• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA ASEAN DALAM MENGATASI TERORISME DI KAWASAN ASIA TENGGARA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA ASEAN DALAM MENGATASI TERORISME DI KAWASAN ASIA TENGGARA."

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

UPAYA ASEAN DALAM MENGATASI TERORISME DI KAWASAN ASIA TENGGARA

Oleh

MUHAMMAD FAJRI A.

0810852050

JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

(2)

viii

ABSTRACT

Terrorist attacks that characterized by a bomb blast which killed many victims in several Southeast Asian region has changed the world history, the history of the nation and the history of international organizations in the Southeast Asian region. Terrorism is a crime that has a vast interstates network which require that attempt to solve it the involvement of many parties, including states. Countries as an actor in international relations must think actively on terrorism crime solve, include to do all cooperation. So that all to do on interstate cooperation for terrorism solve as achieve a common goal.

ASEAN as Association of Southeast Asian Nation to the fist gate and space on shade Southeast Asian Nation for terrorism crime solve cooperation at once achievement goal all of them will be achieve. Efforts as to do ASEAN produce an ASEAN Convention called ASEAN Convention on Counter Terrorism ( ACCT ) were a set cooperation all of them to solve terrorism in Southeast Asia region.

(3)

ix

ABSTRAK

Serangan terorisme yang diwarnai dengan ledakan bom yang menewaskan banyak korban di beberapa kawasan Asia Tenggara telah mengubah sejarah dunia, sejarah bangsa dan sejarah organisasi internasional yang ada di kawasan Asia Tenggara. Tindak kejahatan terorisme merupakan kejahatan yang memiliki jaringan yang luas antarnegara sehingga upaya untuk mengatasinya juga harus melibatkan banyak pihak termasuk Negara-negara. Negara-negara yang merupakan aktor dalam hubungan internasional harus berfikir aktif dalam mengatasi kejahatan terorisme, termasuk melaksanakan suatu kerjasama. Sehingga yang terjadi adalah kerjasama antar Negara-negara untuk mengatasi terorisme sekaligus untuk meraih tujuan bersama.

ASEAN merupakan perhimpunan bangsa-bangsa di Asia Tenggara juga garda terdepan dan wadah yang menaungi Negara-negara Asia Tenggara dalam bekerja sama mengatasi kejahatan terorisme sekaligus mencapai tujuan yang mereka ingin capai. Upaya yang dilakukan ASEAN menghasilkan suatu konvensi yang bernama ASEAN Convention on Counter Terrorism (ACCT) yang merupakan tata cara kerjasama untuk bersama-sama mengatasi terorisme di kawasan Asia Tenggara.

(4)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Serangan 11 September pada tahun 2001 telah memberikan dampak yang

signifikan terhadap perkembangan penetapan hukum di dunia ini, dimana

serangan teroris tertentu telah berhasil membawa persepsi bahwa ancaman dapat

terjadi kapan saja dan memicu suasana kerusuhan, apalagi sekarang ketika

masyarakat global sering disajikan dan terkejut dengan berita yang berkaitan

dengan terorisme internasional. Konsekuensi dari kegiatan teroris ini telah

membuat Amerika Serikat (AS) mengatur strategi untuk melawan terorisme

internasional dengan mengorganisir kampanye dan menawarkan bantuan kepada

sejumlah negara Asia Tenggara yang terkena dampak aksi terorisme internasional

dalam memerangi teror. Selanjutnya AS telah mengirim pasukan militer mereka

ke Afghanistan pada tahun 2002 dan Irak pada tahun 2003 yang mereka sebut

sebagai perang melawan segala aksi tindakan teroris yang ada karena diduga

bahwa kedua negara tersebut terkait dengan kelompok teroris dan juga serangan

11 September. Langkah yang diambil oleh AS telah menyebabkan peningkatan

sentimen anti AS dan telah langsung diperkuat serangan yang dilakukan oleh

kelompok teroris internasional.1

Pelaksanaan perang melawan terorisme telah meningkatkan berbagai

serangan yang semakin sulit untuk dipecahkan, dimana aktivitas terorisme

internasional menyebar ke berbagai kawasan di dunia termasuk Asia Tenggara.2

1Mohamad, et all. Journal of Asia Pacific Studies (2009) Vol 1 no 1 27-48.

(5)

2 Munculnya kelompok- kelompok teroris dan pelaku kekerasan di Asia Tenggara

telah memposisikan kawasan ini sebagai kawasan yang rentan terhadap aksi

terorisme. Aksi terorisme mengalami peningkatan sejak 11 September 2001, yang

mengakibatkan munculnya berbagai kelompok-kelompok teroris seperti Jemaah

Islamiyah (JI) di Indonesia, Kelompok Abu Sayaf (KAS) di Filipina Selatan dan

Kelompok Militan Malaysia (KMM). Malaysia juga sering dikaitkan dengan

kegiatan teroris ini. Oleh karena itu, wilayah Asia Tenggara sebagai fokus utama

untuk melawan isu terorisme.3

Bahkan, masalah yang lebih serius adalah bahwa beberapa pihak eksternal

percaya bahwa terorisme terkait dengan Negara-negara tertentu. Sebagai contoh,

Malaysia telah diberi label sebagai negara yang melindungi teroris dan memiliki

banyak jaringan teroris internasional.4 Dampak yang lebih ironis dari serangan 11

September adalah pada komunitas Muslim, dicap sebagai teroris oleh dunia Barat

sehingga harus terus dipantau. Selain itu, menurut Sulaiman5 doktrin jihad dalam

Islam sering dikaitkan oleh Barat sebagai terorisme khusus.

Munculnya aktivitas teroris di Asia Tenggara telah menarik perhatian AS,

di mana AS telah menyelenggarakan kampanye dan memberikan bantuan kepada

Negara-negara kawasan Asia Tenggara untuk melawan agresi ini. Sebagai contoh,

Filipina telah menerima bantuan militer dari AS dalam hal keterampilan dan

kekuatan militer untuk membasmi kelompok teroris seperti Front Pembebasan

3Balakrishnan, K.S (2002). Keganasan Antarabangsa dan Kerjasama ASEAN (The

International Terrorism and ASEAN cooperation). Jurnal Pemikir (29). July –September

4Rohan Gunaratna, 2006. Terrorism in Southeast Asia : Threat and Response, Center for Eurasian policy occasional research paper series II, No, 1 Hudson Institute diakses pada http://counterterrorismblog.org/site-resource/images/Gunaratna-Terrorism.pdf

5Shaharom, Sulaiman T.M (2002). Terrorisme global, jihad dan radikalisme politik (Global

(6)

3 Islam Moro (MILF) dan KAS yang diduga memiliki hubungan dengan kelompok

teroris internasional yang disebut Al-Qaeda. Aktivitas teroris ini telah meningkat

melalui letusan serangkaian pemboman di beberapa lokasi yang memiliki

hubungan dan kepentingan dengan AS di Asia Tenggara. Pada tahun 2002, Asia

Tenggara terkejut oleh serangkaian pemboman JW Marriot Hotel di Bali,

Indonesia, yang menewaskan wisatawan terutama kebanyakan berasal dari Barat.

Teror ini terkait dengan kelompok Islam. Kejadian ini merupakan isu global yang

mempengaruhi kebijakan politik seluruh Negara-negara di dunia, sehingga

menjadi titik tolak persepsi untuk memerangi terorisme sebagai musuh

internasional. Aktivitas terorisme yang menewaskan banyak korban tersebut telah

mempersatukan dunia melawan terorisme internasional. Terlebih lagi dengan

diikuti terjadinya tragedi Bali tanggal 12 Oktober 2002 yang merupakan tindakan

teror menimbulkan korban sipil terbesar di dunia, yaitu menewaskan 184 orang

dan melukai lebih dari 300 orang.6

Perang terhadap terorisme yang dipimpin oleh Amerika, mula-mula

mendapat sambutan dari sekutunya di Eropa. Pemerintahan Tony Blair termasuk

yang pertama mengeluarkan Anti Terrorism, Crime and Security Act, Desember

2001, diikuti tindakan dari Negara-negara lain yang pada intinya adalah

melakukan perang atas tindak terorisme di dunia seperti Filipina dengan

mengeluarkan Anti Terrorism Bill.7

Negara-negara ASEAN menyadari perlunya meningkatkan konsolidasi,

kohesivitas dan efektifitas kerjasama. Dimana kerjasama-kerjasama dalam

6Indriyanto Seno Adji, Bali, “Terorisme dan HAM” dalam Terorisme: Tragedi Umat Manusia, (Jakarta: O.C. Kaligis & Associates, 2001), hal.51

7Hilmar Farid, “Perang Melawan Teroris”, http://www.elsam.or.id/txt/asasi/2002_

(7)

4 ASEAN tidak lagi hanya berfokus pada kerjasama-kerjasama ekonomi namun

harus juga didukung oleh kerjasama lainnya di bidang keamanan dan sosial

budaya. Agar tercipta keseimbangan tersebut, pembentukan akan pengembangan

ASEAN didasari dengan tiga pilar, yaitu Komunitas Politik Keamanan ASEAN

(ASEAN Political-Security Community), Komunitas Ekonomi ASEAN (ASEAN

Economic Community), Komunitas Sosial Budaya ASEAN (ASEAN

Socio-Cultural Community).8 Keseimbangan baru ini diperlukan mengingat banyak

masalah bilateral yang terus membayangi dan karena sensitivitasnya perlu di

dorong oleh rasa kekitaan dan keterbukaan (we feeling) agar urusan tidak menjadi

timbunan beban bersama.

Dalam perjalanannya, ada tiga macam konflik yang sering mempengaruhi

ASEAN, yakni: 1) perselisihan perbatasan atau teritorial, 2) perselisihan yang

mengancam stabilitas keamanan dan 3) perselisihan yang muncul sehubungan

dengan kebijakan pengelolaan.9 Namun belakangan ini pemasalahan keamanan di

kawasan Asia Tenggara lebih berat dengan munculnya serangkaian aksi serangan

teroris di berbagai negara anggota ASEAN. Berbeda dengan konflik yang sering

terjadi dimana saling melibatkan dua negara atau lebih, isu terorisme muncul

sebagai musuh baru bersama yang dapat mengancam setiap negara dan harus

ditanggulangi bersama.

Sebagai organisasi regional, ASEAN adalah wadah dalam menyelesaikan

permasalahan keamanan yang mengancam setiap anggotanya. Kalau sebelumnya

ASEAN menghadapi perselisihan dua negara atau lebih mengenai perbatasan atau

8Menunggu Implementasi Piagam ASEAN, http://harianberitasore.go.id diakses tanggal 14 Mei 2008

9Asvi Warman Adam, dkk, Konflik Teritorial di ASEAN, Jakarta : PPW-LIPI, 1992, hal.

(8)

5 teritorial, kini ASEAN menerima beban berat dengan munculnya masalah

primordialisme yang dapat menimbulkan masalah terorisme. Isu terorisme adalah

isu yang mengancam Negara-negara Asia Tenggara, meskipun lebih banyak

terjadi di Indonesia tetapi tetap saja turut melibatkan negara lain khususnya negara

tetangga di Asia Tenggara.

Teror memang bukan hal baru di Asia Tenggara, sebab ada beberapa

kelompok pemberontak yang kerap menggunakan kekerasan, seperti: Pattani

(Thailand), Jemaah Islamiyah (Indonesia, Malaysia dan Thailand) dan Moro

Islamic Liberation Front/MILF (Filipina Selatan) sehingga menyebarkan

ketakutan di masyarakat.10

Untuk mengantisipasi gerakan terorisme sebagai kejahatan lintas negara

maka setiap organisasi internasional, Negara-negara dalam hal ini Thailand, Laos,

Kamboja, Myanmar, Indonesia, Malaysia, Singapura dan Filipina menaruh

perhatian yang serius dalam hal penanganan isu terorisme tersebut. Berbagai

perjanjian dan kesepakatan pun tak urung dibuat dengan tujuan mengkounter isu

terorisme agar tidak berkembang menjadi ancaman yang nyata (real threatment),

baik bagi kepentingan nasional sebuah negara maupun kepentingan kelompok

organisasi dalam lingkup regional.

Dalam hal ini ASEAN sebagai sebuah organisasi regional yang fokus

terhadap permasalahan khususnya keamanan (security) juga menjadikan

permasalahan terorisme ini menjadi agenda dalam setiap kebijakan yang

dikeluarkan termasuk dalam ide Komunitas ASEAN 2015. Dalam ASEAN

Community khususnya dalam poin kerjasama ASEAN Security Community (ASC)

(9)

6 menempatkan permasalahan terorisme ini sebagai sebuah permasalahan bersama

yang harus segera diatasi.11

1.2Rumusan Masalah

Urgensi terciptanya keamanan regional mendapat porsi perhatian lebih

oleh Negara-negara ASEAN. Dalam merespon hal tersebut, Negara-negara

ASEAN berpegang teguh pada ASEAN Security Community (ASC). Munculnya

aktivitas teroris di Asia Tenggara baik terorisme yang mengatasnamakan agama,

politik maupun sosial budaya. Permasalahan keamanan di kawasan Asia Tenggara

lebih berat dengan munculnya serangkaian aksi serangan teroris di berbagai

negara anggota ASEAN. Berbeda dengan konflik yang sering terjadi dimana

saling melibatkan dua negara atau lebih, isu terorisme muncul sebagai musuh baru

bersama yang dapat mengancam setiap negara dan harus ditanggulangi bersama.

1.3Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan di

atas, maka penulis dapat mengajukan pertanyaan penelitian ini adalah sebagai

berikut: ”Bagaimana upaya yang dilakukan oleh ASEAN untuk mengatasi aksi

terorisme dalam kerangka ASEAN Security Community ?”

1.4Tujuan Penelitian

Tujuan diadakannya penelitian ini adalah:

1. Untuk lebih mengetahui bagaimana upaya yang dilakukan oleh ASEAN

untuk mengatasi aksi terorisme dalam kerangka ASEAN Security

Community.

(10)

7 2. Untuk lebih mengetahui bagaimana upaya yang dilakukan oleh ASEAN

sebagai organisasi regional Asia Tenggara dalam mengatasi tindakan dan

aksi terorisme.

1.5Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk:

1. Bagi Penulis penelitian ini sangat bermanfaat untuk melihat penerapan

konsep-konsep ilmu hubungan internasional dalam kehidupan praktis

dimasyarakat.

2. Secara akademis diharapkan bermanfaat bagi kalangan mahasiswa ilmu

hubungan internasional untuk dapat menjadi sumber rujukan bagi

pengembangan kegiatan ilmiah khususnya berkaitan dengan

pengembangan konsep dan tindakan teorisme dalam hubungan

internasional.

3. Membentuk pemahaman baru dalam lingkup hubungan internasional

khususnya di kawasan Asia Tenggara terkait masalah terorisme.

1.6Studi Pustaka

Penelitian terdahulu yang cukup relevan dengan penelitian ini adalah

penelitian yang dilakukan oleh Lubis (2011)12 yang berjudul ASEAN Community

2015 dan Keamanan Regional (Studi Kasus: Upaya ASEAN Dalam Mengatasi

Terorisme di Kawasan Asia Tenggara). Serangan terorisme yang diwarnai dengan

ledakan bom yang menewaskan banyak korban di beberapa kawasan Asia

12Lubis, Fuad Hasan.2011. ASEAN Community 2015 Dan Keamanan Regional (Studi

Referensi

Dokumen terkait

Dalam ayat ini, Ulul Albab dikategorikan sebagai sosok orang yang dapat mengambil pelajaran atas apapun yang diberikan Allah pada mereka yaitu berupa ilmu

Dalam penelitian-penelitian yang dilakukan oleh Subagyo (2014) dan Sudarsono (2015), Kompas dalam memberitakan peristiwa-peristiwa terorisme dan kekerasan bernuansa

Panitia Pengadaan Kantor Regional VIII Badan Kepegawaian Negara Tahun Anggaran 2017 akan melaksanakan Pelelangan Pemilihan Langsung dengan pascakualifikasi untuk paket

Apabila calon pemenang, calon pemenang cadangan 1 (satu) dan/atau calon pemenang cadangan 2 (dua) yang tidak hadir dalam pembuktian kualifikasi dengan alasan

Answer the question bellow with the correct answer(Jawablah pertanyaan di bawah dengan jawaban yang

Apabila calon pemenang, calon pemenang cadangan 1 (satu) dan/atau calon pemenang cadangan 2 (dua) yang tidak hadir dalam pembuktian kualifikasi dengan alasan

Apabila calon pemenang, calon pemenang cadangan 1 (satu) dan/atau calon pemenang cadangan 2 (dua) yang tidak hadir dalam pembuktian kualifikasi dengan alasan

Sehubungan dengan pqihat diatas kami mengundang BapaMbu untuk hadir dalam klarifikasi. dan Pembuktian Dokumen Penawaran yary akan dilaksanakan pada