• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Yuridis terhadap Penggunaan Tenaga Kerja Asing di Bidang Jasa Pariwisata di Indonesia dalam Perspektif Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Yuridis terhadap Penggunaan Tenaga Kerja Asing di Bidang Jasa Pariwisata di Indonesia dalam Perspektif Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

EKONOMI ASEAN TERHADAP INDONESIA

A. Sejarah Terbentuknya Masyaraat Ekonomi ASEAN dan

Perkembangannya

Sejak dulu, secara geo politik dan geo ekonomi, kawasan Asia Tenggara memiliki nilai yang sangat strategis. Namun sebelum ASEAN didirikan, berbagai konflik kepentingan juga pernah terjadi diantara sesama negara-negara Asia Tenggara seperti “konfrontasi” antara Indonesia dan Malaysia, klaim teritorial antara Malaysia dan Filipina mengenai Sabah, seperta berpisahnya Singapura dari Federasi Malaysia. Dilatarbelakangi oleh hal itu, negara-negara Asia Tenggara menyadari perlunya dibentuk kerjasama untuk meredakan rasa saling curiga dan mebangun rasa saling percaya, serta mendorong kerjasama pembangunan kawasan.38

Sebelum ASEAN terbentuk, negara-negara Asia Tenggara telah melakukan berbagai upaya untuk menggalang kerjasama regional baik yang bersifat intra maupun ekstra kawasan seperti Association of South East Asia

(ASA), Malaysia, Phillipina, Indonesia (MAPHILINDO), South East Asian Ministers of Education Organization (SEAMEO), South East Asia Treaty Organization (SEATO) dan Asia and Pacific Council (ASPAC). Namun

38

(2)

organisasi-organisasi tersebut dianggap kurang memadai untuk meningkatkan integrasi kawasan. 39

Untuk mengatasi perseteruan yang sering terjadi di antara negara-negara Asia Tenggara dan membentuk kerjasama regional yang lebih kokoh, maka lima Menteri Luar Negeri yang berasal dari Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand mengadakan pertemuan di Bangkok pada bulan Agustus 1967 yang kemudian dikenal sebagai Deklarasi Bangkok40, menghasilkan rancangan Joint Declaration yang pada intinya mengatur tentang kerjasama regional di kawasan tersebut. Sebagai puncak dari pertemuan tersebut, maka pada tanggal 8 Agustus 1967 ditandatangani Deklarasi ASEAN atau dikenal sebagai Deklarasi Bangkok tersebut oleh Waki Perdana Menteri merangkap Menteri Luar Negeri Malaysia dan para Menteri Luar Negeri dari Indonesia, Filipina, Singapura dan Thailan. Brunei Darussalam kemudian bergabung pada tanggal 8 januari 1984, Vietnam tanggal 28 juli 1995, Laos dan Myanmar pada tanggal 23 Juli 1997, dan Kamboja pada tanggal 30 April 1999.41

Tujuan dibentuknya ASEAN seperti yang tercantum dalam Deklarasi Bangkok adalah untuk:42

1. Untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi kemajuan sosial serta pengembangan kebudayaan di kawasan ini melalui usaha bersama dalam semangat kesamaan dan persahabatan untuk memperkokoh landasan

39

Ibid.

40

Luhulima, Dewi Fortuna Anwar dkk. op.cit. hlm. 4

41

Ibid. hlm.2

42

(3)

sebuah masyarakat bangsa-bangsa Asia Tenggara yang sejahtera dan damai;

2. Untuk meningkatkan perdamaian dan stabilitas regional dengan jalan menghormati keadilan dan tertib hukum didalam hubungan antara negaranegara dikawasan ini serta mematuhi prinsip-prinsip Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB);

3. Untuk meningkatkan kerjasama yang aktif dan saling membantu dalam masalah-masalah yang menjadi kepentingan bersama di bidang-bidang ekonomi, sosial, teknik, ilmu pengetahuan dan administrasi;

4. Untuk saling memberikan bantuan dalam bentuk sarana-sarana pelatihan dan penelitian dalam bidang-bidang pendidikan, profesi, teknik, dan administrasi;

5. Untuk bekerjasama dengan lebih efektif guna peningkatan pemanfaatan pertanian dan industri mereka, perluasan perdagangan dan pengkajian masalah-masalah komoditi internasional. Perbaikan sarana-sarana pengangkutan dan komunikasi serta peningkatan taraf hidup rakyat-rakyat mereka;

6. Untuk memajukan pengkajian mengenai Asia Tenggara;

(4)

Dengan berjalannya waktu dan dalam rangka menghadapi berbagai tantangan kerja sama regional- termasuk krisis ekonomi di 1997- para pimpinan negara pada 7 oktober 2003, melalui Declaration of ASEAN concord II (Bali Concord II) yang dihasilkan pada Pertemuan Puncak ASEAN ke-9, di Bali.43Para pemimpin ASEAN kembali memformulasikan “ASEAN Vision 2020” di Kuala Lumpur pada 15 Desember 2007.44 Angka 2020 adalah sama dengan batas akhir tradisi menuju globalisasi ekonomi yang saat itu akan ditandai dengan kebebasan arus barang,jasa, dan orang pada skala dunia. Pada saat itu, masyarakat di ASEAN diharapkan bisa saling membantu dan menyatu menghadapi persaingan global yang diduga akan sangat dasyat dampaknya.45

Rencana jangka panjang tersebut menghasilkan pembentukan Komunitas ASEAN (ASEAN community) yang terdiri atas tiga pilar.46yakni Komunitas Keamanan ASEAN (ASEAN security Community-ASC), Komunitas Ekonomi ASEAN ( ASEAN Economy Community-AEC), Komunitas Sosial-Budaya ASEAN (ASEAN Socio-Cultural Community-ASCC)47

Berbagai dokumen resmi yang dikeluarkan ASEAN menunjukkan Komunitas ASEAN yang terdiri dari tiga pilar diusung menjadi paradigma baru

43

Faizal Malik, ”Latar Belakang terbentuknya MEA atau AEC 2015”,

http://www.academia.edu/9601085/LATAR_BELAKANG_TERBENTUKNYA_MEA_ATAU_A EC_2015, diakses pada 2 Agustus 2017 pukul 10:21

44

Sjamsul Arifin,Rizal A. Djaafara dkk.op.cit. hlm.1

45

CPF, Luhulima, Dewi Fortuna Anwar dkk.op.cit. hlm. 5

46

ibid. hlm.5

47

(5)

untuk membangun kawasan baru yang lebih maju searah tuntutan perubahan dimasa mendatang dengan mewujudkan:48

1. Dalam konteks komunitas ekonomi, ingin dicapai visi ASEAN 2020 yang akan menjadi pasar tunggal dan basis produksi, dimana akan ada aliran barang,jasa dan investasi yang bebas. Dengan aliran modal lebih bebas akan menjadikannya lebih kuat, dinamis, dan komparatif secara ekonomi dalam pasar global.

2. Daam konteks komunitas keamanan yang ingin dicapai, ASEAN akan menyelesaikan perbedaan diantara negara anggotanya bukan dengan cara kekerasan atau dengan ancaman penggunaan kekerasan.

3. Dalam konteks komunitas sosial budaya yang ingin dicapai, ASEAN akan membangaun masyarakat yang peduli (building a community of caring societies).

ASEAN Economic Community (AEC) atau dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), adalah bentuk kerjasama ekonomi di kalangan negara-negara yang tergabung dalam ASEAN. ASEAN

Economic Community(AEC) merupakan integrasi ekonomi regional ASEAN yang berupa kesepakatan untuk menciptakan suatu situasi perdagangan bebas, bebas disini maksudnya adalah dimana tidak ada hambatan tarif (bea cukai) bagi negara-negara anggotanya.49

48

C.P.F, Luhulima, Dewi Fortuna Anwar dkk. op.cit. hlm. 9

49

(6)

Dalam perkembangan realisasi konsep MEA selanjutnya dirumuskan tujuan akhir integrasi ekonomi, yakni mewujudkan ASEAN Vision 2020 pada Deklarasi Bali concord II, Oktober 2003. Pencapian dilakukan melalui lima pilar, yaitu: aliran bebas barang, jasa, investasi, tenaga terampil, dan aliran modal yang lebih bebas. Berbagai kerja sama ekonomi dilakukan, khususnya di bidang perdagangan dan investasi, dimulai dari Prefential Trade Arrangement

(PTA,1977), ASEAN Free Trade Area (AFTA,1992), ASEAN Framework Agreement on Servis (AFAS,1995) dan ASEAN Investment Area (AIA,1998), kemudian dilengkapi dengan perumususan sektor prioritas integrasi dan kerja sama di bidang moneter lain.50

. Pencapaian ASEAN Economic Community (AEC) semakin kuat dengan ditandatanganinya “Cebu Declaration on the Acceleration of the Establishment of an ASEAN Community by 2015” yang dilakukan oleh para pemimpin ASEAN pada KTT ke 12 ASEAN di Cebu Filipina, pada tanggal 13 Januari 2007 lalu. ASEAN Economic Community (AEC) pada dasarnya mengacu pada kebijakan yang disusun pada AEC Blueprint.51

Langkah untuk memperkuat kerangka kerja MEA kembali bergulir di 2006 antara lain dengan formulasi blueprint atau cetak biru yang berisi target dan waktu penyampaian MEA dengan jelas. Mempertimbangkan keuntungan dan kepentingan ASEAN untuk menghadapi tantangan daya saing global, diputuskan untuk mempercepat pembentukan MEA dari 2020 menjadi 2015 (12th ASEAN

summit, januari 2007). Keputusan ini juga menjadi political will para pimpinan

50

Sjamsul Arifin,Rizal A. Djaafara dkk.loc. cit

51

(7)

ASEAN ditandai dengan ditandatanganinya ASEAN Charter (Piagam ASEAN) yang terdiri dari cetak biru dan jadwal strategis pencapaian MEA di Singapura pada 20 November 2007(13th)ASEAN Summit, 20 November 2007). Dokumen tersebut berisi komitmen negara anggota atas keseriusan pencapaian MEA dimana evaluasi pencapaian MEA akan dilakukan melalui serangkaian indikator kinerja yang disepakati dan diumumkan ke masyarakat luas.52

Adapun Konsep MEA ini dilandasi oleh empat pilar utama sebagai berikut:53

1. Free Movement of Goods and Services. Konsep ini memungkinkan terjadinya pergerakan barang-barang dan jasa tanpa ada hambatan (pajak bea masuk, tarif, quota), yang merupakan bentuk lanjut dari kawasan perdagangan bebas (sebagaimana AFTA) dengan menghilangkan segala bentuk hambatan

perdagangan yang tersisa.

2. Freedom of Establishment and Provision of Services and Mutual Recognition of Diplomas. Konsep ini menjamin setiap warga negara ASEAN akan bebas membuka praktek layanan (profesional) di setiap wilayah ASEAN tanpa ada diskriminasi kewarganegaraan.

3. Freedom of Movement for Skilled and Talented Labours. Konsep ini dimaksudkan untuk mendorong terjadinya mobilitas tenaga kerja sesuai

52

Sjamsul Arifin,Rizal A. Djaafara dkk.op.cit. hlm.3

53

Widyahartono, Bob. "Dari AFTA Menuju Komunitas ASEAN",

(8)

dengan tuntutan pasar dan memberi kesempatan para pekerja untuk menemukn pekerjaan terbaik sesuai dengan kualifikasi yang dimiliki. 4. Free Movement of Capital. Konsep ini akan menjamin bahwa modal

atau kapital akan bisa berpindah secara leluasa diantara negara-negara ASEAN, yang secara teoritis memungkinkan terjadinya penanaman modal secara bebas dan efisien.

B. Tujuan MEA dan Manfaatnya Bagi Indonesia

1. Tujuan MEA

Pembentukan MEA berawal dari kesepakatan para pemimpin ASEAN dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) pada Desember 1997 di Kuala Lumpur, Malaysia. Kesepakatan ini bertujuan untuk meningkatkan stabilitas perekonomian di kawasan ASEAN, serta diharapkan mampu mengatasi masalah-masalah di bidang ekonomi antar negara ASEAN, meningkatkan daya saing ASEAN serta bisa menyaingi Tiongkok dan India untuk menarik investasi asing. Modal asing dibutuhkan untuk meningkatkan lapangan pekerjaan dan kesejahteraan warga ASEAN.54

54

Kementerian Keuangan Republik Indonesia, “Masyarakat Ekonomi ASEAN(MEA) dan Perekonomian Indonesia

Saat itu, ASEAN meluncurkan inisiatif pembentukan integrasi kawasan ASEAN atau komunitas masyarakat ASEAN melalui ASEAN Vision 2020 saat berlangsungnya ASEAN Second Informal Summit.Inisiatif ini kemudian

(9)

diwujudkan dalam bentuk road map jangka panjang yang bernama Hanoi Plan of Action yang disepakati pada 1998.55

Kalau melihat dari isi salah satu butir kesepakatan dalam Deklarasi Bangkok adalah:” akan lebih mengedepankan kerja sama ekonomi dan sosial sebagai perwujudan dari solidaritas ASEAN”. Dengan demikian secara sadar ASEAN telah memilih Economi road towards mencapai kemakmuran, maka perdamaian akan terwujud di kawasan ini. Dengan kata lain ASEAN didirikan dengan tujuan bagaimana keamanan yang stabil (stable peace) dalam jangka panjang dapat tercipta di kawasan, baik melalui kerja sama ekonomi, teknologi dan sosial budaya, maupun melalui kerja sama di bidang politik keamanan.56

Gambaran karakteristik utama MEA adalah pasar tunggal dan basis produksi; kawasan ekonomi yang berdaya saing tinggi; kawasan dengan pembangunan ekonomi yang adil; dan kawasan yang terintegrasi ke dalam ekonomi global.Dampak terciptanya MEA adalah terciptanya pasar bebas di bidang permodalan, barang dan jasa, serta tenaga kerja.Konsekuensi atas kesepakatan MEA yakni dampak aliran bebas barang bagi negara-negara ASEAN, dampak arus bebas jasa, dampak arus bebas investasi, dampak arus tenaga kerja terampil, dan dampak arus bebas modal.

2. Manfaat Masyarakat Ekonomi ASEAN bagi Indonesia

57

55

Ibid.

56

Luhulima dkk, op.cit. hlm.2

57

(10)

Dari karakter dan dampak MEA tersebut di atas sebenarnya ada peluang dari momentum MEA yang bisa diraih Indonesia.58Dengan adanya MEA diharapkan perekonomian Indonesia menjadi lebih baik.Salah satunya pemasaran barang dan jasa dari Indonesia dapat memperluas jangkauan ke negara ASEAN lainnya59.Pangsa pasar yang ada di Indonesia adalah 250 juta orang. Pada MEA, pangsa pasar ASEAN sejumlah 625 juta orang bisa disasar oleh Indonesia. Jadi, Indonesia memiliki kesempatan lebih luas untuk memasuki pasar yang lebih luas.Ekspor dan impor juga dapat dilakukan dengan biaya yang lebih murah.60Tenaga kerja dari negara-negara lain di ASEAN bisa bebas bekerja di Indonesia. Sebaliknya, tenaga kerja Indonesia (TKI) juga bisa bebas bekerja di negara-negara lain di ASEAN.61

Bagi Indonesia, semakin terintegrasinya ekonomi di kawasan dan kemudahan bagi pergerakan dan perpindahan tenaga kerja secara lebih luas, mengingat masih terbatasnya lapangan kerja di dalam negeri. Hal ini diharapkan dapat mengurangi tingkat pengangguran yang masih tinggi, mengentaskan kemiskinan, serta meningkatkan pendapatan masyarakat melalui penerimaan devisa.62

58

Muhammad Edrian Kuncoro, “Masyarakat Ekonomi ASEAN Peluang, Tantangan, dan

paradoks”

15 Agustus 2015 pukul. 10.45.

59Ibid

.

60

Kementerian Keuangan Republik Indonesia, op.cit. 61

ibid.

62

(11)

Dari sisi pengusaha63

Dari sisi jumlah tenaga kerja, sebagian besar produksi ASEAN (39,1 persen) berada di Indonesia. Indonesia dapat menawarkan keterediaan tenaga kerja yang cukup dan pasar yang besar, sehingga bias menjadi pusat industri. Di lain pihak, Indonesia juga dapat menjadikan ASEAN sebagai tujuan pekerjaan guna mengisi investasi yang akan dilakukan dalam rang MEA 2015. Standarisasi yang dilakukan melalui Mutual Recognatition Arrangements (MRAs) dapat memfasilitasi pergerakan tenaga kerja tersebut.

, keleluasaan bergerak bagi para pekerja AEAN memberikan peluang bagi bertambahnya supply tenaga kerja. Dengan demikian, para pengusaha akan lebih mudah memenuhi kebutuhan karyawannya sesuai dengan persyaratan dan kualifikasi yang dibutuhkan. Ketersediaan tenaga kerja tersebut tidak terbatas pada tenaga kerja yang ada dalam negeri, namun juga para pekerja yang ada di luar negeri.Untuk menarik masuk pekerja asing, tentu pengusaha harus dapat memberikan upah yang menarik dan sebanding dengan upah negara asal mereka.

64

Jumlah penduduk Indonesia yang besar menjadi salah satu potensi pelaksanaan MEA 2015.Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang heterogen dengan berbagai jenis suku, bahasa dan adat istiadat yang terhampar dari Sabang sampai Merauke. Indonesia mempunyai kekuatan ekonomi yang cukup bagus, pertumbuhan ekonomi tertinggi di dunia ketiga (4,5%) setelah Republik Rakyat

63

Ibid.

64

(12)

Tiongkok (RRT) dan India. Ini akan menjadi modal yang penting untuk mempersiapkan masyarakat Indonesia menuju MEA tahun 2015.65

Dari sisi produksi, besarnya penduduk kawasan dan prospek perekonomian yang menjanjikan membuat kawasan ASEAN sebagai tujuan ekspor Indoenesia. Indonesia secara kumulatif 1973-1983 baru mengekspor 26 persen dari total ekspor intra- ASEAN.66Artinya, Indonesia mempunyai produk yang bisa ditawarkan di ASEAN dan mendiversifikasi negara tujuan ekspornya.Indonesia juga merupakan kordinator untuk sektor prioritas yang di integrasikan di MEA, yaitu produk berbahan dasar kayu dan otomotif.67Di lain pihak, produk otomotif Indonesia ada yang telah di ekspor di ASEAN.Keduanya menunjukkan potensi yang bisa dimanfaatkan oleh Indonesia.68

Dari sisi peningkatan investasi, berbagai negara ASEAN mengalami penurunan rasio investasi terhadap PDB sejak krisis, antara lain akibat berkembangnya regional hub production. Tapi bagi Indonesia, salah satu faktor penyebab penting adalah membaiknya iklim investasi dan keterbatasan infrastruktur (pipa gas, teknologi informasi) maupun dari segi pembiayaan menjadi agenda. Kesempatan tersebut membuka peluang bagi perbaikan iklim investasi Indonesia melalui pemanfaatan program kerja sama regional, terutama dalam melancarkan program perbaikan infrastruktur domestik. Selain itu,

65

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, “Peluang dan tantangan Pasar Bebas ASEAN”, Ditjen PEN/WRT/04/I/2015 edisi Januari

66

Sjamsul Arifin. Op.cit. hlm. 287 67

Ibid.

68

(13)

kepentingan untuk harmonisasi dengan regional menjadi prakondisi untuk menyesuaikan peraturan investasi terkait sesuai standar kawasan.69

Dari segi penarikan aliran modal asing, ASEAN sebagai kawasan dikenal sebagai tujuan penanaman modal global, termasuk CLMV70 khususnya Vietnam.MEA membuka peluang bagi Indonesia untuk dapat memanfaatkan aliran modal masuk ke kawasan yang kemudian ditempatkan di aset berdominasi rupiah.Aliran modal tersebut tidak saja berupa porsi dari portofolio regional tetapi juga dalam bentuk aliran modal langsung (PMA) yang ditanamkan di sektor riil. Dengan keharusan harmonisasi regional, maka peluang Indonesia meningkatkan aliran dana masuk berbentuk PMA semakin terbuka.71

Dari sisi peningkatan kapasitas dan kualitas lembaga, peraturan terkait, maupun sumber daya manusia, berbagai program kerja sama regional dilakukan tidak terlepas dari keharusan melakukan harmonisasi, standarisasi, maupun mengikuti MRA yang telah disetujui bersama. Artinya akan terjadi proses perbaikan kapisitas di berbagai institusi, sektor, maupun peraturan terkait. Sebagai contoh adalah penerapan ASEAN Single Window di 2008 untuk ASEAN-6 yang mengharuskan penerapan sistem National Single Window (NWS) di masing-masing negara. Indonesia telah mulai menerapkan NSW pada November 2007, kondisi yang memungkinkan pemusatan sistem informasi (pengolahan dan sinkronisasi) serta pemusatan keputusan mengenai custom release dan cargo clearance.Kondisi ini juga berlaku bagi pengelolaan makroekonomi dimana

69

Ibid.

70

Kamboja-Laos-Myanmar-Vietnam

71

(14)

diperlukan indikator ekonomi yang menyamai kinerja negara regional lainnya, seperti tingkat inflasi, defisit fiskal, dan rasio utang luar negeri.72

C. Kedudukan MEA dari Segi Hukum

Perjanjian internasional menurut Undang-Undang Nomor 24 tahun 2004 tentang Perjanjian Internasional adalah perjanjian dalam bentuk nama tertentu, yang diatur dalam hukum internasional yang dibuat secara tertulis menimbulkan hak dan kewajiban di bidang hukum publik. 73 Menurut konvensi wina tahun 1969 Pasal 2(1)(a) perjanjian internasional diartikan sebagai kesepakatan internasional yang dibuat oleh dua negara atau lebih dan tunduk terhadap hukum internasional, baik dalam bentuk satu dokumen lebih dan apapun namanya.74

ASEAN adalah salah satu contoh dari perjanjian internasional.Para pemimpin ASEAN telah mendeklarasikan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sebagai tujuan akhir integrasi ekonomi regional ASEAN.75 Sebagai komitmen bentuk tersebut, negara anggota ASEAN setuju untuk mengimplementasikan MEA pada 2015 dan menjadikan ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi serta menciptakan ASEAN sebagai kawasan ekonomi yang kompetitif, berdaya saing tinggi, dan terintegrasi penuh dalam ekonomi global.76

72

Ibid.

73

Undang-Undang nomor 24 tahun 2004 tantang perjanjian internasional

Bentuk akhir

74

Fahkirah Dianah, “Pengertian perjanjian Internasional”,

Agustus 2017 pukul. 4:43

75

Alex Media Komputindo, “Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015”,

76Ibid

(15)

ideal bagi integrasi ASEAN telah menjadi perdebatan dalam berbagai diskusi mengenai integrasi ASEAN.

Adapun akibat hukum berlakunya MEA:77

1. Bidang Perdagangan Barang.

a. Negara-negara anggota wajib menghapus seluruh Tarif Preferensiao Efektif Bersama (CEPT-AFTA) pada seluruh produk yang sudah diidentifikasikan yang dicakup oleh masing-masing Protokol Integrasi Sektoral ASEAN, kecuali yang tercantum dalam daftar negative ( daftar sensitive,daftar sangat sensitif, dan daftar pengecealian umum) pada Protokol-Protokol tersebut, yang jumlah keseluruhan untuk masing-masing Negara Anggota wajib tidak melebihi 15 % dari daftar total produk pada 1 januari 2007 untuk ASEAN-6; dan 1 januari 2013 untuk CLMV.

b. Negara-negara anggota wajib melaksanakan tindakan-tindakan berikut ini terkait dengan kebijakan-kebijakan non tarif (selanjutnya disebut sebagai (NTMs) dan hambatan non tarif (selanjutnya disebut dengan (NTBs), untuk memastikan transparansi, sesuai dengan batas waktu yang ditetapkan :

i. Menyusun data NTMs ASEAN pada juni 2004 dan diperbaharui secara rutin;

77

(16)

ii. Menyusun kriteria yang jelas untuk mengidentifikasikan NTMs yangmerupakan hambatan-hambatan perdagangan, pada tanggal 27 September 2005;

iii. Menyusun suatu program kerja yang jelas dan tetap untuk menilai NTMs yang ada dan identifikasi NTBs pada tanggal 21 Agustus 2006;

iv. Menghapuskan NTBs pada seluruh produk yang ditetapkan dalam batas waktu berikut ini;

(1) Paket pertama: pada tanggal 1 Januari 2008 untuk ASEAN-5; 1 Januari 2010 untuk Filiphina; dan 1 Januari 2013 untuk CLMV;

(2) Paket kedua: pada tanggal 1 januari 2009 untuk ASEAN-5: 1 januari 2011 untuk Filipina; dan 1 Januari 2014 untuk CLMV;

(3) Paket ketiga : pada tanggal 1 januari 2010 untuk ASEAN-5 : 1 Januari 2012 untuk Filiphina; dan 1 januari 2015 dengan fleksibilitas sampai tahun 2018 untuk CLMV;

v. Mengadakan peninjauan kembali dan penilaian secara rutin terhadap NMTs berdasarkan kriteria sebagaimana ditetapkan oleh Dewan AFTA yang dimulai tanggal 1 Januari 2008.

2. Bidang perdagangan Jasa

(17)

a. Penghapusan seluruh pembatasan di mode 1 (pasokan lintas batas) dan Mode 2 (konsumsi luar negeri) pada tanggal 31 Desember 2008, sebaliknya dengan alasan-alasan tertentu wajib diberikan;

b. Mengijinkan mode 3 (kehadiran komersial) target-target keikut sertaan saham asing dengan fleksibelitas, sampai tanggal 31 Desember 2010, sesuai dengan keputusan-keputusan Para Menteri Ekonomi ASEAN (AEM);

c. Menetapkan target-target yang jelas untuk meliberalisasikan pembatasan-pembatasan mode 3 lainnya, pada tanggal 31 Desember 2007;

d. Memperbaiki komitmen-komitmen Mode 4 sejalan dengan hasil-hasil dari masing-masing putaran perundingan persetujuan Kerangka Kerja ASEAN bidang Jasa (AFAS);

e. Mempercepat pengembangan dan finalisasi Pengaturan-pengaturan saling Pengakuan (selanjutnya disebut sebagai (MRAs) , sebagaimana telah ditetapkan, pada tanggal 31 Desember 2008;

f. Memberlakukan formula ASEAN-X; dan

g. Meningkatkan usaha-usaha patungan dan kerja sama, termasuk pasar-pasar negara ketiga dimulai tahun 2007.”

(18)

a. Mempercepat pembukaan sektor-sektor yang saat ini dalam Daftar Sensitif (selanjutnya disebut SL), dengan mengalihkan sektor sektor tersebut kedalam daftar Pengecualian Sementara (selanjutnya disebut sebagai TEL) berdasarkan Persetujuan Kerangka Kerja mengenai Kawasan Penanaman Modal ASEAN (AIA), dengan menggunakan formula ASEAN – X;

b. Mengurangi kebijakan-kebijakan penanaman modal yang bersifat membatasi dalam SL. Menyelesaikan penghapusan progresif kebijakan-kebijakan Penanaman modal yang bersifat membatasi dalam TEL pada tahun 2010 untuk ASEA-6, tahun 2013 untuk Vietnam dan tahun 2015 untuk Kamboja, Laos, dan Myammar; c. Mengidentifikasikan dan melaksanakan program-program dan

kegiatan untuk meningkatkan penanaman-penanaman modal di ASEAN.”

4. Bidang Ketentuan Asal Barang

Negara-Negar Anggota, pada tanggal 31 Desember 2006, wajib memperbaiki Ketentuan Asal Barang CEPT dengan;

a. Membuat ketentuan asal barang menjadi lebih transparan, dapat diprediksi terstandarisasi dan memfasilitasi perdagangan , dengan memperhatikan kebutuhan unutk meningkatkan sumber regional lainnya, termasik ketentutan asal barang WTO;

(19)

5. Prosedur kepabeanan

Melaksanakan ASEAN single window pada tanggal 1 Januari 2008 untuk ASEAN-6 dan tanggal 1 Januari untuk CLMV;

6. Standar dan Kesesuaian

Negara-Negara Anggota wajib mengambil langkah-langkah berikut untuk mempercepat pengembangan Mutual Recognation Arregements (MRAs) dan menyelaraskan standar standar produk dan peraturan-peraturan teknis, dengan:

a. Mempercepat pengembangan dan pelaksanaan apabila sesuai pengembangan sektoral MRAs untuk sektor-sektor prioritas dimulai pada tanggal 1 Januari 2005;

b. Mendorong para pengatur dalam negeri untuk mengakui hasil-hasil uji yang diterbitkan oleh laboratorium-laboratorium penguji yang telah diakreditasi oleh badan-badan akreditasi nasional di ASEAN yang merupakan penandatangan MRAs pada kerja sama Akreditasi Laboratorium Internasional (ILAC) dan kerja sama Akreditasi Laboratorium Asia Pasifik (APLAC) untuk produk-produk yang tidak mencakup dalam MRAs sektoral, dimulai tanggal 1 Januari 2007;

(20)

standar-standar nasional diantara Negara-Negara Anggota; pada tanggal 31 Desember 2005;

d. Menyelaraskan standar-standar yang telah ditetapkan diantara negara-negara anggota pada tanggal 31 Desember 2007;

e. Menetapkan dan menyelaraskan standar-standar tambahan, apabila dipersyaratkan, apabila standar-standar internasional tidak tersedia, dan apabila dipersyaratkan oleh industri, menyelaraskan standar-standar nasional diantara Negara-Negara Anggota pada tanggal 31 Desember 2010;

f. Menyelaraskan dan/atau mengembangkan peraturan-peraturan teknis yang sesuai, untuk pemberlakuan nasional pada tanggal 31 Desember 2010;

g. Memastikan pemenuhan persyaratan-persyaratan pada persetujuan persetujuan WTO mengenaihambatan-hambatan Teknis Perdagangan dan Pemberlakukan kebijakan-kebijakan

Sanitary dan phyto-Sanitary;

h. Menjajaki Pengembangan kebijakan ASEAN mengenai standar-standar dan kesesuaian untuk memfasilitasi lebih lanjut perwujudan Masyarakat Ekonomi ASEAN, dimulai pada tahun 2005.

7. Fasilitas Perjalanan di ASEAN

(21)

b. Memberikan pembebasan visa untuk perjalan intra ASEAN untuk para warga negara ASEAN.”

8. Perpindahan Pelaku Usaha, Tenaga Ahli, Profesional, Tenaga Terampil, dan Orang Berbakat.

Dengan memperhatikan peraturan peraturan perundang-undangan dalam negeri, masing masing negara anggota wajib:

a. Mengembangkan suatu Persetujuan ASEAN untuk memfasilitasi perpindahan para pelaku usaha, termasuk pemberlakuan suatu Kartu Perjalanan ASEAN;

b. Menetapkan dan mengembangkan mekanisme lain yang akan melengkapi prakarsa-prakarsa ASEAN yang telah ada untuk memfasilitasi lebih lanjut perpindahan para tenaga ahli, professional, tenaga terampil, dan orang berbakat pada tanggal 31 Desember 2007; dan

c. Mempercepat penyelesaian MRAs untuk memfasilitasi perindahan bebas dari para tenaga ahli, professional, tenaga terampil, dan orang bebrbakat di ASEAN, pada tanggal 31 Desember 2008.”

9. Peningkatan Perdagangan dan Penanaman Modal

a. Mengintefsifkan upaya-upaya promosi bersama intra ASEAN dan ekstra ASEAN secara rutin;

(22)

bersama yang lebih efisien untuk meningkatkan FDI ke ASEAN; dan

c. Misi-misi perdagangan dan penanaman modal bersama. d.

10.Statistik Perdagangan dan Penanaman Modal intra ASEAN

Negara-negara anggota wajib mengembangkan suatu system yang efektif untuk memantau perdagangan dan penanaman modal intra ASEAN melalui:

a. Penyusunan suatu basis data perdagangan dan penanaman modal yang efisien, pada tanggal 31 Desember 2009;

b. Penyediaan perkembagnan terakhir pada Sekretariat ASEAN mengenal statistic terakhir perdagangan (barang dan jasa) dan penanaman modal; dan

c. Penyiapan gabungan profil-profil industri oleh masing-masing asosiasi yang antara lain, mencakup informasi seperti kemampuan produksi dan cakupan produk.”

11.Hak Kekayaan Intelektual:

Negara-Negara Anggota wajib memperluas lingkup kerja sama hak kekayaan intelektual ASEAN, selain merek dagang dan paten, termasuk kerjasama pertukaran informasi dan penegakan hak cipta.

12.Penggunaan Tenaga Kerja Kontrak dan Industri Pelengkap:

(23)

a. Identifikasi dan pengembangan kawasan-kawasan spesialisasi proses-proses produksi, penelitian dan pengembangan(R&D), serta fasilitas-fasilitas pengujian berdasarkan keuntungan komparatif dan masing-masing Negara Anggota ;

b. Pengembangan pedoman mengenai pengenalan pengaturan-pengaturan Penggunaan tenaga kerja kontrak diantara Negara-negara Anggota , apabila dapat diberlakukan, pada tanggal 31 Desember 2008.78

D. Kesepakatan-Kesepakatan dalam Kerangka MEA

Bersamaan dengan ditandatanganinya ASEAN Charter, para pemimpin ASEAN juga menandatangani grand design MEA yang berisi jadwal strategis, yakni tahapan pencapaian dari masing-masing pilar di MEA. Target waktu pencapaian MEA terbagi dalam empat fase yaitu 2008-2009,2010-2011,2012-2013 dan 2014-201579

Mengingat pentingnya perdagangan eksternal bagi ASEAN dan strategi pembangunan ekonomi di negara ASEAN yang outward looking, cetak biru MEA memuat empat kerangka kerja atau pilar MEA, yaitu:

. Cetak biru ini menjadi arah bagi kawasan maupun negara anggota untuk mencapai MEA 2015.Masing-masing negara berkewajiban untuk melaksanakan komitmen dalam cetak biru untuk membentuk kredibilitas ASEAN.

80

78

Departemen Perdagangan Republik Indonesia, op.cit. hlm. 48.

79

Ibid. hlm.9

80Faizal Malik, Later Belakang Terbentuknya MEA atau AEC 2015,

(24)

1. ASEAN sebagai pasar tunggal dan berbasis produksi tunggal yang didukung dengan elemen aliran bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terdidik dan aliran modal yang lebih luas.

2. ASEAN sebagai kawasan dengan daya saing ekonomi yang tinggi, dengan elemen peraturan kompetisi, perlindungan konsumen, ha katas kekayaan intelektual, pengembangan infrastruktur, perpajakan dan e-commerse.

3. ASEAN sebagai kawasan pengembangan ekonomi yang merata dengan elemen pengembangan usaha kecil dan menengah, dan prakarsa integrasi ASEAN untuk Negara CMLV (Cambodia, Myanmar, Laos, dan Vietnam)

4. ASEAN sebagai kawasan yang terintegrasi secara penuh dengan perekonomian global dengan pendekatan yang koheren dalam hubungan ekonomi di luar kawasan dan meningkatkan peran serta dalam jejaring produksi global.

(25)

sehingga playing field antar negara anggota menjadi setara.81Hal ini perlu dilakukan mengingat globalisasi dapat memperbesar kesenjangan pembangunan yang secara potensial dapat menciptakan kerenggangan dan memperlemah solidaritas ASEAN. Manfaat integrasi yang dirasakan seluruh anggota akan menjamin integrasi ekonomi yang berkelanjutan.82Sebagai basis produksi internasional, maka pasar ASEAN yang terintegrasi secara penuh dengan pasar global menuntut pula kordinasi kebijakan eksternal antara negara anggota ASEAN.83

Keterikatan keempat pilar MEA tersebut membutuhkan koordinasi konsistensi dan kesatuan arah elemen-elemen dari setiap pilar, dimulai dari perencanaan sampai dengan tahap implementasi.84Untuk menjamin hal tersebut maka keempat pilar perlu didukung oleh riset, capacity building dan efektivitas kelembagaan ASEAN, serta komitmen kuat tiap negara.85

Khusus untuk pencapaian pilar pasar tunggal dan kesatuan basis produksi kelima elemen yang digunakan untuk pencapaiannya juga terkait erat dan saling mendukung antara satu dengan lainnya. Dengan kerangka pasar tunggal ASEAN, aliran barang dan jasa yang bebas di kawasan akan mendorong efisiensi produk kawasan dalam kerangka supply chain.86

81

Sjamsul Arifin. Op.cit.hlm. 16 82Ibid

.

83

ibid.

84Desy Churul Aini, “Harmonisasi Undang-Undang Dasar 1945 dengan Ketentuan

Internasional tentang Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 (ASEAN Economy Community /AEC 2015)”, Fiat Justisia Jurnal Ilmu Hukum Volume 9 No.3 Juli- September 2015, hlm. 377.

85 Ibid.

86Ibid

.

(26)

akanmembutuhkan aliran bebas tenaga kerja dan aliran modal yang lebih bebas, sebagai faktor produksi. Sebaliknya, aliran bebas investasi akan meningkatkan arus barang dan jasa yang digunakan sebagai bahan baku maupun produk akhir.87

Secara teknis pencapaian MEA 2015 menggunakan mekanisme dan inisiatif yang telah dibentuk oleh ASEAN selama ini diperkuat dengan penguatan institusi dalam kerja sama ASEAN. Sebagai contoh, untuk elemen aliran bebas barang , inisiatif penurunan tarif dan non-tarif serta fasilitas perdagangan menuju aliran bebas barang MEA 2015 didasarkan pada perkembangan dan penyempurnaan mekanisme yang ada mulai dari Preferential Tarif Arregement

(PTA), ASEAN Free Trade Area dan dilanjutkan oleh konsep cetak biru MEA. Hal yang sama juga terjadi untuk elemen-elemen lainnya di dalam pilar ini.88

1. Yang berkaitan dengan arus bebas barang, negara-negara ASEAN tela menyepakati ASEAN Trade in Goods Agreement (ATIGA) pada pertemuan KTT ASEAN ke-14 tanggal 27 Februari 2009 di Cham, Thailand.

Adapun kesepakatan-kesepakatan yang sudah terbentuk dalam kerangka Masyarakat Ekonomi ASEAN adalah sebagai berikut:

89

87

Sjamsul Arifin. Op.cit.hlm.17

88

Ibid. hlm.19

89

Departemen Perdagangan Republik Indonesia.Op.cit. hlm. 18

(27)

memenuhi asal barang dan adanya penyerahan invoice declaration

pada saat pengajuan pemberitahuan impor. Besarnya tarif preferensi dikenakan berdasarkan peraturan Menteri Keuangan mengenai penetapan tarif bea masuk dalam rangka ATIGA. Invoice declaration diterbitkan oleh eksportir bersertifikat di negara peserta proyek dengan cara sertifikasi mandiri untuk barang jenis tertentu yang tercantum dalam daftar barang yang diproduksi oleh eksportir bersertifikat.90

2. Untuk menghilangkan hambatan penyediaan jasa di antara negara-negara ASEAN dilakukan melalui mekanisme yang diatur dalam ASEAN Framework Agreement on Service (AFAS). 91

3. Arus investasi yang bebas dan terbuka dipastikan akan meningkatkan penanaman modal asing baik dari penanaman modal yang bersumber dari intra-ASEAN maupun dari negara non-ASEAN.92

90

Direktoral Jendral Bea dan Cukai Republik Indonesia, “Thailand dan Vietnam Masuk dalam Sistem Self Certification Pengenaan Tarif Bea Masuk dalam Skema Atiga,

Sebagaimana digariskan dalam AEC Blueprint, maka dibentuk ASEAN Comprehensive Investment Agreement (ACIA) yang ditandatangani pada tanggal 26 Februari 2009 di Cha-am, Thailand. ACIA pada dasarnya merupakan peleburan ASEAN

Investment Agreement (AIA) dan ASEAN Investment Guarantee Agreement (IGA) sehingga ASEAN memiliki persetujuan bidang

8 Agustus 2017 pukul 2:42

91

Departemen Perdagangan Republik Indonesia.Op.cit. hlm. 30.

92

(28)

investasi yang lebih komprehensif dan forward looking, dengan 4(empat) pilar pembaharuan sebagaimana tertuang dalam AEC Blueprint.93

4. Untuk bidang tenaga terampil sendiri telah disepakati beberapa

Mutual Recognition Arragement (MRA). Adapun MRA tersebut antara lain jasa-jasa engineering, nursing, architectural, surveving qualification tenaga medis (dokter umum dan dokter gigi) jasa-jasa akuntansi dan kepariwisataan.94

5. Dalam Sektor Prioritas Integrasi para Menteri Ekonomi ASEAN pada tanggal 8 Desember 2006 di Cebu, Filiphina, menyetujui Sektor Prioritas Integrasi menjadi 12 sektor. Dalam proses meliberalisasinya seluruh Sektor Prioritas Integrasi tersebut, disepakati agar setiap Negara Anggota ASEAN bertindak sebagai koordinasi untuk 12 sektor tersebut. Adapun 12 sektor tersebut adalah agro-based product, air travel, automotive, e-ASEAN, electronics,fisheries, healthcare, rubber-based product, textile and

apprels, touris, wood-based product, logistics.95

E. Konsekuensi Hukum Berlakunya MEA terhadap Indonesia

Sebagaimana ketentuan normatif pemberlakuan perjanjian internasional di Indonesia yang harus dilaksanakan melalui proses ratifikasi sesuai ketentuan

93

Ibid. hlm. 34

94

Ibid. hlm 40

95

(29)

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan dan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional, perjanjian-perjanjian dalam rangka MEA telah diratifikasi oleh pemerintah Indonesia. Diawali dengan Peraturan Presiden Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pengesahan ASEAN Framework Agreement for the Integration of Priority Sektors dan diikuti dengan berbagai peraturan presiden lainnya terkait pengesahan sektor spesifik lainnya.96

Dalam menanggapi berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN pemerintah telah menerbitkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 11 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Komitmen Cetak Biru MEA, dalam upaya persiapan menghadapi pasar bebas ASEAN. Dalam cetak biru MEA, terdapat 12 sektor prioritas yang akan diintegrasikan oleh pemerintah. Sektor tersebut terdiri dari tujuh sektor barang, yaitu industri agro, otomotif, elektronik, perikanan, industri berbasis karet, industri berbasis kayu, dan tekstil. Kemudian, sisanya berasal dari lima sektor jasa, yaitu transportasi udara, kesehatan, pariwisata, logistik, dan teknologi informasi. Sektor-sektor tersebut pada era MEA akan terimplementasi dalam bentuk pembebasan arus barang, jasa, investasi, dan tenaga kerja.97

96

Wahyuni Bahar, “Peran Hukum dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)” , Journal of Legal and Policy Studies Volume I No. 1 - April 2015. Hlm. 9

97

(30)

Dan untuk Piagam ASEAN sendiri telah diratifikasi oleh pemerinta Indonesia.98Ratifikasinya Piagam ASEAN yang dimuat dalam Undang-Undang No. 38 Tahun 2008 tentang Pengesahan Charter of Association of Southeast Asian Nation (Piagam Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara).99Dengan demikian piagam ini berlaku mengikat (legally binding) terhadap Indonesia.Indonesia tidak dapat keluar dari kerangkeng perjanjian ASEAN.Semua kesepakatan ASEAN bersifat mengikat.100

Hakim Konstitusi Harjono berpendapat bahwa undang-undang berlaku sebagai norma hukum, maka negara Indonesia dan negara lain, dalam hal ini negara ASEAN wajib terikat secara hukum oleh Undang-Undang Nomor 38 tahun 2008.101

“Kewajiban yang dibebankan kepada suatu negara oleh perjanjian internasional tidaklah lahir karena perjanjian internasional bersangkutan telah disahkan sebagai Undang-Undang oleh pihak negara lain tetapi kewajiban tersebut lahir karena para pihak dalam hal ini negara-negara sebagai subjek hukumnya telah menyetujui bersama suatu perjanjian. Hal demikian sesuai dengan asas pacta sunt servanda,” paparnya.102

98Khaerudin, “MK Diminta Batalkan Ratifikasi Piagam ASEAN”,

99

Undang-Undang No. 38 Tahun 2008 tentang Pengesahan Charter of Association of Southeast Asian Nation (Piagam Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara) yang diundangkan pada tanggal 6 November 2008, Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 165 Tahun 2008

100 Khaerudin

.loc. cit

101

Merujuk kepada Undang-Undang No. 38 Tahun 2008 tentang Pengesahan Charter of Association of Southeast Asian Nation (Piagam Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara)

102 Lulu Anjarsari, “MK Tolak Ratifikasi Piagam ASEAN”,

(31)

Keberadaan dari undang-undang ini sendiri telah pernah diujikan ke Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia.Adapun permohonan ini diajukan sejumlah LSM yang tergabung dalam Aliansi untuk Keadilan Global103. Majelis MK menyatakan menolak permohonan uji materi Pasal 1 ayat (5) dan Pasal 2 ayat (2) huruf n Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2008 tentang Pengesahan Piagam ASEAN.104 Dalam pendapat Mahkamah yang dibacakan oleh Hakim Konstitusi Harjono, Pemohon pada dasarnya mendalilkan, Pasal 1 angka 5 dan Pasal 2 ayat (2) huruf n ASEAN Charter yang merupakan lampiran dan bagian yang tidak terpisahkan dari Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2008 merugikan hak konstitusional para Pemohon sebagaimana dijamin oleh UUD 1945 dan harus dinyatakan tidak bertentangan dengan UUD 1945.105

Sejauh ini, langkah-langkah yang telah dilakukan oleh Indonesia berdasarkan rencana strategis pemerintah untuk menghadapi MEA / AEC, antara lain:106

1. Penguatan daya saing ekonomi. Tanggal 27 Mei 2011, Pemerintah meluncurkan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3IE).

103

Andrey Sujatmoko, “Pengujian Undang-Undang Ratifikasi Piagam ASEAN Kandas,

104

Ibid.

106

(32)

2. Program ACI (Aku Cinta Indonesia), yang merupakan salah satu gerakan “Nation Branding” bagian dari pengembangan ekonomi kreatif.

3. Penguatan Sektor UMKM.

4. Perbaikan Infrastruktur. Dalam rangka mendukung peningkatan daya saing sektor riil, selama tahun 2010 telah berhasil dicapai peningkatan kapasitas dan kualitas infrastruktur seperti prasarana jalan, perkeretaapian, transportasi darat, transportasi laut, transportasi udara, komunikasi dan informatika, serta ketenagalistrikan.

5. Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM).

6. Reformasi kelembagaan dan pemerintahan. Dalam rangka mendorong percepatan pencegahan dan pemberantasan korupsi, telah ditetapkan strategi nasional pencegahan dan pemberantasan korupsi jangka panjang 2012-2025 dan menengah 2012-2014 sebagai acuan bagi seluruh pemangku kepentingan untuk pelaksanaan aksi setiap tahunnya. Upaya penindakan terhadap Tindak Pidana Korupsi (TPK) ditingkatkan melalui koordinasi dan supervise yang dilakukan oleh KPK kepada kejaksaan dan kepolisian.

(33)

Referensi

Dokumen terkait

Sub menu ini berfungsi untuk menyimpan semua data hasi pengisian yang sudah dilakukan pada aplikasi ini ke dalam bentuk file yang dapat disimpan pada komputer, laptop,

Selain itu, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian telah mengatur mengenai kewenangan OJK untuk memastikan bahwa kepentingan masyarakat khususnya

Permasalahan yang penulis ajukan pada penelitian ini yaitu mengenai gaya belajar mahasiswa atlet terhadap pencapaian prestasi akademik dan kelulusan. Banyak

1) Sebagai sarana informasi terhadap kondisi konkrit tentang pelaksanaan pendidikan pada SMP Darul Fallaah Unismuh Bissoloro Kecamatan Bungaya Kabupaten Gowa,

You may, however, make a one-time permanent transfer of all of your license rights to the plasq Software (in its original form as provided by plasq) to another party, provided

Namun dikarenakan tidak adanya torka-start pada rotor, maka motor sinkron membutuhkan prime-mover yang memutar rotor hingga kecepatan sinkron agar terjadi

[r]

Kantor Kementerian Agama Kab.Deli Serdang, terus berupaya agar tujuan yang. telah digariskan oleh Kantor Kementerian Agama