BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak, Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara selama 39 hari dari bulan Oktober sampai dengan November 2016.
Bahan dan Alat Bahan
Bibit ayam kampung (DOC) yang digunakan sebagai objek penelitian sebanyak 300 ekor, pakan untuk makanan ternak, air minum untuk minum ternak, formalin 40 % untuk fumingasi kandang, kompresor untuk menambah tekanan gas dan obat-obatan sebagai obat untuk DOC.
Alat
Metode Penelitian
Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan, yaitu:
P0 = Brooder menggunakan listrik sebagai sumber panas P1 = Brooder menggunakan Gas LPG sebagai sumber panas P2 = Brooder menggunakan gas bio sebagai sumber panas
Ulangan yang didapat berasal dari rumus : t (n-1) ≥ 15
3 (n-1) ≥ 15 3n-3 ≥ 15 3n ≥ 18 n ≥ 6
Menurut Hanafiah (2003), model linear yang digunakan untuk Rancangan Acak Lengkap (RAL) adalah :
Yij = μ + αi + ij + Σ ij
Dimana :
Yij = Respon atau nilai pengamatan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j μ = Nilai tengah
αi = Pengaruh blok ke-i ij = Pengaruh blok ke-j
Parameter Penelitian
1. Kestabilan Temperatur
Stabilitas temperatur adalah mengevaluasi perubahan suhu dari suatu produk tergantung pada waktunya.
Lama pemakaian brooder (menit/hari) x 9 Hari Pengukuran temperatur (menit)
= 180 menit x 9 Hari 15 menit
= 12 x 9 = 108 kali
Maka dalam pengambilan data kestabilan suhu brooder dalam pemeliharaan ayam kampung sebanyak 108 kali selama 9 hari.
Grafik 1. Diagram pengukuran temperatur
2. Penyebaran Anak Ayam dalam Brooder
Gambar A. Suhu tinggi Gambar B. Suhu dingin
Gambar C. Suhu ideal Gambar D. Angin kencang
Tabel 5. Pengukuran penyebaran anak ayam
Energi yang Dipakai
Waktu Pemakaian (Menit)
Total Rata-rata 15 30 45 60 75 90 105 120 135 150 165 180
Gas Bio
Gas LPG
3. Pertumbuhan bobot badan
Pertambahan bobot badan di hitung dengan cara membagi selisih bobot badan (bobot akhir – bobot awal) dengan lama hari penimbangan. Dilakukan setiap periode (14 hari), dinyatakan dengan gram per ekor per hari.
Bobot badan akhir – Bobot badan awal (gram per ekor) PBB =
Jumlah hari pengamatan (hari)
4. Mortalitas
Mortalitas = Jumlah awal – Jumlah akhir x 100%
Pelaksanaan Penelitian
1. Dilakukan pengosongan digester.
2. Dilakuakan pengisian digester setiap harinya dengan perbandingan 1 : 2 sebagai pengencer (misalnya 1 kg kotoran sapi : 2 liter air sumur).
3. Ditunggu gas keluar selama 30 hari.
4. Dipersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan sambil menunggu gas keluar. 5. Disiapkan kandang brooding dengan ukuran 2 m3 dengan dinding
penyekatnya menggunakan teripleks yang dilapisin seng. 6. Disiapkan alat brooder yang akan digunakan.
7. Dilakukan fumigasi kandang ayam selang satu minggu sebelum ayam masuk kandang.
8. Disediakan anak ayam yang sehat sebanyak 300 ekor. 9. Digunakan gas bio setelah hari ke-31.
12.Dilakukan pengamatan terhadap penggunaan brooder dengan Gas Bio, LPG dan Listrik selama14 hari
13.Pada hari setelah gas bio sudah bias digunakan ke brooder di hitung pertumbuhan bobot badan, mortalitas, kestabilan temperatur dan penyebaran anak ayam.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Letak Geografis
Kotamadya Medan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Kota ini merupakan wilayah yang subur di wilayah dataran rendah timur dari Propinsi Sumatera Utara dengan ketinggian berada di 22,5 meter di atas permukaan laut. Kota ini dilalui oleh dua sungai yaitu Sungai Deli dan Sungai Babura yang bermuara di Selat Malaka. Secara geografis, Medan terletak pada 3,30°-3,43° LU dan 98,35°-98,44° BT dengan topografi cenderung miring ke utara. Sebelah barat dan timur Kota Medan berbatasan dengan Kabupaten Deli dan Serdang. Di sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka. Letak yang strategis ini menyebabkan Medan berkembang menjadi pintu gerbang kegiatan perdagangan barang dan jasa baik itu domestik maupun internasional. Kota Medan beriklim tropis basah dengan curah hujan rata-rata 2000-2500 mm per tahun. Suhu udara di Kota Medan berada pada maksimum 32,4°C dan minimum 24°C (Pemerintah Kotamadya Medan, 2004).
Kestabilan Temperatur Pemanas
Stabilitas temperatur adalah mengevaluasi perubahan suhu dari suatu pemanas yang satu dengan yang lain tergantung pada waktunya.
Tabel 6. Analisis keragaman kestabilan temperatur.
SK DB JK KT F hitung F table
Total 17 58,95142682
Grafik 2. Diagram kestabilan temperatur selama penelitian
Hasil penelitian menunjukan bahwa rataan kestabilan temperatur pada pemanas ayam fase starter sebesar 30,42 ºC selama 14 hari. Hal tersebut sudah cukup baik karena rata-rata kestabilan temperatur pemanas ayam kampung mencapai 30-32 ºC. Rataan kestabilan temperatur tertinggi pada brooder energi gas LPG (P2) sebesar 33,45 ºC dan rataan kestabilan temperatur yang terendah pada (P0) brooder energi listrik sebesar 27,84 ºC. Hal ini sesuai dengan pernyataan Krom (2002) yang menyatakan bahwa dianjurkan untuk mengatur temperatur alat pemanas sesuai dengan standar masing-masing strain terutama pada hari-hari pertama kehidupan ayam. Kondisi temperatur lingkungan yang nyaman, dapat membuat anak ayam melakukan aktivitas makan yang baik. Temperatur yang ideal akan menyebabkan anak ayam beraktivitas secara normal dan ayam tersebar secara merata ke seluruh ruangan.
Hal ini juga didukung oleh Suharsono (1976) yang menyatakan bahwa suhu yang terlalu tinggi pada ayam kampung dapat mengakibatkan penurunan kadar plasmatiroksin yaitu hormon yang berfungsi sebagai stimulator dalam
pengaturan metabolisme tubuh. Selain itu terjadi penurunan konsumsi akibat dari berkurangnya aktivitas metabolisme. Karena terjadinya penimbunan panas yang ditunjukkan dengan menurunnya konsumsi pakan dan menurut Setiawan dan Sujana (2009), untuk menciptakan suhu udara di dalam kandang stabil maka digunakan pemanas kandang. Pada peternakan ayam kampung, biasanya pemanas kandang digunakan saat ayam berumur 1 hari sampai dengan 14 hari (fase awal dan fase pertumbuhan, atau disesuaikan dengan kebutuhan). Pemeliharaan periode
brooding adalah 14 hari, dengan pengaturan suhu 30-32ºC dan kelembaban 60-80%.
Penyebaran Anak Ayam
Penyebaran anak ayam kampung fase starter yaitu melihat aktivitas menyebarnya anak ayam yang merata. Pengamatan yang dilakukan ialah pengamatan penyebaran anak ayam yang terdiri dari aktivitas kepanasan, kedinginan, merata dan angin kencang.
E. Penyebaran Anak Ayam Kepanasan
Grafik 3. Diagram Penyebaran Pemanasan
Grafik penyebaran kepanasan anak ayam selama penelitian menunjukan bahwa rataan tertinggi penyebaran kepanasan terdapat pada (P2) Gas LPG sebesar (11,90 %) hal ini dikarenakan suhu di dalam kandang sangat panas sehingga ayam menyingkir dari brooder tersebut. Penyebaran kepanasan tertinggi terjadi pada menit ke-30 dan pada waktu selanjutnya mulai menurun, pada menit 120 dan 180 penyebaran naik lagi sebesar (21,43%). Hal ini sesuai dengan pernyataan Medion (2012) yang menyatakan bahwa suhu terlalu panas juga akan menimbulkan efek merugikan bagi anak ayam. Jika suhu terlalu panas, anak ayam akan menjauhi brooder dan mencari tempat yang lebih dingin dengan aliran udara yang lebih banyak. Ayam juga akan melakukan panting (terengah-engah), meningkatkan konsumsi minum dan mengurangi konsumsi ransum. Penurunan konsumsi ransum akan menyebabkan asupan nutrisi dalam tubuh berkurang sehingga pertumbuhannya terhambat. Sedangkan konsumsi minum yang meningkat akan menyebabkan feses ayam lebih encer. Feses encer dapat menyebabkan litter cepat lembab. Keadaan litter yang basah dengan suhu
lingkungan yang tinggi merupakan faktor utama yang memicu meningkatnya kadar amonia dalam kandang ayam karena aktivitas bakteri ureolitik meningkat. B. Penyebaran Anak Ayam Kedinginan
Penyebaran anak ayam yang penyebarannya kedinginan dapat dilihat grafik dibawah ini.
Grafik 4. Diagram Penyebaran Kedinginan
Diagram penyebaran kedinginan anak ayam selama penelitian menunjukan bahwa rataan tertinggi penyebaran kepanasan terdapat pada (P0) listrik sebesar (90,68 %) hal ini dikarenakan suhu di dalam kandang sangat dingin sehingga ayam mendekati brooder tersebut dan suhu diluar kandang terkadang tidak stabil dikarenakan musim hujan. Penyebaran kedinginan tertinggi terjadi pada menit ke 60, 75, 90, 105, 135 dan 180. Hal ini sesuai dengan pernyataan Medion (2012), yang menyatakan suhu yang terlalu dingin akan menyebabkan anak ayam bergerombol mendekati brooder dan malas beraktivitas, termasuk makan dan minum. Kondisi ini menyebabkan pertumbuhan ayam terhambat. Selain itu,
secara fisiologis suhu dingin dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah paru-paru sehingga kerja paru-paru terganggu. Hal ini selanjutnya akan memicu hidrops ascites (perut kembung). Tidak hanya itu, suhu dingin juga bisa mengakibatkan penyerapan kuning telur tidak sempurna dan berkembang menjadi penyakit yang lebih kompleks seperti omphalitis dan colibacillosis.
C. Penyebaran Anak Ayam Stabil
Penyebaran anak ayam yang penyebarannya ideal dapat dilihat grafik
dibawah ini.
Grafik 5. Diagram Penyebaran Suhu Ideal
Diagram penyebaran suhu ideal anak ayam selama penelitian menunjukan bahwa rataan tertinggi penyebaran ideal terdapat pada (P2) Gas LPG sebesar (56,75 %) hal ini dikarenakan suhu di dalam kandang suhu ideal anak ayam menyebar merata didalam kandang tersebut. Penyebaran ideal tertinggi terjadi pada menit ke-60 dan waktu selanjutnya naik turun. Hal ini sesuai pernyataan Medion (2012) yang menyatakan bahwa kontrol suhu sebaiknya dilakukan sesering mungkin. Pengontrolan suhu dapat dilakukan bersamaan dengan
persentase
penyebaran
waktu
pemberian ransum. Suhu brooding dapat diukur dengan termometer yang diletakkan di tengah kandang brooder dengan ketinggian 20-30 cm dari litter. Selain menggunakan termometer, keadaan suhu brooder dapat digambarkan pula dengan aktivitas dan penyebaran anak ayam. Suhu yang ideal akan menyebabkan anak ayam beraktivitas secara normal dan ayam tersebar secara merata ke seluruh kandang.
D. Penyebaran Angin Kencang
Penyebaran anak ayam yang penyebarannya angin kencang dapat dilihat grafik dibawah ini.
Grafik 6. Diagram Penyebaran Angin Kencang
Grafik penyebaran angin kencang anak ayam selama penelitian menunjukan bahwa rataan tertinggi penyebaran kepanasan terdapat pada (P0) listrik sebesar (8,53 %) hal ini dikarenakan suhu di dalam kandang angin masuk sehingga anak ayam bergerombol disudut kandang dan menjauhi brooder tersebut dan suhu diluar kandang terkadang tidak stabil dikarenakan musim hujan dan
persentase
peneyebran
waktu
waktu selanjutnya menurun. Hal ini sesuai dengan pernyataan Dahlan dan Hudi (2011) yang menyatakan bahwa ventilasi udara sangat penting karena dalam masa
brooding selalu tertutup rapat dan terdapat pemanas didalamnya sehingga kadar CO dan CO2 sangat tinggi, perlu ada sirkulasi untuk pertukaran O2 dengan tirai jepit kita dapat dengan mudah memberikan ukuran untuk sirkulasi udara karena hanya menaik turunkan tali dan mudah pengawasan. Apabila terlihat ayam bergerombol maka itu artinya angin kencang sehingga tirai dalam sedikit di naikkan/sedikit ditutup. Tetapi jika ayam sampai panting maka ventilasi udara sedikit diturunkan agar tercapai suhu optimum. Kandang yang terlalu luas tanpa didukung kecepatan angin yang cukup akan menyebabkan sirkulasi udara di dalam ruang kandang berlangsung kurang baik. Anda bisa mengatasinya dengan mempersempit kandang atau menggunakan kipas angin untuk memungkinkan pertukaran udara yang lebih baik. Angin yang terlalu cepat juga kurang efektif dalam menjamin pertukaran udara di dalam ruang kandang. Anda harus menghasilkan kecepatan angin dengan membuat ventilasi silang.
Pertambahan Bobot Badan
Tabel 6. Rataan bobot badan ayam kampung fase starter (gram/ekor/hari)
Tabel 6 menunjukkan hasil rataan pertambahan bobot badan ayam kampung fase starter selama penelitian tertinggi pada perlakuan P1 (brooder energi gas bio) yaitu sebesar 61,10±3,68 gram/ekor/hari, sedangkan rataan pertambahan bobot terendah terdapat pada perlakuan P0 (brooder energi listrik) yaitu sebesar 56,68±4,07 gram/ekor/hari.
Untuk mengetahui pengaruh pemanas terhadap pertumbuhan bobot badan, maka dilakukan analisis keragaman seperti pada Table 7.
Tabel 7. Analisis keragaman pertambahan bobot badan ayam kampung selama penelitian
SK DB JK KT F hitung F table
0,05 0,01 Perlakuan 2 0,47165533 0,23582766 1,23 3,68 6,36 Galat 15 2,86885673 0,19125712
Total 17 3,34051206
Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa analisis keragaman pertumbuhan bobot badan ayam kampung selama penelitian memberikan pengaruh tidak berbeda
Perlakuan Ulangan Total Rataan±sd 1 2 3 4 5 6
P0 P1
59,14 57,19 52,43 50,95 59,57 60,81 340,10 56,68±4,07
nyata (P>0,05). Tidak adanya perbedaan hal tersebut dikarenakan suhu kandang yang stabil serta ransum yang diberikan sama. Hal ini sesuai dengan pernyataan Jull (1982) yang menyatakan bahwa persentase kenaikan bobot badan dari minggu ke minggu berikutnya selama periode pertumbuhan tidak sama. Kecepatan pertumbuhan dipengaruhi oleh genetik (strain), jenis kelamin, lingkungan, manajemen, kualitas dan kuantitas pakan yang dikonsumsi. Hal ini didukung oleh pernyataan Rasyaf (1993) yang menyatakan bahwa bobot badan dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas pakan yang dikonsumsi, dengan demikian perbedaan kandungan zat-zat makanan dan banyaknya volume pakan yang termakan seharusnya memberikan pengaruh terhadap pertambahan bobot badan ayam karena kandungan zat-zat makanan yang seimbang tersebut mutlak diperlukan untuk pertumbuhan yang optimal. Peningkatan pertambahan bobot badan ini sejalan dengan meningkatnya konsumsi pakan yaitu semakin tinggi konsumsi pakan maka meningkat pula bobot badannya, karena salah satu fungsi pakan dalam tubuh ayam selain untuk kebutuhan
hidup pokok juga untuk pertumbuhan.
Periode brooding merupakan periode pemeliharaan dan proses penghangatan anak ayam denganalat yang digunalan untuk brooding yang disebut
organ-organ yang berhubungan dengan sistem kekebalan sehingga fase ini sangat menentukan performans akhir ayam (Hardianti, 2012)
Mortalitas
Tabel 8. Rataan mortalitas DOC ayam kampung selama penelitian (%)
Tabel 8 menunjukan hasil rataan mortalitas selama penelitian tertinggi pada perlakuan P0 (brooder energi listrik) yaitu sebesar 2,21 ± 0 ekor, sedangkan pada P1 (brooder gas bio) dan P2 (brooder gas LPG) tidak terdapat mortalitas, ini dikarenakan suhu pada dua perlakuan tersebut sama baiknya sebab pemeliharaan ayam kampung dinyatakan berhasil bila angka kematian secara keseluruhan kurang dari 5%. Angka kematian minggu kesatu sepanjang periode pertumbuhan tidak boleh lebih dari 1%, kematian pada minggu berikutnya harus relatif rendah hingga hari akhir minggu tersebut serta terus dalam keadaan konstan hingga berakhirnya periode pertumbuhan. Faktor - faktor yang mempengaruhi persentase kematian antara lain yaitu bobot badan, strain, jenis ayam, iklim, kebersihan
lingkungan serta penyakit. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wiedosari, E dan
Wahyuwardan, S (2015) yang menyatakan bahwa kematian DOC (Day Old
Perlakuan Ulangan Total Rataan±sd
dalam kandang yang bermasalah sehingga O2 yang masuk hanya sedikit dan gas CO2 yang dihasilkan banyak mengakibatkan keadaan kandang yang panas. Manajemen brooding penting karena yang menyebabkan broiler tidak nyaman (kedinginan dan kekuranga O2).
Tingkat kematian atau mortalitas dipengaruhi oleh beberapa fakor, antara lain bobot badan, bangsa, jenis ayam, iklim, kebersihan lingkungan, sanitasi peralatan dan kandang dan juga penyakit (North dan Bell, 1990).
Ventilasi yang baik merupakan satu hal yang snagat krusial untuk mendukung kesehatan, pertumbuhan dan kenyamanan ayang yang ada dalam kandang. Sistem ventilasi yang ada dalam kandang harus di desain sebaik mungkin untuk membawa udara luar yang segar (kaya akan kandungan oksigen) masuk kedalam kandang dan untuk mengeluarkan udara yang kotor dengan (udara dengan cemaran ammonia, debu, dan gas beracun lainnya) dari dalam kandang (Sulistyoningsih, M., 2015).
Rekapitulasi Hasil Penelitian
Untuk melihat hubungan antar parameter pada penelitian penggunaan brooder dengan energy gas bio pada pemeliharaan ayam kampung fase stater umur 1-14 hari, dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Rekapitulasi Hasil Penelitian
Perlakuan
Parameter Kestabilan
Temperatur Penyebaran Anak Ayam Pertumbuhan Bobot Badan Mortalitas
P0 27,84 A.B. 0 90,68
KESIMPULAN
KesimpulanBerdasarkan hasil penelitian, penggunaan brooder dengan energi gas bio sama baiknya dengan menggunakan brooder dengan energi listrik dan gas LPG pada kesetabilan temperatur, penyebaran anak ayam, pertumbuhan bobot badan, dan mortalitas.
Saran
Peternak dan pengusaha di bidang peternakan disarankan menggunakan
brooder dengan energi gas bio sebagai sumber panas dalam berbagai aktifitasnya khususnya pada fase brooding, karena penggunaan brooder dengan energi gas bio pada pemeliharaan ayam kampung fase brooding sama baiknya dengan listrik dan gas LPG.