• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Iklim Kerja terhadap Tekanan Darah Pekerja di Bagian Produksi PT. INALUM tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Iklim Kerja terhadap Tekanan Darah Pekerja di Bagian Produksi PT. INALUM tahun 2014"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Iklim Kerja

2.1.1. Definisi Iklim Kerja

Iklim kerja adalah kombinasi dari suhu udara, kelembaban udara, kecepatan

gerakan dan suhu radiasi. Kombinasi dari keempat faktor ini dihubungkan dengan

produksi panas oleh tubuh yang disebut tekanan panas (Ramdan, 2007 dalam Putra

2011). Menurut Permenakertrans No. PER 13/MEN/X/2011 iklim kerja adalah hasil

perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan gerakan udara dan panas radiasi

dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja sebagai akibat

pekerjaannnya.

Iklim kerja adalah suatu kombinasi dari suhu kerja, kelembaban udara,

kecepatan gerakan udara dan suhu radiasi pada suatu tempat kerja. Cuaca kerja yang

tidak nyaman dan tidak sesuai dengan syarat yang ditentukan dapat menurunkan

kapasitas kerja yang berakibat menurunnya efisiensi dan produktifitas kerja. Suhu

udara yang dianggap nikmat bagi orang Indonesia ialah berkisar 240C–260C dan

selisih suhu didalam dan diluar tidak boleh lebih dari 50

2.1.2. Suhu

C. batas kecepatan angin

secara kasar yaitu 0,25 sampai 0,5 m/dtk (Subaris, 2007 dalam Putra 2011).

Tubuh pekerja dapat kehilangan panas jika terjadi kontak langsung dengan

(2)

dengan cara ini disebut dengan konduksi. Besarnya panas yang hilang tergantung

pada besarnya perbedaan antara suhu kulit dengan media penghantar. Misalnya, air

adalah konduktor yang lebih baik dari udara. Jadi tubuh lebih cepat keholangan panas

dalam air dingin daripada dalam udara pada suhu yang sama. Akan tetapi kehilangan

panas tubuh dengan konduksi sangat sedikit, pengaruh panas lingkungan pada tubuh

lebih banyak melalui radiasi. Suatu kenyataan, bahwa tiap benda panas (termasuk

tubuh manusia) mengeluarkan gelombang-gelombang elektromagnetik. Radiasi dapat

terjadi tanpa melalui media penghantar dan dengan cara ini maka bumi mendapatkan

panas dari matahari (Wahyu, 2003).

2.1.3. Kelembaban

Kelembaban adalah banyaknya air yang terkandung dalam udara, biasanya

dinyatakan dalam persentase (Sedarmayanti, 2009). Salah satu cara penurunan suhu

tubuh adalah dengan evaporasi (penguapan). Evaporasi adalah proses perubahan sifat

zat dari bentuk air menjadi gas (uap). Pada tubuh manusia penguapan terjadi melalui

pernapasan (paru-paru) dan keringat (kulit) namun yang terbanyak adalah melalui

kulit. Keringat yang keluar akan cepat menguap bila kelembaban udara rendah.

Penguapan ini terjadi dengan mengambil panas tubuh (Wahyu, 2003).

Berkeringat dapat menurunkan suhu tubuh, namun terjadi bila ada penguapan.

Pada lingkungan dengan kelembaban tinggi, seseorang dapat berkeringat tanpa

memperoleh efek pendinginan. Keringat tidak menguap tetapi menetes (Wahyu,

(3)

2.1.4. Kecepatan Angin

Gerakan atau aliaran udara adalah faktor penting dalam membantu penurunan

suhu tubuh. Adanya aliran udara menyebabkan udara yang terdapat di lapisan dekat

kulit dapat diganti oleh udara yang suhunya rendah dan lebih kering (Wahyu, 2003).

Proses pertukaran panas antara tubuh dan lingkungan dengan cara seperti ini

disebut konveksi. Media penghantar pada konveksi biasanya adalah udara atau air.

Kecepatan aliran udara (media) mempengaruhi proses pertukaran panas. Kulit yang

tidak terlindung pakaian akan berhubungan langsung dengan udara dan pertukaran

panas lebih cepat terjadi. Sedangkan pada bagian tubuh yang tertutup pakaian

terdapat lapisan udara yang tidak bergerak, yang juga merupakan penghalang

terjadinya sentuhan dengan udara yang bergerak (mengalir). Gerakan udara juga

memperlancar terjadi pelepasan panas tubuh yang lebih panas dan lembab yang

berada di permukaan kulit diganti dengan udara yang suhu lebih dingin. Prinsip

konveksi jelas tampak pada efek pendinginan dengan kipas angin (Wahyu, 2003).

2.1.5. Panas Radiasi

Radiasi adalah proses yang dengan gelombang elektromagnetik dipindahkan

melalui ruangan tanpa pemindahan materi dalam ruangan atau pancaran panas yang

dikeluarkan dari tubuh manusia ke lingkungan sekitarnya dapat berbentuk sebagai

suatu gelombang elektromagnetik. Setiap benda termasuk tubuh manusia selalu

memancarkan gelombang panas. Tergantung dari suhu benda-benda sekitar, tubuh

menerima atau kehilangan panas lewat mekanisme radiasi. Pengaruh panas

(4)

benda panas (termasuk tubuh manusia) mengeluarkan gelombang-gelombang

elektromagnetik. Radiasi dapat terjadi tanpa melalui media penghantar dan dengan

cara ini maka bumi mendapatkan panas dari matahari (Wahyu, 2003). Panjang

gelombang radiasi berkisar antara 180 nm sampai 400 nm.

2.1.6. Macam Iklim Kerja

Kemajuan teknologi dan proses produksi didalam industri telah menimbulkan

sesuatu lingkungan kerja yang mempunyai iklim dan cuaca tertentu yang dapat

berupa iklim kerja panas dan iklim kerja dingin (Putra, 2011).

2.1.6.1.Iklim Kerja Panas

Iklim kerja panas merupakan meteorologi dari lingkungan kerja yang dapat

disebabkan oleh gerakan angin, kelembaban, suhu udara, suhu radiasi, sinar matahari

(Budiono, 2008 dalam Putra, 2011).

Panas sebenarnya merupakan energi kinetik gerak molekul yang secara

terus-menerus dihasilkan dalam tubuh sebagai hasil samping metabolisme dan panas tubuh

yang dikeluarkan ke lingkungan sekitar. Agar tetap seimbang antara pengeluaran dan

pembentukan panas maka tubuh mengadakan usaha pertukaran panas dari tubuh ke

lingkungan sekitar melalui kulit dengan cara konduksi, konveksi, radiasi dan

evaporasi (Suma’mur, 1996 dalam Putra, 2011).

Salah satu kondisi yang disebabkan oleh iklim kerja yang terlalu tinggi adalah

apa yang dinamakan dengan heat stress (tekanan panas). Tekanan panas adalah

(5)

panas radiasi) dan faktor pakaian. Tekanan panas akan berdampak pada terjadinya

(Putra, 2011) :

a. Dehidrasi

Penguapan yang berlebihan akan mengurangi volume darah dan pada tingkat

awal aliran darah akan menurun dan otak akan kekurangan oksigen.

b. Heat Rash

Yang paling umum adalah prickly heat yang terlihat sebagai papula merah,

hal ini terjadi akibat sumbatan kelenjar keringat dan retensi keringat. Gejala bias

berupa lecet terus-menerus dan panas disertai gatal yang menyengat.

c. Heat Fatigue

Gangguan pada kemampuan motorik dalam kondisi panas. Gerakan tubuh

menjadi lambat dan kurang waspada terhadap tugas.

d. Heat Cramps

Kekejangan otot yang diikuti penurunan sodium klorida dalam darah sampai

dibawah tingkat kritis. Dapat terjadi sendiri atau bersama dengan kelelahan panas dan

kekejangan timbul secara mendadak.

e. Heat Exhaustio

Dikarenakan kekurangan cairan tubuh atau elektrolit.

f. Heat Sincope

Keadaan kolaps atau kehilangan kesadaran selama pemajanan panas dan tanpa

(6)

g. Heat Stroke

Kerusakan serius yang berkaitan dengan kesalahan pada pusat pengatur suhu

tubuh. Pada kondisi ini mekanisme pengatur suhu tidak berfungsi lagi disertai

hambatan proses penguapan secara tiba-tiba. Tingkat kerja cenderung mengatur

sendiri, yakni pekerja akan secara volunter (sukarela) menurunkan tingkat

pekerjaannya bila dia merasaka panas berlebihan kecuali untuk pemadaman

kebakaran dan pekerjaan penyelamatan, karena tekanan psikologi akan mengatasi

kondisi normal (Ramdan, 2007 dalam Putra 2011).

NCDOL (2001) menerangkan bahwa panas tubuh harus disalurkan ke

lingkungan; pada saat panas tubuh disalurkan ke permukaan kulit, beberapa

mekanisme terjadi seperti evaporasi, konveksi dan radiasi :

1. Evaporasi : keluarnya keringat merupakan mekanisme tubuh yang paling efektif

untuk mengeluarkan panas pada keadaan panas dan/atau lingkungan kerja berat.

Kehilangan panas sekitar 0,58 Kcal/gram keringat keluar melalui kulit. Hampir

seluruh permukaan tubuh mengandung kelenjar keringat yang akan diaktifkan

berdasarkan tingkatannya oleh kontrol otak. Rata-rata pengeluaran maksimal

keringat dapat dipertahankan tubuh yang sehat, laki-laki yang telah ber

aklimatisasi adalah sebanyak 0,9463 liter per jam. Agar efektif dalam

mendinginkan tubuh, keringat harus keluar berupa penguapan dari kulit.

Penguapan keringat sebanyak diatas melalui kulit akan mengeluarkan panas

(7)

pada beberapa faktor lingkungan, termasuk temperatur, kelembaban relatif dan

kecepatan angin.

2. Konveksi : proses konveksi menyangkut penyaluran panas dari kulit ke udara di

lingkungan. Kecepatan hilangnya panas oleh konveksi bergantung atas beberapa

faktor seperti temperatur udara, kecepatan angin dan jenis pakaian yang dipakai.

Apabila udara lebih panas dari kulit, perpindahan arah berlawanan dari

lingkungan ke kulit dapat terjadi.

3. Radiasi : panas yang disalurkan oleh inframerah atau radiasi panas menyangkut

aliran energi panas dari permukaan yang lebih panas ke permukaan yang lebih

dingin. Kulit yang telah hangat oleh karena aliran panas dari inti tubuh

menyalurkan panas ke lingkungan. Apabila lingkungan termasuk permukaan atau

sistem seperti sumber panas atau ketel uap yang mana secara signifikan lebih

panas dari permukaan kulit, aliran panas radiasi dapat berlangsung arah

berlawanan yaitu dari lingkungan ke tubuh, yang akan menambahkan jumlah

kapasitas panas total tubuh. Kecepatan aliran panas oleh radiasi adalah

sebagaimana fungsi dari tipe permukaan yang terlibat dan perbedaan temperatur

antara mereka. Arah aliran panas radiasi adalah tetap dari permukaan yang lebih

panas ke permukaan yang dingin. Kemampuan permukaan untuk menyerap dan

menyalurkan panas adalah fungsi utama dari warna dan tekstur permukaan

tersebut. Pemakaian pakaian berwarna terang bermaksud untuk menghambat atau

(8)

Faktor luar seperti kadar kelembaban dan angin akan mempengaruhi tahanan

pakaian terhadap aliran panas. Pakaian yang lembab akan mempunyai ketahanan

yang lebih rendah. Kecepatan aliran udara yang lebih tinggi akan cenderung

mengempiskan pakaian, mengurangi ketebalannya dan ketahanannya juga. Sementara

pada pakaian yang teranyam terbuka, angin dapat menghilangkan lapisan udara

hangat yang ada di dalam. Kecuali jika dipergunakan sebagai pelindung bahaya kimia

atau bahaya lainnya. Isolasi perorangan cenderung mengatur sendiri, orang

menambah atau membuang lapisan pakaian sesuai dengan perasaan kenyemanannya.

Lama pemajanan dapat beragam sesuai dengan jadwal kerja atau istirahat, lebih baik

dengan masa istirahat yang diambil dalam lingkungan yang kurang ekstrim

(Hamington, 2005 dalam Putra, 2011).

Orang-orang Indonesia pada umumnya beraklimatisasi dengan iklim tropis

yang suhunya sekitar 29-300

2.1.6.2. Iklim Kerja Dingin

C dengan kelembaban sekitar 85-95%. Aklimatisasi

terhadap panas berarti suatu proses penyesuaian yang terjadi pada seseorang selama

seminggu pertama berada di tempat panas, sehingga setelah itu ia mampu bekerja

tanpa pengaruh tekanan panas (Putra, 2011).

Pengaruh suhu dingin dapat mengurangi efisiensi dengan keluhan kaku atau

kurangnya koordinasi otot. Sedangkan pengaruh suhu ruangan sangat rendah terhadap

kesehatan dapat mengakibatkan penyakit yang terkenal yang disebut dengan

(9)

Pencegahan terhadap gangguan kesehatan akibat iklim kerja suhu dingin

dilakukan melalui seleksi pekerja yang fit dan penggunaan pakaian pelindung yang

baik. Disamping itu, pemeriksaan kesehatan perlu juga dilakukan secara periodik

(Budiono, 2008 dalam Putra, 2011).

2.1.7. Reaksi terhadap Iklim Kerja

Reaksi setiap orang dengan orang lain berbeda-beda walaupun terpapar dalam

lingkungan panas yang sama. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu

(Purwanto, 2010) :

1. Umur

Pada orang yang berusia lanjut akan lebih sensitif terhadap cauca panas bila

dibandingkan dengan orang yang lebih muda. Hal ini disebabkan karena pada orang

usia lanjut kemampuan berkeringat lebih lambat dibandingkan dengan orang muda

dan kemampuan tubuh untuk orang berusia lanjut dalam mengembalikan suhu tubuh

menjadi normal lebih lambat dibandingkan dengan orang yang berusia lebih muda.

2. Jenis Kelamin

Pada iklim panas kemampuan berkeringat laki-laki dan perempuan hampir

sama, tetapi kemampuan beraklimatisasi perempuan tidak sebaik laki-laki,

perempuan lebih tahan terhadap suhu dingin daripada terhadap suhu panas. Hal

tersebut mungkin disebabkan kapasitas kardiovasa pada wanita lebih kecil.

3. Kebiasaan

Seorang tenaga kerja yang terbiasa dalam suhu panas akan lebih dapat

(10)

4. Ukuran Tubuh

Orang yang ukuran tubuh lebih kecil mengalami tekanan panas yang relatif

lebih besar tingkatannya karena adanya kapasitas kerja maksimum yang lebih kecil.

Sedangkan orang gemuk lebih mudah meninggal karena tekanan panas dibandingkan

orang yang kurus. Hal ini karena orang yang gemuk mempunyai rasio luas

permukaan badan dengan berat badan lebih kecil di samping kurang baiknya fungsi

sirkulasi.

5. Aklimatisasi

Aklimatisasi terhadap suhu tinggi merupakan hasil penyesuaian diri seseorang

terhadap lingkungan yang ditandai dengan menurunnya frekuensi denyut nadi dan

suhu mulut atau suhu badan akibat pembentukan keringat. Aklimatisasi dapat

diperoleh dengan bekerja pada suatu lingkungan kerja yang tinggi untuk beberapa

waktu yang lama. Biasanya aklimatisasi terhadap panas tercapai sesudah dua minggu

bekerja di tempat itu. Sedangkan meningkatnya pembentukan keringat tergantung

pada kenaikan suhu.

6. Suhu Udara

Suhu nikmat sekitar 24°C-26°C, bagi orang-orang Indonesia suhu panas

berakibat menurunnya prestasi kerja dan cara berpikir. Penurunan sangat hebat

sesudah 32°C.

7. Masa Kerja

Secara umum lamanya seseorang menjalani suatu pekerjaan akan

mempengaruhi sikap dan tindakan dalam bekerja. Semakin lama seseorang menekuni

(11)

8. Lama kerja

Waktu kerja bagi seseorang menentukan efisiensi dan produktivitas. Segi

terpenting dari persoalan waktu kerja meliputi:

1) Lamanya seseorang mampu bekerja dengan baik.

2) Hubungan antara waktu bekerja dan istirahat.

3) Waktu bekerja sehari menurut periode yang meliputi siang (pagi, siang, sore) dan

malam.

NCDOL (2001) juga menyebutkan bahwa setelah kita mengetahui hal pokok

yang digunakan tubuh untuk menyalurkan panas dari temperatur inti tubuh, kita juga

harus memperhitungkan beberapa faktor fisiologis yang dapat membatasi terjadinya

hal di atas. Faktor-faktor ini menyangkut ukuran kerja, umur, ukuran dan bentuk

tubuh, tingkat aklimatisasi, kondisi jantung, kondisi kulit dan ada tidaknya cairan dan

garam sebagai pengganti keringat yang hilang, sebagai berikut :

1. Ukuran kerja (work rate), merupakan faktor utama yang menunjukkan berapa

banyak panas yang dihasilkan pada temperatur inti tubuh. Semakin kita

menggunakan otot, maka semakin banyak panas yang terjadi. Pada saat kita

berhenti untuk istirahat, kekuatan produksi panas akan turun secara drastis.

Namun begitu menyingkirkan panas yang telah tercipta yang tersimpan

ditemperatur inti bergantung pada beberapa faktor dan memerlukan beberapa

waktu. Hal penting yang harus diingat bahwa jalan tercepat untuk menurunkan

(12)

waktu istirahat adalah strategi penting dalam mengontrolan potensi tekanan

panas.

2. Umur, secara umum pekerja yang berumur 40 tahun ke atas dalam ketidak

beruntungan dibanding pekerja yang lebih muda dalam bekerja rutin di

lingkungan panas. Kekuatan maksimum pemompaan jantung menurun dengan

pertambahan umur, yang akan membatasi kemampuan tubuh untuk menyalurkan

panas dari inti tubuh ke permukaan kulit. Efisiensi mekanisme pengeluaran

keringat yang biasanya penting dalam banyaknya panas yang berpindah dari kulit

selama kerja yang berat, juga berkurang dengan bertambahnya umur. Pekerja

yang lebih tua umumnya berkeringat lebih lama dan berkeringat dengan

kecepatan yang lambat dibanding pekerja muda. Konsekuensinya, pekerja tua

cenderung meningkatkan panas inti tubuh selama bekerja di tempat panas dan

membutuhkan waktu istirahat yang lebih panjang untuk pemulihan ke tingkat

yang normal.

3. Ukuran tubuh, produksi panas pada inti temperatur tubuh berhubungan dengan

berat badan dan massa tubuh. Penyebaran panas melalui kulit merupakan fungsi

yang terjadi dalam mengeliminasi panas. Pekerja yang gemuk mungkin memiliki

resiko terjadinya kelainan akibat panas dari pada pekerja dengan permukaan kulit

yang lebih banyak terhadap perbandingan berat badan. Meskipun seseorang yang

sangat sehat, pekerja dengan kondisi yang fit tetap dapat mengalami gejala heat

(13)

melanjutkan bekerja berhari-hari dalam kondisi heat stress, gejala heat strain

yang terjadi akan berkurang sebagai akibat terjadinya proses aklimatisasi panas.

Wirakusumah (2001) menerangkan penggunaan Indeks Massa Tubuh (IMT) yang

merupakan penentuan berat badan sehat yang sekarang banyak juga dipakai dan

berlaku untuk orang dewasa, dengan perhitungan sebagai berikut :

��� = Berat Badan (kg) Tinggi Badan (�2)

IMT ideal perempuan = 19 – 24 ; IMT ideal laki-laki = 20 – 25.

Cairan dan garam, oleh sebab pengeluaran keringat merupakan proses

pelepasan panas tubuh dalam paparan panas, diperlukan penggantian cairan yang

konstan atas keluarnya keringat. Apabila pengeluaran cairan dan garam atas proses

keringat tidak terganti, dehidrasi yang berat dapat terjadi (NCDOL, 2001). Dehidrasi

merupakan keadaan yang terjadi pada tubuh apabila masukan cairan tidak cukup

untuk mengganti cairan yang keluar melalui urin, pernafasan dan proses keluarnya

keringat (ACCI, 1998). Rasa haus saja tidak dapat menjadi patokan atas jumlah

kehilangan cairan akibat bekerja secara terus menerus pada lingkungan panas, hal ini

merupakan indikator buruk untuk mengetahui tingkat dehidrasi yang terjadi.

Penyaluran air dingin yang banyak harus tersedia bagi pekerja yang berada di

lingkungan kerja panas. Mereka harus diingatkan untuk minum secara teratur dari

pada menunggu hingga adanya rasa haus. Minum segelas air setiap 15 menit hingga

20 menit bekerja adalah cara yang baik untuk mempertahankan keseimbangan cairan

(14)

bervariasi bergantung kepada temperatur (heat stress), pakaian yang digunakan,

tingkat aklimatisasi, dan tingkat aktifitas fisik yang dilakukan. Kebutuhan cairan

sehari-hari bagi seorang yang beraktivitas pasif hingga yang sangat aktif berkisar 2-4

liter per hari pada lingkungan yang normal dan 4-10 liter per hari pada lingkungan

yang panas (Sawka, 1997).

2.1.8. Aklimatisasi Panas

Mengutip penjelasan dari ACGIH (2001) aklimatisasi panas memudahkan

pekerja untuk menahan tekanan panas (heat stress) dengan mengurangi heat strain.

Aklimatisasi terhadap panas menyangkut serangkaian kompensasi yang terjadi pada

individu yang membantu penyelamatan diri atas perubahan lingkungan. Bekerja

bahkan pada batasan sedang dalam tekanan panas akan menyebabkan perubahan

fisiologis secara substansial menyempurnakan kenyamanan dan keselamatan bagi

mereka yang dalam kondisi sehat. Efek aklimatisasi selalu nyata dan dimulai pada

saat awal 30 menit aktifitas fisik yang dilakukan setiap hari dalam waktu paling

sedikit 1 minggu atau lebih cepat dari itu. Banyak perubahan fisiologis mengikuti

aklimatisasi berhubungan dengan keadaan kardiovaskular dan fenomena sistem

vaskular perifer. Juga ditemui peningkatan penyimpanan kardiovaskular yang artinya

orang yang mengalami aklimatisasi bekerja di atas kemampuannya terhadap heat

stress yang terjadi. Keduanya peningkatan potensial kardiovaskular dan peningkatan

volume sirkulasi darah menimbulkan penurunan tekanan arterial sistemik dan insiden

(15)

dilihat, dibanding peningkatan kenyamanan terhadap paparan panas. Kemahiran akan

aklimatisasi terhadap panas bersifat sebagai kesatuan rangkaian. Tidak semua

perubahan fungsi tubuh terjadi dalam tingkat yang sama dalam kesatuan rangkaian

dan belum ada parameter fisiologis yang mendominasi proses kesatuan rangkaian

tersebut.

Tiga fase aklimatisasi panas yang berlangsung secara simultan, yaitu :

1. Fase awal (initial), yang terjadi secara berurutan pada beberapa hari pertama

terpapar panas, mencapai 33 % dalam tingkat optimum pada hari ke 4.

2. Fase pertengahan (intermediate), ditandai dengan stabilitas sistem kardiovaskular

dan penurunan temperatur tubuh permukaan maupun inti tubuh, mencapai 44 %

dalam tingkat optimum pada hari ke 8.

3. Fase akhir, terjadi penurunan jumlah keringat dan osmolaritas urin dan

kompensasi lain untuk memelihara kelestarian cairan tubuh dan mengganti

elektrolit yang hilang, mencapai 65 % dalam tingkat optimum pada hari ke 10, 93

% pada hari ke 18 dan 99 % pada hari ke 21.

2.1.9. Pengukuran Iklim Kerja

Pengukuran iklim kerja dapat dilakukan melalui 3 alat, yaitu: Heat stress

Monitor, Anemometer dan Higrometer.

1. Heat stress Monitor adalah suatu alat untuk mengukur tekanan panas dengan

parameter Indeks Suhu Bola Basah (ISBB).

2. Anemometer adalah suatu alat untuk mengukur tingkat kecepatan angin.

(16)

Sesuai Permenakertrans No. PER 13/MEN/X/2011 tentang NAB faktor fisika

di tempat kerja menggunakan parameter ISBB (Indeks Suhu Basah dan Bola) dengan

terminasi Inggris WBGT (Wet Bulb Globe Temperature Index) atas ketentuan sebagai

berikut :

1. Iklim kerja : hasil perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan gerakan udara

dan panas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja

sebagai akibat pekerjaannya.

2. Nilai Ambang Batas (NAB) : standar faktor tempat kerja yang dapat diterima

tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan, dalam

pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam

seminggu.

3. Indeks Suhu Bola Basah (ISBB) : parameter untuk menilai tingkat iklim kerja

yang merupakan hasil perhitungan antara suhu udara kering, suhu basah alami

dan suhu bola.

4. Suhu udara kering (dry bulb temperature) : suhu yang ditunjukkan oleh

termometer suhu kering.

5. Suhu Basah Alami (natural wet bulb temperature) : suhu yang ditunjukkan oleh

termometer bola basah alami. Merupakan suhu penguapan air yang pada suhu

yang sama menyebabkan terjadinya keseimbangan uap air di udara, suhu ini

(17)

6. Suhu Bola (globe temperature) : suhu yang ditunjukkan oleh termometer bola.

Suhu ini sebagai indikator tingkat radiasi. ISBB untuk pekerjaan diluar ruangan

dengan panas radiasi adalah :

ISBB untuk pekerjaan diluar ruangan dengan panas radiasi adalah :

ISBB untuk pekerjaan didalam ruangan tanpa panas radiasi adalah :

Berdasarkan Permenkertrans No. PER 13/MEN/X/2011, nilai ambang batas

iklim kerja Indeks Suhu Bola Basah (ISBB) yang diperkenankan, adalah:

Tabel 2.1. Nilai Ambang Batas Iklim Kerja Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) yang Diperkenankan

Pengaturan Waktu Kerja Setiap Jam

ISBB (°C) Beban Kerja

Ringan Sedang Berat

75% - 100% 31,0 28,0 -

50% - 75% 31,0 29,0 27,5

25% - 50% 32,0 30,0 29,0

0% - 25% 32,2 31,1 30,5

(Sumber: Permenkertrans No. PER 13/MEN/X/2011)

Indeks Suhu Bola Basah untuk di luar ruangan dengan panas radiasi:

ISBB = 0,7 Suhu Basah Alami + 0,2 Suhu Bola + 0,1 Suhu Kering

Indeks Suhu Bola Basah untuk di dalam atau di luar ruangan tanpa panas radiasi:

ISBB = 0,7 Suhu Basah Alami + 0,3 Suhu Bola

ISBB = 0,7 Suhu Basah Alami + 0,2 Suhu Bola + 0,1 Suhu Kering

(18)

Catatan:

a) Beban kerja ringan membutuhkan kalori sampai dengan 200 kk/jam.

b) Beban kerja sedang membutuhkan kalori lebih dari 200 kk/jam sampai dengan

kurang dari 350 kk/jam.

c) Beban kerja sedang membutuhkan kalori lebih dari 350 kk/jam sampai dengan

kurang dari 500 kk/jam.

2.2. Tekanan Darah

2.2.1. Definisi Tekanan Darah

Tekanan darah adalah daya dorong ke semua arah pada seluruh permukaan

yang tertutup pada dinding bagian dalam jantung dan pembuluh darah (Hulla, 1986).

Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh darah dari sistem sirkulasi atau

sistem vaskuler terhadap dinding pembuluh darah (James J, 2008).

Tekanan darah merujuk kepada tekanan yang dialami darah pada pembuluh

arteri darah ketika darah di pompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh manusia.

Tekanan darah dibuat dengan mengambil dua ukuran dan biasanya diukur seperti

berikut -120 /80 mmHg. Nomor atas (120) menunjukkan tekanan ke atas pembuluh

arteri akibat denyutan jantung, dan disebut tekanan sistole. Nomor bawah (80)

menunjukkan tekanan saat jantung beristirahat di antara pemompaan, dan disebut

tekanan diastole. Saat yang paling baik untuk mengukur tekanan darah adalah saat

(19)

Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami. Bayi dan

anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah daripada

dewasa. Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi

pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan darah

dalam satu hari juga berbeda, paling tinggi di waktu pagi hari dan paling rendah pada

saat tidur malam hari. Bila tekanan darah diketahui lebih tinggi dari biasanya secara

berkelanjutan, orang itu dikatakan mengalami masalah darah tinggi. Penderita darah

tinggi mesti sekurang-kurangnya mempunyai tiga bacaan tekanan darah yang

melebihi 140/90 mmHg saat istirahat.

2.2.2. Standar Tekanan Darah Normal

Tabel 2.2 Standar Tekanan Darah Normal

No Usia Diastole Sistole

1 Pada masa bayi 50 70-90

2 Pada masa anak 60 80-100

3 Masa remaja 60 90-110

4 Dewasa muda 60-70 110-125

5 Umur lebih tua 80-90 130-135

(Sumber: Evelyn, 1999)

2.2.3. Faktor yang Memengaruhi Tekanan Darah

Menurut Vita (2006) tekanan darah normal itu sangat bervariasi tergantung

pada:

1. Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik dan kegiatan sehari-hari sangat mempengaruhi tekanan darah

(20)

2. Emosi

Perasaan takut, cemas, cenderung membuat tekanan darah meningkat.

3. Stres

Keadaan pikiran juga berpengaruh terhadap tekanan darah sewaktu

mengalami pengukuran.

4. Umur

Tekanan darah akan cenderung tinggi bersama dengan peningkatan usia.

Umumnya sistolik akan meningkat sejalan dengan peningkatan usia, sedangkan

diastolik akan meningkat sampai usia 55 tahun, untuk kemudian menurun lagi.

Semakin tua umur seseorang tekanan sistoliknya semakin tinggi. Biasanya

dihubungkan dengan timbulnya arteriosclerosis (Guyton dan Hall, 1997).

5. Jenis Kelamin

Tekanan darah pada perempuan sebelum menopause adalah 5-10 mmHg lebih

rendah dari pria seumurnya, Tetapi setelah menopause tekanan darahnya lebih

meningkat (Pearce, 1997).

6. Status Gizi (Obesitas)

Bila mempunyai ukuran tubuh termasuk obesitas memungkinkan terjadinya

peningkatan tekanan darah. Indeks Massa Tubuh yang kurang dari 18,5 termasuk

dalam kategori kurus, untuk IMT antara 18,5 -22,9 termasuk dalam kategori normal,

untuk IMT 23,0 -27,4 termasuk dalam kategori over weight dan untuk IMT lebih dari

(21)

7. Minum Alkohol

Minuman alkohol secara berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah dan

menyebabkan resistensi terhadap obat anti hipertensi (Imam Parsudi, 1992). Beberapa

studi menunjukkan hubungan langsung antara tekanan darah dan asupan alkohol serta

diantaranya melaporkan bahwa efek terhadap tekanan darah baru nampak bila

mengkonsumsi alkohol sekitar 2 –3 gelas ukuran standar setiap harinya (Depkes RI).

8. Merokok

Merokok merupakan salah satu kebiasaan hidup yang dapat mempengaruhi

tekanan darah. Pada keadaan merokok pembuluh darah dibeberapa bagian tubuh akan

mengalami penyempitan, dalam keadaan ini dibutuhkan tekanan yang lebih tinggi

supaya darah dapat mengalir ke alat-alat tubuh dengan jumlah yang tetap. Untuk itu

jantung harus memompa darah lebih kuat, sehingga tekanan pada pembuluh darah

meningkat (Wardoyo, 1996).

Rokok yang dihisap dapat mengakibatkan peningkatan tekanan darah. Namun

rokok akan mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan pembuluh di

ginjal sehingga terjadi peningkatan tekanan darah. Merokok sebatang setiap hari akan

meningkatkan tekanan sistolik 10–25 mmHg dan menambah detak jantung 5–20 kali

per menit (Mangku, 1997).

9. Kebiasaan Buang Air Kecil

Iklim kerja panas menyebabkan pori-pori kelenjar keringat dilatasi, metabolit

(22)

dan jarang berkemih. Jika volume darah berkurang, maka akan distabilkan oleh ginjal

dengan cara tidak dibentuknya urin dan begitu sebaliknya.

Selain faktor-faktor diatas, terdapat faktor lingkungan yang dapat

mempengaruhi tekanan darah seseorang, antara lain:

1. Kebisingan

Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki, maka dari itu kebisingan

sering mengganggu walaupun terhadap variasi dalam besarnya gangguan atas jenis

dan kekerasan suatu kebisingan. Pada umumnya kebisingan bernada tinggi sangat

mengganggu, lebih-lebih yang terputus-putus atau yang datangnya secara tiba-tiba

dan tidak terduga (Suma’mur, 1996). Kebisingan mengganggu perhatian, sehingga

konsentrasi dan kesigapan mental menurun. Efek pada persyarafan otonom terlihat

sebagai kenaikan tekanan darah, percepatan denyut jantung, pengerutan pembuluh

darah kulit, bertambah cepatnya metabolisme, menurunnya aktivitas alat pencernaan.

Kebisingan menyebabkan kelelahan, kegugupan, rasa ingin marah, hipertensi dan

menambah stres (Eva, 2006).

2. Tekanan Panas (Heat stress)

Pada lingkungan kerja panas, tubuh mengatur suhunya dengan penguapan

keringat yang dipercepat dengan pelebaran pembuluh darah yang disertai

meningkatnya denyut nadi dan tekanan darah, sehingga beban kardiovaskuler

(23)

2.3. Pengaruh Iklim Kerja (Panas) terhadap Tekanan Darah

Tenaga kerja yang terpapar panas di lingkungan kerja akan mengalami heat

strain. Heat strain atau regangan panas merupakan efek yang diterima tubuh atas

beban iklim kerja tersebut (Santoso, 2004). Indikator heat strain adalah peningkatan

denyut nadi, tekanan darah, suhu tubuh, pengeluaran keringat dan penurunan berat

badan (Wignjosoebroto,2000).

Menurut Crandall (2005) paparan tekanan panas terhadap individu sehat

menyebabkan berbagai reaksi fisiologis yang penting untuk termoregulasi. Salah

satunya adalah peningkatan aliran darah melalui kulit.

Menurut Grandjean (1988) jika suhu lingkungan meningkat, maka efek

fisiologis yang terjadi adalah:

a. Peningkatan kelelahan.

b. Peningkatan denyut jantung.

c. Peningkatan tekanan darah.

d. Mengurangi aktivitas organ pencernaan.

e. Sedikit peningkatan suhu inti dan peningkatan tajam suhu sel (suhu kulit akan

naik dari 32oC ke 36-37o

f. Peningkatan aliran darah melalui kulit. C).

g. Meningkatkan produksi keringat, yang menjadi berlebihan jika suhu kulit

mencapai 34o

Pengaruh panas terhadap biologis merupakan sumasi dari efek panas terhadap

(24)

peradangan serta adanya dilatasi (pelebaran) pembuluh darah yang mengakibatkan

peningkatan sirkulasi (peredaran) darah serta peningkatan tekanan kapiler. Jumlah O2

dan CO2 di dalam darah akan meningkat sedangkan pH darah akan mengalami

penurunan (Gabriel, 1988).

Respon-respon fisiologis akan nampak jelas terhadap pekerja dengan iklim

kerja panas tersebut, seperti peningkatan tekanan darah dan denyut nadi seperti hasil

penelitian yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan peningkatan tekanan darah

yang signifikan pada tenaga kerja sebelum dan sesudah terpapar panas, yang jelas

sekali akan memperburuk kondisi pekerja.

Pengaruh tekanan panas dapat dibagi tiga yaitu:

1. Fisik

Panas menyebabkan zat cair, padat dan gas mengalami pemuaian segala arah.

2. Kimia

Kecepatan reaksi kimia akan meningkat dengan peningkatan temperatur. Hal

ini terlihat pada reaksi oksidasi akan meningkat dengan peningkatan suhu. Ini sesuai

dengan hukum Van Hoff yang menyatakan bahwa permeabilitas membran sel akan

meningkat sesuai dengan peningkatan suhu. Pada jaringan akan terjadi peningkatan

metabolisme seiring dengan peningkatan pertukaran antara zat kimia tubuh dengan

cairan tubuh.

3. Biologis

(25)

reaksiperadangan serta adanya dilatasi (pelebaran) pembuluh darah yang

mengakibatkan peningkatan sirkulasi (peredaran) darah serta peningkatan tekanan

kapiler. Tekanan O2 dan CO2 di dalam darah akan meningkat sedangkan pH darah

akan mengalami penurunan (Gabriel, 1988).

2.4. Landasan Teori

Tubuh manusia sebagai mahluk berdarah panas dapat secara konstan

mempertahankan temperatur internalnya, walaupun tubuh dalam keadaan terpapar

oleh temperatur lingkungan yang bervariasi. Untuk mempertahankan temperatur

tubuh internal dalam batasan yang aman, tubuh harus mengeluarkan panas,

khususnya melalui perubahan kecepatan dan jumlah sirkulasi darah di bawah kulit

dan mengeluarkan cairan melalui kulit oleh kelenjar keringat. Respon otomatis ini

biasanya terjadi pada temperatur darah mencapai 98,60F (370C) dan dalam

keseimbangan yang dikontrol oleh otak. Pada proses penurunan temperatur tubuh

internal, jantung akan mulai memompakan lebih banyak darah, pembuluh darah

mengembang untuk mengimbangi peningkatan kecepatan darah, dan kapiler darah

yang berada di bawah permukaan kulit akan berisi darah. Sirkulasi darah terjadi

disepanjang permukaan kulit dan panas akan disalurkan keluar tubuh. Apabila panas

yang dikeluarkan dari meningkatnya sirkulasi darah melalui kulit tidak mencukupi,

otak akan merasakan keadaan panas dan mengirim perintah kepada kelenjar keringat

dikulit untuk mengeluarkan keringat yang banyak. Penguapan keringat akan

(26)

(NCDOL, 2001). OSHA (Occupational Safety and Health Administration)

mendefinisikan heat stress sebagai keadaan agregasi (pengumpulan) atas keadaan

lingkungan dan faktor fisik yang menggambarkan kekuatan penerimaan tubuh akan

panas yang diterima tubuh. Faktor lingkungan dari heat stress adalah temperatur

udara dan pergerakannya, tekanan uap air (humiditas) dan radiasi (pancaran) panas.

Kerja fisik berkontribusi terhadap heat stress total dalam bekerja dengan menurunkan

panas metabolis tubuh dalam proporsi untuk bekerja lebih banyak. Jumlah

karakteristik panas dan jenis pakaian yang dipakai juga mempengaruhi terjadinya

heat stress dengan mengubah kecepatan pergantian panas dari kulit ke lingkungan.

Dalam keadaan temperatur lingkungan mendekati temperatur normal kulit,

pendinginan tubuh akan menjadi sulit. Apabila temperatur udara menjadi sehangat

atau lebih hangat dari temperatur kulit, darah yang berjalan ke permukaan tubuh tidak

mampu mengeluarkan panas dari dalam tubuh. Pada kondisi ini, jantung akan terus

memompa darah ke permukaan tubuh, kelenjar keringat mengeluarkan cairan yang

mengandung elektrolit ke permukaan kulit dan penguapan melalui keringat menjadi

hal terpenting yang paling efektif untuk mempertahankan temperatur tubuh yang

konstan. Keringat tidak akan mendinginkan tubuh kecuali jika cairan keluar dari kulit

melalui penguapan. Dalam kondisi kelembaban udara yang tinggi, penguapan

kelenjar keringat dari kulit akan menurun dan usaha tubuh untuk mempertahankan

temperatur tubuh dapat secara nyata terhalang. Kondisi ini sebaliknya mempengaruhi

(27)

berkurang ke otot yang aktif, otak dan organ internal lainnya: terjadi penurunan dan

rasa lelah yang begitu cepat (NIOSH,1986).

2.5. Kerangka Konsep

Berdasarkan teori-teori yang telah di bahas dalam tinjauan kepustakaan,

maka kerangka teoritis dapat digambarkan sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan kerangka diatas, maka dapat dijelaskan bahwa definisi konsep

dalam penelitian ini adalah variabel bebas (variabel independen) yaitu faktor-faktor

yang mempengaruhi panas tubuh yang meliputi : umur, masa kerja, status gizi,

kebiasaan minum air putih, kebiasaan buang air kecil dan iklim kerja (ISBB).

Variabel terikat (variabel dependen) adalah tekanan darah.

2.6. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah : Ada Pengaruh Iklim Kerja yang

Memengaruhi Panas Tubuh Pekerja terhadap Tekanan Darah Pekerja di Bagian

Produksi PT. INALUM Tahun 2014.

Tekanan Darah

1. Umur 2. Masa Kerja 3. Status Gizi

4. Kebiasaan Minum Air Putih

Gambar

Tabel 2.1. Nilai Ambang Batas Iklim Kerja Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) yang Diperkenankan
Tabel 2.2 Standar Tekanan Darah Normal
Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Dalam metode pembelajaran dengan menggunakan metode NHT siswa yang memiliki kemampuan memori sedang lebih aktif didalam proses pembelajaran dengan memecahkan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemandirian anak kelompok A TKIT Al Hikam Banyudono dengan TK Aisyiyah Bendan Boyolali. Dengan demikian dapat

[r]

[r]

[r]

[r]

The holder of the Customer Fund Account is fully responsible for any consequences arising from the management of the Customer Fund Account by Securities Company or Custodian Bank

9* Peraturan Menteri Dalam Negerl Nomor 8 tahun 1983 tentang bentuk peraturan.. Daerah