• Tidak ada hasil yang ditemukan

Transportasi Perkotaan di Asia Tenggara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Transportasi Perkotaan di Asia Tenggara"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Transportasi Perkotaan di Asia Tenggara pada abad XX Oleh: Apriliandi Damar Priyambodo/ C0510011

Transportasi merupakan elemen penting dalam jalannya roda perekonomian dan kehidupan sosial budaya bagi negara-negara di wilayah Asia Tenggara. Awal stimulus sebuah kota adalah dengan adanya sebuah jalan yang menghubungkan antara daerah satu dengan daerah lainnya. Pembuatan jalan ini awalnya adalah untuk memudahkan mobilisasi atau perpindahan orang atau barang dari satu tempat ke tempat yang lain. Asia Tenggara yang didominasi oleh negara-negara berkembang seperti, Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Vietnam sangat bergantung terhadap transportasi dan pendukungnya untuk menunjang perekonomian mereka.

Secara historis, pola pemukiman di Asia Tenggara yang dibentuk oleh akses ke laut dan sungai. Maritim adalah sarana di mana-mana subsisten dan berlayar di laut pertukaran dan perdagangan adalah fitur utama dari sebagian besar masyarakat di seluruh wilayah Asia Tenggara. Transportasi darat dipersulit dengan jalan yang berliku-liku, jalan raya primitif (belum diaspal) hingga memasuki abad kedua puluh. Transportasi dan

infrastruktur komunikasi yang diperluas pada masa penjajahan, tetapi prioritas diberikan kepada orang Eropa yang menghuni kota-kota besar dan daerah pedesaan yang mana orang

Eropa memiliki usaha ekonomi, seperti pertambangan dan perkebunan. Hanya dengan kebijakan pembangunan berwawasan setelah kemerdekaan politik itu jalanan modern dan transportasi meluas ke sebagian besar pedalaman pedesaan Asia Tenggara.1

Pada masa kerajaan-kerajaan di Asia Tenggara, dari kerajaan Hindu-Budha seperti Sriwijaya, Ayuttaya, dan Khmer hingga masa kerajaan-kerajaan Islam, Samudra Pasai, dan Malaka sangat mengandalkan kapal sebagai alat transportasi. Hal ini menunjukkan adanya hubungan dagang antar kerajaan bahkan hubungan dagang dengan kerajaan di Tiongkok sudah berlangsung, dibuktikan dengan banyak ditemukannya keramik-keramik yang berasal dari Cina di sepanjang Semenanjung Malaka hingga ke Jawa dan juga penemuan

1

(2)

kapal-kapal karam di sepanjang Laut Tiongkok Selatan serta Teluk Thailand.2 Penggunaan kapal sebagai alat transportasi pada sebelum abad ke-8 juga diperkuat dengan adanya relief di Candi Borobudur berupa kapal jung.

Gambar 1 Relief Kapal Jung di Candi Borobudur

Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/3/30/Borobudur_ship.JPG

Wilayah Asia Tenggara yang dekat dengan garis Ekuator membuat sebagian besar wilayahnya berupa hutan hujan tropis yang lembab dan juga dilintasi oleh sungai-sungai besar, seperti Chao Praya, Mekong, Kapuas, dan Irrawaddy yang didominasi oleh tanah berlumpur yang subur.3 Sehingga hampir mayoritas negara-negara di Asia Tenggara merupakan negara Agraris yang menghasilkan komoditas beras, selain beras komoditas utama lainnya adalah kayu. Transportasi yang cocok untuk medukung kegiatan tersebut adalah dengan menggunakan bantuan hewan. Sapi, kerbau, bahkan kuda selain dapat digunakan sebagai pengangkut hasil panen para petani juga bisa diandalkan untuk membajak sawah. Orang-orang di Thailand, Myanmar, dan Laos menggunakan gajah sebagai sarana untuk membawa kayu-kayu gelondongan dari hutan.

Sungai merupakan salah satu elemen penting di negara-negara Asia Tenggara, mulai dari penggerak kehidupan sosial ekonomi hingga sebagai sarana interaksi sosial. Pasar apung yang berada di Bangkok dan Muara Kuin, Kalimantan Selatan menjadi salah satu contoh kehidupan yang tergantung pada sungai. Pasar apung ini pada prinsipnya sama

2

Terrence H Witkowski. “Early History and Distribution of Trade Ceramics in Southeast Asia” diterbitkan oleh, (Long Beach: Department of Marketing, California State University, 2013). hlm.3

3

(3)

dengan pasar tradisional biasa, tapi yang membedakan adalah transaksi jual beli dan barang dagangan berlangsung di atas sampan. Keunikan dari pasar apung ini adalah proses jual beli dapat berpindah-pindah sesuai dengan keadaan arus sungai dan tidak ada organisasi seperti yang ada di pasar di darat. Pasar apung ini juga dapat ditemui di Kamboja dan Vietnam.

gambar 2: Pasar Apung Muara Kuin gambar 3: Pasar Apung di Thailand Sumber: http://indonesiawow.com Sumber: http://onestep4ward.com/

Modernisasi Transportasi Perkotaan : Mobil dan Trem

Pada tahun 1910, ada sebelas kota-kota Asia Tenggara dengan populasi lebih dari 100.000 jiwa seperti: Mandalay, Rangoon, Bangkok, Hanoi, Saigon-Cholon, Georgetown, Singapura, Batavia, Surakarta, Surabaya, dan Manila. Sekitar 1900, banyak daerah berada dalam masa transisi dari populasi rendah ke tingkat populasi tinggi. Perluasan sawah irigasi untuk budidaya padi semakin menuju ke pinggiran Jawa, Burma, pusat Siam, dan Mekong Delta. Perubahan demografis dan pertanian ini terkait erat dengan besarnya politik dan kekuatan ekonomi pihak kolonial, termasuk perluasan regional dan pasar jarak jauh, pengembangan ekonomi tergantung pada ekspor murah buruh migran, dan fasilitas transportasi yang lebih baik.4

Hampir sebagian besar kebutuhan transportasi di negara-negara Asia Tenggara

hanya dilakukan dengan jalan kaki. Alternatif lainnya adalah munculnya rickshaw5 yang ditemukan di Jepang sekitar tahun 1860-an dan mencapai popularitasnya pada tahun 1900.

4

Charles Hirschman dan Sabrina Bonaparte., op.cit., hlm 5. 5

(4)

Rickshaw mulai masuk Singapura, Kuala Lumpur, dan Bangkok pada tahun 1920. Penemuan roda memang semakin membuat berkembangnya alat-alat transportasi yang ada. Selain rickshaw, terdapat juga beberapa angkutan yang populer pada awal abad XX seperti, pedicab atau becak, Calesa6, dokar, dan andong. Transportasi becak yang dikayuh manusia, dokar dan andong menjadi transportasi yang banyak digunakan. Selain itu, tahun 1920-an sepeda mulai masuk kawasan Asia dan menjadi salah satu sarana transportasi yang disukai oleh masyarakat modernis saat itu.

Transportasi merupakan alat pengangkutan atau sarana penting dalam kehidupan manusia yang berkembang bersamaan sesuai dengan tuntutan kebutuhan manusia. Semakin bertambah baiknya alat transportasi dan jalan yang semakin besar pula maka semakin tinggi tingkat mobilitas manusia dan kemungkinan manusia dalam memperoleh sumber penghidupan yang baik, mulai yang digerakkan oleh kekuatan alam hingga kekuatan manusia yang kemudian berkembang lebih maju lagi setelah ditemukannya mesin-mesin otomotif. Ini menimbulkan ironi tersendiri dalam perkembangan perkotaan di Asia Tenggara, terutama mengenai polusi dan kemacetan.

Jalan juga dinilai sebagai elemen penting dalam keberlangsungan suatu kota,

bahkan juga negara. Hal inilah yang mendorong Daendels ketika menjadi Gubernur Jenderal untuk membuat akses jalan agar dapat mempertahankan Jawa dari serangan Inggris. Daendels kemudian membangun jalan dari Anyer-Panarukan atau yang sering disebut juga sebagai Grote Postweg guna mempermudah dalam mobilisasi militer di Jawa. Grote Postweg atau jalan raya pos ini memiliki skema yang sama seperti “Roman Highroads”, dimana pembangunannya untuk kepentingan militer. Pembangunan jalan ini membutuhkan biaya dan pekerja dalam jumlah besar. Dampak positif dari Jalan raya pos ini adalah mampu meningkatkan keuntungan penduduk lokal baik industri maupun perdagangan dan bagi pemerintah kolonial dapat memudahkan mobilisasi militer. Jalan juga merubah orientasi perumahan-perumahan di seluruh Asia Tenggara yang awalnya menghadap ke sungai menjadi menghadap ke jalan dan membelakangi sungai.

6

(5)

Berkembangnya transportasi mesin di Indonesia membuat jalanan Poerwasarieweg di Surakarta sudah dipenuhi dengan para pejalan kaki dan gerobak-gerobak kuda atau sapi yang hilir mudik sepanjang jalan. Para pejalan kaki ini umumnya berjalan tanpa alas kaki, mereka harus berbagi jalan dengan gerobak-gerobak sapi yang kadang kala membuang kotoran di sepanjang jalan dan belum lagi debu-debu yang dihasilkan saat mobil-mobil melintas menambah kesengsaraan para pejalan kaki ini. Perkembangan dalam dunia otomotif ini semakin menggusur para pejalan kaki ini, hal ini menyimbolkan bahwa adanya penindasan para pejalan kaki yang kebanyakan merupakan pribumi oleh para pengemudi mobil-mobil yang kebanyakan merupakan orang Eropa seperti yang diungkapkan oleh Mas Marco dalam Doenia Bergerak. Jalan awalnya memang dibuat untuk memudahkan mobilisasi orang atau barang dari satu tempat ke tempat lain, namun seiring dengan berkembangnya zaman jalan memiliki makna dan implikasi yang semakin luas. Jalan tidak lagi sebagai infrastruktur kota tapi juga sebagai arena untuk mempertontonkan kekuasaan, kekayaan, gaya hidup, dan bahkan dalam waktu yang bersamaan dapat juga untuk meminggirkan kelompok-kelompok tertentu yang kalah dalam persaingan.7

Pada awal tahun 1920-an, mobil telah menjadi hal yang biasa di kalangan elite di kota-kota Asia Tenggara dan telah mencapai jumlah yang cukup untuk menyebabkan beberapa masalah kemacetan di pusat-pusat kota. Meskipun penggunaannya hampir semata-mata oleh elit Eropa yang kaya, pada 1930-an mobil sudah mendominasi lalu lintas di kota-kota Asia kolonial tertentu, seperti Kuala Lumpur, Jakarta, dan Bangkok. Di Surakarta, Pakubuwono X menggunakan mobil sebagai simbol perlawanan terhadap Belanda, sikap ini diperjelas dengan pembelian mobil Daimler tersebut oleh keluarga Sunan Solo, disebabkan karena Sunan tidak mau kalah gengsi dengan Gubernur Jenderal. Sebelumnya, ketika Gubernur masih menggunakan mobil merk Fiat atau sebuah kereta yang ditarik dengan 40 ekor kuda, tidak seorang pun berani menyainginya. Tetapi tiba-tiba

7

(6)

saja Sunan Solo memesan mobil dari pabrik dan merk yang sama, Kanjeng Raden Sosrodiningrat memesan mobil Daimlernya lewat Prottel & Co.8

Jalan-jalan disebagian besar negara Asia Tenggara memang belum sepenuhnya bagus yang membuat resiko pengangkutan hail-hasil panen yang akan di ekspor semakin tinggi. Untuk mengurangi resiko tersebut, para pengusaha harus menyediakan alat-alat penunjang seperti transportasi dan jalan untuk mengembangkan hasil produksi. Jhr. Van der Wijk mengusulkan untuk membangun rel di Jawa pada 1840 untuk mempermudah membawa barang ekspor. Rel pertama di Jawa dibangun rute dari Semarang-Tanggung-Kedung Jati, untuk mengangkut komoditas hasil ekspor dari Vorstenlanden menuju Semarang. Pembangunan rel pertama di wilayah tersebut dikarenakan melimpahnya komoditas ekspor seperti tembakau, teh, kopi, dan tebu di wilayah Vorstenlanden dan juga terjadinya krisis keuangan para penguasa tanah di wilayah Batavia yang membuat para penguasa tanah enggan melepaskan tanahnya untuk pembangunan rel.

Keberadaan rel ini membuat mode transportasi kereta api dan trem menjadi populer di kawasan Asia Tenggara. Pada periode 1910 sampai 1930-an trem menjadi sangat

populer sebagai transportasi perkotaan di negara-negara di Asia Tenggara. Pembentukan badan-badan yang mengurusi perkeretaapian seperti NISM (Nederland Indische Spoorweg

Maatschpij) di Indonesia, FMSR (Federated Malay States Railway) di Malaysia, dan SRT ( State Railway of Thailand) diakhir abad ke-19 membuat transportasi perkotaan di Asia Tenggara semakin semarak. Jalur kereta api di Malaysia pertama kali dibuka adalah rute Taiping-Port Weld pada tahun 1885 kemudian tahun 1886 dibuka jalur dari Kuala Lumpur-Klang. Sedangkan di Thailand dibuka jalur pertama pada tahun 1892 dari Bangkok-Ayutthaya.

Pada awalnya trem masih ditarik dengan hewan-hewan sesuai dengan iklim daerahnya, untuk wilayah Asia tengara hewan seperti kerbau, sapi, kuda, unta, dan gajah digunakan untuk menarik trem sebelum trem uap dan listrik ditemukan. Jalur trem ini

8

(7)

biasanya melintasi sepanjang pusat kota dan melewati tempat-tempat penting seperti pasar, kuil, istana, tempat hiburan, kuburan, dan tempat ibadah. Stratifikasi kelas sosial dan ras oleh kolonial menciptakan aturan unik dalam trem, tempat duduk kelas satu dan dua digunakan untuk orang-orang Eropa dan bangsawan dimana tempat duduknya sangat nyaman. Sedangkan, di kursi bagian belakang yang dari kayu yang keras untuk orang-orang kelas bawah. Bahkan penumpang tanpa pakaian dan sedang menderita penyakit yang menular dilarang untuk naik trem.9

Gambar 4: Trem ditarik Kuda di Surakarta Gambar 5: Trem dipenuhi oleh Biksu di Rangoon

Sumber:http://www.skyscrapercity.com Sumber : http://www.tramz.com/tva/mm.html

Trem harus berbagi jalan dengan mobil, motor, sepeda, gerobak, dan pejalan kaki yang masih mendominasi jalanan di perkotaan besar di Asia Tenggara. Kolonialisme di Asia Tenggara membawa pengaruh yang besar bagi dunia transportasi perkotaan Asia Tenggara. Masuknya listrik juga semakin menambah semarak dunia transportasi di perkotaan, siang dan malam kota tidak pernah mati dengan kehidupannya. Segala bentuk

teknologi atau inovasi dalam dunia transportasi menjadi sebuah simbol modern bagi penduduk perkotaan.

Trem listrik mulai masuk ke Asia Tenggara pada tahun 1891 di Singapura dan mulai digunakan permanen pertama kali di Bangkok pada 1893. Di Jawa sendiri baru pada

9

(8)

tahun 1899 trem listrik mulai berkembang. Berikut ini tabel tahun penggunaan trem di beberapa kota Asia tenggara :

Tabel. 1

Tahun Penggunaan Beberapa Jenis Trem di Asia Tenggara

Trem hewan Trem Uap Trem Listrik Akhir Penggunaan

Jakarta 1869 1881 1899 1962

Surabaya - 1890 1923 1968

Saigon - 1881 1923 1953

Rangoon - 1884 1906 Perang Dunia

II

Penang 1898 1880 1906 1956

Manila 1880 1880 1920 1944

Singapore - 1885-1894 1891 1927

Sumber: A Survey Of Tramways In Colonial ASIA dalam http://www.tram.com

Trem berkembang seiring dengan datangnya kolonialisme dan investasi orang Eropa di wilayah Asia Tenggara dan akhir dari penggunaan trem juga dipengaruhi oleh keberadaan Orang Eropa di Kota-kota di wilayah Asia Tenggara. Beberapa sebab mempengaruhi berakhirnya era kejayaan trem sebagai mode transportasi perkotaan antara lainnya adalah, depresi ekonomi yang melanda tahun 1930 atau disebut juga dengan zaman

malaise10, berakhirnya kolonialisme di Asia Tenggara dan terjadinya Perang Dunia II juga turut andil dalam merosotnya penggunaan trem.

10

(9)

Transportasi Murah Masyarakat Perkotaan

Yang dimaksud dengan transportasi perkotaan yang murah untuk penduduk berpenghasilan rendah adalah dengan memenuhi penggunaan bahan bakar yang rendah, dikhususkan untuk buruh, dan jangkauannya daerah yang kecil.11 Mode transportasi ini memiliki popularitas yang sangat tinggi di perkotaan negara-negara Asia tenggara yang memiliki latar belakang ekonomi maupun pemerintahan dan perbedaan dalam kapasitas penumpang.

Tahun 1950-1960-an menjadi akhir dari periode transportasi trem, seiring dengan berakhirnya kolonalisme di Asia Tenggara. Sebagian besar penduduk di kota-kota besar Asia Tenggara masih menjadikan jalan kaki sebagai sarana mobilisasi terutama bagi mereka kaum miskin. Tercatat pada sekitar tahun 1970 hampir 60% penduduk Jakarta berjalan kaki menuju tempat mereka bekerja.12 Mode transportasi murah menjadi populer setelah era trem karena memang ditunjukkan bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Di beberapa kota di Asia Tenggara mode transportasi oplet, mikrolet, jeepney, dan tuk-tuk menjadi sangat populer di era 1970 hingga sekarang.

Oplet merupakan mode transportasi yang dikenal di daerah Jakarta dan sejak tahun

1930 sudah eksis, namun baru pada tahun 1960-1970-an menjadi populer. Oplet merupakan hasil modifikasi dari Sedan Morris oleh perusahaan Karoseri di Meester Cornelis. Dengan interior yang terbuat dari kayu, oplet hanya dapat menampung sekitar 10 orang. Bagian jendela sampingnya dibiarkan terbuka agar bisa menikmati udara luar, sedangkan pintu

masuk di bagian belakang dibuat 2 daun mirip pintu “cowboy” oplet jaman dulu. Bagian

atap mobil juga dilapis anyaman tikar dan sedikit diberikan “overstek” guna melindungi Graduate School of Systems and Information Engineering in Partial Fulfillment of the Requirements for the Degree of Master of Policy and Planning Sciences di University of Tsukuba. hlm.20.

12

(10)

1979 izin dari oplet dicabut, karena akan diganti dengan mikrolet (mikro oplet). Oplet sempat terangkat kembali pada tahun 1990-an ketika tampil dalam serial “Si Doel Anak Sekolahan”. Mikrolet merupakan pengganti oplet sebagai transportasi perkotaan yang murah, mulai beroperasi pada tahun 1980. Awalnya sopir mikrolet ini diprioritaskan kepada para sopir oplet yang sudah 3 tahun bekerja, namun dalam prakteknya gagal karena mikrolet ini kemudian dimiliki oleh para juragan besar sehingga memunculkan sopir-sopir setoran. Persentase pengguna angkutan umum perkotaan di Indonesia terus mengalami penurunan persentasi, rata-rata sebesar 1% per tahun (MTI, 2005), bahkan di kota Jakarta diperkirakan mencapai 3% per tahun (Sitramp, 2004, JUTPI, 2010). Kepemilikan kendaraan pribadi baik sepeda motor dan mobil yang meningkat karena kemudahan yang dinikmati penggunanya memberikan kontribusi terhadap kenaikan jumlah tersebut.

Mode transportasi perkotaan yang murah di Filipina yang paling populer adalah

Jeepney. Terbuat dari mobil jeep militer milik Amerika Serikat peninggalan Perang Dunia II. Secara etimologis Jeepney berasal dari kata jeep (mobil jeep) dan knee (lutut), dimana saat jeep penuh sesak penumpang akan saling berhadapan lututnya. Jeep dimodifikasi dengan penambahan atap serta kursi penumpang yang saling berhadapan dan dicat dengan

warna yang menarik. Perusahaan pertama yang memproduksi Jeepney adalah Sarao pada tahun 1953. Selain oplet, mikrolet, dan jeepney terdapat pula transportasi perkotaan yang murah yang beada di Thailand yaitu tuk-tuk.

(11)

Banyak Asap Di Sana

Semakin berkembangnya dunia otomotif di Asia Tenggara memunculkan berbagai masalah perkotaan yang baru. Hal yang tidak bisa dihindari dari berkembangnya industri otomotif adalah kemacetan dan polusi udara yang semakin menghantui perkotaan-perkotaan di Asia tenggara. Disisi lain Asia Tenggara diserbu oleh eksportir-eksportir otomotif dari mancanegara terutama Jepang, Cina, dan Amerika Serikat. Kota-kota besar seperti Bangkok, Manila, Jakarta, Surabaya, dan Kuala Lumpur menjadi sasaran utama bagi industri otomotif negara maju.

Sejarah industri otomotif Thailand dimulai pada tahun 1960, ketika pemerintah Thailand mengesahkan sebuah kebijakan substitusi impor untuk meningkatkan industri lokal. Pada tahun 1961, perusahaan yang pertama adalah , "Anglo-Thai Motor Company" (perusahaan patungan antara Ford dari Inggris dan Thailand Industri Motor Co), mulai perakitan lokal.13 Pasar ini sangat kecil, dengan hanya 3.232 mobil penumpang yang dijual dan hanya 525 kendaraan (310 mobil, 215 truk) dirakit di Thailand pada tahun 1961. Meskipun demikian produsen baru dengan cepat muncul, seperti Fiat "Karnasuta Majelis

Umum Co" dan perusahaan patungan antara Siam Motors dan Nissan.

Pada awal tahun 1980-an muncul fenomena-fenomena mobil nasional di negara-negara Asia Tenggara, terutama di Malaysia dan Indonesia. Malaysia dengan Proton (Perusahaan Otomobil Nasional Sendirian Berhad) yang merupakan pabrik mobil yang memproduksi mobil nasional Malaysia. Proton bekerja sama dengan Mitsubishi untuk memproduksi mobil nasional pada tahun 1985 yang menghasilkan mobil nasional pertama yang merupakan hasil modifikasi dari Mitsubishi Lancer Fiore yang kemudian menjadi simbol permulaan bangkitnya industri otomotif di Malaysia. Proton menguasai 65% penjualan mobil domestik dan mulai melebarkan sayap ke beberapa negara Eropa.

13

(12)

Tabel.2

Volume Penjualan Kumulatif Proton di pasar yang ditentukan

Negara Mobil Terjual Tahun

Malaysia 3.500.000 1985 - 2013

China 186.842 2009 - 2013

UK 151.441 1989 - 2013

Australia 33.547 1995 - 2013

Singapura 23.951 1989 - 2013

Thailand 19.188 2007 - 2012

Jerman 15.479 1995 - 1999

Sumber: Proton Holdings Berhad (http:/ / www. proton. com/ )

Pada pertengahan tahun 1990 di Indonesia juga hadir mobil nasional yang diberi nama Timor (Teknologi Industri Mobil Rakyat). Pelaksanaan produksi mobil Timor ini dipegang oleh PT. Timor Putra Nasional yang dimiliki oleh Hutomo Mandala Putra atau Tommy Soeharto. Habibie sebagai Menristek pernah mengomandoi sebuah proyek mobil nasional yang diberi nama Maleo, namun dananya tersedot semua untuk pendanaan mobil Timor sehingga Maleo mengalami kemunduran. Timor sendiri merupakan hasil modifikasi dari mobil Korea Selatan yaitu Kia Sephia. Sempat mengalami sengketa dengan WTO dan Jepang soal diskriminasi pembebasan pajak bagi perusahaan Korea Selatan, Kia. Timor ternyata tidak sesukses mobil nasional milik Malaysia, Proton.

(13)

hilang, fitur-fitur utama dari Kota Asia Tenggara adalah pusat perbelanjaan, jalan raya padat, dan asap meresap yang timbul dari industri perkotaan dan transportasi bermotor.14

Kemacetan menjadi makanan sehari-hari masyarakat perkotaan di Asia tenggara. Karena hampir sebagian besar kota-kota di Asia tenggara seperti Jakarta, Bandung, dan Manila masih belum memiliki Mass Rapid Transit (MRT) guna menanggulangi masalah kemacetan yang terjadi di perkotaan. Tercatat hanya Kuala Lumpur, Bangkok dan Singapura saja yang telah terdapat MRT yang memadai untuk akses transportasi perkotaan. Jumlah kendaraan bermotor yang cukup tinggi juga menyumbang polusi udara yang semakin tidak sehat di kawasan perkotaan Asia tenggara terutama Jakarta.

Menurut data dari WHO, menobatkan Asia Tenggara sebagai wilayah dengan tingkat polusi yang tertinggi di dunia. Polusi menyumbang hampir 2,1 juta kematian di Asia Tenggara pada tahun 2010 dan mencapai 2,8 juta pada tahun 2012, penyebabnya antara lain karena penyakit kanker paru-paru. Perlunya kontrol dan kebijakan mengenai transportasi perkotaan yang murah dan ramah lingkungan menajdi satu-satu solusi untuk menanggulangi segala masalah yang ada dalam lingkup perkotaan di Asia Tenggara.

14

(14)

Daftar Pustaka

Artikel:

Arkaraprasertkul, Non. 2010. “Dynamic Soi: Neighborhood and Urban Life” dalam Rian

Thai: International journal of Thai Studies Vol.3/2010.

Guillen, Marie Danielle. 2004. “A Study on Development of Local Public Transport Policy: The Case of Tricycles and “Habal-habal” in Davao City, Philippines” dalam the Graduate School of Systems and Information Engineering in Partial Fulfillment of the Requirements for the Degree of Master of Policy and Planning Sciences di University of Tsukuba.

Hirschman, Charles and Bonaparte, Sabrina. “Population And Society In Southeast Asia: A Historical Perspective” dalam

Huff, Greg. 2012. “Gateway Cities And Urbanisation In Southeast Asia Before World War II” dalam Discussion Papers in Economic and Social History Number 96, February 2012 University of Oxford.

M, Taproh. 2009. Quadruple murderous imperialist 1900-1945 dalam The History of Cambodia from 1st Century to 20th Century.

Siti Aminah. “Transportasi Publik dan Aksesibilitas Masyarakat Perkotaan” diterbitkan oleh Jurusan Ilmu Politik FISIP, Universitas Airlangga.

Stark, Miriam T. 1998. “The Transition to History in the Mekong Delta: A View from Cambodia” dalam International Journal of Historical Archaeology, Vol. 2, No. 3, 1998.

Ueda, Yoko. 2009. “The Origin and Growth of Local Entrepreneurs in Auto Parts Industry in Thailand” dalam Center for Contemporary Asian Studies paper no.25 Dosisha

University.

Williamson, Jeffrey G. 2013. “The Commodity Export, Growth, and Distribution Connection in Southeast Asia 1500-1940” dalam makalah yang dipresentasikan di Southeast Asian Economic Growth Conference, Bangkok 21-23 Maret 2013.

(15)

Buku:

Bateman, Sam, dkk. 2009. Good Order at Sea in Southeast Asia. Singapore: Nanyang University.

Bustamam-Ahmad, Kamaruzzaman dan Patrick Jory (ed). 2011. Islamic Studies And Islamic Education In Contemporary Southeast Asia. Kuala Lumpur: Yayasan ilmuwan.

Mcvey, Ruth (penyunting). 1998. Kaum kapitalis Asia Tenggara: patronase negara dan rapuhnya struktur perusahaan. Jakarta: Yayasan Obor.

Mrazek, Rudolf. 2006. Engineers of Happy Land: Perkembangan Tekologi dan Nasionalisme di sebuah Koloni, Jakarta: Yayasan Obor.

Purnawan Basundoro.2012. Pengantar Sejarah Kota, Jogjakarta: Ombak.

Reid, Anthony. 1992. Asia Tenggara dalam kurun niaga 1450-1680, jilid I : tanah dibawah angin. Jakarta: Yayasan Obor.

Gambar

Gambar 1 Relief Kapal Jung di Candi Borobudur Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/3/30/Borobudur_ship.JPG
gambar 3: Pasar Apung di Thailand Sumber: http://onestep4ward.com/
Gambar 4: Trem ditarik Kuda di Surakarta
Tabel. 1
+2

Referensi

Dokumen terkait

Upaya yang dilakukan ASEAN menghasilkan suatu konvensi yang bernama ASEAN Convention on Counter Terrorism (ACCT) yang merupakan tata cara kerjasama untuk bersama- sama

kamboja, juga memiliki konsep yang sama yaitu mewujudkan raja sebagai arca perwujudan. dalam peninggalan

a) Berupa makar yang terus-menerus dan bertubi-tubi dari musuh-musuh Islam dan kaum muslimin (lihat: QS.Al-Anfaal [8]: 30; QS.. b) Kerja sama mereka dalam membuat dan

Semakin meningkatnya nilai total aktiva (aset) yang dimiliki akan menghasilkan profit yang tinggi. Pada tahun 2008 profitabilitas PT.Pembangunan Perumahan

• Sapi yang melahirkan dengan nilai kondisi tubuh 3 dan diberi pakan yang baik dapat kembali bunting pada siklus birahi pertama atau yang kedua.. • Siklus birahi pertama

Politik bebas aktif Indonesia telah membentuk identitas yang berbeda dari negara-negara lain di Asia Tenggara, dan membuat Indonesia dapat terlibat dalam kerja sama pertahanan dengan

Kegagalan modernitas Barat pada akhirnya mempengaruhi kaum Muslimin dalam dua hal: • Pertama, mendorong para pemikir Muslim untuk kembali pada sistem nilai Islam yang mereka anggap

Pada tambang ini tidak hanya langsung memproduksi batu langsung tetapi mereka juga mengambil sumber baru dari Lumajang yang selalu bekerja sama untuk stok batu pada tambang tersebut dan