-Tesis
Hi
nn'fl4eidin
kr6en
Fsiiln
Serum
Pesbri
Ar-srtla
Defisiersi
B€i
F#a
Ferryakit
Glt$l KotS(
rEbov
P€sDESrAil
mnrG'l
DbfrfEn
SPSnLTS I
.
qrqlfrgrfrl?c|Yrtr{ffD&LAH
Frff$trA$
rEgBrfgll
nrryEl$FT*s
AlloAtAs
Hubungan Hepcidin
Dengan
Feritin
$erum
Pasien
Anemia
&fisienr$i
Besi
Fada Penyakit
Ginjal Kronik
Oleh
TEDDY
Tesis ini unlu*
rmnenuhi $&rh mtu
gyaratguna
mmpct$h
grilarS'pcei{isjtnru
Fcnyaldt DatesrPada Prognam
Pc*rrtri*en
llobrSpeaiatis
tProf.
rk
,tt
lschVnnAcrn+
Dllfl*,8aFf'
tC
G
FHAst[4usdutohh
/:
frhytft{et
'//
.r"
/
,/
_-/---\.
1
.-,-'t
.,a" /l
Pmf.
E, dr
tt AslneiFn#.*oP*.t(EilP
ilFS
PPDS llmuPcnydil
Dalanffi
lffioftFan
tlnhnll*lrs Arufrhc
i'
dr. H.Aluoil lr.
HtnF. gpPD. ilIARSl(elF-Beghn
t81tr enu
Bnfel'it
IHam
Fdru@r
t(doktsrln
mFgr*rs
Andalad
Att
RSilP dr. M.,:4lrerilFdagg
KATA PENGANTAR
Dengan
mengucapkan
puji dan
syukur
lkehadiratAllah
SWT yang
telehmernberikan hidayah yang tidak temilai harganya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penalitian d6n 6Enyusun6n
tesii
ini.TesL
ini dibuat untuk m€m6nuhi pErsyardtdndahm
menyelesaikan pendidikan
keahlian
llmu
Penyakit Dalam
di
Fakuttas
Kedoktenan[hiversitas Andala9
BLU RSUPdr. M.
Djamil Padang. Tesis ini berjudul"HUBI
NGANHEPCIDIN TENGAN FERITIN SERUM PASIEN ANEMIA DEFISIENSI PADA PENYAKIT
GiN.lAr-
KRoNiK,'.
Pada kesempatan ini izinkanlah penulis mengucapkan terima kasih yang tulus dan
sedalamdalamnya kepada :
1.
Prof.dr. H.
Nusirwen Acang, DTM&H, SpPD, KHOM, FINASIM,dr.
H.kza
Wahid,SpPD, KHOM, dr. H. Akmal M.
Han(
SpPD, MARS sebagai pembi,mbing yang telahbanyak
meluangkanwaktu
untuk
menrberikan bimbinganbaik
selama
persiapan,pelaksanaan hingga
penyu$nan
tesis ini.2.
Prof.dr.
H. Hanil
SpPD, KFOM Sebagai sesepuh Bagianllmu
Penyakit Dalam FKUnand yang tetap perhatian terhadap pendidikan dan
esiden
PPDS 1 llmu PenyakitDalam FK Unand.
3.
Prpf. Dr.dr.
H. Nasrul
Zubir, SpPD, KGEH, FINASIM, dandr.
H. AkmalM. Hanil
SpPD, MARS
selaku
Kepala Bagian yang lama dan Kepala Bagian yang baru/
SMFllmu
Penyakit
DaEm FK
Unandl
BLU
RSUP
di.
M.
Diamil
Pdding
png
t6tah4. Prof. Dr. dr. H. Asman Manaf,
SpPQ
KEMD selaku Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Dokter Spesialis (KPS PPDS) llmu Penyakit Dalam FK Unand/ BLU RSUP dr.M.
Djamil
Padangyang telah nemberikan
kesempatan, bimbingandan
dukunganmorilkepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan ini.
dr. H.
Eva
Decroli,
SpPQ
KEMD,
FINASIMselaku
Sekretaris Program
StudiPendidikan Profesi Dolder Spesialis (SPS PPDS)
llmu
Penyakit DalamFK
Unand/BLU RSUP dr. M. Djarnil Padang yang telah memberikan kesempaian, bimbingan dan
dukungan moril kepada penulis dalam menyelesakan pendidikan ini.
DiGktur
BLU RSUPdf.
M.
DjamilPideng
yan$teEh
men)rediakanfasim*
scEmapenulis mengikuti PPDS
lllmu
Penyakit Dalam.Dekan
Fakuhas KedokteranUniversihs Andalas
Padangyang telah
mernberikankesempatan
dan
kepercayaan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan PPDS Illmu P€nyakit Dalam.
Prof. Dr. dr. Rizanda Mahmud, MKes yang telah membanlu penulis dalam mengolah
data dan
telah
membimbing penulis dalam masalahsiatistik yang ierkail
denganpenelitian
ini.
'
Seluruh staf pengajar Bagian ltmu Penyakit Dalam
FK
Unand:
Prof.dr.
H. Julius,SpPD, KGEH, Prof.
dr.
H. Syafril Syahbuddin, SpPD, KEMD, FINASIM, Prof.dr.
H.Saharman Leman, DTM&H, SpPD,
KK/,
FINASIM, Prof.dr.
H. Zulkamain Arsyad,SpPD, KP, dr. H. Jusman Djaafar, SpPD, KGH (Alm), dr. H. Asri, SpPD, dr. H. Syaiful
Azmi, SpPD, KGH, FINASIM, dr. H. Yerizal Karani, SpPD, SpJP, FIHA, dr. Naiirman,
SpPD, KR,
dr. H.
Armen
Ahmad,SpPD,
KPTI,dr. Amelis, SpPD,
KGEH,dr.
H.Raveinal, SpPD, dr. Hj. Rose Dinda Martini, SpPD, dr. Hj. Arina Widya Mumi, SpPD,
KPsi,
dr.
Saptino Miro,dr.
H. Yanuar Hamid, SpPD, MARS,dr.
Syafrudin Tamar,SpPD, KKV, dr. Drajad Priyono, SpPD, dr. Hamavi harun, SpPD,
dr.
Fauzar, SpPD,dr. lskandar, SpPD, dr. Eifel Faheri, dr. Rony Yuliwansyah Syarif, SpPD.
10.
Kepala Bagian/Staf
Bagian PatologiKlinik FK Unandl BLU
RSUPdr. M.
DjamitPadang yang telah memberikan fasilitas pemeriksaan laboratorium dalam penelitian
ini.
11-
Rekan-rekan sejawatesiden di
Bagian llmu Penyakit Dalam FK Unand/ BLU RSUpdr. M. Djamil Padang atas bantuan dan kerjasama yang telah kita bina selama ini.
12-
Laboratorium Prodia yang telah memberikan fasilitas pemeriksaan laboratorium dalampenelitian ini.
t3-
Paranredis di Bangsaldan Poliklinik Penyakit Dalam yang telah membantu kelancananstudi dan penelitian ini, serta terima kasih untuk Risman, lra dan Dori.
Semoga semua bantuan Bapak, lbu dan sejawat sekalian mendapat imbalan disisi
Afrah SWT.
Secara khusus,
terima kasih
dan
rasa
hormat
yang
teramat
dalam
penulissanqgaikan kepada
yang
tercinta, ibundaHj.
Akhbahdan
ayahandaM.
Teguh
Burhan(Alm),
serta
ibu dan
bapak mertua,
yang
selama
ini
telah
mendidik,
membimbing,nrnberikan bantuan moril, materil
dan doa
kepada penulis sehingga penulis
dapatnutyelesaikan
pendidikan
ini.
SemogA
Allah SWT selalu
memberi rahmat
dan karuniaNya.Terima kasih untuk kakak-kakak dan adik-adik tercinta : lr. Tabroni, MM, Dra. Yulita
(Akn), Novianti, Darmansyah,
sKom,
Taufik,sE,
Astuti
Destriana,sr
yang
senantiasamemberikan perhatian,
bantuan
dan
dorongan
semangat sehingga penulis
dapatmenyelesaikan pendidikan ini. Semoga mendapat balasan pahala darfNya.
Kepada lsteri tercinta Meldani Souvenira, AMK dan anak-anakku tersayang Annisa
Azzahra,
M.
lhsan Fajri,
penulis ucapkan
terima kasih yang tidak
terhingga
ataspengertian, kesabaran, dan pengorbanannya serta dengan setia telah meridampingidalam
menjahni pend&likan sehingga penulis
rlnmpu
menyelesaikan Pendidikan Profesi DokterSpesialis ini.
DAFTAR I8I
Halaman
KATA
PENG4NTAR...
...i.
iDAFTAR
l$l
...
v
IhFTAR
GAMBAR
viitnFTAR
TABEL
...
viiiINFTAR
SINGKATAN..,...,...
iXIIFTAR
IAMPIRAN
x
BtB
t. PENDAHULUAN
...
11.1.
Latar Belakang ...1.2.
Rumusan Masalah1.3.
Hipotesis1.4.
Tujuan Penelitian1.5.
ManfaatPenelitian1.6.
Kenangka Konseptual ....;...8AB
II.
TINJAUAN KEPUSTAKMN ...2.1
Definisi Anemb dan Penyakit Ginjal Kronik2.2.
Metabolisme besi ...2.3.
Hepidin
1
5
5
5
6
7
I
2.3.1.
Sintesis danlGtabolixne
lrepturtn2.3.2
Strukturtercidin
2.3.3.
t#pidin
dan homeostasis besi ...2.3.4
tieWidin
dan inffamasi...
...2.3.5.
l#pidin
dan Penyakit GinjalKronikI
10
15
15
18
19
20
2.4.
Patogenesis Anemia DefisiensiBesipada Penyakit Ginial Kronik2.4.1
Absorpsibesiyang tak normal2.4.2.
Kehihngan darah2.4.3.
Defisiensi besi fungsional...
2.5.
Diagnosb Anemia Defisiensi Besi Pada Penyakit Ginjal Kronik...2.5.1.
lndeks edtrosit dan hapusan darah tepi ...2.5.2.
Besi serurn, TIBC, dan saturasi transferin2.5.3.
Feritin2.5.4
Cadangan besisumsum fulang2.5.5.
Diagnosis anemia defisiensi besi pada pGK...
BAB
III.
METODE PENELITIAN ...3.1.
Desain Penelitian3.2.
Tempat dan Waktu Penelitian3.3.
PoptlasidanSampel...
24 24 25 25 27 28 28 29 29 29 32 32 32 32 32 33 33 33 33 34 34 35 36 37 3.4. 3.5. 3.6. 3.7. 3.8. 3.9.
3.3.1.
Populasi3.3.2.
Sampel ...:....Kriteria lnklusi dan Eksklusi ...
3.4.1.
Kriteria lnklusi3-4.2.
Kriteria EkslusiVariabel Penelitian
Deftnisi Operasional ...
Protokol Penelitian
Analisis Statistik dan Penyajian Data
Kenangka
Penelitian
...:...BA8
tV.
HASTL PENELITIAN...
384.1
. Karakteristik PasienPGK...
384.2.
. lGdar Hb, satunasitransferin, feritin, hepcidin4.3.
.Hubungan hepcidin dengan
feritin serum pasien
anemiadefisiensibesipada
PGK...
404-4.
.Hubungan
hepidin
dengan derajat anemia pasien
anemiadefisiensibesipada
PGK...
414.5.
. HubunganheWidin
&ngan
saturasi transferinpasien
anemiadeftsiensibesipada
reK...
424.6.
. Hubunganlepcidin
dengan LFG pasien anemia defisiensi besipada
PGK
438A8
V.
PEMBAHASAN...
445.1
Karakteristik PasienPGK...
445.2.
. Kadar Hb, satunasi transferin, feritin dan hepcidin...
455.3.
.Hubungan
hepidin
dengan
feritin serum pasien
anemiadefisiensibesipada
PGK...
465.4-
.Hubungan
hepcidindengan derajat
anemia
pasien
anemiadefisiensibesipada
PGK...
485.5.
. Hubunganhepidin
dengan
saturasi transferinpasien
anemiadefisiensi besipada
PGK...
505.6.
. Hubungantrepidin
dengan LFG pasien anemia defisiensi besipada
PGK
505.7.
. Keterbatasan Penelitian...
51VI.
PENI.'TUP6:1.
Keslmpuhn52
52
52
53
6.2.
SaranPUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
Halaman
l.t.
2.1.
2.2.
2-3-Kerangka Konseptual 7
14 Metabolisme besi
2.1.
2-5.
3.1.
4.{.
1.2
.t.3.
1.1.
Jalurpengaluran
hepidin
16strukturutama
lr'prlin
manusia dan pola ikatan disulfida antara8
sistein
1gPengaruh kadar
hepidinpada
pebpasanbesike
dalamplasma
19Mekanirne patogenesis anemia penyakit
kronik
26 [image:10.454.3.422.77.440.2]Kerangka
Penelitian
gTGrafik persentiase penyebab
PGK...-.-
39Hubungan
hepidin
dengan feritin 4142
43
Hubungan
Epidin
dengan satunasi transferinHubungan
hepidin
dengan LFGDAFTAR TABEL
Stadium Penyakit Ginjal tGonik
Distribusi besi pada orang deuesa
Perbedaan lGdar Serum pada Anemia Penyakit l(ronik dan Anemia
DefbiensiBesi...
...
Jadwal Penelitian
Karaldedstik Pasbn PGK
Kadar Hb, saturasi transferin, feritin, hepcidin
Hubungan hepcftJin dengan derajat anemia
Halaman
11
30
32
38
40
42
zt-
u2-23
l.
I
ft.
{OF
MSDAFTAR SINGKATAN
Penyakit Ginjal
lfonik
HemodialisisLaju Filtrasi Glomerulus
The Thitd National
l#afth
and
Nutrition Examination Sunrey recom bin a nt Hu nn n Eryth ro poeili nE ryth ropoesis Sti naiati ng Ag ents
lntedeukin€
messengerR}{A
U pstna
m
Stimu bto ry F acto r-2C-rcaclive
Pmbin
World Heafrh Oryanizatbn
Kidrey Cfsease
Qutnme
Quality lnitialiveNational Kdrrey Foundation
Duo&nalCylror'htonte b-like
Divalent Metal Transporter
I
Fercpoftin
Tra,nstein
teceptor
,
IurnorlVecrcsls
Fadora
Totat lron
Bidirg
@pctty
Me a n Co rp,tsrr.t la r Vo lu me Mean
&
rpu*u
la rl#
mogl obi nMean Corryscub r Hemoglobin
&nrentntion
Liver
Expres*d
Antimicrcbialfrpffie-l
Enzynn
Linked lmmunosorfunf Assay$ulfalce
enhaned
laserdesorption ionization time af flight rnass Spectrornetrygen Hennchrcrnafosis
DAFTAR LAMPIRAN
1.
Keterangan Lolos l(ariEtik
(Efi,ical C&,a''a,rre)Z
Tabel lnduk HasilPenelitian3.
Penplasan SebehmPersetujun
L
Persetrjuan lkut Penelitian / Tindakan liledis(
lnforncd&n*n$
5.
Formulir Penelitian6.
Struktur Organisasi Penelitian7.
CufianlumVitre
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAKANGAnemia dijumpai pada sebagian besar pasien penyakit ginjal kronik (pGK).
Anernia yang
tidak
diatasi akan menimbulkan gangguan fisiologis seperti suplaioksigen
ke jaringan berkurang, peningkatan curah jantung, hipertrofi ventrikel kiri,angina, gagal
jantung
kongestif, penurunan kemampuankognitif
dan
mental,
gangguan siklus menstruasi, impotensi, dan gangguan respon imun. Anemia pada
PGK telah
terbukti mempengaruhi kuatitas hiriup, meningkatkan morbiditas danmortalitas, oleh karena itu harus dikelola dengan optimal.l
Anemia
pada PGK
terutama
diakibatkanoleh
berkurangnya
produksi eritropoetin. Penyebab lain adalah defisiensi besioleh karena beberapa halsepertiasupan atau absorpsi
besi
yang
berkur:ang, sekuestrasibesi
akibat
inflamasi, kehilangan darah selama prosedur hemodialisis (HD), tindakan flebotomi berulanguntuk
pemeriksaan
laboratorium,mJlnutrisi,
perdarahan gastrointerstinal, danpeningkatan penggunaan besi untuk proses pembentukan eritrosit sebagai Gspon
eritropoesis-
serain
itu
anemia
dapat
juga
disebabkan
oleh
keadaanhiperparatiroid, hlpotiroid, intoksikasi aluminium, defisiensi asam
folat,
defisbnsivitamin B 12 dan lain-lain.l
Anemia
terjadi
pada awal
perkembanganpenyakit
ginjal dan
sejalandengan gangguan fungsi ginjal. Bebenapa penelitian yang menunjukkan hubungan
antara kadar Hb
dengan fungsiginjal dan
anemia mulaiterjadi
bila
laju
filtr:asiglomerulus (LFG) < 60 ml/menill1,73
m'.
Salah satu penelitianbesar,
The ThirdNational Heafth
and
Nutrition Examinationsuruey
(NHANESilt)
(19ss
-
1994,pasien PGK dengan LFG
antara20
-
60
ml/meniUl,73
m2memiliki
saturasitransferin
<
2o
o/o. Prevalensi anemia denganLFG
30
-
s9
ml/meniul,73
m2sebesar 1
o/o,
LFG 15 - 29 ml/meniUl,73m'
( g %), dan LFG<
15 ml/meniill,Tgm2masing-masing 33 % pada laki-lakidan 67 7o perempuan.2'3
Kazmi
dkk
(2001)
menemukanserum
kreatininpasien
pGK
s 2
mg/dladalah sebesar 45 %. Prevalensi defisiensi besi (saturasi tr:ansferin < 2O o/o) adalah
54 o/o. Tiga puluh delapan persen pasien PGK dengan serum kreatinin 3,2
*
1,6
mg/dl{LFG 22,3
t
8,9 ml/meniU1,73m)
dengan hematokrit 3O % pada kunjungan pertama dengan konsultan ginjal. Diantara pasien yang mendapatkan rccombinantlzuman erythtopoeitin (rHuFpo), hanya 47 o/o dibr;nkan terapibesi.a
Pada survei rnanajemen anemia pasien
pre
dialisisdi
Eropa didapatkan anemia defisiensi absolut sebesar 38 % sebelum dilakukan terapi penggantigrnjal.Data
dari
RomanianRenal
Registrytahun
2ao4-
2@6
menyatakan bahuraprevalensi anemia
defisiensibesi
absolut sebesar
65 %
pada
pasien
yangmenjalani terapi pengganti ginjal.s
Hubungan antara
hepidin
dan riretabolisme besidiungkapkan pertama kalioleh
Pigeondkk
(2001) (saat meneliti respon
hati
terhadap beban besi
yangbedebihan) yang mendapatkan bahwa mRNA
hepidin
diproduksioleh
hepatositdan lipopolisakarida
serta
beban besiyang
berlebihan baik secaraoral
maupunparenteral
dapat
merangsang produksihepidin
sebagaiumpan balik
terhadapkeadaan beban besi
yang
berlebihan tersebut, sehingga gen hepcidin dianggapsebagai gen upsfream stimulatory factor-2 (USF2).6
Pada tahun 2001, Park
dkk
melakukan studi tentang karakter antimikrobialpada cairan tubuh manusia
dengan
mengisolasisuatu peptida baru dari urin yangdikenal sebagai hepcidin,
berdasarkantempat
diproduksinya(hati,
hep-)
danStudi sebelumnya oleh Krause dkk
(2000)
juga mengisolasi peptida yangsama
dari
ultrafiltrat
plasma
dan
menamakannyaLEAP-I (liver
expessed
antimicrobial
p$ide-1),
suatu peptida dengan
kanakter antimikrobial
yangdiekspresikan oleh hati.
I
D6tivaud
dkk
(2005) melaporkan hubungankadar
hemoglobin(Hb)
danekspresi mRNA hepcidin pada manusia, yang menyokong hipotesis bahwa efek
dari
anemiaatau
hipoksia terhadap ekspresimRNA
hepcidinyang
diteliti padatikus. Pada
keadaan anemia, kebutuhan oksigentidak
adekuat sehingga perludiproduksi eritrosit
yang lebih
banyak. Mekanisme pengaturan hipoksia melaluibeber:apa reseptor hypoxia
inducibb fuctor (HlF)
yang
terdapat
pada
hepcidinprcmobryang
menghambat proses transkripsi mRNAhepidin
pada hepatosit.eDallalio
dkk
(2003) melakukan penelitiankadar
heptulin
menggunakanpemeriksaan Westem b/of. Spesimen yang digunakan berasaldari punksi sumsum
tulang dan serum
untuk
menentukankadar
feritin
serum
yang
dibandingkan dengan kadar hepcidin serum. Dari kedua spesimen, terdapat korelasi positif yangkuatantana kadarferitin dengan kaddr
heptdin
serum.'oMalyszko
dkk
(2006)
memperlihatkan hubungan hepcidin dengan fungsi ginjal, status besi danhsCRP
pada pasien PGK yang diterapi secara konservatif,pasien HD, dan pasien yang menjalani tnansplantasi ginjal. Pada ketiga kelompok
pasien, didapatkan korelasi yang bermakna antara
hepidin
dengan fungsi ginjal.Kadar
feritin
danhepidin
lebihfinggi
padapasien
HD, transplantasi ginjal danPGK dibandingkan dengan pasien kontrol. Tidak terdapat korelasi antara kadar
heprdin
dengan feritin dan saturasi transferin. Peningkatan kadar hepcidin padapasien PGK
bukan hanya karena gangguan fungsi ginjal, tetapijuga
pengaruhTomosugi
dkk
(2006)
melakukan pemeriksaanhepcidin
serum
se@rasemikuantitatif menggunakan metode
surfae enhaned laserdesofiion
ionizationtinre
of flight nnss spdrometry
(sELDl-ToF
MS).
Pada studi yang
ditakukantersebut
mendapatkan
peningkatan kadar hepcidin-2Spada
pasienHD.
Kadarhepidi*25
befiubungan
denganferftin serum
dan
tL€.
lGdar
hepidin
jugamengalami peningkatan pada kadar
feritin
normal.
Peningkatan kadar heWidinpasien
HD
2
-
3
kali
lipat lebih tinggi
dibandingkandengan kontrol.
Kadarheprti*2S
berkurangselama HD pada
bebenapa pasien,tetapi
penyebabnyabelum jelas.12
Pada penelitian Zaritsky
dkk
(2009) menguji
hubunganhepidin
serumdengan
indikatoranemia, status
besi,
inflamasidan
fungsi
ginjal.
Pada
PGKstadium
2
-
4, feritin dan reseptortransferin
berbanding lurus denganhepidin,
tetapi berbanding terbalik dengan
LFG.
Sedangkanpada
PGK stadium 5, saturasitnansferin
dan feritin dapat
menentukan
kadar
hepcidin. Peningkatan
kadarhepcidin berperan
pada
gangguan
pengatunanbesi dan
proses
eritropoesis.llepidin
dapat dijadikan sebagaipadmeter
biokimia pada anemia defisiensi besidan
salah satu penyebab terjadinya respon eritropoetin tidak adekuat.l3Peters dkk (2010) melaporkan 83 pasien PGK non dialisis, dan
48
pasienHD,
tidak terdapat korelasi kadarhepfulin-2i
dengan LFG(p
=0,30dan
r
=O,12'). Kadar
hepidin
pada
pasienHD
lebihtinggi
dibandingkan dengan kadarhepidin
pasienPGK
non
dialisis.
LFG
bukan merupakanfaktor
utama yangmenentukan kadar hepcidin pada pasien PGK.1a
Kemna
dkk
(2008)
menjelaskan
hubungan antarahepidin
dan
feritin serurn pada penyakit ginjal kronik yaitu kadar dari kedua parameter tersebut tedadipeningkatan tetapi pada kondisidefisiensi besi keduanya akan menui^uii. Dianiara
dan
kebutuhan eritropoesis,
dan lebih
mencerminkan
homeostasis
besidibandingkan
dengan
masing+nasing
parameter seperti saturasi
transferin,reseptor transferin dan CRP.15
Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa
hepidin
mempunyai penanpenting pada metabolisme besi dan terjadinya anemia defisiensi besi pada
pG(
maka pada
penelitian
ini akan menjelaskanhubungan
hepidin
dengan feritinserum pasien anemia defisiensi besipada pGK.
12.
RUMUSAN MASALAHApakah terdapat
hubungan
hepfulin
dengan feritin serum pasien anemiadefisiensi
besipada
PGK ?r.3.
H|POTES|SH0
:
Tidak
terdapat hubunganhepidin
denganferitin serum pasien
anemiadefisiensi besi pada PGK.
Hl
: Terdapat hubungan hepcidin dengan feritin serum pasien anemia deftsiensibesi pada PGK.
t.4.
TUJUAN PENELITIAN1.3.1.
TUJUAN UMUM1.3.2.
TWUAN
KHUSUS1.
Mengetahuikadar
hepcidin
serum pasien anemia
defisiensi besipada PGK
2.
Mengetahui kadar feritinserum
pasien anemia defisiensi besi padaPGK
3.
Mengetahui hubunganhepidin
dengan feritin serum pasien anemiadefisiensibesipada
PGK4.
Mengetahui hubungan
hepidin
dengan
derajat anemia
pasienanemia defisiensi besi pada PGK
5.
Mengetahui hubungan
hepcidindengan saturasi transferin
pasienanemia defisiensibesi pada PGK
6.
Mengetahui hubunganhepklin
dengan stadium pGK pasien anemiadefisiensibesipada PGK
15.
XIANFAAT PENELITIANHasilpenelitian diharap*an
:
t
1.
Memberikan pedomandalampenatalaksanaananemiadefisiensibesipadaPGK.
2.
Memberikan sumbangan dalam pengembangan ilmu pengetahuan tentangperan
hepidin
dalam
patogenesis anemia defisiensibesipadaPGK
1-6. KERANGKA KONSEPTUAL
Gambar
1.1.Kerangka Konseptual
:
:
Variabelyangditeliti
Keterangan
O
Penyakit
Ginjal Kronik
lnieksi
dan lnflamasi
(CRPtl
I
ekskresi hepcidin urin
I
Feritin
serum
t
hepcidin
serum
I
absorpsi
Fe
pada
mukosa
usus
dan
RES
Ilefisiensi
besi
Anemia pada
PGK terutama
diakibatkan
oleh
berkurargnya
produksieritropoetin, kebutuhan oksigen
tidak
adekuatsehingga perlu
diproduksi eritrosityang lebih
banyak.
Mekanisme pengaturanhipoksia melalui beberapa
reseptorhypoxia inducible factor
(HlFl
yang terdapat
pada
hepcidin promoter
yang
menghambat proses
transkipsi mRNA
hepcidinpada hepatosit.Sehingga
hal ini dapat menyebabkan penurunan kadar hepcidin serum.Hepcidin diekskresikan melalui
urin dan
dimetabolisme
oleh
ginjal.Gangguan pada kedua proses tersebut
terjadi
pada keadaan LFG yang menurunsehingga menyebabkan
penumpukan
hepcidindi ginjal.Kadar Feritin
akan
meningkatsebagai respon tubuh yang
tidak
spesifikterhadap pengaruh
sistemik
dari
infeksi, inflarnasi yang akan
menyebabkanpelepasan
sitokin
proinflamasidan
peningkatankadar CRP.
Peningkatan kadarCRP pada pasien PGK dipengaruhioleh kondisi uremia.
Peningkatan
kadar
hepcidin
akan
menghambat
pelepasan
besi
dariBAB II
TINJAUAN PUSTAKA
LI.
TEFINISIANEMIA
DAN
PENYAKIT GINJAL KRONIKKriteria K*Cney D.sease
Oubone
Quality lnitiative (KDOOI)dan
NationalKdney
Foundation (NKF) (2006) mengenai anemia pada PGK, apabila kadar Hb <13,5
g/dl pada laki-laki, Hb < 12 g/dl pada perempuanl6Penyakit ginjal kronik didefin isikan sebagai:16
Kelainan
ginjal berupa
kelainan struktural
atau
fungsional,
yangdimanifestasikan oleh kelainan patologi atau petanda kerusakan ginjal secara
laboratodk
atau
kelainan
pada
pemeriksaan nadiologi,dengan
atau
tanpapenurunan
fungsi
ginial
(penurunanlaju filtrasi
glomerulus
=
LFG),
yang berlangsung > 3 bulanPenurunan
LFG
< 60
mUmenitper
1.73
m2luas
permukaantubuh
(LPT) selama > 3 bulan dengan atau tanpa kerusakan ginjal.Kelompok
kerja
KDOQI
dan
fdff
r"*buat
klasifikasi
stadium
PGKberdasarkan penurunan fu ngsi ginjal yang diukur dengan LFG, sebagai berikutl6
,
Tabel
2.1. Stadium PenyakitGinial
Kronikr61.
2.
Stadium
Deskripsi
(ml/meniUl,73m2|LFG1
2
3 4 5
Kerusakan ginjal disertai LFG normal atau meningkat
Penurunan ringan LFG
Penurunan sedang LFG
Penurunan berat LFG
Gagalginjal
>90
60-89
30-89
' '
METABOLISME BESIBesi merupakan nutrien esensialyang diperlukan oleh semua seFseltubuh
manusia dan mempunyai kemampuan untuk mengikat oksigen, sebagai katalisator
untuk
oksigenasi, hidroksilasidan
proses
metabolismepenting lainnya,
sertamampu menerima atau melepaskan elektron dengan cepat seperti perubahan dari
Feri (Fe$) menjadi Fero
(Fe)
atau sebaliknya. Kemampuan tersebut membuatnyamenjadi komponen silokrom
yang
berguna
untuk
metabolisme
oksidatif, pertumbuhan dan prolifenasi sel-sel tubuh. Besi bebas sangat toksiktefiadap
selkarcna dapat mengkatalisis perubahan H202 menjadi radikal bebas yang merusak
membran
sel,
proleindan
DNA sehingga besi yang disimpan tidak dalam bentrkkation bebas, tetapi sebagai kompleks 5"=1. 17,t8,1e
Pertukanan
besi
dalam tubuh
merupakan lingkaranyang
tertutup
yangdiatur oleh
besamya
besi yang
diabsorpsiusus,
sedangkan kehilangan besifsiologik bersifai menetap. Besi yang diabsorpsi usus setiap hari berkisar antana
1-2
mg, ekskresi besi terjadi dalam jumlah yang sama rnelalui eksfoliasi usus. Besidalam tubuh
tidak
pemah terdapat'dalam bentuk logam bebas, tetapi
selaluberikatan dengan protein tertentu. Besi terdapat
dalam
berbagai jaringan dalamtubuh yang terdiri dari '17'18'1s
.
Senyawa
besi
fungsional
adalah
besi
yang
membentuk
seny€rwa yangberfungsidalam tubuh.
r
Besi
cadanganadalah
senyawabesi yang
dipersiapkanbila
masukan besiberkurang.
.
Besi
transpor adalah
besi yang
berikatan dengan protein tertentu
dalamfungsinya
untuk
mengangkutbesi
dari
satu
kompartemenke
kompartemen lainnya.Tabel2.2. Distribusi
besi padaorang
dewasale-
l(adar(mgftg
BB)Jenis
besit-aki{aki
PerempuanBesifungsional
.
Hemoglobino
Myoglobin.
Enzim hemeo
Enzim non hemeBesi cadangan
r
Feritino
HemosiderinBesitransport
r
Transferin Total 31 5 1 1I
4< 1 (0,2) 50 4 2 < 1(0,2) 40 28 4 1 1
Pada metabolisme
besi yang
normal, absorpsibesi
di
usus
tnemegangpeenan
sangat penting. Absorpsiterbanyak teriadi di proksimalduodenum karenapl-l asam lambung
dan
kepadatan protein tertentu yang diperlukan pada pftrsesSsorpsi
besi di epitel usus. Proses absorpsi besi dibagi g 1^".2o'2'r'n1-
Fase luminalm'21'22Besi dalam makanan terdapat dalam 2 bentuk, yaitu :
o
Besi heme:
terdapat dalam dagingdan
ikan, tingkat absorpsinya tinggi,tidak
dihambat
oleh
bahan
penghambat
sehingga
mempunyai bioavailabilitas tinggi.
Besi
non
heme
:
berasal
dari
sumber
tumbuh-tumbuhan,
tlngkatabsorpsinya rendah, dipengaruhi
oleh
bahan pemacuatau
penghambatsehingga bioavailabilitasnya rendah.
2.
Tergolong sebagai bahan pemacu absorpsi besi adalah asam amino
dan vitamin C, sedangkan yang tergolong sebagai bahan penghambat ialah
phytates, tannates dan fosfat.
Fase mukos^1n'21'2
Fase aktif yang sangat kompleks dan terkendali dimana sel absorptif
pada puncak vili-vili usus feri
(Fe*)
dikonversi menjadi fero (Fe)
oleh enzimferireduktase yang
dimediasioleh duodenal
cytochrcmeb-like
(DCYTB). Transpor melalui membnan difasilitasi oleh proteindiwtent
nebt
tnnsporbr
1(DMTI)
alau
natunl-esistance.assocrbfednacrcphage
protein2
(Nramp2).Setelah besi masuk ke sitoplasma, sebagian disimpan dalam bentuk feritin,
sebagian
dikeluarkan
ke
kapiler
usus melalui
basolatenl
tnnsporter
(feroportin/FPN). Padaposes
ini
terjadi oksidasi darifero
menjadiferi
olehenzim ferooksldase (a.1. hephaestin), lalu feri diikat oleh apotransferin dalam
kapiler usus.
Tedapat
fenomena
hambatan
mukosa, dimana
setehhbeberapa
hari
dilakukan
bolus besi
dalam
diet, maka
enterosit
resistentefiadap
absorpsi
besi
berikuthya.
Hambatanini
mungkin
timbul
karena akumulasi besi dalam enterosit sehingga menyebabkan kondisi diaturseolah-olah kebutuhan besi sudah berlebihan.
F ase korpo real2o'21'22
Besi yang sudah disenap enterosit dan melewati bagian basal epitel
usus,
memasuki kapiler
usus
lalu
dalam
darah diikat oleh
apotnansferinmenjadi transfenin. Tnansformasi ini akan melepaskan besi pada
sel
sistemretikuloendotelial melalui
proses
pinositosis.Satu
molekul transferin dapatmengikat maksimal
2
molekulbesi
.
Kompleksbesi
transferirtini
1Fe2*-Tgnantinya akan diikat oleh reseptor
transferin
yang terdapat pada permukaansel
membentukkompleks
Fe2*-Tf-TfR,yang akan
membentuk endosom.
1.
Suatu pompa proton akan menurunkan
pH
endosom, sehingga melepaskanikatan
besi
dengan
transferin.Besi dalam endosom akan
dikeluarkan kesitoplasma dengan bantuan
DMT
1,
sedangkanikatan
apotransferin danreseptor transferin mengalami
siklus
kembalike
permukaansel
dan
dapatdipergunakan kembali.
Beberapa halyang mengaturabsorpsibesidalam usus halus, yaitu :m
Pengaturan diet.
Mekanisme
ini
mengatur
jumlah besi yang
dikonsumsi
dari
diet.Bebempa hari setelah mengkonsumsi diet yang mengandung cukup besi, sel
epitel usus
(enterosit)
menjadi resisten terhadap
besi
tambahan
yangdiberikan kemudian. Mekanisme ini diduga terjadi
oleh
karena penumpukanbesi
di
dalam
enterosit sehinggakondisi
kebutuhanbesi sudah
terpenuhi.Dahulu mekanisme ini disebut dengan hambatan mukosa.s
Pengaturan cadangan besi.
Mekanisme ini membatasi jumlah besi yang akan diabsorpsi sebagai
respon terhadap kadar besi tubrlh total, mungkin melalui mekanisme di sel
kripta
sebagai respon terhadap saturasitransferin dengan besi.2oPengaturan eritropoetik
Mekanisme
ini
tidak
berespon
terhadap
kadar
besi,
melainkanterhadap kebutuhan eritropoesis. Diduga mekanisme ini melalui soluble signal
yang
berasaldari
sumsum tulangke
usus halus. lGpasitas
mekanisme inilebih besar dari pengaturan cadangan besi.20.
2-3.
Red btood celts
Intestinal vitl,us
@mbar 2.1. itetabolisme
besi Kuripz2Irlacrophage (spteen, bone marrow, lirtrer)
Metabolisme besi
pda
makofag diauali
denganf4ositisasi
eritrosit danpenrecahannya di fagosom, kemudian besi dikeluarkan melaluiferoportin dengan
ffiran
seruloplasmin ferooksidase (yangberpmn
homolog sepertihpaestin
dieilerosit).
Pada siklus besi dalamtubtfi
tedadi peredaran jumlahbitubuh
yangngat efisien, dimana hasil
absorpi
besidi
uslts
bergabung dengan besi yangfirotilisasi
dari
makrofag sumsum
tulang
untuk
kepeduan
eritropoesis.Sdanjutnya,
hasil
suatueritropoeis yarg
inefektifdan besi
padaerifosit
yangtHr
mengalamipenuaan,
akan
dikernbalikanlagi
kepada makrofag
denganirnah
yang sama dengan keperluan eritropoesis tersebut. Sehingga hasil akhirrdranisme
iniadalah keeimbangan jumlah besi fubuh.2oBeberapa
$udi
terbarurendapatkan
adanya peran suatu hormon peptidaprg
kecil bemama
hepcidindalam
pengaturanbesi.
Hepcrdin menghambat&orpsi
besidi
usus dan pelepasanbesidari
makrofag dan hepatosit. Walaupunltrd
mengenai
hepcidin
masih
terbatas jumlahnya,
namun
beberapa
studiEnterocyte
,%
/
Fe{.mYrtf,if
lE
*
"
Fe(trI)ol
.
ra-.,^-mt*,
tryflrrophagocytosis of
senescent RBC
nrenyimpulkan bahwa
hepidin
merupakan mediator langsung pada patogenesis anemia penyakit kronik yang beraksi sebagai pengaturan negatif penyerapan besipada usus
dan
pelepasanoleh
makrofag sehingga pemenuhan kebutuhan besiurt
rk eritropoesis menjadi tidak adekuat.e'17'23D;L
TEPC/IDIN2-e1.
Sintesis
dan KatabolismeHepcidin
Gen
hepcidin manusia
HAMP berlokasi
pada
lengan panjang
darilrornosom
19q13, yangmengkode
84
asam aminopre
proptida,terdiri
dan 24es:rr
amino N-terminatdan 60 asam amino prohormon.2aPengaturan ekspresi hepcidin terjadi pada tingkat transkripsi sitokin-sitokin
iillamasi
terutama lL-6, yang
memngsang transkripsi
hepidin
antimicrobialffi
(HAMP) dalam hepatosit. Hal ini menyebabkan aktifnya signaltransduer
ad
activatorof
trcnscription3
(STAT3) dan
selanjutnyaSTAT
3
mengalamiffirilasi
membentuk kompleks STAT 3-
fosforilasi. Kompleks ini akan berikatanthngan
promoterHAgP.2a'zs
t
Pengaturan hepcidin melalui
jalur
bone
morphogenetic prctein (BMP)/
ini1ral
mothercagaint
decapentaplegtb(Smad). BMP
merupakansitokin
yangbrnasuk
kelompoktnnsforming grcwth
kctor-B ffGF-F).
BMP secara
umumhrperan
dalam pengaturan proliferasi sel, diferensiasi sel, apopfosr.s, dan migrasid
dalam jaringan. Padajalur
BMP terjadi pengikatan BMP dengan reseptor selsrirftreonin
kinasetipe 1
dan2
membentuk kompleks reseptortipe 1
dan2
-ffir#-
Kompleks protein intraseluler ini mengalamifosforilasi
membentuk RSmad.ffi'rnad
berikatan dengan Smad4
rnembentuk suatu kompleks protein RSmad-Slnmed
4
yang akan
masukke
dalam nukleusdan
mengaktivasi transkripsi genWEetr-'ezs
silvestri
dkk
(2008)
menerangkan
mekanisme
pengaturan
ekspresi@:din
melalui
transrrrembnne
prcteasesenne
6
OMPRSS6).
pengaturanrtspresi
hepcidin dengan
mengaktifkanfungsi dan
hemojurelin (HJV)
yangnnrpakan
suatu prctein pada
membran plasma
hepatositsehingga
terjadip*gkatan
ekpresi
dari
hepidin.
Mutasi
HJV akan
menyebabkanbnokromatosis,
suatu bentuk kelainan beban besi yang berlebihan oleh karenarrnilki
kadar hepcidin yang rendah.sGambar 2.2. Jalur
Pengnturan Hepidir{eio24
Jalur kompleks besi meliputi HFE, TfR2,
l*)V,
ertnellular
signal regulated,hse
(ERK) 1!2,
dan TMPRSS6,yang
mengatur ikatan
Tf.
-
Fe.
Reseptorlffirin
1 CffR1), gen HFE, TfR2dan
HJV akan membentuk kompleks denganEseptor
BMPtipe 1
dan tipe
2
pada
permukaansel.
Kompleks HJV-BMP Ull [image:29.422.7.413.36.601.2]berikatan dengan R-Smad,
selanjutnya
Smad
mengalami
fosforilasi
yangrnengaktifkan ekspresi HAMP. Sedangkan
jalur
kompleks besi yang melalui ERK1/2 mengalami fosforilasi membentuk Rsmad yang
akan
meningkatkan ekspresikadar
hepidin.
Homo dan hetercdimer dari USFI/USF2
bergabung dengan HIFberikatan dengan E-box. Pengaturan kompleks besi
melaluijalur
USF 1/ USF2 inibelum jelas.18'27
Wang
dkk
(2005) memperlihatkan bahwadelesi Smad
4
menyebabkankelafoian embrionik
yang
berat,
tetapi
inaktivasi
Smad
4
menyebabkan tidakQroduksinya
hepidin
sehingga terjadi peningkatan kadar besiyang berlebihan.2sBabitt
dkk
(2007)
menunjukkanbahwa delesi
gen
Smad
4
pada
tikusrreninbulkan
ketidakmampuansintesis hepcidin sebagai respon
terhadapi$arasi,
dan ambilan besi.aNicholas dkk (2002) melakukan penelitian terhadap tikus percobaan yang
nurunjukkan
bahwa tikus
yang mengalami
anemia terjadi penurunan
kadarnRtlA
hepidin.
Selain itu hipoksia dapat menurunkan transkripsikadar
hepcidinFda
sel
hepatoma
HepG2
dan
Hep3B
manusia.
Pada keadaan
anemia,hhrtr.fian
oksigentidak
adekuat sehinggaperlu
diproduksi eritrosityang
lebihbryak
Mekanismepengaturan hipoksia
melalui
beberapa reseptor
hypxia
fi*tffi
hdar
(HlF) yang terdapat padahepidin
promoteryang
menghambatF6es
transkripsi mRNA hepcidin pada hepatosit.sD6tivaud
dkk
(2005) melaporkan hubungankadar
hemoglobin(Hb)
dancbpresi
mRNA hepcidin pada manusia,yang
menyokong hipotesis bahwa efekdri
anemiaatau
hipoksia terhadap ekspresi mRNA hepcidinyang diteliti
padaftls
-"3)23.2.
Struktur
Hepcidin
Secara struktur,
hepcidin manusia
suatu peptida kecil kaya sistein
(8dsfiein) yang didapat dari
gugus C-terminaldari
suatu asam amino prepropeptida,yang diisolasi dari urin dan ultrafiltrat darah, yang sebagian besar mengandung 25
Gam
amino (hery25)
dan
sebagianlagi
ditemukandengan rantai asam
aminoyang lebih pendek (hen.lA} dan hep22).23 Hunter dkk (2002)
menganalisa
strukturlrdan
disulfida antara
8
sistein
hep25
manusia
menggunakan
pemeriksaanntdear
magnetic
resonancespectromefry. Molekul hepcidin berbentuk
sepertiiepitan rambut dimana
kdua
lengannya disilang oleh gugusan disulfida. Suatu halyang tidak biasa yang tampak pada molekul
iniadalah
susunan sisteinnya, dimanaErdapat jembatan disulfida pada
2
sistein yang
berdekatansehingga
reaktifitaskinianya
lebih
besar
dibandingkan dengan
ikatan
disuffida
pada
peptidazrtimikrobial
lainnya seperti padadefensia
takiptesin (gambar 2.3).ttD|tllFPt#
lF#
#
g#*
ilRtrsltrt
*
xr
[image:31.434.41.380.271.601.2]I lL-:r-l
ll
Gambar 2.3.
Strukturutama
hepcidin manusia dan pola ikatan
disulfida
antara
8sistein
Kuos2323.3.
Hepcidin dan Homeostasis besi
Hepcidin
diekspresikanlebih
banyak
pada hati,
sedangkan pada
ginjal,irfi.rrg,
otot, tulang
dan otak
hanya sedikit
diekspresikan. Kulaksizdkk
QA04lnrcnjelaskan bahwa kadar hepcidin pada periportal hepatosit paling tinggi.32
Nicolas dkk
(2001)
menemukan bahwa pada hewan percobaan tikus yangCrilangkan
fungsi
gen
USF2-nya
akan
mengalami
kondisi
sepertilnnrokromatosis,
dimanaterjadi
hiperabsorpsibesi
pada usus
dan
peningkatanfbpasan
besi dari makrofag sehingga terjadi peningkatan kandungan besi padaHi
dan
pankreasserta defisiensi
besi
pada lien. Pada hati teriadi
kekuranganrnl.lA
hepcidin.
Hal
ini
membuktikan bahwa hepcidin
dapat secara
langsungtebagai
sensor pada homeostasis besi.33Kautz
dkk
(2011)
melaporkan
bahwa
tiga
macam
strain
tikus
yaituCS/8U6,
DBN|
and
129/Sv
yang
dilakukan pemberian
diet tinggi besi
atauiddiva$
gen
HFE.
Hal ini
menyebabkanekspresi mRNA
BMPOdi
hati
yangffi.rngsi
pada pengaturan metabslisme besi,3aMacrophage
Grnbar
2.4.Pengaruh kadar
hepcidin
padapelepasan besi
kedalam
EnaKutip35
Enterocyte
tr
Papanikolaou
dkk
(2005) melakukan
pemeriksaanhepidin
urin
padapasien dengan kelainan genetik karena
beban besi yang berlebihan.
padahemokromatosis
herediter
yang
ditandai
dengan mutasi
gen
HFE,
reseptor hansferin 2, dan l'UV terjadi defsiensihepidin.
Penurunan kadarlrepidin
inijuga
didapatkan pada pasien talasemia, anemia diseritropoetik kongenital
tipe ,
danpasien hemokromalosis juvenile dengan mutasi HAMP.36
Diduga kuat bahwa
hepidin
menghambatpelepasan
besi darimakofag
dan
sistem
retikuloendotelialsehingga
terjadi retensi besi, serta
mengurangipenyeEpan besi
di
usus,
sehinggaterjadi
disregulasi homeostasisbesi
yangakhimya terjadi
kondisi
kekurangan besiyang mengganggu proses eritropoesis.232.3.1.
Hepcidindan inflamasi
Nemeh
dkk
(2004)
melakukan pemeriksaan
p6ptida
hepidin
yangtendapat dalarn
urin
pada penderita anemia karena infeksi kronisatau
penyakitinflamasi yang berat, dan terjadi peningkatan ekskresi
hepidin
sebesar 1@ kaliSlat.
sedangkan
pada
pasien dengan penyakit inflamasi
yang lebih
ringan,peningkatannya lebih sedikit. Pada C'tudi tentang
efek
sitokin terhadap hepatositmanusia diketahui bahwa produksi
hepidin
dirangsang oleh lipopolisakarida dansitokin
dari
monosityang telah
terpapar lipopolisakarida sebelumnya. Diantar:asitokin
proinflamasi
tersebut, interbukin-$
(lL€)
merupakan
sitokin
terkuatmerangsang mRNA hepckiin. lnfeksi
dan
makromolekul seperti lipopolisakarida,kemungkinan
bekerja
pada
makrofag termasuk
sel-sel
Kupfer
hali
untukmerangsang produksi
lL€
dan pada gilirannya akan meningkatkan ekspresi mRNAlrcpcidin dihati.37
Elmonem dkk (2009) melakukan penelitian ekspresi hepcidin dari jaringan
hati pada pasien karsinoma hepatoseluler, hepatitits C krorrik, dan pasierr
iioliiai
pada pasien
hepatitisC
kronik
dan
lebih
menurunpada
pasien hepatoseluler karsinoma, diduga bahwa ekspresihepidin
sebagai respon terhadap status besidan penyakit hati kronik seperti sirosis
dan
hepatoseluler karsinoma.s Girelli dkk(2009)
melaporkan penurunan kadarhepidin
pada pasien hepatitis Ckroniks
Erjk
dkk
(2011) melakukan observasi terhadap
92
pasien
sepsis,berdasarkan >
2
kriteria systemic inflammatory rcsponse syndrome (SIRS) denganadanya sumber infeksi. Kadar hepcidin pada
saat
masukRS
didapatkan palingtinggi,
dan
kadar
hepcidin menurunsampai normal setelah
3
hari
perauratan.Diduga bahwa hepcidin-21 berperan dalam terjadinya anemia pada pasien sepsis
dengan inflamasi kronik-4
2.3.5.
Hepcidin dan Penyakit GinjalKronik
Hepidin
diekskresikan
melalui
urin
dan
dimetabolisme
oleh
ginjal.Gangguan pada kedua prcses tersebut terjadi pada keadaan LFG yang menurun
sehingga menyebabkan
penumpukan
hepcidindiginjal.
Pada pasien PGKterjadipeningkatan
kadar
hepcidinyang
dipengaruhioleh
kelebihan cadangan besi,keadaan inflamasi, penurunan LFG.43 Sedangkan kadar hepcfulin menurun pada kondisi anemia, hipoksia, peningkatan eritropoesis, dan defisiensi besi, pemberian
ESAss'41 Zaritsky
dkk
(2010)dan Britescu
dkk (2010)
melaporkan bahwa HDrnempengaruhi kadar hepcidin terutama pada pasien
yang
menjalani HD secaraintensif.a2'a
Kemna
dkk
(2008)
menjelaskan
hubunganantara
hepidin
dan feritin serum pada penyakit ginjal kronik yaitu kadar dari kedua parameter tersebut teriadipeningkatan tetapi pada kondisi defisiensi besi keduanya akan menurun. Diantara
keunggulan dan hepcidin serum adalah dapat mencerminkan ketersediaan besi
dan
kebutuhan eritropoesis,
dan lebih
mencerminkan
homeoslasis
besidbandingkan dengan
masing-masing parameter
seperti saturasi
transferin, rcseptor transferin dan CRP.15Nemeth dkk (2003) melakukan penelitian terhadap 46 pasien PGK pre HD,
Epidin
serum berkonelasi dengan klirens 5'Cr-EDTA (r = -0,44; p = 0,05), klirenskreatinin, kleatinin serurn, protein, dan cystatin
C.a
Panicfri dkk (2001) melaporkan bahwa produksi kadar hepcidin meningkat
&r
berkorelasinegatif
dengan LFG dan penurunanfungsiginjal
dan dipengaruhiolefi peningkatan molekul inflamasi, seperti C-rcactire prctein (CRP) atau
lL€.6
Taes
dkk
(2004)
melaporkanbahwa
penumpukan kadarhepidin
rxrdapenyakit ginjalberhubungan dengan klirens 5'Cr-EDTA (r
=
-O,44; p = 0,05), klirenslreatinin, kreatinin serum, protein, dan cystatin
C.6
D6tivaud
dkk
(2005) melaporkan hubungankadar
hemoglobin (Hb) danekspresi mRNA
lepcidin
pada manusia, yang menyokong hipotesis bahwa efekdad
anemiaatau
hipoksia terhadap ekspresi mRNA hepcidinyang
diteliti padaftrs.
Pada keadaan anemia, kebutuhan oksigentidak
adekuat sehingga perludproduksi
eritrosityang lebih
banyal.
Mekanisme pengaturan hipoksia melaluibeberapa reseptor hypoxia inducibte fuc-tor
(HlF) yang
tedapat
padahepidin
ptotnoFl r yang menghambat proses transkripsi mRNA he pcidi n pada hepatositeDallalio
dkk
(2003)
melakukan penelitiankadar
heptolin
menggunakanpenreriksaan Westem
b/of
Spesimen yang digunakan berasaldari punksi sum$ilnfdang
dan serum untuk
menentukankadar feritin serum
yang
dibandingkandengan kadar hepcidin serum. Dari kedua spesimen, terdapat korelasi positif yang
luat
antara kadar feritin dengan kadarhepidin
serum.toMalyszko
dkk (2006)
memperlihatkan hubunganhepidin
dbngan fungsignjal,
status besi danhsCRP
pada pasien PGK yang ditenapi secara konservatiipasien HD, dan pasien yang menjalani transplantasi ginjal. Pada ketiga kelompok
pasien, didapatkan korelasi yang bermakna antara
hepidin
dengan fungsi-ginjal.l(adar feritin
danhepidin
lebih tinggipada
pasien HD, transplantasi ginjal danPGK dibandingkan dengan pasien kontrol. Tidak terdapat korelasi antara kadar
lcpidin
dengan feritin dan saturasi transferin. Peningkatan kadar lrepcidin padapasfen
PGK'6ukbn
hanya karena gangguan fungsi ginfaf, te(apijuga
pengaruhhflamasi. Malyszko
dkk
(2007) melaporkan bahwa peningkatan kadar CRP padapasien FCX Oipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kondisi uremia, penyakit yartg
mendasari, penurunan fungsi ginjal 11'a7
fomosuE dtft'Czurd)
metElKukan pemenKsaan nepcufr.rserum
s@arasemikuantitatif menggunakan metode surf,a,e
enhaned
[aserdesorytion ionization&te
of flight
massspc'trcmetry
(SELDI-TOFMS)- Pada
studiyang
dilakukanlersebut
mendapatkan
peningkatan kadar hepcidin-2Spada
pasienHD.
lGdar
lcpidin-2i
berhubungandengan feritin serum
dan
lL€.
lGdar
hepcidin iugarrengafami peningkatan pada kadar
feritin
normal.
Peningkatankadar
t:c'pidinpasien
HD
2
-
S
l<alilipat
lebih tinggi
dibandingkan dengan kontrol.lGdar
/nrrpidin-Zl
berkur:angselama
HD'pada
beberapa pasien,tetapi
penyebabnyabelum jelas.12
Pada
penelitianZaritsky
dkt
(2009)
mengujihuburgan
lnpidin
serumdengan indikator anemia, status
besi,
inflamasidan
fungsi
ginjal.
Pada
PGKsiladium
2
-
4,
feritindan
reseptortransferin
berbanding lurusdengan hep*lin,
tetapi berbanding terbalik denganLFG.
Sedangkanpada
PGK stadium 5, saturasitnansferin
dan
feritin dapat
menentukan
kadar
hepcidin.
Peningkatan kadarhepcidin berperan
pada
gangguan
pengaturanbesi dan
proses
eritropoesis.l#pcidin
dapat dijadikan sebagai parameter biokimia pada anemia defisiensi besidan
salah satu penyebab terjadinya respon eritropoetin tidak adekuat.l3Peters
dkk
(2010) melaporkan 83 pasien PGK non dialisis, dan48
pasienHD,
tidak terdapat korelasikadar hepidin-25
dengan LFG(p
=0,30dan
r
=0,12).
Kadarhepidin
pada
pasienHD
lebihtinggi
dibandingkan dengan kadarhryidin
pasien
PGK
non
dialisis.
LFG bukan merupakanfaktor
utama yangmenentukan kadar hepcidin pada pasien PGKIa
Kemna
dkk (2008)
menjelaskan
hubungan antarahepidin
dan feritin$rum
pada penyakit ginjal kronik yaitu kadar dari kedua parametertersebut tedadi peningkatan tetapi pada kondisi defisiensi besi keduanya akan menunn.
Dantarahnggulan
danhepidin
serum adalah dapat mencerminkan ketersediaan besidil
kebutuhan eritropoesis,
dan
lebih
mencerminkan homeostasis
besirbandingkan dengan
masing-masing
panameterseperti saturasi
transferin,csegor
transferin dan CRP.15:
irearocENEsrs
ANEMTA DEFrsrENsr BEsr nADApENyAKrr
cTNJALKRoNtK
I
i
Tiga
mekanismepenting yang dapat terjadi pada pasien PGK
denganI
rrernia
defisiensi
besi
disamping
meningkatnya
kebutuhan
besi
denganI
I
pernUerian
rccombinant human erythropoeitin(rHuEpo) adalah:4
t
I Z*t.
Absorpsi
besi yang taknormal
I !
I
Absorpsi besi pada saluran cema diatur oleh jumlah besi tubuh dalampool
I
[ rcr
eritropoetindan
kecepatan eritropoiesis. Absorpsi besi tedadi diduodenumI
f
A,
jejunum
proksimalyang
dipengaruhioleh
asupan
rnakanan, faktor-faktorI i*n
rinal,
aktifitas eritropoiesis, kapasitas fungsionaldari sel mukosa usus danI it*n
besi dalam jaringan penyimpanan. Dengan restriksi dagingyang
banyakl
I
*n*ndung
heme,
makajumlah besi yang
diabsorpsiakan
berkurang. PadaI
I *.m
PGK terjadi
peningkatankadar
hepcidinakan
menghambat pelepasanJ *,
dari makrofag dan sistem retikuloendotelialsehirrgga terjacii reiei'rsi Lcsi, setia124
I
I
rnengurangi penyerapan
besi
di
usus
sehinggaterjadi
disregulasi homeostasisbesi.
Disisi lain
dengan adanya
eritropoiesisyang
meningkatatau
denganberkurangnya
cadangan
besi tubuh akan
menginduksi peningkatan absorpsibesi.15'4
L1.2.
Kehilangan darahBeberapa faktor berperan dalam kehilangan darah sepertisisa darah dalam
daliser
dan
blood tubing pada setiap akhir dialisis,
seringnya
melakukanpemeriksaan darah, perdarahan salunan cema tersembunyi, dan hilangnya darah
dari
tempat fungsi
jarum saat
hemodialisis. Kira-kina1-3
g
besi akan
hilangpertahun akibat keadaan
ini.
K-DOQI menyarankan pemberian25-100 mg
besipeminggu
untuk mengganti kehilangan danah ini.€2.1.g.
Defisiensi
besifungsional
Defisiensi besi fungsional adalah keadaan dimana
besiyang
tersedia tidakmencukupi kebutuhan untuk eritropoiesis sedangkan cadangan besi normal atau
rreningkat.
Halinitedadikarena
terdapat hambatan pada sistem retikulo-endotelialyang
disebabkanoleh
adanya infelc3iatau
inflamasi. lnfeksidan
inflamasi akanmenginduksi pelepasan sitokin dalam sirkulasisepertii
lnbrfeukir*t
(lL-1), Tunpr
l\lacrosrsFactor< ONF-o)
dan lntedeukin-6 (lLS).48Mekanisme gangguan fungsi imunitas pada defisiensi besibelum diketahui.
l/bkanismenya
diduga bersifat muhifaktorial antaralain
gangguan sintesis DNAakfbat
gangguan aktivitasenzim
fibonucleoti&
rcductase, penurunan produksihterleukin seperti lL-2.
lL-2
merupakan sitokinyang
pentinguntuk
komunikasi antana subset limfosit dan selnatunl
killer. Th-1 lebih sensitif terhadap pemberianantibodi
antitransferinreseptor
dibandingkandengan
Th-2.
Sehingga
didugabahwa fungsi Th-l-nrediafed lebih sensitif
tefiadap
hemostasis besi di tubuh.aePenelitian
kasus kontrol pada
anak-anak
tentang
lL-2 dan lL-6
padaanemia defisiensi
besi
menemukan bahwasekresi lL-2 lebih
rendahpada
anak-anak dengan defisiensi besi dibandingkan dengan kontrol dan kadar
lL-2
menjadinormal
setelah diberikan
suplementasi
besi
(pmengalami perubahan sebelum dan setelah suplementasi(p > 0,05 ).s0
O trtibtu.nrof
l!i::*;
-
'
'f',
.tmrmrn* eft€toi
rnacfianismr
,.u
E
F
p,
F
E
[. l.
F D
@
3
[image:39.449.13.433.49.616.2]26
Proliferasi limfosit T menurun pada tikus dengan defisiensi besi. Produksi
L-2
dari proliferasi sel limfosit T juga menurun. Stimulasi prolifensi tersebutd*r.rkan
secara in vitro dengan menggunakan concovatin A.&lL-10
mempunyai
peenan yang
penting
dalam
regulasi
sistem
imun4ngan
menghambat sekresi beberapa sitokin proinflamsi seperti lL-2, IFN-y danf-12
seta menghambat proliferasi limfosit. Sekresi lL-10 ditemukan menurun padar-nria
defisiensi besi dan meningkat setelah defisiensi besinya dikorcksi. Hal iniirea
teriadi pada proliferasi limfosit, ditemukan lebih rendah pada defisiensi besidrr
rneningkat setelah dilakukan koreksidengan besi. Hal ini menunjukan bahwaperrrrirnan lL-10 pada anemia defisiensi besi tidak mampu mengatasi penurunan
poftrasilimfosit. €
Gangguan proliferasi limfosit pada defisiensi besi diduga disebabkan oleh
bkurangnya
aktivasiprcteh
kinaseC
(PKC). Semakin rendah kadar besi tubuhmxryebabkan
aktivitasPKC
semakin menurun. Didugaterjadi
gangguan signalHuksi
akibat penurunan aktivitas PKC, sehingga terjadi gangguan prolifierasiffisil
pada defisiensi besi. Gangguatr PKG akan menyebabkan gangguan jalurffiuksi
sehingga terjadi penurunan proliferasi limfositT.
Produksi TNF-o jugallnrturang
pada anemia defisiensibesi akibat gangguan pada PKC.52Sitokin-sitokin ini menyebabkan berkurangnya produksi EPO endogen atau
mcnurunkan kepekaan
sel
prekursor
eritroid terhadap EPO endogen
ataucftsogen. Selain itu sitokin inflamasi meningkatkan sintesis molekul feritin melalui
proses
translasi mRNA.
lnflamasi merangsang hiperfenlinemia
dengan mrrrghambat pelepasan besi. Oleh karena itu inflamasi kronik dapat menyebabkanrernia
penyakit kronik seperti pada PGK.53T5-
OIAGNOSIS ANEI'IIA DEFISIENSI BESI PADA PASTEN PGKDiagnosis anemia defisiensi
besi yang akurat memerlukan
beberapapemeriksaan laboratorium antara lain besi serum, TIBC, kadar fen:tin serum dan
pengamatan langsung cadangan besi
di
sumsum tulang.Ada
3
komponen yangharus dibuktikan untuk menegakkan anemia defisiensi besi, yaitu adanya anemia,
adanya defisiensi besidan adanya faktor penyebab defisiensi besi.s
Beberapa parameter yang bisa dipakai untuk menilai adanya defisiensi besi
yaitu:s
L5.1.
tndekseritrosit
dan hapusan darah tepi.Anisositosis
merupakan perubahanmorfologi
yang
pertama
kali
padaanemia
detisiensibesi.
Denganmakin
memberatnya
defisiensi besi,
indekseritrosit
seperti
mean e,otpuscularvolume
(MCV),
mean corpuscular hemoglobin(MCH) dan mean corpuscular hemoglobin
nncentration
(MCHC) akan menurun.Sehingga
pada
hapusan
darah
tepi
akan
dijumpai gambaran eritrosit
yangmikrositer
hipokrornikdan
berbagai bentuk
dan ukuran set
(anisositosis danpoikilositosis)
yang
menunjukkan?danya
peningkatan eritropoesisyang
tidakefektif sebagai respon
terhadap rangsangan eritropoetinyang
meningkat. Biladitemukan
anulosit,
cigar
cells atau pencil cel/s dapat dipastikan suatu anemiaffisiensibesi.sa
2.5.2.
Besiserum,
TIBC, dansaturasi transferin
Besi serum menunjukkan jumlah besi yang diikat oleh tranferin. Kadarnya
pada orang normal 50-150 pg/dl. Bila kadar besi serum dibawah
50
pgldl, sistemeritroid
sumsum tulangtidak bisa
meningkatkan produksinyadiatas nilai
basal.Pengukuran
TIBC dapat
mewakili kadar transferin serum karena
nilainyamenunjukkan jumlah besi yang mampu diikat oleh transferin. Nilai normalnya 300
-360 pg/dl. Besi serum bersama-sama dengan TIBC digunakan untuk menghitung
saturasi transferin terhadap besi yaitu besi
serum
dibagi TIBC yang menunjukkan% saturasi. Pada keadaan keseimbangan
besiyang
normal satunasi transferin 20-
5A o/o- Bila nihinya < 2O o/o sistem eritroid sumsum tulang kesulitan memperoleh besi yang cukup untuk meningkatkan eritropoesis.il25.3.
FeritinKelebihan
besi
yang tidak
dimanfaatkanlagi oleh sel akan
diikat
olehryoferitin
menjadi komplek besi simpanan yang disebut dengan feritin. Sehinggaperneriksaan
feritin serum
digunakanuntuk
mengevaluasi cadanganbesi
totallarena
memberikan estimasiyang
paling sesuai. Pada kadar feritin antara 15-5(D ng/ml, tiap 1 ng/ml sebanding dengan kir:a-kira
I
-
10 mg cadangan besi.saFeritin akan meningkat sebagai respon tubuh yang tidak spesifik
tefiadap
pengaruh sistemik
dari
infeksi,
inflamasi,penyakit
hati, dan
keganasan. Padapenyakit hati feritin serum meningkat karena terjadi gangguan klirens dan akibat
pebpasan feritin dari sel-sel hati yang mengalami kerusakan. Peningkatan serum
@a
keganasan terutama keganasan hematologi, terjadi karena sintesis langsungdefr
sel-selganas tersebut, pengaruhteaksi inflamasi, pelepasan dari sel-selyangrusak terutama setelah menjalani kemoterapi.sa
Nilai normal feritin
bervariasisesuai umur dan
jenis
kelamin.
Laki-lakiurumnya lebih tinggi
kadamya
dibandingkan
perempuan,
tetapi
setelahtrenopause kadamya meningkat mendekati kadar laki-laki dewasa. Kadar feritin
r.nmral pada laki-laki adalah 28
-
365 ng/ml sedangkan pada perempuan 10-
148qgdrnl.s4
25-4.
Cadangan besisumsum tulang.
Pengecatan besi dariaspirasi sumsum tulang dengan pengecatan Prussian
ffe
atau Peads'sfarn merupakan langkah diagnostik untuk memastikan cadanganlirti
tubuh.Tetapi
pemeriksaanbesi
sumsumtulang sangat tidak prakt's
danhrarB
diterima karena bersifat invasif.tr's255.
Diagnosis anemiadefisiensi
besi pada PGKPad'a anemia penyakit kronik dengan anemia defisiensi
besi,
kadar besitrnffn
dan
saturasi transferin menurun,
dan
hipoferemia
menyebabkanbrfturangnya
penyediaan besi yang dibutuhkan untuk sintesis hemoglobin tetapicefuigan
besisumsum tulang masih cukup. Sebagai perbandingan antara anemiapryakit
kronik, anemia defisiensi
besi
dan
kondisi
terdapatrya
kedua
jenisnsnia
dapat dilihat pada tabeldibarrah ini.51T$d
2.3. Perbedaan Kadar Serum pada Anemia PenyakitKronik
dan AnemiatHsbnsi
9a"1. (Ktttio51)Yariabel Anemia
penyakit
kronik
Anemia
Kondisi
keduadefisiensi
besi
anemiaBesi serum
Trarsferin Saturasi transferin Feritin Reseptor transferin Menurun Menurun/Normal Menurun NormaUMeningkat
Normal .
Menurun Menurun Menurun Menurun MeningkatTinggi(> 2 )
Normal Menurun Menurun Menurun Menurun/Normal
Normal/
MeningkatTinggi
(r
2)
Meningkat Rasio
reseptortransferin
Rendah(.
1 )dengan log feritin
Sitokin
MeningkatDiagnosis
anemia
defisiensibesi
pada PGK
erat
hubungannya denganrrEspon ter:api terhadap pemberian rHuEpo. Feritin
dan
saturasi transferin masihmnnrpakan pemeriksaan laboratorium yang penting untuk menegakkan diagnosis
#f-tsiensi besi pada pasien PGK yang mendapatkan terapi
rHuEpo.
Berdasarkanpenreriksaan-pemeriksaan
diatas
dapat dibedakan anemia defisiensibesi
padaFsien
P611't'so'szl-
Anemia
denganstatus besi cukup
:
bila
didapatkankadar
Hb
s
10
g/dl,hematokrit
s
30o/o, saturasi transferin>
2oo/odan
kadar feritin serum>
100 ng/ml.,-
Anemia defisiensi besi absolut : bila didapatkan satunasi transferin < 2oo/o dan kadar feritin serum < 100 ng/ml.t
Anemia defisiensi besi fungsional:
bila didapatkan saturasi tnansferin < 2Qo/odan kadarferitin serum > 100 ng/ml.
I
BAB III
METODE PENELITIAN
I}ESAIN PENELITIAN
Desain
penelitian
ini
adalah
studi
potong lintang untuk
mengetahuihubungan
hepcidin
denganferitin
serum
pasien anemia
defisiensibesi
pada penyakit ginjal kronik dan melakukan ujistatistik.TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
Tempat penelitian di
rawat
inap
bagian
penyakit
dalam
BLU RSUPM- Djamil Padang. Waktu penelitian dimulai pada bulan Agustus 201A
-
Januari 2011 dengan jadwal penelitian sebagai berikut :Tabel
3.1.
Jadwal PenelitianKegiatan
Agus Sept Okt
Nov Des
JanPersiapan
x
a
Penjaringansubjek x
x
x
x
Pengumpulandata
x
x
x
x
Tabulasidata
x
x
x
Analisis
statistik
x
x
Penulisan
laporan
x
xPOPULASI DAN SAMPEL
3.3.1. POPULASI
Populasi penelitan adalah anemia defisiensi besi pada pasien penyakit ginjal
kronik
dirawal
inap
bagianpenyakil
dalam
BLU RSUP M. Djamil Padang. [image:45.448.15.431.24.568.2]+3
i
I
3.3.2.
SAMPELSampel adalah pasien anemia defisiensi besi pada PGK yang dipilih secara
random sampling konsekutif dari bulan Agustus 2010 sampai tercapai jumlah yang
dinginkan.
Besar sampel minimal diambil berdasarkan rumus :(Zo+
7p\2n=
{0,5|n(1+r)/(1-r)}2
( 1,96 + 1,28)2
n=
+3
{0,5|n
[( 1 + 0,5 ) / ( 1-0,5
)]]'
n
= 22,1Sarpel
diambi