2 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada tahun 1595 Belanda masuk wilayah Indonesia. Tujuan Belanda di Indonesia adalah untuk berdagang rempah-rempah. Namun setelah berhasil mendapatkan keuntungan melalui rempah-rempah dan menemukan wilayah-wilayah yang dapat menghasilkan rempah-rempah yang berkualitas, Belanda berencana membuat suatu peraturan yang berkaitan dengan perdagangan. Pada abad ke 17 sampai dengan 18 Belanda mulai melakukan aksi monopoli perdagangan dan mulai saat itu penjajahan di Indonesia dimulai. Dengan hak tersebut Belanda mampu mendirikan perusahaan yang diberi nama VOC.(Verenigde Oostindische Compagnie)
Pada tahun 1830 mulai berlaku peraturan tanam paksa (Cultuur Stelsel). Peraturan ini menyebabkan rakyat Indonesia harus menyerahkan seperlima bagian tanahnya untuk ditanami jenis tanaman yang berlaku di pasaran Eropa sehingga masyarakat wajib memberikan tanahnya untuk dijadikan sebagai perkebunan dan pabrik teh, kakao, kina, kopi dan karet. Tidak hanya memberikan seperlima dari tanahnya para penduduk setempat juga bekerja kepada pemerintah Belanda yang menguasai perkebunan teh di Sirah Kencong sebagai buruh pabrik. Pada saat berdirinya pabrik tersebut masyarakat dipaksa untuk bekerja sebagai buruh petik teh. Mereka tidak bisa dapat bekerja lebih dari buruh petik dikarenakan (SDM) Sumber Daya Manusia mereka belum mampu menguasai peralatan yang ada pada proses pengolahan.
3 ini digunakan untuk perkebunan teh karena di daerah Wlingi sangat cocok untuk tanaman teh dikarenakan kondisi wilayah yang berada 1057 m diatas permukaan laut (mdpl), selain itu kondisi cuaca yang sejuk dan dingin mendukung untuk penamanan teh. Penanaman teh hitam di Sirah Kencong dikarenakan teh hitam memiliki banyak manfaat dan ekspor komuditi teh di Indonesia sebagian besar merupakan teh hitam.
Seiring dengan berjalannya waktu perkebunan teh ini lebih dikenal dengan pabrik teh sirah kencong, nama sirah kencong sendiri diambil dari arca candi Sirah Kencong yang berada di lokasi pabrik yang memiliki bentuk kepala lonjong. Secara harafiah kata sirah kencong memiliki dua makna yang pertama adalah “sirah” yang berarti kepala dan yang kedua adalah “kencong” yang berarti
lonjong. Produksi yang dihasilkan dari pabrik teh sirah kencong adalah teh hitam yang memiliki banyak khasiat. Pada tahun 2000 merupakan masa keemasaan pabrik teh Sirah Kencong terlihat dari jumlah produksi teh yang dihasilkan memiliki kuantitas yang sangat besar jika dibandingkan dengan tahun-tahun lain (Ardila, 2016: 432). Namun yang menarik dari pabrik teh ini adalah mayoritas buruh pabrik ini adalah kaum perempuan, mulai dari buruh petik sampai dengan buruh pengemasan barang sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian terkait dengan buruh perempuan petik teh pabrik Sirah Kencong pada tahun 2000.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diambil beberapa rumusan masalah penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana profil buruh petik teh khususnya perempuan?
4 C. Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan profil buruh petik teh khususnya kaum perempuan 2. Mendeskripsikan faktor-faktor yang mendorong masyarakat memilih
profesi sebagai buruh petik teh
D. Manfaat Penelitian
a) Manfaat Akademis
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain:
1. Dapat digunakan sebagai media mengenal dan memperkaya materi Sejarah Sosial.
2. Dapat dijadikan sebagai penelitian awal yang mendasari penelitian yang lebih luas cakupannya dan lebih mendalam kajiannya.
b) Manfaat Praktis
1. Memberikan informasi tentang hal-hal yang berkaitan dengan Pabrik Teh “Sirah Kencong” di Blitar.