• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pemberian Konseling Menyusui Terhadap Perilaku Ibu Hamil Trimester Iii Dalam Inisiasi Menyusu Dini (Imd) Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pemberian Konseling Menyusui Terhadap Perilaku Ibu Hamil Trimester Iii Dalam Inisiasi Menyusu Dini (Imd) Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2015"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Manajemen Laktasi

Manajemen laktasi merupakan segala daya upaya yang dilakukan untuk

membantu ibu mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya. Usaha ini dilakukan

terhadap ibu dalam 3 tahap, yaitu pada masa kehamilan (antenatal), sewaktu ibu

dalam persalinan sampai keluar rumah sakit (perinatal), dan pada masa menyusui

selanjutnya sampai anak berumur 2 tahun (Perinasia, 2007). Manajemen laktasi

adalah suatu upaya yang dilakukan oleh ibu, ayah dan keluarga untuk menunjang

keberhasilan menyusui (Prasetyono, 2009). Ruang lingkup manajemen laktasi dimulai

pada masa kehamilan, setelah persalinan dan masa menyusui bayi.

2.1.1. Periode Manajemen Laktasi 1. Masa kehamilan (Antenatal)

Hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen laktasi sebelum kelahiran adalah:

a. Ibu mencari informasi tentang keunggulan ASI, manfaat menyusui bagi ibu dan

bayi, serta dampak negatif pemberian susu formula.

b. Ibu memeriksakan kesehatan tubuh pada saat kehamilan kondisi puting

payudara, dan memantau kenaikan berat badan saat hamil.

c. Ibu melakukan perawatan payudara sejak kehamilan berumur 6 bulan hingga

ibu siap untuk menyusui, ini bermaksud agar ibu mampu memproduksi dan

memberikan ASI yang mencukupi untuk kebutuhan bayi.

(2)

d. Ibu senantiasa mencari informasi tentang gizi dan makanan tambahan sejak

kehamilan trimester ke-2. makanan tambahan saat hamil sebanyak 1 1/3 kali

dari makanan yang dikonsumsi sebelum hamil (Prasetyono, 2009).

2. Masa Persalinan (Perinatal)

Hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen laktasi saat kelahiran adalah :

a. Masa persalinan merupakan masa yang paling penting dalam kehidupan bayi

selanjutnya, bayi harus menyusui dengan baik dan benar baik posisi maupun

cara melekatkan bayi pada payudara ibu.

b. Membantu ibu kontak langsung dengan bayi selama 24 jam agar menyusui

dapat dilakukan tanpa jadwal.

c. Ibu nifas diberikan kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 IU) dalam waktu 2

minggu setelah melahirkan (Prasetyono, 2009).

3. Masa Menyusui (Postnatal)

Hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen laktasi setelah kelahiran adalah:

a. Setelah bayi mendapatkan ASI pada minggu pertama kelahiran, ibu harus

menyusui bayi secara eksklusif selama 6 bulan pertama setelah bayi lahir dan

saat itu bayi hanya di beri ASI tanpa makanan tambahan.

b. Ibu mencari informasi tentang makanan bergizi ketika masa menyusui agar

bayi tumbuh sehat.

c. Ibu harus cukup istirahat untuk menjaga kesehatannya dan menenangkan

pikiran serta menghindarkan diri dari kelelahan yang berlebihan agar produksi

(3)

d. Ibu selalu mengikuti petunjuk petugas kesehatan (merujuk posyandu atau

puskesmas), bila ada masalah dalam proses menyusui.

2.2. Inisiasi Menyusu Dini

Pemerintah Indonesia mendukung kebijakan WHO dan UNICEF yang

merekomendasikan inisiasi menyusu dini sebagai tindakan penyelamatan kehidupan,

karena inisiasi menyusu dini dapat menyelamatkan 22% dari bayi yang meninggal

sebelum usia 1 bulan. Menyusu pada 1 jam pertama kehidupan yang diawali dengan

kontak kulit antara ibu dan bayi dinyatakan secara global. Ini merupakan hal baru di

Indonesia, dan merupakan program pemerintah, sehingga diharapkan semua tenaga

kesehatan di semua tingkatan pelayanan kesehatan, baik swasta maupun masyarakat

dapat mensosialisasikan dan melaksanakan program tersebut, sehingga diharapkan

akan tercapai sumber daya Indonesia yang berkualitas (Depkes RI, 2008).

Inisiasi menyusu dini adalah proses membiarkan bayi dengan nalurinya

sendiri dapat menyusu segera dalam satu jam pertama setelah lahir, bersamaan

dengan kontak kulit antara bayi dengan kulit ibunya, bayi dibiarkan setidaknya

selama satu jam di dada ibu, sampai dia menyusu sendiri (Unicef, 2007; Depkes RI,

2008).

Inisiasi menyusu dini atau early initiation atau permulaan menyusu dini

merupakan proses bayi memulai menyusu sendiri pada payudara ibu segera setelah

bayi dilahirkan (Roesli, 2008). Berdasarkan pembaharuan tentang asuhan bayi baru

(4)

1. Bayi harus melakukan kontak kulit dengan kulit ibunya selama paling tidak satu

jam segera setelah dilahirkan.

2. Membiarkan bayi melakukan insiasi menyusu dan ibu sudah mulai dapat

mengenali bayinya siap untuk menyusu.

3. Menunda semua prosedur lainnya yang dilakukan saat bayi baru dilahirkan hingga

proses inisiasi menyusu dini selesai dilakukan, prosedurnya meliputi :

memandikan, menimbang, penyuntikan vitamin K, dan pemberian obat tetes mata.

4. Segera setelah bayi dilahirkan, tali pusat dipotong, tengkurapkan bayi di dada ibu

dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu. Biarkan kontak kulit selama satu jam

atau bisa lebih sampai bayi dapat menyusu sendiri. Jika ruang bersalin dingin, bayi

segera diselimuti. Ayah dan keluarga dapat memberi dukungan pada ibu selama

proses menyusu berlangsung (Kresnawan, dkk, 2007).

2.2.1. Manfaat IMD

Menurut Roesli (2008) ada beberapa manfaat yang bisa didapat dengan

melakukan IMD adalah :

1. Menurunkan resiko kedinginan ( hypothermia).

Bayi yang di letakkan segera di dada ibunya setelah melahirkan akan mendapatkan

kehangatan sehingga dapat menurunkan resiko hypothermia sehingga angka

kematian karena hypothermia dapat ditekan.

2. Membuat pernapasan dan detak jantung bayi lebih stabil.

Ketika berada di dada ibunya bayi merasa dilindungi dan kuat secara psikis

(5)

jantungnya akan lebih stabil. Bayi akan lebih jarang menangis sehingga

mengurangi pemakaian energi.

3. Bayi akan memiliki kemampuan melawan bakteri.

Saat merangkak mencari payudara, bayi memindahkan bakteri dari kulit ibunya

dan ia akan menjilat-jilat kulit Ibu, menelan bakteri baik di kulit ibu. Bakteri baik

ini akan berkembang biak membentuk koloni di kulit dan usus bayi, menyaingi

bakteri jahat dari lingkungan.

4. Bayi mendapat kolostrum dengan konsentrasi protein dan immunoglobulin paling

tinggi. IMD akan merangsang pengeluaran oksitosin sehingga pengeluaran ASI

dapat terjadi pada hari pertama kelahiran. ASI yang keluar pada hari pertama

kelahiran mengandung kolostrum yang memiliki protein dan immunoglobulin

dengan konsentrasi paling tinggi. Kolostrum sangat bermanfaat bagi bayi karena

kaya akan antibodi dan zat penting untuk pertumbuhan usus dan ketahanan

terhadap infeksi yang sangat dibutuhkan bayi demi kelangsungan hidupnya.

5. Mendukung keberhasilan ASI eksklusif.

Bayi yang diberikan kesempatan menyusu dini akan mempunyai kesempatan lebih

berhasil menyusui eksklusif dan mempertahankan menyusui dari pada yang

menunda menyusu dini.

6. Membantu pengeluaran plasenta dan mencegah pendarahan.

Sentuhan, kuluman dan jilatan bayi pada puting susu ibu akan merangsang sekresi

hormon oksitosin yang penting untuk menyebabkan rahim berkontraksi,

(6)

anemia, merangsang hormon lain yang membuat ibu menjadi tenang, rileks dan

mencintai bayinya serta merangsang pengaliran ASI dari payudara.

7. Membantu bayi agar memiliki keahlian makan di waktu selanjutnya

Ibu dan ayah akan sangat bahagia bertemu dengan bayinya pertama kali di dada

ibunya menciptakan ikatan kasih sayang antara ibu-bayi akan lebih baik karena

pada 1-2 jam pertama, bayi dalam keadaan siaga. Setelah itu, biasanya bayi tidur

dalam waktu yang lama.

2.2.2. Langkah Inisiasi Menyusu Dini dalam Asuhan Bayi Baru Lahir Langkah IMD pada persalinan normal adalah sebagai berikut:

1. Langkah 1: Lahirkan, keringkan dan lakukan penilaian pada bayi

Saat bayi lahir, catat waktu kelahiran. Kemudian letakkan bayi di atas perut ibu.

Nilai usaha nafas dan pergerakan bayi apakah diperlukan resusitasi atau tidak (2

detik). Setelah itu keringkan bayi. Setelah kering, selimuti bayi dengan kain kering

untuk menunggu 2 menit sebelum tali pusat di klem. Keringkan tubuh bayi mulai

dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya dengan halus tanpa membersihkan

verniks. Verniks akan membantu menghangatkan tubuh bayi. Hindari

mengeringkan tangan bayi. Bau cairan amnion pada tangan bayi juga membantu

mencari puting ibunya yang berbau sama. Lendir cukup dibersihkan dengan kain

bersih. Hindari isap lendir di dalam mulut atau hidung bayi karena penghisap

dapat merusak selaput lendir hidung bayi dan meningkatkan resiko infeksi

pernapasan. Lakukan rangsangan taktil dengan menepuk atau menyentil telapak

(7)

Rangsangan ini dapat memulai pernapasan bayi serta membantu bayi dapat

bernapas lebih baik. Setelah satu menit bayi dikeringkan dan dilakukan penilaian,

periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil

tunggal), kemudian berikan suntikan 10 UI oksitosin pada ibu. Biarkan bayi di atas

handuk atau kain bersih di perut ibu.

2. Langkah 2: Lakukan kontak kulit dengan kulit selama paling sedikit satu jam

Setelah 2 menit pasca persalinan, lakukan penjepitan tali pusat dengan klem pada

sekitar 3 cm dari dinding perut bayi. Dari titik jepitan, tekan tali pusat dengan 2

jari, kemudian dorong isi tali pusat ke arah ibu. Lakukan penjepitan kedua dengan

jarak 2 cm dari jepitan pertama pada sisi ibu. Pemotongan tali pusat ditunda

sampai tali pusat berhenti berdenyut agar nutrien dan oksigen yang mengalir dari

plasenta ibu ke bayi lebih optimal. Kemudian pegang tali pusat di antara dua klem

tersebut. Satu tangan menjadi landasan tali pusat sambil melindungi bayi, dan

tangan yang lain memotong tali pusat di antara kedua klem tersebut. Ikat puntung

tali pusat dengan jarak kira-kira 1 cm dari dinding perut bayi dengan tali yang

steril. Lingkarkan tali di sekeliling puntung tali pusat dan ikat untuk kedua kalinya

dengan simpul mati di bagian yang berlawanan. Letakkan bayi tengkurap di dada

ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada ibu. Kepala bayi harus

berada di antara payudara ibu, tapi lebih rendah dari puting. Kemudian selimuti ibu

dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi. Biarkan bayi tetap

melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit satu jam. Mintalah ibu

(8)

Ibu untuk mempermudah kontak visual antara ibu dan bayi. Sebagian besar bayi

akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini dalam waktu 30-60 menit. Hindari

membasuh atau menyeka payudara ibu sebelum bayi menyusui. Selama kontak

kulit ke kulit tersebut, lanjutkan dengan langkah manajemen aktif kala 3

persalinan.

3. Langkah 3: Biarkan bayi mencari dan menemukan puting ibu dan mulai menyusu.

Anjurkan ibu dan orang lainnya untuk tidak menginterupsi misalnya memindahkan

bayi dari satu payudara ke payudara lainnya. Menyusu pertama biasanya

berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara.

Menunda semua asuhan bayi baru lahir normal lainnya hingga bayi selesai

menyusu. Tunda pula memandikan bayi 6-24 jam setelah bayi lahir untuk

mencegah terjadi hipotermia. Usahakan untuk tetap menempatkan ibu dan bayi di

ruang bersalin hingga bayi selesai menyusui. Segera setelah bayi baru lahir selesai

menghisap, bayi akan berhenti menelan dan melepaskan puting. Bayi dan ibu akan

merasa mengantuk. Kemudian, bayi dibungkus dengan kain bersih lalu lakukan

penimbangan dan pengukuran bayi, memberikan suntikan vitamin K1, dan

mengoleskan salep antibiotik pada mata bayi. Jika bayi belum melakukan inisiasi

menyusu dini dalam waktu 1 jam, posisikan bayi lebih dekat dengan puting ibu

dan biarkan kontak kulit dengan kulit selama 30-60 menit. Jika bayi masih belum

melakukan inisiasi menyusu dini dalam waktu 2 jam, pindahkan ibu ke ruang

pemulihan dengan bayi tetap di dada ibu. Lanjutkan asuhan bayi baru lahir dan

(9)

bayi atau tetap diselimuti untuk menjaga kehangatannya. Tetap tutupi kepala bayi

dengan topi selama beberapa hari pertama. Bila suatu saat kaki bayi terasa dingin

saat di sentuh, buka pakaiannya kemudian telungkupkan kembali di dada ibu

sampai bayi hangat kembali. Satu jam kemudian, berikan bayi suntikan Hepatitis B

pertama. Lalu tempatkan ibu dan bayi diruangan yang sama. Letakkan kembali

bayi dekat dengan ibu sehingga mudah terjangkau dan bayi bisa menyusu sesering

keinginannya.

Langkah-Langkah Inisiasi Menyusu Dini (IMD), yaitu :

a. Anjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat melahirkan

b. Sebaiknya hindari penggunaan obat kimiawi karena obat kimiawi yang

diberikan saat ibu melahirkan dapat mencapai janin melalui ari-ari dan

menyebabkan bayi sulit menyusu pada payudara ibu.

c. Segera setelah bayi dilahirkan, menangis, dan mulai bernafas:

1) Bayi di letakkan di perut ibu yang sudah dialasi kain kering

2) Keringkan secepatnya dengan kain lembut seluruh tubuh kecuali kedua

tangannya. Jangan hilangkan lemak putih (vernix) di tubuh bayi karena

akan berfungsi sebagai pelindung bayi.

3) Setelah tali pusar dipotong dan diikat, tanpa dibedong, tengkurapkan bayi

dalam keadaan telanjang di dada atau perut ibu dengan melekat pada kulit

ibu. Selimuti keduanya. Bila perlu, tutupi kepala bayi untuk mengurangi

(10)

4) Biarkan bayi mencari sendiri puting susu ibu. Ibu dapat membantu bayi

dengan sentuhan lembut tapi jangan memaksakan bayi ke puting susu.

5) Tendangan lembut, tekanan kaki bayi ke perut ibu akan membantu

kontraksi rahim untuk mengeluarkan plasenta dan mengurangi perdarahan.

6) Remasan tangan bayi pada daerah puting, hentakan kepala ke dada ibu,

perilaku bayi menoleh ke kiri dan ke kanan yang menggesek payudara ibu

akan merangsang pengeluaran ASI lebih cepat dan mengerutkan rahim.

7) Ajak suami atau keluarga untuk meningkatkan rasa percaya diri ibu dan

bersama ibu mengenali tanda-tanda bayi siap menyusu (isap tangan, buka

mulut mencari puting, dan keluar air liur).

8) Dalam upaya mencari puting susu, bayi sering menjilati kulit ibu. Hal ini

sangat bermanfaat dalam membentuk kekebalan tubuh bayi.

9) Setelah bayi berada di dekat puting, bayi mengeluarkan air liur, menjilati

puting, dan membuka mulut lebar. Biarkan bayi mengulum puting ibu dan

menghisapnya. Hisapan bayi pada puting ibu ini membantu mengerutkan

rahim (hormon oksitosin) sehingga mengurangi perdarahan.

10) Biarkan bayi tetap tengkurap dengan tubuh bayi menempel pada dada ibu

sampai bayi selesai menyusui pertama dan melepas puting.

11) Dalam menyusu pertama bayi memperoleh kolostrum yang kaya akan

protein, serta zat kekebalan tubuh yang sangat berguna untuk melindungi

(11)

12) Proses di atas dimulai segera dan berlangsung minimal satu jam pertama

sejak bayi lahir.

13) Bila persalinan harus melalui proses Caesar, IMD dapat tetap dilakukan

walaupun kemungkinan berhasilnya sekitar 50% dari pada persalinan

normal.

Langkah IMD pada persalinan Ceasar :

1. Siapkan tenaga kesehatan yang suportif usahakan suhu ruangan sekitar 250C,

sediakan selimut untuk mengurangi hilangnya panas dari kepala bayi

2. Tatalaksananya sama seperti tatalaksana inisiasi menyusu dini secara umum.

3. Jika inisiasi dini belum terjadi di kamar operasi, bayi tetap di letakkan di dada

ibu, inisiasi dini dilanjutkan di kamar perawatan (Roesli, 2008).

2.2.3. Tahapan Perilaku Bayi dalam Melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini

Jika bayi baru lahir segera dikeringkan dan di letakkan di perut ibu dengan

kontak kulit ke kulit dan tidak dipisahkan dari ibunya setidaknya satu jam, semua

bayi akan melalui lima tahap perilaku (pre-feeding behaviour) sebelum ia berhasil

menyusui. Berikut ini lima tahapan perilaku bayi tersebut:

1. Dalam 30 menit pertama : stadium istirahat / diam dalam keadaan siaga (rest/quite

alert stage). Bayi diam tidak bergerak. Sesekali matanya terbuka lebar melihat

ibunya. Masa tenang yang istimewa ini merupakan penyesuaian peralihan dari

keadaan dalam kandungan. Hubungan kasih sayang (bonding) merupakan dasar

(12)

2. Antara 30-40 menit : mengeluarkan suara, gerakan mulut seperti ingin minum,

mencium, dan menjilat tangan. Bau dan rasa ini akan membimbing bayi untuk

menemukan payudara dan puting susu ibu.

3. Mengeluarkan air liur : saat menyadari bahwa ada makanan disekitarnya, bayi

mengeluarkan air liurnya.

4. Bayi mulai bergerak kearah payudara. Areola sebagai sasaran, dengan kaki

menekan perut ibu. Ia menjilat-jilat kulit ibu, menghentak-hentakkan kepala ke

dada ibu, menoleh ke kanan dan kiri, serta menyentuh dan meremas daerah puting

susu dan sekitarnya dengan tangannya yang mungil.

5. Menemukan, menjilat, mengulum puting, membuka mulut lebar, dan melekat

dengan baik (Roesli, 2008).

2.2.4. Inisiasi Menyusu Dini yang Dianjurkan

Menurut Roesli (2008) berikut ini adalah langkah-langkah melakukan inisiasi

menyusu dini yang dianjurkan :

1. Begitu lahir, bayi diletakkan di perut ibu yang sudah dialasi kain kering.

2. Keringkan seluruh tubuh bayi termasuk kepala secepatnya, kecuali kedua

tangannya.

3. Tali pusat dipotong lalu di ikat. Verniks (zat lemak putih) yang melekat ditubuh

bayi sebaiknya tidak dibersihkan karena zat ini membuat nyaman kulit bayi.

4. Tanpa di bedong, bayi langsung ditengkurapkan di dada atau perut ibu dengan

kontak kulit bayi dan kulit ibu. Ibu dan bayi diselimuti bersama-sama. Jika perlu

(13)

2.2.5 Inisiasi Menyusu Dini yang Kurang Tepat

Praktek inisiasi menyusu dini yang kurang tepat menurut Utami Roesli (2008)

adalah seperti berikut :

1. Begitu lahir bayi diletakkan di perut ibu yang sudah dialasi kain kering.

2. Bayi segera dikeringkan dengan kain kering, tali pusat dipotong lalu diikat.

3. Karena takut kedinginan, bayi dibungkus (dibedong) dengan selimut bayi.

4. Dalam keadaan dibedong, bayi diletakkan di dada ibu (tidak terjadi kontak dengan

kulit ibu). Bayi dibiarkan di dada ibu (bonding) untuk beberapa lama (10 – 15

menit) atau sampai tenaga kesehatan selesai menjahit perineum.

5. Selanjutnya diangkat, dan disusukan pada ibu dengan cara memasukkan puting

susu ibu ke mulut bayi.

6. Setelah itu, bayi dibawa ke kamar transisi atau kamar pemulihan (recovery room)

untuk ditimbang, diukur, dicap, diazankan oleh ayah, diberi suntikan vitamin K,

dan kadang diberi tetes mata.

2.2.6. Keuntungan Inisiasi Menyusu Dini

Keuntungan inisiasi menyusu dini bagi bayi adalah sebagai makanan dengan

kualitas dan kuantitas yang optimal agar kolostrum segera keluar yang disesuaikan

dengan kebutuhan bayi, memberikan kesehatan bayi dengan kekebalan pasif yang

segera kepada bayi. Kolostrum adalah imunisasi pertama bagi bayi, meningkatkan

kecerdasan, membantu bayi mengkoordinasikan hisap, telan dan nafas, meningkatkan

jalinan kasih sayang ibu dan bayi, mencegah kehilangan panas, merangsang

(14)

dan prolaktin, meningkatkan keberhasilan produksi ASI, meningkatkan jalinan kasih

sayang ibu dan bayi (Ambarwati, 2008).

Keuntungan IMD lainnya bagi ibu dan bayi adalah:

1. Keuntungan kontak kulit dengan kulit untuk bayi

Mengoptimalkan keadaan hormonal Ibu dan bayi. Kontak memastikan perilaku

optimum menyusu berdasarkan insting dan bisa diperkirakan : menstabilkan

pernapasan, mengendalikan temperatur tubuh bayi, memperbaiki / mempunyai

pola tidur yang lebih baik, mendorong keterampilan bayi untuk menyusu yang

lebih cepat dan efektif, meningkatkan kenaikan berat badan (kembali ke berat

lahirnya dengan lebih cepat), meningkatkan hubungan antara ibu dan bayi, tidak

terlalu banyak menangis dalam satu jam pertama, menjaga kolonisasi kuman yang

aman dari ibu di dalam perut bayi sehingga memberikan perlindungan terhadap

infeksi,

2. Keuntungan kontak kulit dengan kulit untuk ibu

Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin pada ibu Oksitosin : membantu

kontraksi uterus sehingga pendarahan pasca persalinan lebih rendah, merangsang

pengeluaran kolostrum, penting untuk kedekatan hubungan ibu dan bayi, ibu lebih

tenang dan lebih tidak merasa nyeri pada saat plasenta lahir dan prosedur pasca

perlainan lainnya. Prolaktin : meningkatkan produksi ASI, membantu ibu

mengatasi stres adalah fungsi oksitosin, mendorong ibu untuk tidur dan relaksasi

(15)

3. Keuntungan menyusu dini untuk bayi

Makanan dengan kualitas dan kuantitas optimal agar kolostrum segera keluar yang

disesuaikan dengan kebutuhan bayi. Memberikan kesehatan bayi dengan

kekebalan pasif yang segera kepada bayi. Kolostrum adalah imunisasi pertama

bagi bayi.

4. Keuntungan menyusu dini untuk ibu

Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin. Meningkatkan keberhasilan

produksi ASI.

2.2.7. Faktor yang Mendukung Terlaksananya IMD

Dalam pelaksanaan IMD yang dilakukan pada bayi baru lahir, tidak berjalan

sebagaimana yang diharapkan, dalam hal pelaksanaannya yang mendukung untuk

terlaksananya IMD adalah sebagai berikut:

1. Pengetahuan

Pengetahuan yaitu hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Menurut Roesli (2008), bahwa faktor

utama tercapainya pelaksanaan IMD yang benar adalah karena kurang sampainya

pengetahuan yang benar tentang IMD pada para ibu. Seorang ibu harus mempunyai

pengetahuan baik dalam menyusui.

Hasil penelitian yang dilakukan Widiastuti (2013) menyatakan ada pengaruh

pengetahuan, sikap, dan pengalaman perawat dan bidan terhadap pelaksanaan inisiasi

(16)

dilakukan Roslina tahun 2010 menyatakan bahwa terdapat pengaruh peran tenaga

kesehatan terhadap pelaksanaan IMD di Puskesmas Bromo Kota Medan.

Penelitian yang dilakukan oleh Triana Tahun 2010 terdapat hubungan yang

bermakna secara statistik antara pengetahuan dengan perilaku responden tentang IMD

(p = 0,000) dan koefisien kontingensinya sebesar 0,626 termasuk dalam kategori kuat.

Terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara sikap dengan perilaku

tentang IMD (p = 0,025) dan koefisien kontingensinya 0,378 termasuk dalam kategori

lemah.

Pengetahuan ibu tentang IMD masih rendah, hal ini dibuktikan dengan tidak

tahunya ibu tentang IMD dan tidak percayanya ibu bahwa bayi yang baru lahir bisa

menyusu dengan sendirinya. Penelitian Deswani (2007) di Cakung Jakarta Timur,

yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan,

sikap bidan dengan keberhasilan melakukan IMD. Penelitian Tri Y (2008) yang

menunjukkan ada hubungan antara kesehatan ibu dengan pemberian ASI satu jam

pertama setelah lahir di RSBN Kabupaten Boyolali.

Penelitian Hastuti (2011) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan

pelaksanaan program IMD oleh bidan desa di Puskesmas Kabupaten Magelang yang

menyimpulkan bahwa secara individual faktor pengetahuan berpengaruh terhadap

pelaksanaan program IMD, sehingga disarankan Dinas Kesehatan perlu

meningkatkan pengetahuan bidan tentang IMD serta melakukan penyegaran materi

(17)

2. Sikap

Sikap dikatakan sebagai suatu respons evaluatif. Respons hanya akan timbul

apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya reaksi

individual. Respons evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai

sikap itu timbulnya didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberi

kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk nilai baik-buruk, positif-negatif,

menyenangkan-tidak menyenangkan, yang kemudian mengkristal sebagai potensi

reaksi terhadap objek sikap (Azwar, 2007).

Daryati (2008) di Sanggau Kalimantan Barat, yang menyimpulkan bahwa

terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan, sikap bidan dengan

keberhasilan melakukan inisiasi menyusu dini. Menurut Raharjo (2006), Penolong

persalinan merupakan kunci utama keberhasilan pemberian ASI satu jam pertama

setelah melahirkan. Karena dalam waktu tersebut peran penolong persalinan masih

sangat dominan.

Berdasarkan hasil penelitian Wirda (2011) bahwa sikap ibu hamil tentang

inisiasi menyusu dini di RSUP Dr. R.M Djoelham Binjai bila dilihat secara

keseluruhan maka didapatkan hasil bahwa mayoritas ibu hamil memiliki sikap yang

positif (92,3%). Sikap positif ini perlu dikembangkan karena sikap positif ini akan

akan berpengaruh terhadap perubahan sikap yang lebih baik melalui pengamatan dan

penilaian model peran sikap bidan ataupun perawat dan tenaga kesehatan yang baik,

(18)

3. Peran Petugas Kesehatan

Ibu yang mengalami masalah dalam menyusui memerlukan bimbingan agar

dapat mengatasi masalahnya dan terus menyusui. Petugas kesehatan harus

mengajarkan ibu tentang perawatan bayi, melatih ibu menyusui dengan baik dan

benar, manfaat IMD dan pemberian ASI dengan baik dan tepat, sehingga dapat

menambah pengetahuan ibu dan juga harus mampu menumbuhkan motivasi dan rasa

percaya diri bahwa ibu dapat menyusui secara eksklusif (Siregar, 2004). Berdasarkan

Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010

dinyatakan ruang lingkup kewenangan yang dimiliki bidan dalam pelayanan

kesehatan termasuk pelayanan ibu menyusui dengan fasilitasi/bimbingan IMD dan

promosi ASI eksklusif. Secara khusus dalam pelayanan kesehatan anak dengan

kewenangan melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk IMD.

Dalam buku Inisiasi Menyusu Dini, JNPK-KR (2007) mengatakan bahwa

seorang bidan dalam pelaksanaan IMD antara lain:(a) melatih keterampilan,

mendukung, membantu, dan menerapkan IMD-ASI eksklusif, (b) memberi informasi

manfaat IMD dan ASI eksklusif pada BUMIL, (c) membiarkan kontak kulit ibu-bayi

setidaknya 1 jam atau sampai menyusu awal selesai, (d) hindari memaksakan puting

susu ibu masuk ke mulut bayi, (e) membantu ayah menunjukkan perilaku bayi yang

positif saat bayi mencari payudara, (f) membantu meningkatkan rasa percaya diri ibu,

(19)

4. Sarana Kesehatan

Untuk mewujudkan peningkatan derajat atau status kesehatan penduduk,

ketersediaan dan keterjangkauan fasilitas dan sarana kesehatan merupakan salah satu

faktor penentu utama. Puskesmas dan Puskesmas Pembantu (Pustu) merupakan ujung

tombak pelayanan kesehatan karena dapat menjangkau penduduk sampai ke pelosok.

5. Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga merupakan dukungan yang sangat berpengaruh terhadap

keberhasilan ibu menyusui bayinya secara eksklusif. Terutama dukungan suami dan

orang-orang terdekat.

2.3. Perilaku Ibu dalam IMD

Perilaku ibu tentang IMD merupakan hasil hubungan antara perangsang

(stimulus) dan tanggapan (respon), juga suatu tindakan atau perbuatan suatu

organisasi yang dapat diamati dan bahkan dipelajari.

Pengetahuan tentang IMD harus dimiliki oleh ibu hamil yang akan sangat

penting dilakukan pada saat setelah ibu melahirkan bayinya. Sehingga IMD dapat

dilakukan dengan tepat dan ibu mau bekerjasama dengan bidan dalam melakukan

IMD setelah melahirkan bayinya. IMD memiliki dampak atau manfaat yang banyak

bagi ibu dan bayinya sendiri.

Ibu yang memiliki pengetahuan yang tinggi tentang IMD, akan menyusui

anaknya segera setelah melahirkan dibandingkan dengan ibu yang memiliki

(20)

tinggi tentang ASI, pada umumnya mengetahui berbagai manfaat dari pelaksanaan

IMD. Menurut Utami R (2007), bahwa faktor utama yang menyebabkan kurang

tercapainya pelaksanaan inisiasi menyusu dini yang benar adalah kurang sampainya

pengetahuan yang benar tentang IMD kepada para ibu. Seorang ibu harus mempunyai

pengetahuan baik dalam menyusui, kehilangan pengetahuan tentang menyusui berarti

kehilangan sumber makanan yang paling penting dan cara perawatan yang optimal.

Pengetahuan tentang pengaruh positif tindakan IMD untuk kelancaran proses

menyusui seperti yang telah dipublikasikan melalui penelitian Edmond, et al. (2006)

dan Kramer, et al. (2001). Hal ini disebabkan oleh adanya pengetahuan ibu bahwa

ASI memberi pengaruh positif bagi anaknya dan ASI tersebut diberikan dalam

pelaksanaan IMD.

Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap

stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat

emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau

aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku (Notoatmodjo,

2003). Azwar (2005) sikap tidak terlepas dari sosialisasi keluarga, pendidikan sekolah

atau di luar sekolah serta pengetahuan didalam masyarakat.

Peranan pendidikan tidak dapat diabaikan, sebab pendidikan dilakukan hampir

seumur hidup, baik melalui pendidikan formal maupun informal. Sikap positif

terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu terwujud dalam suatu tindakan nyata. Hal

ini disebabkan oleh sikap akan terwujud di dalam suatu tindakan tergantung pada

(21)

orang lain atau berdasarkan pada banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang, dan

nilai yang berlaku di dalam masyarakat yang menjadi pegangan setiap orang

(Notoatmodjo, 2003).

Perilaku pemberian ASI akan dipengaruhi oleh pengetahuan. World Health

Organization yang dikutip Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa seseorang

memperoleh pengetahuan berasal dari pengalaman sendiri atau pengalaman

seseorang. Selain itu kurangnya dukungan keluarga, petugas kesehatan menyebabkan

ibu memutuskan untuk memberikan susu formula, buah dan bubur susu. Faktor yang

berpengaruh terhadap pelaksanaan IMD dan pemberian ASI eksklusif terutama faktor

sikap, motivasi, maupun pengetahuan, baik sikap, motivasi, dan pengetahuan ibu,

maupun petugas kesehatan (Hector et al., 2005).

Faktor sosial budaya dan tradisi yang ada di masyarakat mempengaruhi

perilaku ibu dalam praktik pemberian ASI eksklusif kepada bayinya, hal ini sesuai

dengan penelitian Susilawaty et al., (2005), yang menyatakan ada keeratan hubungan

nilai budaya dengan pemberian ASI eksklusif.

2.4. Konseling Menyusui

Secara etiomologi, konseling berasal dari bahasa Latin “Consilium” artinya

dengan atau bersama yang dirangkai dengan menerima atau memahami sedangkan

dalam bahasa Angglo Saxon istilah konseling berasal dari “Sellan” yang berarti

(22)

Wilis (2004) mengemukakan konseling adalah upaya bantuan yang diberikan

seseorang pembimbing yang terlatih dan berpengalaman terhadap individu yang

membutuhkannya, agar individu tersebut berkembang potensinya secara optimal,

mampu mengatasi masalahnya, dan mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan

yang selalu berubah.

Konseling adalah proses pemberian informasi objektif dan lengkap, dengan

panduan keterampilan interpersonal, bertujuan untuk membantu seseorang mengenali

kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi dan menentukan jalan keluar atau

upaya untuk mengatasi masalah tersebut (Sulastri, 2009). Konseling adalah proses

pemberian informasi obyektif dan lengkap, dilakukan secara sistematik dengan

panduan ketrampilan komunikasi interpersonal, teknik bimbingan dan penguasaan

pengetahuan klinik yang bertujuan untuk membantu seseorang mengenali kondisinya

saat ini, masalah yang sedang dihadapi dan menentukan jalan keluar/upaya untuk

mengatasi masalah tersebut (McLeod, 2006).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lina (2012) menyatakan bahwa IMD

lebih dominan dilaksanakan bagi ibu yang melahirkan di puskesmas dan posyandu

plus, disebabkan antara lain : di pelayanan kesehatan pemerintah mendapatkan

penyuluhan tentang IMD oleh petugas kesehatan.

Ambarwati dalam penelitiannya menyatakan Pada akhir penelitian,

menunjukkan bahwa konseling laktasi yang intensif meningkatkan jumlah ibu yang

memberikan ASI eksklusif. Hasil uji statistik menunjukkan ada perbedaan praktik

(23)

perbedaan ini disebabkan karena ada peningkatan pengetahuan dan perubahan sikap

pada ibu yang mendapatkan konseling laktasi yang intensif dibanding dengan ibu

yang tidak mendapat konseling laktasi yang intensif. Imdad et al. (2011),

membuktikan bahwa konseling prenatal memiliki dampak terhadap pemberian ASI

sampai 4-6 minggu, sedangkan konseling yang diberikan pada saat pranatal dan

postnatal berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif sampai dengan 6 bulan.

Menurut Gunarsa (2009), konseling membantu ibu untuk memperoleh bukan

saja kemampuan, minat dan kesempatan melainkan juga emosi dan sikap yang bisa

mempengaruhi dalam menentukan pilihan dan pengambilan keputusan. Adanya

perhatian dan pemberian motivasi dalam bentuk kunjungan rumah setelah melahirkan

oleh konselor terhadap ibu menjadi dukungan dalam pemberian ASI eksklusif.

Kunjungan rumah, kelompok pertemuan, sesi monitoring pertumbuhan dan sesi

memasak merupakan peluang yang baik untuk berbagi informasi dan untuk konseling

individu (WHO, 2003).

Penelitian Bohari di RSIA Fatimah Makassar yaitu terjadi peningkatan

pengetahuan dan sikap tentang IMD setelah edukasi yaitu masing-masing sebesar

56,52% (pengetahuan cukup), dan 41,3% (sikap positif). Penelitian yang dilakukan

Karina di RSIA Pertiwi Makassar terjadi peningkatkan pengetahuan dan sikap positif

yaitu masing-masing sebesar 60% dan 30%.

Konseling diartikan sebagai perubahan progresif pada seseorang yang

memengaruhi pengetahuan/sikap dan prilakunya sebagai hasil dari pembelajaran dan

(24)

mengembangkan kemampuan dan memperkaya pengetahuan; proses ini juga

membantu terjadinya perubahan pada sikap atau perilaku orang tersebut. Tujuan dari

konseling IMD adalah meningkatkan pengetahuan responden tentang IMD dan

memiliki sikap positif, sehingga pada saat melahirkan nanti, ibu tersebut meminta

kepada petugas kesehatan yang membantu kelahiran bayinya untuk menaruh bayi di

atas dada/perut ibu sampai menyusu pertama selesai.

2.4.1. Fungsi Konseling

Fungsi konseling antara lain:

a. Konseling dengan fungsi pencegahan merupakan upaya mencegah timbulnya

masalah kesehatan.

b. Konseling dengan fungsi penyesuaian dalam hal ini merupakan upaya untuk

membantu klien mengalami perubahan biologis, psikologis, social, cultural, dan

lingkungan yang berkaitan dengan kesehatan.

c. Konseling dengan fungsi perbaikan dilaksanakan ketika terjadi penyimpangan

perilaku klien atau pelayanan kesehatan dan lingkungan yang menyebabkan terjadi

masalah kesehatan sehingga diperlukan upaya perbaikan dengan konseling.

d. Konseling dengan fungsi pengembangan ditujukan untuk meningkatkan

pengetahuan dan kemampuan serta peningkatan derajat kesehatan masyarakat

(25)

2.4.2. Langkah-langkah dalam Konseling Langkah dalam konseling antara lain:

1. Pendahuluan

Langkah pendahuluan atau langkah pembuka merupakan kegiatan untuk

menciptakan kontak, melengkapi data klien untuk merumuskan penyebab masalah,

dan menentukan jalan keluar.

2. Bagian Inti/pokok

Bagian inti/pokok dalam konseling mencakup kegiatan mencari jalan keluar,

memilih salah satu jalan keluar yang tepat bagi klien, dan melaksanakan jalan

keluar tersebut.

3. Bagian Akhir

Bagian akhir kegiatan konseling merupakan kegiatan penyimpulan dari seluruh

aspek kegiatan dan pengambilan jalan keluar. Langkah tersebut merupakan

langkah penutupan dari pertemuan dan juga penetapan untuk pertemuan

berikutnya (Uripni, 2002).

2.4.3. Teknik Konseling

Teknik konseling antara lain:

1. Teknik/ Pendekatan Authoritarian atau Directive

Dalam proses wawancara konseling berpusat pada konselor.

2. Teknik/ Pendekatan Non-Directive

Dalam pendekatan ini klien diberi kesempatan untuk memimpin wawancara dan

(26)

3. Teknik/ Pendekatan Edetic

Dalam pendekatan edetic, konselor menggunakan cara yang dianggap baik atau

tepat, disesuaikan dengan konseli dan masalahnya (Uripni, 2002)

2.4.4. Proses Konseling

Proses konseling akan terlaksana manakala terlihat beberapa aspek berikut ini

(Lubis, 2006) :

1. Terjadi antara dua orang individu, masing-masing disebut konselor dan klien.

2. Terjadi dalam suasana yang profesional.

3. Dilakukan dan dijaga sebagai alat memudahkan perubahan-perubahan dalam

tingkah laku klien.

Proses Konseling antara lain

1. Pembinaan dan pemantapan hubungan baik (rapport)

Mempunyai makna saling memahami dan mengenal tujuan bersama. Tujuannya

adalah untuk menjembatani hubungan antara konselor dengan klien, sikap

penerimaan dan minat yang mendalam terhadap klien dan masalahnya. Dalam

rapport ini akan tercipta hubungan yang akrab yang ditandai dengan saling

mempercayai. Sikap yang ditandai kehangatan emosi, realisasi tujuan bersama,

menjamin kerahasiaan kesadaran terhadap hakekat klien secara alamiah.

2. Pengumpulan dan pemberian informasai

Merupakan tugas utama konselor. Ini dapat dilakukan dengan cara: mendengar

(27)

kesehatan latar belakang keluarga, latar belakang masalah, memberikan penjelasan

tentang masalah yang dihadapi.

3. Perencanaan pengambilan keputusan dan pemecahan masalah

Setelah data yang dari klien diperoleh secara lengkap, maka bidan membantu klien

untuk memecahkan masalahnya atau membuat perencanaan untuk memecahkan

masalahnya. Keterampilan memecahkan masalah sangat diperlukan dalam

komunikasi konseling.

4. Menindak lanjuti pertemuan.

Adapun sikap yang sebaiknya dimiliki oleh bidan adalah mempunyai motivasi

yang tinggi untuk membantu orang lain, bersikap ramah, sopan santun menerima

klien apa adanya, empati terhadap pasien, membantu dengan ikhlas dan terbuka

terhadap pendapat orang lain.

2.4.5. Faktor-faktor yang Memengaruhi Keberhasilan Konseling 1. Faktor Individual

Orientasi kultural (keterikatan budaya) merupakan faktor individual yang dibawa

seseorang dalam melakukan interaksi. Orientasi ini merupakan gabungan dari :

a. Faktor Fisik

Kepekaan panca indera pasien yang diberi konseling akan sangat

mempengaruhi kemampuan dalam menangkap informasi yang disampaikan

(28)

b. Sudut Pandang

Nilai-nilai yang diyakini oleh pasien sebagai hasil olah pikirannya terhadap

budaya dan pendidikan akan mempengaruhi pemahamannya tentang materi

yang dikonselingkan.

c. Kondisi Sosial

Status sosial dan keadaan disekitar pasien akan memberikan pengaruh dalam

memahami materi.

d. Bahasa

Kesamaan bahasa yang digunakan dalam proses konseling juga akan

mempengaruhi pemahaman pasien.

2. Faktor-faktor yang berkaitan dengan interaksi

Tujuan dan harapan terhadap komunikasi, sikap terhadap interaksi, pembawaan

diri seseorang terhadap orang lain (seperti kehangatan, perhatian, dukungan) serta

sejarah hubungan antara konselor dan klien akan mempengaruhi kesuksesan

proses konseling.

3. Faktor Situasional

Percakapan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, situasi percakapan kesehatan

antara bidan dan klien akan berbeda dengan situasi percakapan antara polisi

dengan pelanggar lalu lintas.

4. Kompetensi dalam melakukan percakapan

Agar efektif, suatu interaksi harus menunjukkan perilaku kompeten dari kedua

(29)

Keadaan yang dapat menyebabkan putusnya komunikasi adalah :

1. Kegagalan menyampaikan informasi penting.

2. Perpindahan topik bicara yang tidak lancar.

3. Salah pengertian (Lukman, 2002).

Kemampuan konselor yang efektif dapat menciptakan komunikasi yang efektif

dan hasil konseling yang efektif pula. Ciri-ciri khusus kemampuan konselor yang

efektif yaitu :

1. Para konselor yang efektif sangat terampil mendapatkan keterbukaan.

2. Para konselor yang efektif membangkitkan rasa percaya, kredibilitas, dan

keyakinan dari orang-orang yang mereka bantu.

3. Para konselor yang efektif mampu menjangkau wawasan luas, seperti halnya

mereka mendapatkan keterbukaan.

4. Para konselor yang efektif berkomunikasi dengan hati-hati dan menghargai

orang-orang yang mereka upayakan bantu.

5. Para konselor yang efektif mengakui dan menghargai diri mereka sendiri dan

tidak menyalahgunakan orang-orang yang mereka coba bantu untuk

memuaskan kebutuhan pribadi mereka sendiri.

6. Para konselor yang efektif mempunyai pengetahuan khusus dalam beberapa

bidang keahlian yang mempunyai nilai bagi orang-orang tertentu yang akan

dibantu.

7. Para konselor yang efektif berusaha memahami, bukannya menghakimi

(30)

8. Para konselor yang efektif mampu bernalar secara sistematis dan berfikir

dengan pola sistem.

9. Para konselor yang efektif berpandangan mutahir dan memiliki wawasan

luas terhadap peristiwa-peristiwa yang berkenaan dengan manusia.

10. Para konselor yang efektif mampu mengidentifikasi pola tingkah-laku yang

merusak diri (self defeating) dan membantu orang-orang lain untuk berubah

dari tingkah laku yang merusak diri ke pola-pola tingkah laku yang secara

pribadi lebih memuaskan.

2.5. Pelatihan Konseling Laktasi/Menyusui

Fasilitas persalinan membantu para ibu mengawali atau memulai persalinan.

Mereka juga membantu para ibu memantapkan menyusui dalam periode pasca

persalinan. Bagian lain dari pelayanan perawatan kesehatan memainkan peranan yang

sangat penting dalam membantu melanjutkan menyusui sampai usia 2 tahun atau

lebih, salah satu upaya yang harus dilakukan petugas adalah melakukan konseling

menyusui. Hal ini didukung oleh Keputusan Menteri Kesehatan Nomor :

450/Menkes/SK/IV/2004, Tanggal 07 April 2004 tentang Sepuluh Langkah Menuju

Keberhasilan Menyusui yaitu ;

1. Sarana Pelayanan Kesehatan (SPK) mempunyai kebijakan peningkatan

pemberian air susu ibu (PP-ASI) tertulis yang secara rutin dikomunikasikan

(31)

2. Melakukan pelatihan bagi petugas dalam hal pengetahuan dan keterampilan

untuk menerapkan kebijakan tersebut.

3. Menjelaskan kepada semua ibu hamil tentang manfaat menyusui dan

penatalaksanaannya dimulai sejak kehamilan, masa bayi lahir sampai umur 2

tahun, termasuk cara mengatasi menyusui.

4. Membantu ibu mulai menyusui bayinya dalam 30 menit setelah melahirkan, yang

dilakukan di ruang bersalin. Apabila ibu menjalani operasi Caesar, bayi disusui

setelah 30 menit ibu sadar.

5. Membantu ibu bagaimana cara menyusui yang benar, dan cara mempertahankan

menyusui meski ibu dipisah dari bayi atas indikasi medis.

6. Tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI kepada bayi baru

lahir.

7. Melaksanakan rawat gabung dengan mengupayakan ibu bersama bayinya 24 jam

sehari.

8. Membantu ibu menyusui semaunya bayi, tanpa pembatasan terhadap lama dan

frekuensi menyusui.

9. Tidak memberikan dot atau kempeng kepada bayi yang diberi ASI.

10. Mengupayakan terbentuknya kelompok pendukung ASI (KP-ASI) dan rujuk ibu

kepada kelompok tersebut ketika pulang dari Rumah sakit, Rumah bersalin /

(32)

2.6. Landasan Teori

Konteks penelitian pengaruh konseling terhadap perilaku ibu tentang IMD

merupakan proses komunikasi. Model komunikasi yang dipakai dalam penelitian ini

adalah komunikasi pribadi/personal atau lebih dikenal komunikasi interpersonal yang

merupakan dasar penting dalam melakukan konseling. Bentuk komunikasi ini yang

paling tepat karena komunikator langsung berhadapan (face to face) dengan

komunikan diharapkan nantinya terjadi perubahan prilaku ibu dalam melaksanakan

IMD yang akhirnya berdampak status gizi bayi akan baik. Konsep teori dissonance

theory oleh Festinger dalam Notoatmodjo (2007) yang menjelaskan bahwa proses

perubahan perilaku pada hakekatnya adalah sama dengan proses belajar. Proses

perubahan perilaku tersebut menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri

dari :

1. Stimulus atau rangsangan yang diberikan pada organisme dapat di terima atau di

tolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau di tolak berarti stimulus itu

tidak efektif mempengaruhi perhatian individu, dan berhenti di sini.

2. Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme (diterima) maka ia

mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya.

3. Setelah itu organisasi mengolah stimulus sehingga terjadi kesediaan untuk

bertindak demi stimulus yang diterima (bersikap).

4. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungannya, maka

stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari pada individu tersebut (perubahan

(33)

Gambar 2.1. Teori Stimulus-Organisme-Respons Sumber : Notoatmodjo, 2007

2.7. Kerangka Konsep

Berdasarkan rumusan teori tersebut, maka penulis dapat merumuskan

kerangka penelitian serta variabel-variabel yang akan diteliti, seperti pada gambar

berikut :

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep tersebut bahwa stimulus berupa konseling IMD

akan diberikan kepada ibu hamil trimester III, konseling diharapkan dapat

menimbulkan reaksi perubahan pengetahuan yang akan diikuti juga dengan

perubahan sikap ibu hamil trimester III mengenai IMD kemudian dilanjutkan dengan

Gambar

Gambar 2.1. Teori Stimulus-Organisme-Respons

Referensi

Dokumen terkait

Maka dalam penelitian ini Intensi Bertindak (Intention to act) Terhadap Persampahan adalah kecenderungan bertindak seseorang yang terlihat dari keyakinan yang

Sawah dijadikan pemukiman, terletak di koridor jalan provinsi dan kabupaten 17 231 ha Prtanian lahan basah di pola ruang 44 594 ha (merupakan aktual) (dan LCP2B 4831 ha)

Suku Kamein, salah satu etnis Muslim di Rakhine yang diakui pemerintah Myanmar saat ini, adalah keturunan orang-orang Muslim yang bermigrasi ke Arakan pada masa ini.. Namun

Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa perlakuan variasi penambahan asam sitrat pada sirup yang dihasilkan yang terbaik adalah sirup jeruk nipis dengan penambahan

Hasil wawancara tersebut, penulis menarik kesimpulan bahwa untuk menarik perhatian remaja agar dapat menjadikan pembina sebagai sosok yang selalu dekat dengan remaja,

Perkembangan gerakan Islam di Indonesia berkembang dengan pesat tidak terlepas dari keadaan situasi politik dunia yang memanas, pada awalnya gerakan pembaharuan Islam ini timbul

Beberapa temuannya adalah: (1) Media dengan efektif memberi tahu kepada kita mengenai masalah politik dan mempengaruhi persepsi kita terhadap pentingnya masalah politik; (2)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia- Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul