• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Perubahan Financial Leverage Terhadap Tingkat Earning Per Share Pada Perusahaan Perkebunan Dan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Perubahan Financial Leverage Terhadap Tingkat Earning Per Share Pada Perusahaan Perkebunan Dan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1. Saham

Saham adalah bukti yang menunjukkan bagian kepemilikan di sebuah

perusahaan. Saham berupa selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik

kertas adalah pemilik perusahaan. Masing-masing lembar saham biasa mewakili

satu suara tentang segala hal dalam pengurusan perusahaan (Bodie, Kane, Marcus,

2002:59).

Terdapat dua jenis saham yang diperdagangkan yaitu saham biasa

(common stock) dan saham preferen (prefered stock). Saham biasa (common

stock) yang paling dikenal di masyarakat. Secara sederhana saham dapat

didefenisikan sebagai penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam

suatu perusahaan. Saham preferen adalah suatu jenis hibrida, dalam beberapa hal

tertentu mirip dengan obligasi dan mirip dengan saham biasa dalam beberapa hal

lain (Brigham dan Houston, 2006:446). Saham preferen seperti obligasi dimana

memiliki nilai pari dan terdapat dividen dalam jumlah tetap yang harus dibayarkan

sebelum dividen dapat dibayarkan kepada pemilik saham biasa.

2.1.2. Laporan Keuangan

Laporan keuangan adalah beberapa lembar kertas dengan angka-angka

yang tertulis di atasnya, tetapi penting juga untuk memikirkan asset-aset nyata

yang mendasari angka-angka tersebut. Laporan keuangan dari perusahaan sangat

(2)

informasi akuntansi yang terdapat pada laporan keuangan untuk membuat

keputusan yang cerdas, manajer membutuhkannya untuk mengoperasikan bisnis

secara efisien dan badan perpajakan membutuhkannya untuk menilai pajak

dengan cara yang wajar (Brigham dan Houston, 2006: 44).

Laporan ini melaksanakan beberapa fungsi (Horne, 2005:193). Pertama,

Neraca (Balance sheet) meringkas aktiva, kewajiban, dan ekuitas pemilik suatu

perusahaan pada suatu periode, biasanya pada akhir tahun atau kuartal. Laporan

laba rugi (Income statement) meringkas pendapatan dan biaya perusahaan selama

satu periode waktu tertentu yang biasanya untuk periode satu tahun atau kuartal.

Laporan laba ditahan (Statement of retained earning) melaporkan berapa banyak

laba perusahaan yang ditahan dalam usahanya dan tidak dibayarkan ke

dividennya. Laporan arus kas adalah laporan yang melaporkan dampak dari

aktivitas-aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan oleh perusahaan pada arus kas

selama satu periode akuntansi. Jika disajikan bersama, semua laporan ini

memberikan gambaran akuntansi atas operasi dan posisi keuangan perusahaan.

2.1.3. Analisis Rasio Keuangan

Agar dapat mengevaluasi kondisi keuangan perusahaan dan kinerjanya,

analisis keuangan perlu melakukan pemeriksaan atas berbagai aspek kesehatan

keuangan perusahaan. Alat yang sering kali digunakan selama pemeriksaan

tersebut adalah rasio keuangan (financial ratio) atau indeks yang menghubungkan

dua angka akuntansi dan didapat dengan membagi satu angka dengan angka

(3)

Rasio-rasio keuangan dapat dikelompokkan menjadi lima kelompok

(Brigham dan Houston, 2006:95), yaitu:

1. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan hubungan antara kas dan

aktiva lancar lainnya dari sebuah perusahaan dengan kewajiban lancarnya.

Rasio ini terdiri dari Current Ratio, Acid Test Ratio, dan Cash Ratio.

2. Rasio Manajemen Aktiva

Serangkaian rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan telah mengelola

aktiva-aktivanya.

Rasio ini terdiri dari inventory turnover ratio, days sales outstanding, fixed

asset turnover ratio, dan total asset turnover ratio.

3. Rasio Manajemen Utang

Rasio manajemen utang atau rasio leverage keuangan adalah rasio yang

menunjukkan penggunaan dana melalui utang.

Rasio ini terdiri atas Debt to total asset, debt to total equity, times interest

earned, dan rasio cakupan EBITDA.

4. Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas adalah sekelompok rasio yang menunjukkan gabungan

efek-efek dari likuiditas, manajemen aktiva, dan utang pada hasil-hasil operasi.

Rasio ini terdiri dari profit margin on sales, basic earning power, return on

(4)

5. Rasio Nilai Pasar

Rasio nilai pasar adalah sekumpulan rasio yang menghubungkan harga saham

perusahaan dengan laba, arus kas, dan nilai buku per lembar sahamnya.

Rasio ini terdiri price earning ratio, price cash flow ratio, book value per

share, earning per share, dan dividend per share.

2.1.4. Financial leverage 2.1.4.1 Pengertian Leverage

Leverage jika diartikan secara harfiah berarti pengungkit, pengungkit

digunakan untuk mengangkat beban berat. Dalam ilmu manajemen keuangan juga

dikenal leverage, namun dalam makna yang berbeda tentunya. Menurut Sartono

(2001:257) “leverage adalah penggunaan aset dan sumber dana (sources of funds)

oleh perusahaan yang memiliki beban tetap dengan maksud agar meningkatkan

keuntungan potensial pemegang saham”. Dengan kata lain, penggunaan leverage

ditujukan agar keuntungan yang diperoleh lebih besar daripada biaya aset dan

sumber dananya, sehingga dapat meningkatkan keuntungan perusahaan atau

pemegang saham.

Gitman (2003:508) mengemukakan dampak dari penggunaan leverage

bagi perusahaan yaitu “Results from the use of fixed-cost or funds to magnify

returns to the firms owners. Generally increases in leverage result in increased

return and risk, whereas decreases in leverage result in decreases return and

risk”. Artinya bahwa akibat dari penggunaan biaya tetap untuk memperoleh

return bagi pemilik perusahaan secara umum juga akan meningkatan risiko.

(5)

pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa leverage digunakan oleh suatu

perusahaan bukan hanya untuk membiayai aktiva serta menanggung beban tetap

melainkan juga untuk memperbesar pendapatan. Konsep leverage tersebut sangat

penting terutama untuk menunjukkan kepada analis keuangan dalam melihat

trade-off (persimpangan) antara risiko dan tingkat keuntungan dari berbagai tipe

keputusan finansial.

2.1.4.2 Jenis-jenis Leverage

Pinjaman yang diperoleh perusahaan dapat berupa pinjaman operasional

dan pinjaman finansial. Kedua jenis pinjaman tersebut masing-masing memiliki

keunggulan dan kelemahannya. Pembahasan mengenai kedua jenis pinjaman

tersebut dikemukakan oleh Van Horne (2000;440,445) sebagai berikut.

1. Leverage Operasi (Operating Leverage)

Leverage operasi merupakan penggunaan aktiva dengan biaya tetap yang

bertujuan untuk menghasilkan pendapatan yang cukup untuk menutup biaya tetap

dan variabel serta dapat meningkatkan profitabilitas. Leverage operasi timbul

setiap saat perusahaan memiliki biaya-biaya tetap tanpa memperhatikan jumlah

biaya tersebut. Biasanya biaya-biaya yang menyangkut leverage operasi timbul

dari penggunaan aset tetap, seperti biaya depresiasi atau penyusutan aset tetap.

2. Leverage Keuangan (Financial Leverage)

Financial leverage berasal dari keberadaan biaya finansial tetap dalam

arus pendapatan perusahaan. Ada dua biaya finansial eksternal dalam hal

pendanaan, yaitu bunga pinjaman dan dividen saham preferen. Biaya-biaya ini

(6)

tersedia untuk membiayai biaya-biaya tersebut. Financial leverage dapat

didefenisikan sebagai kemampuan perusahaan perusahaan dalam menggunakan

kewajiban-kewajiban keuangan yang sifatnya tetap untuk mempengaruhi

perubahan EBIT terhadap pendapatan per lembar saham biasa (earning per share).

Financial leverage atau leverage keuangan timbul karena adanya

kewajiban-kewajiban keuangan yang sifatnya tetap yang harus dibayar oleh

perusahaan. Kewajiban-kewajiban keuangan yang tetap ini tidaklah berubah

dengan adanya perubahan pada tingkat EBIT dan harus dibayar tanpa melihat

sebesar apapun tingkat EBIT yang dicapai oleh perusahaan. Ada dua kewajiban

keuangan yang sifatnya tetap, yaitu: 1) bunga atas hutang, dan 2) dividen untuk

saham preferen.

Di dalam analisis financial leverage diasumsikan bahwa dividen untuk

pemegang saham preferen selalu dibayar dalam setiap periode. Asumsi ini

diperlukan karena tujuan utama dari finacial leverage adalah untuk mengetahui

berapa jumlah uang yang sesungguhnya tersedia bagi pemegang saham biasa

setelah bunga dan dividen untuk pemegang saham preferen dibayarkan.

Leverage keuangan menilai sejauh mana perusahaan menggunakan utang

yang dipinjam. Jenis-jenis dari rasio leverage keuangan adalah DAR, DER, LDAR dan LDER. Debt to Total asset Ratio adalah rasio utang terhadap total

aktiva didapat dari membagi total utang perusahaan dengan total utang

perusahaan. Rasio ini menekankan pada peran penting pendanaan utang bagi

(7)

oleh pendanaan utang. Besarnya hasil perhitungan rasio utang menunjukkan

besarnya total utang yang dapat dijamin oleh aktiva total.

Semakin tinggi DAR semakin besar resiko keuangan yang dihadapi

perusahaan, karena utang membawa konsekuensi beban bunga tetap, semakin

rendah rasio ini, maka akan semakin rendah resiko keuangannya. Para pemegang

saham biasanya lebih menyukai rasio leverage lebih banyak karena akan

memperbesar ekspektasi keuntungan, sedangkan para kreditor lebih menyukai

rasio leverage yang lebih rendah, karena semakin rendah rasio utang, maka resiko

kerugian yang dialami kreditor akan lebih rendah jika terjadi likuidasi.

Debt to Equity Ratio adala rasio utang terhadap ekuitas dihitung dengan

hanya membagi total utang perusahaan (termasuk kewajiban jangka pendek)

dengan ekuitas pemegang saham. Rasio ini menunjukkan hubungan antara jumlah

pinjaman yang diberikan kreditur dengan jumlah modal sendiri yang diberikan

oleh pemilik perusahaan. Besarnya hasil perhitungan rasio utang terhadap ekuitas

menunjukkan seberapa besar utang jangka panjang yang dapat dijamin dengan

ekuitas, maka akan semakin besar risiko keuangan yang ditanggung perusahaan.

Para kreditor secara umum menyukai jika rasio ini lebih rendah. Semakin

rendah rasio ini, semakin tinggi tingkat pendanaan perusahaan yang tersedia bagi

pemegang saham dan semakin besar perlindungan bagi kreditor. Jika DER

semakin meningkat maka menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin

memburuk, selain itu semakin tinggi DER menunjukkan struktur permodalan

lebih banyak dibiayai oleh pinjaman sehingga ketergantungan perusahaan

(8)

Long Term Debt to Total Asset Ratio adalah rasio yang menggambarkan

besarnya tingkat penggunaan hutang jangka panjang dibandingkan dengan total

aset yang dimiliki. Long Term Debt To Equity (LDER) merupakan perbandingan

antara utang jangka panjang dengan ekuitas saham biasa. Semakin tinggi rasio

LDER, maka semakin besar risiko yang ditanggung para pemegang saham

(Warsono, 2003:239).

3. Leverage Total / Gabungan (Combination leverage)

Leverage gabungan atau kombinasi merupakan pengaruh perubahan

penjualan terhadap laba setelah pajak ataupun pendapatan per lembar saham

(EPS). Leverage kombinasi terjadi apabila perusahaan baik operating leverage

maupun financial leverage dalam usahanya untuk meningkatkan keuntungan bagi

pemegang saham biasa. Leverage operasi timbul ketika ada biaya tetap dari

penggunaan aset (depresiasi), sedangkan leverage keuangan timbul pada saat ada

biaya tetap atas penggunaan dana pinjaman

2.1.5. Earning Per Share

Pada umumnya manajemen perusahaan, pemegang saham biasa dan calon

pemegang saham sangat tertarik akan Earning Per Share, karena hal ini

menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa.

Para calon pemegang saham tertarik dengan earning per share yang besar, karena

hal ini merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu perusahaan. EPS adalah

salah satu dari dua alat ukur yang sering digunakan untuk mengevaluasi saham

biasa disamping PER (Price Earning Ratio) dalam lingkaran keuangan (Fabozzi,

(9)

untuk tiap lembar sahamnya yang mampu diraih perusahaan pada saat

menjalankan operasinya.

EPS dapat dihitung dengan membagi laba yang tersedia bagi pemegang

saham biasa (laba setelah dikurangi dividen saham preferen) dengan rata-rata

tertimbang jumlah lembar saham yang beredar selama periode perhitungan

dilakukan. Semakin tinggi nilai EPS akan menggembirakan pemegang saham

karena semakin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham. Dengan

meningkatnya laba maka harga saham cenderung naik sedangkan ketika laba

menurun maka harga saham ikut juga turun, hal itu juga akan diikuti perubahan

return sahamnya.

Laba per lembar saham adalah suatu ukuran dimana baik manajemen

maupun pemegang saham menaruh perhatian besar (Helfert, 1993:67). Itu

digunakan secara luas dalam penaksiran nilai saham biasa dan sering merupakan

basis untuk menetapkan tujuan serta sasaran spesifik perusahaan sebagai bagian

dari perencanaan strategis. Walaupun angka laba per saham adalah salah satu

statistik yang selalu tersedia dalam laporan perusahaan yang dimiliki umum,

namun ada beberapa komplikasi. Terlepas dari elemen tidak biasa yang mungkin

ada pada pola laba bersih triwulanan dan tahunan, jumlah saham beredar

berbeda-beda dalam satu tahun pada banyak perusahaan, itu disebabkan oleh pengeluaran

saham-saham baru atau penarikan saham lama yang beredar.

Para analis mempunyai perhatian besar terhadap laba per saham yang lalu,

baik triwulan maupun tahunan. Proyeksi untuk masa datang sering dibuat

(10)

dibandingkan dengan proyeksi yang diamati secara teliti untuk melihat indikasi

kekuatan dan kelemahan. Pertumbuhan EPS memberikan informasi yang lebih

banyak kepada kita tentang perkembangan suatu perusahaan, bukan pertumbuhan

laba absolut.

Berdasarkan apa yang dijelaskan oleh Fabozzi mengenai earning per

share, maka Peneliti menggunakan rumus sebagai berikut untuk menentukan

besarnya EPS.

Berdasarkan rumus di atas, setidaknya ada dua faktor yang menentukan

besarnya tingkat EPS yang dihasilkan. Pertama yakni pada angka pembilangnya,

dimana jika net income after tax (laba bersih setelah pajak) semakin besar maka

besaran EPS nya juga akan besar. Faktor kedua yang menentukan besarnya

tingkat EPS adalah jumlah saham beredar (number of share outstanding) yang

fungsinya sebagai angka penyebut dalam rumus tersebut, dimana semakin banyak

perusahaan menggunakan dana dari penambahan jumlah saham beredar, maka

akan semakin memperkecil besarnya tingkat EPS yang diperoleh. Dalam

penelitian ini jumlah saham beredar yang peneliti gunakan adalah jumlah saham

(11)

2.1.6. Pengaruh Financial Leverage terhadap EPS

Tujuan utama perusahaan pada dasarnya adalah untuk meningkatkan dan

memaksimalkan keuntungan pemilik perusahaan. Keuntungan perusahaan

tercermin dalam laba bersih pada laporan keuangan, sedangkan keuntungan

pemilik perusahaan lebih spesifik lagi tercermin dalam laba untuk pemegang

saham biasa atau disebut sebagai Earning Per Share (EPS) atau laba per lembar

saham.

Secara umum ada dua faktor yang bisa mempengaruhi besar kecilnya

tingkat EPS, yakni struktur modal dan tingkat laba bersih sebelum bunga dan

pajak. Kedua faktor tersebut pada dasarnya sama-sama menekankan pada

alternatif sumber pendanaan melalui hutang atau modal pinjaman, dimana

perubahan dalam penggunaan hutang akan mengakibatkan perubahan laba per

lembar saham, dan juga mengakibatkan perubahan harga saham perusahaan.

Perusahaan yang menggunakan lebih banyak leverage keuangan (daripada

yang kurang) akan mengalami perubahan yang relatif besar dalam pendapatan per

lembar sahamnya. Efek Leverage berhubungan dengan tingkat pendapatan per

saham pada EBIT tertentu dengan struktur modal tertentu. Perusahaan sebaiknya

terlebih dahulu menganalisa sejumlah faktor dan kemudian menentapkan struktur

modal yang optimal agar tingkat pengembalian optimum. Struktur modal yang

optimal diperkirakan dengan identifikasi target rasio hutang (Keown, 200:584).

Alasan mengapa perusahaan melakukan pendanaan melalui utang

(12)

i. Karena beban dapat menjadi pengurang pajak, pengunaan utang akan

menurunkan tagihan pajak dan memberikan lebih banyak laba operasi

perusahaan yang tersedia bagi para investornya.

ii. Jika laba operasi dinyatakan dari aktiva ternyata melebihi tingkat bunga

atas pinjaman, seperti yang biasa terjadi, maka sebuah perusahaan dapat

menggunakan utang untuk memperoleh aktiva, membayar bunga atas

utang, dan masih memiliki sisa sebagai bonus bagi para pemegang

sahamnya.

Rasio leverage memiliki tiga implikasi penting: (1) Dengan memperoleh

dana melalui utang, para pemegang saham dapat mempertahankan kendali mereka

atas perusahaan tersebut sekaligus membatasi investasi yang mereka berikan. (2)

Kreditor akan melihat pada ekuitas atau dana yang diperoleh sendiri sebagai

suatau batas keamanan , sehingga semakin tinggi proporsi dari jumlah modal yang

diberikan oleh pemegang saham, maka semakin kecil resiko yang harus dihadapi

kreditor. (3) Jika perusahaan mendapatkan hasil dari inventasi yang didanai

dengan hasil pinjaman lebih besar daripada bunga yang dibayarkan, maka

pengembalian dari modal pemilik akan diperbesar (Brigham dan Houston,

2006:101).

Menurut Brigham (2006:213) “leverage keuangan (financial leverage)

merupakan penggunaan utang untuk meningkatkan laba”. Penggunaan utang

dalam investasi sebagai tambahan untuk mendanai aktiva perusahaan diharapkan

dapat meningkatkan keuntungan yang akan diperoleh pemilik perusahaan, karena

(13)

perusahaan yang tujuannya untuk menghasilkan laba. Selain itu ada dua alasan

yang dikemukakan oleh Brigham mengenai alasan mengapa penggunaan utang

ataupun financial leverage lebih menguntungkan, yakni (1) bunga merupakan

pengurang pajak sementara dividen untuk pemegang ekuitas bukan, serta (2)

karena bunga merupakan pengurang pajak, laba yang tersedia untuk pemegang

ekuitas menjadi lebih besar.

Brigham (2006:486) menyatakan bahwa hubungan financial leverage

terhadap EPS yaitu sebagai berikut “Changes in the use of debt will cause changes

in earning per share (EPS) as well as changes in risk both of which will affect the

company’s stock price”. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa penggunaan

hutang akan mengakibatkan perubahan EPS demikian pula dengan risiko.

Financial levarage dianggap menguntungkan apabila laba yang diperoleh lebih

besar dari pada beban tetap yang timbul akibat penggunaan utang tersebut, dan

financial leverage dianggap merugikan apabila laba yang diperoleh lebih kecil

dari pada beban tetap yang timbul akibat penggunaan utangnya tersebut. Jadi

dalam penggunaan financial leverage faktor yang paling menentukan adalah

kemampuan pihak manajemen dalam memanfaatkan dana pinjaman itu sendiri.

Faktor-faktor yang mempengaruhi EPS yang digunakan dalam Penelitian

ini adalah Debt to Total Asset Ratio, Debt to Equity Ratio, dan Long Term Debt

To Equity. Ketiga rasio ini merupakan bagian dari rasio leverage atau rasio utang

yang akan diteliti lebih lanjut pengaruhnya terhadap EPS. Kreditor lebih

menyukai Apabila Financial Leverage memiliki rasio yang lebih rendah, karena

(14)

akan terjadi. Sebaliknya, para pemegang saham mungkin menginginkan lebih

banyak leverage karena akan memperbesar ekspektasi keuntungan (Brigham dan

Houston, 2006:104).

2.2 Penelitian Terdahulu

Vani (2006) melakukan penelitian mengenai pengaruh financial leverage

terhadap earning per share pada PT. Aqua Golden Mississippi, Tbk, Jakarta,

dengan menggunakan variabel debt to equity ratio (DER) sebagai variabel

independennya, menemukan bahwa financial leverage (debt to equity ratio)

berpengaruh terhadap laba per lembar saham (earning per share) . Firani ( 2006)

melakukan penelitian mengenai pengaruh financial leverage terhadap rentabilitas

(earning per share) pada emiten sektor infrastruktur di Bursa Efek Jakarta,

dengan menggunakan variabel long term debt to equity ratio (LDER) sebagai

variabel independennya. Menemukan bahwa bahwa tidak ada pengaruh antara

financial leverage (long term debt to equity ratio) terhadap rentabilitas (earning

per share). Niranda (2008) melakukan penelitian mengenai pengaruh financial

leverage terhadap earning per share pada sub sektor industri makanan dan

minuman di Bursa Efek Jakarta periode 2001-2006, dengan menggunakan

variabel degree of financial leverage (DFL) sebagai variabel independennya,

menemukan bahwa financial leverage (degree of financial leverage) tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap earning per share. Dwi Armaya (2010)

melakukan penelitian pengaruh financial leverage terhadap earning per share pada

perusahaan perkebunan dan pertambangan yang terdaftar di BEI periode

(15)

over sebagai variabel independennya, menemukan bahwa financial leverage tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap earning per share.

Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu

Nama Judul Variabel Hasil Penelitian

Reviska Mega Vani

2006

Pengaruh Financial Leverage terhadap

Earning Per Share pada PT. Aqua Golden

Earning Per Share pada sub sektor industri makanan dan minuman di Bursa efek Jakarta periode 2001-2006

(16)

2006-2.3 Kerangka Konseptual

Earning per share merupakan alat analisis tingkat profitibilitas perusahaan

yang menggunakan konsep laba konvensional, Earning Per Share adalah salah

satu pertimbangan sebelum berinvestasi. Perubahan dalam penggunaan utang akan

menyebabkan terjadinya perubahan pada laba per lembar saham (Earning Per

Share-EPS) dan juga perubahan resiko (Brigham dan Houston, 2006:17).

Debt to Total Asset Ratio merupakan perbandingan antara hutang lancar

dan hutang jangka panjang dan jumlah seluruh aktiva diketahui. Rasio ini

menunjukkan berapa bagian dari keseluruhan aktiva yang dibelanjai oleh hutang.

Debt to Equity Ratio adalah rasio utang yang menunjukkan hubungan antara

jumlah pinjaman yang diberikan kreditur dengan jumlah modal sendiri yang

diberikan oleh pemilik perusahaan.

Long Term Debt to Total Asset Ratio adalah rasio yang menggambarkan

besarnya tingkat penggunaan hutang jangka panjang dibandingkan dengan total

aset yang dimiliki. Long Term Debt To Equity adalah rasio yang

memperbandingkan proporsi utang jangka panjang dengan ekuitas saham biasa.

Semakin tinggi rasio LDER, maka semakin besar risiko yang ditanggung para

(17)

Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka konseptual dapat dibuat secara

sistematis sebagai berikut :

Gambar 2.1

Kerangka Konseptual

2.4 Hipotesis

Berdasarkan landasan teoritis dan tinjauan penelitian terdahulu yang telah

dikemukakan di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:

H1: tidakada perbedaan yang nyata atau pengaruh yang nyata antara Debt to

Total Asset Ratio (DAR) terhadap tingkat Earning Per Share (EPS).

H2: ada perbedaan yang nyata atau pengaruh yang nyata antara Debt to Total

Asset Ratio (DAR) terhadap tingkat Earning Per Share (EPS).

DAR ( X

1

)

DER ( X

2

)

EPS ( Y )

LDER ( X

4

)

(18)

H3: tidak ada perbedaan yang nyata atau pengaruh yang nyata antara Debt to

Equity Ratio (DER) terhadap tingkat Earning Per Share (EPS).

H4: ada perbedaan yang nyata atau pengaruh yang nyata antara Debt to Equity

Ratio (DER) terhadap tingkat Earning Per Share (EPS).

H5: tidak ada perbedaan yang nyata atau pengaruh yang nyata antara Long

Term Debt to Total Asset Ratio (LDAR) terhadap tingkat Earning Per

Share (EPS).

H6: ada perbedaan yang nyata atau pengaruh yang nyata antara Long Term

Debt to Total Asset Ratio (LDAR) terhadap tingkat Earning Per Share

(EPS).

H7: tidak ada perbedaan yang nyata atau pengaruh yang nyata antara Long

Term Debt to Equity Ratio (LDER) terhadap tingkat Earning Per Share

(EPS).

H8: ada perbedaan yang nyata atau pengaruh yang nyata antara Long Term

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Penggunaan DES dalam bidang pembuatan biodiesel selain sebagai pelarut untuk memudahkan pencampuran fasa minyak dengan alkohol juga dapat digunakan sebagai katalis

Salah satu anak yang dapat meresepsi karya sastra khususnya cerita beragambar adalah anak usia operasional konkret karena bukan tidak mungkin anak usia

Pembatasan dalam mengajukan Itsbat Nikah harus dilakukan, agar tidak ada peluang untuk menyalahgunakan keadaan dan perkawinan yang telah menyimpang dari hukum tidak terulang

[r]

Rangkaian kunci elektronik automatis ni menggunakan IC 4066, yang terdiri atas empat saklar mandiri yang mampu mengendalikan isyarat digit atau asyarat analog yang dihubungkan

[r]

[r]

Dalam pengumpulan data pada penulisan ilmiah ini penulis menggunakan metode study pustaka yang bersumber dari bukubuku elektronika yang berhubungan dengan penulisan ilmiah dan