BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Masalah kawasan perbatasan wilayah Indonesia bukan lagi menjadi hal baru saat ini.Sejak Indonesia menjadi negara yang berdaulat, perbatasan sudah menjadi masalah yang bahkan belum menemukan titik terang sampai dengan saat ini. Permasalahan yang paling sering muncul adalah sengketa perbatasan dengan negara tetangga yang berbatasan langsung dengan wilayah darat maupun wilayah laut Indonesia.Selain itu, masalah kesejahteraan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah perbatasan juga perlu diperhatikan.
Daerah perbatasan merupakan pintu masuk suatu negara, oleh sebab itu diperlukan perhatian lebih dari Pemerintah. Pembangunan dan juga fasilitas seperti pendidikan, kesehatan, transportasi, informasi, kebutuhan sandang, pangan dan sebagainya harus memadai. Masyarakat di daerah perbatasan harus lebih diperhatikan kebutuhannya, sehingga mereka tidak terisolir dari dunia luar.
berbatasan langsung dengan Indonesia dalam konteks hubungan bilateral.Adapun nama perjanjian tersebut, yaitu :
- Persetujuan mengenai Perdagangan Lintas Batas antara Pemerintah
Republik Indonesia dan Pemerintah Filipina (Agreement on Border Trade between the Government of the Republic of Indonesia and
the Government of the Republic of the Philippines) yang di tandatangani pada tanggal 8 Agustus 1974;
- Persetujuan mengenai Perdagangan Lintas Batas antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Malaysia (Agreement on Border Trade between the Government of the Republic of
Indonesia and the Government of the Malaysia) yang di tanda tangani pada tanggal 24 Agustus 1970;
- Persetujuan antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah
Malaysia mengenai Lintas Batas(Agreement between the Government of the Republic of Indonesia and the Government of
Malaysia on Border Crossing) yang ditandatangani pada tanggal 12 Januari 2006;
- Persetujuan Dasar antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Papua Nugini tentang Pengaturan-Pengaturan Perbatasan(Basic Agreement between the Government of the Republic of Indonesia and the Government of the Independent
State of Papua New Guinea on Border Arrangements) yang ditandatangani pada tanggal 17 Juni 1993;
- Pengaturan Khusus untuk Pelintas Batas Biasa dan Tradisional
Nugini (Special Arrangements for Traditional and Customary
Border Crossings between the Government of the Republic of
Indonesia and the Government of Papua New Guinea) yang ditandatangani pada tanggal 15 November 1993;
- Pengaturan antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah
Republik Demokratik Timor Timur mengenai Pelintas Batas Tradisional dan Pengaturan Pasar-Pasar (Arrangement between the Government of the Republic of Indonesia and the Government of
the Democratic Republic of Timor-Leste on Traditional Border
Crossings and Regulated Markets) yang ditandatangani pada tanggal 11 Juni 2003;
Terlepas dari letak geografis antara negara-negara tersebut yang cukup dekat dengan Indonesia, karena wilayah masing-masing negara-negara tersebut saling terhubung yang membuat penduduk yang menetap di kawasan perbatasan saling berhubungan dengan penduduk perbatasan yang ada di negara lainnya, sehingga timbul perdagangan perbatasan antar kedua negara. Hal tersebut yang membutuhkan pengawasan dalam hal kegiatan di perbatasan seperti keluar masuknya barang untuk menghindari terjadinya kerugian dan mensejahterakan masyarakat perbatasan.
(DJBC) yang mempunyai misi sebagai Community Protector yaitu menjaga perbatasan dan melindungi masyarakat perbatasan dari masuknya penyelundupan dan perdagangan illegal serta mempunyai peran yang cukup signifikan terutama untuk mengawasi keluar masuknya barang di perbatasan. Selain itu sebagai Trade Facilitation yaitu memfasilitasi perdagangan di kawasan perbatasan, utamanya perdagangan perbatasan dalam rangka memnuhi kebutuhan pokok masyarakat perbatasan.
Saat ini DJBC sebagai salah satu instansi yang berperan dalam mengatasi perbatasan, ikut berperan aktif berperan dalam diskusi dan rapat dengan instansi-instansi terkait lainnya dan dengan perwakilan daerah yang memilki wewenang untuk menangani perbatasan, guna menemukan solusi terkait permasalahan BTA tersebut. Misalnya dalam hal terkait exit/entry point DJBC selalu memberikan masukan pada instansi lain, agar apabila dalam hal penentuan/ pembukaan atau penambahan exit/entry pointdi perbatasan, agar dikaji terlebih dahulu cost dan benefit nya, sehingga tidak akan dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab. Selain hal tersebut, DJBC juga meminta agar dilibatkan sehingga DJBC bisa mempersiapkan diri dalam hal pengawasan di perbatasan.
Berangkat dari hal tersebut, penulis ingin memaparkan terkait bagaimana peranan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dalam kerjasama perdagangan lintas batas antara Indonesia dengan Malaysia dalam Border Trade Agreement (BTA) dan Border Crossing Agreement (BCA) antara Indonesia dengan Malaysia?
II. Perumusan Masalah
Dilihat dari latar belakang diatas penulis mengambil rumusan masalah sebagai berikut: “Bagaimana Peranan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dalam kerjasama perdagangan lintas batas antara Indonesia dengan Malaysia dalam Border Trade Agreement (BTA) dan Border Crossing Agreement (BCA) antara Indonesia dengan Malaysia?”
1. Untuk mengetahui peran DJBC sebagai community protectoryaitu
2. Dapat mengetahui mengenai perjanjian perdagangan perbatasan (Border Trade) antara Indonesia dengan negara lainnya, khusunya antara Indonesia dan Malaysia;
Manfaat Akademis:
1. Untuk mengaplikasikan teori-teori Hubungan Internasional terhadapBorder Cross Agreement (BCA) dan Border Trade Agreement (BTA) antara Indonesia-Malaysia.
BAB II
KERANGKA TEORI
2.1 Liberalisme
Pada umumnya kaum Liberal memiliki pandangan yang positif terhadap sifat manusia. Kaum Liberal mengakui bahwa memang individu itu selalu mementingkan diri sendiri dan memiliki rasa untuk bersaing dalam segala hal. Tetapi kaum Liberal juga percaya jika individu itu memiliki banyak kepentingan-kepentingan yang kemudian dapat terlibat dalam suatu aksi sosial yang kolaboratif (kolaborasi) dan kooperatif (kerjasama, bersifat membantu) baik di ranah domestik maupun di ranah internasional, yang mampu menghasilkan manfaat yang besar. Ketika manusia memakai akal pikirannya, mereka dapat mencapai suatu kerjasama yang menguntungkan bukan hanya dalam negara saja, tetapi juga dalam cakupan internasional. Teoritisi Liberal pun kemudian yakin jika akal pikiran yang dimiliki oleh manusia dapat mengalahkan rasa ketakutan manusia dan nafsu akan sebuah kekuasaan.
Liberalisme memiliki tiga asumsi dasar (Jackson & Sorensen, 2009 : 139). Adapun asumsi-asumsi dasar tersebut, yaitu
- Pandangan positif tentang sifat manusia
- Keyakinan bahwa hubungan internasional dapat bersifat kooperatif
daripada konfliktual
jaminan kebebasan dari negara bagi individu tersebut untuk menghidupi kehidupannya dan menggapai kebahagiannya tanpa ada campur tangan dari pihak lain (Jackson & Sorensen, 2009 : 142).
2.2 Kerjasama Internasional
Sebagai tetangga terdekat, Indonesia-Malaysia harus menjalin kerjasama
yang saling menguntungkan bagi kedua Negara.Secara letak geografis, beberapa
daerah darat maupun laut Indonesia masih berhubung dengan wilayah kedaulatan
Malaysia.Untuk itu Indonesia dan Malaysia menjalin hubungan atau kerjasama
yang dituangkan dalam Border Cross Agreement (BCA) antara Indonesia-Malaysia untuk mempermudah akses keluar masuk pelintas batas secara legal (resmi). DJBC sebagai instansi pemerintah Indonesia ikut berperan membantu dalam kelancaran dari implementasi Border Cross Agreement (BCA) BorderTrade Agreement (BTA) antara Indonesia-Malaysia. Adapun jenis kerjasama internasional yakni : Kerjasama Bilateral, Kerjasama Regional dan Kerjasama Multilateral.
a. Kerjasama Bilateral
Indonesia melakukan pertukaran pelajar dan misi kebudayaan dengan Malaysia, Indonesia mengadakan kerja sama di bidang ketenagakerjaan dengan Arab Saudi, dan sebagainya.
Dalam kerjasama perdagangan perbatasan Indonesia-Malaysia, telah banyak kemajuan dan keuntungan yang didapat oleh kedua negara khususnya bagi masyarakat diperbatasan. Karena kerjasama bilateral ini dapat mempermudah jalannya perdagangan perbatasan yang juga akan melancarkan kegiatan-kegiatan yang ada diperbatasan, selain itu hubungan kerjasama ini dapat membantu mencegah terjadinya penyelundupan yang sering terjadi di daerah perbatasan yang dapat merugikan negara.
b. Kerjasama Regional
Kerjasama regional adalah hubungan yang dilakukan antara beberapa negara dalam satu kawasan.Bentuk peran serta Indonesia dalam hubungan regional adalah sebagai salah satu negara pendiri Association of South East Asian Nation (ASEAN). Di dalam ASEAN, dilakukan kerja sama di berbagai bidang seperti ekonomi, hak asasi manusia, sosial, budaya, dan keamanan. Bentuk peran serta Indonesia di tingkat regional adalah sebagai anggota AFTA (ASEAN Free Trade Area).Organisasi ini bertujuan untuk menciptakan perdagangan bebas di kawasan Asia Tenggara.
c. Kerjasama Multilateral
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
III.1 Metode Penelitian
Penelitian dalam makalah ini menggunakan metode kualitatif yaitu menggunakan pengamatan terhadap data yang dibutuhkan untuk di deskripsikan dan dirangkum. Jenis penelitian kualitatif ini menggunakan metode deskriptif dengan berdasarkan data-data peristiwa yang telah tersediayang kemudian dikumpulkan untuk memperoleh bahan untuk permasalahan yang akan dibahas sehingga hasil datanya dapat dipertanggung-jawabkan.
III.2 Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan peneliti dalam menyusun makalah ini yaitu dengan menggunakan sumber data tidak langsung atau data sekunder.Sumber-sumber penelitian diperoleh dari buku-buku teks dan laporan-laporan penelitian seperti makalah, jurnal dan media elektronik internet yang memiliki keakuratan data.
III.3 Ruang Lingkup Penelitian
BAB VI
PEMBAHASAN
Hubungan kerjasama Indonesia-Malaysia yang tertuang dalam BTA dan BCA merupakan suatu upaya untuk membantu masyarakat perbatasan mendapatkan kebutuhan pokok yang dibutuhkan oleh masyarakat perbatasan tersebut. Selain karena akses penyebaran bahan-bahan pokok ke wilayah perbatasan yang kurang memadai, maka dari itu Indonesia bekerjasama dengan Malaysia dalam BTA dan BCA juga karena letak geografis yang sangat berdekatan, Dalam hal ini DJBC sebagai instansi pemerintah Indonesia yang cukup berkepentingan dan membantu kelancaran BTA dan BCA.
Hubungan BCA dengan BTA
sudah terdefinisikan penduduk yang mendapatkan hak-hak melakukan perdagangan dengan nilai perdagangan sebesar RM 600/ orang/bulan, termasuk jenis barang yang dapat diperdagangkan (negative list).
Untuk menentukan penduduk yang terdefinisikan dalam BCA, yaitu dibuktikan dengan kepemilikan pas lintas batas, sehingga dengan bukti tersebut penduduk bersangkutan dapat melakukan pergerakkan lintas batas antar Negara, termasuk melakukan kegiatan perdagangan dan membawa barang, tanpa dibebani bea keluar/masuk dan harus diingat bahwa pembebasan bea tadi pada tahun 1970 masih relatif tinggi tarif-nya, sehingga sudah sewajarnya pemenuhan barang-barang kebutuhan pokok bagi penduduk yang berada dikawasan perbatasan kedua Negara dibebaskan dari pungutan bea keluar/masuk. Hal-hal seperti ini telah diatur dengan baik dalam ketentuan BTA Tahun 1970.Dinamika perkembangan hubungan Indonesia - Malaysia, pada prinsipnya tidak terdapat indikasi yang menyebabkan perubahan BCA, kecuali pada posisi Indonesia.Perubahan dimaksud hanya perubahan PLB dan cakupan area-nya.Demikian pula mengenai BTA Tahun 1970, indikasi perubahannya pada penentuan nilai perdagangan (threshold value for border trade) dan penggunaan nilai mata uang.
minyak, mineral dan bijih tambang. Sedangkan dari pihak Malaysia mencakup barang kebutuhan hidup sehari-hari (pokok) serta peralatan/perlengkapan untuk keperluan industri skala terbatas (sederhana).
Nilai barang/produk yang dapat dibawa/diangkut melalui perdagangan lintas batas di kawasan perbatasan darat oleh penduduk kedua Negara tidak melebihi RM 600/orang/bulan (threshold value), sedangkan melalui kawasan perbatasan laut/pesisir dapat dilakukan dengan menggunakan kapal terdaftar pada pemerintah lokal masing-masing pihak, dan nilai barang/produk yang dibawa/diangkut tidak lebih dari RM 600 setiap kalijalan.
Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa status BTA dan BCA saat ini sudah terminasi jika dilihat dari jangka waktu berlakunya BTA dan BCA.Terkait exit/entry point, kini sudah menjadi agenda utama dari fokus utama pemerintah. Lalu terkait threshold value, kini sedang menjadi agenda rapat mengenai rencana untuk menaikkan biaya pembebasan bea masuk sebesar RM 600/orang/bulan yang sesuai ketetapan PMK 188 menjadi U$ 500. Namun sampai dengan saat ini, pihak Kementerian Keuangan masih melakukan kajian terkait hal tersebut, mengingat threshold value tidak ditujukan untuk mendorong impor (bukan untuk mendorong orang untuk membeli barang di luar negeri), namun sebagai jaminan terhadap hak-hak pelintas batas sesuai kelaziman internasional, pembebasan diberikan agar pelintas batas tidak perlu melakukan formalitas kepabeanan untuk membayar Bea Masuk dan Pajak Dalam Rangka Impor (PDRI) sehingga apabila threshold value naik menjadi U$ 500 belum tentu dapat mensejahterakan masyarakat di kawasan perbatasan. .
Misalnya saat ini saja dengan threshold value RM 600, telah menimbulkan masalah seperti adanya pihak-phak yang tidak bertanggung jawab yang mengumpulkan kartu identitas lintas batas/KILB lebih dari satu untuk bisa di gunakan untuk keuntungan pribadi, yang seharusnya dipergunakan untuk kebutuhan pokok, apalagi jika dinaikkan menjadi USD 500. Hal ini tentu menjadi tugas DJBC untuk menangani masalah-masalah yang terjadi tersebut.
Malaysia. Namun perdagangan perbatasan tetap berjalan sesuai peraturan yang ada di dalam PMK 188, karena meskipun perjanjian tersebut masih dalam status review tetapi perdagangan perbatasan harus tetap berjalan untuk memenuhi kebutuhan pokok bagi masyarakat perbatasan.
Peran DJBC dalam Mendorong Review BTA Indonesia-Malaysia
BAB IV
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA Perspektif dan Tema. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009
3. Mas’oed, Mohtar. 1990. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi. Jakarta: LP3ES
4. Deliarnov. 2006. Ekonomi Politik. Jakarta: Penerbit Erlangga.
WEBSITE
1. Bea Cukai, (2015). Bea Cukai Terus Berinovasi Tingkatkan Keamanan Demi Kemakmuran Bangsa. Warta Bea Cukai, Volume
http://repository.beacukai.go.id/peraturan/2012/07/7a2b4c4bd38ce 3dc02acca09da59be3e-188pmk042010.pdf (Diakses pada tanggal 23 November)
3. http://kemlu.go.id/id/kebijakan/Pages/Kerjasama-Bilateral.aspx (Diakses pada tanggal 10 Desember)
Dokumentasi Kuliah Kerja Lapangan
Foto didepan Kantor Pusat
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Sosialisasi Free Trade Agreement (FTA)