BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Rencana Strategi Nasional Making Pregnancy Safer (MPS)
disebutkan bahwa dalam kontek Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju
Indonesia Sehat 2010, visi MPS adalah “kehamilan dan persalinan di Indonesia
berlangsung aman, serta bayi yang dilahirkan hidup dan sehat”(Saifuddin, 2006).
Berdasarkan penelitian World Health Oganization (WHO) di enam negara
berkembang, risiko kematian bayi antara usia 9-12 bulan meningkat 40% jika bayi
tersebut tidak disusui. Untuk bayi berusia dibawah 6 bulan, angka meningkat
menjadi 48%. Di Amerika serikat, 400 bayi meninggal/tahun akibat muntah mencret,
300 diantarnya tidak disusui. Kematian akibat penyakit ini meningkat 23,5 kali pada
bayi yang diberikan susu formula (Roesli, 2008).
Menurut United Nations International Childrens Emergency Fund (UNICEF)
sebanyak 30.000 kematian bayi di Indonesia dan 10 juta kematian anak balita di
dunia setiap tahunnya bisa dicegah melalui pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif
selama enam bulan sejak kelahiran, tanpa harus memberikan makanan atau minuman
tambahan pada bayi (Prasetyono, 2009).
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) menunjukkan data yang
menarik tentang penurunan perilaku pemberian ASI kepada bayi 0-5 bulan di
Indonesia pada tahun 2002 pemberian ASI masih 40% dan pada 2007 turun menjadi
32% (Budiarja, 2011).
Indonesia saat ini memprihatinkan, persentase pemberian ASI eksklusif pada bayi
0-6 bulan hanya 15,3 persen. Hal ini disebabkan kesadaran masyarakat dalam
mendorong peningkatan pemberian ASI masih relatif rendah. Setiap tetes ASI juga
mengandung mineral dan enzim untuk pencegahan penyakit dan antibodi yang lebih
efektif dibandingkan dengan kandungan yang terdapat dalam susu formula (Budiarja,
2011).
Menurut sebuah analisis, apabila 90% ibu-ibu memberikan ASI secara
eksklusif, akan ada 900 bayi lagi yang bertahan hidup setiap tahunnya. Kendati
angka tersebut masih estimasi, para ahli sependapat dan mengatakan bahwa
memberikan ASI akan membawa perubahan yang besar (Anna, 2010). ASI
merupakan makanan alamiah yang baik bahkan terbaik bagi bayi, karena komposisi
ASI selalu disesuaikan dengan apa yang dibutuhkan bayi (Indivira, 2009).
Pemberian ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI selama 6 bulan tanpa
tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, teh, air putih, dan tanpa
tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, dan tim,
kecuali vitamin, mineral, dan obat (Prasetyono, 2009).
Bayi yang diberi ASI akan mendapatkan beberapa manfaat penting, yaitu bayi
mendapatkan nutrisi terbaik, meningkatkan daya tahan tubuh, meningkatan
kecerdasan dan tentu saja sangat berguna dalam meningkatkan jalinan kasih sayang
antara ibu dan bayi (Nuraini, 2009).
Promosi produk-produk makanan tambahan dan formula, bisa mempengaruhi
motivasi ibu tentang pentingnya ASI Eksklusif. Iklan tersebut bisa mengarahkan para
ibu untuk berpikir bahwa ASI yang diberikan kepada bayi belum cukup memenuhi
kebutuhan gizi bayi. Bagi ibu yang aktif berkerja, upaya pemberian ASI eksklusif
melahirkan. Sebelum pemberian ASI eksklusif berakhir secara sempurna, ia harus
kembali berkerja. Inilah yang menjadikan bayi tidak memperoleh ASI eksklusif
(Prasetyono, 2009).
Apabila seorang ibu tidak memiliki motivasi untuk memberikan ASI
eksklusif, maka dia lebih mempercayai dan memberikan susu formula kepada
bayinya. Menurut mereka didalam susu formula banyak mengandung AA dan DHA
dan kandungan lain yang lebih cocok dan sangat dibutuhkan oleh bayi dibandingkan
ASI. Sedangkan, bagi ibu yang memiliki motivasi memberikan ASI eksklusif,
mereka mengerti bahwa ASI memang benar-benar penting bagi pertumbuhan,
perkembangan dan kesehatan bayi (Prasetyono, 2009).
Berdasarkan hasil pelaporan Dinas Kesehatan Provinsi Nanggro Aceh
Darusalam pada tahun 2008 terdapat berjumlah 105.565 bayi, dimana bayi yang
mendapat ASI eksklusif yaitu 10,39 % dari 10.965 bayi dan dari hasil pelaporan
Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Utara tahun 2010 terdapat bayi usia 0-6 bulan
berjumlah 3.604 bayi, dimana bayi yang mendapatkan ASI eksklusif adalah 48% dari
1.731 bayi.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, diperoleh data bahwa pemberian
ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan sangat penting dan masih ada ibu yang tidak
memberikan ASI Eksklusif pada bayinya, hal ini erat kaitannya dengan motivasi ibu
dalam memberikan ASI Eksklusif pada bayinya, maka yang menjadi perumusan
masalah dalam penelitian ini adalah “bagaimanakah gambaran faktor faktor yang
mempengaruhi motivasi ibu menyusui dalam pemberian ASI Eksklusif pada bayi di
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran faktor faktor yang mempengaruhi motivasi ibu
menyusui dalam pemberian ASI Eksklusif pada bayi di Wilayah Kerja
Puskesmas Dewantara Kabupaten Aceh Utara tahun 2013.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran faktor faktor yang mempengaruhi motivasi
intrinsik ibu menyusui dalam pemberian ASI Eksklusif
b. Untuk mengetahui gambaran faktor faktor yang mempengaruhi motivasi
intrinsik ibu menyusui berdasarkan faktor kebutuhan dalam pemberian ASI
Eksklusif
c. Untuk mengetahui gambaran faktor faktor yang mempengaruhi motivasi
intrinsik ibu menyusui berdasarkan faktor minat dalam pemberian ASI
Eksklusif
d. Untuk mengetahui gambaran faktor faktor yang mempengaruhi motivasi
intrinsik ibu menyusui berdasarkan faktor harapan dalam pemberian ASI
Eksklusif
e. Untuk mengetahui gambaran faktor faktor yang mempengaruhi motivasi
ekstrinsik ibu menyusui dalam pemberian ASI Eksklusif
f. Untuk mengetahui gambaran faktor faktor yang mempengaruhi motivasi
ekstrinsik ibu menyusui berdasarkan faktor motif dalam pemberian ASI
Eksklusif
g. Untuk mengetahui gambaran faktor faktor yang mempengaruhi motivasi
ekstrinsik ibu menyusui berdasarkan faktor ransangan dalam pemberian ASI
h. Untuk mengetahui gambaran faktor yang mempengaruhi motivasi ekstrinsik
ibu menyusui berdasarkan faktor lingkungan dalam pemberian ASI Eksklusif
D. Manfaat Penelitian
1. Pelayanan Kebidanan
Dapat menjadi masukan bagi masyarakat dan ibu-ibu yang mempunyai bayi
untuk melaksanakan dan meningkatkan program pemberian ASI Eksklusif
selama 6 bulan, sehingga dapat meningkatkan pelayanan kebidanan.
2. Perkembangan Ilmu Kebidanan Khususnya Asuhan Kebidanan
Dapat menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman bagi penulis dalam
melakukan penelitian sebagai aplikasi dari ilmu yang telah ditetapkan dan