• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PERTUMBUHAN ASET DAN PROFITABIL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH PERTUMBUHAN ASET DAN PROFITABIL"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PERTUMBUHAN ASET DAN PROFITABILITAS TERHADAP

LAPORAN KEBERLANJUTAN PERUSAHAAN TERBUKA

TAHUN 2006-2015

Oleh:

ESRA PERANGINANGIN 123141118

Magister Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Trisakti, Jakarta 2017

Abstract

The purpose of this research is to analyze the effects of assets growths, and profitability on Sustainability Report of open companies listed for period 2006-2015. The research method used is hypothesis. The data type is secondary data and the data collecting technique is obtained in the form of company’s annual reports at Indonesia Stock Exchange for period 2006-2015, by condition of these companies have reported sustainability report published by NCSR (National Center for Sustainability Reporting) Indonesia through its official site at www.ncsr-id.org. The data analysis technique is multiple regression method to test the effects of independent variables on dependent variable. The research results indicated that assets growths, ROA and ROE have positive and significant effects on company’s sustainability report. In this case, the higher level of assets growths, ROA and ROE, then sustainability reporting will be higher.

Keywords: Assets Growths, Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE) and Sustainability Report Disclosure Index (SRDI).

A. Pendahuluan

Menurut Susanto dan Tarigan (2013), konsep laporan keberlanjutan perusahaan telah muncul dari tuntutan masyarakat tentang peran perusahaan dalam masyarakat yang disebabkan karena terjadinya rangkaian tragedi lingkungan dan kemanusiaan di berbagai belahan dunia seperti Minamata (Jepang), Bhopal (India), Chernobyl (Uni Soviet), Shell (Nigeria) dan banjir lumpur Lapindo Brantas Inc di Indonesia. Oleh karena itu, laporan keberlanjutan perusahaan kian menjadi trend dan kebutuhan bagi perusahaan progresif untuk menginformasikan perihal kinerja ekonomi, sosial dan lingkungannya kepada seluruh stakeholder. Selain itu, sustainability disclosure telah berkembang dan menjadi salah satu hal yang penting bagi setiap organisasi, dimana laporan keberlanjutan perusahaan telah menjadi media bagi perusahaan untuk menginformasikan kinerja organisasi dalam aspek ekonomi, sosial dan lingkungannya kepada seluruh stakeholder (Tarigan dan Samuel, 2014).

Bagi perusahaan, laporan keberlanjutan perusahaan merupakan alat ukur pencapaian target kerja dalam isu Triple Bottom Line. Bagi investor, laporan keberlanjutan

perusahaan berfungsi sebagai alat kontrol atas capaian kinerja perusahaan sekaligus sebagai media pertimbangan investor dalam mengalokasikan sumberdaya finansialnya. Sementara bagi pemangku kepentingan lainnya (media, pemerintah, konsumen, akademis dan lain-lain) laporan keberlanjutan perusahaan menjadi tolak ukur untuk menilai kesungguhan komitmen perusahaan terhadap pembangunan berkelanjutan. Meskipun masih bersifat sukarela (voluntary disclosure, jumlah perusahaan yang mengungkapkan laporan keberlanjutan perusahaan meningkat dari waktu ke waktu, baik menjadi satu dalam laporan keuangannya maupun dilaporkan secara tersendiri sebagai laporan yang terpisah (Safitri, 2015).

(2)

tersebut secara terus menerus dan dalam jangka panjang dapat memberikan keuntungan jangka panjang bagi perusahaan. Temuan penelitian dari Wijayanti (2016), telah membuktikan bahwa laporan keberlanjutan perusahaan memiliki hubungan positif dan signifikan dengan profitabilitas perusahaan yang diproksikan dengan Return on Assets (ROA). Laporan keberlanjutan perusahaan sebagai praktik pengukuran, pengungkapan, dan upaya akuntabilitas dimanfaatkan perusahaan untuk mencapai pertumbuhan berkelanjutan, keberhasilan jangka panjang, dan mempertahankan kelangsungan hidup, sehingga kemampuan perusahaan untuk mengkomunikasikan kegiatan dan kinerjanya secara efektif melalui laporan keberlanjutan perusahaan dinilai sebagai bentuk akuntabilitas, reponsibilitas, dan transparansi perusahaan kepada stakeholders-nya yang dipercaya dapat meningkatkan nilai perusahaan.

Temuan penelitian lain dari Reddy dan Gordon (2010) telah menunjukkan bahwa laporan keberlanjutan perusahaaning yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan di Australia telah memiliki hubungan dengan abnormal return. Begitu pula dengan temuan penelitian dari Welter (2011) yang telah memberikan hasil penelitian yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara laporan keberlanjutan perusahaaning terhadap kinerja keuangan perusahaan yang diukur melalui rasio return on asset, nilai total aset, dan laba bersih. Bartlett (2012) dalam hasil penelitiannya menunjukkan bahwa aspek laporan keberlanjutan perusahaan lingkungan dan sosial berkorelasi positif dengan nilai pasar. Temuan-temuan penelitian ini telah menegaskan adanya hubungan erat antara laporan keberlanjutan perusahaan dengan faktor-faktor lainnya, baik laporan keberlanjutan perusahaan sebagai faktor yang mempengaruhi maupun sebagai faktor yang dipengaruhi oleh dan dari kinerja keuangan.

Laporan keberlanjutan perusahaaning per dimensi secara spesifik saat dihubungkan dengan kinerja keuangan perusahaan, temuan dari Natalia dan Tarigan (2014) telah menunjukkan hasil beragam. Temuan penelitiannya telah menunjukkan bahwa adanya pengaruh negatif signifikan untuk pengungkapan kinerja ekonomi dan hubungan positif tidak signifikan untuk kinerja lingkungan, serta pengaruh positif signifikan untuk kinerja sosial terhadap kinerja keuangan dari sisi profitability ratio. Penelitian yang dilakukan oleh Soelistyoningrum (2011) berkaitan dengan pengaruh sustainability disclosure terhadap kinerja keuangan perusahaan menunjukkan hasil bahwa sustainability disclosure memiliki pengaruh signifikan terhadap ROA dengan arah positif. Sementara penelitian oleh Burhan (2012) menyatakan bahwa hanya aspek kinerja sosial yang berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan.

Selain itu, penelitian dari Annisa dan Wiwin (2009) yang mengkaitkan antara laporan keberlanjutan perusahaan dan kinerja perusahaan menunjukkan hasil bahwa perusahaan-perusahaan yang mengungkapkan laporan berkelanjutan memiliki pengaruh terhadap kinerja perusahaan dilihat dari sisi profitabilitas. Aspek

yang digunakan dalam penelitian Annisa dan Wiwin (2009) adalah kinerja ekonomi, lingkungan, dan sosial. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dinyatakan bahwa hanya kinerja sosial saja yang berdampak terhadap kinerja perusahaan. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Sitepu (2009) yang berkaitan dengan laporan keberlanjutan perusahaan dan kinerja perusahaan dengan aspek ekonomi, lingkungan, dan sosial menunjukkan hasil bahwa kinerja ekonomi dan lingkungan memiliki pengaruh terhadap kinerja perusahaan, sedangkan kinerja sosial tidak memiliki pengaruh.

Temuan penelitian yang dilakukan oleh Safitri (2015) telah menunjukkan bahwa laporan keberlanjutan perusahaan memiliki hubungan positif dan signifikan dengan kinerja keuangan yang diproksikan dengan return on assets (ROA) dan current ratio dan berpengaruh positif terhadap kinerja pasar. Hal ini didasarkan pada teori legitimasi yang dapat memberikan mekanisme yang kuat untuk memahami pengungkapan sukarela untuk lingkungan dan sosial yang dilakukan oleh perusahaan, dan pemahaman ini yang nantinya akan mengarah ke debat public yang kritis, lebih jauh lagi teori legitimasi menunjukan kepada peneliti dan masyarakat luas jalan untuk lebih peka terhadap isi pengungkapan perusahaan. Temuan ini didukung oleh Sudaryono (2014), yang membuktikan bahwa kinerja suatu perusahaan akan berdampak pada aktivitas manajemen laba, dimana manajemen laba memiliki pengaruh signifikan terhadap keberlanjutan perusahaan melalui aktivitas laporan keberlanjutan perusahaan. Hasil-hasil penghitungan didasarkan pada proksi-proksi return on assets (ROA) dan return on equity (ROE).

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian latar belakangan masalah tersebut, maka perumusan masalah penelitian adalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh pertumbuhan aset terhadap laporan keberlanjutan perusahaan?

2. Apakah terdapat pengaruh profitabilitas yang diproksikan dengan Return on Assets (ROA) terhadap laporan keberlanjutan perusahaan?

3. Apakah terdapat pengaruh profitabilitas perusahaan yang diproksikan dengan Return on Equity (ROE) terhadap laporan keberlanjutan perusahaan?

C. Tinjauan Pustaka

1. Stakeholder Theory

(3)

lingkungan eksternal perusahaan yang secara positif maupun secara negatif mempengaruhi organisasi. Oleh karena keterkaitan antara perusahaan dengan stakeholder tersebut, maka perusahaan dituntut menunjukkan kepedulian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan. Menurut Barter (2011), terdapat dua prinsip utama dalam teori stakeholder yaitu perusahaan harus dikelola untuk memberikan manfaat bagi para stakeholder, konsumennya, supliernya, pemilik, pekerja dan masyarakat lokal. Dan kedua, harus menjaga hubungan baiknya untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan stakeholdernya.

Hubungan antara stakeholder theory dengan laporan kebrerlanjutan perusahaan adalah bahwa pengelolaan sumber daya yang digunakan oleh organisasi termasuk didalamnya yang bersumber dari berbagai sumber daya alam dan manusia harus dapat juga memiliki timbal balik kepada lingkungan sekitarnya baik kepada manusia-manusia atau pihak-pihak yang berada di lingkungan sekitarnya maupun alamnya. Kepentingan-kepentingan manusia di lingkungan sekitar perusahaan yang terganggu karena aktivitas perusahaan harus diperhatikan oleh perusahaan tidak hanya dampaknya saat ini tetapi dampaknya dalam jangka panjang. Selain itu, tidak hanya perusahaan harus mempertimbangkan kontribusi langsungnya terhadap masyarakat dan alam di lingkungan sekitarnya, tetapi kontribusi tidak langsungnya melalui pengembangan-pengembangan sumber daya manusia di sekitar lingkungannya seperti melalui pendidikan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang unggul dan dapat bersaing di masa depan.

Menurut Barter (2011) terdapat dua alasan penting mengapa tanggungjawab perusahaan sangat besar terhadap stakeholder di sekitarnya. Pertama, perusahaan harus dikelola didasarkan pada kepentingan suppliernya, pemiliknya, karyawannya dan masyarakat di sekitarnya. Hak-hak mereka harus dapat dijamin, dan selanjutnya, para stakeholder tersebut harus dapat berpartisipasi dalam beberapa pengertian dalam keputusan-keputusan yang secara substansial dapat mempengaruhi kesejahteraannya. Hubungan timbalik balik yang saling pengaruh-mempengaruhi ini harus seimbang dan dampak dari aktivitas-aktivitas operasional bisnis perusahaan harus dipertimbangkan dalam jangka panjang. Kedua, hubungan antara perusahaan dengan stakeholder harus dapat menjamin keberlangsungan perusahaan, dimana perusahaan harus dapat memperlakukan stakeholder sebagai agen yang dapat berperan penting dalam keberhasilan perusahaan. Disisi lain stakeholder dapat memperlakukan perusahaan sebagai agen yang dapat menyelamatkan dan mensejahterakan stakeholder dalam jangka panjang.

Berdasarkan keterkaitan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa faktor mempengaruhi dan dipengaruhi diantara stakeholder dengan perusahaan memunculkan kesadaran untuk saling memahami satu sama lain. Laporan keberlanjutan perusahaaning adalah salah satu bentuk nyata dari pemeliharaan hubungan diantara stakeholder dengan perusahaan.

2. Social Contract Theory

Social contract dibangun dan dikembangkan, salah satunya untuk menjelaskan hubungan antara perusahaan terhadap masyarakat (society). Di sini, perusahaan atau organisasi memiliki kewajiban pada masyarakat untuk memberi manfaat bagi masyarakat. Interaksi perusahaan dengan masyarakat akan selalu berusaha untuk memenuhi dan mematuhi aturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat, sehingga kegiatan perusahaan dapat dipandang legitimate. Dalam perspektif manajemen kontemporer, teori kontrak sosial menjelaskan hak kebebasan individu dan kelompok, termasuk masyarakat yang dibentuk berdasarkan kesepakatan-kesepakatan yang saling menguntungkan (Berdufi dan Dushi, 2015). Dengan kata lain, konsep kontrak sosial untuk menjamin kelangsungan hidup dan kebutuhan masyarakat yang didasarkan pada hasil akhir (output) yang secara sosial dapat diberikan kepada masyarakat luas dan distribusi manfaat ekonomis, sosial sesuai dengan kekuatan yang dimiliki.

Hubungan antara teori kontrak sosial dengan sustainability didasarkan pada hubungan yang bersifat “saling terkait” sebagai satu kesatuan, dimana perusahaan bukan entitas terpisah dari suatu komunitas melalui bagian dari komunitas itu sendiri. Sebagai bagian dari masyarakat, sehingga perusahaan memiliki kedudukan yang sama dengan masyarakat lain, dimana saat aktivitas bisnisnya dioperasikan pertimbangan-pertimbangan atas hak-hak warga masyarakat lain harus diperhatikan. Oleh karena keberadaannya saling terkait dan saling pengaruh-mempengaruhi dengan masyarakat, maka kontribusi sosial merupakan suatu keharusan dan harus berada dalam suatu perjanjian baik secara lisan maupun tulisan yang sifatnya mengikat sebagai sebuah kontrak sosial. Seperti yang ditegaskan oleh Ketschau (2015), bahwa kontrak sosial merupakan bentuk keharusan terkait dengan keadilan sosial, keadilan ekonomi dan keberlangsungan sosial, dimana saat suatu perusahaan terus mengekplorasi dan mengekploitasi berbagai sumber daya dalam suatu komunitas dimana perusahaan tersebut beroperasi, maka pertimbangan-pertimbangan keadilan bagi semua pihak di dalamnya harus menjadi landasan kontrak bagi kedua belah pihak diantara perusahaan dengan komunitas.

Selain itu, kaitan antara teori kontrak sosial dengan sustainability juga didasarkan pada pernyataan Ketschau (2015) yang menegaskan bahwa ide keadilan lintas generasi juga harus menjadi landasan kontrak sosial yang berarti bahwa setiap generasi harus dapat memberikan solusi atas dampak perusahaan bagi generasi di masa depan. Dengan kata lain, bahwa generasi bertanggungjawab tidak hanya untuk generasinya saat ini tetapi untuk mengantisipasi dampak-dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh suatu perusahaan bagi generasi di masa depan. Oleh karena itu, keadilan ekonomi juga harus berkaitan dengan keadilan sosial tidak hanya saat ini tapi mencakup aspek keadilan yang harus diperoleh oleh generasi di masa depan.

(4)

3. Laporan Keberlanjutan

Menurut Amoaka, Lord dan Dixon (2017), literatur akuntansi menunjukkan perkembangan signifikan terkait dengan ruang lingkup laporan keberlanjutan perusahaan yang terus berkembang dan mendapat perhatian luas dari para akademisi yang kemudian mempengaruhi bentuk-bentuk dan konten-kontennya. Sehingga, laporan keberlanjutan perusahaaning telah menjadi praktek-praktek yang melandasi bisnis-bisnis yang pada umumnya dijalankan secara global. Menurut Abeydeera, Regidga dan Kearins, (2016), melalui laporan keberlanjutan perusahaaning, perusahaan-perusahaan melaporkan kinerja-kinerja ekonomi, lingkungan dan sosialnya yang merupakan alat potensial untuk menggambarkan citra perusahaan dan nilai-nilainya.

Menurut Schaltegger (2012), berdasarkan literatur yang terus berkembang, sikap-sikap dan pendekatan-pendekatan kearah laporan keberlanjutan perusahaaning dimasukkan kedalam lingkungan-lingkungan bisnis yang dipersepsikan dan kemudian mengatur dan menjajarkan laporan keberlanjutan perusahaaning and accounting ke dalam perusahaan. Hal ini karena seperti yang Ferri (2016) jelaskan bahwa menurut teori institusional, organisasi-organisasi mengadopsi perilaku-perilaku yang sama dari waktu ke waktu yang dikendalikan oleh berbagai tekanan lingkungan sekitar organisasi beroperasi. Lingkungan eksternal organisasi tersebut mempengaruhi prinsip-prinsip, nilai-nilai dan cara-cara kerja organisasi dalam rangka mengadopsi nilai-nilai lingkungan sosial sekitar organisasi.

Dengan demikian, sustainable development merupakan sebuah konsep yang luas yang menyeimbangkan tuntutan pertumbuhan ekonomi dengan perlindungan lingkungan kesetaraan sosial. Konsep ini menegaskan bahwa manusia secara global harus menjamin pola konsumsi generasi agar tidak berdampak negatif terhadap kualitas hidup generasi manusia di masa depan (Daizy dan Daz, 2014). Peranan laporan keberlanjutan perusahaaning adalah didasarkan pada praktek kemampuan perusahaan untuk mengukur, mengungkap dan bertanggungjawab terhadap stakeholder atas kinerja pengembangan sustainable-nya (Stanwick dan Stanwick, 2013).

Menurut Stanwick dan Stanwick (2013), laporan keberlanjutan perusahaan dapat digunakan untuk berbagai aplikasi untuk mengkomunikasikan komitmen sustainability kepada stakeholder. Aplikasi-aplikasi tersebut termasuk penggunaan tujuan-tujuan benchmarking dan tujuan-tujuan organisasional terkait dengan tindakan-tindakan sustainability, interaksi organisasi dengan stakeholder terluarnya dan perbandingan luas industry dari komitmen sustainability dengan perusahaan lain. Laporan keberlanjutan perusahaan juga digunakan oleh institusi pemerintah misalnya dari pihak kementerian lingkungan untuk membuat penilaian atas kinerja perusahaan terhadap lingkungan dalam setiap pelaporan organisasi. Seperti halnya di Indonesia, peraturan dalam pengungkapan CSR dapat ditemukan dalam aturan yang dikeluarkan oleh Bapepam dan Undang-undang nomor 40/2007

tentang Perseroan Terbatas. Pengungkapan laporan keberlanjutan dalam aturan yang telah ditetapkan berupa laporan yang berdiri sendiri, meskipun masih banyaknya pengimplementasian CSR yang diungkapkan bersamaan dengan laporan tahunan suatu perusahaan (Susanto dan Tarigan, 2013).

Laporan keberlanjutan perusahaaning menurut GRI merupakan praktek pengukuran, pengungkapan dan upaya akuntabilitas dari kinerja organisasi dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan kepada para pemangku kepentingan baik internal maupun eksternal. Laporan keberlanjutan perusahaaning merupakan sebuah istilah umum yang dianggap sinonim dengan istilah lainnya untuk menggambarkan laporan mengenai dampak ekonomi, lingkungan dan sosial. Laporan keberlanjutan (laporan keberlanjutan perusahaan) merupakan praktik pengukuran penjelasan, dan menjadikan akuntabel terhadap kinerja organisasi sambil bekerja menuju tujuan pembangunan keberlanjutan (sustainable development). Sebuah laporan berkelanjutan memberikan gambaran yang seimbang dan wajar terhadap kinerja berkelanjutan dari organisasi pelapor, termasuk kontribusi positif dan negatif (Chindavijak, Phusavat dan Kess, 2015).

Sustainability disclosure menurut GRI-G3 (2017) terdiri dari:

1. Ekonomi

Kondisi ekonomi dan dampak yang dihasilkan oleh perusahaan baik di tingkat lokal hingga global yang meliputi penciptaan dan pendistribusian nilai ekonomi, kehadiran di pasar serta dampak ekonomi secara tak langsung.

2. Lingkungan

Dampak yang dihasilkan oleh perusahaan terhadap makhluk di bumi, lingkungan serta ekosistem alam meliputi bahan yang digunakan, energi dan konsumsinya, pembuangan, emisi, pelepasan limbah, produk dan jasa, kepatuhan, transport, dan penilaian aspek-aspek itu secara keseluruhan.

3. Hak Asasi Manusia

Perusahaan harus selalu memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya dengan memperhatikan asas kesetaraan yang meliputi praktek investasi dan pengadaan, praktek manajemen, penerapan prinsip non diskriminasi, kebebasan untuk mengikuti perkumpulan, tenaga kerja anak, pemaksaan untuk bekerja, praktek pendisiplinan, praktek pengamanan, dan hak-hak masyarakat adat.

4. Masyarakat

(5)

5. Tanggung jawab produk

Pelaporan produk yang dihasilkan oleh perusahaan dan layanan yang diberikan kepada konsumen yaitu mencakup beberapa aspek seperti kesehatan dan keselamatan dari pengguna produk dan pelanggan pada umumnya, produk dan jasa, komunikasi untuk pemasaran, serta customer privacy.

6. Tenaga kerja dan pekerjaan layak

Mengenai kegiatan sosial yang dilakukan oleh perusahaan yang meliputi lapangan pekerjaan, kondisi pekerja (jumlah, komposisi gender, pekerja purna waktu dan paruh waktu), relasi buruh dengan manajemen, keselamatan dan kesehatan kerja, pelatihan, pendidikan, pengembangan karyawan, serta keberagaman dan peluang.

4. Pertumbuhan Aset

Menurut Aryani, Tandika dan Azib (2015), aset merupakan aktiva yang digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan yang diharapkan, yang mencerminkan semakin besar hasil operasional perusahaan yang dihasilkan perusahaan. Peningkatan aset yang diikuti peningkatan hasil operasi akan semakin menambah kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan. Dengan meningkatnya kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan maka proporsi hutang semakin lebih besar daripada modal sendiri. Hal ini karena keyakinan kreditor atas dana yang ditanamkan ke dalam perusahaan dijamin oleh besarnya aset perusahaan.

Pertumbuhan aset menurut Mulviawan (2013) didefinisikan sebagai perubahan tahunan dari total aktiva. Bagi perusahaan, kesempatan untuk bertumbuh atau melakukan investasi akan meningkatkan kebutuhan akan dana. Ini berarti, disamping dana internal yang tersedia diperlukan juga tambahan dana yang berasal dari luar persahaan termasuk utang (Hendri Setyawan dan Sutapa dalam Mulviawan, 2013). Menurut Mulviawan (2013), perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi akan bergantung pada dana dari luar perusahaan dikarenakan dana dari dalam perusahaan tidak mencukupi untuk mendukung tingkat pertumbuhan yang tinggi. Dengan demikian perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi akan lebih banyak menggunakan utang sebagai sumber pendanaannya daripada perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah.

Terdapat beberapa istilah-istilah lain mengenai pertumbuhan aset yaitu pertumbuhan penjualan atau pertumbuhan perusahaan. Pertumbuhan aset dikaitkan dengan pertumbuhan penjualan karena bertumbuhnya aset perusahaan dapat diartikan dengan meningkatnya aset karena semakin tingginya tingkat-tingkat penjualan. Hal ini seperti diungkapkan oleh Barton et al., dalam Deitiana (2011), bahwa pertumbuhan penjualan dapat mencerminkan manifestasi keberhasilan investasi periode masa lalu dan dapat dijadikan sebagai prediksi pertumbuhan masa yang akan datang. Pertumbuhan penjualan juga merupakan indikator permintaan dan

daya saing perusahaan dalam suatu industri. Laju pertumbuhan suatu perusahaan akan mempengaruhi kemampuan mempertahankan keuntungan dalam mendanai kesempatan-kesempatan pada masa yang akan datang.

Sedangkan pertumbuhan aset dapat diistilahkan dengan istilah pertumbuhan perusahaan, seperti yang dikemukakan oleh Indrawati dan Suhendro dalam Deitiana (2011), bahwa pertumbuhan perusahaan adalah perubahan total penjualan perusahaan, dimana kondisi tersebut akan dapat menimbulkan konsekwensi pada peningkatan investasi atas aktiva perusahaan dan akhirnya meningkatnya kebutuhan dan ketersediaan dana untuk membeli aktiva atau aset. Dengan kata lain, pertumbuhan perusahaan dapat menimbulkan konsekwensi pada keputusan investasi dan pembiayaan serta meningkatnya angka pertumbuhan, meningkatnya jumlah produk atau jasa yang dijual kepada konsumen. Pertumbuhan aset yang dapat dikaitkan dengan pertumbuhan perusahaan ditegaskan juga oleh Ratnawati dalam Deitiana (2011), bahwa pertumbuhan perusahaan yang berkelanjutan adalah tingkat dimana penjualan perusahaan dapat tumbuh tergantung pada bagaimana dukungan aset, karena pertumbuhan perusahaan juga mencerminkan pertumbuhan aset atau dengan kesempatan investasi yang diproksikan dengan berbagai macam kombinasi nilai dan kesempatan investasi. Oleh karena itu, pertumbuhan aset tersebut merupakan komponen penting untuk menilai prospek perusahaan pada masa yang akan datang.

5. Profitabilitas

Menurut Bourgeous et al., (2014) profitabilitas dapat didefinisikan sebagai kemampuan memperoleh laba dan merupakan suatu ukuran yang dipresentasikan dalam bentuk presentase untuk menilai sejauhmana perusahaan mampu menghasilkan laba pada tingkat yang dapat diterima. Secara spesifik, Menicucci dan Paolucci (2016) menjelaskan bahwa profitabilitas merujuk kepada kemampuan organisasi bisnis dalam memelihara labanya setiap tahun, baik melalui perbandingan dengan laba pada tahun sebelumnya, perkembangan laba dari waktu ke waktu dan produktivitas perusahaan yang digunakan baik dari modal pinjaman maupun dari modal sendiri.

(6)

Menurut Sujoko dan Soebiantoro dalam Deitiana (2011), profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba atau profit selama satu tahun. Gitman (2009) menyatakan rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan profit dari suatu tingkat tertentu atas penjualan, aset, dan modal. Profitabilitas juga merupakan faktor yang mempengaruhi struktur modal. Perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan hutang yang kecil. Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan (Heriyani, 2011). Sunarwi (2009) mengemukakan bahwa pada umumnya perusahaan lebih menyukai pendapatan yang mereka terima digunakan sebagai sumber utama dalam pembiayaan untuk investasi. Apabila sumber dari dalam perusahaan tidak mencukupi maka alternatif lain yang digunakan adalah dengan menggunakan hutang baru kemudian mengeluarkan saham baru sebagai alternatif terakhir untuk pembiayaan.

Terdapat keterkaiatan antara profitabilitas dengan stock return perusahaan. Hal ini karena laba adalah indikator utama yang menunjukkan usaha dan kinerja perusahaan sehingga akan memberikan sinyal kepada investor mengenai return saham perusahaan (Marpaung dan Hadianto dalam Raningsih dan Putra, 2015). Terdapat beberapa temuan sebelumnya yang menunjukkan adanya keterkaitan antara profitabilitas dengan stock return perusahaan. Beberapa pengukuran profitabilitas juga beragam dari satu temuan penelitian ke temuan penelitian lainnya. Salah satunya adalah temuan penelitian dari Palupi (2015) yang telah menguji pengaruh profitabilitas yang diukur dari tingkat variabilitas laba terhadap stock return perusahaan. Temuan penelitiannya telah menunjukkan bahwa tingkat laba yang diperoleh perusahaan melalui variabilitas laba mempengaruhi stock return perusahaan.

Menurut Ginting (2012) rasio profitabilitas (profitability ratio) merupakan rasio yang memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen. Pengukuran rasio

profitabilitas dapatdiproksikan melalui Return on Asset, Return on Equity, dan Net Profit Margin. Return On Assets (ROA) adalah rasio profitabilitas yang menghubungkan laba dengan aset perusahaan. Jika ROA suatu perusahaan tinggi maka dapat dikatakan bahwa perusahaan beroperasi secara efektif dan ini akan meningkatkan daya tarik investor. Meningkatnya daya tarik investor akan berdampak pula pada kenaikan harga saham dan meningkatkan return saham perusahaan. Penelitian yang dilakukan Suhairy dalam Ginting (2012) menemukan bahwa variabel fundamental Return On Asset (ROA) berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. Dari hasil penelitian tersebut mengindikasikan bahwa para investor mulai beralih dari deviden oriented ke capital gain oriented.

Return On Equity (ROE) merupakan salah satu rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh profit berdasarkan modal. Semakin besar rasio ini maka semakin besar kenaikan laba bersih perusahaan yang bersangkutan, selanjutnya akan menaikkan harga saham perusahaan dan semakin besar pula deviden yang diterima investor. ROE merupakan indikator yang amat penting bagi para pemegang saham dan calon investor untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba bersih yang dikaitkan dengan pembayaran deviden.

Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (profit) yang dibandingkan dengan penjualan bersih yang diukur melalui Net Profit Margin. Perusahaan yang memiliki profitabilitas yang tinggi diharapkan dapat menjaga kelangsungan hidup perusahaan (going concern). Hidayat dalam Ginting (2012) menemukan bahwa Net Profit Margin ( NPM) berpengaruh positif terhadap return saham. Dari sudut rasio profitabilitas, investor akan tertarik pada perusahaan yang memiliki rasio NPM tinggi, karena perusahaan yang memiliki rasio NPM tinggi mampu menghasilkan keuntungan yang lebih besar.

Gambar 1: Kerangka Pemikiran

Variabel Independen Variabel Dependen

Pertumbuhan aset

Profitabilitas

Kinerja Perusahaan

Sustainability SDRI H1

H2

(7)

D. Hipotesis Penelitian

Merujuk kepada stakeholder theory, maka keterkaitan antara pertumbuhan aset dengan laporan keberlanjutan perusahaan bahwa pengelolaan sumber daya yang digunakan oleh organisasi termasuk didalamnya yang bersumber dari berbagai sumber daya alam dan manusia harus dapat juga memiliki timbal balik kepada lingkungan sekitarnya baik kepada manusia-manusia atau pihak-pihak yang berada di lingkungan sekitarnya maupun alamnya. Kepentingan-kepentingan manusia di lingkungan sekitar perusahaan yang terganggu karena aktivitas perusahaan harus diperhatikan oleh perusahaan tidak hanya dampaknya saat ini tetapi dampaknya dalam jangka panjang. Selain itu, tidak hanya perusahaan harus mempertimbangkan kontribusi langsungnya terhadap masyarakat dan alam di lingkungan sekitarnya, tetapi kontribusi tidak langsungnya melalui pengembangan-pengembangan sumber daya manusia di sekitar lingkungannya seperti melalui pendidikan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang unggul dan dapat bersaing di masa depan.Kasbun, Teh dan Ong (2016: 78), bahwa laporan keberlanjutan perusahaan sangat erat kaitannya dengan dimensi operasional bisnis inti perusahaan, sehingga pendekatan untuk mengintegrasikan bisnis dengan lingkungan sosialnya harus selaras. Dengan demikian, keterkaitan antara pertumbuhan aset dengan aktivitas laporan keberlanjutan perusahaan memiliki hubungan positif dan signifikan.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis pertama yang diusulkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H1: Pertumbuhan aset berpengaruh positif terhadap sustainability perusahaan.

Menurut Sujoko dan Soebiantoro dalam Deitiana (2011), profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba atau profit selama satu tahun. Gitman (2009) menyatakan rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan profit dari suatu tingkat tertentu atas penjualan, aset, dan modal. Menurut Van Horne dan Wachowic dalam Ginting (2012) rasio profitabilitas (profitability ratio) merupakan rasio yang memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen. Pengukuran rasio profitabilitas dapat diproksikan salah satunya adalah melalui Return on Asset (ROA). Return On Assets (ROA) adalah rasio profitabilitas yang menghubungkan laba dengan aset perusahaan. Jika ROA suatu perusahaan tinggi maka dapat dikatakan bahwa perusahaan beroperasi secara efektif dan ini akan meningkatkan daya tarik investor. Meningkatnya daya tarik investor akan berdampak pula pada kenaikan harga saham dan meningkatkan return saham perusahaan.

Keterkaitan antara profitabilitas, menurut Bartlett (2012) kepedulian tinggi dari perusahaan terhadap lingkungan dan para stakeholder lain perusahaan dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan, yaitu semakin tingginya nilai profitabilitas perusahaan. Kemampuan perusahaan untuk memperoleh return

tinggi dapat saling pengaruh-mempengaruhi oleh respon terhadap kepuasan pelanggan, dimana semakin tinggi tingkat kepuasan masyarakat atas produk yang dihasilkan dan dijual oleh perusahaan, maka return atas aset perusahaan semakin tinggi. Konsekwensinya perusahaan terus memelihara hubungan baik dengan pelanggan tersebut dengan meningkatkan aktivitas-aktivitas sosialnya melalui sustainability dan melaporkannya dalam laporan keberlanjutan perusahaan agar perusahaan terus menunjukkan eksistensinya di masyarakat dan produknya terus dibeli dan dikonsumsi masyarakat.

Menurut Nugroho dan Arjowo (2014), terpeliharanya hubungan jangka panjang perusahaan-pelanggan melalui sustainability disclosure ini dapat meningkatkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan produk dengan tingkat efisiensi tinggi dan kemudahan akses atas sumber daya-sumber daya yang disediakan masyarakat, yang kemudian mendorong kepedulian tinggi dari perusahaan untuk menunjukkan kepedulian perusahaan terhadap masyarakat.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis kedua yang diusulkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H2: Profitabilitas yang diproksikan dengan Return on Assets (ROA) berpengaruh positif terhadap sustainability perusahaan.

Keterkaitan antara ROE dengan laporan keberlanjutan perusahaan didasarkan pada daya tarik investor untuk menanamkan investasinya pada perusahaan dengan melihat pada laporan keuangan perusahaan, dimana investor tidak hanya melihat pada kinerja-kinerja keuangan saja yang dilaporkan tetapi juga pada kinerja perusahaan terkait dengan kepedulian lingkungan sosialnya yang dapat mempengaruhi keberlangsungan suatu perusahaan dalam suatu masyarakat. Salah satunya adalah investor melihat bagaimana perusahaan dapat memenuhi harapan-harapan dan tuntutan stakeholder atas peran perusahaan dalam masyarakat (Susanto dan Tarigan, 2013). Ditegaskan oleh Safitri (2015), bahwa Pemegang saham menginginkan agar investasi yang ditanamkannya berkembang, pemerintah berkeinginan agar perusahaan mengikuti aturan yang telah ditetapkan, masyarakat umum menginginkan perusahaan mampu memberikan kesejahteraan bagi masyarakat di sekitarnya, dan mampu melakukan proses produksi yang ramah lingkungan. Sehingga semakin tinggi ROE, maka tingkat sustainability yang dilaporkan juga akan semakin tinggi. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis ketiga yang diusulkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(8)

E. Metode Penelitian 1. Jenis/Desain Penelitian

Penelitian ini didesain dengan tujuan untuk menjelaskan pengaruh variabel independen atau variabel yang mempengaruhi yaitu Pertumbuhan aset, ROA dan ROE terhadap variabel dependen yaitu laporan keberlanjutan perusahaan dengan menggunakan persamaan-persamaan matematis atau langkah-langkah statistik.

2. Populasi & Sampel Penelitian

Unit Analisis dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang melaporkan laporan keberlanjutan perusahaan. Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode nonprobability sampling dengan jenis metode purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kriteria-kriteria tertentu (Sugiyono, 2012). Metode purposive sampling pada penelitian ini dilaksanakan dengan memasukkan semua perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang dibatasi dengan kriteria-kriteria sebagai berikut:

1. Perusahaan-perusahan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2006 hingga tahun 2015. 2. Perusahaan-perusahaan yang mempublikasikan

Laporan Keuangan Tahunan secara berturut-turut lengkap selama periode 2006 – 2015.

3. Perusahaan-perusahaan yang menghasilkan Laba selama periode 2006 – 2015.

4. Perusahaan-perusahaan yang membuat laporan sustainability setiap tahun selama periode 2006-2015.

3. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dalam Laporan Keuangan Perusahaan pertambangan yang diterbitkan dalam situs resmi BEI yaitu www.idx.co.id dan untuk data laporan keberlanjutan perusahaan diperoleh dari situs

www.sra.ncsr.id.org. Data yang digunakan selama sepuluh tahun yaitu dari tahun 2006-2015.

4. Metode Analisis Data

Teknik pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi berganda. Regresi dalam statistika adalah salah satu metode untuk menentukan hubungan sebab akibat antara satu variabel (independent variabel) dengan variabel terikat (dependent variabel). Analisis regresi sendiri memiliki pengertian teknik statistika yang berguna untuk menilai pengaruh pertumbuhan aset, ROA dan ROE terhadap laporan keberlanjutan perusahaan.

Tahap-tahap dalam teknik analisa data melalui uji analisis regresi berganda adalah sebagai berikut:

a) Uji t

Uji t dilakukan untuk menguji koefisien regresi dengan melihat signifikansi dari pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dengan mengasumsikan variabel lain adalah konstan. Dasar pengambilan keputusannya:

Jika signifikansi > alpha 0.05, Ho diterima

Jika signifikansi < alpha 0.05, Ho ditolak

b) Uji F

Uji F adalah pengujian secara simultan antara variabel independen terhadap variabel dependen. Dasar Pengambilan keputusan:

Jika p-value < alpha 0,05 maka Ho ditolak Jika p-value > alpha 0,05 maka Ho diterima c) Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2) yaitu proporsi dari variasi perubahan total variabel dependen yang mampu dijelaskan oleh variasi perubahan variabel independen. Koefisien determinasi (R2) berguna untuk mengetahui besarnya presentase dari model persamaan yang digunakan dalam penelitian ini apakah telah mampu menjelaskan informasi dengan cara menghitung besarnya pengaruh langsung tiap-tiap variabel independen terhadap variabel dependen.

Tabel 1

Hasil Uji Hipotesis Simultan (Uji F)

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression .009 3 .003 2.709 .047a

Residual 2.631 366 .007

Total 2.640 369

a. Predictors: (Constant), RETURN_ON_EQUITY, ASSET_GROWTH, RETURN_ON_ASSETS

(9)

Tabel 2

Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2)

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .058a .020 .015 .08479

a. Predictors: (Constant), RETURN_ON_EQUITY, ASSET_GROWTH, RETURN_ON_ASSETS

b. Dependent Variable: SRDI

Tabel 3

Hasil Uji Hipotesis Parsial (Uji t)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) .952 .006 167.354 .000

ASSETS_GROWTH 3.014 .018 .041 3.783 .034

ROA 2.029 .052 .037 2.564 .003

ROE 3.004 .036 .007 3.106 .016

a. Dependent Variable: SRDI

F. Hasil Penelitian

Berdasarkan pada tabel 4.6. di atas dapat diketahui bahwa Fhitung = 2,709 dan Ftabel = 2,640 sehingga Fhitung lebih besar dari Ftabel dan nilai signifikan adalah 0,047 lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan secara simultan pertumbuhan aset, Return on Assets (ROA) dan Return on Equity (ROE) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap sustainability perusahaan..

Berdasarkan pada Tabel 4.5 terlihat bahwa dari hasil perhitungan determinasi diperoleh nilai koefisien determinasi (Adjusted R2) sebesar 0,15. Hal ini mengartikan bahwa besarnya prosentase variasi sustainability (Y) dapat dijelaskan oleh ketiga variabel bebas yaitu Pertumbuhan aset (X1), Return on Assets (ROA) (X2) dan Return on Equity (ROE) (X3) adalah sebesar 15%, sedangkan sisanya sebesar (100%-15% = 85%) dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini.

Berdasarkan pada tabel 3 uji hipotesis parsial dapat dijelaskan bahwa persamaan regresi dapat dihasilkan sebagai berikut:

Y = 0,952 + 3,014 Pertumbuhan aset + 2,029 Return on Assets (ROA) + 0,004 Return on Equity (ROE)

Nilai konstanta sebesar 0,952 yang artinya apabila semua variabel bebas memiliki nilai nol, maka nilai variabel terikat sebesar 0,952. Variabel terikat pada penelitian ini adalah sustainability perusahaan.

Hipotesis 1

Hipotesa pertama menguji apakah terdapat pengaruh positif pertumbuhan aset terhadap sustainability perusahaan. Berdasarkan hasil pengujian secara parsial melalui bantuan program SPSS, tabel 4.7 telah menunjukkan bahwa nilai variabel pertumbuhan aset

sebesar 3,014 dengan nilai positif. Artinya bahwa setiap kenaikan nilai pertumbuhan aset satu satuan, maka nilai sustainability perusahaan naik sebesar 3,014 dengan asumsi nilai variabel bebas lainnya tetap. Secara parsial variabel pertumbuhan aset memiliki nilai t hitung sebesar 3,783 dan nilai t tabel sebesar 1,972, berarti t hitung lebih besar dari t tabel. Tingkat signifikansi 0,034 lebih kecil dari 0,05 yang menunjukkan bahwa Ho1 ditolak dan Ha1 diterima yang berarti bahwa variabel pertumbuhan aset berpengaruh positif terhadap variabel sustainability perusahaan. Temuan statistik ini membuktikan bahwa semakin tinggi tingkat pertumbuhan aset perusahaan, maka aktivitas sustainability yang dilaporkan perusahaan menjadi semakin tinggi dan begitupun sebaliknya, semakin rendah tingkat pertumbuhan aset suatu perusahaan, maka aktivitas sustainability yang dilaporkan perusahaan menjadi semakin rendah.

Hipotesis 2

(10)

membuktikan bahwa semakin tinggi tingkat pengembalian atas aset perusahaan yang dikelola dan diinvestasikan, maka aktivitas sustainability yang dilaporkan perusahaan menjadi semakin tinggi dan begitupun sebaliknya, semakin rendah tingkat pengembalian atas aset yang perusahaan investasikan, maka aktivitas sustainability yang dilaporkan perusahaan menjadi semakin rendah.

Hipotesis 3

Hipotesa ketiga menguji apakah terdapat pengaruh positif Return on Equity (ROE) terhadap sustainability perusahaan. Berdasarkan hasil pengujian secara parsial melalui bantuan program SPSS, tabel 4.7 telah menunjukkan bahwa nilai variabel Return on Equity (ROE) sebesar 3,004 dengan nilai positif. Artinya bahwa setiap kenaikan nilai ROE satu satuan, maka nilai aktivitas sustainability naik sebesar 3,004 dengan asumsi nilai variabel bebas lainnya tetap. Secara parsial variabel ROE memiliki nilai t hitung sebesar 3,106 dan nilai t tabel sebesar 1,972, berarti t hitung lebih besar dari t tabel. Tingkat signifikansi 0,016 lebih kecil dari 0,05 yang menunjukkan bahwa Ho3 ditolak dan Ha3 diterima yang berarti bahwa variabel Return on Equity (ROE) berpengaruh positif terhadap variabel sustainability perusahaan. Temuan statistik ini membuktikan bahwa semakin tinggi tingkat pengembalian atas ekuitas yang investor tanamkan pada suatu perusahaan, maka aktivitas sustainability yang dilaporkan perusahaan menjadi semakin tinggi dan begitupun sebaliknya, semakin rendah tingkat pengembalian atas ekuitas yang investor tanamkan pada suatu perusahaan, maka aktivitas sustainability yang dilaporkan perusahaan menjadi semakin rendah.

G. Pembahasan

Hipotesis pertama telah menunjukkan bahwa pertumbuhan aset berpengaruh positif dan signifikan terhadap sustainability perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pertumbuhan aset perusahaan, maka aktivitas sustainability yang dilaporkan perusahaan menjadi semakin tinggi dan begitupun sebaliknya, semakin rendah tingkat pertumbuhan aset suatu perusahaan, maka aktivitas sustainability yang dilaporkan perusahaan menjadi semakin rendah. Pada saat perusahaan melakukan upaya-upaya ekpansi untuk mengoptimalkan kekayaan pemegang saham dan perluasan pasar dan sumber daya, maka perusahaan berusaha melakukan pendekatan melalui aktivitas sustainability, dimana aktivitas sustainability tersebut sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satu faktornya adalah pertumbuhan aset, dimana semakin tinggi tingkat pertumbuhan aset, semakin besar peluang perusahaan untuk melakukan aktivitas sustainability tersebut. Seperti yang dijelaskan oleh Laan (2009), melalui teori legitimasi (Legitimacy Theory), bahwa perusahaan didorong atau dimotivasi oleh keinginannya untuk mendapatkan pengesahan dan penerimaan dari masyarakat. Penerimaan yang baik dari masyarakat memudahkan perusahaan melakukan

ekpansi dan memperoleh semaksimal mungkin sumber daya yang ada yang digunakan untuk meningkatkan tingkat profitabilitas perusahaan. Sehingga tingkat pertumbuhan aset yang ada dianggarkan perusahaan untuk tujuan-tujuan sosial tersebut demi keuntungan perusahaan di masa depan. Dengan demikian, seperti temuan yang ditunjukkan dalam penelitian ini bahwa pertumbuhan aset berpengaruh positif dan signifikan terhadap sustainability perusahaan. Semakin tinggi pertumbuhan aset, maka semakin tinggi pula peluang perusahaan untuk menunjukan aktivitas sustainability disclosure.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa Return on Assets (ROA) berpengaruh positif dan signifikan terhadap sustainability perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pengembalian atas aset perusahaan yang dikelola dan diinvestasikan, maka aktivitas sustainability yang dilaporkan perusahaan menjadi semakin tinggi dan begitupun sebaliknya, semakin rendah tingkat pengembalian atas aset yang perusahaan investasikan, maka aktivitas sustainability yang dilaporkan perusahaan menjadi semakin rendah. Penerapan aktivitas laporan keberlanjutan perusahaan, selain didorong oleh motivasi manajer perusahaan seperti yang dijelaskan dalam Teori Legitimasi, juga dijelaskan pula oleh Teori Pemangku Kepentingan (Stakeholder Theory), dimana Laplume, Sonpar dan Litz (2008) menjelaskan aktivitas program sustainability yang dilakukan dan dilaporkan oleh perusahaan merupakan keharusan dan sebagai bentuk pertanggungjawaban perusahaan kepada para pemangku kepentingan dimana suatu perusahaan beroperasi. Keuntungan baik secara ekonomi maupun finansial yang telah diperoleh perusahaan menuntutnya untuk dapat melakukan aktivitas-aktivitas yang dilandasinya harus dapat dipertanggungjawabkan dan oleh karena itu dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan atau kegagalan suatu perusahaan dalam menjalankan aktivitas bisnisnya. Oleh karena itu, sebagai sebuah bentuk keharusan dan pertanggungjawaban, maka pengembalian atas aset yang dikelola dan diinvestasikan dianggarkan untuk aktivitas sustainability tersebut, dimana semakin tinggi return akan mendorong perusahaan untuk mempertimbangkan aktivitas sustainability yang semakin tinggi pula seperti yang ditunjukkan dalam temuan penelitian ini.

(11)

aktivitas-aktivitas dan praktek-praktek sustainability, yang kemudian faktor kemampuan pemeliharaan hubungan antara perusahaan dengan stakeholder dipertimbangkan oleh investor. Seperti yang ditegaskan oleh Susanto dan Tarigan, (2013) bahwa daya tarik investor untuk menanamkan investasinya pada perusahaan dengan melihat pada laporan keuangan perusahaan, dimana investor tidak hanya melihat pada kinerja-kinerja keuangan saja yang dilaporkan tetapi juga pada kinerja perusahaan terkait dengan kepedulian lingkungan sosialnya yang dapat mempengaruhi keberlangsungan suatu perusahaan dalam suatu masyarakat. Salah satunya adalah investor melihat bagaimana perusahaan dapat memenuhi harapan-harapan dan tuntutan stakeholder atas peran perusahaan dalam masyarakat.

H. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka terkait dengan pengujian pengaruh pertumbuhan aset, Return on Assets (ROA) dan Return on Equity (ROE) terhadap sustainabilitas perusahaan yang terdaftar di BEI sebagai berikut:

1. Pertumbuhan aset berpengaruh positif terhadap sustainabilitas perusahaan yang terdaftar di BEI selama tahun 2006-2015. Semakin tinggi tingkat pertumbuhan aset perusahaan, aktivitas sustainabilitas yang dilaporkan menjadi semakin tinggi.

2. Profitabilitas yang diproksikan dengan Return on Assets (ROA) berpengaruh positif terhadap sustainabilitas perusahaan yang terdaftar di BEI selama tahun 2006-2015. Semakin tinggi tingkat pengembalian atas aset perusahaan yang dikelola dan diinvestasikan, aktivitas sustainabilitas perusahaan menjadi semakin tinggi.

3. Profitabilitas yang diproksikan dengan Return on Equity (ROE) berpengaruh positif dan signifikan terhadap sustainabilitas perusahaan yang terdaftar di BEI selama tahun 2006-2015. Semakin tinggi tingkat pengembalian atas ekuitas perusahaan yang diinvestasikan oleh investor kepada perusahaan, maka aktivitas sustainabilitas perusahaan menjadi semakin tinggi.

I. Implikasi Penelitian

Penelitian ini memiliki implikasi bahwa manajer perusahaan harus dapat menjelaskan dampak positif dari laporan keberlanjutan perusahaan yang menunjukkan pengaruh positifnya terhadap citra dan reputasi perusahaan di masyarakat sebagai keunggulan positif perusahaan, yang memudahkannya memasuki pasar potensial. Hal ini mendorong kesadaran para investor saat akan menanamkan investasinya dimana faktor laporan keberlanjutan perusahaan berpengaruh positif terhadap peluang memperoleh keuntungan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Laporan-laporan keuntungan yang juga melaporkan aktivitas laporan

keberlanjutan perusahaan menarik investor untuk berminat berinvestasi pada perusahaan-perusahaan yang peduli pada berbagai pemangku kepentingan.

J. Saran

Berdasarkan keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian ini, maka saran-saran yang diusulkan adalah sebagai berikut:

1. Bagi Manajemen Perusahaan dan Investor

Saran bagi manajemen perusahaan dan investor agar lebih meningkatkan kesadaran mereka atas pentingnya laporan keberlanjutan perusahaan guna meningkatkan keberlangsungan perusahaan dalam jangka panjang. Hal ini karena eksistensi bisnis perusahaan sangat ditentukan oleh banyak stakeholder, dimana laporan keberlanjutan menunjukkan kepedulian perusahaan terhadap para stakeholder tersebut dan sehingga stakholder terdapat dapat membantu mendukung aktivitas bisnis perusahaan.

2. Bagi Regulator/Pemerintah

Saran bagi regulator atau pemerintah, agar dapat meningkatkan tingkat pengawasan terhadap penerapan laporan keberlanjutan ini. Hal ini didasarkan pada hasil penelitian ini, dimana tidak semua perusahaan besar terutama yang terdaftar di BEI melaporkan adanya aktivitas keberlanjutan perusahaan tersebut. Sehingga untuk meningkatkan kesadaran perusahaan, maka perusahaan senantiasa lebih memperketat pengawasan guna mempermudah implementasi laporan keberlanjutan perusahaan tersebut terutama bagi perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI.

3. Bagi Akademisi

(12)

K. Daftar Pustaka

Abeydeera, S., Tregidga, H., dan Kearins, K. (2016). Sustainability Reporting – More Global than Local?. Meditari Accountancy Research, 24(4): 478-504.

Amoaka, K.O., Lord, B.R., dan Dixon, K. (2017). Sustainability Reporting: Insights from the Websites of Five Plants Operated by Newmont Mining Corporation. Meditary Accountancy Research, 25(2): 186-215.

Augustine, Y., dan Kristaung, R. (2013). Metodologi Penelitian Bisnis dan Akuntansi. Jakarta: Dian Rakyat.

Al-Matari, E.M., Al-Swidi, A.K., dan Fadzil, F.H. (2014). The Measurements of Firm Performance’s Dimensions, Asian Journal of Finance & Accounting, 6(1): 24-49.

Annisa, Wiwin Rahmanti, (2012), Pengaruh Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial terhadap Kinerja Perusahaan, Tesis, Universitas Gadjah Mada.

Aryani, A., Tandika, D., dan Azib. (2015). Pengaruh risk Sistematis terhadap Return Saham (Studi Kasus Sektor Property Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode Tahun 2010-2014). Prosiding Manajemen, 335-340.

Barter, N. (2011). Stakeholder Theory: Pictures, the Environment and Sustainable Development – do We Have a Good Enough Picture in Our Heads or Do We Need Something Different? Asia Pacific Work In Progress Research Papers Series, 4: 1-17.

Bartlett, Brian. (2012). The Effect of Corporate Sustainability Reporting on Firm Valuation. CMC Senior Theses, 489.

Berdufi, N., and Dushi, D. (2015). Social Contract and the Governments Legitimacy. Mediterranean Journal of Social Sciences, 6(6): 392-398.

Brey, C., and Haavaldsen, M. (2014). Exploring the Relationship Between Sustainability Disclosure, Financial Performance and Initial Public Offerings. Master’s Thesis, MSc International Business, Copenhagen Business School.

Bourgeois, L.J., Ganz, A., Gonce, A., dan Nedell, K. (2014). Profitability of Industries and Firms Over Time. Journal of Strategy and Management, 7(3): 210-225.

Burhan, A.H.N., dan Rahmati, N. (2012). The Impact of Sustainability reporting on Company Performance, Journal of Economics, Business, and Accountancy Ventura, 15(2): 257-272. Chindavijak, C., Phusavat, K., dan Kess, P. (2015).

Assessing the Status of Sustainability Report of Petrochemical and Energy Sectors in Thailand, Managing Intellectual Capital Management, and Innovation for Sustainable Knowledge and Learning and Inclusive Society, 1961-1970. Christanti, N., dan Mahastanti, L.A. (2011).

Faktor-Faktor Yang Dipertimbangkan Dalam Melakukan Investasi. Jurnal Manajemen Teori dan Terapan, 4(3): 37-51.

Cooper, M.J., Gulen, H., dan Schill, M.J. (2008). Asset Growth and the Cross-Section of Stock Returns, The Journal of Finance, 21(4): 1609-1651. Daizy dan Das, N. (2014). Sustainability Reporting

Framework: Comparative Analysis of Global Reporting Initiatives and Dow Jones Sustainability Index, International Journal of Science, Environment and Technology, 3(1): 55-66.

Deitiana, T. (2011). Pengaruh Rasio Keuangan, Pertumbuhan Penjualan dan Dividen terhadap Harga Saham. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, 13(1): 57-66.

Faisal, F., Tower, G., dan Rusmin, R. (2012). Legitimising Corporate Sustainability Reporting Throughout the World. Australasian Accounting, Business and Finance Journal, 6(2): 19-34. Ferri, L.M. (2016). The Influence of the Institutional

Context on Sustainability Reporting: A Cross-National Analysis. Social Responsibility Journal, 13(1): 24-47.

Ghozali, I. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19. Semarang: Badan Penerbit UNDIP.

Ginting, S. (2012). Analisis Pengaruh Pertumbuhan Arus Kas dan Profitabilitas terhadap Return Saham Pada Perusahaan LQ 45 di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Wira Ekonomi Mikroskil, 2(01): 39-48.

Gitman, L. (2009). Principles of Managerial Finance. United States: Pearson Addison Wesley.

Harmoni, A. (2013). Stakeholder-Based Analysis of Sustainability Report: A Case Study on Mining Companies in Indonesia, International Conference Eurasian Economies, 204-210. Heriyani. (2011). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Struktur Modal Pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2010. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Fakultas Ekonomi, Universitas Riau. Jupe, R. (2015). Disclosures in Corporate Environmental

Reports: A Test of Legitimacy Theory, Working Paper Series, 91: 30-33.

Kasbun, N.F., Teh, B.H., dan Ong, T.S. (2016). Sustainability Reporting and Financial Performance of Malaysian Public Listed Companies, Institutions and Economics, 8(4): 78-93.

Ketschau, T.J. (2015). Social Justice as a Link Between Sustainability and Educational Sciences. Open Access Sustainability Journal, 7: 1-18.

Liodakis, G. (2010). Political Economy, Capitalism and Sustainable Development. Open Access Sustainability Journal, 2: 1-16.

Menicucci, E., dan Paolucci, G. (2015). The Determinants of Bank Profitability: Empirical Evidence from European Banking Sector. Journal of Financial Reporting and Accounting, 14(1): 86-115.

(13)

Real Estate dan Property di BEI Tahun 2005-2011.

Natalia, R., dan Tarigan, J. (2014). Pengaruh Sustainability Reporting Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Publik Dari Sisi Profitability Ratio. Business Accounting Review, 2(1): 111-120.

Nbete, A.D. (2012). The Social Contract Theory: A Model for Reconstructing a True Nigerian Nation State. International Journal of Humanities and Social Science, 2(15): 267-278.

Nugroho, P.I., dan Arjowo, I.S. (2014). The Effects of Sustainability Report Disclosure Towards Financial Performance, International Journal of Business and Management Studies, 3(3): 225-239. Raningsih, N.K., dan Putra, I.M.P.D. (2015). Pengaruh Rasio-Rasio Keuangan dan Ukuran Perusahaan terhadap Return Perusahaan. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 13(2): 582-598.

Reddy, K., dan Gordon, L.W. (2010). The Effect of Sustainability Reporting on Financial Performance: An Empirical Study Using Listed Companies. Journal of Asia Entrepreneurship and Sustainability, 6(2): 89-101.

Safitri, D.A. (2015). Sustainability Report terhadap Kinerja Keuangan dan Pasar. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi, 4(4): 1-15.

Santoso, S. (2010). Statistik Multivariat. Jakarta: PT. Elek Media Komputindo.

Schaltegger, S. (2012). Sustainability Reporting in the Light of Business Environment, Linking Business Environment, Strategy, Communication and Accounting, Centre for Sustainability Management, 3-16.

Sekaran, U. (2011). Metode Penelitian untuk Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.

Sharereia, B.F. (2015). Theories of Development. International Journal of Language and Linguistics, 2(1): 78-90.

Sitepu, Surya Syahputra, (2009), Pengaruh Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial terhadap Kinerja Perusahaan, Tesis, Universitas Gadjah Mada.

Soelistyoningrum, J.N. (2011). Pengaruh Pengungkapan Sustainability report terhadap Kinerja Keuangan. Unpublished undergraduate thesis, Universitas Diponegoro, Semarang.

Stanwick, S.D., dan Stanwick, P.A. (2013). An Examination of Award Winning Sustainability Reports, American International Journal of Social Science, 2(4): 49-52.

Sudaryono, B. (2014). Anteseden Manajemen Laba dan Konsekuensinya terhadap Laporan Korporasi Berkelanjutan (Corporate Sustainability Reporting), Jurnal Akuntansi, 99-114.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan RdanB. Bandung: Alfabeta.

Sunarwi. (2009). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Serta Dampak Struktur Modal terhadap Return Saham Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2006-2008. 1-26.

Susanto, Y.K., dan Tarigan, J. (2013). Pengaruh Pengungkapan Sustainability Report terhadap Profitabilitas Perusahaan. Business Accounting Review, 1: 1-10.

Tarigan, J., dan Semuel, H. (2014). Pengungkapan Sustainability Report dan Kinerja Keuangan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 16(2): 88-101. Virto, N.R., Lopez, M.F.B., dan Gutierrez, S.S.M.

(2017). How Can European Museums Reach Sustainability?. Tourism Review, 1(1): 1-31. Wangombe, D.K. (2013). Multi-Theoretical Perspective

of Corporate Environmental Reporting: A Literature Review. Review of Integrative Business & Economic Research, 2(2): 655-671.

Welter, K. A. (2011). A Study of Publicly-Held U.S. Corporations on The Effects of Sustainability Measures on Financial Performance, Utilizing A Modified Regression Discontinuity Model. Lawrence Technological University.

Gambar

Gambar 1:  Kerangka Pemikiran
Tabel 1 Hasil Uji Hipotesis Simultan (Uji F)
Tabel 3  Hasil Uji Hipotesis Parsial (Uji t)

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan Keputusan Menkes RI Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit bahwa pelayanan kefarmasian adalah pendekatan profesional

Hasil penelitian selama tiga siklus yang diperoleh melalui pengamatan saat proses pembelajaran dan tes formatif untuk evaluasi pada akhir tiap siklus menunjukkan

Pembangun an PSD Pemukiman Perdesaan Kawasan Minapolitan Watolo. Desa Watolo, Kecamatan

Tujuan utama pemantapan kawasan lindung dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Lubuklinggau adalah untuk melindungi sumber daya alam atau buatan yang ada di dalamnya,

Masih kurang diperh atikannya kebutuhan sarana sistem proteksi kebakaran; Belum siapnya landasan hukum dan landasan operasional berupa RTBL untuk lebih melibatkan pemerintah

Segala puji dan syukur penulis panjatan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan akhir

Beberapa hipotesis awal yang diajukan dalam penelitian ini, antara lain: ada hubungan antara kesepian dan the big five traits of personality dengan perilaku kecanduan

Pantun Banjar yang mengandung nasehat atau nilai yang berkaitan hubungan manusia dengan dirinya sendiri antara lain: (1) memiliki hati yang baik, (2) rajin menuntut ilmu agama,