HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH TERHADAP PERCEPATAN MENARKE PADA ANAK PEREMPUAN
TESIS
DINA OLIVIA
067103010 / IKA
PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK – KONSENTRASI ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2010
HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH TERHADAP PERCEPATAN MENARKE PADA ANAK PEREMPUAN
TESIS
Untuk memperoleh gelar Magister Kedokteran Klinik di Bidang Ilmu Kesehatan Anak / M. Ked (Ped) pada Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara
DINA OLIVIA
067103010 / IKA
PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK – KONSENTRASI ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh Terhadap Percepatan Menarke Pada Anak Perempuan
Nama Mahasiswa : Dina Olivia Nomor Induk Mahasiswa : 067103010 / IKA
Program Magister : Magister Kedokteran Klinik Konsentrasi : Kesehatan Anak
Menyetujui Komisi Pembimbing
Dr. Hj. Melda Deliana, SpA(K) Ketua
dr. Supriatmo, SpA(K) Anggota
Ketua Program Magister Ketua TKP-PPDS
Prof. dr. H. Munar Lubis, SpA(K) dr. H. Zainuddin Amir, SpP(K)
Telah diuji pada
Tanggal: 15 Oktober 2010
PANITIA PENGUJI TESIS
KETUA : dr. Hj. Melda Deliana, SpA(K) ...
Anggota : dr. Supriatmo, SpA(K) ...
Prof. dr. Sjabaroeddin Loebis, Sp(A)K ...
dr. Hj. Tiangsa Sembiring, Sp(A)K ...
Prof. dr. Habibah Hanum, SpPD(K) ...
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan rahmat, karunia dan
kasih-Nya sehingga memberikan kesempatan kepada penulis dapat menyelesaikan
penulisan tesis ini.
Tesis ini dibuat untuk memenuhi persyaratan dan merupakan tugas akhir
pendidikan magister Kedokteran Klinik Konsentrasi Ilmu Kesehatan Anak di Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara / RSUP H. Adam Malik Medan.
Penulis menyadari penelitian dan penulisan tesis ini masih jauh dari
kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan, oleh sebab itu dengan segala
kerendahan hati penulis mengharapkan masukan yang berharga dari semua pihak di
masa yang akan datang.
Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyatakan penghargaan dan
ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Pembimbing utama dr. Hj. Melda Deliana, SpA(K) dan dr. Supriatmo,
SpA(K) yang telah memberikan bimbingan, bantuan serta saran-saran yang
sangat berharga dalam pelaksanaan penelitian dan penyelesaian tesis ini.
2. Prof. dr. H. Munar Lubis, SpA(K), selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Dokter Spesialis Anak FK USU yang telah banyak membantu dalam
menyelesaikan tesis ini.
3. Prof. Dr. H. Chairuddin P.Lubis, DTM&H, SpA(K) yang telah memberikan
kesempatan untuk mengikuti program pendidikan Dokter Spesialis Anak di
4. Rektor Universitas Sumatera Utara dan Dekan FK USU yang telah
memberikan kesempatan untuk mengikuti program pendidikan Dokter
Spesialis Anak di FK USU.
5. dr. H. Ridwan M. Daulay, SpA(K), selaku Ketua Departemen Ilmu Kesehatan
Anak Fakultas Kedokteran USU/RSUP H. Adam Malik Medan periode Juli
2007 sampai sekarang yang telah memberikan bantuan dalam penelitian dan
penyelesaian tesis ini.
6. Prof. dr. Sjabaroeddin Loebis, SP(A)K, dr.Hj.Tiangsa Sembiring, Sp(A)K,
dan Prof. dr. Habibah Hanum, SpPD(K) yang telah memberi masukan dan
bimbingan dalam penyelesaian tesis ini.
7. Seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU / RSUP
H. Adam Malik Medan yang telah memberikan sumbangan pikiran dalam
pelaksanaan penelitian dan penulisan tesis ini.
8. Bapak Parlindungan Pasaribu selaku Kepala Sekolah SD dan Bapak
Posdam Manihuruk selaku kepala sekolah SMP swasta Immanuel yang
telah sangat membantu Saya dalam penelitian ini.
9. Teman-teman PPDS yang tidak mungkin dapat saya lupakan yang telah
membantu saya dalam keseluruhan penelitian maupun penyelesaian tesis
ini, khususnya M. Hatta, Juliana, Nanda Susanti, dan Wagito terima kasih
untuk kebersamaan kita dalam melaksanakan penelitian dan pendidikan
10. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuan dalam terlaksananya penelitian serta penulisan tesis
ini.
Kepada yang sangat penulis cintai dan hormati, orang tua, dr. Anwar
Napitupulu, SpA dan Ibunda Zubaidah Siahaan, SH yang telah bersusah payah
membesarkan, memberikan rasa aman, cinta dan doa restu kepada penulis sejak
lahir hingga saat ini, dalam menjalani segala hal.
Akhirnya kedua buah hati yang tersayang, Jorsch Pieter Sirait dan Jessica
Astrid Sirait, terima kasih atas segala doa dan dukungan, kesabaran dan pengertian
yang mendalam serta pengorbanan atas segala waktu dan kesempatan yang tidak
dapat penulis habiskan bersama-sama kalian dalam suka cita dan keriangan selama
penulis menjalani pendidikan spesialisasi dan menyelesaikan tesis ini.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga penelitian dan tulisan ini dapat
bermanfaat bagi kita semua, Amin.
Medan, Oktober 2010
DAFTAR ISI BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pubertas 6
3.6. Persetujuan / Informed Consent 22
1. Persetujuan Penelitian dari Komite Etik Penelitian FK-USU 2. Susunan Peneliti, Rencana Anggaran, dan Jadwal Penelitian 3. Naskah Penjelasan kepada Orangtua
4. Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP) 5. Status Endokrinologi
6. Grafik CDC tahun 2000: Indeks Massa Tubuh anak perempuan usia 2-20 tahun
7. Daftar Riwayat Hidup
DAFTAR TABEL
1. Tabel 2.1.1. Tahap perkembangan pubertas anak perempuan 2. Tabel 4.1. Karakterisitik sampel penelitian
3. Tabel 4.2. Hubungan antara indeks massa tubuh (IMT) dengan stadium Tanner
4. Tabel 4.3. Hubungan antara indeks massa tubuh (IMT) dengan usia menarke
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 2.1.1. Pertumbuhan payudara dan rambut pubis pada anak perempuan
2. Gambar 2.2.1. Pengaruh neuroendokrin terhadap waktu pubertas 3. Gambar 2.4.1. Perubahan hormon dan endometrium selama
menstruasi normal 4. Gambar 2.7.1. Kerangka konseptual
DAFTAR SINGKATAN
BB : Berat badan
BMI : Body Mass Index
CDC : Center for Disease Control
cm : sentimeter
dkk ; dan kawan-kawan
FSH : Follicle Stimulating Hormone
g/l : gram per liter
GnRH : Gonadotropin Releasing Hormone
Hb : hemoglobin
IMT : Indeks Massa Tubuh
LH : Luteinizing Hormone
LHRH : Luteinizing Hormone Releasing Hormone
m : meter
ml : milliliter
NHANES : The National Health and Examination Survey
PNS : Pegawai Negeri Sipil
PSP : Persetujuan Setelah Penjelasan
SD : Sekolah Dasar
SMP : Sekolah Menengah Pertama
SPSS : Statistical Package for Social Science
TB : Tinggi badan
USA : United States of America
USU : Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMBANG
≥ : lebih besar atau sama dengan
< : lebih kecil dari
> : lebih besar dari
= : sama dengan
n : jumlah sampel / subjek
zα : Deviat baku normal untuk α
zβ : Deviat baku normal untuk β
α : Kesalahan tipe I β : Kesalahan tipe II
r : koefisien korelasi
CI : confidence interval
P : Probabilitas
SD : Standard Deviasi
Abstrak
Latar Belakang Saat ini usia menarke pada anak perempuan makin cepat. Status nutrisi sering dipertimbangkan memiliki pengaruh yang kuat terhadap menarke. Beberapa studi telah menunjukkan adanya kaitan indeks massa tubuh (IMT) seorang anak perempuan dengan usia pertama kali mendapat menstruasi (menarke).
Tujuan. Untuk mengetahui hubungan indeks massa tubuh dengan usia pertama kali mendapat menstruasi.
Metode Studi ini merupakan studi cross sectional. Pemilihan sampel secara purposive sampling yang dilakukan pada murid remaja perempuan yang berusia 10 sampai 15 tahun di SD sampai SMP sekolah swasta Immanuel di kota Medan yang dilakukan pada bulan Juli 2010. Semua subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi diukur tinggi badan (TB) dan berat badan (BB). TB diukur dengan menggunakan mikrotoir 2 m yang terbuat dari metal dengan tingkat presisi 0.5 cm, dimana posisi subjek berdiri tegak tanpa menggunakan alas kaki dengan muka lurus menghadap ke depan, bokong dan tumit menempel ke dinding, lalu TB diukur dari telapak kaki sampai batas atas kepala. Pengukuran BB dengan timbangan berdiri yang memiliki tingkat presisi 0.5 kg. Subjek ditimbang tanpa alas kaki dan hanya memakai seragam sekolah, lalu diukur indeks massa tubuh (IMT). Hubungan antara IMT dengan usia menarke dinilai dengan uji chi-square dan korelasi Pearson, dengn P < 0.05 dan interval kepercayaa 95%
Hasil Delapan puluh lima subjek berpartisipasi dalam penelitian ini, diperoleh anak dengan berat badan pada persentil 5-85, 85-95, dan di atas 95, masing-masing 44,29, dan 12. Ditemukan perbedaan yang bermakna usia rata-rata menarke antara kelompok persentil 5-85, 85-95, dan di atas 95 (IK 95% -9.00; -5.97 P 0.0001). Selanjutnya didapati korelasi yang kuat dan berpola negatif antara indeks massa tubuh dengan usia menarke ( r : - 0.38 P: 0.0001)
Kesimpulan Indeks masa tubuh mempengaruhi usia menarke. Semakin besar indeks masa tubuh maka usia menarke akan semakin cepat.
Abstract
Backgrounds In trend, early age at menarke in young girls. Nutrition status has an important role in attainment of menarche. Some studies had shown that asociation between body mass index (BMI) young girl with age at menarche.
Objective The aim this study was to assess the association of BMI with age of menarche
Methods This is cross sectional’s study .The recruitmen of samples with purposive sampling in young girls aged 10 until 15 years old at primary and elementary school in Immanuel’s school Medan at Juli 2010. The subjects whom according inclusion and exclusion criteria were measured height and body weight.The measured of body weight was microtoir 2 m with precision 0.5 cm, that was standing without foundation of the foot with saw to front, buttock and heels patched to wall, then measured body height from foundation to top of head. The measurement of body weight with pair of scales in precision 0.5 kg. The measurement of body weigh without foundation of the foot and with clothing of school. The association between BMI and early age of menarche assessed with chu square and Pearson’s correlation test with P < 0.05 and confidence interval 95%.
Results Eighthy five subjects were participated in this study. After measured the BMI, we found body weigh at percentile 5 -85, 85-95 , and > 95 consist 44, 29 , and 12 .Then, we found associaton negatif and strong among these group (r -0.38 P 0.0001)
.Conclusion Body mass index association body mass index BMI) with a menarche . Then, add of body mass index will accelerate of menarcShe in young girls.
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang`
Pubertas adalah masa peralihan dari anak menuju kedewasaan.1,2
Perubahan yang terjadi pada masa pubertas meliputi perubahan fisik, psikis,
perilaku, dan sosial.2,3 Perubahan fisik yang mencolok terjadi selama proses
ini, diikuti oleh perkembangan ciri-ciri seksual sekunder, perubahan
komposisi tubuh serta perubahan maturasi tulang yang cepat, dan diakhiri
dengan penyatuan epifisis serta terbentuknya perawakan dewasa.1,3
Awitan pubertas pada anak perempuan ditandai oleh pertumbuhan
payudara, pertumbuhan puncak kecepatan tinggi badan, dan menarke. 1
Menarke adalah tanda bahwa seorang anak perempuan telah memasuki usia
pubertas. Menarke merupakan menstruasi pertama yang dialami anak
perempuan. Menstruasi adalah keluarnya darah dari uterus yang terjadi
secara periodik dengan interval sebulan sekali yang menunjukkan aktifnya
organ reproduksi seorang wanita. Usia pertama kali mendapat menstruasi
biasanya terjadi antara 10 sampai 16 tahun dengan rata-rata berusia 12.8
tahun.1,4,5
Saat ini usia pubertas pada perempuan semakin cepat dibandingkan
abad-abad sebelumnya. Usia menarke di negara-negara industri seperti di
dalam kurun waktu 100 sampai 500 tahun.6-8 Dalam beberapa tahun terakhir,
usia menarke yang semakin cepat juga terlihat di negara berkembang.7,9,10
Faktor genetik berpengaruh pada percepatan usia menarke, namun selain itu
perubahan lingkungan, peningkatan status nutrisi dan pendidikan,
perkembangan fisik, dan meningkatnya status ekonomi dan sosial juga
terbukti sebagai penyebab perubahan ini.11-13
Usia anak perempuan pada saat pertama kali mendapatkan
menstruasi merupakan faktor yang sangat penting dalam perencanaan
kesehatan (selain pengadaan fasilitas sanitasi, informasi kesehatan yang
berhubungan dengan menstruasi di sekolah dasar dan menengah serta
pendirian pusat kesehatan remaja). Semakin cepatnya usia menarke yang
terjadi selama berabad-abad telah dinilai sebagai indikator positif dari
perbaikan nutrisi dan status ekonomi dari sebuah populasi.14-16
Percepatan usia menarke telah dicatat dalam beberapa periode dari
pertengahan 1800-an sampai pertengahan 1900-an dan sering dihubungkan
dengan perbaikan nutrisi dan kesehatan.17 Hal inI ditunjukkan pada anak
perempuan overweight lebih cepat mengalami menarke daripada yang
kurus.18 Pengamatan selanjutnya mendukung hipotesis bahwa massa lemak
tubuh merupakan faktor pemicu kerja neuroendokrin yang mencetuskan
onset menstruasi. Suatu studi yang dilakukan oleh badan survei nasional
dengan membandingkan indeks massa tubuh (IMT) pada anak menemukan
peningkatan kejadian obesitas selama periode 25 tahun.19 Beberapa data
lain juga mendukung hipotesis yang menyebutkan bahwa peningkatan
kejadian obesitas secara signifikan menyebabkan onset pubertas dini di
United States. Hal ini menyebabkan berkembangnya penelitian mengenai
pengaruh berat badan terhadap usia menarke, yaitu apakah seorang anak
perempuan normal yang mengalami menarke lebih awal dari rata-rata usia
menarke memiliki berat badan yang lebih daripada anak perempuan lain
dengan usia yang sama tetapi belum mengalami menarke. 20
Studi longitudinal dan cross sectional menemukan bahwa anak
perempuan dengan pubertas terlambat memiliki massa lemak tubuh dan IMT
yang lebih besar daripada anak perempuan prepubertas.21,22 Studi yang
dilakukan oleh Berenjy & Hanachi (2008) di beberapa sekolah di kota
Kermanshah dengan melibatkan anak perempuan berusia 11 sampai 14
tahun, menemukan adanya hubungan yang berkorelasi negatif antara IMT
dengan usia menarke.3
Hal yang berbeda diperoleh dari studi yang dilakukan oleh Rosenfield
dkk tahun 1988 sampai 1994 di United States yang mendapatkan bahwa
perkembangan payudara dan rambut pubis terjadi pada usia di bawah 8
tahun pada anak perempuan dengan IMT normal di populasi umum. Lemak
tubuh dan etnis kulit hitam non-Hispanik serta Amerika Meksiko tidak
1.2. Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan antara indeks massa tubuh dengan usia
pertama kali mendapat menstruasi (menarke) pada anak perempuan ?
1.3. Hipotesis
Ada hubungan antara indeks massa tubuh dengan usia pertama kali
mendapat menstruasi (menarke) pada anak perempuan
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan umum adalah untuk mengetahui hubungan antara indeks
massa tubuh dengan usia pertama kali mendapat menstruasi pada
anak perempuan
1.5. Manfaat Penelitian
1. Di bidang akademik / ilmiah : meningkatkan pengetahuan peneliti di
bidang endokrinologi, khususnya tentang hubungan antara indeks
massa tubuh dengan usia pertama kali mendapat menstruasi pada
anak perempuan
2. Di bidang pelayanan masyarakat : meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan khususnya peran penilaian indeks massa
perempuan mendapat menstruasi dalam menentukan derajat
kesehatan anak di Indonesia.
3. Di bidang pengembangan penelitian: memberikan tambahan data
terhadap bidang endokrinologi anak tentang hubungan antara
indeks massa tubuh dengan percepatan usia pertama kali
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pubertas
Pubertas adalah masa ketika seorang anak mengalami perubahan fisik,
psikis, dan pematangan fungsi seksual.1,2,21 Pubertas merupakan tahapan
dalam kehidupan dimana terjadi pematangan sistem reproduksi bersama
pertumbuhan somatik dan kematangan seksual. Masa pubertas biasanya
dimulai saat berumur 8 hingga 10 tahun dan berakhir lebih kurang di usia 15
hingga 16 tahun. Pada masa ini memang pertumbuhan dan perkembangan
berlangsung dengan cepat. Pada anak perempuan pubertas ditandai oleh
pertumbuhan payudara, pertumbuhan puncak kecepatan tinggi badan, dan
menarke.1 Tanner menyusun perkembangan payudara dan rambut pubis
seperti terlihat pada Tabel 2.1.1. dan Gambar 2.1.1. 22
Mekanisme terjadinya pubertas belum diketahui sepenuhnya, namun
pengaruh utama tampaknya berasal dari sistem saraf pusat. Sistem
neuroendokrin khususnya hormon gonodatropin yang dilepas neuron
gonadotropin-releasing hormone di nukleus arkuatus hipotalamus berperan
dalam mempengaruhi terjadinya pubertas. Neurotransmiter yang
menyebabkan penghambatan (inhibitor) atau stimulasi (stimulator) seperti
asetilkolin, katekolamin, gamma-aminobutyric acid, peptida opioid,
Tabel 2.1.1 Tahap perkembangan pubertas anak perempuan22
Tahap Payudara Rambut pubis
Tahap 1
Payudara dan areola membesar, tidak ada kontur pemisah
Areola dan papilla membentuk bukit kedua
Bentuk dewasa, papilla menonjol, areola sebagian bagian dari kontur buah dada
Tidak ada rambut pubis
Jarang,berpigmen sedikit, lurus, atas medial labia
Lebih hitam, mulai ikal, jumlah bertambah
Kasar, keriting, belum sebanyak dewasa
Bentuk segitiga seperti pada perempuan dewasa, tersebar sampai medial paha
2.2. Perubahan Hormonal dan Awitan Pubertas
Sebelum pubertas, steroid gonad dalam jumlah yang kecil mampu menekan
aktivasi hipotalamus dan hipofisis. Dengan awitan pubertas, gonadostat
hipotalamus secara progresif menjadi kurang peka terhadap efek supresi
(LH) dan follicle stimulating hormone (FSH) meningkat, yang selanjutnya
akan menstimulasi gonad sehingga tercapai keadaan homeostatik baru
(gonadarke). Kira-kira satu sampai dua tahun sebelum awitan pubertas,
terjadi sekresi LH dalam jumlah kecil saat tidur. Sekresi LH terjadi secara
pulsatil dan dianggap mencerminkan pelepasan luteinizing hormone
releasing hormone (LHRH) hipotalamus endogen secara episodik. Dengan
adanya sekresi LH nokturnal tersebut, diperkirakan awitan pubertas akan
terjadi dalam waktu satu sampai dua tahun kemudian. Sekresi LH nokturnal
pulsatil terus berlanjut dan meningkat dalam aspek frekuensi maupun
amplitudonya saat gambaran klinis pubertas mulai terlihat.1,26
Gambar 2.1.1. Pertumbuhan payudara dan rambut pubis pada anak
Penurunan kepekaan hipotalamus dianggap penting dalam awitan
pubertas. Pada saat anak perempuan mengalami pubertas terjadi
peningkatan tajam produksi FSH yang mendahului peningkatan estradiol
plasma. Sedangkan pada laki-laki LH meningkat sebelum peningkatan tajam
testosteron. Selama pubertas kadar LH bioaktif dalam plasma meningkat
lebih jauh dibandingkan dengan LH imunoreaktif, maka terjadi perubahan
kualitatif dan kuantitatif LH. 24-26
Pada pertengahan masa pubertas, sekresi LH secara pulsatil semakin
nyata bahkan pada saat tidur.Sekresi gonadotropin secara pulsatil ini
merupakan stimulasi awal terhadap maturasi gonad (gonadarke). Faktor
yang mengaktivasi atau mengendalikan pulse generator LHRH belum
diketahui.1,24-26
Selama masa remaja respon LH terhadap Gonadotropin Releasing
Hormone (GnRH) meningkat dengan cepat pada kedua jenis kelamin, namun
peningkatan FSH tidak sepesat kenaikan LH. FSH dan LH bekerja secar
sinergis untuk menimbulkan perubahan-perubahan gonad pada masa
pubertas. 1,26
Pada anak laki-laki, LH menstimulasi sel Leydig untuk mensekresi
testosteron, sedangkan FSH menstimulasi sel sertoli untuk memproduksi
suatu peptida yang disebut inhibin yang akan menimbulkan reaksi umpan
balik dan menghambat estrogen. Pada perempuan FSH menstimulasi sel
mensekresi inhibin. Sementara itu LH muncul dan sedikit berperan sampai
saat menarke dan menjadi pencetus timbulnya ovulasi, selanjutnya LH
menstimulasi sel teka untuk mensekresi androgen dan prekusornya.24-26
Pada perempuan terjadi perubahan hormonal yang mencolok
menjelang menarke yaitu penurunan sensitivitas mekanisme umpan balik
negatif hormon seks. FSH kurang ditekan oleh hormon seks sehingga
kadarnya akan meningkat. Peningkatan kadar FSH akan merangsang
ovarium sehingga folikel-folikel primer berkembang dan kadar estradiol
meningkat. Perubahan status hormonal ini akan tampak dari munculnya
tanda-tanda seks sekunder. Beberapa saat menjelang menarke, muncul
mekanisme kontrol baru yaitu umpan balik positif estradiol terhadap hipofisis
yang menghasilkan lonjakan LH. Lonjakan LH berkaitan dengan ovulasi. Bila
tidak terjadi ovulasi maka kadar estradiol menurun dan keadaan ini akan
diikuti dengan perdarahan akibat deskuamasi endometrium yang berupa haid
pertama.1,25-27 Pengaruh neuroendokrin terhadap waktu pubertas dapat dilihat
pada Gambar 2.2.1.27 Waktu pubertas dapat dipengaruhi beberapa faktor
termasuk karakteristik genetika, ras, lemak tubuh, aktifitas, dan diet.24-26
2.3. Menarke
Menarke adalah menstruasi pertama yang terjadi pada remaja perempuan.1,2
Usia menarke pada perempuan dapat berbeda-beda. Hal ini bisa disebabkan
2.3.1. Usia Menarke dan Status Sosioekonomi
Berbagai penelitian telah banyak membuktikan hubungan usia menarke dan
status sosioekonomi. Bagga dan Kuklkarni (2000) mengamati adanya
korelasi yang positif antara pekerjaan orang tua dan usia menarke.28 Studi
lain membuktikan hubungan yang kuat antara status sosioekonomi yang
biasanya berhubungan dengan norma keluarga kecil, kondisi kehidupan yang
lebih baik, nutrisi yang sesuai, dapat menjadi alasan dengan faktor lainnya
untuk proses kematangan psikoseksual yang menjelaskan onset awal dari
menarke. Namun demikian, ada beberapa studi yang menemukan hubungan
yang tidak signifikan antara status sosioekonomi dengan usia menarke.29
2.3.2. Usia Menarke dan Diet
Nutrisi selalu dikaitkan sebagai faktor utama yang berpengaruh pada periode
pertumbuhan pubertas. Diet yang mengandung tinggi kalori dan kaya protein
menyebabkan kematangan fisik yang lebih baik dan percepatan usia
menarke. Padmavati dkk (1974) melaporkan bahwa remaja perempuan yang
bukan vegetarian mengalami percepatan usia menarke sekitar enam bulan
dibandingkan yang vegetarian. Jumlah protein dan kalori pada diet
Gambar 2.2.1. Pengaruh neuroendokrin terhadap waktu pubertas27
2.3.3. Usia Menarke dan Aktifitas Fisik
Pengeluaran energi melalui aktifitas fisik diketahui merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi usia menarke. Latihan fisik yang intensif
selama usia prepubertas mengakibatkan perlambatan pertumbuhan dan
pubertas. Sebuah studi yang dilakukan oleh Sidhu dan Grewal (1980)
telah membuktikan bahwa usia menarke melambat pada atlit perempuan.31
Moison dkk (1991) mengamati bahwa peserta kompetisi dansa, balet,
sanggar senam, renang dan menyelam memiliki risiko yang rendah
(1993) mencatat bahwa peningkatan aktifitas fisik berhubungan dengan
perlambatan usia menarke.33 Pada saat yang bersamaan diperkirakan bahwa
timbulnya stres pada saat latihan yang berat dapat menghambat atau
mengganggu pembangkit sinyal GnRH.31,33
2.4. Siklus Menstruasi
Menstruasi adalah siklus perdarahan uterus yang dialami oleh kebanyakan
remaja perempuan pada masa reproduktif. Hal ini ditandai dengan pelepasan
yang siklik dari endometrium sekretorik karena penurunan produksi
progesteron dan estradiol disebabkan pengecilan korpus luteum.34
Panjang siklus menstruasi bervariasi antara satu sampai dua hari setiap
bulan dan hanya 50% perempuan yang memiliki siklus dalam batas 26
sampai 30 hari yang kemudian disebut dengan interval 28 hari. Panjangnya
siklus menstruasi bervariasi menurut umur dan ovulasi. Siklus anovulasi
cenderung lebih singkat dan terjadi selama usia reproduksi.34
Lamanya siklus menstruasi bervariasi, rata-rata adalah selama 26 sampai 28
hari dengan batas 21 sampai 35 hari pada usia antara 17 sampai 41 tahun.
Durasi menstruasi adalah selama 3 sampai 7 hari dengan total kehilangan
darah sebanyak 70 ml sampai 80 ml. Kehilangan darah yang melebihi 80
ml berkorelasi dengan terjadinya anemia (Hb < 12 g/l) dan menurunnya
kadar besi plasma. Usia menstruasi bagi sebagian besar perempuan dimulai
pada usia 13 tahun dan berhenti pada usia 51 tahun. Perubahan hormonal
Siklus menstruasi seringkali irreguler pada remaja, khususnya pada interval
dari siklus pertama dan siklus kedua. Menurut studi yang dilakukan berbagai
lembaga yang bekerjasama dengan World Health Organization (WHO) pada
3073 remaja perempuan, median panjang siklus pertama setelah menarke
adalah 34 hari, dan sebanyak 38% responden panjang siklus menstruasi
mencapai 40 hari. Hasil studi juga menunjukkan beragamnya variasi panjang
siklus menstruasi: 10% remaja perempuan dengan interval lebih dari 60 hari
dan 7% lainnya hanya 20 hari. Sebagian besar responden mengalami
perdarahan menstruasi pertama selama 2 sampai 7 hari.35
Gambar 2.4.1. Perubahan hormon dan endometrium selama menstruasi
Awal menstruasi ditandai dengan siklus anovulasi, namun frekuensi ovulasi
berhubungan dengan waktu sejak mendapat menarke dan usia saat
menarke. 36,37 Menarke dini dikaitkan dengan onset dini dari siklus ovulasi.
Bila usia menarke lebih muda dari 12 tahun, 50% siklus ovulasi terjadi pada
tahun pertama ginekologik (tahun setelah menarke).38
2.5. Indeks Massa Tubuh
Indeks massa tubuh (IMT) atau indeks Quetelet, ditemukan antara 1830 dan
1850 oleh seorang Belgia yang bernama Adolphe Quetelet ketika
mengembangkan "ilmu fisika sosial".39 IMT telah digunakan oleh World Health
Organization (WHO) sebagai standar untuk mencatat statistik obesitas sejak
awal 1980-an. Di Amerika Serikat, IMT juga digunakan sebagai ukuran
underweight, untuk penderita yang mengalami gangguan makan, seperti
anoreksia nervosa dan bulimia nervosa. Pengukuran IMT dapat dilakukan
dengan cepat dan tanpa biaya yang mahal. 39,40
IMT didefinisikan sebagai ukuran yang diperoleh dari berat badan
individu (kg) dibagi dengan kuadrat tingginya (m2). Formula yang universal
digunakan adalah:40
IMT =
Penentuan IMT dapat juga dilakukan dengan menggunakan kurva IMT, yang
badan (sumbu vertikal) dengan menggunakan garis kontur untuk nilai dari
IMT yang berbeda atau warna yang berbeda untuk kategori IMT (Lampiran
6).39,40
IMT memiliki sejumlah keuntungan dibandingkan pengukuran lainnya untuk
menentukan adipositas. Pengukuran tinggi badan dan berat badan yang
dinyatakan dalam IMT memberikan pengukuran yang reliabel dari
kegemukan di populasi daripada pengukuran ketebalan lipatan kulit otot
trisep. Reliabilitas pengukuran antara interobserver dan intraobserver sangat
sulit ditegakkan, semakin rendah reliabilitas semakin tinggi lemak tubuh, dan
tidak ada metode yang efisien untuk mengkaji reliabilitas dari berbagai
survei.39,40
2.6 Hubungan Indeks Masa Tubuh dan Menarke
Hubungan antara lemak tubuh dan menarke masih sukar dipahami, meskipun
terdapat pandangan yang menyebutkan bahwa hormon leptin memainkan
peran yang penting. Leptin adalah protein 16,7-kD yang dikode oleh gen ob
dan dihasilkan oleh jaringan lemak. Konsentrasi serum leptin berkorelasi kuat
dengan persentase lemak tubuh pada orang dewasa (r 0,85, P < 0,001).
Leptin diketahui berperan penting bukan hanya pada pengaturan asupan
makanan dan metabolisme namun juga pengaturan onset pubertas. 41,42
Bukti peran leptin pada sistem reproduksi berasal dari uji coba pada
reproduksi pada tikus betina normal. Studi lainnya dengan menggunakan
tikus ob/ob menunjukkan bahwa leptin tidak secara primer menginisiasi
pubertas, namun memacu proses pematangan seksual.42 Garcia-Mayor dkk
(1997) mengukur serum leptin pada anak-anak dan remaja dan menemukan
bahwa pada remaja perempuan kadar leptin meningkat pada awal pubertas,
menetap pada masa pertengahan pubertas, kemudian memuncak pada
payudara Tanner tingkat 5. Selain itu, kadar leptin yang bersirkulasi
2.6. Kerangka Konseptual
Hypothalamus – Pituitary – Gonadal Axis
BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1. Desain
Penelitian ini merupakan studi cross sectional untuk menilai hubungan antara
indeks massa tubuh (IMT) dengan usia menarke pada anak perempuan.
3.2. Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan pada murid Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah
Menengah Pertama (SMP) usia 10 sampai 15 tahun di Sekolah Perguruan
Immanuel di kota Medan. Waktu penelitian dilaksanakan bulan Juni 2010.
3.3. Populasi dan Sampel
Populasi target adalah remaja perempuan yang berusia 10 sampai 15 tahun.
Populasi terjangkau adalah populasi target yang sedang menjalani
pendidikan SD dan SMP di Sekolah Perguruan Immanuel Kota Medan.
Sampel adalah populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi.
3.4. Besar sampel
Besar sampel dihitung berdasarkan rumus untuk menentukan besar sampel
tunggal pada uji hipotesis dengan menggunakan koefisien korelasi (r)
n = besar sampel
zα = tingkat kemaknaan = 1,96
zβ = power = 1,84
r = koefisien korelasi = 0,3
berdasarkan rumus di atas, maka besar sampel adalah 85 orang
3.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi Kriteria inklusi :
- Remaja perempuan berusia 10 sampai 15 tahun.
- Mendapat informed consent dari orangtua.
Kriteria Eksklusi :
- Anak dengan gizi kurang.
- Mendapat obat-obatan hormonal.
- Menderita penyakit kronis.
- Anak menolak dilakukan pemeriksaan.
3.6. Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent)
Subjek penelitian diminta persetujuan dari orang tua untuk dilakukan
penilaian indeks massa tubuh (IMT) dengan cara mengukur berat badan dan
tinggi badan responden. Formulir persetujuan setelah penjelasan dan naskah
3.7. Etika Penelitian
Izin dari Komisi Etika Penilitian Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara.
3.8. Cara Kerja dan Alur Penelitian
3.8.1. Metode Pengambilan Sampel
Pemilihan sekolah (SD dan SMP) ditetapkan secara purposive sampling.
Subjek dikelompokkan berdasarkan usia (dalam tahun) dengan stratified
random sampling.
3.8.1. Pengukuran
1. Melakukan survei dan pendataan awal di SD dan SMP di Sekolah
Perguruan Immanuel Medan.
2. Melakukan pengambilan sampel dengan menilai kriteria inklusi dan
eksklusi.
3. Dilakukan pengisian status endokrin terhadap sampel penelitian.
4. Mengukur Tinggi Badan (TB) sampel dengan menggunakan microtoir 2
meter yang terbuat dari metal dengan tingkat presisi 0,5 cm. Sampel
diukur pada posisi tegak dengan muka lurus menghadap ke depan,
bokong dan tumit menempel ke dinding, tanpa menggunakan alas kaki.
5. Mengukur Berat Badan (BB) sampel dengan menggunakan timbangan
merk Camry dengan tingkat presisi 0,5 kg. Subjek ditimbang tanpa
6. Melakukan penilaian indeks massa tubuh (IMT) sampel yaitu BB (dalam
kg) dibagi TB2 (dalam m2), kemudian memetakannya pada grafik Center
for Disease Control (CDC) tahun 2000 untuk IMT anak perempuan usia
2 sampai 20 tahun.
7. Menilai perkembangan seksual sampel dengan kriteria stadium Tanner
dengan melihat pertumbuhan payudara dan rambut pubis sampel.
Penilaian ini didampingi oleh 1 guru perempuan, 2 orang PPDS, dan 1
orang co-asisten perempuan.
Alur penelitian
Populasi terjangkau yang memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi
Randomisasi
85 sampel
Penilaian stadium Tanner Pembagian kelompok berdasarkan IMT
3.9. Identifikasi Variabel
Variabel Bebas Skala
IMT Nominal
Variabel Tergantung Skala
Usia Pertama Kali Mendapat Menstruasi Nominal
3.10. Definisi Operasional
1. Remaja perempuan adalah anak perempuan berusia 10 sampai 15 tahun
yang sedang menjalani pendidikan SD dan SMP di Sekolah Perguruan
Immanuel kota Medan.
2. Menstruasi adalah siklus perdarahan uterus yang terjadi pada remaja
perempuan usia 10 sampai 15 tahun.
3. Menarke adalah menstruasi yang pertama kali terjadi pada remaja
perempuan usia 10 sampai 15 tahun.
4. Usia menarke adalah usia kronologis pertama kali mendapat menstruasi.
5. Penilaian indeks masa tubuh (IMT) adalah hasil pengukuran berat badan
(dalam kilogram) dibagi dengan tinggi badan (dalam meter) kuadrat yang
dipetakan pada Centre of Diseases Control (CDC) berdasarkan usia
dengan kriteria sebagai berikut:
a. Gizi kurang : IMT berada pada < persentil 5.
b. Gizi baik : IMT berada pada persentil 5 sampai 85.
d. Obesitas : IMT berada pada > persentil 95.
6. Penyakit kronis adalah selama 3 bulan atau lebih mempengaruhi
aktifitas anak sesuai usianya, menyebabkan perawatan di rumah sakit,
pelayanan kesehatan di rumah, atau penggunaan alat medis yang
berlebihan dibandingkan dengan anak seusianya.45
7. Stadium Tanner adalah tahap perkembangan fisik anak perempuan pada
masa pubertas.
3.11. Pengolahan dan Analisis Data
Data yang terkumpul diolah, dianalisis, dan disajikan dengan menggunakan
program komputer Statistical Package for Social Science (SPSS) versi 16.0,
dan Microsoft Excel tahun 2007. Interval kepercayaan yang digunakan
adalah 95% dan batas kemaknaan P<0.05.
Untuk menilai hubungan antara IMT yang berskala nominal dengan
usia pertama kali mendapat menstruasi (menarke) yang berskala nominal
BAB 4. HASIL
Subjek penelitian dipilih dari anak perempuan usia 10 sampai 15 tahun
murid SD dan SMP Immanuel di Medan.
90 subjek
Dieksklusikan:
5 anak tidak bersedia mengikuti penelitian
Persentil 85-95 n = 29 Persentil 5-85
n= 44
>Persentil 95 n = 12 Indeks masa tubuh (IMT)
Subjek memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi (n= 85)
Gambar 4.1. Profil studi
Profil studi dapat dilihat pada Gambar 4.1. Dapat dilihat disini bahwa
gizinya dan didapati ternyata indeks massa tubuh (IMT) anak berada pada
persentil 5 sampai 85 sebanyak 44 (51.8%) anak, antara persentil 85 sampai
95 sebanyak 29 (34.1%) anak, sedangkan yang memiliki IMT lebih besar dari
persentil 95 sebanyak 12 (14.1%) anak. Tidak ditemukan anak dengan
indeks massa tubuh di bawah persentil 5.
Dari tabel karakteristik sampel (Tabel 4.1) didapati bahwa indeks massa
tubuh anak berbeda antara kelompok dengan IMT persentil 5 - 85, 85 - 95,
dan diatas persentil 95 dengan rerata IMT 23.8 kg/m2, sedangkan rerata
umur ketiga kelompok adalah 12.6 tahun. Rerata usia orangtua, pendidikan
orangtua, dan penghasilan orangtua pada ketiga kelompok dapat dilihat pada
Penilaian stadium Tanner dilakukan pada semua sampel. Tidak
ditemukan perbedaan yang bermakna maturitas seksual antara kelompok
IMT persentil 5 - 85, 85-95, dan diatas 95. Hal ini dapat dilihat pada Tabel
4.2. di atas.
Tabel 4.3 di atas menunjukkan hubungan antara indeks masa tubuh (IMT)
terhadap usia menarke pada anak. Dijumpai perbedaan yang bermakna usia
Tabel 4.4. Hubungan korelasi antara indeks massa tubuh (IMT) terhadap indeks masa tubuh
Koefisien korelasi (r) P
Indeks massa tubuh (IMT)
Usia menarke (tahun)
- 0.38 0.0001
Dari Tabel 4.4 di atas didapati hubungan yang kuat dan berpola
negatif antara indeks massa tubuh dengan usia menarke. Nilai korelasi
r : – 0.38 menunjukkan korelasi negatif dengan kekuatan korelasi yang kuat.
Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar indeks massa tubuh, maka akan
BAB 5. PEMBAHASAN
Usia saat terjadi pubertas sangat bervariasi. Sebagian besar anak
perempuan akan mengalami pubertas pada usia 10 sampai 15 tahun. Awitan
pubertas pada anak perempuan ditandai oleh pertumbuhan payudara,
pertumbuhan puncak kecepatan tinggi badan, dan menarke. Menarke
merupakan tanda awal kedewasaan pada anak perempuan.1
Akhir-akhir ini usia menarke cenderung lebih awal. Seperti yang terjadi
di Jerman dimana usia rata-rata menarke telah menurun dari 15.5 tahun pada
tahun 1869 menjadi 12.5 tahun pada tahun 1978.45 Kini, usia menarke
berada pada usia 12.5 sampai 13 tahun di banyak negara Eropah dan United
States of America (USA).16
Perbaikan status nutrisi dianggap sebagai pencetus penting terjadinya
percepatan onset pubertas. Pada tahun 1971 Frisch dan Revelle
mengajukan hipotesis critical body weight tentang hubungan onset menarke
dengan berat badan berdasarkan data berat badan yang dikumpulkan dari
tahun 1929 sampai 1950 pada 181 anak perempuan.46 Beberapa tahun
belakangan ini, telah banyak diamati adanya peningkatan rasio berat badan
relatif terhadap tinggi badan yang sering disebut indeks massa tubuh (IMT),
yang menetap selama satu tahun prepubertas. Peningkatan lemak tubuh
tanda penting persiapan reproduksi saraf pusat hipotalamus yang
menginduksi pubertas. 47
Sejalan dengan hipotesis critical body weight tersebut dapat
diprediksikan bahwa pada populasi akan terjadi peningkatan jumlah anak
obesitas, yang selanjutnya berakibat percepatan usia menarke.47
Kenyataannya, selama 10 tahun terakhir prevalensi anak obesitas
meningkat terus di USA dan Eropah. Survei selanjutnya menemukan bahwa
lebih dari 18% anak usia normal pubertas mengalami overweight.48
Beberapa survei besar di USA menunjukkan bahwa rata-rata anak
perempuan yang sudah menarke memiliki indeks massa tubuh (IMT) yang
lebih besar daripada anak perempuan yang belum menarke. 49,50
Telah terjadi penurunan usia menarke yang dramatis antara
pertengahan 1800-an dan pertengahan 1900-an yang berhubungan dengan
perubahan pada berat dan tinggi badan anak selama periode ini. Penurunan
usia menarke ini terjadi akibat perbaikan status nutrisi. 18,51
Sejumlah studi tentang hubungan antara percepatan pertumbuhan
tinggi badan dan berat badan terhadap onset menarke telah banyak
dilakukan di berbagai negara seperti di Oman, Kroasia, Katalonia, dan
Senegal dimana semua studi tersebut menemukan bahwa IMT
mempengaruhi onset pubertas. 52-55 Tetapi belumlah jelas apakah lemak
berhubungan dengan perubahan komposisi tubuh termasuk massa lemak
dan berat badan. 56
Pada studi ini didapati perbedaan yang bermakna rata - rata IMT
antara kelompok dengan indeks massa tubuh antara persentil 5 sampai 85
(20.4%), persentil 85 sampai 95 (23.6%) , dan di atas persentil 95 (27.5%),
demikian juga usia menarke dijumpai perbedaan yang bermakna diantara
ketiga kelompok. Hal ini berarti bahwa indeks massa tubuh mempengaruhi
usia menarke pada anak perempuan.
Rata-rata usia menarke yang ditemukan pada studi ini lebih muda
daripada rata-rata usia menarke yang ditemukan di USA dan Eropah. Hal ini
mungkin disebabkan jumlah sampel yang sedikit pada studi ini.
Temuan pada studi ini menunjukkan bahwa efek peningkatan indeks
massa tubuh (IMT) mempengaruhi percepatan usia menarke pada anak
perempuan. Hasil yang ditemukan pada studi ini sesuai dengan studi yang
dilakukan sebelumnya oleh Gross dan Smith di daerah high-malnutrition di
Papua New Guinea yang mendukung hipotesis critical body weight dengan
melakukan studi terhadap 310 anak perempuan, mereka menemukan bahwa
berat badan lebih, memiliki hubungan dengan onset menarke daripada tinggi
badan.51
Studi cross sectional di Berlin dari tahun 2006 sampai 2007 yang
dilakukan pada 1840 anak perempuan usia 10 sampai 15 tahun mendapati
dari 10% prevalensi obesitas. Meskipun demikian, masih ditemukan korelasi
negatif antara IMT dengan usia onset pubertas.47
Hasil studi cohort yang dilakukan pada 954 anak perempuan di
sekolah SMP di Taipei, Taiwan tahun1993, tidak mendukung hasil studi ini,
dimana ditemukan bahwa kecepatan tinggi badan mencapai puncak pada
satu tahun sebelum menarke tetapi kecepatan tinggi badan berhenti dalam
satu tahun setelah menarke. Perubahan kecepatan berat badan tidak
mempengaruhi percepatan usia menarke.57
Salah satu penanda awitan pubertas pada anak perempuan adalah
perkembangan fisik yang terjadi. Pada tahap ini dinilai perkembangan
payudara dan rambut pubis dengan menggunakan stadium Tanner yang
sudah diterima di seluruh dunia.8 Skala ini mengambarkan tahap 1 sebagai
stadium prepubertas, tahap 2 sebagai onset pubertas, dan tahap 5 sudah
mencapai kedewasaan.11 Berdasarkan data dari the Third National Health
and Nutrition Examination Survey yang melakukan penelitian pada anak
perempuan usia 8 sampai 16 tahun mendapati bahwa onset rata-rata usia
tumbuhnya rambut pubis, perkembangan payudara, dan usia menarke
masing-masing 9.5; 9.5; dan 12.1 tahun pada anak perempuan kulit hitam,
sementara untuk Amerika Meksiko masing-masing 10.3; 9.8; dan 12.2 tahun,
sedangkan pada anak perempuan kulit putih masing-masing 10.5; 10.3; dan
12.7 tahun. Dari hasil ini diketahui anak perempuan kulit hitam dan Amerika
pada usia yang lebih muda dari pada kulit putih. Temuan ini semakin
memperkuat studi sebelumnya yang menyebutkan bahwa ras dan etnis
berhubungan dengan maturasi pubertas pada anak-anak perempuan di
Amerika. Alasan tentang perbedaan ras dan etnis mempengaruhi usia
menarke belumlah jelas. 58
Indeks massa tubuh (IMT) digunakan untuk menilai banyaknya lemak
tubuh pada anak dan remaja. Kondisi populasi, ras dan usia mempengaruhi
kurva IMT, tetapi belum diketahui apakah maturasi seksual mempengaruhi
kurva IMT. Suatu studi cross sectional yang dilakukan di Ankara (1999)
terhadap 167 anak perempuan sehat usia 9-16 tahun mendapatkan bahwa
ditemukan hubungan positif antara indeks massa tubuh (IMT) dengan berat
badan (r :0.82 P < 0.001) dan perkembangan payudara stadium Tanner
( r : 0.49 P < 0.001). Peningkatan indeks massa tubuh sejalan dengan
peningkatan maturitas seksual yang meningkat sesuai usia.59
Studi ini menemukan bahwa perkembangan fisik anak berada pada
Tanner 2 dan 3, dimana tidak dijumpai perbedaan yang bermakna tingkat
perkembangan fisik antara kelompok dengan IMT 5-85. 85-95, dan di atas
95. Hal ini disebabkan karena semua sampel pada studi ini sudah
mengalami menarke, sehingga tidak bisa dinilai pengaruh IMT terhadap
maturitas seksual anak.
Faktor lain yang mempengaruhi menarke adalah faktor lingkungan
studi menyebutkan bahwa 53% sampai 70% variasi usia menarke
dipengaruhi oleh genetika. Paparan estrogen pada jaringan melalui reseptor
estrogen penting untuk terjadinya menarke, yang secara genetik dipengaruhi
oleh mekanisme ini. Sebaliknya, usia menarke dipengaruhi oleh total durasi
terjadinya pemaparan estrogen di jaringan. 60
Studi ini tidak menilai faktor genetika terhadap percepatan usia
menarke, tetapi suatu studi cohort yang dilakukan di Greek pada remaja
perempuan menemukan bahwa gen polymorphism ERα dan ERβ
mempengaruhi usia menarke. 61 Studi lain yang dilakukan di Caucasian
menemukan bahwa kelainan usia pubertas (prekok dan pubertas terlambat)
lebih dipengaruhi oleh genetika daripada lingkungan.62
Pemilihan sampel dari kelompok dengan status sosial dan ekonomi
yang hampir sama karena diketahui bahwa salah satu penyebab percepatan
menarke adalah tingkat status sosial dan ekonomi yang baik, sehingga faktor
ini disetarakan untuk menghindarkan bias pada studi ini.
Studi ini memiliki keterbatasan karena semua anak yang diperiksa
sudah mengalami menarke, sehingga sulit dinilai apakah IMT yang
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. KESIMPULAN
Indeks massa tubuh mempengaruhi percepatan usia menarke pada anak
perempuan, dimana semakin besar indeks massa tubuh akan menyebabkan
semakin cepat usia menarke.
6.2. SARAN
Diperlukan penelitian dengan metode retrospektif dan dalam jangka waktu
yang lama dengan pengambilan sampel secara acak untuk menilai apakah
peningkatan indeks massa tubuh (IMT) yang mempengaruhi usia menarke
RINGKASAN
Saat ini usia menarke pada anak perempuan makin cepat. Status nutrisi sering dipertimbangkan memiliki pengaruh yang kuat terhadap menarke. Beberapa studi telah menunjukkan adanya kaitan indeks massa tubuh (IMT) seorang anak perempuan dengan usia pertama kali mendapat menstruasi (menarke).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan indeks masa tubuh dengan usia pertama kali mendapat menstruasi. Studi ini merupakan studi cross sectional. Pemilihan sampel secara purposive sampling yang dilakukan pada murid remaja perempuan yang berusia 10 sampai 15 tahun di SD sampai SMP sekolah swasta Immanuel di kota Medan yang dilakukan pada bulan Juli 2010. Semua subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi diukur tinggi badan (TB) dan berat badan (BB). TB diukur dengan menggunakan mikrotoir 2 m yang terbuat dari metal dengan tingkat presisi 0.5 cm, dimana posisi subjek berdiri tegak tanpa menggunakan alas kaki dengan muka lurus menghadap ke depan, bokong dan tumit menempel ke dinding, lalu TB diukur dari telapak kaki sampai batas atas kepala. Pengukuran BB dengan timbangan berdiri yang memiliki tingkat presisi 0.5 kg. Subjek ditimbang tanpa alas kaki dan hanya memakai seragam sekolah, lalu diukur indeks massa tubuh (IMT). Hubungan antara IMT dengan usia menarke dinilai dengan uji korelasi Pearson.
Hasil studi ini menunjukkan bahwa dari 85 subjek berpartisipasi dalam penelitian ini, diperoleh anak dengan berat badan pada persentil 5-85 (44 anak), 85-95 (29 anak), dan di atas 95 (12 anak). Ditemukan perbedaan yang bermakna usia rata-rata menarke antara kelompok persentil 5-85, 85-95, dan di atas 95 (IK 95% -9.00; -5.97 P 0.0001). Selanjutnya didapati korelasi yang kuat dan berpola negatif antara indeks massa tubuh dengan usia menarke ( r : - 0.38 P: 0.0001)
SUMMARY
In trend, early age at menarke in young girls. Nutrition status has an important role in attainment of menarche. Some studies had shown that asociation between body mass index (BMI) young girl with age at menarche.
DAFTAR PUSTAKA
1. Pulungan AB. Pubertas dan gangguannya. Dalam: Batubara JBRL, Tridjaja B, Pulungan AB, penyunting. Buku ajar endokrinologi anak. Edisi pertama. Jakarta: UKK Endokrinologi Anak dan Remaja IDAI, 2010. h.85-121
2. Ozdemir F, Nazik E, Pasinlioglu. Determination of the motherly reactions to adolescents experience of menarche. J Pediatr Adolesc Gynecol. 2009; 1-5
3. Berenjy S, Hanachi P. Relation of obesity and menarche age among adolescent students.J Fam Plann Reprod Health Care. 2008; 2:173-7 4. Herman-Giddens ME, Slora EJ, Wasserman RC, Bourdony CJ, Bhapkar
MV, Koch GG, dkk. Secondary sexual characteristics and menses in young girls seen in office practice: a study from pediatric research in office setting network. Pediatrics. 1997; 99:505-12
5. Garcia-Mayor RV, Andrade MA, Rios M, Lage M, Dieguez C, Casaneuva F. Serum leptin in normal children: relationship to age, gender, body mass index, pituitary-gonadal hormones, and pubertal stage. J Clin Endocrinol Metab. 1997; 82:2849-55
6. Dattani MT, Hindmarsh PC. Normal and abnormal puberty. Dalam: Brook CGD, Clayton PE, Brown RS, penyunting. Clinical pediatric endocrinology. Edisi ke-5. London Boston: Blackwell Publishing, 1995. h.183-209
7. Blum WF, Englaro P, Hanitsch S, Juul A, Hertel NT, Muller J, dkk. Plasma leptin levels in healthy children and adolescents: dependence on body mass index, body fat mass, gender, pubertal stage, and testosterone. J Clin Endocrinol Metab. 1997; 82: 154-9
8. Styne DM. Normal growth and pubertal development. Dalam: Sanfilippo JS, Muram D, Dewhurst J, Lee PA, penyunting. Pediatric and adolescent gynecology. Edisi ke-2. Philadelphia Toronto: WB Saunders Company, 2002. h.2345-55
10. Golub MS, Collman GW, Foster PMD, Kimmel CA, De Meyts ER, Reiter EO, dkk. Public health implications of altered puberty timing. Pediatrics; 121:S218-29
11. Euling SY, Herman-Gidden ME, Lee PA, Selevan SG, Juul A, Sorensen TIA, dkk. Examination of US puberty-timing data from 1940 to 1994 for secular trends: panel findings. Pediatrics; 121:S172-91
12. Ersoy B, Balkan C, Gunay T, Egemen A. The factor affecting the relation between the menarcheal age of mother and daughter. Child Care Health. 2005; 31:303-8
13. Anderson SE, Dallal GE, Must A. Relative weight and race influence average age at menarche: results from two nationally representative surveys of US girls studied 25 years apart. Pediatrics; 111:844-50
14. Freedman DS, Khan LK, Serdula MK, Dietz WH, Srinivasan SR, Berenson GS. Relation of age at menarche to race, time period, and anthropometric dimensions: the Bogalusa heart study. Pediatrics. 2002; 110:1-4
15. Wyshak G, Frisch RE. Evidence for a secular trend in age af menarche. N Eng J Med. 1982; 306:1033-5
16. Garn SM, Haskell JA. Fat and growth during childhood. Science. 1959; 130:1711-2
17. Troiano RP, Flegal KM, Kuczmarski RJ, Campbell SM, Johnson CL. Overweight prevalence and trends for children and adolescents: the national health and nutrition examination surveys, 1963 to 1991. Arch Pediatr Adolesc Med. 1995; 149:1085-91
18. Kaplowitz PB, Slora EJ, Wasserman RC, Pedlow SE, Herman-Giddens ME. Earlier onset of puberty in girls: relation to increased body mass index and race. Pediatrics; 108:347-53
19. Hammer LD, Wilson DM, Litt IF. Impact of pubertal development on body fat distribution among white, Hispanic, and Asian female adolescents. J Pediatr. 1991; 118:975-80
20. Morrison JA, Barton B, Biro F. Sexual maturation and obesity in 9 and 10 year old black and white girls: the national heart, lung, and blood institute growth and health study. J Pediatr. 1994; 124:889-95
22. JM Tanner. Growth of adolescent. Oxford: Blackwell Scientific Publications, 1962. h.232-6
23. Styne DM. Cuttler L. Normal pubertal development. Dalam: Rudolph CD, Rudolph AM, Hostetter MK, Lister G, Siegel NJ, penyunting. Rudolph’s pediatrics. Edisi ke-21. Milan Toronto: McGraw Hill Companies, 2002. h.124-39
24. Rosenfield RL. Puberty in the female and its disorders. Dalam: Sperling MA, penyunting. Pediatric Endocrinology. Edisi ke-2. Philadelphia Toronto: Saunders, 2002. h. 225-6
25. Brook CGD, Brown RS. Handbook of clinical pediatric endocrinology: problems of puberty and adolescence. Edisi ke-1. London Boston: Blackwell Publishing, 2008. h. 59-69
26. Garilbadi L. Physiology of puberty. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, penyunting. Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-18. Philadelphia: Saunders Elsevier, 2008. h. 2308-9
27. Ebling FJP. The neuroendocrine timing of puberty. Reproduction. 2005; 129:675-83
28. Bagga A, Kuklkarni S. Age at menarche and secular trend in maharastrian (Indian) girls. Act Biol Szegediensis. 2000; 44:53-7
29. Rokade S & Mane A. A Study of age at menarche, the secular trend and factors associated with it. Int J Biol Antroph. 2009; 3:1-14
30. Padmavati V, Poosha DVR, Busi BR. A note on age at menarche and its relationship to diet, economic class, sibship size and birth order in 300 Andhra girls. Man in India, 1984; 264:175-180
31. Sidhu LS and Grewal R. Age of menarche in various categories of Indian sportswomen. British J Sports Medicine. 1980; 14:199-303
32. Moison J, Meyer F, Gingras S. Leisure physical activity and age at menarche. Med Sci Sport Exerc. 1991; 23:1170-5
33. Merzenich H, Boeing H, wahrendorf J. Dietary fat and sports activity as determinants for age at menarche. Am J Epidemiol. 1993; 138:217-24 34. Manassiev N, Burger H. The female reproductive cycle. Dalam:
Manassiev N, Whitehead MI, penyunting. Female reproductive health. London Parthenon: Publishing Group, 2004; 27-41
36. Venturoli S, Porcu E, Fabbri R, dkk. Longitudinal evaluation of the different gonadotropic pulsatile patterns in anovulatory cycles of young girls. J Clin Endocrinol Metab. 1992; 74:836–41
37. Apter D, Vihko R. Early menarche, a risk factor for breast cancer, indicates early onset of ovulatory cycles. J Clin Endocrinol Metab.1983; 57:82–86
38. Vihko R, Apter D. Endocrine characteristics of adolescent menstrualcycles: impact of early menarche. J Steroid Biochem. 1984;
20:231–236
39. Eknoyan, Garabed. Adolphe quetelet (1796-1874): the average man and indices of obesity. Nephrol. Dial. Transplant. 2008; 23:47–51
40. Garrow JS, Webster J. Quatelet’s index (W/H)2 as a measure of fatness. Int J Obes Relat Metab Disord. 1985; 9:147-53
41. Kasa-Vubu JZ, Ye W, Borer KT, Rosenthal A, Meckmongkol T. Twenty-four hour growth hormone and leptin secretion in active postpubertal adolescent girls: impacyt of fitness, fatness, and age at menarche. J Clin Endocrinol Metab. 2006; 91:3935-40
42. Kaplowitz PB. Link between body fat and the timing of puberty. Pediatrics. 2008; 121:S208-17
43. Garcia-Mayor RV, Andrade A, Rios M, Lage M, Dieguez C, Casaneuva FF. Serum leptin levels in normal children: realthionship to age, gender, body mass index, pituitary-gonadal hormones, and pubertal stage. J Clin Endocrinol Metab. 1997; 82:3239-45
44. Madiyono B, Moeslichan S, Sastroasmoro S, Budiman I, Purwanto SH. Perkiraan besar sampel. Dalam: Sastroasmoro S, Ismael S,
46. Frisch R, Revelle R. Height and weight at menarche and hypothesis of menarche. Arc Dis Child. 1971; 46:695-701
48. Wang Y, Lobstein T. Worldwide trends in childhood overweight and obesity . Int J Pediatr Obesity. 2006; 1:11-25
49. Anderson SE, Must A. Imterpreting the continued decline in the average age at menarche: results from two nationally representative surveys of USA girls studied 10 years apart. Pediatrics. 2005; 147:753-60
50. Wattigney W, Srinivasdan SR, Chen W, Greenlund KJ, Berenson GS. Secular trend on earlier onset of menarche with increasing obesity in black and white girls: the bogulusa heart study. Eth Dis. 1999; 9:181-9 51. Gross AD, Smith TA. Age at menarche and associated nutritional status
variables in Karimuri and Daribi census divisions of Simbu Province. PNG Med J. 1992; 35:84-94
52. Musaiger AO. Height, weight, and menarcheal age of adolescent girls in Oman. Ann Hum Biol. 1991; 18:71-4
53. Prebeg Z, Juresa V, Kujundzic M, Secular growth changes in Zagreb school children over four decades, 1951-1991. Ann Hum Biol.1995; 22:99-110
54. De La Punte ML, Canela J, Alvarez J, Salleras L, Vincens-Calvet E. Cross sectional growth study of the child and adolescent population of Catalonia (Spain). Ann Hum Biol. 1997; 24:435-52
55. Simondon KB, Simon I, Simondon F. Nutritional status and age at menarche of Senegalese adolescents. Ann Hum Biol. 1997; 24:521-32 56. Lee JM, Appugliese D, Karicoti N, Corwyn RF, Bradley RH, Lumeng JC.
Weight status in young girls and the onset of puberty. 2007; 119:e624-30
57. Wu T, Mendola P, Buck GM. Ethnic differences in the presence of secondary sex characteristics and menarche among US girls : the Third National Health and Nutrition Examination Survey, 1988-1994. Pediatrics. 2002; 110:752-7
58. Chang SH, Tzeng SJ, Cheng JY, Chu Chie WC. Height and weight change across menarche of schoolgirls with early menarche. Arch Pediatr Adolesc Med. 2000; 154:880-4
59. Yalcin SS, Kinik E. The impact of the sexual maturation stage on body mass index in adolescent girls. Turk J Pediatr. 1999; 41(3):315-21
61. Stavrou I,.Zois C, Chatzikyriakidou A, Georgiou I, Tsatsoulis A. Combined estrogen receptor α and estrogen receptor β genotypes influence the age of menarche. Hum Reprod. 2006; 21: 554-7
LAMPIRAN 2
1.Susunan Peneliti
1. Ketua Penelitian :dr.Dina Olivia Napitupulu 2. Supervisor Anggota :dr.Hakimi,SpA(K)
dr.Melda Deliana,SpA(K) dr.Siska Mayasari Lubis,SpA
3. Anggota Penelitian :dr.Syamsir Alam 4. Tenaga Administrasi :1 orang
2. Anggaran Penelitian
No Uraian Jumlah (Rp)
1. Honorarium Tenaga Administrasi
200.000,-2. Fotokopi 900 lembar x @ Rp. 200,-
1.800.000,-3. Transportasi dan Akomodasi
500.000,-4. Pembuatan Proposal dan Laporan Penelitian
200.000,-5. Penggandaan Proposal dan Laporan Penelitian
1.000.000,-T O 1.000.000,-T A L
3. Jadwal Penelitian
APRIL MEI JUNI
PERSIAPAN
PELAKSANAAN PEYUSUNAN LAPORAN
PENGGANDAAN LAPORAN
LAMPIRAN 4
Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP) Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : ... Umur : ... Alamat : ... Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya telah memberikan
PERSETUJUAN
Untuk dilakukan pemeriksaan tinggi badan, dan berat badan terhadap anak saya :
Nama : ... Umur : ... Alamat Rumah : ... Alamat Sekolah : ... Yang tujuan, sifat, dan perlunya pemeriksaan tersebut di atas, serta risiko yang dapat ditimbulkannya telah cukup dijelaskan oleh dokter dan telah saya mengerti sepenuhnya.
Demikian pernyataan persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan.
Medan, ...2010
Saksi-Saksi Tanda Tangan
1. ... ...
LAMPIRAN 3
Naskah Penjelasan kepada Orangtua
Yth. Bapak/Ibu ...
Sebelumnya kami ingin memperkenalkan diri. Kami dokter Dina dan kawan-kawan, bertugas di Divisi Endokrinologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU / RSUP H Adam Malik Medan. Saat ini kami sedang melaksanakan penelitian tentang hubungan berat dan dan tinggi badan dengan Usia pertama kali mendapat haid anak SD dan SMP di Perguruan Immanuel Kota Medan. Bersama ini, kami mohon izin kepada Bapak/Ibu orangtua dari ... untuk melakukan pendataan tentang kondisi anak Bapak / Ibu tersebut.
Jika Bapak / Ibu bersedia agar anaknya dilakukan pemeriksaan tersebut, maka kami mengharapkan Bapak / Ibu bersedia datang ke sekolah pada ... untuk menandatangani lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP). Demikian yang dapat kami sampaikan.
Atas perhatian Bapak / Ibu, diucapkan terima kasih.
Mengetahui : Hormat Kami,
Kepala Sekolah Ketua Tim Peneliti
LAMPIRAN 5
Status Endokrinologi
No. Reg : Tanggal : Dilakukan Oleh :
Identitas Pribadi
Nama : ………
Tempat, Tanggal Lahir : ………
Tinggi / Berat Badan : ………
Alamat Rumah : ………
Alamat Sekolah : ………
Anak ke ….. dari ….. bersaudara. Kembar (ya / tidak)
Identitas Orang Tua Ibu Ayah
Nama ……… ……….
Tanggal Lahir ……… ……….
Suku Bangsa ………... …………...……
Pekerjaan ……… ………
Pendidikan ……… ………
Riwayat kelainan keturunan dalam keluarga : ya / tidak *)………ANAMNESIS
Penyakit yang sedang dialami (jika ada) : ………
Penyakit terdahulu yang pernah dialami (jika ada) : ………
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : tampak sehat / sakit ; Kesadaran : ………
UKURAN-UKURAN BADAN
Tinggi Badan : …… Persentil…… Berat Badan:... . Persentil ...
Indeks Massa Tubuh (IMT) = ……….
KUESIONER
1. Apakah pekerjaan orangtua anda?
a. Pegawai Negeri Sipil (PNS)
b. Pegawai swasta
c. Wiraswasta
d. Lain-lain
2. Berapa penghasilan orangtua anda dalam 1 bulan
a. 2 – 3 juta c. 4 – 5 juta
b. 3 – 4 juta d. > 5 juta
3. Apakah pendidikan orangtua and?
a. SMP d. S1
b. SMA e. S2
c. D3 f. S3
4. Kapan anda mendapatkan haid pertama kali (menarke)?
a. usia 10 – 11 tahun d. usia 13 – 14 tahun
b. usia 11 – 12 tahun e. usia 14 – 15 tahun
c. usia 12 – 13 tahun f. usia 15 – 16 tahun
5. Bagaimana siklus menstruasi anda?
a. Teratur
LAMPIRAN 6
LAMPIRAN 7
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Dina Olivia
Umur : 33 tahun
Tempat / tanggal lahir : Medan, 24 Mei 1977
Jenis kelamin : Perempuan
Bangsa : Indonesia
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Jl. Kemiri II no.17 Medan
Menerangkan dengan sesungguhnya
PENDIDIKAN
1. SD Immanuel (1984-1990), tamat tahun 1990
2. SMP Immanuel (1990-1993), tamat tahun 1993
3. SMA Immanuel (1993-1996), tamat tahun 1996
4. Fakultas Kedokteran USU (1996-2002), tamat tahun 2002
5. Program Pendidikan Dokter Spesialis Anak di FK USU tahun 2006