al Mahdi (775-785)

Setelah Mansur wafat, Mahdi menjadi Khalifah, ia terkenal dengan sikapnya yang lunak terhadap lawan politik, lebih dermawan, dan lebih berperan dalam pembelaan islam. Periodenya identic dengan Negara yang aman dan kekayaan Negara yang bertambah.

(13)

Al Mahdi mengangkat dua orang anaknya (Al Hadi dan Ar Rasyid) menjadi putera mahkota dan membatalkan ke-puteramahkota-an Isa bin Musa bin Ali yang diangkat oleh khalifah sebelumnya.

Al Mahdi wafat ketika dalam perjalanan ketika ia dan anaknya Ar Rasyid sampai di suatu kampong yang bernama Ar Rudz.

d) Al Hadi (785-786)

Ia melanjutkan pemerintahan ayahnya ketika berumur 25 tahun. Masa pemerintahannya sangat pendek sehingga kurang begitu terasa perubahan dan pengaruh yang dibawa olehnya. Al Hadi wafat pada tahun 786.

e) Harun Ar Rasyid (786-808).

Harun Ar Rasyid dibai’at sebagai khalifah pada hari dimana saudaranya Al Hadi wafat, pada tahun 786. Masa pemerintahannya identic dengan islam memasuki masa keemasan (golden age of islam).

Ada beberapa pemberontakan yang terjadi pada saat Harun Ar Rasyid menjadi khalifah yang menyebabkan terpecahnya kekhalifahan dan berpisahnya wilayah Andalusia di tangan Abdurrahman bin Muawwaiyah Al Umawi dan wilayah Maghrib ujung dan Tilmisan di tangan Idris bin Abdullah.

Pada pemerintahannya juga terkenal dengan pemberontakan dan makar dari kelompok Keluarga Barmak, keluarga dari Persia yang masuk Islam tatkala kawasan Asia Tengah ditaklukkan oleh Qutaibah bin Muslim, mereka merupakan keluarga yang telah mengabdi kepada Daulah Abbasiyah sejak pertama kali kekhalifahan dibentuk, namun hubungan mereka dan khalifah berakhir buruk dan tidak cocok sebab kecurigaan keluarga khalifah dengan keluarga Barmak melenceng dari tatanan moral.

(14)

membahas tentang Kharraj oleh Imam Abu Yusuf salah seorang murid Imam Abu Hanifah yang merupakan Qodi pada waktu itu. Kitab tersebut mencakup tiga bab besar di dalamnya. Pertama, keterangan sumber penghasilan Baitul Mal dan bagaimana penyalurannya. Kedua, keterangan bagaimana cara memungutnya. Ketiga, keterangan tentang kewajiban yang harus ditunaikan oleh Baitul Mal yang biasa terlupakan oleh para penguasa.

Khalifah Harun Ar Rasyid meninggal dunia di kota Thus pada saat beliau melakukan perjalanan menuju Khurasan pada tahun 808.

2. Runtuhnya Dinasti Abbasiyah.

Sejak khalifah Ma’mun memerintah, pengaruh Persia sudah sangat dominan dalam pemerintahan yang menyebabkan tentara Turki diundang oleh khalifah Mu’tashim untuk mengurangi mereka. Hal itu menjadi boomerang karena di kemudain hari para tentara itu menguasai istana dan memerintah seenaknya sebagai amirul umara, hal ini berlanjut sampai khalifah-khalifah berikutnya.

Untuk melepaskan khalifah dari hegemoni pengaruhTurki ini, maka khalifah Al Mustakfi Billah terpaksa mengundang dan meminta bantuan dari pemimpin Buwayhia, Ahmad bin Abu Syuza’ yang beraliran Syiah. Ahmad bin Abu Syuza’ pun menyerang Baghdad pada tahun 945 dan berhasil mengusir tentara Turki. Hal ini merupakan peluang besar bagi Ahmad yang menjadikan khalifah lemah dan bonekanya. Atas namanya, dinasti ini disebut Dinasti Buwayhia.

(15)

Sejak itu, kekuasaan mutlak ada di tangan para wazir/ sultan dari Dinasti Buwayhia dan ini merupakan periode terburuk dalam sejarah Dinasti Abbasiyah yang berpaham Sunni.

Selain berdirinya Dinasti Buwayhia terdapat beberapa factor lain yang menggerogoti kekuatan khalifah Abbasiyah, yaitu berdirinya Dinasti Saljuq yang merupakan kekuatan Turki yang berasal dari daerah yang membentang antara Kirghistan dan Bukhara, dan juga pecahnya perang Salib di bagian wilayah barat Dinasti Abbasiyah, yang mana selama perang itu terjadi keresahan terjadi di Baghdad karena sejak tahun 632 telah ada ketegangan antara Kristen dan islam untuk menguasai Syam, Asia Kecil, Spanyol, dan lainnya, yang mana akhirnya perang salib membuat kekuasaan islam melemah.

Selain factor diatas ada beberapa factor inti yang menjatuhkan Dinasti Abbasiyah, diantaranya:

- Luasnya wilayah yang tidak diseimbangkan dengan komunikasi yang baik antar wilayah, sehingga ketika ada pemberontakan tidak dapat langsung ditanggulangi. Oleh karena itu banyak wilayah yang akhirnya memisahkan diri. - Perpecahan antar orang arab dan mawali (bukan arab), antar

suku arab, dan muslim dan dzimmi.

- Dibentuknya tentara bayaran dari Turki yang terpisah dari militer Abbasiyah sehingga ketika khalifah melemah tentara bayaran dapat dengan semena-mena bertindak sesuai dengan keinginan mereka.

(16)

Mongolia), akan tetapi surat itu jatuh ke tangan wazir khalifah yang merupakan orang syiah, ia tidak ingin ada kerjasama tersebut lalu ia membalas surat tersebut tanpa sepengetahuan khalifah dengan menggunakan Bahasa yang kurang baik. Hulagu Khan merasa tersinggung dan membawa tentaranya untuk menyerang Baghdad. Kota Baghdad dikepung selama dua bulan, setelah perundingan damai gagal dilaksanakan, akhirnya khalifah menyerah kepada Hulagu Khan, namun tetap dibunuh oleh Hulagu Khan, pembantaian itu menelan korban sebanyak 800.000 orang (sesuai kesepakatan ahli sejarah muslim dan barat)23.

D. Pasang surut politik, sosial, budaya, dan perkembangan ilmu pengetahuan masa Umayyah dan Abbasiyah.

1. Administrasi

Sebelum Abbasiyah, dalam pemerintahan pos-pos terpenting diisi oleh Bani Umayyah notebene bangsa arab, namun pada masa Abbasiyahorang non-arab mendapat fasilitas dan menduduki jabatan strategis dalam pemerintahan. Bahkan pada zaman khalifah Al Amin ada wazir yang diangkat dari bukan arab.

Selain wazir ada juga jabatan lain yaitu Hajib, perantara rakyat dan khalifah. Jika ada seseorang yang ingin menghadap khalifah ia harus mengenalkan dirinya kepada Hajib yang akan membawanya menemui khalifah.

Selanjutnya ada jabatan Jallad, yaitu pelaksana hukuman termasuk hukuman mati (algojo) yang selalu siap di belakang khalifah. Jallad ini sebelumnya tidak dikenal oleh bangsa arab.

(17)

Ada beberapa kementrian yang diadakan pada masa Umayyah, yaitu: Diwan Al Jund, Diwan Al Kharraj, Diwan Ar Rasal, Diwan Al Khotam, dan Diwan Al Barid.

Pada era Abbasiyah ditambahkan lagi beberapa kementrian, yaitu: Diwan Al Azimah, DiwanNazhr fil Mazholim, Diwan An Nafaqat, Diwan As Sawafi, Diwan Ad Diya’, Diwan As Sirr, Diwan Al ‘Ardh, Diwan Asy Syurthah, dan Diwan At Tauqi’24.

2. Social

Pada era Umayyah perempuan sudah bebas untuk berkegiatan dan pergi kemana saja yang mereka suka, sehingga tidak perlu lagi untuk dikawal oleh pria ketika berjalan.

Khususnya pada era Abbasiyah , gengsi kearaban mulai tidak tampak. Dengan adanya asimilasi, arab-mawali membawa dinasti ini kehilangan jati diri sebagai bangsa arab menjadi bangsa majemuk. Saat orang arab murni surut, orang mawali dan anak-anak perempuan yang dimerdekakan mulai menggantikan posisi mereka.

Banyak macam olahraga yang popular di kala itu, seperti catur, hoki, polo, perburuan, dan pacuan kuda.

3. Kegiatan ilmiyah

Periode Abbasiyah identic dengan ilmu pengetahuan, diantara pusat ilmu pengetahuan yang terkenal ketika itu adalah Damaskus, Aleksandria, Qayrawan, Fustat, Kairo, Al Madain, Jundeshahpur, dan lainnya.

Banyaknya pegawai pemerintahan yang diangkat dari para cendikiawan-cendikiawan Persia merupakan salahsatu tandanya.

Dengan diresmikannya Mu’tazilah sebagai mazhab resmi Negara menyebabkan banyak kemajuan kegiatan intelektual dengan lebih

24 M.Abdul karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, (Pustaka Book Publisher:

(18)

menggunakan rasio baik dalam penterjemahan ilmu-ilmu dari luar yang dipadukan dengan ajaran islam.

Pribadi beberapa khalifah pun menyokong perkembangan ilmu pengetahuan di era itu, terutama Abbasiyah. Khalifah Mansur, Khalifah harun, dan khalifah ma’mun adalah kutu buku yang sangat mencintai ilmu pengetahuan.

4. Peran pemerintah

Pada masa Umayyah dan Abbasiyah banyak khalifah yang mencintai dan mendukung penuh atas aktivitas mereka paling menonjol dan besar melalui penerjemahan yang merupakan kegiatan yang paling besar peranannya dalam mentransfer ilmu pengetahuan.

Mereka menterjemahkan dari buku-buku berbahasa asing seperti Yunani, Sansekerta, Suryani ke dalam Bahasa arab yang telah dimulai sejak Dinasti Umayyah. Misalnya Khalid bin yazid yang memerintahkan cendikiawan-cendikiawan Mesir untuk menterjemahkan buku-buku yang membahas tentang kedokteran, kimia, dan bintang yang berbahasa Yunani ke Bahasa arab.

Jasa-jasa ilmuwan muslim dalam ilmu dan science, serta ilmu-ilmu lain tidak terhingga. Semasa Abbasiyah, kegiatan penterjemahan tetap dilanjutkan dan berkembang pesat, terutama tentang peranan ilmuwan india serta pertukaran budaya arab-india. Bahkan pada abad ke 10 M, kegiatan ilmuwan muslim tidak hanya menterjemahkan tapi mulai memberi syarahan/ penjelasan dan tahqiq/ pengeditan.

(19)

dihimpun dalam buku tertentu. Ketiga, penyusunan dan pengaturan kembali buku yang telah ada ke dalam bab dan pasal tertentu pada masa Abbasiyah.

Dan yang pastinya menjadi kebanggaan zaman Abbasiyah adalah terdapatnya empat imam: Abu hanifah, Malik, Syafi’I, dan Ahmad, mereka adala ulama agung yang tiada tandingannya di dunia islam..

BAB III PENUTUP

Demikianlah pemaparan materi tentang Peradaban Daulah Umayyah dan Abbasiyah. Banyak pelajaran yang dapat dipetik yang dengan mengetahuinya dapat menjadi bahan telaah dan ibroh kita dalam menjalani kehidupan social, budaya dan politik.

Kegigihan para khalifah dan panglimanya dalam menyebarkan dakwah islam serta factor yang akhirnya membuat kerajaan mereka lemah dan jatuh karna berbagai factor, baik internal ataupun eksternal.

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Abdul karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban

Islam, (Pustaka Book Publisher: Yogyakarta, 2007), Cet 1.

Abu Bakar Al Arabi, Al ‘Awashim Minal Qowasim, (Dar Al kutub

al Ilmiyah: Beirut, 2003), Cet 2.

Hasan Ibrahim Hasan, Tarikh Al Islami, As Siayasy wad Diny

wats Tsaqofy wal Ijtima’iy, (Maktabah Darul Jail: Beirut, 1996), Cet

14.

Abul A’la Al Maududi, Al Khilafatu wal Mulk, (Darul Qolam:

Kuwait, 1978), Cet 1.

Muhammad Khudori Beik, Muhadhorot Tarikhul Umam Al

Islamiyah, Ad Daulah Al Abbasiyah, (Darul Qolam: Beirut, 1986), Cet

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Pada akhir penelitian ini, diharapkan dapat diperoleh gambaran nyata mengenai pola penggunaan obat golongan beta bloker pada pasien sirosis hati sesuai dengan pedoman

perang dalam bentuk ketegangan sebagai perwujudan dari konflik-konflik kepentingan dan perebutan supremasi serta perbedaan ideologi antara blok barat yang dipimpin oleh Amerika

mengalami suatu permainan harga atau tidak, kemudian jaminan bahwa kata–kata yang tercantum dalam label kemasan sesuai dengan senyatanya serta jamianan terhadap keselamatan dan

Simpulan dari penelitian ini adalah Kesesuaian soal dengan indikator yang terdapat dalam soal UAS Bahasa Indonesia bentuk pilihan ganda menunjukkan bahwa soal

Karakteristik responden pada pemeriksaan faktor risiko PTM (pemeriksaan tekanan darah dan GDS) yaitu mean (35,7), median 33,5, mode 33 dengan umur minimal 24 tahun dan maksimal

• Dengan memahami biologi diharapkan kita dapat: - memahami diri kita dan kehidupan sekitar kita - menyelesaikan berbagai masalah.. - lebih bijak

Pada penelitian “Keragaman Makna Politik dan Kekuasaan Cerpen „Sepotong Bibir paling Indah di Dunia‟ Karya Agus Noor: Kajian Semiotik Roland Barthes”, penelitian