• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif Pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Kabupaten Nias Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif Pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Kabupaten Nias Chapter III V"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

3. 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekataan kualitatif. Penelitian dengan metode deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidik.57 Alasannya adalah untuk menemukan gambaran rinci terhadap informasi yang telah digali dari beragam sumber untuk menjadi narasi. Diharapkan dari penelitian ini diperoleh data dari sumber informasi baik lisan maupun tertulis yang akan dihimpun, ditranskrip, dideskripsikan dan dianalisa dengan pendekatan kualitatif.

Selain itu, dengan metode ini peneliti akan lebih dekat dengan orang-orang dan situasi yang diteliti. Melalui kedekatan antara peneliti dan informan diharapkan informasi yang diperoleh terkait pengalaman, opini, perasaan dan pengetahuan informan dapat tertangkap lebih baik dan mendalam sehingga diperoleh pemahaman akan realitas dan hal-hal terperinci tentang tema yang diteliti.

Selain itu, metode ini dianggap mampu mengungkap dan memahami informasi seputar fenomena yang masih sangat sedikit diketahui. Hanya orang-orang tertentu yang akan menjadi informan mengingat kadar informasi dari setiap orang bervariasi. Sifatnya yang dinamis diharapkan mampu menjembatani

57

(2)

perubahan fenomena masalah penelitian yang masih tentatif setelah memasuki tahapan penelitian. Peneliti berupaya melihat secara lebih seksama sesuai dengan apa yang terjadi dilapangan tanpa memaksakan apa yang telah dipikirkan sebelumnya.

3. 2. Informan

Penentuan informan dilakukan secara purpossive yaitu dengan memilih orang-orang kunci (key person) dengan asumsi bahwa mereka adalah orang yang paling tahu tentang dirinya dan tema penelitian yang sedang diteliti58. Menurut Sugiyono59, purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu.

Dalam hal ini peneliti dituntut untuk menemukan dan menentukan siapa

key informan yang akan diwawancarai. Suyanto60 mengemukakan bahwa informan kunci (key informan) merupakan mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. Informan utama adalah mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti. Sedangkan informan tambahan merupakan subjek penelitian yang dapat memberikan informasi walaupun tidak terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti.

Penentuan informan dalam penelitian ini didasarkan pada peran dan fungsi masing-masing dalam implementasi kebijakan stelsel aktif pada pelayanan

58

Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatis, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2009, hlm. 25

59

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2010, hlm. 218

60

(3)

administrasi kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias. Key informan adalah Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias selaku penanggungjawab kegiatan pelayanan administrasi kependudukan sekaligus kepala instansi pelaksana pelayanan administrasi kependudukan di Kabupaten Nias yang dianggap mengetahui dan memiliki informasi pokok tentang permasalahan penelitian.

Selain itu, terdapat pula informan utama yang berperan selaku implementator yang terlibat langsung dalam kegiatan implementasi kebijakan stelsel aktif pada pelayanan administrasi kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias. Informan dalam kategori ini adalah unsur teknis pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias yang secara langsung membidangi pelaksanaan kegiatan-kegiatan teknis pelayanan administrasi kependudukan.

(4)

3. 3. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data dalam penelitian ini dapat dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu :

a. Data primer; merupakan data yang diperoleh secara langsung dari informan yang dapat berupa perkataan, perilaku dan bahasa tubuh selama wawancara. Data primer ini juga dapat berupa hasil observasi peneliti secara langsung dilapangan.

b. Data sekunder; merupakan data, bahan atau informasi yang diperoleh dari dokumen-dokumen yang memiliki relevansi yang baik dengan tema penelitian. Data sekunder ini dapat berupa surat kabar, kliping dan artikel di media massa, foto, arsip, laporan penelitian, dan catatan hasil diskusi-diskusi maupun catatan penting lainnya yang relevan dengan tema penelitian.

3. 4. Teknik Pengumpulan Data

Adapun beberapa bentuk kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan atau mengumpulkan data dalam penelitian ini :

(5)

2. Wawancara dilakukan dengan menanyakan kepada informan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan tema penelitian. Untuk itu, peneliti telah menentukan informan dalam penelitian ini yaitu :

a. Informan kunci (key informan) adalah Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias;

b. Informan yang terlibat dalam implementasi kebijakan yaitu Kepala-kepala Bidang di lingkungan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias, pegawai negeri sipil maupun tenaga honorer yang bertugas melaksanakan pelayanan di kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias;

c. Informan tambahan adalah masyarakat sebagai objek pelayanan adminitrasi kependudukan. Dengan mempertimbangkan faktor geografi dan topografi wilayah, tipologi masyarakat ini akan diwakili oleh masyarakat dari Kecamatan Idanogawo dan Bawolato serta masyarakat

dari Kecamatan Ma‟u dan Kecamatan Ulugawo. Informan tambahan

lainnya adalah anggota DPRD Kabupaten Nias yang berasal dari Komisi B sebagai mitra kerja Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias, Camat serta personil Polsek dan Koramil.

(6)

3. Dokumentasi, yaitu dengan melakukan pengumpulan data berupa dokumen-dokumen yang relevan untuk diteliti seperti dokumen peraturan perundang-undangan, artikel, makalah, pemberitaan di media massa dan dokumen lainnya yang terkait dengan konteks penelitian dan dibutuhkan sebagai bahan dasar dan orientasi teori dalam melakukan analisis data.

3. 5. Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Kabupaten Nias, Provinsi Sumatera Utara. Tepatnya pada Dinas kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias yang beralamat di Jalan Gomo Nomor 31, Kelurahan Pasar Gunungsitoli, Kecamatan Gunungsitoli, Kota Gunungsitoli. Pemilihan lokasi penelitian ini didasari beberapa pertimbangan. Secara geografis Kabupaten Nias masih berada dalam wilayah Propinsi Sumatera Utara, sehingga kondisi ini dapat meminimalisir hambatan bagi peneliti yang saat ini masih menjalani studi di Universitas Sumatera Utara.

(7)

3. 6. Defenisi Konsep

Defenisi konsep yang dikembangkan dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1. Implementasi kebijakan merupakan salah satu tahapan kebijakan, yaitu tahapan setelah kebijakan (dalam hal ini undang-undang) ditetapkan. Pada tahapan ini, kebijakan publik dilaksanakan dalam rupa program-program pemerintah oleh beberapa aktor, dalam hal ini para birokrat, dengan mendapat dukungan pembiayaan, ditujukan untuk memenuhi kepentingan masyarakat, dan outputnya dapat diukur serta memberikan manfaat

(outcomes) yang sebesar-besarnya dalam kerangka pemenuhan kebutuhan warga negara.

2. Kebijakan stelsel aktif pada pelayanan administrasi kependudukan yaitu suatu kebijakan yang mewajibkan sistem penyelenggara pelayanan administrasi kependudukan untuk memiliki aksi dan reaksi yang dinamis dan aktif dalam penyelenggaraan pelayanan tersebut yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Implementasi kebijakan tersebut dilihat dari:

a. Perspektif kepatuhan (compliance) implementator (baik kepatuhan bawahan kepada atasan maupun kepatuhan implementator terhadap peraturan) dalam mengimplementasikan sebuah program kebijakan. Untuk menilai pendekatan ini, dapat dilihat dari dua indikator yaitu : 1) Perilaku implementator adalah sikap yang dimiliki oleh pelaksana

(8)

kecenderungan para pelaku kebijakan untuk melaksanakan kebijakan secara sungguh-sungguh sehingga apa yang menjadi tujuan kebijakan dapat diwujudkan.

2) Pemahaman implementator adalah sejauhmana implementator memahami dan mengerti tentang kebijakan yang telah dibuat, termasuk proses sosialisasi dan komunikasi antar pelaksana kebijakan.

b. What‟s Happening and Why? (Apa yang terjadi dan mengapa?) yaitu suatu perspektif yang akan melihat perubahan yang terjadi setelah program dilaksanakan dan apabila tidak terjadi perubahan, mengapa?. Variabel ini dapat dilihat dari indikator:

1) Banyaknya aktor yang terlibat, artinya adanya kewenangan yang menjamin bahwa program dapat diarahkan sebagaimana yang diharapkan. Apakah ada fasilitas-fasilitas pendukung yang dapat dipergunakan dalam program seperti dana dan sarana prasarana. 2) Kejelasan program; semakin jelas dan terperinci isi (content) sebuah

kebijakan, maka kebijakan tersebut akan mudah diimplementasikan karena akan lebih mudah dipahami dan diterjemahkan oleh pelaksananya.

(9)

4) Peran unit-unit pemerintah adalah terkait bagaimana partisipasi dari semua aktor yang terlibat dalam implementasi kebijakan tersebut. 5) Faktor-faktor kendala merupakan faktor-faktor yang tidak terkendali

atau faktor-faktor yang terjadi di luar teknis implementasi (yang melampaui batas kontrol dari implementator) dan dapat secara langsung ataupun tidak langsung memberi pengaruh pada implementasi, menghambat atau bahkan menggagalkan pelaksanaan program yang telah dirancang.

3. 7. Metode Analisa Data

Metode analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis data kualitatif. Menurut Bogdan dan Biklen seperti dikutip Moleong61, analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan.

Tahapan analisis data yang dilakukan mengacu pada tahapan analisis data yang dikemukakan Miles dan Huberman62 yang terdiri dari:

1. Tahap reduksi data, yang dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi

61

Lexy J. Moleong, “Metodologi Penelitian Kualitatif”, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005, hlm. 248

62

(10)

data kasar yang muncul dari catatan-catatan dilapangan yang berlangsung secara terus menerus sejalan pelaksanaan penelitian berlangsung.

2. Tahap penyajian data (display data), yang dimaknai sebagai penyajian sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Namun data yang diperoleh selama penelitian tidak mungkin dipaparkan secara keseluruhan. Untuk itu dalam penyajian data, peneliti akan menganalisis untuk selanjutnya disusun secara sistematis atau simultan sehingga data yang diperoleh dapat menjawab atau menjelaskan masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini, penyajian data dapat diwujudkan dalam bentuk uraian deskriptif, foto dan gambar sejenisnya 3. Tahap penarikan kesimpulan, yaitu tahapan analisa selanjutnya setelah

(11)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4. 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4. 1. 1. Gambaran Kabupaten Nias

Kabupaten Nias merupakan salah satu daerah otonom yang berada di wilayah Propinsi Sumatera Utara dan dibentuk berdasarkan Undang-Undang Darurat Nomor 7 Tahun 1956 tetang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten-Kabupaten dalam Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Utara. Secara geografis

Kabupaten Nias terletak pada 0°53‟1,5‟‟-1°17‟16,6‟‟LU dan 97°29‟0,7‟‟

-97°58‟29‟‟ BT. Letak geografis ini membuat Kabupaten Nias memiliki posisi

strategis dalam wilayah Kepulauan Nias karena berada diantara jalur-jalur penghubung wilayah Kota Gunungsitoli dan Kabupaten Nias Selatan Kepulauan Nias serta wilayah Kabupaten Nias Utara dan Nias Barat.

Wilayah administrasi Kabupaten Nias memiliki batas wilayah sebagai berikut:

a. Sebelah utara berbatasan dengan Kota Gunungsitoli dan Kabupaten Nias Utara;

b. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Nias Selatan;

c. Sebelah timur berbatasan dengan Kota Gunungsitoli dan Samudera Indonesia; d. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Nias Barat dan Kabupaten Nias

(12)

Kabupaten Nias memiliki sepuluh kecamatan dan 170 desa dengan luas wilayah administratif 1.004,06 km2. Wilayah kecamatan terluas Kecamatan Idanogawo dengan luas 231,61 km2 (23,07%) dan Kecamatan Botomuzoi merupakan kecamatan terkecil dengan luas 52,06 km2 (5,18%), seperti terlihat dalah tabel berikut ini:

Tabel 4.1. Luas Wilayah Kecamatan dan Jumlah Desa per Kecamatan di Kabupaten Nias

No. Kecamatan Luas (km2) Jumlah Desa

1. Idanogawo 231,61 28

2. Bawolato 189,75 25

3. Ulugawo 98,31 14

4. Gido 105,68 21

5. Sogaeadu 89,55 11

6. Ma‟u 69,85 11

7. Somolo-molo 35,39 11

8. Hiliduho 68,4 16

9. Hiliserangkai 63,46 15

10. Botomuzoi 52,06 18

*Diolah dari data BPS Kabupaten Nias

Kondisi alamnya atau topografi wilayahnya berbukit-bukit sempit dan terjal serta pegunungan dimana tinggi dari permukaan laut bervariasi antara 0 – 800 meter, terdiri dari dataran rendah sampai tanah bergelombang mencapai 24%, dari tanah bergelombang sampai berbukit-bukit 28,8% dan dari berbukit sampai pegunungan 51,2% dari keseluruhan luas daratan. Mempunyai kemiringan lereng rata-rata 8% sampai 25%. Sedangkan daerah dataran dapat dijumpai sepanjang pantai barat dan pantai timur dengan kemiringan 0-8%.

(13)

hari per bulan. Akibat tingginya curah hujan menyebabkan kondisi alamnya sangat lembab dan basah. Musim kemarau dan hujan silih berganti sepanjang tahun.

Di kabupaten ini terdapat sungai-sungai besar dan kecil yang berfungsi sebagai sumber air bagi pertanian dan sarana air bersih bagi masyarakat. Namun struktur batuan dan susunan tanah yang labil sering mengakibatkan banjir bandang yang mengakibatkan patahan jalan-jalan aspal dan longsor disana sini, bahkan sering ditemui daerah aliran sungai yang berpindah-pindah.

4. 1. 2. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias

Untuk menyelenggarakan kewenangan di bidang pelayanan administrasi kependudukan, Pemerintah Kabupaten Nias membentuk Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil sebagai salah satu Satuan Perangkat Kerja Daerah (SKPD) berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Nias Nomor 7 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas-dinas Daerah Kabupaten Nias. Selain mengemban amanah konstitusional, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias juga menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kesatuan Pemerintah Kabupaten Nias dalam mewujudkan Visi Kabupaten Nias Tahun 2011 – 2016 yaitu “Mewujudkan Masyarakat Yang Berkeadilan, Sejahtera dan Mandiri di Kabupaten Nias Yang Nyaman Didiami, Karena Dilayani

Oleh Pemerintah Yang Bersih dan Responsif”. Selaras dengan itu, Dinas

(14)

menyelenggarakan urusan administrasi kependudukan yaitu “Terwujudnya Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil yang berbasis SIAK”.

Berdasarkan Peraturan Bupati Nias Nomor 17 Tahun 2008 tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Nias, disebutkan bahwa Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kependudukan dan pencatatan sipil berdasarkan asas otonomi dan

tugas pembantuan.

Adapun fungsi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias, adalah:

a. Perumusan kebijakan teknis di bidang Kependudukan dan Pencatatan sipil; b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang

Kependudukan dan Pencatatan Sipil;

c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas bidang Kependudukan dan Pencatatan Sipil;

d. Pengelolaan urusan ketatausahaan;

e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati Nias sesuai dengan tugas dan fungsinya. di bidang kependudukan.

(15)

orang Kepala Seksi dan tiga orang Kepala Sub Bagian. Secara keseluruhan, terdapat 24 orang PNS (termasuk pejabat eselon) dan 16 orang tenaga operator entry data. Struktur organisasi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias seperti pada bagan berikut:

Gambar 4.1. Bagan Struktur Organisasi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias Berdasarkan Perda Kab. Nias Nomor 7 Tahun 2008

(16)

Administrasi Kependudukan. Di dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 diuraikan bahwa penyelenggaraan pelayanan administrasi kependudukan terdiri dari dua kegiatan pelayanan yang berbeda namun tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Kedua bidang pelayanan tersebut adalah pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil. Kegiatan pendaftaran penduduk adalah kegiatan pencatatan biodata penduduk, pencatatan atas peristiwa kependudukan, dan pendataan penduduk rentan administrasi kependudukan serta penerbitan dokumen kependudukan berupa kartu identitas atau surat keterangan kependudukan. Output dari kegiatan pelayanan ini adalah penerbitan atau perubahan kartu keluarga, kartu tanda penduduk dan atau surat keterangan kependudukan.

Pelayanan pencatatan sipil merupakan kegiatan pencatatan peristiwa penting yang dialami oleh seseorang dalam register pencatatan sipil pada instansi pelaksana. Peristiwa penting adalah kejadian yang dialami oleh seseorang meliputi kelahiran, kematian, lahir mati, perkawinan, perceraian, pengakuan anak, pengesahan anak, pengangkatan anak, perubahan nama dan perubahan status kewarganegaraan. Produk atau hasil dari pelayanan pencatatan sipil adalah dokumen kependudukan berupa akta.

(17)

dioperasikan secara on-line yang pengelolaannya ditangani oleh Bidang Sistem Informasi dan Administrasi Kependudukan (SIAK).

Penyelenggaraan pelayanan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil merupakan dua kegiatan pelayanan yang berbeda namun tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Artinya, pelayanan pencatatan sipil tidak dapat berjalan baik apabila disaat yang bersamaan pelayanan di bidang pendaftaran kependudukan juga tidak terproses dengan baik mengingat pelayanan ini dilaksanakan dengan program yang dinamakan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) yang dioperasikan secara on-line. Sebelum melaksanakan pelayanan dokumen kependudukan dan akta-akta catatan sipil harus diketahui terlebih dahulu apakah data penduduk atau keluarga yang akan dilayani sudah ada pada database/server, dan jika belum ada maka harus dilaksanakan entry data terlebih dahulu, setelah itu baru kegiatan pelayanan dapat dilaksanakan. Dan urutannya jelas, yaitu dimulai dari pendaftaran penduduk.

Awal mula proses pelayanan administrasi kependudukan adalah entry

data penduduk atau dikenal juga dengan istilah perekaman data penduduk. Setelah data penduduk terekam dan tersimpan dalam data base SIAK, maka yang bersangkutan akan lebih mudah mendapatkan pelayanan dalam pengurusan Kartu Keluarga (KK), Kartu Tanda Penduduk Elektronik (KTP-el) dan akta kependudukan.

(18)

pengurusan dokumen kependudukan dari masyarakat. Melalui loket ini juga, produk pelayanan administrasi kependudukan didistribusikan kepada masyarakat. Di loket ini, bidang yang menangani pelayanan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil memiliki peran yang dominan. Staf dari kedua bidang ini ditugaskan di loket untuk menerima dan menverifikasi berkas pengurusan dokumen kependudukan yang diserahkan oleh masyarakat.

4. 1. 3. Anggaran Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias

Sebagai salah satu satuan kerja perangkat daerah yang bertanggung jawab terhadap pelayanan administrasi kependudukan memiliki anggaran pembiayaan kegiatan yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanjda Daerah (APBD) Kabupaten Nias dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), dengan besaran seperti dalam tabel dibawah ini:

Tabel 4.2. Anggaran Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias

No. Sumber Anggaran Jumlah (Rp)

Tahun 2015 Tahun 2016

1. APBD 2.020.000.000 2.300.000.000

2. P-APBD (Pagu Anggaran Setelah Perubahan)

2.353.000.000 2.110.000.000

3. APBN 1.110.723.000 671.853.000

* diolah dari data Sub Bagian Keuangan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias

(19)

menyebutkan bahwa pendanaan untuk penyelenggaraan program dan kegiatan administrasi kependudukan, baik di provinsi maupun di kabupaten/kota dianggarkan dalam APBN dan dimulai pada APBN-P Tahun Anggaran 2014.

4. 1. 4. Persyaratan Dan Tata Cara Pengurusan Dokumen Kependudukan

Persyaratan dan tata cara pengurusan dokumen kependudukan dilaksanakan berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 25 Tahun 2008 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil. Persyaratan yang tercantum dalam peraturan ini disosialisasikan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada masyarakat maupun melalui aparat desa dalam berbagai kesempatan sosialisasi langsung maupun melalui sosialisasi menggunakan spanduk atau poster.

Persyaratan dan tata cara pengurusan dokumen kependudukan ini menjadi pedoman bagi instansi pelaksana pelayanan dalam melaksanakan penerimaan dan verifikasi berkas pengurusan dokumen kependudukan. Selain peraturan presiden diatas, terdapat pula persyaratan lainnya yang diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 tahun 2010 tentang Formulir dan Buku Yang Digunakan Dalam Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil. Selain melengkapi segala persyaratan yang terdapat dalam Perpres Nomor 25 tahun 2008, masyarakat juga diwajibkan mengisi formulir sesuai dengan kegunaannya sebagaimana dimaksud dalam Permendagri Nomor 19 Tahun 2010.

(20)

mengatur persyaratan pendaftaran penduduk dan pengurusan dokumen kependudukan, diantaranya:

a. Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2009 tentang Penerapan Kartu tanda Penduduk Berbasis Nomor Induk Kependudukan Secara Nasional, beserta dengan perubahannya;

b. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 11 Tahun 2010 tentang Pedoman Pendataan dan Penerbitan Dokumen Kependudukan Bagi Penduduk Rentan Administrasi Kependudukan;

c. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Penerbitan Kartu Tanda Penduduk Berbasis Nomor Induk Kependudukan Secara Nasional;

d. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 2015 tentang Pedoman Pendataan Penduduk Non Permanen;

e. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2016 tentang Kartu Identitas Anak;

f. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 2016 tentang Peningkatan Cakupan Kepemilikan Akta Kelahiran;

g. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 470/296/SJ tanggal 29 Januari 2016 tentang KTP Elektronik (KTP-el) Berlaku Seumur Hidup;

h. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 472.12/2701/DUKCAPIL tanggal 17 Maret 2016 tentang Peningkatan Pencatatan Peristiwa Kematian; i. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 471/1768/SJ tanggal 12 Mei

(21)

j. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 417.13/9686/DUKCAPIL tanggal 14 September 2016 tentang Pelayanan Perekaman dan Pencetakan KTP Elektronik.

Diterbitkannya berbagai peraturan perundang-undangan bahkan dalam bentuk surat edaran merupakan upaya pemerintah untuk mempermudah prosedur, tata cara dan persyaratan pengurusan dokumen kependudukan yang senantiasa disesuaikan dengan kondisi dan situasi terkini masyarakat.

4. 2. Karakteristik dan Identitas Informan

Sebagaimana telah dipaparkan dalam bab sebelumnya bahwa dalam penelitian ini melibatkan beberapa informan sebagai narasumber yang dapat memberikan penjelasan dan pemahaman mengenai tema penelitian yang ditentukan secara purposive. Key informan adalah Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias dengan deskripsi identitas sebagai berikut:

Tabel 4.3. Identitas Informan Kunci

No. Nama Umur

(Tahun)

Pendidikan

Terakhir Jabatan

Masa Kerja 1. Yanueli Nazara, BA 56 Diploma

III

Kepala Dinas

33 tahun

(22)

Tabel 4. 4. Identitas Informan Yang Terlibat Dalam Teknis Pelaksanaan

Penelitian ini juga melibatkan informan tambahan yaitu mereka yang tidak terlibat dalam implementasi kebijakan stelsel aktif pada pelayanan administrasi kependudukan namun memiliki informasi yang dibutuhkan untuk meguatkan data-data mengenai tema penelitian. Informan tersebut adalah masyarakat Kabupaten Nias yang mendapatkan pelayanan administrasi kependudukan. Dalam hal ini, peneliti sebisa mungkin mendapatkan informan yang tidak berasal dari desa atau kecamatan yang sama. Pemilihannya mempertimbangkan faktor geografi dan topografi wilayah, yang diwakili oleh masyarakat dari Kecamatan Idanogawo dan Bawolato sebagai kecamatan yang berada di dataran rendah atau pesisir pantai serta masyarakat dari Kecamatan

(23)

tinggi. Informan ditemui saat pelaksanaan pelayanan langsung administrasi di kecamatan dan secara aksidental di loket pelayanan kantor. Selain masyarakat, terdapat juga unsur DPRD kabupaten Nias, Camat, personil Polres dan Koramil yang turut menjadi informan walau tidak terlibat dalam implementasi kebijakan stelsel aktif pada pelayanan administrasi kependudukan namun memiliki informasi yang dibutuhkan untuk menguatkan data-data mengenai tema penelitian. Deskripsi informan dalam kategori ini adalah sebagai berikut:

Tabel 4.5. Identitas Informan Yang Berasal Dari Masyarakat, Unsur DPRD Kabupaten Nias, Camat, Personil Polsek dan Koramil

(24)

4. 3. Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi

Kependudukan di Dinas Kependudukan Catatan Sipil Kabupaten Nias

Mengacu pada rumusan permasalahan yang menjadi tema penelitian ini yaitu bagaimana upaya implementasi kebijakan stelsel aktif pada pelayanan administrasi kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias berdasarkan perspektif yang dikemukakan oleh Ripley dan Franklin, maka pada bagian ini akan diuraikan beberapa kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias sebagai bentuk kepatuhan

(compliance) terhadap amanah peraturan perundang-undangan sekaligus usaha untuk meningkatkan output pelayanan administrasi kependudukan.

4. 3. 1. Kepatuhan (Compliance) Implementator Kebijakan

Kepatuhan adalah upaya perilaku yang timbul akibat adanya keinginan untuk mencapai suatu hasil yang baik yang sesuai dengan aturan. Kepatuhan dari implementator dapat dilihat dari perilaku dan pemahamannya terhadap pelaksanaan suatu kebijakan.

4. 3. 1. 1. Pemahaman Implementator

(25)

“ kita paham, adanya UU Nomor 24 itu mewajibkan penyelenggara

pelayanan administrasi kependudukan yang aktif memberi pelayanan. istilahnya, kita jemput bola. Tidak mesti menunggu masyarakat datang ke sini. Sudah beberapa kali kita rakor dengan Kemdagri. Pasti paham. Teman-teman yang juga paham soal kebijakan ini. Hanya, teknis pelaksanaannya ini yang mesti dipikirkan. Seperti yang saya katakan tadi, Disdukcapil Kabupaten Nias pernah mengadopsi model jemput bola itu, namun tidak efektif. Saat ini, kegiatan pelayanan langsung di kecamatan

sedang jalan...” (Wawancara tanggal 27 Juni 2016)

Penggalan wawancara dengan Tehesokhi Hulu, S.IP., yang mengatakan

“...jelas, Disdukcapil di seluruh Indonesia diwajibkan untuk memberi pelayanan langsung kepada masyarakat tanpa menunggu. Tinggal bagaimana masing-masing daerah mewujudkannya dalam bentuk program kegiatan. Sesuai kebutuhan dan kemampuan serta kondidi

daerah...” (wawancara tanggal 28 Juni 2016)

Penggalan wawancara dengan Martahani Matondang, SH, yang mengatakan:

“...aahhhh, kamu ini, pasti paham lah. Udah beberapa kali kita rapat sama

Adminduk (Dirjen Administrasi Kependudukan). baik seluruh Indonesia maupun tingkat regionalnya. Maksud pemerintah itu kita sudah paham. dan kembali ke kita di daerah, bagaimana menyikapinya..melalui program kegiatan. Kalau kita di Nias, kita sudah memprogramkan

pelayanan langsung di kecamatan sejak tahun lalu...” (wawancara tanggal

30 Juni 2016)

Nisman S. Zalukhu, SH, mengatakan:

“...kita tahu stelsel aktif ini mewajibkan Instansi Pelaksana pelayanan

administrasi kependudukan pro aktif mendatangi warga. Entah di daerah mana itu, mereka menyebutnya pelayanan keliling. Tapi itu tergantung daerahlah. Sesuai program disduknya. Di Disdukcapil ini, turun lapangan itu perlu. Selama ini kan kita cuma duduk aja seharian di kantor terima dan verifikasi berkas. Kalo turun ke masyarakat ke desa gitu, ada variasi, biar tubuh kita tidak kaku. Sekalian refreshinglah...hahahahah...” (wawancara tanggal 29 Juni 2016)

(26)

“...teman-teman sering bercanda dengan menyebutnya sel-sel aktif...hahahaha... paham, saya sendiri paham. Intinya, Disdukcapil yang aktif menjemput bola, mendatangi masyarakat. Makanya sekarang ini,

setiap bulan kita turun ke lapangan....” (wawancara tanggal 30 Juni 2016)

Kutipan wawancara dengan Ely Justman Zebua, A.Md, yang mengatakan:

“..kalau ditanya tentang pemahaman, saya pasti bilang saya paham dan

mengerti. Itu kan hanya sebuah kebijakan yang dibuat pemerintah untuk dilaksanakan kita didaerah untuk mempercepat keterlayanan masyarakat.

Bagaimana daerahnya sekarang? Mau gak buat program jemput bola?....”

(wawancara tanggal 29 Juni 2016)

Hasil wawancara tersebut memperlihatkan bahwa Kepala Instansi Pelaksana pelayanan administrasi kependudukan di Kabupaten Nias telah mengetahui dan memahami kebijakan stelsel aktif pada pelayanan administrasi kependudukan sebagai amanah dari Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013. Pemahaman dari kepala instansi tersebut juga selaras dengan pemahaman jajarannya. Bahkan implementator di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias mengerti bahwa kebijakan tersebut harus diwujudkan dalam bentuk program kegiatan SKPD.

4. 3. 1. 2. Perilaku Patuh Implementator

(27)

sebelumnya. Dari hasil wawancara terlihat bahwa pemahaman terkait kebijakan dan implementasinya bahkan telah di follow up dengan memunculkan beberapa kegiatan pelayanan administrasi kependudukan yang bersifat menjangkau masyarakat.

Dari hasil penelitian di lapangan diperoleh informasi bahwa terdapat beberapa program kegiatan tahunan yang pernah dan sedang menjadi program kegiatan rutin di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias dengan prinsip yang mengedepankan pelayanan langsung yang menjangkau masyarakat atau memperpendek jarak pelayanan administrasi kependudukan.

Selanjutnya, untuk mensinkronkan hasil wawancara tersebut dengan kegiatan-kegiatan yang telah disebutkan, peneliti melakukan elaborasi terhadap sejumlah dokumen pelaksanaan anggaran kegiatan dan menemukan beberapa informasi seputar implementasi kebijakan pelayanan administrasi yang menjangkau masyarakat yang mana kegiatan-kegiatannya telah tertampung dalam APBD Kabupaten Nias. Program-program kegiatan dengan mengadopsi stelsel aktif pada pelayanan tersebut akan dijelaskan lebih lanjut.

1. Program Kegiatan Pelayanan Langsung Administrasi Kependudukan di Kecamatan

Perubahan pola kebijakan yang penyelenggaraan pelayanan administasi kependudukan menjadi pola stelsel aktif pada pelayanan administrasi kependudukan sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 24

(28)

disediakan oleh seluruh instansi penyelenggara pelayanan administrasi kependudukan, tidak terkecuali pelayanan yang disediakan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias.

Dengan kebijakan stelsel aktif pada pelayanan administrasi kependudukan, menuntut Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias untuk pro aktif dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Pola pelayanan yang langsung mendatangi masyarakat tersebut sebenarnya telah dilaksanakan oleh Dinas kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias sebelum Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 diterbitkan. Sebagaimana dijelaskan oleh Yanueli Nazara, BA, Kepala Dinas kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias berikut ini:

“Ketika saya resmi dilantik dan mulai aktif menjabat sebagai Kepala Dinas pada Agustus 2011, satu hal yang terbersit dalam pikiran saya adalah bagaimana meningkatkan persentase warga Kabupaten Nias yang memiliki dokumen kependudukan, baik itu Kartu Keluarga, KTP maupun Akta. Karena di Tahun 2011 ketika saya masuk, anggaran sudah berjalan, maka di Tahun 2012 saya mencoba memprogramkan kegiatan pelayanan langsung kepada masyarakat. Cara yang kita lakukan saat itu adalah dengan mengirim tim berjumlah dua sampai empat orang untuk menerima berkas pengurusan dokumen kependudukan di Kantor Camat. Jadwal kita atur. Kalau tidak salah sekali sebulan tim ini turun ke Kantor Camat menerima berkas selama satu sampai dua hari tergantung jauhnya lokasi. Yang menjadi koordinatornya adalah Kepala Bidang Pencatatan

Sipil karena kegiatan ini merupakan kegiatan bidang capil” (wawancara tanggal 27 Juni 2016)

(29)

menugaskan dua sampai empat orang staf ke kecamatan untuk menerima berkas pengurusan dokumen kependudukan. Karena kegiatan ini merupakan domain dari bidang pencatatan sipil, maka staf yang ditugaskan dalam kegiatan tersebut hanya menerima berkas-berkas pengurusan akta-akta kependudukan.

Namun kegiatan Pelayanan Administrasi Pencatatan Sipil Langsung di Kecamatan tersebut tidak dilanjutkan pada tahun berikutnya. Lebih lanjut ditegaskan olehnya:

“Dapat dikatakan bahwa sebelum terbitnya Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013, kita telah mencoba mengadopsi pola pelayanan stelsel aktif ini sebenarnya. Namun kegiatan pelayanan langsung di kantor camat saat itu tidak kita teruskan pada tahun berikutnya. Berdasarkan evaluasi dari Kepala Bidang Capil, jumlah berkas yang diterima sedikit dan tidak sebanding dengan jumlah biaya perjalanan dinas yang dianggarkan. Jadi lebih baik fokus saja pada penerimaan berkas di loket” (wawancara tanggal 27 Juni 2016)

Efektivitas dan efisiensi pelaksanaan kegiatan merupakan dua hal yang selalu menjadi acuan utama dalam evaluasi kegiatan. Apa yang disampaikan oleh Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias diatas menggambarkan bahwa walau kegiatan tersebut sebenarnya perlu dilakukan untuk masyarakat, namun jika efektivitas dan efisiensinya tidak linier maka bukan berarti kegiatan tersebut tetap dilanjutkan. Walaupun demikian, tersirat bahwa betapa esensialnya implementasi kebijakan stelsel aktif pada pelayanan administrasi kependudukan sebagai salah satu upaya untuk menjangkau seluruh warga masyarakat.

(30)

seseorang harus memastikan datanya telah direkam dalam data base SIAK. Juga diwajibkan telah memiliki kartu keluarga dan kartu tanda penduduk. Karena tidak adanya dukungan dari bidang lain yang menangani data base, KK dan KTP, maka Bidang Pencatatan Sipil seperti berjalan sendiri dalam kegiatan tersebut. Akibatnya efektivitas penerimaan berkas tidak sesuai dengan yang diharapkan.

2. Program Kegiatan Pelayanan Langsung KK dan KTP Elektronik di Masing-masing Kecamatan

Terbitnya UU Nomor 24 Tahun 2013 tidak serta merta ditindaklanjuti dengan terburu-buru oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias yang seyogyanya kebijakan stelsel aktif pada pelayanan administrasi kependudukan sudah mendapat lampu hijau untuk diimplementasikan oleh instansi pelaksana pelayanan administrasi kependudukan pada tahun 2014. Jika mencermati Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (DPA-SKPD) Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias Tahun Anggaran 2014, tidak mencantumkan sama sekali program atau kegiatan yang secara spesifik mengacu pada pelayanan administrasi kependudukan yang ditujukan langsung mendatangi masyarakat. Hal ini disebabkan terbitnya UU Nomor 24 tahun 2013 yang baru disahkan pada akhir tahun 2013 sedangkan APBD 2014 telah selesai pembahasannya di legislatif dan bahkan telah disahkan jauh hari sebelumnya.

(31)

informasi dari Ely Justman Zebua, staf Sekretariat Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias, program kegiatan tersebut diajukan oleh Bidang Pengendalian Penduduk sebagai bagian dari kegiatan bidang di Tahun Anggaran 2015. Program tersebut diberi nomenklatur Pelayanan Langsung KK dan KTP Elektronik di Masing-masing Kecamatan dengan nomor kegiatan 1.10.1.10.01.15.13. anggaran yang disetujui untuk program kegiatan ini sebesar Rp. 58.207.400.000,00. Di kemudian hari program kegiatan ini tidak dilaksanakan. Seperti yang dikemukakan oleh Ely Justman Zebua, yang juga merupakan Bendahara Pengeluaran pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias :

“..kadang dalam perencanaan, kan ada yang namanya pagu indikatif. Biasanya masing-masing bidang memberikan usulan kegiatan. Prinsipnya ada dulu program kegiatan berdasarkan pagu yang diberikan. Sekian untuk kegiatan A sekian untuk kegiatan B, seperti belum kita pikirkan sekali bagaimana nanti program itu dilaksanakan. Pokoknya ada dulu program kegiatan pelayanan langsung itu dulu. Karena masing-masing bidang ngusulin program, jadinya tidak ada keterpaduan pembahasan.” (wawancara tanggal 29 Juni 2016)

(32)

Kesan yang muncul adalah kegiatan bidang, bukan kegiatan dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias.

Ide yang terkandung dalam program kegiatan pelayanan langsung KK dan KTP elektronik di masing-masing kecamatan sebenarnya dapat dikatakan baik. Artinya, pelayanan KK dan KTP-El tersebut langsung menjangkau masyarakat. Namun program ini sepertinya tidak efektif karena disisi lain yang tak kalah pentingnya, pelayanan pencatatan sipil tidak mendapat tempat. Padahal, pelayanan KK dan KTP-El serta pelayanan pencatatan sipil merupakan dua bentuk pelayanan yang berada dalam satu tubuh administrasi kependudukan.

Lebih lanjut disampaikan oleh Ely Justman Zebua:

“...usulan program pelayanan langsung KK dan KTP-el itu, dimasa Kabid Dalduknya Pak Laoli (Yosefo Laoli) tahun 2014 dan seharusnya dilaksanakan di masa Kabid Pak Alfian (Alfian Temali Harefa, SE) tahun 2015. Tapi itu tadi, karena awal pengusulannya agar ada program, dan belum tahu benar bagaimana program itu dijalankan, jadinya kegiatan itu

tidak dilaksanakan.” (wawancara tanggal 29 Juni 2016)

(33)

3. Kegiatan Optimalisasi Pencatatan Sipil Melalui Pelayanan Langsung di Kecamatan

Pada pertengahan tahun 2015, sesuai dengan roadmap/milestone dari kegiatan proyek perubahan berjudul Optimalisasi Pencatatan Sipil Melalui Pelayanan Langsung di Kecamatan, yang saat itu merupakan kegiatan yang

digagas Tehesokhi Hulu, S.IP., Kepala Bidang Pencatatan Sipil, yang sedang mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat III (Diklatpim III), disepakati pelaksanaan pelayanan langsung administrasi kependudukan di Kecamatan Bawolato. Wujud dari proyek perubahan tersebut adalah pelayanan langsung yang bertujuan mendekatkan pelayanan kepada masyarakat dan meminimalisir beban pengeluaran masyarakat. Pelaksanaan pelayanan langsung mulai dari penerimaan berkas, verifikasi, pengentrian data penduduk, pencetakan, penandatanganan oleh Kepala Dinas hingga penyerahan kepada masyarakat dilaksanakan di tempat dan hari pelayanan langsung tersebut.

Dipilihnya Kecamatan Bawolato sebagai lokasi pelaksanaan tidak lepas dari beberapa alasan objektif yang mengemuka. Diantaranya adalah mengingat kecamatan ini merupakan kecamatan terjauh dari pusat pelayanan administrasi kependudukan yang berada di Gunungsitoli. Jarak Kecamatan Bawolato ±70 km dari Kota Gunungsitoli. Disamping itu ditemukan masih rendahnya persentase angka kepemilikan dokumen kependudukan di kecamatan ini.

(34)

KK dan KTP Elektronik di Masing-masing Kecamatan yang pada akhirnya tidak pernah dilaksanakan. Untuk membiayai pelaksanaan kegiatan pelayanan langsung administrasi kependudukan dalam rangka proyek perubahan Optimalisasi Pencatatan Sipil Melalui Pelayanan Langsung di Kecamatan, disepakati untuk melibatkan tiga bidang dan mempergunakan biaya perjalanan dinas dalam daerah dari kegiatan bidang lainnya. Nantinya kegiatan ini akan dipertanggungjawabkan secara administrasi keuangan sesuai dengan penggunaan anggaran dari kegiatan-kegiatan tersebut. Tentu, hal ini merupakan sebuah keberanian bagi pengambil kebijakan di lingkup Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias.

Pelayanan langsung di Kecamatan Bawolato yang dilaksanakan 15 Juni – 19 Juni 2015 merupakan kegiatan pelayanan perdana yang berpola stelsel aktif pada pelayanan yang dilaksanakan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias walau terkait erat dengan proyek perubahan Optimalisasi Pencatatan Sipil Melalui Pelayanan Langsung di Kecamatan. Pelayanan

langsung yang dilaksanakan selama lima hari tersebut mendapat sambutan luar biasa. Sebagaimana penuturan Tehesokhi Hulu, S.IP, Kepala Bidang Pencatatan Sipil:

“pelayanan langsung di Bawolato tahun lalu adalah titik awal dari

(35)

terhadap anggaran kegiatan pelayanan langsung ini, yang kita ajukan melalui Bappeda (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah) Kabupaten

Nias untuk APBD 2016” (wawancara tanggal 28 Juni 2016)

Pelayanan langsung administrasi kependudukan di Bawolato tahun 2015 menghadirkan efek domino yang luar biasa. Salah satunya adalah disetujuinya kegiatan dengan nomenklatur “Pelayanan langsung pemrosesan dokumen kependudukan di seluruh kecamatan Kabupaten Nias” yang diajukan pada

P-APBD Kabupaten Nias 2015 dengan anggaran sebesar Rp. 90.000.000,00 (sembilan puluh juta) yang direncanakan dilaksanakan di tiga kecamatan. Pada tahun 2016 terjadi peningkatan jumlah anggaran terhadap kegiatan tersebut yang tertampung dalam APBD 2016 menjadi sebesar Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) yang kegiatannya diasumsikan dilaksanakan di sepuluh kecamatan yang ada di Kabupaten Nias. Peningkatan yang cukup signifikan apabila dibandingkan pada tahun anggaran sebelumnya.

(36)

4. Kegiatan Pameran Pembangunan Kabupaten Nias Tahun 2015

Bulan Agustus pada tahun yang sama, tahun 2015, bersama dengan SKPD Kabupaten Nias dan BUMN, BUMD, serta lembaga/instansi lainnya, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias turut ambil bagian dalam pelaksanaan Pameran Pembangunan 2015 yang merupakan agenda rutin Pemerintah Kabupaten Nias yang dilaksanakan untuk memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia setiap 17 Agustus. Agenda ini telah dimulai sejak tahun 2013 yang lalu dan sama seperti tahun-tahun sebelumnya lokasi pameran bertempat di Lapangan Beringin, Desa Hiliweto, Kecamatan Gido yang recananya di kecamatan ini ibukota Kabupaten Nias akan dipindahkan. Keikutsertaan dalam kegiatan Pameran Pembangunan Kabupaten Nias diikuti dengan tertampungnya anggaran kegiatan di dalam APBD 2015 sebesar Rp. 20.000.000,00 dengan nomenklatur kegiatan Mengikuti Kegiatan Pameran Pembangunan nomor kegiatan 1.10.1.10.01.07.01.

(37)

Selama mengikuti pameran pembangunan ini, antusiasme masyarakat yang hendak mengurus dokumen kependudukan begitu besar. Mereka datang dari sepuluh kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Nias walau mayoritas pengunjung masih didominasi oleh warga masyarakat dari Kecamatan Gido. Kehadiran pelayanan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias dalam rangka pameran pembangunan ini secara tidak langsung memperlihatkan adanya pelayanan administrasi kependudukan yang bersifat langsung dan terpadu, hadir menjangkau masyarakat.

Partisipasi di dalam pelaksanaan Pameran Pembangunan Kabupaten Nias Tahun 2015 bukannya tanpa hasil. Selain menerima lebih dari 1000-an berkas kepengurusan dokumen kependudukan, stand pelayanan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias diganjar dengan keberhasilan meraih Juara II sebagai stand dengan pelayanan terbaik dan paling banyak dikunjungi masyarakat. Pada tahun 2016 ini, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias kembali berperan serta aktif dalam Pameran Pembangunan Kabupaten Nias yang dimulai tanggal 21 Agustus 2016 dan berakhir pada 25 Agustus 2016.

5. Program Kegiatan Pelayanan Langsung Pemrosesan Dokumen Kependudukan di Kecamatan se-Kabupaten Nias

Dalam pembahasan P-APBD 2015, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias mengajukan kegiatan baru yang dinamai Pelaksanaan Pelayanan Langsung Pemrosesan Dokumen Kependudukan di Kecamatan

se-Kabupaten Nias dengan nomor kegiatan 1.10.1.10.01.15.14. mengingat waktu

(38)

Desember 2015, anggaran yang diajukan dan disetujui untuk kegiatan tersebut sebesar Rp. 90.000.000,00 dengan asumsi akan dilaksanakan di tiga kecamatan dengan budget pelaksanaan mencapai Rp. 30.000.000,00 per kecamatan. Kepada peneliti, Tehesokhi Hulu, S.IP menceritakan kronologisnya:

“Melihat keberhasilan dua kegiatan pelayanan langsung, baik itu yang dilaksanakan di Kecamatan Bawolato yang termotivasi dari proyek perubahan Diklatpim III bertema Optimalisasi Pencatatan Sipil Melalui Pelayanan Langsung di Kecamatan serta keikutsertaan dalam Pameran Pembangunan Kabupaten Nias Tahun 2015, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias mencoba merancang suatu kegiatan pelayananan administrasi kependudukan secara langsung, yang terpadu

dan terintegrasi serta melibatkan seluruh bidang pelayanan yang ada.”

(wawancara tanggal 28 Juni 2016)

“apalagi saat itu, kegiatan di Bidang Dalduk (Pengendalian Penduduk), yaitu Pelayanan Langsung KK dan KTP Elektronik di Masing-masing Kecamatan yang sudah ada dalam APBD 2015 tidak jadi dilaksanakan. Atas petunjuk pimpinan hal ini kemudian dievaluasi. Sehingga kita sepakat untuk merencanakan dan mengusulkan kegiatan baru melalui

P-APBD. Ya, kegiatan pelayanan langsung tadi..” (wawancara tanggal 28 Juni 2016)

Namun mengingat keterbatasan waktu, kegiatan Pelayanan Langsung Pemrosesan Dokumen Kependudukan di Kecamatan se-Kabupaten Nias di tahun 2015 tersebut hanya dapat dilaksanakan di dua kecamatan, yang sebelumnya direncanakan akan dilaksanakan di tiga kecamatan, yakni Kecamatan Sogaedau dan Kecamatan Idanogawo. Terkait tidak dilaksanakannya pelayanan langsung di satu kecamatan lagi, Ely Justman Zebua menjelaskan:

“..dari tiga kecamatan yang direncanakan, hanya di Kecamatan

(39)

Artinya, pelaksanaan pelayanan langsung akan dirampungkan selama tiga bulan terakhir di tahun 2015. Setiap bulannya akan dilaksanakan pelayanan langsung di tiga kecamatan yang telah direncanakan. Namun rencana pelaksanaan pelayanan langsung di Bulan Desember batal dilaksanakan dengan pertimbangan lebih mengutamakan penyelesaian administrasi pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran Tahun Anggaran 2015. Apabila dipaksakan dilaksanakan, tentu juga akan menghadapi kendala terkait pengajuan anggaran kegiatan dan administrasi pertanggungjawabannya yang dipastikan akan memakan waktu yang tidak sedikit. Untuk Tahun Anggaran 2016, kegiatan Pelayanan Langsung Pemrosesan Dokumen Kependudukan di Kecamatan se-Kabupaten Nias

kembali diajukan dan mengalami peningkatan anggaran yang signifikan di dalam APBD 2016 menjadi Rp. 500.000.000,00. Besarnya anggaran tersebut berasal dari asumsi diperlukan anggaran sebesar Rp. 50.000.000,00 per kecamatan untuk pelaksanaan pelayanan langsung tersebut. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, mulusnya pembahasan anggaran kegiatan ini di DPRD tidak terlepas dari kesuksesan pelaksanaan pelayanan langsung di Kecamatan Bawolato pada bulan Juni 2015.

(40)

dapat berjalan baik, diperkirakan pelaksanaan kegiatan ini memakan waktu selama sepuluh bulan.

Dapat disimpulkan bahwa kegiatan ini termasuk dalam kategori kegiatan utama yang dilaksanakan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias sebagai representasi dari implementasi kebijakan stelsel aktif pada pelayanan administrasi kependudukan sebagaimana diamanatkan dalam UU No. 24 Tahun 2013. Sesuai dengan nama kegiatannya, pelayanan ini bersifat langsung yang mana Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias akan hadir memberi pelayanan langsung kepada masyarakat, menerima, menverifikasi dan memproses berkas pengurusan dokumen kependudukan dari masyarakat.

Berdasarkan penjelasan tersebut diatas, pada kegiatan pengumpulan data selanjutnya melalui observasi, wawancara dan penelusuran dokumen, peneliti menfokuskan pada penggalian informasi seputar pelaksanaan kegiatan pelayanan Langsung Pemrosesan Dokumen Kependudukan di Kecamatan se-Kabupaten Nias.

(41)

sinergitas dan pelaksanaan yang melibatkan seluruh elemen pelayanan merupakan hal penting yang membedakan kegiatan ini dari kegiatan-kegiatan sebelumnya.

4. 3. 2. Perubahan Apa Yang Terjadi? (What’s Happening?)

Ripley dan Franklin mengemukakan perspektif terakhir terkait dengan implementasi kebijakan yaitu suatu perspektif yang akan melihat perubahan yang terjadi setelah program dilaksanakan. Apakah implementasi kebijakan pelayanan langsung pemrosesan dokumen kependudukan di kecamatan telah mencapai tujuannya? Apabila tidak terjadi perubahan, mengapa? Apa faktor-faktor apa yang menyebabkannya?

Kebijakan stelsel aktif pada pelayanan administrasi kependudukan bertujuan untuk meningkatkan persentase penduduk yang telah melakukan perekaman data dan telah memiliki dokumen kependudukan. Demikian pula tujuan dari program kegiatan Pelayanan Langsung Pemrosesan Dokumen Kependudukan di Kecamatan se-Kabupaten Nias yang ditujukan untuk meningkatkan persentase penduduk Kabupaten Nias yang telah merekam datanya dan memiliki dokumen kependudukan.

(42)

Tabel 4.6. Rekapitulasi Hasil Pelayanan Langsung Pemrosesan Dokumen Kependudukan yang Dilaksanakan di Kecamatan Sogaeadu

dan Kecamatan Idanogawo Tahun 2015

Sumber : Data SIAK Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias Tahun 2015

Tabel diatas menggambarkan bahwa masyarakat di kedua kecamatan lebih banyak yang mengurus kartu keluarga dan kartu tanda penduduk. Sedangkan hasil pelaksanaan pelayanan langsung pada Tahun 2016 dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.7.Rekapitulasi Hasil Pelayanan Langsung Pemrosesan Dokumen Kependudukan di Lima Kecamatan Tahun 2016

No. Kecamatan

Sumber : Data SIAK Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias Tahun 2016

(43)

Oktober 2015. Mendapatkan output yang selaras dengan tujuan dari suatu pelaksanaan kebijakan merupakan tahapan akhir dari rangkaian implementasi kebijakan yang mana output yang dihasilkan dapat menjadi jawaban apakah implementasi kebijakan itu berhasil atau tidak, perlu diteruskan pelaksanaannya atau tidak.

Untuk mempertajam perspektif ini, peneliti mewawancarai salah seorang warga masyarakat bernama Ameyanus Telaumbanua, umur 31 tahun, warga Desa Tetehosi, Kecamatan Idanogawo yang diwawancarai ketika sedang berada di Kantor Camat Bawolato. Yang bersangkutan datang ke Kecamatan Bawolato untuk mengurus dokumen kependudukan dalam pelayanan langsung pemrosesan dokumen kependudukan yang diadakan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias dari tanggal 27 Juni – 1 Juli 2016. Ameyanus Telaumbanua mengatakan:

“adanya pelayanan langsung ini sangat membantu kami masyarakat.

Pertama dulu, karena kami warga, tidak mesti jauh-jauh datang ke Gunungsitoli. Berapa uang kami habis untuk bayar RBT63 atau jika yang ada kreta64 maka berapa uangnya untuk beli minyak65. Kedua, seandainya ada kekurangan berkas, dapat cepat kami upayakan. Karena jaraknya dengan rumah tidak begitu jauh, sehingga tidak lama

perjalanan” (wawancara tanggal 30 Juni 2016)

63

RBT merupakan istilah yang dipakai mayoritas warga di Kepulauan Nias untuk menamai ojek motor.

64Kreta

merupakan nama lain dari Sepeda Motor atau Kendaraan Roda Dua. 65Minyak

(44)

Di samping itu, peneliti juga mewawancari warga masyarakat lainnya bernama Tahali Waruwu alias Ama Sedari Waruwu, umur 54 tahun. Tahali Waruwu, warga Desa Sindrondro, Kecamatan Bawolato mengatakan66:

“...berkas saya kalau saya urus ke Kantor Dinas Kependudukan, saya

harus luangkan waktu selama dua hari paling tidak. Kalau di Gunungsitoli, iya kalau berkas saya sudah bagus dan langsung diterima. Kalau masih ada kekurangan, saya harus pulang dulu. Karena jauh, besoknya baru bisa datang lagi. Nah, kalau ada pelayanan di kantor camat seperti ini, yah luangkan waktu sehari penuhlah. Cukup dengan uang sepuluh ribu untuk ongkos dan kebutuhan lainnya. Hanya itu keuntungan kalau ada pelayanan di lapangan ini, uang kita tidak banyak

terbuang untuk ongkos..” (wawancara tanggal 30 Juni 2016)

Di tempat yang berbeda, peneliti juga mewawancarai, Aliyus Waruwu,

umur 42 tahun, Kepala Desa Lasara Siwalubanua Kecamatan Ma‟u,67

yang mengatakan:

“...sebagai aparat desa, kami dapat mengatakan pelayanan langsung ini sangat membantu masyarakat. Kehadiran para petugas di Kantor Camat

Ma‟u memperpendek jarak tempuh masyarakat dalam mengurus

dokumen mereka. Sebenarnya inilah yang diharapkan masyarakat. Pegawai disduk itu datang melayani. Selama ini masyarakat tidak datang mengurus itu karena jarak tempuh yang jauh tadi. Apalagi kami yang di

Ma‟u, kondisi jalannya seperti yang Bapak tahu sendiri, hanya dapat

Tahali Waruwu alias Ama Sedari Waruwu diwawancarai ketika sedang berada di Kantor Camat Bawolato untuk mengurus KTP anaknya dalam pelayanan langsung pemrosesan dokumen kependudukan yang diadakan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias dari tanggal 27 Juni – 1 Juli 2016. Tempat tinggal Tahali Waruwu berjarak ±7 km dari Kantor Camat

Bawolato. 67

(45)

Peneliti juga mewawancarai Hasa‟aro Zai68

, warga Desa Holi Kecamatan Ulugawo, yang mengatakan:

“...ya, sangat terbantu, kami tidak harus datang ke Gunungsitoli untuk

urus berkas. Berapa saja biaya untuk itu. Ongkos, beli bensin kreta, makan. Lha, belum kalau berkasnya langsung diterima, kalau masih ada yang kurang bagaimana? Kalau bisa sering-sering maunya ke Ulugawo..” (wawancara tanggal 4 Juli 2016)

Hasil wawancara tersebut memperlihatkan bagaimana Ameyanus Telaumbanua, Tahali Waruwu, Aliyus Waruwu dan Hasa‟aro Zai, mengapresiasi positif pelaksanaan kegiatan Pelayanan Langsung Pemrosesan Dokumen Kependudukan di Kecamatan se-Kabupaten Nias. Dapat disimpulkan bahwa kegiatan tersebut memberikan pengaruh signifikan kepada masyarakat.

Jarak antara kecamatan-kecamatan di Kabupaten Nias dengan Gunungsitoli sebagai pusat pemerintahan Kabupaten Nias dimana Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias juga berada, merupakan persoalan utama yang dirasakan sebagian besar masyarakat Kabupaten Nias. Persoalan jarak yang jauh pararel dengan persoalan biaya yang identik dengan ongkos yang harus dikeluarkan oleh masyarakat sebagai biaya transportasi dan akomodasi.

Dalam konteks ini, terdapat beberapa faktor yang turut memberi pengaruh signifikan terhadap pelaksanaan kebijakan. Untuk mengelaborasinya, ada lima parameter yang dikemukakan oleh Ripley dan Franklin dalam kaitannya dengan perspektif What‟s Happening? and Why? sebagaimana dijelaskan lebih lanjut dibawah ini.

68

(46)

4. 3. 2. 1. Banyaknya Aktor Yang Terlibat

Kegiatan Pelayanan Langsung Pemrosesan Dokumen Kependudukan di Kecamatan se-Kabupaten Nias dilaksanakan dengan terpadu dan melibatkan seluruh elemen Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias sebagai pelaksana kebijakan. Berikut kutipan wawancara dengan Yanueli Nazara, BA ketika peneliti menanyakan mengenai sumberdaya yang dimiliki oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias saat ini :

“dalam pengamatan saya, sumberdaya yang kita miliki saat ini sebenarnya masih kurang dari segi kuantitas. Jumlah keseluruhan PNS ada sekitar 25 orang, termasuk Kepala Dinas. Sedangkan honorer 16 orang. Inilah yang kita berdayakan saat ini dalam pelayanan langsung. Kebanyakan mereka sudah lama berdinas disini, jadi tidak asing lagi dengan pelayanan kependudukan. Memang, beberapa kali saya meminta

tambahan pegawai melalui BKD, tapi belum juga ada tambahan.”

(wawancara tanggal 27 Juni 2016)

Data kepegawaian Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias memberikan gambaran tingkat pendidikan PNS dan Tenaga Honorer sebagai berikut:

Tabel 4.8.

Gambaran Tingkat Pendidikan PNS dan Tenaga Honorer pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias

Uraian Tingkat Pendidikan

SMA D III Strata I Strata II

PNS 9 4 11 1

Tenaga Honorer 8 - 8 -

Jumlah.... 17 4 19 1

* Diolah dari data Sub Umum dan Kepegawaian Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias.

(47)

memiliki latar belakang pendidikan yang bervariasi. Terdapat 11 orang PNS dan 8 orang tenaga honore yang berpendidikan Sarjana (S-1). Selebihnya berpendidikan SMA dan D III. Selain itu terdapat satu orang PNS yang berpendidikan Magister (S-2).

Mengenai jumlah personil yang dilibatkan dalam pelaksanaan pelayanan langsung tersebut, Tehesokhi Hulu, S.IP., menuturkan:

“Personil yang ditugaskan berjumlah 10 (sepuluh) sampai 15 (lima belas)

orang setiap harinya. Terdiri dari PNS dan juga adik-adik kita tenaga honorer yang bekerja dalam kapasitas sebagai operator entry data. Seperti yang saya katakan tadi, mereka dijadwal, dirotasi. Ada yang bertugas dua hari atau tiga hari. Demikian juga Kepala Bidang, yang harus ada stand by di lokasi. Mengapa? Selain menjadi koordinator personil di lapangan, para Kepala Bidang ini menjadi tempat penyelesaian akhir jika ada permasalahan yang tidak bisa di handle oleh staf selama pelayanan

langsung.” (wawancara tanggal 28 Juni 2016)

Personil yang ditugaskan dalam kegiatan pelayanan langsung merupakan personil-personil PNS dan Tenaga Honorer dari Bidang Pencatatan Sipil, Bidang Pengendalian Penduduk, Bidang SIAK dan Sekretariat Dinas yang mendapat penugasan dari Kepala Instansi Pelaksana Pelayanan Administrasi Kependudukan, dalam hal ini Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabuaten Nias. Perpaduan personil dari berbagai bidang penugasan ini mencerminkan bahwa kemampuan dan pengetahuan masing-masing personil mengenai pelayanan administrasi kependudukan sangat baik dan tidak jauh berbeda antara yang satu dengan yang lain.

(48)

strategi yang mumpuni, selain tetap menjaga operasional pelayanan di loket kantor. Dalam penuturannya, Tehesokhi Hulu, S.IP. mengatakan bahwa lamanya pelayanan pada umumnya berkisar lima hari kerja yang selalu diupayakan dimulai di hari Senin dan berakhir di hari Jumat dalam minggu berjalan.69

Selain melibatkan personil internal, keterlibatan pihak lain juga turut menentukan berjalan tidaknya pelaksanaan pelayanan langsung. Hal yang tidak kalah pentingnya tergambar dari kutipan wawancara dengan Nisman Zalukhu, SH, Kepala Bidang Pengendalian Penduduk, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias, berikut ini:

“Kita surati Pak Camat tentang rencana kegiatan pelayanan kita.

Menginformasikan hari dan tanggal pelayanan serta meminta Camat agar hal ini disebarluaskan kepada masyarakat di wilayahnya melalui Kepala Desa. Kita juga meminta dukungan Pak Camat untuk menyediakan lokasi atau ruangan di Kantor Camat dimana kita bisa mengadakan pelayanan itu. Yang dapat menampung banyak oranglah. Karena pastinya akan ada

banyak masyarakat saat itu.” (wawancara tanggal 29 Juni 2016)

Pemberitahuan kepada Camat memiliki esensi yang sangat vital terhadap pelaksanaan kegiatan. Pertama, bahwa dalam konteks adat orang timur, hal ini sebagai bentuk penghormatan kepada tuan rumah. Keberadaan Camat yang

dianggap „memiliki wilayah‟ begitu berpengaruh di kecamatan. Kedua, dukungan

yang akan diberikan pihak Kantor Camat tentu akan memberikan nilai tersendiri bagi kelancaran dan kesuksesan pelayanan langsung. Ketiga, pemberitahuan tersebut juga sekaligus bentuk sosialisasi kepada masyarakat terkait pelaksanaan kegiatan. Camat akan memerintahkan para Kepala Desa di wilayahnya untuk meneruskan informasi pelaksanaan pelayanan langsung kepada masyarakat

69

Wawancara dengan Tehesokhi Hulu, S.IP., Kepala Bidang Pencatatan Sipil Dinas

(49)

sekaligus instruksi tak langsung agar para jajaran pemerintahan desa siap membantu dan mengakomodir penyiapan berkas pengurusan dari masyarakat di desanya masing-masing.

Pemberitahuan kepada Camat dilakukan paling cepat seminggu sebelum hari pelaksanaan kegiatan dimulai.70 Hal ini dimaksudkan supaya pihak Kantor Camat memiliki ruang dan waktu yang cukup untuk meneruskan informasi serta mempersiapkan lokasi yang hendak digunakan dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan langsung tersebut.

Selain itu, pelaksanaan kegiatan pelayanan langsung ini turut melibatkan personil TNI dan Polri yang berasal dari Komando Rayon Militer dan Kepolisian Sektor setempat. Walau tidak terlibat secara langsung dalam pelayanan, kehadiran personil TNI dan Polri ini diharapkan mampu memberikan rasa aman dan nyaman bagi pelaksana pelayanan dan juga masyarakat yang mengurus dokumen kependudukan mereka. Harus dimaklumi bahwa dalam kegiatan pelayanan administrasi kependudukan ini, masih ditemukan warga yang sering merasa tidak puas terhadap pelayanan yang diberikan. Seperti yang terjadi pada pelayanan langsung di Bawolato di hari kedua yang mana seorang warga membuat keributan hanya karena berkasnya ditolak karena tidak melewati verifikasi petugas. Padahal sebenarnya yang bersangkutan masih memiliki waktu untuk memenuhi kekurangan berkasnya.71

70

Wawancara dengan Nisman S. Zalukhu, SH, Kepala Bidang Pengendalian Penduduk Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias, pada tanggal 28 Juni 2016, lokasi kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias.

71

(50)

Dari hasil wawancara serta penjelasan diatas peneliti menyimpulkan bahwa dalam pelaksanaan program kegiatan tersebut, terdapat beberapa unsur aktor yang terlibat yaitu unsur Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias, unsur Camat dan jajarannya dari kecamatan lokasi pelaksanaan pelayanan, dan unsur aparat keamanan dalam hal ini pihak Kepolisian Sektor dan Komando Rayon Militer di kecamatan setempat.

4. 3. 2. 2. Kejelasan Program

Semakin jelas dan rinci isi sebuah kebijakan, maka kebijakan tersebut akan mudah diimplementasikan, sehingga pelaksana kebijakan mudah memahami dan menerjemahkan dalam tindakan nyata. Tehesokhi Hulu, S.IP, Kepala Bidang Pencatatan Sipil menjelaskan:

“...sudah pasti, apabila sebuah kegiatan sudah final dalam perencanaan

maka harus tertuang dalam APBD. Kalau tidak, kegiatan tersebut masih dalam taraf rencana. Jelas dalam perencanaan tapi tidak bisa

dilaksanakan karena belum masuk APBD...” (wawancara tanggal 28 Juni

2016)

Peneliti menyimpulkan bahwa kejelasan program kegiatan dibuktikan dengan tertampungnya kegiatan tersebut dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) SKPD. Oleh karena itu, peneliti memadukan hasil wawancara diatas dengan data dari DPA SKPD Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias Tahun Anggaran 2015 dan Tahun Anggaran 2016.

(51)

Dari dokumen DPA tersebut, ditemukan bahwa untuk pertama kalinya kegiatan Pelayanan Langsung Pemrosesan Dokumen Kependudukan di Kecamatan se-Kabupaten Nias terakomodir dalam P-APBD Kabupaten Nias Tahun 2015 dengan nomor kegiatan 1.10.1.10.01.15.14 dan kemudian penganggarannya diteruskan dalam APBD Kabupaten Nias Tahun 2016 dengan nomor DPA SKPD 1.10.1.10.01.15.14.5.2. Data tersebut juga memperjelas status kegiatan sebagai salah satu program penting yang harus dilaksanakan dalam tahun anggaran berjalan.

Jika mengacu pada rincian Dokumen Pelaksanaan Anggaran, kejelasan program kegiatan ini diuraikan penggunaan anggarannya untuk:

a. Bantuan keuangan kepada petugas keamanan; petugas keamanan yang dilibatkan dalam setiap pelaksanaan pelayanan langsung di kecamatan berasal dari personil TNI (Koramil) atau POLRI (Polsek atau Polpos). Selama lima hari pelaksanaan, personil keamanan ini bertugas mengawasi dan menjaga stabilitas keamanan lingkungan sekaligus membantu pelaksana pelayanan dalam mengarahkan warga dan memberikan informasi terkait pelayanan langsung tersebut. Kepada para petugas keamanan yang telah ditugaskan oleh satuannya masing-masing diberikan biaya transportasi dan akomodasi secukupnya sebagai bentuk penghargaan terhadap jasa lelahnya pada pelaksanaan kegiatan tersebut.

(52)

lainnya yang diperkirakan diperlukan selama pelaksanaan kegiatan pelayanan langsung.

c. Belanja alat listrik dan elektronik; diperuntukkan untuk biaya pembelian perlatan dan perlengkapan listrik dan elektronik untuk mendukung kegiatan pelayanan.

d. Jasa publikasi; untuk menyebarluaskan informasi mengenai kegiatan pelayanan langsung tersebut diperlukan publikasi.

e. Belanja cetak dan penggandaan; dalam setiap pelaksanaan pelayanan langsung, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias selalu menyediakan formulir-formulir pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil dalam jumlah banyak sebagai salah satu bentuk pelayanan kepada masyarakat sehingga masyarakat tidak terbebani untuk menfotocopy formulir-formulir tersebut.

f. Sewa sarana mobilitas darat; untuk menjangkau daerah-daerah tertentu seperti

Kecamatan Ma‟u, Kecamatan Somolo-molo dan Kecamatan Ulugawo,

instansi pelaksana pelayanan langsung terkadang harus menyewa kendaraan roda empat dengan spesifikasi kendaraan yang mampu melewati daerah-daerah dengan topografi wilayah yang ekstrim.

g. Anggaran untuk biaya perjalanan dinas dalam daerah.

(53)

dari total anggaran kegiatan Pelayanan Langsung Pemrosesan Dokumen Kependudukan di Kecamatan se-Kabupaten Nias. Anggaran perjalanan dinas dalam daerah tersebut dirancang dan ditetapkan mempedomani Keputusan Bupati Nias Nomor 640/717/K/2015 tanggal 31 Desember 2015 tentang Standar Satuan Biaya Perjalanan Dinas Berdasarkan Wilayah Tujuan Pelaksanaan Perjalanan Dinas Oleh Pejabat, Pegawai Negeri dan Pegawai Tidak Tetap di Lingkup Pemerintah Kabupaten Nias Tahun Anggaran 2016.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kegiatan pelayanan langsung tersebut merupakan program kegiatan yang jelas keberadaannya dan telah melalui proses perencanaan, pengusulan dan pengesahan oleh lembaga legislatif sehingga kejelasan program kegiatan tersebut terlihat dari tertampungnya program kegiatan dalam APBD dan APBD Perubahan Kabupaten Nias.

4. 3. 2. 3. Kerumitan Program Terkait Dengan Dinamisnya Petunjuk

Pelaksanaan Yang Dibuat

Gambar

Tabel 4.1. Luas Wilayah Kecamatan dan Jumlah Desa per Kecamatan  di Kabupaten Nias
Gambar 4.1.  Bagan Struktur Organisasi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias Berdasarkan Perda       Kab
Tabel 4.2. Anggaran Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil  Kabupaten Nias
Tabel 4.3. Identitas Informan Kunci
+4

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mendapatkan bahan komposit anti radar yang mempunyai daya serap tinggi yaitu sebagai material penyerap gelombang radar pada frekuensi 2-18 GHz yang nantinya

menunjukkan bahwa perbedaan perlakuan jenis fermentasi dan lama fermentasi berpengaruh nyata (Fhitung > Ftabel), akan tetapi interaksi antara keduanya tidak berbeda

Suatu segitiga dikatakan segitiga sama sisi jika dan hanya jika memiliki tiga ukuran sisi yang sama panjang. Contoh segitiga sama sisi yaitu pada gambar 8b. Keterkaitan antara

Setelah semua alat dan bahan siap, memberi label pada 4 buah tabung reaksi sesuai dengan nama masing-masing sampel uji, memasukkan aquades kedalam masing-masing tabung reaksi

Ketika penerima menggunakan software email untuk mengecek email, pesan tersebut akan ditransfer dari incoming mail server ke komputer penerima Langkah 2. Software anda

[r]

Berdasarkan hasil observasi bahwa hambatan yang dihadapi berupa kurang disiplin dalam pelaksanaan brifing dan masih minimnya tempat dan jarak untuk melaksanaan

Pengklasifikasian pada tumbuhan memiliki tujuan dan manfaat. Klasifikasi tumbuhan merupakan suatu cara sebagai pembentukan kelas-kelas, kelompok, atau unit melalui