• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB V Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Profil Buruh Perempuan Petik Teh Perkebunan Sirah Kencong Daerah Wlingi – Blitar Tahun 2000 T1 BAB V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB V Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Profil Buruh Perempuan Petik Teh Perkebunan Sirah Kencong Daerah Wlingi – Blitar Tahun 2000 T1 BAB V"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

17 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

1. Buruh petik yang bekerja di Perkebunan Sirah Kencong adalah mayoritas

kaum perempuan yang bertempat tinggal disekitar perkebunan. Buruh

yang bekerja di Perkebunan memiliki usia rata-rata 19-45 tahun. Sistem

yang digunakan dalam perekrutan buruh petik teh adalah buruh borongan

dimana buruh yang bekerja secara bersama-sama dalam satu waktu tanpa

terikat dengan peraturan sistem kerja perkebunan. Untuk upah yang

mereka dapatkan adalah sebesar Rp. 600.000 tiap dua minggu dengan

rincian gaji Rp. 50.000 tiap harinya, jadi jika buruh tidak datang maka

upah akan dipotong sebesar Rp. 50.000 tiap harinya. Upah dibayarkan

pada akhir minggu kedua dan akhir minggu ke empat melalui mandor

perkebunan.

2. Alasan yang mendasari kaum perempuan menjadi buruh adalah untuk

membantu perekonomian keluarga disamping kepala keluarga juga bekerja.

Ada dua faktor yang melatarbelakangi kaum perempuan menjadi buruh.

Faktor Internal

a) Tingkat pendidikan buruh yang rendah

b) Rendahnya tingkat kesejahteraan

c) Dorongan dari orangtua

Faktor Eksternal

a) Sulitnya akses untuk bekerja di wilayah lain

b) Penghasilan yang relatif cukup besar

c) Jam kerja yang relatif singkat

Jadi dapat disimpulkan bahwa para kaum perempuan memilih bekerja

sebagai buruh petik teh karena akses yang sulit untuk bekerja di kota,

penghasilan sebagai buruh dianggap sudah cukup membantu perekonomian

(2)

18 B. Saran

PTPN hendaknya memperhatikan kesejahteraan buruh petik teh dalam hal

ini berkaitan dengan jaminan kesehatan para buruh petik teh yang bertenpat

tinggal di daerah sekitar perkebunan sehingga para buruh juga mendapatkan hak

jaminan kesehatan sama dengan buruh pabrik yang lain. Di samping itu

pemerintah juga harus memperhatikan akses jalan menuju perkebunan yang masih

berbatu (makadam), sehingga dapat menarik perhatian pengunjung perkebunan

Referensi

Dokumen terkait

Kedua, adanya inisiatif untuk membentuk wadah edukasi bagi perempuan buruh tani yang menjadi kepala keluarga juga merupakan salah satu upaya untuk