BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 Kurikulum didefinisikan sebagai
seperangkat rencana dan sebuah peraturan berkaitan dengan tujuan, isi, bahan
ajar dan cara yang digunakan sebagai pedoman dalam penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai sebuah tujuan pendidikan nasional
juga sebagai pedoman kegiatan belajar mengajar yang tidak hanya
mementingkan bahan ajarnya saja, akan tetapi juga proses belajarnya.
Kemendikbud (2013a), memberlakukan kurikulum berbasis kompetensi
(sikap, keterampilan dan pengetahuan) sehingga dapat memenuhi kebutuhan
tujuan kurikulum. Octavio (2008), Pemerintah melalui Kemendikbud
menyatakan bahwa metodologi pembelajaran yang selaras sehingga
kompetensi yang diharapkan akan tercapai. Saat ini kurikulum
mengutamakan pemahaman, skill, dan pendidikan berkarakter, siswa juga
dituntut atas materi, aktif dalam berdiskusi, sopan santun, dan disiplin.
Demi keberlangsungan kurikulum pemerintah memberlakukan Permen
No. 54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yaitu, kriteria
mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan
dan keterampilan. SKL ini digunakan juga sebagai acuan utama untuk
pengembangan Standar Isi, Standar Proses, Standar Penilaian. Kemudian
ditetapkan kompetensi inti (KI) sebagai unsur pengikat bagi kompetensi
dasar (KD) mata pelajaran kemudian diturunkan lagi menjadi silabus. Silabus
dikembangkan dengan maksud agar ada patokan minimal mengenai kualitas
hasil belajar. Silabus digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar
karena dalam silabus terdapat penjabaran standar kompetensi, kompetensi
dasar dan indikator ke dalam materi pokok, kegiatan pembelajaran dan
pencapaian kompetensi untuk penilaian. Pelajaran Biologi adalah salah satu
mata pelajaran dalam rumpun sains. Hakikat sains adalah ilmu pengetahuan,
tumbuhan, dan hewan. Biologi merupakan bagian dari ilmu sains karena
didalamnya mempelajari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang tidak hanya
nenekankan pada pencapaian prosedur, namun juga harus mempelajari aspek
proses, sikap, dan teknologi agar siswa dapat memahami sains secara utuh
(Wenn, 2008). Dengan belajar biologi dapat menimbulkan rasa syukur yang
tinggi, disiplin, rasa memiliki, mandiri ,tekun, cekatan dan jiwa saintis.
Seperti yang diungkapkan pada tujuan pendidikan nasional yaitu
mempersiapkan anak didik agar mampu mengahadapi perubahan-perubahan
keadaan kehidupan melalui latihan bertindak atas penilaian dalam kehidupan
sehari-hari untuk mempelajari ilmu pengetahuan (Depdiknas, 2003).
Depdiknas (2003), menyatakan sains adalah ilmu pengetahuan yang
diperoleh dengan menggunakan Model-model berdasarkan observasi sains
berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga
sains bukan hanya penguasaan kumpulan yang berupa fakta-fakta,
konsep-konsep, atau prinsip-prinsi saja tetapi juga merupakan suatu proses
penemuan. Untuk menjadi sesorang penemu dibutuhkan sikap-sikap yang
dapat membentuk kepribadian seseorang.
Salah satu sikap yang harus dimiliki seseorang saintis adalah sikap ilmiah.
Sikap ilmiah merupakan salah satu bentuk kecerdasan yang dimiliki setiap
individu. Sikap ilmiah siswa dalam pembelajaran dapat berpengaruh terhadap
hasil belajar siswa. Untuk memunculkan sikap ilmiah diperlukan sebuah
model pembelajaran yang sesuai dengan indikator-indikator yang dimiliki
oleh sikap ilmiah (Karim, 2005). Pembelajaran tentunya tidak terlepas oleh
peran guru sebagai fasilitator. Selain sebagai fasilitator guru juga dituntut
dalam membimbing dan memotivasi siswa. Berhasil tidaknya pencapaian
tujuan pendidikan tergantung pada bagaimana proses belajar mengajar yang
dialami oleh siswa sebagai peserta didik. Pelaksanaan proses pembelajaran
yang paling sederhana erat kaitannya dengan interaksi antara guru dengan
siswa atau siswa dengan siswa yang mengakibatkan perubahan terhadap sikap
Kurikulum (2013), juga menyederhanakan konten-konten dari kurikulum
sebelumnya, posisi siswa sebagai student center, pembelajaran aktif yang
didasarkan pada model pembelajaran sains (Sudrajat, 2013). Hal ini juga
membutuhkan kemampuan siswa yang melibatkan keaktifan. Model
pembelajaran yang dapat melibatkan keaktifan siswa adalah model penemuan
(discovery) atau penyelidikan (inquiry) (Jayawardana, 2013). Untuk dapat
memunculkan kemampuan sikap ilmiah ini peneliti mencoba menggunakan
modelguided inquiry (inkuiri terbimbing) sesuai dengan tuntutan kurikulum
2013.
Kegiatan belajar selama ini masih banyak guru dalam penyajian materi
lebih mendominasi dalam kelas, guru cenderung menggunakan model
pembelajaran langsung berupa Model ceramah, diskusi, tanya jawab tanpa
melihat model-model yang lain yang lebih sesuai dengan meteri, konsep, alat
dan bahan yang tersedia. Akibatnya, siswa kurang tertarik dengan kegiatan
belajar mengajar dikelas, siswa juga kurang berminat untuk mengkuti
pelajaran yang diajarkan oleh guru tersebut. Hal ini membuat siswa merasa
bosan dan tidak tertarik mengikuti pelajaran sehingga tidak adanya motivasi
yang muncul dari dalam diri untuk berusaha memahami apa yang diajarkan
oleh guru yang kemudian akan berpengaruh terhadap prestasi siswa nantinya.
Oleh karena itu perlunya usaha dalam perbaikan agar siswa dapat bersikap
ilmiah dalam pembelajaran biologi.
Memperhatikan hal tersebut guru dituntut untuk berupaya melakukan
perbaikan baik dari segi strategi, pendekatan dan model-model yang akan
dilakukan dalam proses belajar mengajar. Model-model yang akan dipilih
guru hendaknya melibatkan siswa secara aktif sehingga dapat membangkitkan
sikap ilmiah pada pembelajaran biologi yang akhirnya akan berpengaruh
terhadap prestasi siswa.
Sebagaimana yang telah diungkapkan, dalam upaya memunculkan sikap
ilmiah siswa perlu adanya suatu model pembelajaran yang dapat melibatkan
siswa secara aktif. Modelguided inquirymerupakan suatu kegiatan belajar
suatu permasalahan secara sistematis, logis, analitis, sehingga dengan
bimbingan dari guru mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan
penuh percaya diri (Gulo, 2008 : 84-85). Guided Inquiry, yaitu guru
mengajukan masalah dan siswa menentukan penyelesaian serta prosesnya
(Surya, 2008 : 24) sehingga dalam pembelajaran di kelas bukan lagi guru yang
mendominasi (teacher dominated) melainkan siswa yang mendominasi
(student dominated) siswa disini sebagai subjek belajar sedangkan guru
bertindak sebagai pembimbing atau fasilitatornya. Bukan berarti guru pasif
melainkan guru membimbing siswa agar tidak tersesat dan terlalu meluas
bahasan yang diambil oleh siswa serta guru juga sebagai pengontrol
berjalannya kegiatan pembelajaran dalam kelas (Surachmat, 1985). Hal ini
juga dipaparkan dalam Permendikbud No. 65 Tahun tentang Standar Proses
menjelaskan bahwa salah satu model yang diutamakan dalam implementasi
kurikulum 2013 adalah modelguided inquiry.
Pembelajaran biologi adalah pembelajaran tentang ilmu alam dan erat
kaitannya dengan kehidupan. Sehingga dibutuhkan banyak pengalaman
belajar di dalamnya agar siswa mampu mengaplikasikan pelajaran-pelajaran
yang sudah dipelajari untuk kehidupan sehari-hari. Salah satu kompetensi
dasar (KD) yang harus dipenuhi adalah KD 3.10 yaitu menganalisis hubungan
antara struktur jaringan penyusun organ pada sistem koordinasi dan
mengaitkannya dengan proses koordinasi sehingga dapat menjelaskan peran
saraf dan hormon dalam mekanisme koordinasi dan regulasi serta gangguan
fungsi yang mungkin terjadi pada sistem koordinasi manusia melalui studi
literatur, pengamatan, percobaan, dan simulasi (Kemendikbud, 2013c). Oleh
karena itu pembelajaran yang digunakan haruslah sesuai dengan yang
diharapkan. Hal ini menjadi bahan pertimbangan peneliti untuk menggunakan
modelguided inquiry dan konsep termoregulasi.
Penelitian sebelumnya oleh Wiwin (2013), menerapkan modelfreeinquiry
dan melihat pengaruhnya terhadap sikap ilmiah siswa. Pada pembelajaran
berbasis freeinquiry menekankan pada aktivitas dalam membantu siswa
memahami karakteristik penelitian ilmiah (Wenning, 2010 & Khan, et al.,
2011). Hasil dari penelitian tersebut adalah modelfree inquiryberpengaruh
terhadap beberapa sikap ilmiah saja. Modelfree inquiry dalam penelitian
kurang berpengaruh terhadap sikap ulet siswa karena dalam pelaksanaannya
siswa sudah merasa jenuh dan bosan. Dengan modelfree inquiry terdapat
beberapa faktor yang mengakibatkan sikap ilmiah tidak muncul.
Sebagaimana yang telah dipaparkan serta rasa keingintahuan peneliti
sehingga peneliti tertarik untuk untuk menganalisis profil sikap ilmiah siswa
pada konsep termoregulasi dalam model pembelajaran guided inquiry.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini
adalah Bagaimana profil sikap ilmiah siswa pada konsep termoregulasi dalam
model pembelajaran guided inquiry? Rumusan masalah ini dai jawabarkan
melalui beberaoa pertanyaan seperi di bawah ini:
1. Bagaimana capaian sikap ilmiah siswa pada setiap indikator setelah
pembelajaranguided inquiry pada konsep termoregulasi?
2. Bagaimana responsiswa terhadap pembelajaran praktikum berbasis
guided inquiry yang dilaksanakan?
C. Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dari penelitian ini, agar tidak terlalu meluas
sebagai berikut :
1. Pembelajaran yang akan diterapkan menggunakan modelguided inquiry
2. Kemampuan bersikap ilmiah dilihat dari enam aspek dalam sikap ilmiah,
yaitu: sikap rasa ingin tahu, sikap objektif dan jujur, sikap terbuka, sikap
ulet, sikap berpikir kritis, sikap kerjasama (Harlen, 1992).
3. Materi yang digunakan pada penelitian ini adalah sistem kooordinasi
D. Tujuan Penelitian
Menganalisis profil sikap ilmiah siswa pada konsep termoregulasi dalam
model pembelajaran guided inquiryyang terdiri dari:
1. Untuk menganalisis profil sikap ilmiah siswa pada konsep termoregulasi
dalam model pembelajaran guided inquiry
2. Menganalisis kemampuan siswa dalam bersikap ilmiah melalui
praktikum konsep termoregulasi
3. Menghasilkan model pembelajaran guided inquiry yang telah teruji
dalam melihat kemampuan bersikap ilmiah siswa melalui praktikum
4. Melatih siswa dalam memunculkan sikap-sikap ilmiah pada pelaksanaan
kegiatan belajar
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Siswa
Melatih siswa dalam mengembangkan sikap ilmiah serta memberikan
pengalaman belajar yang bermakna karena siswa sendiri yang secara
langsung menemukan pemecahan masalahnya.
2. Bagi Guru
Menerapkan guided inquiry sebagai model dalam pengembangan sikap
ilmiah siswa dalam memahami pembelajaran di dalam kelas dan
mengenalkan guru tentang modelguided inquiry.
3. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan memperluas bidang
ilmu serta memberikan gambaran yang jelas tentang keterampilan proses
sains dan sikap ilmiah siswa melalui pembelajaran berbasis guided
F. Struktur Organisasi
Ada pun rincaian urutan penulisan gambaran kandungan setiap BAB dan
urutan penulisannya dalah sebagai berikut.
1. BAB 1 PENDAHULUAN
Pada BAB I membahas tentang latar belakang diadakannya penelitian ini
kemudian terdapat rumusan masalah yang memuat
pertanyaan-pertanyaan penelitian yang nantinya akan dijawab dalam penelitian ini.
Selain itu juga dijelaskan tujuan dan manfaat yang diberikan dalam
penelitian.
2. BAB II KAJIAN PUSTAKA
Pada BAB II membahas tuntutan kurikulum 2013, pembelajaran yang
sesuai dalam kurikulum tersebut dan model yang baik dalam
melaksanakan proses belajar. Selanjutnya dibahas tentang pengertian
inquiry, jenis inquiry, serta guided inquiry. Bagian terakhir dibahas
tentang sikap ilmiah dan beberapa pendapat menurut para ahli.
3. BAB III MODEL PENELITIAN
Pada BAB ini menjelaskan metodologi yang digunakan dalam peneilitian
ini. Metodologi yang dimaksud mencakup desain penelitian partisipan,
populasi dan sampel, instrumen penelitian, prosedur penelitian, teknik
pengumpulan data, dan analisis data
4. BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN
Pada BAB ini mengulas mengenaik pengolahan data hasil penelitian dan
pembahasan dari analisis hasil penelitian dan terdapat teori-teori yang
mendukung hasil penelitian yang telah dilakukan.
5. BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
Pada BAB ini membahas tentang simpulan dari hasil penelitian ini dan