• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Pemanfaatan Biji Kopi (Arabika) Sebagai Bahan Baku Pembuatan Metil Ester

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Pemanfaatan Biji Kopi (Arabika) Sebagai Bahan Baku Pembuatan Metil Ester"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan negara dengan kekayaan alam yang berlimpah, dan

ini merupakan salah satu alasan untuk memanfaatkan berbagai potensi yang

dipandang menarik sebagai sumber biodiesel, seperti kopi [10]. Bagian dari

tanaman kopi yang potensial untuk dijadikan bahan baku biodiesel setelah melalui

pengujian secara psiko-kimia, adalah biji kopi rusak [18] dan ampas kopi [12].

Perlu diperhatikan bahwa bahan yang digunakan untuk pembuatan biodiesel

merupakan bahan yang terbuang dari proses pembuatan produk yang lebih

bernilai, yakni biji kopi rusak dan ampas kopi. Pemanfaatan bahan yang tidak

terpakai ini sebagai bahan baku pembuatan bahan bakar sangat berarti untuk

mengeliminasi jumlah sampah yang terbuang ke lingkungan sekaligus juga

memberikan potensi pengurangan biaya bagi pengusaha.

Biodiesel merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran mono-alkyl

ester dari rantai panjang asam lemak yang dipakai sebagai alternatif bagi bahan

bakar dari mesin diesel dan terbuat dari sumber terbaharui seperti minyak sayur

atau lemak hewan. Biodiesel bersifat biodegradable dan hampir tidak

mengandung sulfur [8].

Biji kopi yang rusak dikenal secara luas memiliki pengaruh negatif

terhadap kualitas minuman. Sementara kuantitas biji kopi yang menjadi limbah ini

sangat melimpah di negara-negara penghasil kopi. Di Brazil, biji yang rusak bisa

mencapai kuantitas 20% dari total produksi kopi [16]. Di Indonesia sendiri, lebih

dari 65% ekspor kopi Indonesia adalah tergolong kopi mutu rendah yang terkena

larangan ekspor [7].

Minyak biji kopi jenis arabika yang menjadi limbah cukup potensial untuk

dijadikan bahan baku biodiesel. Canaki dan Gerpen (2001) menyebutkan bahwa di

dalam minyak kopi terkandung komponen utama trigliserida sebesar 81,3%.

Kadar lemak total pada kopi arabika antara 15-17%, sedangkan pada robusta

antara 7-11,5% [22]. Oliveira dkk, menemukan bahwa biji kopi rusak

menghasilkan yield minyak yang lebih tinggi daripada biji kopi yang baik.

(2)

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Maharani dan Zuliyah (2010)

menggunakan minyak dedak padi yang diekstraksi dengan perbandingan berat

dedak : pelarut metanol = 1:5 dan suhu 60-650C dalam pembuatan biodiesel

dengan proses esterifikasi pada suhu 600C selama 60 menit dengan katalis H2SO4

1% v/v dan dilanjutkan dengan proses transesterifikasi pada suhu 600C selama

120 menit dengan katalis 1,75% w/w NaOH diperoleh 84,93% metil ester.

Sementara Hakim dan Irawan (2007) yang juga menggunakan minyak dedak padi

pada pembuatan biodiesel menggunakan proses esterifikasi dengan katalis 2,5 ml

HCl pada suhu 600C dan perbandingan berat metanol : asam lemak bebas = 3,65:1

diperoleh 89,72% metil ester. Oliveira dkk telah melakukan penelitian pembuatan

biodiesel dari minyak hasil ekstraksi biji kopi rusak dengan cara transesterifikasi

dengan metanol pada kondisi suhu 250C selama 1 jam dan katalis NaOH

menghasilkan ester dengan yield 74%.

Di Indonesia sampai saat ini belum banyak yang memanfaatkan hasil

ekstraksi biji kopi sebagai bahan baku pembuatan biodiesel, sementara penelitian

mengenai biji kopi rusak telah diadakan di beberapa negara lain. Oleh karena itu,

penelitian ini dilakukan dengan tujuan menghasilkan biodiesel dari ekstrak biji

kopi untuk lebih meningkatkan nilai ekonomisnya. Mengenai variasi penelitian

yang akan dilakukan akan dijelaskan lebih lanjut pada ruang lingkup penelitian.

1.2 PERUMUSAN MASALAH

Biodiesel dapat dibuat dengan proses transesterifikasi dari minyak nabati

yang mengandung minyak tinggi. Namun, permasalahan yang sering dihadapi

adalah mahalnya harga minyak nabati yang digunakan dalam pembuatan

biodiesel. Oleh karena itu, minyak yang diambil dari biji kopi rusak dapat

digunakan sebagai alternatif bahan baku pembuatan biodiesel karena mempunyai

kandungan minyak yang cukup tinggi dan harganya murah, bahkan seringkali

dibuang begitu saja.

Minyak biji kopi diperoleh melalui ekstraksi dengan suatu pelarut yang

dapat melarutkan minyak dan lemak, yakni toluena (C7H8(C6H5CH3)) dan

n-heksana (C6H14). Pembuatan biodiesel dilakukan melalui proses esterifikasi

dengan alkohol terlebih dahulu dan menggunakan katalis asam kuat, untuk

(3)

mengkonversi kandungan asam lemak bebas pada biji kopi yang cukup tinggi,

kemudian dilanjutkan dengan transesterifikasi dengan katalis basa kuat untuk

mengkonversi kandungan trigliserida, hingga kedua proses ini menghasilkan

produk yang diinginkan yakni metil ester yang selanjutnya menjadi biodiesel.

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Memanfaatkan minyak biji kopi sebagai bahan baku pembuatan metil ester

dengan proses esterifikasi kemudian dilanjutkan transesterifikasi.

2. Mempelajari pengaruh variasi perbandingan berat pelarut : bubuk kopi

pada proses ekstraksi minyak biji kopi rusak dalam pembuatan metil ester.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

1. Memberikan pengetahuan mengenai pemanfaatan limbah biji kopi menjadi

metil ester.

2. Meningkatkan nilai ekonomis limbah biji kopi yang selama ini hanya

dibuang sehingga menjadi bahan baku untuk menghasilkan metil ester

yang bermanfaat.

1.5 RUANG LINGKUP PENELITIAN

Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Organik, Departemen

Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, Medan.

2. Bahan digunakan adalah

a. Biji kopi sebagai bahan baku

b. N-heksana (C6H14) dan toluena (C7H8(C6H5CH3)) sebagai pelarut

c. Metanol (CH3OH)

d. Natrium hidroksida (NaOH), dan asam sulfat (H2SO4) sebagai katalis

3. Proses yang digunakan

a. Esktraksi

b. Esterifikasi

c. Transesterifikasi

(4)

4. Variabel-variabel dalam percobaan:

 Tahap ekstraksi dengan variabel berubah perbandingan berat pelarut :

biji kopi bubuk (5:1, 6:1, 7:1 dan 8:1) serta jenis pelarut (n-heksana dan

toluena) sementara suhu operasi yang digunakan adalah 70-750C untuk

pelarut n-heksana dan 110-1150C untuk pelarut toluena dan waktu

operasi 120 menit.

 Tahap esterifikasi pada suhu operasi 600C dan menggunakan katalis

H2SO4 1% (v/v) selama 60 menit dengan perbandingan molar asam

lemak bebas : metanol = 1:3 sementara kecepatan pengaduk konstan

600 rotasi per menit (rpm).

 Tahap transesterifikasi pada suhu operasi 600C selama 120 menit dan

menggunakan katalis NaOH 1,75% w/w dengan perbandingan molar

minyak biji kopi : metanol = 1:9 sementara kecepatan pengaduk

konstan 600 rpm.

 Dari beberapa variabel yang digunakan diatas, maka akan dilakukan

analisa terhadap :

1. Minyak biji kopi

a. densitas

b. viskositas

c. kadar asam lemak bebas (free fatty acid)

d. Gas chromatography (GC) untuk analisa komposisi asam lemak dan

asam lemak bebas di dalam minyak biji kopi.

2. Metil Ester

a. densitas

b. viskositas

c. titik nyala

d. Gas chromatography (GC) untuk analisa komposisi asam lemak dan

asam lemak bebas di dalam metil ester.

Referensi

Dokumen terkait

Daktilitas adalah kemampuan suatu struktur gedung untuk mengalami simpangan pasca elastik yang besar secara berulang kali dan bolak balik akibat beban gempa di atas beban gempa

Untuk selanjutnya YKP akan memberitahukan kepada Unit bahwa seluruh Biaya Perawatan ditanggung oleh BNI Life (tidak ada Over Limit). Unit memperhitungkannya dengan Talangan yang

Pajak penghasilan terkait pos-pos yang tidak akan direklasifikasi ke laba rugi 0.. Penyesuaian akibat penjabaran laporan keuangan dalam mata uang

Berdasarkan hasil analisis data dalam perhitungan indeks of similarity (IS) secara vertikal yaitu perbandingan antara habitat, nilai indeks kesamaan jenis anggrek

Variabel dalam penelitian ini adalah pelaksanaan program sekolah berwawasan lingkungan dan mitigasi bencana alam (Swaliba) di SMP Negeri 41 Semarang, peranan warga

: Desi Lusia Wati : 201324671 : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah : Tarbiyah dan Keguruan FTK : Peningkatan Kemampuan Menulis Permulaan dengan Menggunakan Metode Struktur

menyelesaikan model matematika yang telah dibuatnya; c) Kesalahan melaksanakan rencana, dilihat dari hasil pekerjaan siswa yaitu ketika siswa tidak menyelesaikan model