BAB II
DESKRIPSI PROYEK
2.1. Tinjauan Umum
1. Judul : Masjid Raya Johor
2. Tema : Arsitektur Islam
3. Status Proyek : Fiktif
4. Pemilik Proyek : Masyarakat Johor
2.2. Diskripsi Singkat Proyek
2.2.1. Terminologi Judul
Pengertian proyek Masjid Raya Johor menurut arti kata adalah :
Masjid berasal dari kata “sajada” dimana sajada berarti sujud atatu tunduk. Kata masjid sendiri berasal dari bahasa Aram, masgid yang berarti “tiang suci” atau “ tempat sembahan”1
.
Masjid atau mesjid adalah rumah tempat ibadah umat Muslim Raya artinya besar2
Dari pendekatan yang telah disebutkan di atas kita dapat merumuskan bahwa Masjid Raya Johor adalah sebuah lembaga yang diperuntukkan sebagai pusat ibadah,
pemberdayaan umat, dan sebagai pemersatu umat islam. Di masjid ini juga terdapat fasilitas pendidikan dan pasar islam.
2.2.2. Pengertian Proyek
Untuk memahami lebih jauh, maka harus melihat sejarah masjid yang menjadi pedoman pada proyek ini.
Sejarah Masjid
Masjid pertama yang didirikan oleh Nabi Muhammad SAW sewaktu hijrah dari Mekkah ke Madinah adalah Masjid Quba, lalu kemudian Masjid Nabawi. Ciri dari kedua masjid ini hampir sama dengan masjid-masjid Madinah lainnya mengikutinya kemudian,
yaitu sangat sederhana. Bentuknya empat persegi panjang, berpagar dinding batu gurun yang cukup tinggi. Tiang-tiangnya dibuat dari batang pohon kurma, atapnya terbuat dari
1
http://id.wikipedia.org/wiki/masjid
2
pelepah daun kurma yang dicampur dengan tanah liat. Mimbarnya juga dibuat dari potongan batang pohon kurma, memiliki mihrab, serambi dan sebuah sumur. Pola ini
mengarah pada bentuk fungsional sesuai dengan kebutuhan yang diajarkan Nabi.Biasanya masjid pada waktu itu memiliki halaman dalam yang disebut “Shaan”, dan tempat shalat berupa bangunan yang disebut “Liwan”. Beberapa waktu kemudian, pada masa khalifah yang dikenal dengan sebutan Khulafaur Rasyidin pola masjid bertambah dengan adanya “Riwaqs” atau serambi/selasar. Ini terlihat pada masjid Kuffah. Masjid yang dibangun pada tahun 637 M ini tidak lagi dibatasi oleh dinding batu atau tanah liat
yang tinggi sebagaimana layaknya masjid-masjid terdahulu, melainkan dibatasi dengan kolam air. Masjid ini terdiri dan tanah lapang sebagai Shaan dan bangunan untuk shalat
(liwan) yang sederhana namun terasa suasana keakraban dan suasana demokratis (ukhuwah Islamiah).
Pada zaman Rasululah, masjid tidak sebagai hanya tempat shalat semata, namun
dijadikan juga sebagai sarana melakukan pemberdayaan umat, seperti:
- tempat pembinaan dan penyebaran dakwah Islam,
- sebagai tempat untuk mengobati orang sakit,
- sebagai tempat untuk mendamaikan orang yang sedang bertikai,
- sebagai tempat untuk konsultasi dan komunikasi masalah ekonomi, sosial dan budaya,
- digunakan untuk menerima duta-duta asing,
- sebagai tempat pertemuan pemimpin-pemimpin Islam,
- sebagai tempat bersidang, - tempat mengurus baitul maal,
- menyusun taktik dan strategi perang, - serta mengurus prajurit yang terluka
Demikian pula masjid sebagai sarana tempat pendidikan, dan Rasulullah SAW mengajar langsung dan memberi berkhutbah, dalam bentuk halaqah, di mana para sahabat duduk mengelilingi beliau untuk mendengar dan melakukan tanya jawab
berkaitan urusan agama dan kehidupan sehari-hari. Bahkan, di area sekitar masjid digunakan sebagai tempat tinggal sementara oleh orang-orang fakir miskin.
Masjid di zaman Rasulullah SAW mempunyai banyak fungsi. Itulah sebabnya Rasulullah SAW membangun masjid terlebih dahulu dan dari masjidlah kemudian
persatuan umat Islam. Selama sekitar 700 tahun sejak Nabi mendirikan masjid pertama, fungsi masjid masih kokoh dan original sebagai pusat peribadatan dan peradaban yang
mencerdaskan dan mensejahterakan umat manusia. Lewat masjid Rasulullah SAW membangun kultur masyarakat baru yang lebih dinamis dan progressif. Masjid adalah
rumah Allah yang dibangun atas dasar ketaqwaan kepadaNya. Oleh karena itu, membangun masjid harus diawali dengan niat yang tulus, ikhlas, mengharap ridha Allah
semata, sehingga masjid yang dibangun mampu memberikan ketenangan, ketenteraman, kedamaian, kesejahteraan, rasa aman kepada para jamaah dan lingkungannya.
Pada masa keemasan Islam, universitas berada di dalam masjid, seperti masjid Al
Azhar, Kairo, Mesir, dari masjid inilah melahirkan universitas terkemuka di dunia, yakni
Universitas Al Azhar yang hingga kini dikenal dunia. Masjid Al-Azhar juga dikenal luas oleh kaum muslimin di Indonesia. Masjid ini mampu memberikan beasiswa bagi pelajar dan mahasiswa, bahkan pengentasan kemiskinan pun merupakan program nyata yang
secara kontineu dilaksanakan di masjid. Kalau dulu universitas ada di dalam masjid, sekarang masjid ada di dalam universitas.
2.3. Jenis – Jenis Masjid
Dalam arsitektur islam dikenal beberapa jenis masjid sesuai dengan
penggunaanya, antara lain:
a. Masjid Jami’ adalah masjid yang biasa dipakai untuk shalat jum’at yaitu shalat
berjama’ah yang wajid dilakukan pada hari jum’at menggantikan shalat Zhuhur (Rasyid 1976 ; 125).
b. Masjid Madrasah adalah masjid yang sekaligus digunakan sebagai sekolah (Madrasah).
c. Masjid Makam (Masyad) adalah masjid yang didirikan pada kompleks pemakamam.
d. Memorial Mosque adalah masjid yang dipakai sebagai tanda peringatan peristiwa – peristiwa penting dalam sejarah Islam seperti Masjid Nabawi di Madinah.
e. Masjid Pesantren adalah masjid yang letaknya di lingkungan pesantren.
2.4. Persyaratan Ruang dan Kriteria Masjid
2.4.1. Klasifikasi Masjid
Klasifikasi Masjid dilihat dari tingkat wilayah adalah:
a. Masjid Nasional
b. Masjid Raya (Tingkat Provinsi)
c. Masjid Agung (Tingkat Kabupaten / Kotamadya) d. Masjid Besar (Tingkat Kecamatan)
e. Masjid Jami’ (Tingkat Kelurahan) atau semua masjid yang dipakai untuk shalat jum’at\
2.4.2. Persyaratan Ruang Masjid
Dalam Mu’tamar Risalatul Masjid di Mekkah disepakati bahwa suatu masjid dapat berperan secara baik apabila memiliki ruangan dan peralatan yang memadai untuk:
a. Ruang shalat yang memenuhi syarat kesehatan / kenyamanan
b. Ruang – ruang khusus bagi wanita yang memungkinkan mereka keluar –
masuk tanpa bercampur dengan pria dan digunakan untuk shalat c. Ruang poliklinik dan ruang memandikan dan mengkafankan mayat
d. Ruang pertemuan dan perpustakaan lengkap dengan peralatan dan buku – buku yang dibutuhkan segala usia
e. Ruang bermain, olahraga, dan latihan bagi remaja
2.4.3. Pedoman Penyediaan Lahan Sarana Peribadatan
Dalam hal ini masjid sesua dengan yang dikeluarkan oleh Dep. PU (dikukuhkan
dalam Kepmen PU No. 378/kpfs/1987) antara lain:
Kelempok penduduk RW 2500 orang (500 keluarga)
1 langgar : 300 m²
Kelempok penduduk lingkungan 30.000 orang (6000 keluarga) 1 Masjid lingkungan : 1.750 m²
Kelompok penduduk kecamatan 120.000 orang (24.000 keluarga)
1 Masjid kecamatan : 4000 m²
Kelompok penduduk kota 1.000.000 orang (200.000 keluarga)
1 Masjid kota : 16.000 m²
2.4.4. Tipologi Masjid
a. Bangunan dan Komponen Masjid
Arsitektur adalah hasil dari proses perancangan oileh seseorang atau sekelompok orang dalam memenuhi kebutuhan ruang untuk melaksanaka kegiatan. Maka Masjid
dalam hal ini juga hadir dalam upaya memenuhi kebutuhan manusia akan ruang untuk kegiatan peribadatan umat Islam dengan fungsi majemuk dengan perkembangan zaman,
budaya, dan tempat suatu masyarakat.
Masjid pada dasarnya memerlukam ruang dan komponen yang harus ada antara
lain:
1. Ruang masjid, merupakan area untuk shalat berjama’ah.
2. Mimbar, tempat memberikan ceramah agar lebih mudah didengar dan dilihat oleh jema’ah.
3. Mihrab, sebuah ceruk atau relung relatif masuk ke dalam dinding sebagai tanda
arah kiblat.
4. Tempat wudu’, tempat untuk mensucikan diri sebelum masuk ke dalam masjid.
Selain komponen di atas pada masjid biasanya ditambahkan elemen antara lain:
1. Minaret, menara untuk memanggil jema’ah melalui kumandang adzan
2. Dikka, seperti panggung dengan tangga yang digunakan sebagai tempat kaddi mentransmisikan suara imam kepada jema’ah.
2.5. Fungsi dan Peranan Masjid
Sejak 14 abad silam, Rasulullah SAW telah menunjukkan tuntunannya dalam hal
pemakmuran masjid, begitu pula di zaman keemasan Islam (sejak abad ke 6 - 13 M atau selama 7 abad), umat Islam berhasil menjadikan masjid sebagai markas pelaksanaan
hubungan antara manusia dengan ALLAH SWT (ibadah) dan hubungan manusia dengan manusia (muamalah). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara ideal, Masjid
memiliki peran dan berfungsi sebagai Pusat Ibadah serta Pembinaan umat3.
2.5.1. Sebagai Pusat Ibadah
Kehidupan umat Islam yang tetap cenderung mempertahankan eksistensinya sebagai hamba ALLAH dengan memanfaatkan masjid sebagai sarana melaksanakan
ibadah menunjukkan betapa peranan masjid sangat strategis, khususnya berkaitan dengan fungsinya sebagai Pusat Ibadah. Fungsi yang dimaksud, adalah sebagai berikut :
1. Fungsi masjid sebagai tempat sujud atau penghambaan diri kepada Sang Khaliq -
ALLAH SWT, dengan menjadikan masjid sebagai tempat berkumpulnya
umat Islam mendirikan shalat fardlu 5 (lima) waktu serta shalat sunnat, seperti ; Tarwih, witir dan lain – lain.
2. Fungsi masjid sebagai tempat I’tikaf, berzikir, pengajian dan membaca Al Qur’an.
3. Fungsi masjid untuk kegiatan ibadah sosial atau Muamalah, seperti ; penerimaan, penampungan dan pengelolaan dana zakat, serta dapat berfungsi sebagai Baitul
Mai.
2.5.2. Sebagai Pembinaan Umat
Semakin berkembang dan tersebarnya jumlah masjid dari perkotaan sampai ke pelosok desa, merupakan potensi utama dalam mengoptimalkan peranan masjid sebagai
sarana pembinaan umat, dengan mengimplementasikan fungsi - fungsi masjid sebagai berikut :
1. Fungsi persatuan dan Ukhuwah Islamiyah, maksudnya adalah dengan berkumpulnya umat Islam dalam rangka melaksankan shalat jama’ah di masjid
akan mengarahkan segenap Muslimin dan Muslimat untuk semakin memperkokoh
keutuhan persatuan dan persaudaraan (Ukhuwah Islamiyah).
2. Fungsi masjid sebagai Pewaris nilai - nilai ajaran agama Islam, dengan
memposisikan masjid menjadi tempat pengajaran, pendidikan Islam dan pengembangan ilmu.
3. Fungsi Dakwah, yakni masjid dapat dimanfaatkan para Dal (Muballigh dan Muballighat) untuk memberikan fatwa atau nasehat agama kepada segenap umat
Islam di sekitarnya.
4. Sebagai penghimpun khasanah ilmu pengetahuan dengan menempatkan sarana
perpustakaan.
5. Masjid dapat berfungsi sebagai tempat bermusyawarah terhadap berbagai
persoalan umat.
2.6. Pendekatan Pemilihan Tapak dan Lokasi
2.6.1. Kriteria Pemilihan Lokasi
Kota Medan yang merupakan ibukota dari provinsi Sumatera Utara adalah salah satu pusat pelayanan terpadu bagi Provinsi Sumatera Utara menurut Peraturan Daerah.
Kota Medan menjadi pusat berbagai kegiatan untuk melayani provinsi Sumatera Utara.
Adapun kriteria dalam pemilihan lokasi untuk proyek ini adalah :
No. Kriteria Lokasi
1. Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK) Kota Medan
Wilayah lokasi pembangunan yang memiliki fungsi sebagai pusat kegiatan perdagangan/bisnis dan pusat pendidikan yang disesuaikan dengan RUTRK
Kota Medan. Yaitu pada subpusat pelayanan kota
Medan Selayang ditetapkan di Kecamatan Medan Selayang tepatnya di sekitar simpang Pemda, meliputi Kecamatan Medan Tuntungan, Kecamatan
Medan Baru (kecuali Kelurahan Darat dan Petisah Hulu), Kecamatan Medan Selayang dan Kecamatan
Medan Johor.
2. Tinjauan terhadap Struktur Kota
Berada di pusat kota yang merupakan daerah pusat pusat kegiatan perdagangan/bisnis dan pusat
pendidikan.
3. Pencapaian Lokasi tapak yang mudah dicapai, dan adanya
sarana transportasi umum yang melewati lokasi site.
imej yang bagus dan berbudaya serta sesuai dengan
fungsinya dengan lingkungan sekitar yang dapat mendukung fungsi bangunan yang akan dibangun.
Peruntukan lahan ditentukan menurut RUTRK (Rencana Umum Tata Ruang Kota) Medan yang dibagi dalam beberapa pusat pelayanan Kota Medan, seperti terlihat pada tabel berikut :
NO PUSAT
PELAYANAN
FUNGSI WILAYAH PELAYANAN
A Pusat Pelayanan
Kota di Pusat Kota
Pusat kegiatan perdagangan/bisnis;
Pusat kegiatan jasa dan
kegiatan pemerintahan provinsi
dan kota;
Pusat pelayanan ekonomi
Kota Medan, Kec. Medan Polonia, Kec. Medan
Baru, Medan Petisah, Kec. Medan Timur,
kec.Medan Barat, Kec. Medan Kota;
Provinsi Sumatera Utara Internasional
B Pusat Pelayanan
Kota dibagian Utara
Pusat Kegiatan Jasa dan Perdagangan regional
Pusat pelayanan transportasi; Pusat kegiatan sosial-budaya Pusat kegiatan industri
Kota Medan Bagian Utara;
Provinsi Sumatera Utara Regional
1 Subpusat pelayanan kota Medan Belawan
pusat pelayanan transportasi laut,
pusat kegiatan bongkar muat dan impor – ekspor,
pusat kegiatan industri, dan pusat kegiatan perikanan
Kec. Medan Belawan
2 Subpusat pelayanan kota
Pusat Kegiatan Jasa dan Perdagangan
Pusat pelayanan transportasi
Medan Labuhan Pusat pelayanan kesehatan
3 Subpusat
pelayanan kota
Medan Marelan
Pusat kegiatan perdagangan kebutuhan pokok (pasar induk);
Pusat kegiatan rekreasi dan wisata
Kec, Medan Marelan; Kabupaten Deli Serdang
4 Subpusat
pelayanan kota Medan Perjuangan
Pusat kegiatan
perdagangan/bisnis
Pusat pelayanan olahraga
Kec. Medan Perjuangan dan Kec. Medan
Tembung
5 Subpusat pelayanan kota
Medan Area
Pusat pelayanan ekonomi Pusat pelayanan transportasi
Kec. Medan Area, Kec. Medan Kota, Kec. Medan
Denai, Kec, Medan Amplas
6 Subpusat pelayanan kota
Medan Helvetia
Pusat pelayanan ekonomi Pusat pelayanan transportasi
wilayah bagian Barat
Pusat kegiatan sosial-budaya
Kec. Medan Helvetia, Kec. Medan Petisah, Kec. Medan Sunggal
8 Subpusat pelayanan kota
Medan Selayang
Pusat kegiatan
perdagangan/bisnis
Pusat Pendidikan
Kec. Medan Tuntungan, kec. Medan Baru, Kec.
Medan Selayang, kec. Medan Johor
9 Subpusat
pelayanan kota Medan Timur
Pusat kegiatan
perdagangan/bisnis
Pusat pelayanan transportasi (TOD);
Pusat kegiatan sosial-budaya
Kec. Medan Deli, Kec. Medan Timur, Kec. Medan Barat
2.6.2. Alternatif Lokasi Tapak
Alternatif A
Luas : 3,5 Ha GSB : 10 M.
KDB : 60% KLB : 1-3
Lokasi terletak pada Jalan Karya Wisata. Lokasi ini sangat memungkinkan sebagai
lokasi proyek ini karena letaknya di apit oleh 2 perumahn dan mudah dicapai.
Batas-batas :
- Utara : Perumahan - Timur : Jalan Karya Kasih
- Selatan : Perumahan - Barat : Rumah Penduduk
Posisi terhadap Struktur Ruang Kota :
- Berada pada sub pelayanan Medan Selayang, tepatnya pada kecamatan Medan Johor.
Alternatif B
Luas : 3 Ha GSB : 10 M
KDB : 60% KLB : 1-3
Lokasi terletak pada persimpangan Jalan Karya Wisata dan Jalan Karya Kasih.
Lokasi ini sangat memungkinkan sebagai lokasi proyek ini karena letaknya sangat strategis (di sekitar site merupakan permukiman penduduk), berada di persimpangan
dan mudah dicapai.
Batas-batas :
- Utara : Jalan Karya Asih - Timur : Rumah Penduduk - Selatan : Rumah Penduduk - Barat : Jalan Karya Wisata
Posisi terhadap Struktur Ruang Kota :
- Berada pada sub pelayanan Medan Selayang, tepatnya pada kecamatan Medan
Johor.
Pemilihan Lokasi Site
Kriteria Lokasi
Alternatif A Alternatif B
Tingkatan Jalan (5)
Jalan Kolektor Sekunder Tingkat kebisingan
rendah
(5)
Jalan Kolektor Sekunder Tingkat kebisingan
rendah
Pencapaian ke Lokasi
(5)
Mudah karena dapat
diakses dengan kendaraan pribadi
maupun angkutan umum
(5)
Mudah karena dapat
diakses dengan kendaraan pribadi
maupun angkutan umum
Lokasi Site (4)
Berada di pinggir
Jalan Karya Wisata
(5) Berada di
persimpangan jalan, Tabel 2.3. Penilaian Site
yaitu Jalan Karya
Wisata dan Jalan Karya Kasih
Jangkauan
terhadap Struktur Kota
(3)
Berada cukup jauh dengan pusat kota dengan kepadatan penduduk sedang dan merupakan daerah pengembangan pendidikan dan rekreasi (4)
Berada cukup dekat dengan pusat kota dengan kepadatan penduduk sedang dan merupakan daerah pengembangan pendidikan dan rekreasi Fungsi Pendukung Sekitar Lokasi (4) Permukiman penduduk (2 perumahan), sekolah dan pertokoan (5) Permukiman penduduk (3 perumahan)dan pertokoan
Total Nilai 21
2
24 1
Keterangan :
5 : Baik Sekali 4 : Baik 3 : Cukup 2 : Kurang 1 : Kurang Sekali
Maka dari hasil kriteria di atas, lokasi yang tepat untuk dibangun Masjid Raya adalah di persimpanga Jalan Karya Wisata dan Jalan Karya Kasih dengan poin 24.
2.7. Jenis Kegiatan di Masjid
Jenis kegiatan yang akan berlangsung di Masjid Raya ini adalah:
a. Kegiatan Ibadah
Kegiatan ini merupakan kegiatan utama yang akan dilakukan masyarakat muslim
di kecamatan Johor. Diharapkan Masjid Raya menjadi pusat beribadah untuk sebagian besar masyarakat muslim di Johor. Dengan rincian:
- Bangunan mampu menampung kapasitas shalat berjama’ah minimal 5% jema’ah umat islam di Kecamatan Medan Johor, baik pria maupun wanita dimana pria dan
- Disediakan Plaza – plaza dan ruang – ruang terbuka yang berfungsi untuk menjamin pencahayaan alami, dan berfungsi untuk perluasan Masjid pada
perayaan Idul fitri dan Idul Adha, serta perayaan hari besar islam lainnya yang dilakukan di luar ruangan dengan kapasitas minimal 5% jema’ah umat islam di kecamatan Medan Johor.
- Kapasitas total masjid dapat menampung 10% penduduk muslim di kecamatan
Medan Johor. Ruang terbuka dapat dimanfaatkan sebagai ruang serba guna (multi purpose) yang diantaranya sebagaian dapat digunakan sebagai tempat parker
pada hari biasa diluar hari besar umat islam.
b. Kegiatan Pendidikan
Kegiatan ini merupakan kegiatan untuk memberikan pendidikan Akidah Islam dan untuk memberikan pendidikan moral. Sehingga diharapkan masyarakat mengetahui kelebihan untuk shalat berjama’ah di Masjid, mengutamakan shalat di Masjid dari pada di rumah, dan mengetahui akidah islam dan hukum syara’ yang
ada. Kegiatan ini membutuhkan fasilitas:
- Fasilitas pendidikan Islam (cth Taman Pendidikan Al –Qur’an)
- Pusat Pengembangan Bahasa, Komputer, dan Teknologi - Asrama Siswa bagi pendidikan diatas
- Pusat Penelitian dan Pengembangan Ilmu Keislaman.
c. Kegiatan Hubungan Umat (Muamalah) Kegiatan ini memerlukan fasilitas:
- Kantor Pengelola yang dapat menampung seluruh manajemen Masjid
termasuk Kenaziran
- Fasilitas Perbelanjaan dan UKM (berprinsip pada ekonomi Syariah) - Perkantorn dan Perbankan (dengan berazazkan prinsip Syariah) - Fasilitas Kesehatan (Rumah Sakit / Poliklinik)
- Gedung Pertemuan Umum (untuk menampung kuliah umum, dakwah, pesta pernikahan, dan lainnya)
d. Kegiatan Dakwah
Kegiatan ini memerlukan fasilitas:
- Fasilitas komunikasi, minimal untuk penyiaran dakwah (studio Radio)
Kelompok Kegiatan di Ruang Utama
Jenis
Kegiatan Macam Ruang Kegiatan Sifat
Ruang
Utama
R. Shalat Shalat Semi Publik
R. Imam Memimpin Shalat Privat
R. Bilal Adzan Privat
R. Audio Semi Publik
R. Wudhu Pria Bersuci Publik
R. Wudhu Wanita Bersuci Publik
KM/WC Pria Publik
Km/WC Wanita Publik
Gudang Semi Privat
Fasilitas Pendukung dan Pemberdayaan Umat
Jenis Kegiatan Macam Ruang Kegiatan Sifat
Pengelola
(Remaja Masjid)
R. Kepala Pengelolaan
Eksternal Privat
R. Sekretaris Pengelolaan
Internal Privat
R. Admisnistrasi Administrasi Semi Publik
R. Rapat Rapat Semi Publik
Pantri Minum / Makan Semi Publik
Gudang Penyimpanan Privat
Toilet Publik
Perpustakaan
Hall Penerima Publik
R. Baca Membaca Publik
R. Peminjaman Meminjam Buku Publik
R. Koleksi Buku Pajangan Buku Publik
R. Penitipan Penitipan Barang Publik Tabel 2.4. Kelompok Kegiatan dan Ruang Utama
Barang
R. Fotocopy Fotocopy Publik
Gudang Buku Penyimpanan Privat
R. Pengelola Administrasi Privat
Toilet Publik
BAZIZ
R. Tunggu Penerima Publik
R. Administrasi Administrasi Semi Publik
Gudang Penyimpanan Privat
R. Rapat Rapat Privat
Gudang Penyimpanan Privat
Toilet Publik
Pendidikan Al - Qur'an
R. Pengelola Administrasi Semi Publik
R.Rapat Diskusi, Rapat Privat
R. Kelas Belajar Semi Publik
Toilet Publik
Poliklinik
Hall Pendaftaran/Tunggu Publik
R. Konsultasi Konsultasi Publik R. Administrasi Administrasi Semi Publik
R. Farmasi Penyimpanan Obat Semi Publik
R. Rapat Rapat Privat
Gudang Penyimpanan Privat
Toilet Publik
Gedung Serba Guna (GSB)
R. Penerima Penerima Publik
R. Serba Guna Seminar, nikah, dll Publik
R. Sound System Privat
Toilet Publik
Pelayanan Teknik
R. Generator Penyimpanan
Genset Privat
R. Panel Kontrol Listrik Privat
Gudang Penyimpanan Privat
2.8. Studi Banding Judul Sejenis
2.8.1. Masjid Agung Al – Fateh, Manama, Bahrain
Masjid Agung Al-Fateh berada di kota Manama, ibukota Bahrain yang di klaim sebagai salah satu masjid dengan ukuran terbesar di dunia, dengan ukuran 6500 meter
persegi dan dapat menampung 7000 jemaah sekaligus. Meskipun disebut sebut sebagai salah satu masjid terbesar di dunia, masjid Agung Al-Fateh kalah jauh bila dibandingkan
dengan daya tampung Islamic Center Samarinda (Kalimantan Timur) yang memiliki kapasitas hinga 40 ribu jemaah sekaligus.
Masjid Agung Al-Fateh merupakan bagian dari Islamic Center Ahmad Al-Fateh. Pusat ke-Islaman ini termasuk di dalamnya adalah Masjid Agung Fateh, pusat studi Al-Qur’an dan Perpustakaan Islam. Dibangun atas perintah dari AmirBahrain, Sheikh Isa ibn Salman Al Khalifa. Proyek pembangunan kawasan ini dimulai dengan upacara peletakan
batu pertama pada bulan Desember 1983. Proses pembangunannya dimulai tahun 1984 dan diresmikan langsung oleh beliau tahun 1988. Nama Al-Fateh yang melekat pada nama masjid ini merupakan bentuk penghormatan kepada mendiang Ahmed Al Fateh,
sang penakluk Bahrain.
Masjid Agung Al-Fateh berukuran 6500 meter persegi mampu menampung 7000 jemaah
sekaligus. Keseluruhan lantai masjid ditutup menggunakan batu pualam dari Italia termasuk beberapa bagian besar dindingnya, sedangkan lampu gantungnya dibuat
khusus di Austria. Pintu pintu masjid ini dibuat dari bahan kayu teak wood dari India, kubah besar masjid dibuat dari bahan fiberglas, dan merupakan kubah fiberglass terbesar
di dunia.
Sedangkan interior masjid dihias dengan lukisan kaligrafi dengan fola Kufi yang
dibangun oleh mendiang Sheikh Isa ibn Salman Al Khalifa ditahun 1987 dan dinamai sesuai dengan nama dari Ahmed Al Fateh, sang penakluk Bahrain. Sejak tahun 2006,
Masjid Agung Al-Fateh juga menjadi tempat bagi Perpustakaan Nasional Bahrain (National Library of Bahrain).
Watak dari seni Islami berfokus kepada penggambaran pola pola tertentu dan
kaligrafi arab, dan menghindari bentuk bentuk figure tertentu karena penggambaran figure manusia dalam seni ditakutkan akan menggiring kepada pengkultusan dan menggiring
kepada kesyrikan. Demikian pula dengan seni islami yang di aplikasikan pada masjid Agung Al-Fateh di kota Manama ini, yang di dominasi oleh bentuk bentuk geometris dan pengulangan bentuk bentuk yang sudah ada serta seni Kaligrafi.
2.8.2. Masjid Shah Faisal Islamabad, Pakistan
Masjid Shah Faisal merupakan landmark Kota Islamabad, Pakistan. Masjid itu terletak di bagian utara Kota Islamabad dengan latar belakang Bukit Margalla. Masjid ini
merupakan salah satu masjid terbesar dan termegah di dunia.
Kemegahan bangunan masjid ini juga dideskripsikan oleh Khaled dalam buku tersebut. ''Masjid Shah Faisal yang terkenal sebagai (salah satu) masjid terbesar di dunia,
yang tampak agung dengan pilar-pilar beton raksasa dan menara-menaranya yang menjulang tinggi.''
Masjid yang berdiri di atas lahan seluas 5.000 meter persegi ini, secara
arsitektural, memasukkan gaya Asia Selatan, Arab, dan Turki. Dengan perpaduan ini, bisa dikatakan bahwa Masjid Shah Faisal merupakan salah satu contoh arsitektur Islam
modern di dunia.
Di atas masjid, terdapat lampu hias raksasa seberat 75 ton. Selain itu, pada bagian atap masjid, terdapat 1.000 buah lampu gelembung yang penggunaannya didesain secara elektronik.
Gambar 2.6. Tampak depan Masjid Shah Faisal
Pada bagian luar masjid, terdapat empat buah tiang raksasa setinggi 90 meter yang mengapit seluruh bangunan masjid. Keempat tiang raksasa ini juga berfungsi
sebagai menara masjid. Bangunan menara masjid mengadopsi desain arsitektur Turki tradisional dan merupakan menara masjid tertinggi di kawasan Asia Selatan.
Tidak seperti desain masjid tradisional pada umumnya yang dilengkapi kubah berbentuk bundar (bulat), bangunan Masjid Shah Faisal tidak memiliki kubah. Sebagai
ganti dari kubah, sang arsitek Vedat Dalokay merancang sebuah bangunan mirip kubah kulit kerang sebanyak delapan buah, masing-masing setinggi 40 meter.
Menurut perancangnya, kubah tersebut menggambarkan tenda khas padang
pasir. Kubah unik ini ditopang oleh empat balok raksasa yang ada di dalam masjid.
Sementara itu, di bagian ruang utama yang merupakan ruang shalat, terdapat sebuah candelabra (lampu) kristal besar. Sedangkan, dinding pada ruang shalat dihiasi dengan mozaik dan tulisan kaligrafi yang merupakan hasil karya seniman ternama asal
Pakistan, Sadequain.
Pola mozaik menghiasi dinding bagian barat, sedangkan tulisan kaligrafi yang membentuk pola bayangan cermin menghiasi dinding bagian timur.
2.8.3. Masjid Imam Isfahan, Iran
Berada di kawasan Grand Bazaar Esfahan, Masjid Imam termasuk bangunan paling megah di kota Isfahan. Masjid ini kian indah dengan empat menara yang
menjulang setinggi 160 kaki. Sebagian besar masjid ini dibangun dari bahan keramik dan batu piruz. Keindahan dan kemegahan Masjid Imam kian kentara dengan kehadiran
sebuah kolam besar di tengah pelataran masjid. Karenanya, Masjid Imam menjadi center point areal Grand Bazaar Esfahan.
Masjid yang dibangun pada abad ke-17 M ini semula dikenal dengan nama Masjid Shah. Nama tersebut mengacu kepada penguasa Safawi yang memerintah di Isfahan
pada masa itu, Sultan Shah Abbas I. Shah Abbas I merupakan salah satu kepala negara yang getol melakukan pembangunan fisik kota Isfahan. Konon, proses pembangunan masjid ini memakan waktu hingga 20 tahun lamanya. Arsitektur masjid dirancang oleh Ali
Masjid Imam merupakan masjid yang menerapkan pola arsitektur Sejuk dengan menampilkan lengkung-lengkung iwan yang membentuk sebuah beranda yang sangat
besar yang terdapat di setiap sentral sisi-sisi pelataran. Pembangunan masjid ini diperkirakan menghabiskan 18 juta batu bata dan 472.500 keramik.
Hampir seluruh dinding masjid ditutup keramik mozaik dengan perpaduan warna biru (turquise) dan coklat, serta kuning. Ada juga penutup tiang dari marmer hijau yang
tampak amat jernih. Motif keramik bervariasi dari bunga hingga pola geometris (perpaduan Indo Europian dan Sasanid).
Seperti halnya masjid-masjid lain di Iran, masjid ini pun mempunyai kubah besar yang ditempatkan di arah kiblat. Selain itu pada beberapa bagian masjid tampak
kubah-kubah kecil yang juga khas bangunan rumah di Iran yang disebut 'kiosk'. Menurut kamus, 'kiosk' bermakna pola bangunan di Iran dan Turki yang atapnya disangga banyak pilar.
Gambar 2.11. Detail Gerbang Masjid Imam Isfahan
Teknik ini sudah lama dipakai di kawasan Persia, bahkan penemunya pun diklaim
para arsitek Persia kuno, walaupun lebih berkembang di Turki pada masa Dinasti Ottoman (Turki Utsmani). Para arsitek Persia ini dianggap berhasil menemukan teknik
membangun kubah bundar di atas pondasi segi empat dengan keempat lengkung diagonalnya.
Kubah Masjid Imam ini oleh banyak arkeolog dan pengamat arsitektur klasik dipandang sebagai karya kubah dengan ubin berwarna masa Safawi yang paling brilian.
Penilaian itu lebih karena pada keindahan motif dan komposisi warnanya. Selain itu, juga bentuk pecahan ubin yang mengikuti bentuk lengkungan pada bagian kubah dan juga
pada menaranya yang berbentuk silinder.
Selain kedua unsur tadi (kubah dan menara), gerbang masuk utama masjid sebagian besar juga dilapisi oleh glazed tiles dengan pola lukisan yang tidak sederhana
dengan warna yang beragam pula. Teknik ini, pada masa itu dianggap lebih efisien daripada menggunakan mosaik tile.
Masjid Imam juga menjadi salah satu bukti kecanggihan perkembangan teknologi
arsitektur Islam pada abad pertengahan. Satu hal yang juga telah dipikirkan arsitek masjid pada abad ke-17 ini adalah bangunan tahan gempa. Arsitek Iran memahami bahwa
wilayahnya termasuk ring of fire dan ring of earthquake. Jadi, mereka harus mendesain bangunan yang kokoh dan tak goyah oleh gempa. Buktinya, berabad-abad masjid itu
masih tegak berdiri.
Di Masjid Imam, tiang-tiang utama penyangga bangunan dibuat beberapa lapis.
Tiang dengan tinggi sekitar 50 meter dibagi menjadi empat bagian mulai dari dasar, bawah, tengah, dan penopang atap. Pada setiap pertemuan antarsisi terdapat besi dan
kayu yang menyerupai per. Sehingga, jika gempa mengguncang, tiang hanya akan bergoyang dan bangunan pun tetap berdiri hingga sekarang.
2.8.4. Masjid Al Hurriyah, Bogor (Institut Pertanian Bogor)
Gambar 2.14. Gerbang depan yang seluruhnya dilapisi keramik
Masjid Al Hurriyah terletak di bagian dalam kampus IPB Darmaga, Bogor. Masjid
Al Hurriyyah berdiri pada tahun 1965 dengan bentuk yang kecil, sederhana dan berada di
tengah hutan. Pada tahun 1992, di sebelah kiri mesjid Al Hurriyyah yang pertama di
bangun mesjid yang lebih besar, yang mampu menampung jamaah 1.000 orang tahun.
Bangunan masjid ini cukup unik karena atapnya hampir menyerupai topi Mexico,
terdiri dari 3 lantai. Lantai pertama merupakan tempat wudhu yang sangat luas dan lobi
masjid banyak digunakan untuk sarana penjualan buku-buku Islami dan aksesoriesnya.
Lantai kedua adalah ruang salat utama yang dilengkapi dengan mimbar dan sound
system. Lantai ketiga digunakan untuk tempat salat muslimah. Pada bagian luar
bangunan juga terdapat sebuah rumah yang dihuni oleh ustadz, dan di sampingnya
berjejer ruang kamar yang dihuni oleh para santri putra DKM Al Hurriyah. Gambar 2.16. Aksonometri Masjid Al Hurriyah
Bentuk segitiga yang terdapat pada dinding masjid, diambil dari ide dasar master
plan Kampus Institut Pertanian Bogor di Darmaga. Atap berbentuk kuncup limas yang
dikomposisian sedemikian rupa merupakan ciri tradisional. Bidang-bidang segitiga
dimanfaatkan untuk pencahayaan dan sirkulasi udara secara alami. Konsep segitiga
merupakan perwujudan dari ajaran Islam yang mengajarkan hablumminallah,
hablumminannaas, dan hubungan dengan alam lingkungan. Penggunaan bidang-bidang
segitiga yang diputar dan dikomposisikan dalam bangunan ini merupakan penerapan seni
Islam yang berbentuk geometrik pattern yang juga telah digunakan dalam tradisi
bangunan Islam. Diketahui pula, segitiga ialah bentuk paling stabil dalam ilmu mekanika.
2.8.5. MESJID RAYA PONDOK INDAH JAKARTA
1. Maksud Pembangunan
Untuk memenuhi kebutuhan beberapa fasos/ fasum yang isyaratkan untuk kawasan hunian Pondok Indah, juga sebagai pusat dakwah, sosial dan pusat pendidikan sehingga diharapkan dapat menghasilkan masyarakat yang berilmu dan beramal yang
didasari taqwa kepada Allah SWT. 2. Lokasi
Lokasinya terletak di seberang jalan utama dari arah Utara Jl. Sultan Iskandar Muda,
menjadikan mesjid ini sebagai Land Mark memasuki kawasan tersebut. Lahan yang tersedia untuk tapak mesjid berbentuk segitiga yang diapit oleh Jl. Iskandar Muda dan
kali Grogol dengan luas lahan 6000 m2 dengan permukaan tanah berada 1,20 m lebih tinggi dari permukaan jalan.
3. Arsitektural
Dalam usaha menggali dan merancang bentuk-bentuk baru serta tetap mencerminkan
sebagai bangunan tropis, penggunaan bentuk-bentuk geometris kubus dan sudut 450 sangatlah mendukung penciptaan bentuk tersebut.
Mesjid ini terdiri dari dua lantai, lantai atas digunakan untuk sholat utama sedangkan
lantai bawah digunakan untuk ruang serba guna. Secara keseluruhan mesjid ini dapat menampung sekitar 2600 jamaah di lantai atas dan bawah.
Struktur bangunan mesjid ini dibuat dari beton bertulang dan rangka atap baja. Semua material dan struktur finishingnya diusahakan menggunakan bahan dari alam dengan
maksud supaya umat yang menggunakan mesjid ini akan lebih dekat dengan alam dan dapat menghayati kebesaran Sang Pencipta.
Gambar 2.18. Masjid Raya Pondok Indah