• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Interleukin 6 dengan Serum Feritin pada Penderita Penyakit Ginjal Kronik yang Anemia dan Menjalani Hemodialisis Reguler Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Interleukin 6 dengan Serum Feritin pada Penderita Penyakit Ginjal Kronik yang Anemia dan Menjalani Hemodialisis Reguler Chapter III VI"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. DesainPenelitian

Penelitian ini bersifat analitik observasional dengan rancangan

penelitian cross sectional (potong lintang)

3.2. Tempat dan waktuPenelitian

Penelitian dilakukan di Departemen Patologi Klinik FK-USU/RSUP H.

Adam Malik Medan bekerja sama denganDivisi Nefrologi Departemen Ilmu

Penyakit Dalam FK USU/ RSUP H. Adam Malik Medan. Penelitian ini

dimulai pada bulan maret.sampai dengan bulan Mei 2016.

3.3. Populasi dan SubyekPenelitian

Populasi penelitian: Penderita penyakit ginjal kronis yang anemia

dan menjalani hemodialisa di Instalasi Hemodialisis RSUP.HAM.

Medan

Subyek penelitian: Penderita Penyakit ginjal kronis yang anemia

dan menjalani hemodialisa di Instalasi Hemodialisis RSUP.HAM

Medan yang memenuhi kriteriainklusi

(2)

3.4. Kriteria Inklusi danEksklusi

3.4.1. KriteriaInklusi

a. Usia >18tahun

b. Hemodialisis reguler >3bulan

c. Bersedia ikut dalampenelitian

3.4.2. KriteriaEksklusi

a. Pasien tidakstabil

b. Sedang mendapatkan obat-obat anti inflamasi atau antihistamin

c. Mengalami gagal fungsi hati, HIV,keganasan

d. Tranfusi < 4bulan

e. Malnutrisi

3.5. Ethical Clearance dan InformedConcent

Ethical Clearance diperoleh dari Komite Penelitian Bidang

Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.Informed

Concent diminta secara tertulis dari subjek penelitian atau diwakili oleh

keluarganya yang ikut bersedia dalam penelitian setelah mendapat

(3)

3.6. Perkiraan BesarSampel

Perkiraan besar sampel minimum dan subjek yang diteliti dipakai

rumus uji hipotesa untuk proporsi dengan sampel tunggal.

(

Z

P

(1

P

)

+

Z

)

P

(1

P

)

)

2

P0 = Proporsi GGK sebesar 0,234 (data rekam medik RSUP.HAM)

Pa = Perkiraan proporsi GGK yang diteliti,ditetapkansebesar =

0,484

P0 P0 = Beda proporsi yang bermakna ditetapkan sebesar = 0,25

Maka sampel minimal untuk penelitian ini sebanyak 35 orang.

3.7. Bahan dan CaraKerja

3.7.1. Bahan yangdiperlukan

Bahan pemeriksaan laboratorium yang diperlukan dalam penelitian

ini adalah bahan darah EDTA untuk pemeriksaan darah lengkap dan

(4)

3.7.2. Carakerja

1. Penelitian dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan, Sampel yang

diambil adalah sampel pre hemodialysis dan memenuhi kriteria

inklusi

2. Subyek penelitian dilakukan anamnesis tentang riwayatpenyakit

3. Setelah memenuhi kriteria penelitian, dilakukan inform consent dan

mengisi surat persetujuan mengikutipenelitian.

4. Pengambilan dan PengolahanBahan.

Bahan darah subyek diambil melalui phlebotomi dari vena mediana

cubiti. Tempat vena punksi terlebih dahulu dibersihkan dengan alkohol

70% dan dibiarkan kering. Darah diambil dengan menggunakan venoject,

sebanyak 5 ml darah. Kemudian darah dimasukkan 2 ml ke dalam tabung

plastik EDTA untuk pemeriksaan darah lengkap dan 3 ml dimasukkan ke

dalam tabung plastik tanpa antikoagulan.

Untuk pemeriksaan darah lengkap segera diperiksa dengan

memakai alat Sysmex XN 1000. Sampel darah beku dibiarkan membeku

selama 20 menit pada suhu ruangan, dilakukan sentrifugasi dengan

kecepatan 3000 rpm selama 15 menit,serum dipisahkan dan dimasukkan

ke dalam tabung plastik (aliquot) 1 ml untuk IL-6 dan 1 ml selebihnya

untuk ferritin.Sampel untuk ferritin langsung dimasukan ke alatPengukuran

kadar ferritin dilakukan dengan Cobas 6000, pengukuran kadar IL-6

menggunakanELISA.

Sampel untuk IL-6 disimpan dalam freezer -20 °C sampai waktu

(5)

5. PemeriksaanLaboratorium

a. PemeriksaanIL-6

Pengukuran kadar IL-6 dilakukan serentak setelah seluruh

bahan terkumpul. Bahan yang beku dicairkan pada suhu ruang (20-25 0C),

kemudian disama ratakan dengan vortex.Metode pemeriksaan double

sandwich dengan Enzym Linked Immunosorbent one –step process

assay(ELISA)

Alat ELISA Laboratorium Patologi Klinik RS.H.ADAM MALIK

Prinsip dari teknik ELISA ini harus ada antigen atau antibody

yang dikonjugasi dengan enzim dan substrat. Setelah itu hidrolisis

substrat oleh enzim akan berlangsung dalam waktu tertentu dan reaksi

dihentikan dengan membubuhkan asam atau basa kuat. Karena

(6)

yang terikat pada kompleks dan intensitas warna yang timbul setelah

substrat dihidrolisis oleh enzim yang terikat pada kompleks Ag-AbE

merupakan ukuran untuk kadar Ag yang diuji. Intensitas warna diukur

dengan ELISA reader yang merupakan ukuran untuk kadar antigen

didalam spesimen.

( Gambar metode Sandwich ELISA, immunologi FKUI,2010)

Pada penelitian ini :

- Well sudah dilapisi dengan antibodiIL-6

- Enzim yang digunakan : HRP (Horse Radish Peroksidase) dan enzim sudah berlabelIL-6

(7)

Cara Kerja :

Kolorimetrik ELISA reaksi enzim-substrat ini menghasilkan produk

yang larut dengan absorbansi (densitas optik) yang dapat diukur dengan

spektrofotometer.Dimana spektrofotometer merupakan alat yang dapat

mengukur jumlah dari cahaya yang menembus sumuran dari microplate

akan memeberikan perubahan warna pada cairan tersebut.Sehingga akan

memberikan optical density yang berbeda.Optical density dapat

dinyatakan meningkat atau menurun berdasarkan pengenceran material Dihitung setelah 15 menit

Inkubasi 10 menit suhu 370C

Pencucian plate 5 kali (konjugat antibody enzim yang tidak terikat akan terbuang)

penambahan chromogen A dan B menghasilkan warna biru Inkubasi 60 menit suhu 370C

Tambahkan sampel dengan standard dan reagen HRP yang sudah dikonjugasi Persiapan Reagen, Sampel Dan Standard

Reaksi distop dengan pemberian asam kuat HCl (stop solution)

Warna biru berubah jadi warna kuning

(8)

standart,sehingga akan menghasilkan kurva yang nantinya akan

digunakan untuk mengestimasi kadar konsentrasi protein tersebut.

b. PemeriksaanFeritin

ECLIA (Electrochemiluminescence immunoassay) digunakan pada Cobas

e immunoassay untuk penentuan kuantitatif invitro dari feritin dalam serum

manusia . Prinsip sandwich durasi pemeriksaan 18 menit .

1. Inkubasi pertama: 10 ul sampel, antibodi spesifik feritin monoclonal

biotinylasi, dan antibody spesifik feritin yang dilebel dengan komplek

ruthenium membentuk komplekssandwich.

2. Inkubasi kedua: setelah ditambahkan mikropartikel yang dilapisi

streptavidin, komplek yang terbentuk berikatan dengan fase solid

melalui interaksi biotin denganstreptavidin.

3. Campuran reaksi diaspirasi dalam cell pengukur dimana mikropartikel

secara magnetic ditangkap pada permukaan elektroda. Substansi yang

tidak berikatan dibuang melalui Procell. Aplikasi voltase (tegangan)

pada elektroda kemudian menginduksi emisi chemiluminesscent yang

diukur olehphotomultiplier.

Reagent – working solution:

- Reagen M : berisi streptavidin yang dilapisi mikropartikel 0,72 mg/mg denganpreservatif.

- Reagen R1 : merupakan konjugat yang terdiri dari Biotinylated

monoclonal anti-ferritin antibody (mause) 3 mg / L yang dilabel

dengan ruthenium 3 mg/L dalam buffer fosfat 100 mmol/L, pH 7,2 dan

(9)

- Reagen R2 : berisi monoclonal anti-ferritin antibody (mouse) yang dilabel dengan kompleks ruthenium biotin yang telah dilapisi dengan

antibodi monoklonal terhadap feritin dari tikus 6,0 mg/L bufer fosfat 100

mmol/L, pH 7,2 danpreservatif.

- Setelah dibuka mempunyai stabilitas selama 12 minggu pada penyimpanan

- Kalibrasi pemeriksaan feritin dilakukan dengan menggunakan The

Elecsys Ferritin Assay dengan Calibrator Kalibrasi dilakukan setiap

pemakaian reagenbaru

3.8. PemantapanMutu

Pemantapan kualitas pemeriksaan Interleukin IL- 6

Pemantapan mutu dilakukan setiap kali pada saat awal dilakukan

pemeriksaan untuk menjamin kesepakatan hasil pemeriksaan yang

dikerjakan. Sebelum dilakukan pemeriksaan harus dilakukan kalibrasi

terhadap alat-alat yang digunakan, agar penentuan konsentrasi zat yang

belum diketahui dapat seakurat mungkin .

3.8.1 Kalibrasi

Kalibrasi yaitu kurva antara absorbansi dengan konsentrasi

standard.Pada kurva kalibrasi semakin tinggi konsentrasi larutan, maka

semakin besar absorbannya, sebaliknya, semakin rendah konsentrasi

larutan, maka semakin kecil absorbannya.Pengukuran kurva kalibrasi ini

(10)

dihasilkan.Sehingga diperoleh kurva kalibrasi yang mendekati linier. Jika

mengikuti hukum beer, grafik antara absorbansi terhadap konsentrasi

akan menghasilkan garis lurus melalui titik (0,0). Grafik tersebut disebut

kurvakalibrasi.

Tujuan kalibrasi adalah untuk mencapai katelitian pengukuran

linearitas adalah kemampuan metode analisis suatu sistem pemeriksaan

yang memberikan respon proporsional terhadap konsentrasi analite dalam

sampel. Hasil yang non linier dapat disebabkan oleh detektor atau

amplifier atau alat baca yang salah ataurusak.

Kalibrasi dilakukan pada pemakaian reagen baru dan diwajibkan

dalam prosedur quality kontrol .kalibrasi untuk pemeriksaan interleukin-6

menggunakan serum kontrol interleukin-6 cat No QY-EO4262,Lot: 02/

2016(96T). Standard dalam bentuk cair dan masih perlu pengenceran

.pengenceran standard dengan standard diluent dalam metode multiple

proporsi pengenceran dan konsentrasi adalah sebagai berikut : 300,

150,75, 37.5, 18.7,0 pg/ml. konsentrasi standard pada kurva kalibrasi

(11)
(12)

Pemeriksaan

Pasien yang dirawat di RSUP H.Adam Malik Medan HD reguler > 3bulan Bersedia ikut dalam penelitian

Inform concent, RekamMedik,

Anamnesa, pemeriksaan fisik Kriteria Eksklusi:

(13)

3.10.

BatasanOperasional

1. Interleukin - 6 : (IL-6) adalah suatu limfokin yang merupakan mediator

inflamasi yang dihasilkan oleh rangsangan sel

granulosit, megakariosit dan monosit, yang berasal dari

sel endotel, fibroblas dan makrofag.Digunakan KIT

reagen IL-6, dengan Human IL-6 dengan alat ELISA,

chemwell metode double sandwich.Dalam keadaan

normal kadar IL-6 tidak terdeteksi dalam darah. Untuk

nilai patokan diambil nilai rata-rata (mean). Dikatakan

kadarnya rendah apabila nilainya ≤ mean dan tinggi

apabila nilainya > mean.(Baratawidjaja, 2004)

3. Penderita Penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisa adalah :

Penderita penyakit ginjal kronik dengan LFG<15 % dan membutuhkan

dialisis

3. Ferritin adalah : Protein terbesar cadangan pada jaringan manusia.

Dimana pada laki laki nilai normal 28 – 365 ng/ml

pada perempuan 10-148 ng/ml diperiksa dengan

Cobas 6000,ECLIA

4. Anemia pada penyakit ginjal kronis: apabila kadar Hb < 13, 5 gr/dl pada

laki-laki, Hb <12 gr/dl pada perempuan (National Kidney Foundation),

clinical practice guidelines for anemia of chronic kidney disease., 2006)

(14)

3.11.

Analisis DataStatistik

Analisa data dilakukan menggunakan software SPSS (Statistical

Package for Social Sciences, Chicago, IL, USA) untuk Windows.

Gambaran karakteristik pada subjek penelitian disajikan dalam bentuk

tabulasi dan dideskripsikan. Korelasi kadar Interleukin-6 danserum

ferritin digunakan uji korelasi Pearson bila data berdistribusi normal. Bila

data tidak berdistribusi normal, digunakan Spearman rank test. Semua

(15)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Dari 35 orang pasien PGK yang anemia dan menjalani HD, di

instalasi HD RSUD. H. Adam Malik pada bulan maret-April 2016 diperoleh

hasil sebagai berikut.

Tabel. 4.1. Karakteristik Subjek Penelitian

Karakteristik Subjek ( n = 35 ) %

Pada Tabel 4.1 Karakteristik 35 pasien berdasarkan usia, usia

(16)

dimana paling terbanyak pada usia 55-64 tahun (13 orang) dan secara

keseluruhan usia ≥ 35 tahun memiliki usia terbesar penderita PGK yang

menjalani hemodialisis (91,42 %).

Pada penelitian ini lebih banyak jenis kelamin laki-laki (65 %)

disbanding perempuan 35 % dan berdasarkan derajat anemia menurut

WHO (2011 terbagi atas ringan (11-12,9 gr/dl) sebanyak 7 orang (20 %)

sedangkan 8-10,9 gr/dl sebanyak 22 orang (62,8 %) dan berat < 8 gr/dl

sebanyak 6 orang (17,1 %) dimana rentang hb pada penelitian ini adalah

3-11,8 gr/dl.

Tabel. 4.2.Distribusi Sampel Berdasarkan Hb

Hb

Jenis Kelamin Menurun

n (%)

Dari tabel 4.2. Distribusi sampel berdasarkan hb diperoleh total 35

orang pasien dengan hb yang menurun, dimana laki-laki 23 orang (65,7

%) dan perempuan 12 orang atau 34,3 % tidak dijumpai hb yang normal

pada sampel penelitian ini. Dimana nilai ini berdasarkan National Kidney

Foundation (NKF 2006) dikatakan anemia bila pada laki-laki hb < 13,5

(17)

Tabel. 4.3Distribusi Sampel Berdasarkan Serum Feritin

Feritin

Jenis Kelamin Meningkat

n (%)

Dari tabel 4.3 Distribusi sampel berdasarkan feritin jumlah feritin

meningkat sebanyak 24 orang (68,6 %) dimana laki-laki lebih banyak yaitu

(48,6 %) dan perempuan 7 orang (20 orang). Sedangkan jumlah feritin

yang normal 11 orang (31,4 %) yaitu pada laki-laki 9 orang (25,71) dan

pada perempuan 2 orang (5,71). Dimana nilai normal feritin pada laki-laki

adalah 28-365 gr/dl dan pada perempuan nilai normal adalah 10-148 gr/dl.

Tabel. 4.4 Distribusi Sampel Berdasarkan IL-6

IL-6

Jenis Kelamin 10-100 pg/ml

n (%)

Dari tabel 4.4 Distribusi sampel berdasarkan IL-6 diperoleh IL-6

yang nilai > 100 dijumpai 9 morang (25,7 %) dan IL- 6 dengan nilai kadar

(18)

Tabel. 4.5 Uji Normalitas

Pada uji normalitas Kolmogrov Swirnov (tabel 4.5) dijumpai hanya

IL-6 saja yang tidak terdistribusi normal dengan P = 0,0001, sedangkan

variable lainnya (umur, hb, feritin) terdistribusi normal.

Tabel 4.6 Korelasi antar IL-6 dan Feritin

No Korelasi antar Variabel n r p Signifikan

1 IL-6 dengan Feritin 35 0,028 0,872

Tidak

Signifikan

Korelasi antara variabel IL-6 dengan Feritin dilakukan dengan Uji

Korelasi Spearman dimana diperoleh koefisien korelasi r = 0,028 dengan

p = 0,875 tidak signifikan dimana p > 0.05 maka H0 diterima, H0 : tidak

dijumpai hubungan bermakna antara IL-6 dengan serum feritin pada

penderita PGK yang anemia dan menjalani hemodialisisregular.

Tabel 4.7 Korelasi antar IL-6 dengan umur dan Hb

No Korelasi antar Variabel n r p Signifikan

(19)

Korelasi IL-6 dengan umur, diperoleh hasil yang signifikan kuat

dimana r = 0,471** dan p = 0,004 dimana pada level p = 0,01 variabel ini

sudah bermakna dan korelasi searah (tabel 4.5) sedangkan koerelasi IL-6

dengan hb dijumpai hasil yang tidak signifikan dimana r = 0,207 dan p =

0,233.

Diagram. 4.1. Hubungan IL-6 dengan Feritin

6000

4000

2000

0

0.00 50.00 100.00 150.00

Il-6

200.00 250.00 300.00

F

e

rri

ti

(20)

BAB V

PEMBAHASAN

Dari karakteristik pasien PGK yang anemia dan menjalani

Hemodialisis pada penelitian ini didapatkan umur termuda adalah 23

tahun dan tertua 74 tahun (tabel 4.1) rentang usia terbanyak diperleh pada

usia 55-64 tahun 13 orang (37,14 %) sedangkan pada data IRR

(Indonesian Renal Register 2011) diperoleh rentang umur terbanyak pada

usia 45-54 tahun (27 %). Sedangkan secara keseluruhan jumlah pasien

terbanyak pada penelitian ini adalah diatas 35 tahun (91,42 %) keadaan

ini sesuai dengan gambaran umur penderita PGK yang menjalani

hemodialisis di Indonesian seperti yang dilaporkan IRR (2011) sebesar89

%.

Pada penelitian ini diperoleh laki-laki lebih banyak jumlahnya

daripada perempuan, dimana 65 % laki-laki dan 35 % perempuan,

diperoleh data yang sama dengan IRR (2011) dimana dalam rentang

tahun 2007-2011 setiap tahunnya jumlah pasien laki-laki melebihi jumlah

pasien perempuan pada tahun 2011 jumlah laki-laki 4180 orang dan

perempuan 2771.

Dari tabel 4.1 derajat anemia menurut WHO pada penelitian ini

anemia ringan 7 orang dan anemia sedang 22 orang serta anemia berat 6

orang dimana Hb berkisar antara 8-10,9 mg/dl. Sementara anemia

menurut NKDOQI & NKF, pada laki-laki Hb < 13,5 gr/dl dan pada

(21)

sampel pada penelitian ini termasuk anemia dimana rentang nilai kadar

hb adalah 3-11,8mg/dl.

Seperti pada tabel 4.2.1 dimana jumlah hb menurun. Laki-laki 65,7 %

dan perempuan 34,3 % sedangkan yang normal tidak ada. Dari hasil

penelitian 35 sampel diperoleh kadar kadar ferritin terendah adalah 97

mg/ml dan kadar tertinggi 6860 dimana kadar feritin yang masih normal

(adalah 11 sampel, laki-laki 9 orang perempuan 2 orang dan 24 orang lagi

jumlah feritin meningkat (> 365 ng/ml). (tabel 4.2.2) dapat disimpulkan

bahwa 68,6 % serum feritin meningkat pada 35 pasien ini.

Pada Anemia penyakit kronik seperti anemia pada penyakit ginjal

kronik (PGK) terjadi gangguan metabolisme besi yang khas yaitu

hipoferemia dengan cadangan besi sumsum tulang normal atau

meningkat. Keadaan dimana besi yang tersedia tidak mencukupi

kebutuhan untuk eritropoiesis sedangkan cadangan besi normal atau

meningkat. Hal ini terjadi karena terdapat hambatan pada sistem retikulo

endothelial yang disebabkan oleh adanya infeksi atau inflamasi. Infeksi

dan inflamasi akan menginduksi pelepasan sitokin dalam sirkulasi seperti

interleukin 6 (IL-6) (Teddy., et al 2011).

Sitokin proinflamasi menginduksi perubahan homeostasis besi

proliferasi sel progenitor eritroid, produksi erythropoietin oleh ginjal.

Berkurangnya umur eritrosit yang semuanya berkontribusi pada

patogenesis terjadinya anemia pada penyakit kronik ( Wibawa.,P., et al

(22)

Selain itu feritin juga merupakan suatu protein fase akut yang akan

mengalami peningkatan tidak hanya ketika cadangan besi tubuh

meningkat tetapi juga pada inflamasi akut atau kronik dan pada penelitian

yang dilakukan Rocha dkk menunjukka bahwa pasien hemodialisis bila

dijumpai feritin serum > 500 ng/ml dan kadar C-Reaktive protein (CRP)

yang tinggi, feritin serum tetap diandalkan sebagai cadangan zat besi

meskipun adanya inflamasi. Penelitian kalantar Zadeh dkk menyimpulkan

bahwa kadar Serum Feritin yang tinggi pada penderita PGK yang

menjalani Hemodialisis regular bukan merupakan indikator adanya

kelebihan zat besi dalam tubuh, melakukan sebagai protein fase akut.

Karena keadaan faktor penyebab kondisi inflamasi yang terjadi pada

pasien PGK dengan hemodialisis regular. Keterbatasan pada penelitian ini

salah satunya adalah tidak dilakukan pemeriksaan CRP sebagai penanda

inflamasi.

Hasil penelitian ini juga jauhberbeda dengan penelitian Nakanishi

Takeshi, et al (2010) yang menggambarkan terjadi peningkatan kadar

feritin pada PGK yang MHD (Maintenance Hemodyalisis) peningkatan

feritin terjadi saat inflamasi kronik dan infeksi.

Dari hasil penelitian nilai IL-6 dari 35 pasien sangat bervariasi dalam

rentang 3,6-1470 pg/dl. Hasil ini berbeda dengan penelitian sebelumnya (

Wibawa P., et al 2008) dimana dijumpai kadar rerata IL-6 nya adalah

39,32 ± 48,66 pg/ml dimana nilai IL-6 seluruhnya berada dibawah 100

(23)

%) yang jumlah IL-6 nya > 100 pg/ml, selebihnya berada < 100 pg/ml yaitu

(74,3 %).

Pada tabel 4.5 uji normalitas pada interleukin 6 diperoleh tidak

terdistribusi normal, sedangkan umur, Hb, dan feritin terdistribusi normal

dengan nilai p pada IL-6 adalah 0,0001. Hubungan IL-6 dengan feritin

pada tabel 4.6 dari hasil peneltian 35 sampel penelitian dijumpai

hubungan IL-6 dengan feritin adalah tidak signifikan dengan r = 0,028 dan

p = 0,872, berarti Ho diterima, dimana Ho tidak terdapat hubungan

signifkan antara IL-6 dengan serum feritin. Hasil penelitian ini sejalan

dengan penelitian Wibawa P, pada penderita anemia penyakit kronis,

bahwa tidak diperoleh hasil yang signifikan antara IL-6 dengan serum besi

Sedangkan pada penelitian abbas sabar dkk tentang hubungan IL-6

dengan anemia pada penderita SLE diperoleh hasil yang berbeda dimana

hubungan IL-6 dengan serum feritin diperoleh hasil yang signifikan r=

0,948 p = < 0.0001 **

IL-6 memiliki hasil yang signifikan degnan umum pada penelitian ini

dimana nilai r = 0,471 ** dan p = 0,004, dimana semakin bertambah umur

nilai hb diperoleh hasil yang tidak signifikan. perlu penelitian lebih lanjut

dengan menambahkan marker lainnya seperti CRP, Hepsidin, namun

pada penelitian Eguchi dkk CRP dan IL-6 tidak memiliki koreksi yang

signifikan dengan kadar hepsidin (r = 0,0025, P = 0,722 r = 0,0185 p =

0,362) pada penderita dialysis peritoneal pada penelitian pedro dkk (2007)

dikatakan bahwa anemia dan interieukin 6 merupakan faktor-faktor yang

(24)

IL-6 tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap anemia terutama

cadangan besi (ferritin) dimana dianggap IL-6 dianggap dapat

menimbulkan peningkatan serum feritin sehingga distribusinya

terhambat, penyakit komorbid yang mendasarinya menjadi pertimbangan

berkaitan dengan ini.

Keterbatasan lain dan penelitian ini hanya mengambil sampel pada

pre hemodialisis saja dan tidak adanya kontrol sehat, selain itu

(25)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Tidak terdapat hubungan bermakna antara kadar IL-6 dengan serum

feritin pada penderita penyakit ginjal kronis yang anemia dan menjalani

hemodialisisreguler (r=0,028danp=0,872)berartiHoditerimakarena

p>0.05.

2. Terdapat hubungan IL-6 yang signifikan kuat terhadap umur dimana

dijumpai (r = 0471** dan p = 0,004 ) korelasi searah,sedangkan

hubungan IL-6 dengan Hb tidak signifikan dimana (r = 0,207 dan p =

0,233)

SARAN

Penelitian ini masih memenuhi keterbatasan-keterbatasan sehingga

untuk penelitian lebih lanjut disarankan:

1. Perlu dilakukan pemeriksaan sampel pre, durante dan post

Hemodialisisdanjugakontrolsehatpadapemeriksaansampelpenelitian

2. Perlu dilakukan pemeriksaan CRP sebagai penanda inflamasi

ditambah dengan marker lain yang berkaitan dengan sitokin

Gambar

Grafik hasil kalibrasi pada assay control interleukin -6
Tabel. 4.1. Karakteristik Subjek Penelitian
Tabel. 4.3Distribusi Sampel Berdasarkan Serum Feritin
Tabel 4.7 Korelasi antar IL-6 dengan umur dan Hb

Referensi

Dokumen terkait

Teddy 2011.Hubungan hepcidin dengan feritin serum pasien anemia defisiensi besi pada penyakit Ginjal Kronik.Thesis.. Screening Healthy Infants for Iron Deficiency

Pada penelitian ini juga didapatkan hasil uji Spearman bahwa anemia berhubungan dengan kualitas hidup, dengan p value = 0,00; hal ini sesuai dengan kepustakaan yang

Dengan diketahuinya perubahan kadar kadar TNF- α , IL-1, dan IL-6 serum setelah pemberian Amitriptilin atau Deksketoprofen, serta hubungan antara kadar TNF- α , IL-1, dan IL-6

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah bahwa ada hubungan antara penyakit ginjal kronis dengan kondisi higiene oral pada penderita penyakit ginjal (p&lt;0,05), namun tidak

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah bahwa ada hubungan antara penyakit ginjal kronis dengan kondisi higiene oral pada penderita penyakit ginjal (p&lt;0,05), namun tidak

Temuan ini hampir sama dengan penelitian yang telah dilakukan di Rumah Sakit Sanglah, Bali, penelitian tersebut menyatakan bahwa prevalensi anemia pada pasien

Akupresur signifikan dalam penurunan skor DASS dan GHQ, maka baik diterapkan bagi pasien HD (p&lt;0.001) (Rad et al., 2017) The effects of cool dialysate on pruritus

Menurut Zadeh lemahnya korelasi antara ALP dengan kalsium dikarenakan pemeriksaan ALP yang dipakai tidak spesifik untuk tulang.10 Penyakit hati dan empedu dapat meningkatkan aktivitas